=
Kecantikan wanita
Oleh karena itu, dalam Budaya Visual, “melihat” adalah suatu
proses yang rumit dan kompleks. “Melihat” tidak hanya sekadar
memahami objek secara fisik tetapi bagaimana kita dapat
mengidentifikasi pemaknaan sosial di balik objek.
Cita-cita kecantikan
yang tak lekang
oleh waktu
https://www.marketing.co.id/wp-content/uploads/2010/12/dove1web-300x223.jpg
Visi dan visualitas pun semakin kompleks karena
dipengaruhi oleh cara kita “melihat” akibat kemajuan
teknologi yang menciptakan
kebiasaan melihat melalui layar
https://i.ytimg.com/vi/3XDGzzjxS8E/maxresdefault.jpg
https://www.youtube.com/watch?v=3XDGzzjxS8E
Menurut François Quesnay:
https://cdn1.i-
scmp.com/sites/default/files/styles/1920x1080/public/images/methode/2019/03/12/7348293c-3e24-
11e9-b20a-0cdc8de4a6f4_image_hires_055900.jpg?itok=xEsqJrcq&v=1552341543
Sedangkan kesenangan visual (visual
pleasure) adalah munculnya kesenangan
atau kepuasan saat mengonsumsi produk-
produk visual, di mana selama proses
konsumsi visual tersebut dimungkinkan
terbangunnya sistem kepercayaan dan
kelas, serta munculnya kesadaran palsu
(false consciousness).
“kepribadian” sering dimunculkan
dalam merek.
https://1.bp.blogspot.com/-7jT4GWpeRSM/VqzKQ9MbzkI/AAAAAAAAAMs/i-xofBpRHIk/s1600/Untitled-1.jpg
Karakteristik manusia diasosiasikan dengan
merek. Sehingga merek “memiliki” jenis
kelamin, umur, kelas sosial ekonomi, sifat-sifat
kepribadian manusia, seperti kehangatan,
kepedulian, dan sentimentalitas
(Aaker, 1996, dalam Simamora, 2002)
Citra sabun yang
sangat memahami
kepribadian wanita
yang menjadi daya
tarik bagi pria
https://2.bp.blogspot.com/-cVrJ3yw7Cck/WS5K9ZryfJI/AAAAAAAAFD4/GNmCxpZv_HIq2l-PiwkqQUhf_-
tp68_XgCLcB/s1600/LUX%2BMaudy%2BAyunda.jpg
Plato percaya bahwa benda-benda yang
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, termasuk
manusia, hanyalah salinan buruk dari cita-cita
sempurna benda-benda itu.