Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS ISLAM AL AZHAR MATARAM

FAKULTAS HUKUM
Jalan Unizar Nomor 20 Turida
Telp. (0370) 6175565 Fax. (0370)6175146
Website. www.unizar.ac.id

TUGAS
KEWARGANEGARAAN

Nama : LALU RIYANA DODDY SETIAWAN


NIM : 020.04.0043
Hari Tanggal : Sabtu, 3 April 2021
Mata Kuliah : Kewarganegaraan
Semester/Kelas : 2 (dua) Genap/ Kelas Sore
Dosen Pengampu : Drs. Made Metu Dahana, SH., MH

SOAL :

1. Kapan batas waktu menyampaikan pernyataan untuk memilih


kewarganegaraan?
2. Apa kewajiban negara atas warganegaranya sesuai pasal 33 UUD 1945?
3. Agar kewajiban negara untuk memenuhi hak-hak warganegaranya, apa yang
harus dilakukan oleh warganeagranya?
4. Apa saja asas-asas kewarganegaraan? Catatan

Jawaban :
1. Batas waktu yang diberikan untuk menyampaikan pernyataan untuk
memilih kewarganegaraan tersebut adalah untuk disampaikan
dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 (delapan
belas) tahun atau sudah kawin.

Persoalan yang rentan dan sering timbul dalam perkawinan campuran


adalah masalah dan status kewarganegaraan anak.Undang-Undang
Kewarganegaraan yang lama menganut prinsip kewarganegaraan
tunggal, sehingga anak yang lahir dari perkawinan campuran hanya
bisa memiliki satu kewarganegaraan, yang dalam Undang-Undang
tersebut ditentukan bahwa yang harus diikuti adalah Kewarganegaraan
ayahnya. Sedangkan pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
tentang kewarganegaraan menganut asas kewarganegaraan ganda
terbatas artinya status kewarganegaraan anak dari hasil perkawinan
campuran adalah dwi kewarganegaraan, hingga umur 18 tahun anak
tersebut diharuskan untuk memilih salah satu kewarganegaraan antara
kewarganegaraan negara tempat dimana dia di lahirkan (hak opsi) atau
menolak suatu kewarganegaraan yang ditawarkan oleh negara lain, ini
artinya, seseorang tetap memilih negara kelahirannya (Hak Repudiasi).
Yang pada akhirnya dia mendapatkan satu status kewarganegaraan
dari satu negara saja. Dalam Pasal 6 angka 3 Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan menyebutkan bahwa:

“Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat
3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau
sudah kawin.”6

Berkaitan dengan status dan kedudukan hukum anak dari hasil


perkawinan campuran tersebut, mengingat dengan berlakunya Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentu saja membawa konsekuensi-
konsekuensi yang berbeda dengan dengan Undang-Undang yang
terdahulu, dimana seorang anak sudah terlanjur dilahirkan dari suatu
perkawinan campuran.7

2. Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945 merupakan pesan moral dan pesan
budaya dalam konstitusi Republik Indonesia di bidang kehidupan ekonomi.
Pasal ini bukan sekedar memberikan petunjuk tentang susunan
perekonomian dan wewenang negara mengatur kegiatan perekonomian,
melainkan mencerminkan cita-cita, suatu keyakinan yang dipegang teguh
serta diperjuangkan secara konsisten oleh para pimpinan pemerintahan.1
Pesan konstitusional tersebut tampak jelas, bahwa yang dituju adalah suatu
sistem ekonomi tertentu, yang bukan ekonomi kapitalistik (berdasar paham
individualisme), namun suatu sistem ekonomi berdasar kebersamaan dan
berdasar atas asas kekeluargaan. Mengenai asas kekeluargaan ini Sofian
Effendi mengemukakan sebagai berikut: “...bahwa semangat kekeluargaan
yang menjadi landasan filosofis dalam Pembukaan Undang Undang Dasar
1945 selanjutnya diterjemahkan dalam setiap pasal Undang Undang Dasar
1945. Semangat kekeluargaan merupakan corak budaya bangsa Indonesia,
oleh karena itu sikap, pemikiran, perilaku dan tanggungjawab seorang
warga bangsa kepada kolektivitasnya berada di atas kepentingan
individu...”. Kemudian dikemukakan pula bahwa “…yang sangat penting
dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara ialah semangat para
penyelenggara negara, semangat para pemimpin pemerintahan. Meskipun
dibuat Undang Undang Dasar yang menurut kata-katanya bersifat
kekeluargaan, apabila semangat para penyelenggara Negara, para
pemimpin pemerintahan itu adalah bersifat perseorangan, Undang Undang
Dasar itu pasti tidak ada gunanya dalam praktik.
Pasal 33 ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 menegaskan, bahwa
“...Perekonomian di susun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan...”. Usaha bersama adalah suatu mutualism dan asas
kekeluargan adalah brotherhood. Dalam konteks moralitas dan tuntunan
agama mutualism adalah ber-jemaah dan brotherhood atau asas
kekeluargaan adalah ber-ukhuwah. 4 Itulah sebabnya, maka sesuai paham
kolektivisme/komunitarianisme yang berdasar mutualism dan brotherhood
ini, kepentingan masyarakat (societal-interest) ditempatkan sebagai utama.
Mengingat makna demokrasi ekonomi adalah pengutamaan
“...kemakmuran masyarakat bukan kemakmuran orang-seorang...”, maka
kemakmuran masyarakat dan kedudukan rakyat ditempatkan dalam posisi
“sentral-substansial”, dan tidak boleh direduksi menjadi posisi
“marginalresidual”. Untuk menjamin posisi rakyat yang sentral-substansial
dan kemakmuran rakyat yang diutamakan itu, maka disusunlah ayat (2)
Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945, bahwa: “…Cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara…”. Kalau tidak demikian (sesuai naskah asli
Penjelasan Undang Undang Dasar 1945), maka tampuk produksi jatuh ke
tangan orang-seorang yang berkuasa, dan rakyat yang banyak
ditindasinya. Selanjutnya ditegaskan, bahwa hanya perusahaan yang tidak
menguasai hajat hidup orang banyak boleh ada di tangan orang-
seorang...”.( Penjelasan ini tidak diketemukan lagi dalam Undang Undang
Dasar 1945 hasil Amandemen tahun 2002 karena telah dihapuskan.)
Mengenai cabang-cabang produksi yang penting bagi negara yang
akhirakhir ini menggunakan istilah sektor-sektor strategis/cabang-cabang
ekonomi yang strategis, yang memiliki makna berbeda dengan di negara-
negara lain, misalkan Malaysia. Minyak adalah suatu cabang produksi yang
strategis, sehingga tidak diperbolehkan adanya kepemilikan terhadap
cabang produksi minyak ini oleh swasta. Namun di Indonesia sebagaimana
pada Sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 29 April 2010 menegaskan
bahwa “yang penting bagi negara tidak saja yang strategis tetapi juga yang
menguasai hajat hidup orang banyak”. Selanjutnya dalam testimoni itu
dikatakan paham neoliberalisme telah mendistorsi makna penting bagi
negara, sehingga ketenagalistrikan pun akan diswastanisasi.5 Berdasarkan
hal tersebut di atas, maka sangat tepat dan penting untuk membahas
makna Pasal 33 UUD 1945 dalam pembangunan hukum ekonomi di
Indonesia, sebab pada era globalisasi pembangunan ekonomi akan
berimbas pada pembangunan hukum, khususnya di bidang pembangunan
hukum ekonomi.

3. Kewajiban Negara dalam memenuhi hak-hak arga Negara.


Dalam perspektif hak asasi manusia, UUD 1945 telah mengatur kewajiban
negara dalam memenuhi hak asasi warga negara yang di dalamnya
termasuk hak atas air sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 28I ayat
(4). Dari perspektif penguasaan oleh negara atas sumber daya air, UUD
1945 juga telah memberikan landasan konstitusional sebagaimana yang
tercantum dalam Pasal 33. Konsep penguasaan oleh negara berdasarkan
Pasal 33 ini telah ditafsirkan oleh Mahkamah Konstitusi melalui putusan-
putusannya. Secara spesifik, dalam putusan pengujian undang-undang
sumber daya air, Mahkamah Konstitusi mengembalikan penguasaan atas
sumber daya air kepada negara dengan memberikan pembatasan atas
pengelolaan sumber daya air
HAK DAN KEWAAJIBAN WARGA NEGARA :
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga
negara dan negara pada umumnya berupa peranan (role).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga
negara Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34
UUD 1945.

Hak Warga Negara Indonesia :

1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
(pasal 27 ayat 2).
2. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.”(pasal 28A).
3. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).
4. Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan Berkembang”
5. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi
kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
6. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal
28C ayat 2).
7. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
8. Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. (pasal 28I ayat 1).

Kewajiban Warga Negara Indonesia  :

1. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi : segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya.
2. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD
1945 menyatakan  : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara”.
3. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan : Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang
lain
4. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang. Pasal 28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.”
5. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30
ayat (1) UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”
Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28,
dan 30, yaitu :
1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara. Dan pada ayat (2), syarat-
syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2), taip-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta
dalam pembelaan negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih
lanjut diatur dengan undang-undang.

4.Asas Asas Kewarganegaraan

1. Asas ius soli (asas kedaerahan)


Dalam Asas ius soli, kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan
tempat kelahirannya. Misalnya, seseorang dilahirkan di negara A,
sedangkan orang tuanya berkewarganegaraan negara B, maka ia adalah
warganegara A. Jadi menurut asas ius soli kewarganegaraan seseorang
tidak terpengaruh oleh kewarganegaraan orang tuanya, karena yang
menjadi patokan adalah tempat kelahirannya. Negara-negara yang
menganut asas ius soli biasanya adalah bangsa yang modern dan
multikultural tanpa dibatasi oleh ras, agama, etnis, dll. Negara akan
mengakui seseorang sebagai warga negara apabila seseorang itu
dilahirkan di negara tersebut, tidak melihat siapa dan dari mana orang tua
nya berasal.
2. Asas ius sanguinis (asas keturunan)
Dalam Asas Ius Sanguinis, kewarganegaraan seseorang ditentukan
berdasarkan pada keturunan orang yang bersangkutan. Contohnya,
Seseorang dilahirkan di negara A, sedangkan orang tuanya
berkewarganegaraan negara B, maka ia adalah warga negara B. Jadi
menurut asas ini, kewarganegaraan anak selalu mengikuti
kewarganegaraan orang tuanya tanpa memperhatikan di mana anak itu
lahir. Negara yang menganut asas ius sanguinis akan mengakui
kewarganegaraan seorang anak sebagai warga negara apabila orang tua
dari anak tersebut berasal dari negara tersebut (dilihat dari keturunannya).
3. Asas kewarganegaraan tunggal
Asas kewarganegraan tunggal adalah asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang. asas kewarganegaraan tunggal
merupakan prinsip tentang status kewarganegaraan yang dimana setiap
warga negara tidak boleh berkewarganegaraan ganda. Contohnya : bila
suatu anak lahir di kalangan warga negara (baik luar maupun dalam),
maka setelah dewasa si anak tersebut harus memilih apa status
kewarganegaraan yang ia kehendaki.

4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas


Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam undang-undang. Contohnya : bila suatu anak lahir dan
mempunyai dua kewarganegaraan (Bipatride), maka anak tersebut boleh
memiliki dua kewarganegaraan sampai ia berusia 18 tahun (atau sesuai
ketentuan yang diatur dalam undang-undang), setelah anak tersebut
berusia 18 tahun ia harus melepas / memilih salah satu
kewarganegaraanya.

Anda mungkin juga menyukai