Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP HOSPITALISASI PADA ANAK DAN KELUARGA

OLEH KELOMPOK : 3

1. JUSMAYANTI

2. RINI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

MAKASSAR 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi tuhan yang telah memberikan nikmat serta hidayahnya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul”Konsep hospitalisasi pada anak dan keluarga”kami menyadadri banyak
terdapat kekurangan dalam makalah ini maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar,15 maret 2021


DAFTAR ISI

SAMPUL.........................................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................

A. Latar Belakang....................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan.................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................

A. Konsep Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga.................................


B. Konsep Family Center Care Dalam Keperawatan Anak....................

BAB III PENUTUP..........................................................................................

A. Kesimpulan..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan perawatan yang dilakukan dirumah sakit dan dapat
menimbulkan trauma dan stress pada klien yang baru mengalami rawat inap dirumah
sakit. Hospitalisasi dapat diartikan juga sebagai suatu keadaan yang memaksa
seseorang harus menjalani rawat inap di rumah sakit untuk menjalani pengobatan
maupun terapi yang dikarenakan klien tersebut mengalami sakit. Pengalaman
hospitalisasi dapat mengganggu psikologi seseorang terlebih bila seseorang tersebut
tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya di rumah sakit. Pengalaman
hospitalisasi yang dialami klien selama rawat inap tersebut tidak hanya mengganggu
psikologi klien, tetapi juga akan sangat berpengaruh pada psikososial klien dalam
berinteraksi terutama pada pihak rumah sakit termasuk pada perawat.
Masalah yang dapat ditimbulkan dari hospitalisasi biasanya berupa cemas, rasa
kehilangan, dan takut akan tindakan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit, jika
masalah tersebut tidak diatasi maka akan mempengaruhi perkembangan psikososial,
terutama pada anak-anak. Masalah tersebut akan berpengaruh pada pelayanan
keperawatan yang akan diberikan, karena yang mengalami masalah psikososial akibar
hospitalisasi cenderung tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan di rumah sakit. Hal
ini tentu saja akan menyebabkan terganggunya interaksi baik dari perawat maupun tim
medis lain di rumas sakit.
a) Family center care merupakan fasilitas yang di berikan oleh paramedis kepada
keluarga untuk mengurangi rasa stress anak terhadap hospitalisasi, sehingga
keluarga berperan penting dalam proses penyembuhan anak, agar anak tidak
merasa cemas akibat perpisahan dan memudahkan perawat untuk melakukan
intervensi kepada anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari konsep hospitalisasi pada anak dan keluarga
2. Apa pengertian dari konsep family center care dalam keperawatan anak

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari konsep hospitalisasi pada anak dan keluarga
2. Untuk mengetahui pengertian dari konsep family center care dalam keperawatan
anak
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP HOSPITALISASI PADA ANAK DAN KELUARGA


Hospitalisasi adalah bentuk stressor individu yang berlangsung selama individu
tersebut dirawat dirumah sakit. Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena
suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di RS,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya ke rumah.
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena
stressor yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti:
1. Lingkungan yang asing
2. Berpisah dengan orang yang berarti
3. Kurang informasi
4. Kehilangan kebebasan dan kemandirian
5. Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan , semakin sering
berhubungan dengan rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau
malah sebaliknya
6. Prilaku petugas Rumah Sakit.

 Perubahan Yang Terjadi Akibat Hospitalisai


1. Perubahan konsep diri.
Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citra
tubuh perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri,
harga diri dan identitasnya.

a) Regresi
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau
lebih rendah dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.
b) Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
c) Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak
realistis, tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan
identitas dan sulit bekerjasama mengatasi masalahnya.
d) Takut dan Ansietas
Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap
penyakitnya.
e) Kehilangan dan perpisahan
Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan
yang asing dan jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan,
berpisah dengan pasangan dan terasing dari orang yang dicintai.

 Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi


Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia
perkembangan anak,pengalaman sebelumnya terhadap sakit,sistem pendukung
yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya,pada umumnya,reaksi anak
terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan,kehilangan, perlukaan
tubuh,dan rasa nyeri.
 Reaksi anak pada hospitalisasi :
1. Masa bayi(0-1 th)
Dampak perpisahan Pembentukan rasa P.D dan kasih sayang Usia anak >
6 bln terjadi stanger anxiety /cemas
- Menangis keras
- Pergerakan tubuh yang banyak
- Ekspresi wajah yang tak menyenangkan
2. Masa todler (2-3 th)
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan, Disini respon perilaku
anak dengan tahapnya.
- Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
- Putus asa menangis berkurang,anak tak aktif,kurang menunjukkan
minat bermain, sedih, apatis
- Pengingkaran/ denial
- Mulai menerima perpisahan
- Membina hubungan secara dangkal
- Anak mulai menyukai lingkungannya
3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )
- Menolak makan
- Sering bertanya
-Menangis perlahan
- Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
Perawatan di rumah sakit :
- Kehilangan kontrol
- Pembatasan aktivitas
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga
ada perasaan malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah,
berontak,tidak mau bekerja sama dengan perawat.

4. Masa sekolah 6 sampai 12 tahun


Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang
dicintai , keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan.
Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dlm keluarga,
kehilangan kelompok sosial,perasaan takut mati, kelemahan fisik. Reaksi
nyeri bisa digambarkan dgn verbal dan non verbal.
5. Masa remaja (12 sampai 18 tahun )
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Saat
MRS cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktifitas kehilangan
control Reaksi yang muncul:
- Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
- Tidak kooperatif dengan petugas
 Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan respon :
- bertanya-tanya
- menarik diri
- menolak kehadiran orang lain
 Reaksi Orang Tua Terhadap Hospitalisasi
Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi & Perasaan yang muncul dalam
hospitalisasi,
Takut dan cemas, perasaan sedih dan frustasi. Kehilangan anak yang dicintainya:
- Prosedur yang menyakitkan
- Informasi buruk tentang diagnosa medis
- Perawatan yang tidak direncanakan
- Pengalaman perawatan sebelumnya & Perasaan sedih
Kondisi terminal perilaku isolasi /tidak mau didekati orang lain & Perasaan
frustasi. Kondisi yang tidak mengalami perubahan Perilaku tidak kooperatif,putus
asa,menolak tindakan,menginginkan P.P & Reaksi saudara kandung terhadap
perawatan anak di RS Marah, cemburu, benci, dan rasa bersalah
 Intevensi Keperawatan Dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi
 Fokus intervensi keperawatan adalah
- meminimalkan stressor
- memaksimalkan manfaat hospitalisasi memberikan dukungan psikologis
pada anggota keluarga
- mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit
 Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress dapat dilakukan dengan
cara :
- Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
- Mencegah perasaan kehilangan kontrol
- Mengurangi / meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa
nyeri
 Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan :
- Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
- Modifikasi ruang perawatan
- Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah: - Surat menyurat,
bertemu teman sekolah.
 Mencegah perasaan kehilangan kontrol:
- Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.
- Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
- Buat jadwal untuk prosedur terapi,latihan,bermain
- Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang
tua dalam perencanaan kegiatan
 Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri:
- Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur
yang menimbulkan rasa nyeri
- Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
- Menghadirkan orang tua bila memungkinkan
- Tunjukkan sikap empati
- Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang
dilakukan melalui cerita, gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang
kemampuan psikologis anak menerima informasi ini dengan terbuka.
 Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak:
- Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua
untuk belajar
- Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak.
- Meningkatkan kemampuan kontrol diri.
- Memberi kesempatan untuk sosialisasi.
- Memberi support kepada anggota keluarga.
 Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit
- Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak.
- Mengorientasikan situasi rumah sakit.

1. KONSEP FAMILY CENTER CARE DALAM KEPERAWATAN ANAK


Keluarga sebagai suatu kehidupan yang konstan dan seorang individu yang
mendukung, menghargai, dan meningkatkan kekuatan dan kompetensi dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap anak.
Sistem pelayanan dan personelnya harus mendukung, menghargai, memicu,
dan meningkatkan kekuatan dan kompetensi keluarga melalui pendekatan
pemberdayaan dan perbantuan efektif .
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat, akan
tercipta komunitas yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu
anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain.
Peran perawat keluarga sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk membangun
keluarga sehat sesuai budayanya. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan
keperawatan, konselor, pendidik, atau peneliti agar keluarga dapat mengenal
tanda bahay dini gangguan kesehatan pada anggota keluarganya.
Sebagai perawat, kita harus mampu memfasilitasi keluarga dalam pemberian
tindakan keperawatan langsung, pemberian pendidikan kesehatan pada anak,
memperhatikan bagaimana kehidupan sosial, budaya dan ekonomi keluarga
sehingga dapat membantu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari
keluarga tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Tujuan dari family care center ini adalah memelihara peran keluraga dan
perawat dalam merawat anak di rumah sakit untuk mengurangi rasa cemas dan
rasa keputusasaan ketika anak mengetahui penyakit yang dideritanya.
Keluarga dapat menjalankan fungsinya sebagai koping bagi anak untuk
memberikannya kenyamanan emosional, membantu anak dalam membentuk
identitas dan mempertahankan saat terjadi stress. Mengurangi stersor dan reaksi
keluarga terhadap anak yang dihospitalisasi. Karena stresor juga bisa berdampak
pada orang tua atau keluarga klien diakibatkan rasa takut, cemas dan frustasi
akan keseriusan penyakit yang di derita oleh anggota keluarganya
 Konsep dasar pada proses family center care
Terdapat 2 konsep dasar pada proses family center care antara lain:
1. Enabling (melibatkan keluarga)
Stress utama dari masa bayi pertengahan sampai usia prasekolah,
terutama untuk anak-anak yang berusia 6-30 bulan, adalah kecemasaan
akibat perpisahan, disebut depresi anaklitik. ada beberapa fase perpisahan
pada anak yaitu:
a. Fase protes Pada fase ini anak-anak bereaksi secara agresif
terhadap perpisahan dengan orang tua. Mereka menangis dan
berteriak memanggil orang tua mereka, menolak perhatian dari
orang lain, dan kedudukan mereka tidak dapat ditenangkan.
b. Fase putus asa Selama fase putus asa, tangisan berhenti, dan
muncul depresi. Anak tersebut menjadi kurang begitu aktif, tidak
tertarik untuk bermain atau terhadap makanan, dan menarik diri dari
orang lain.
c. Fase pelepasan disebut juga penyangkalan. Pada tahap ini, secara
superfisial tampak bahwa anak akhirnya menyesuaikan diri terhadap
kehilangan. Anak tersebut menjadi lebih tertarik pada lingkungan
sekitar, bermain dengan orang lain, dan tampak membentuk
hubungan baru. Akan tetapi perilaku ini merupakan hasil dari
kepasrahan dan bukan merupakan tanda-tanda kesenangan. Anak
memisahkan diri dari orang tua sebagai upaya menghilangkan nyeri
emosional karena menginginkan kehadiran yang dangkal dengan
orang lain, menjadi makin berpusat pada diri sendiri, dan semakin
berhubungan dengan objek materi.
Fase-fase tersebut mengakibatkan distress pada orang tua, yang tidak
menyadari arti dari reaksi tersebut. Jika orang tua dianggap pengacau maka orang
tua akan menganggap ketidakhadiran mereka sebagai suatu yang bermanfaat bagi
penyesuaian dan pemulihan anak. Mereka berespons terhadap perilaku anak degan
hanya tinggal sebentar, tidak sering mengunjungi anak, atau membohongi anak jika
tiba saatnya untuk pergi. Akibatnya adalah siklus kesalahpahaman yang destruktif
dan kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Pada proses ini perawat melibatkan keluarga dengan cara menciptakan
kesempatan bagi para anggota keluarga terutama orangtua dari anak tersebut untuk
menemani anak dan cara bagi semua anggota keluarga untuk menampilkan
kemampuan dan keterampilan yang ada dalam menjalankan fungsinya sebagai
keluarga. Sehigga dapat mengurangi rasa cemas akibat perpisahan dengan keluarga
pada anak tersebut.
Untuk menguragi rasa cemas akibat perpisahan dapat di lakukan dengan cara
menerima kehardiran orang tua setiap waktu, melakukan pendekatan kepada klien
dengan cara meluangkan waktu secara fisik dekat dengan anak sambil
menggunakan suara bernada tenang, pilihan kata yang tepat, kontak mata, dan
sentuhan dengan cara yang membentuk hubungan dan mengkomunikasikan empati.
2. Empowering (pengambil keputusan)
Perawat memberikan hak kepada keluarga dalam pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan masalah kesehatan anaknya dan tidakan-tindakan yang harus
dilakukan, namun sebelumnya perawat harus memberikan informasi mengenai
keputusan-keputusan yang seharusnya keluarga putuskan.
Pada konsep empowering perawat harus menjalankan fungsinya sebagai
pendidik, fasilitator, dan sebagai supervisor pelayanan keperawatan atau sebagai
pembina dalam menjalankan sauhan keperawatan untuk menghindari kesenjangan
antara keluarga dan unit pelayanan kesehata.
 Adapun kosep-konsep pendukung lainnya yaitu:
1. Family Strengths (kekuatan keluarga)
Keluarga merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan anak-anak.
Perawat mendukung keluarga dalam pengambilan keputusan untuk
perawatan anak mereka dan membantu keluarga agar lebih percaya diri
dalam menghadapi penyakit anak mereka.
2. Respect (menghormati)
Keluarga membutuhkan kepercayaan dan dihormati, termasuk
menghormati nilai masing-masing keluatga tentang kehatan, kepercayaan,
nilai agama, dan budaya. Perawat juga harus menghargai pengetahuan
keluarga tentang anak mereka, menngakui otoritas mereka sebagai
pengambil keputusan dan menghormati pilihan mereka.
3. Choice (pilihan)
Perawat menyediakan informasi yang keluarga butuhkan untuk membuat
suatu keputusan yang cerdas mengenai pengobatan dan mendukung
keputusan yang mereka buat sehingga keluarga mengerti dan mengetahui
keuntungan dan kerugian dari keputusan yang mereka buat.
4. Information sharing (berbagi informasi)
Perawat memberikan informasi medis kepada keluarga mengenai
informasi pribadi anak mereka. Hal ini bertujuan untuk membangun
kepercayaan antara tenaga medis dan keluarga
5. Support (mendukung)
Perawat mendukung keluarga dan menghormati keputusan yang mereka
buat. Mendukung atau mendorong kemampuan keluarga dalam merawat
anak mereka, sehingga keluarga lebih percaya diri.
6. Fleksibilitas
Keluarga memiliki kepribadian yang berbeda, pengalaman hidup, nilai,
kepercayaan, pendidikan dan latar belakang agama dan budaya sehingga
family center care menekankan bahwa perawat harus fleksibel, tidak
membeda-bedakan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan preferensi
dari semua keluarga.
7. Kolaborasi
Sebagai mitra dalam perawatan, staf profesional, dan anggota keluarga
bekerjasama sebagai kolabolator dalam kepentingan terbaik anak

 Kegunaan dari family center care


1. Kontinuitas keluarga dengan anak Dalam hal ini kelurga dan anak bisa
menjalankan fungsinya seperti biasa, agar tidak ada kesenjanga selama
hospitalisasi.
2. Menghilangkan separation anxiety Dengan adanya keluarga yang berperan
dalam asuhan keperawatan anak, dapat mengurangi rasa cemas akibat
perpisahan dengan keluarga, karena keluarga selalu mendampingi setian
intervensi yang diberikan kepada anak.
3. Reaksi terhadap denial dan keputusasaan berkurang
4. Meningkatkan rasa aman anak Anak akan merasa aman ketika ada keluarga
di dekatnya ataupun ornag terdekat sehingga mereka akan percaya ketika
perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada dirinya.
5. Meningkatkan peran orangtua Peran orang tua sangat mempengaruhi proses
kesembuhan anak karena anak akan merasa didukung oleh orang tuanya,
atau memotivasi anak agar lekas sembuh.
6. Mengurangi rasa bersalah
7. Mengurangi reaksi hospitalisasi Biasanya anak-anak dapat bereaksi
terhadap stress hospitalisasi, sehingga peran keluarga sanagt penting sekali
dalam hal ini.
8. Keluarga merasakan kepercayaan diri dan kompetensi yang lebih besar dan
lebih sedikit stress dalam mengasuh anak-anaknya
9. Ketergantungan keluraga berkurang Dengan memberikan pengarahan atau
pengetahuan kepada keluarga, ketergantungan keluarga dengan perawat
akan berkurang, dan keluarga dapat mandiri dalam mengsuh anaknya.
10. Para profesional merasakan kepuasan kerja yang lebih besar
11. Baik orang tua atau pemberi asuhan keperawatan mendapat kemampuan
untuk mengembangkan keterampilan dan keahlian baru
 Elemen kunci pada family center care
1. Mengenal bahwa keluarga bersifat menetap pada kehidupan anak,
sedangkan personil dan sistem pelayanan berfluktuasi.
2. Memfasilitasi kolaborasi orangtua dan perawat pada semua tingkat asuhan
3. Menghormati keanekaragaman ras, budaya, dan sosio ekonomi dalam
keluarga
4. Mengenali kekuatan keluarga dan perorangan serta menghormati perbedaan
5. Mendorong dan memfasilitasi dukungan keluarga dan jaringan kerja
6. Mengerti dan memasukkan kebutuhan perkembangan bayi, anak, remaja,
dan keluarga dalam sistem asuhan
7. Menerapkan sistem asuhan yang dapat dilaksanakan secara fleksibel
8. Hubungan anak da orang tua adalah unk, berbeda antara yang satu dan
yang lainnya
9. Orang tua dapat memberikan asuhan yang efektif selama hospitalisasi
anaknya
10. Bekerjasama dalam model asuhan adalah fleksibel dan menggunakan
konsep dasar asuhan keperawatan anak, saat tertentu perawat dapat
melakukan asuhan keluarga dan keluarga dapat melakukan asuhan
keperawatan
11. Keberhasilan dari pendekatan ini bergantung pada kesepakatan tim
kesehatan untuk mendukung kerjasama yang aktif dari orang tua.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Hospitalisasi pada anak biasanya menimbulkan masalah berupa cemas, rasa


kehilangan, dan takut akan tindakan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit.
Hospitalisasi pada anak tidak hanya berdampak pada anak itu sendiri tapi juga
berdampak pada orang tua dari anak tersebut.
Peran perawat sangat diperlukan untuk mencegah masalah hospitalisasi
pada anak. Perawat harus memberikan dukungan dan dorongan kepada anak
yang efektif agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan tetap menjaga
kepercayaan anak agar anak tidak merasa takut akan tindakan yang akan
dilakukan oleh perawat.
Selain itu perawat juga berperan sebagai promotif  yang memberikan
pandangan pada keluarga agar selalu setia mendampingi dan memberi perhatian
lebih pada anak yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
Di dalam family center care keluarga didukung dan diberdayakan dalam
peranannya sebagai pengasuh alamiah dan pembuat keputusan dengan cara
membina kemampuan uniknya sebagai individu dan keluarga. Sehingga peran
dan fungsi keluarga bisa berjalan seperti biasanya dan tidak ada yang berubah
selama anak dalam hospitalisasi. Family center care juga dapat membuat anak
mengurangi rasa cemasnya akibat hospitalisasi, dan lebih mendekatkan
keluarga dengan anak.
B. SARAN
Degan adanya makalah ini masih banyak kekurangan di dalamnya oleh kiranya
saran dan kritik dari dosen pembimbing untuk perbaikan makalah ini
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.psychologymania.com/2012/08/hospitalisasi-pada-anak.html
http://kumpulan-askepaskep/2011/03/hospitalisasi-pada-anak.html
http://wwwbroniescom/2010/05/makalah-hospitalisasi.html
Repository.usu.ac.id (dikutip pada tanggal 24 maret 2014 8:59)
www.library.upnvj.ac.id(dikutip pada tanggal 24 maret 2014 09:01)
Wong, Donna L. 2008. “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Volume 2”.
Jakarta: EGC
Sudiharto. 2007. “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan
Keperawatan Transkultural”. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai