Anda di halaman 1dari 39

Agriculture and Irrigation Water Management

(lowland area)
Budi Santoso Wignyosukarto
DTSL FT UGM
Webinar INACID/KNI-ID
Pengembangan lahan rawa di Indonesia
• Dimulai sejak awal abad kedua puluh pada saat transmigran
spontan mulai memanfaatkan daerah tepi sungai dan pantai
di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
• Tinggal di tepi sungai (levee sungai) yang cukup tinggi,
yang mudah dijangkau dari sungai dan mencukupi
kebutuhannya dengan melakukan usaha tani, menangkap
ikan, mencari hasil hutan dan berdagang.
• Mulai melakukan tebas tebang hutan di belakang levee
sungai untuk lahan persawahan dan kebun kelapa dengan
membuat saluran-saluran tegak lurus sungai yang
kemudian disebut handil.
Pengembangan Persawahan Pasang Surut

Belajar dari penduduk local, membuat handil untuk masuk ke


Kawasan hutan

Melihat cara bertani dengan tugal, karena menghindari


oksidasi pirit

Oksidasi pirit menghasilkan pH rendah dan salinitas tinggi,


tidak sesuai untuk budidaya pertanian
Tahap pengembangan persawahan pasang surut
• Pembangunan infrastruktur hidraulik unit reklamasi rawa sejak tahun
1970/80-an dirancang dalam beberapa tahap:
• Tahap pertama: infrastruktur terbuka sederhana berbiaya rendah
yang disesuaikan dengan kebutuhan awal reklamasi dan penanaman
padi lahan basah (dirancang dengan prinsip drainase minimal)
• Tahap kedua: pengendalian air yang lebih baik, diversifikasi tanaman,
pembangunan sosial-ekonomi
• Tahap ketiga / keempat: polder penuh dan kontrol air di muara
Revitalisasi Area Ex PLG
• Revitalisasi DIR dan DIT
Kawasan Adaptif dan
Kawasan Budidaya, beberapa
Unit di Blok A, Blok B, Blok C
dan Blok D
• Peningkatan produksi dengan
appropriate water
management (reklamasi,
pengendalian banjir)
• Revitalisasi lahan tidur
Zone Water level Salinity, drainage and irrigation
I Influenced by tides during Brackish, drainage by gravity during Pembagian Zona Kawasan Pasang Surut
wet and dry season low tide, no possibility for
supplementary irrigation.
IIa Influenced by tides during Saline water intrusion during dry IV
wet and dry season season, drainage by gravity during low
tide, supplementary irrigation only
during wet season

IIb Influenced by tides during Fresh water coastal area, no saline


wet and dry season intrusion, drainage by gravity during III
low tide, supplementary irrigation
only during wet and dry season

III Influenced by river discharge, No saline intrusion, ground level is


tidal influence only during relatively high, irrigation only by
dry season pumps
IV Determined only by river No tidal influence, upland II
discharge

I
Pengelolaan Lahan dan Air
• Pengelolaan lahan dan air harus ditujukan pada pengembangan tanah
(pematangan dan perbaikan kualitas)
• Di daerah irigasi pasang surut, drainasi dimaksudkan untuk
memperbaiki/ menjaga kualitas tanah dan air yang akan menopang
budidaya tanaman.
• Masalah utama tanah di lahan pasang surut adalah:
• Tingkat kematangan tanah
• Tanah Sulfat Masam
• Tanah Gambut
Proses Pematangan Tanah
• Pada proses reklamasi, dengan penurunan muka air genangan, tanah di lahan rawa pasang surut
akan mengalami proses pematangan fisik dan kimiawi. Pematangan tanah dengan pengurangan
kadar air dan volume pori tanah (dengan kata lain peningkatan massa jenis), penurunan
kandungan bahan organik, dan perubahan struktur tanah dan kation yang dapat ditukar.
• Hasil padi, di tanah rawa yang belum matang, jauh lebih rendah daripada di tanah yang sudah
matang. Hal ini disebabkan oleh pembentukan senyawa organik beracun dalam kondisi anaerobik
sebagai konsekuensi dari kandungan air yang tinggi.
• Pematangan tanah penting dan harus ditingkatkan dengan menyediakan drainase yang memadai:
• Saluran air dangkal (kedalaman 0.20-0.30 m), dengan jarak 8 sampai 12 m
• Selama musim bera, penurunan muka air tanah dengan drainase terkontrol (misalnya pada kedalaman
0,60 m), walaupun hal ini akan menyebabkan oksidasi tanah pirit
• Pembilasan saluran selama periode air pasang
• Pencucian unsur asam dan beracun dengan infiltrasi dari air hujan, terutama di awal musim hujan.
Pengelolaan Air budidaya padi
• Retensi/Genangan Air : Retensi air bertujuan untuk menciptakan lapisan air di sawah untuk
menekan gulma, menciptakan lingkungan yang tepat untuk serapan hara, dan sebagai penyangga
tanaman padi jika terjadi kekeringan. Tanpa irigasi, satu-satunya sumber air adalah curah hujan.
Retensi air dapat menyebabkan berkembangnya zat-zat beracun di dalam tanah dalam kondisi
genangan air (anaerobik). Keasaman akibat oksidasi pirit dan bahan organik, terbentuk selama
musim kemarau, tidak dapat didrain selama ada retensi air. Dengan kualitas tanah dan air yang
buruk, retensi air tidak disarankan, oleh karena itu diperlukan drainase dan pencucian tanah.
• Drainasi dan pencucian sulfat masam: Drainase diperlukan (i) setelah hujan lebat, (ii) sebelum
pemberian pupuk, dan (iii) ketika kualitas tanah dan air memburuk. Untuk menghindari
perkembangan kondisi asam dan racun di tanah dengan kandungan bahan organik yang relatif
tinggi, drainase terkontrol lebih penting dan harus lebih dipilih daripada retensi air.
• Irigasi pasang surut dengan air berkualitas baik selain memastikan pasokan air ke tanaman padi,
juga dapat memperbaiki kondisi tanah dan air. Oksidasi pirit serta kondisi genangan air dapat
dihindari, dan setiap unsur beracun yang sudah ada atau terbentuk selama periode bera dapat
terlepas dari tanah dengan drainase gravitasi selama air surut. Keuntungan penting lainnya dari
irigasi pasang surut adalah bahwa varietas unggul dapat ditanam menggantikan varietas lokal,
dan penanaman dapat dimulai lebih awal yang pada gilirannya meningkatkan kemungkinan untuk
menanam tanaman kedua.
Pengelolaan Air di Zona Adaptif (gambut)
Tujuan drainasi pada lahan pertanian di zona pengelolaan adaptif, terutama Blok C, lebih rumit daripada untuk
wilayah pengembangan:
• Pertahankan elevasi muka air yang tinggi untuk meminimalkan drainase di sekitar lahan gambut
• Evakuasi limpasan air hujan berlebih dari lahan dome gambut
• Evakuasi aliran permukaan / aliran air berkualitas buruk dari lahan dome gambut
• Drainase untuk reklamasi lahan dan pematangan tanah
• Drainase untuk pemukiman dan pengembangan tanaman berkelanjutan
Konflik pengaturan air antara menahan air versus drainase di lahan yang ditanami padi sawah di tanah mentah dan
organik dan tidak ada akses ke irigasi pasang surut. Tanaman lahan kering termasuk tanaman pohon membutuhkan
drainase yang lebih dalam, dan ini juga mungkin bertentangan dengan persyaratan pengelolaan air untuk lahan
gambut.
Optimalisasi pengelolaan lahan dan air untuk pertanian di zona adaptif akan melibatkan langkah-langkah berikut:
• Mencegah aliran drainase dari lahan gambut
• Meningkatkan sirkulasi air dan pengaruh dari sungai pasang surut (kedekatan dengan sungai)
• Tambahkan bangunan air untuk mengatur aliran, sambil mempertahankan dasar saluran drainase yang dangkal.
Perencanaan Hidrologis
Kondisi Batas Potensi Lahan Integrasi Perbaikan
• Fluktuasi dan Air pengelolaan System
pasang surut • Hidro-topografi tanah dan air • Pengelolaan Air
harian • Drainase • Zona Konservasi • Sistem
• Fluktuasi • Irigasi penunjang
musiman • Zona Adaptif
• Banjir (non- • Zona
• Kualitas air pasang surut) Pengembangan
• Lahan tidur
• Type A: Land elevation
between mean low tide
and mean high neaps. Daily
irrigation by tidal flooding
during high tide and daily
drainage during low tide;
• Type B: Land elevation
between mean high neaps
tide and mean high springs.
Irrigation by tidal flooding
during spring tide and,
drainage during low tide;
• Type C: Land elevation
above high spring tides. No
tidal flooding, permanent
drainage. Tidal movement
only affects groundwater;
• Type D: Land elevation
beyond the influence of
daily tides, limited
drainage.
Blok A
• DIR Dadahup
• DIR Unit Tatas
• DIR Sei Tatas
• Dir Handil Rakyat Palingkau
• DIR Palingkau SP1 SP2 SP3
• DIR Handil Rakyat Palingkau Seberang
• DIR Handil Rakyat Kaladan Seberang
• DIR Sakalagon
Peta Tutupan Lahan DIR Dadahup
Zona Pasang Surut Sungai
Q banjir
• DIR Dadahup masuk
Q normal
pada Zona II.
• Pengaruh debit Sungai
Barito saat musim hujan
dapat menaikkan elevasi
I II III IV muka air pasang lebih
tinggi daripada musim
kemarau.
• Saat Sungai Barito
banjir, elevasi lahan
berada 70 – 100 cm
dibawah muka air banjir.
• Pengelolaan air semi
polder
▪ Perbandingan elevasi Muka Air dan Lahan

Elv Tanggul +2.0 MSL


Elevasi Pasang Maks Musim Hujan +1.914

+1.098 MSL
Elevasi Pasang Maks Musim Kemarau +0.70 MSL Elv Lahan
-0.35 MSL

-0.5 MSL Sal Kuarter

-1.0 MSL Sal Tersier

Sal Sekunder
-2.08 MSL

Sal Primer

Keterangan Primer Sekunder Tersier Kwarter Lahan


Elv Tanggul +2.0 +2 +1.5 +1.5 +1.0
Elv Dasar Saluran -2 -1.0 -0.5 -0.35 -
Elv Pasang Maks Musim Hujan +1.914 +1.914 +1.914 +1.914 +1.914
Elv Pasang Maks Musim Kemarau +0.7 +0.7 +0.7 +0.7 +0.7
Kedalaman
Gambut
Kedalaman pirit
• Proses reklamasi masih
belum selesai
• Perlu proses oksidasi dan
pelindihan
• Curah hujan sumber
utama air segar
• Pompa diperlukan untuk
membuang air hujan
(pencucian toksik) saat
musim hujan.
MINI POLDER DADAHUP

Perlu pengaturan air


mikro mengingat
perbedaan elevasi lahan
di setiap blok
Blok C (Contoh Zona Adaptif)
DIR Pangkoh2 salah satu unit di
zona adaptif, bagian hulu nya
merupakan zona konservasi
gambut.
• Mencegah aliran drainase
dari lahan gambut
• Meningkatkan sirkulasi air
dan pengaruh dari sungai
pasang surut (kedekatan
dengan sungai)
• Tambahkan bangunan air
untuk mengatur aliran,
sambil mempertahankan
dasar saluran drainase yang
dangkal.
Kebun Sawit

Sawah
Peta Ketebalan
Gambut DIR
PANGKOH (Unit
Pangkoh II)
Peta Kedalaman
Pirit DIR
PANGKOH (Unit
Pangkoh II)
Peta pH
Tanah
Usulan Sistem Tata Air Pangkoh 2

Peluap
Bangunan
SP Pembawa-2 Ambang
Sungai Kahayan
Pangkoh-2

SP Pembuang
Pangkoh-2
Sungai Kahayan

SP Pembawa-1 Bangunan
Pangkoh-2 Ambang

+ 1,80 m Fresh water

D + 1,50 m
-0,5 m
SALURAN PRIMER PEMBAWA SATU ARAH
AMBANG –BANGUNAN PELIMPAH TYPE GERGAJI
MANAJEMEN TATA AIR PADA LAHAN
DENGAN HYDROTOPORAFI C,D ADALAH
RETENSI AIR- TABAT
Pintu klep pada zone Hidrotopografi A, B

Posisi engsel klep harus


tercelup saat pasang
Posisi Klep di zone Hidrotopografi D

Posisi engsel klep tidak


tercelup saat pasang
Blok D
• Dominasi tanah mineral
• Musim kemarau intrusi air asin
• Produksi sudah lebih baik (4 – 5,5 Ton/ha)
• Masih dapat ditingkatkan dengan water management lebih baik selain
pola budidayanya.
Dominasi
Hidrotopografi A
Peta Ketebalan
Gambut
• Produksi Padi sawah cukup
tinggi
• Pirit dibawah 1,0 m
Gambut tipis 0,25
• Proses reklamasi sudah cukup
memberi ruang budidaya
pertanian.
• Peningkatan infrastruktur
usaha tani (Pengembangan
Tahap 2)
Peningkatan
Pengelolaan Air

• Controlled Drainage
• Water retention
• Flood and Salinity Control
• Flushing
• One-way Canal Flow
Ucapan Terima Kasih
• Direktur Irigasi dan Rawa KemenPUPR
• Kepala Balai Wilayah Sungai Kalimantan II
• Konsultan
• PT. Virama Karya KSO PT Wiratman. Konsultan SID Rehabilitasi dan Peningkatan
Jaringan Irigasi Rawa Blok A
• PT. Wahana Adya KSO PT Wastu Citra, Konsultan SID Rehabilitasi dan Peningkatan
Jaringan Irigasi Rawa Blok B
• PT. Caturbina Guna Persada KSO PT Multimera Harapan - PT Putra Pertiwi Perkasa.
Konsultan SID Rehabilitasi dan Peningkatan Jaringan Irigasi Rawa Blok C
• PT. Yodya Karya KSO PT Wahana Krida Konsulindo - PT Rancangtama Bangunmandiri
Indracipta. Konsultan SID Rehabilitasi dan Peningkatan Jaringan Irigasi Rawa Blok D

Atas perkenannya untuk menampilkan data pada presentasi ini

Anda mungkin juga menyukai