Anda di halaman 1dari 106

Sucilestari

KOMPLIKASI NIFAS
Dr. I Gusti Ngurah Made Bayuningrat, Sp. OG(K)., M.M.

Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan|Konsultan Obsginsos


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa
Denpasar © 2019
DEFINISI KOMPLIKASI NIFAS
• Keadaan Abnormal yg bisa terjadi pada Masa Nifas à
Masuknya Kuman-kuman à Alat Genitalia Pada Waktu
Persalinan dan Nifas.
• Masa Nifas : Masa Setelah Plasenta Lahir dan Berakhir
Ketika Alat-alat Kandungan Kembali Seperti Sebelum
Hamil yang Berlangsung Selama Kira-kira 6 Minggu (42
Hari).
• Periode Masa Nifas (Puerperium) : Periode Waktu
Selama 6-8 Minggu atau 42 hari Setelah Persalinan
1 ENDOMETRITIS

2 SUBINVOLUSI UTERUS

3 DEEP VEIN THROMBOSIS (DVT)

4 SEPTIC PELVIC TROMBOPLEBITIS (SPT)

5 INKONTINENSIA URIN & ALVI


KOMPLIKASI NIFAS

DEFINISI PEMERIKSAAN PENUNJANG

ETIOLOGI DIAGNOSIS BANDING

PATOFISIOLOGI PENATALAKSANAAN

GEJALA PENCEGAHAN

PEMERIKSAAN FISIK PROGNOSIS


Endometritis

• Infeksi yang PALING SERING


pada masa nifas, dimana
kuman-kuman memasuki
endometrium melalui bekas
luka insersio plasenta sampai
endometrium, dapat pula
menyebar ke sekitarnya
(biasanya keluhannya nyeri)
• Etyology :
Endometritis, endomyometritis dan
– endon = within
endoparametritis merupakan nama2
– Metra = womb/uterus lainnya, penyebutannya tergantung dari
– Itis = inflamation lokasi peradangannya dmn, penyebutan
lumrahnya metritis
DEFINISI Endometritis
• Peradangan yang terjadi
pada lapisan
endometrium uterus,
yaitu lapisan bagian dalam
dinding Rahim yang
terjadi karena infeksi.
Selain endometrium,
peradangan dapat
melibatkan myometrium,
sampai parametrium (bisa
juga menyebar ke
sekitar2nya)
KLASIFIKASI Endometritis
• Endometritis Yang Tidak Terkait Kehamilan
(Non Obstetric)à Akut
– Penyakit Radang Panggul (PRP)/Pelvic Inflammatory
Disease (PID)
– Sering dikaitkan dengan peradangan saluran tuba
(salpingitis), Ovarium (Ooforitis), dan Peritoneum pelvis
(peritonitis panggul)
– The Centers for Disease Control an Prevention (CDC)
2015 : PID sebagai kombinasi ENDOMETRITIS,
salpingitis, abses tubo-ovarium, dan peritonitis panggul.
– Prosedur tindakan ginekologi invasive
KLASIFIKASI Endometritis
šENDOMETRITIS TERKAIT KEHAMILAN
(obstetric)à Kronis
šProduk konsepsi pasca bersalin (abortus)

šPerspektif Patologist :
šEndometritis Akut : ada neutrophil di dalam
kelenjar endometrium.
šEndometritis Kronis : ada sel plasma dan limfosit
dalam stroma endometrium
EPIDEMIOLOGI Endometritis (jarang)
• Insiden Metritis di Parkland Hospital
pada wanita yang MELAHIRKAN
NORMAL 1-2%. š Insiden Endometritis postpartum di Amerika
Serikat bervariasi tergantung pada :
• Pada persalinan pervaginam,
š Cara persalinan, Populasi pasien
Wanita yang berisiko tinggi
mengalami infeksi à š Faktor risiko, dan antibiotika profilaksis
yang diberikan
– Pecah ketuban,
šPERVAGINAM : 1-3%
– Persalinan memanjang,
šOPERASI SESAR : 13-90%
– Pemeriksaan dalam berulangkali
š Kasus non obstetric, Endometritis
à menimbulkan METRITIS 5-6%, bersamaan dapat terjadi 70-90% dari
sedangkan pada kasus salpingitis yang terdata.
KORIOAMNIONITIS risiko infeksi
menetap 13% Apapun jalan bersalinnya, itu beresiko terhdap endometrium
atau rongga rahim. Apalagi jalan yg dipilih SC karena banyak
alat yg digunakan dan lukanya lebih besar dibandingkan
pervaginam, makanya tingkat infeksinya lbh tinggi
ETIOLOGI Endometritis
• Penyakit polimikroba yang melibatkan,
rata-rata 2-3 organisme
• Kebanyakan kasus : INFEKSI ASENDERING
dari organisme yang ditemukan pada flora
normal vagina (dari bawah/kemaluan)
• Ureaplasma urealitikum dan Gardenella
dihubungkan dengan peningkatan infeksi
nifas.
• penyebab lain : Bius Umum, Operasi Sesar
Kehamilan Ganda, Usia Ibu dan belum
pernah punya anak, Persalinan
memanjang, Kegemukan, Air ketuban hijau
• Karena bekas bersalin dan ada darah di
dalam itu akan menjadi tempat
berkembang biaknya kuman lebih mudah
makanya banyak terjadi pd ibu2 masa nifas
PATOFISIOLOGI Endometritis

Flora normal menginfeksi à kemudian dia akan berkembang menjadi


anaerob conditions (ini yg jadi masalah, biasanya diberikan antibiotik
metronidazol, clindamicin
PATOFISIOLOGI Endometritis
• Infeksi endometrium, atau
desidua biasanya terjadi akibat
infeksi yang naik (Ascend) dari
saluran genital bawah ke
endometrium, tuba, peritoneum
à PID (endometritis, salpingitis,
oovoritis, peritonitis)

Proses infeksi tidak hanya di endometrium, bisa


kesalpingnya, bisa ke indung telurnya juga.
PATOFISIOLOGI Endometritis

Bisa ada abses, penularannya Endometrium kan bagian lapisan mukosa dari rahim, diluarnya
bisa infeksi langsung atau bisa ada miometrium,diluarnya lagi serosa. Jika dari endometrium
juga melalui kelenjar dia meluas lagi bisa ke otot rahimnya à miometritis, kl kena
serosa àparametritis jadinya, diluar dari rahim lagi, didinding
perutnya àperitonitis
GEJALA Endometritis

o Demam 38-390C
o Menggigil
o Nyeri Abdomen
o Nyeri Parametrium
o Lekositosis (15.000-
30.000 cells/µL)
o Lokia berbau

Kl sudah itis2 brrti ada tanda2


inflamasi (tumor, kalor,dolor,dll)
PEMERIKSAAN FISIK Endometritis
Pemeriksaan Fisik Umum :
– Vital Sign : Suhu Badan meningkat (Demam), bisa disertai Menggigil,
Denyut Nadi cenderung Meningkat
– Nyeri tekan Abdomen dan Parametrium

• Pemeriksaan Abdomen : Bising Usus hipoaktif,


Uterus postpartum sering terasa nyeri raba
• Pemeriksaan Pelvis/Ginekologi :
– Uterus lunak dan sering membengkak
– Lokia berbau busuk (infeksi anaerob)
– Nyeri tekan abdomen
– Slinger Pain
PEMERIKSAAN PENUNJANG Endometritis

• Hitung darah lengkap dengan Apusan Darah : Lekositosis


(15.000-30.000 cells/µL) disertai pergeseran ke kiri (shift
to the left)
• Urinalisis : normal, kecuali ada ISK
• Bakteriologi
• Kecepatan Sedimentasi Eritrosit
• Foto Abdomen : udara dalam jaringan pelvis
Untuk mencari faktor2 resiko yg lain
DIAGNOSIS BANDING Endometritis
Pikirkan penyebab2 sakit perut bawah
• Infeksi Saluran Kemih
• Tromboplebitis pelvis
• Abses Pelvis
• Septikemia
• Infeksi Pernapasan
• Demam obat
PENATALAKSANAAN Endometritis

Terapi untuk kuman anaerob ex :


Clindamicin
gentamicin
PENCEGAHAN Endometritis
• Mempersiapkan masa prakonsepsi, konsepsi, dan
pasca konepsi agar terhindar dari
peradangan/infeksi (untuk pencegahan
endometritis masa nifas dilakukan persalinan
bersih dan aman)
PROGNOSIS Endometritis
• kl terapinya cepat dan tepat à Hampir 90% wanita yang
diterapi mengalami perbaikan (regimen 48-72 jam)
• Keterlambatan terapi antibiotik dapat menyebabkan
toksisitas sistemik.
• Endometritis dikaitkan dengan peningkatan mortalitas ibu
karena syok septik.
• Kematian di Amerika serikat jarang terjadi karena
manajemen antimikroba yang agresif.
• Menurut PID Evaluation and Clinical Health (PEACH)
Endometritis tidak ditemukan terkait dengan komplikasi
pada kehamilan berikutnya, nyeri panggul kronis, atau
infertilitas
Subinvolusi Uterus
• Kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi, dan
keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab umum perdarahan
pascapartum.
• Proses involusi Rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya,
sehingga proses pengecilan Rahim terhambat (tidak mengecil dlm
42 hari )
• Kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi, keadaan ini
merupakan salah satu dari penyebab umum perdarahan
postpartum.
• Masa involusi adalah masa nifas (puerperium) yang dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil berlangsung 6-8 minggu pasca salin.
• Subinvolution = incomplete involution
• Harusnya kembali ke 7-8cm, kl udah 42 hari didapatkan 10cm brrti
subinvolution
DEFINISI Subinvolusi Uterus
• Pada beberapa kasus, involusi uterus terhambat
disebabkan oleh infeksi, tertinggalnya fragmen plasenta
atau oleh sebab yang lain.
• Subinvolusi biasanya disertai dengan pemanjangan
interval pengeluaran lokia, tidak teratur, perdarahan
Rahim yang banyak
ETIOLOGI Subinvolusi Uterus
• Penyebab terjadinya subinvolusi uteri adalah terjadinya
infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan
selaputnya, terdapat bekuan darah, atau mioma uteri.
• Wager dan coworker (1980) melaporkan tiga dari kasus yang
terakhir, postpartum metritis disebabkan oleh Chlamydia
trachomatis
• Penyebab lainnya tidak lengkapnya remodeling arteri
uteroplasenta.
• Pembuluh darah yang tidak terisi diisi dengan thrombosis
dan kekurangan endotel.
• Trofoblast perivaskuler juga teridentifikasi pada dinding
pembuluh darah, menandakan interaksi yang menyimpang
antara sel uterus dengan trofoblast.
ETIOLOGI Subinvolusi Uterus
• Status Gizi Ibu Nifas yang buruk š Adanya sisa plasenta dan
(Kurang Gizi) (faktor nutrisi masa selaputnya dalam uterus sehingga
nifas, harus tercukupi kebutuhan proses involusi uterus tidak berjalan
diet lengkap dan seimbang) dengan normal atau terhambat.
• Ibu tidak menyusui (harus š Tidak ada kontraksi (gangguan
menyusui krna menyusui baik kontraksi)
untuk semua)
š Terjadi Infeksi pada Endometrium
• Kurang mobilisasi (jngn sampe ibu
diem aja di tmpat tidur) š Inflamasi
• Usia š Mioma Uteri (tumor jinak, bisa
• Paritas mengganggu kontraksi shg
• Adanya bekuan darah yang tidak harusnya involusi tapi ini terhalang
keluar dari Rahim (ex: ada sisa jadinya subinvolusi)
plasenta yg tertinggal)
š Kebiasaan negatif ibu
• Komplikasi persalinan
• Anestesia š Lingkungan
PATOFISIOLOGI Subinvolusi Uterus

Tabel. Proses Involusi Uterus


• Kekurangan darah pada uterus, Involusi Tinggi Fundus Berat
Uterus
akibat pengurangan aliran
darah ke uterus pasca Plasenta lahir Sepusat 1.000 gram

melahirkan.
7 hari (1 minggu) Pertengahan pusat- 500 gram
• Terjadi gangguan kontraksi, simfisis
pembuluh darah tidak
menutup sempurna, 14 hari (2 minggu) Tak teraba 350 gram
perdarahan terus menerus,
42 hari (6 minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50 gram
memicu infeksi dan inflamasi
endometrium à subinvolusi
56 hari (8 minggu) Normal 30 gram
GEJALA Subinvolusi Uterus
• Umumnya gejala tidak tampak 4-6 minggu pasca salin
– Uterus membesar dan penurunannya lambat serta tonus uterus
lembek.
– Lokia banyak dan menetap (memanjang) bisa lebih dari 2
minggu pasca salin.
– Lokia berbau jika terjadi infeksi
– Tampak pucat, tekanan darah rendah
– Bisa terjadi perdarahan postpartum dalam jumlah banyak
– Nadi lemah, gelisah, letih, ekstremitas dingin.
– Lekore
– Perdarahan massif yang tidak teratur
PEMERIKSAAN FISIK Subinvolusi Uterus
• Pada pemeriksaan bimanual uterus akan tampak lebih
lebar dan lebih lunak
• Ibu mengatakan darah yang keluar dari kemaluan berbau
menyengat dan kadang disertai demam.
• Pemeriksaan Fisik :
– Terlihat pucat
– Demam
– Uterus tidak berkontraksi
– Letak fundus uteri tetap tinggi/penurunan fundus uteri
melambat
PEMERIKSAAN PENUNJANG Subinvolusi Uterus
• USG : mengidentifikasi fragmen yang tertahan di dalam
uterus.
• Radiologi
• Laboratorium (Darah Lengkap, Golongan darah, Clotting
time, Bleeding Time)
DIAGNOSIS BANDING Subinvolusi Uterus
• Atonia Uteri (karena atonia uteri rahimnya juga
membesar, kejadiannya ada yg dini dan ada juga yg
lebih dari 42 jam terjadi, karena atonia juga bagian dari
salah satu faktor penyebab subinvolusi)
• Perdarahan Post Partum (krna gejalanya juga keluar
darah, harusnya sudah bersih dlm 42 hari kecuali haid)
PENATALAKSANAAN Subinvolusi Uterus
• Pemberian UTEROTONIKA
– Metilergometrin (Metergin) 0,2 mg 3-4 jam dalam 24-48 jam
pertama secara oral (agar tonusnya bagus)
• Pemberian ANTIBIOTIKA
– Jika TERDAPAT INFEKSI maka diberikan ANTIMIKROBA
(AZITHROMYSIN DAN DOXYCYCLINE)
• Jika ada SISA JARINGAN di cavum uteri dilakukan
KURETASE.
• Pemberian TRANSFUSI (Jika HB < 7gr/dl) (kl lebih dari 7
berikan tablet besi)
PENCEGAHAN Subinvolusi Uterus
• Pemeriksaan lanjut perkembanagn fase nifas.
• Konsumsi zat gizi dan vitamin (berikan KIE tentang
nutrisi)
• Olah raga (senam kegle/jepit lepas)
PROGNOSIS Subinvolusi Uterus
• PROGNOSIS BAIK apabila tindakan segera dilakukan
serta perdarahan akibat subinvolusi uterus segera
dihentikan.
Deep Vein Thrombosis (DVT)
• DEFINISI : BEKUAN DARAH (Trombus) di VENA dalam yang sebagian
besar tersusun atas :
– Fibrin
– Sel darah merah.
– Sebagian kecil komponen leukosit dan trombosit.
• Trombus pada sistem vena dalam sebenarnya tidak berbahaya.
• Menjadi berbahaya dan dapat menimbulkan kematian jika ada
sebagian trombus yang terlepas, mengikuiti aliran darah dan
menyumbat arteri di dalam paru-paru (Emboli Paru) (makanya knapa
ibu melahirkan apalagi tensi tinggi itu bahaya/bisa stroke, tensi tinggi
bisa menyebabkan gagal jantung, gagal jantung menyebabkan
turbulensi dari aliran darah jantung, kl kepekatan darah tinggi bisa
jadi trombus, trombus lepas menyumbat ke otak bisa stroke)

Trombus itu ada bekuan darah yg menyumbat, bisa sebagian atau


seluruhnya (varises)
Epidemiologi DVT
• Insiden di Eropa dan Amerika Serikat ± 50 per
100.000 populasi/tahun
• Angka Kejadian Meningkat sesuai usia
– < 15 tahun 1: 10.000-20.000 populasi/tahun
– > 70 tahun 1 : 1.000 populasi/tahun
– Ras Asia dan Hispanik < Kaukasia, Afrika-Amerika Latin,
Asia Pasifik
– Tidak Ada perbedaan insiden antara pria dan wanita
Faktor Risiko DVT
• Kelainan Kardiovaskuler ke-3 (meskipun di vaskuler aja
tapi bisa kejantung juga, karena jantung central dr
aliran darah), setelah penyakit coroner arteri dan stroke
• Angka Kejadian DVT pertahun 1 : 1000
• Faktor Risiko :
– Usia Tua (hati2 pd hamil usia tua)
– Immobilitas Lama
– Trauma
– Hiperkoagulabilitas
– Obesitas
– Kehamilan
– Obat-Obatan (Kontrasepsi Hormonal, Kortikosteroid)
Etiologi DVT
• Berdasarkan “VIRCHOW’S TRIAD” ada 3 faktor stimuli
terbentuknya tromboemboli :
– KELAINAN DINDING pembuluh darah
– Perubahan ALIRAN DARAH
– Perubahan DAYA BEKU DARAH
– Faktor Protektif :
• Inhibitor faktor koagulan yang telah aktif (antitrombin berikatan dengan
heparin sulfat pada pembuluh darah, dan protein C yang teraktifasi).
• Eliminasi faktor koagulatif aktif, dan komplek polimer fibrin oleh fagosit
mononuclear dan hepar, serta enzim fibrinolysis.
Patofisiologi DVT
• Tiga Hal dalam proses
terjadinya Trombosis
“VIRCHOW’S TRIAD” :
– STASIS VENA : Aliran darah
vena cenderung melambat,
stasis di daerah yang
mengalami immobilisasi lama
(kl kebanyakan duduk kakinya
bisa bengkak, makanya ibu
hamil gaboleh posisi stasis
dlm waktu yg lama (2jam)
– Trombosis vena merupakan
faktor predisposisi terjadinya
thrombosis lokal, terjadi
gangguan mekanisme
pembersihan aktifitas faktor
PEMBEKUAN DARAH à
Trombosis.
Patofisiologi DVT
• KERUSAKAN PEMBULUH DARAH
šDVT sering terjadi pada
– Proses Pembentukkan kasus aktivitas
Trombosis Vena
pembekuan darah
• Trauma Langsung yang
mengakibatkan faktor meningkat, seperti pada
pembekuan hiperkoagulasi,
• Aktifitas sel endotel oleh sitokin defisiensi anti-thrombin
yang dilepaskan sebagai akibat
kerusakan jaringan dan proses
III, defisiensi protein C,
peradangan defisiensi protein S, dan
• Perubahan DAYA BEKU DARAH kelainan plasminogen
– Aktifitas pembekuan darah
meningkat dan fibrinolysis
menurun.
Manifestasi Klinis DVT
• Tidak selalu jelas dan sama pada setiap orang
• Keluhan Utama : Tungkai bengkak dan Nyeri (vena itu
pasti di perifer)
• Trombosis dapat menjadi berbahaya ketika meluas atau
menyebar ke proksimal.
• Umumnya timbul karena faktor risiko tertentu.
• Dapat juga timbul tanpa etiologi yang jelas (Idiopatik
DVT).
Manifestasi Klinis DVT
Skor Well’s :
< 0 : DVT Rendah
1-2 : DVT Sedang
> 3 : DVT Tinggi
Manifestasi Klinis DVT
• NYERI
– Tidak tergantung Besar dan luas Trombosis
– Keluhan Nyeri sangat bervariasi dan tidak spesifik
• PEMBENGKAKAN
– Sumbatan proksimal : lokasi bengkak dibawah sumbatan dan tidak
nyeri.
– Peradangan jaringan perivaskuler : lokasi bengkak di daerah
trombosis dan nyeri.
– Bengkak bertambah jika berjalan dan berkurang jika istirahat
dengan kaki ditinggikan.
• PERUBAHAN WARNA KULIT
– Tidak spesifik dan tidak banyak ditemukan pada trombosis vena
disbanding arteri 17-20% kasus.
– Kulit pucat, kadang berwarna ungu. Pucat dan dingin __> sumbatan
vena besar +arteri (flegmasia alba dolens)
Diagnosis DVT
• ANAMNESIS
– Tanda dan Gejala : Edema, nyeri, perubahan warna kulit
– Riwayat penyakit dan trombosis Sebelumnya.
– Riwayat trombosis dalam keluarga
• PEMERIKSAAN FISIK : Skor Wells à Kelompok risiko ringan, sedang,
tinggi
• PEMERIKSAAN PENUNJANG (semua bisa mengukur sirkulasi
pembuluh darah vena) :
– Radiologis : Angiorafi (venografi (paling akurat) dan flebografi) à Gold
standard
– Ultrasonografi Doppler (USG Doppler)
– Peningkatan D-dimer (< 5 mg/ml menyingkirkan DVT) dan Penurunan
Antitrombin
– Magnetic Resonance Venography (MRV)
• DIAGNOSIS : DVT ditegakkan berdasarkan GEJALA KLINIS dan
PEMERIKSAAN PENUNJANG berupa laboratorium dan radiologi.
Tatalaksana DVT
• Fase Akut :
o PENATALAKSANAAN :
– Menghentikan bertambahnya trombus.
o Non-farmakologis.
– Membatasi bengkak tungkai yang progresif. o Farmakologis.
– Melisis bekuan darah, mencegah disfungsi o Pembedahan (jika
vena atau sindrom pasca trombosis. diperlukan).
– Mencegah terjadinya Emboli.
• Non Farmakologi :
– Istirahat di tempat tidur (bedrest)
– Meninggikan posisi kaki dan dipasang
compression stocking dengan tekanan 40
mmHg.
š Farmakologi :
š ANTIKOAGULAN :
Tatalaksana DVT
šHeparin à meningkatkan kerja
antitrombin III inhibitor faktor pembekuan
darah, melepaskan tissue factor pathway
inhibitor (TFPI)
šHeparin dihentikan 4-5 hari pemberian
kombinasi dengan warfarin, jika
INR(international Normalized Ratio) > 2.0
š FIBRINOLITIK
š TROMBOLITIK : memecah bekuan darah
(Rekomendasi FDA)
šStreptokinase
šRecombinant Tissue Plasminogen activator
(rt-PA)
šUrokinase
š TROMBEKTOMI : Bedah Trombus à kl ga
mempan dengan antikoagulan
Pencegahan DVT
• Penggunaan antikoagulan profilaksis dan mencegah stasis
vena dengan menggunakan stoking dan intermitten
pneumatic compression dari kaki
• Menghindari berdiri dan duduk terlalu lama tanpa ada
gerakan
• Menekuk dan meluruskan lutut 10 kali setiap 30 menit.
• Penerbangan yang lama, lakukan peregangan dan
berjalan-jalan setiap 2 jam. Berjalan dan menggerakkan
kaki selama di pesawat dan perjalanan dengan mobil
• Emboli Paru
– Penyumbatan arteri pulmonalis
atau percabangannya akibat bekuan Komplikasi DVT
darah dari tempat lain
– Tanda dan Gejala :
• Sesak napas
• Nyeri dada saat menarik napas
• Batuk sampai Hemoptoe
• Palpitasi
• Penurunan Saturasi Oksigen
• Penurunan Kesadaran
• Hipotensi
• Kematian
• Post Thrombotic Syndrome
– Inkompeten katup vena saat rekanalisasi
lumen vena yang mengalami thrombosis
atau karena sisa thrombus dalam lumen
– Ditandai Bengkak, nyeri berulang progresif
PROGNOSIS DVT
• Komplikasi dari DVT dapat mengancam hidup atau secara
kronis melemahkan
• Emboli paru 10% dan 10% mati di RS
• DVT menyebabkan peradangan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan kehilangan kontraktilitas dan secara
kronik menurunkan fungsi.
• Di lain sisi ¾ orang dengan DVT bebas gejala, dibanyak
kasus kondisinya memerlukan sedikit penanganan.
DEFINISI Septic Pelvic Thrombophlebitis (SPT)

• Septic Pelvic Thrombophlebitis


(SPT) dapat terjadi kerusakan
endotel vena pelvis, vena stasis,
dan hiperkoagulasi.
• Biasanya dihubungkan dengan
endometritis postpartum atau
parametritis yang mengikuti
persalinan sesar dengan
chorioamnionitis tetapi dapat
juga terjadi pada kondisi lain,
seperti pembedahan pelvis atau
keganasan.
EPIDEMIOLOGI SPT
• Komplikasi yang sering terjadi sebelum ada penggunaan
antibiotik
• Komplikasi jarang selama kehamilan
• Insiden :
– 1: 9.000 persalinan pervaginam
– 1: 800 persalinan sesar
– 1. 2.000-3.000 (1991)
– 1: 400 (2004) SC
– Studi > 73.000 wanita CS atau VBAC hanya 0,1% kejadian
ETIOLOGI SPT
• Septic embolisasi umum terjadi dan penyebab ketiga
kematian pada ibu (penyebabnya embolisasi dari sel2
infeksi)
• Dengan pemberian antibiotik, angka kematian dan
kebutuhan tindakan pembedahan dapat diminimalisir.
PATOFISIOLOGI SPT
• Cedera intima darai pembuluh darah vena pelvis yang
disebabkan oleh infeksi Rahim yang menyebar,
bakterimea, dan endotoksin, diman terjadi juga trauma
sekunder selama pembedahan atau persalinan
• Virchow’s triad menunjukkan secara lengkap kontribusi
kehamilan yang dikenal dengan status hiperkoagulasi,
pengurangan aliran darah pada pembesaran Rahim, dan
pembuluh vena selama masa postpartum yang
menyebabkan stasis vena
PATOFISIOLOGI SPT
• Septic phlebitis akan timbul dan meluas sepanjang aliran
vena dan dapat menyebabkan thrombosis juga
limpangitis sering terjadi (DVT ditambah infeksi, ini
paling parah)
• Pembuluh vena ovarium dapat terlibat mengakibatkan
aliran kebagian atas Rahim dan ke tempat implantasi
plasenta.
• Puerperal Septic Thrombophlebitis dapat melibatkan
satu atau kedua pleksus vena ovarium.
• Clot (thrombus) dapat masuk ke vena cava inferior
sampai ke pembuluh darah ginjal.
GEJALA SPT
• Pasien sering mengeluh nyeri pada sekitar perut bawah
dan panggul, tipenya non kolik dan menetap. Nyeri
intensitasnya bervariasi dan dapat menyebar ke paha atau
abdomen atas dan dapat pula terjadi ileus paralitik
GEJALA SPT
• Wanita dengan Septic Throbophlebitis biasanya
mengalami perbaikan gejala dengan pemberian
antimikroba, namun demam terus berlangsung.
• Kadang disertai nyeri pada satu atau kedua sisi perut
kuadran bawah, biasanya tidak bergejala kecuali
menggigil.
• Menurut Brown & colleagues : 20% wanita yang
mengalami metritis, demam lebih dari 5 hari dengan
pemberian antibiotik yang tepat didapatkan juga septic
pelvic thrombophlebitis
PEMERIKSAAN FISIK SPT
• Pada pemeriksaan fisik tidak tampak toksik, pasien
merasakan nyeri ringan pada perabaan abdomen bawah
dan kadang teraba massa di abdomen yang
digambarkan sebagai bentuk tali atau sosis
• Karakteristik klinik yang lain dari SPT adalah Emboli Paru
(EP) (tahun 1960-70 didapatkan 32-38% EP pada SPT
• Vital Sign : Demam
• Kadang disertai nyeri pada satu atau kedua sisi perut
kuadran bawah, biasanya tidak bergejala kecuali
menggigil.
PEMERIKSAAN PENUNJANG SPT
• Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan Pelvic Computed
Tomography(CT) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI)
(minimal pemeriksaan dopler)
• CT :
– Adanya pelebaran pada vena-vena yang terlibat.
– Low density dari lumen dinding pembuluh darah
– Peningkatan ketajaman dari dinding pembuluh darah
• MRI :
– Gambaran CT + Tampak sumbatan pada pembuluh darah terlihat
gambar lebih terang, sedangkan aliran darah lebih gelap.
– MRI memvisualisasikan lebih baik perubahan jaringan lunak, dapat
mengevaluasi tanda inflamasi dan edema.
• Walaupun demikian kedua teknik ini memiliki keterbatasan
pada visualisasi pembuluh darah keil spt : uterus, serviks, dan
cabang-cabang pembuluh darah pelvis yang kecil lainnya.
DIAGNOSIS SPT
• Kecurigaan SPT akan timbul ketika demam yang biasanya
mengikuti pola “spiking” gagal respon pada pemberian
antibiotika spktrum luas standar.
• SPT didiagnosa pada 20% pasien dengan demam berlanjut
lebih dari 5 hari dengan pemberian antibiotika yang tepat
• Pemeriksaan Fisik :
– Tidak tampak toksik.
– Ada nyeri dengan tekanan ringan di perut bawah, kadang disertai
perabaan massa di abdomen bawah bentuk tali atau sosis (jarang)
– Emboli Paru
• CT atau MRI (lihat pemeriksaan penunjang SPT diatas)
PENATALAKSANAAN SPT
• Telah terbukti bahwa terapi heparin intravena menyebabkan
demam menghilang pada septic phlebitis
• Walaupun terapi heparin dianjurkan, tidak direkomendasikan
pemberian anticoagulant
• Penambahan hepari selama terapi antimikroba pada kasus
septic pelvic thrombophlebitis tidak mempercepat pemulihan
atau meninglkatkan luaran.
• Tidak ada bukti pemberian antikoagulan jangka panjang pada
kasus non infeksi berkaitan dengan tromboemboli vena
• Eksisi bedah dan ligasi pada vena yang mengalami
penyumbatan adalah terapi pilihan awal disamping terapi
medis lain.
PENATALAKSANAAN SPT
PENCEGAHAN SPT
• Insiden SPT kemungkinan akan meningkat, karena
tingkat SC terus meningkat, Direkomendasikan
penggunaan antibiotika spektrum luas.
Inkontinensia Urin
š keluhan berkemih involunter (beser)
š Proses persalinan sering menimbulkan
komplikasi akibat adanya stres terhadap
• uterus, dan otot-otot kandung
jaringan jalan lahir dan bayi. Pribakti
kemih.
(2006) menyatakan lamanya persalinan • Lemahnya otot dasar panggul
dapat mengakibatkan terjadinya dapat menimbulkan inkontinensia.
kerusakan saraf otot dasar panggul, • Proses persalinan sering
termasuk uterus, dan otot-otot kandung menimbulkan komplikasi akibat
kemih (ada juga inkontenesia alvi : akibat adanya stres terhadap jaringan
komplikasi masa nifas, gabagus jaritan jalan lahir dan bayi. Pribakti (2006)
perineumnya shg terjadi kontinesia alvi. Kl menyatakan lamanya persalinan
ini bisa karna faktor infeksi atau robek dapat mengakibatkan terjadinya
dekat uretra ketika persalinan normal yg kerusakan saraf otot dasar
tidak dijarit) panggul, termasuk uterus, dan
š Pd USG bisa diliat jika gabagus otot-otot kandung kemih.
penjahitannya ketika ada ruptur, ga Lemahnya otot dasar panggul
tersambung ototnya dapat menimbulkan inkontinensia.
Inkontinensia Urin
PREVALENSI Inkontinensia Urin
DEFINISI Inkontinensia Urin
• Inkontinensia adalah
kondisi dimana
seseorang tidak dapat
menahan urin (kencing)
dalam jumlah tertentu
sehingga menimbulkan
gangguan baik dari segi
kesehatan maupun
sosial.
KLASIFIKASI Inkontinensia Urin
FAKTOR RISIKO Inkontinensia Urin
FAKTOR RISIKO Inkontinensia Urin
FAKTOR RISIKO Inkontinensia Urin
ETIOLOGI Inkontinensia Urin
• Secara umum ada 4 penyebab pokok, yaitu:
– gangguan urologik: misalnya radang, batu, tumor dan
divertikel.
– gangguan neurologik: misalnya stroke, trauma pada medula
spinalis dan dementia.
– gangguan fungsional: misalnya hambatan pada mobilitas
penderita.
– gangguan lingkungan: misalnya tidak tersedianya situasi
berkemih yang memadai/saran yang terlalu jauh
ETIOLOGI Inkontinensia Urin
• Peningkatan usia akan menyebabkan penurunan tonus
otot dasar panggul à terganggunya kontrol otot
spingter eksternal uretra dan otot kandung kemih (Kozier,
et al., 2003; Craven & Hirnle, 2007).
• Hatem, et al.(2007) menyatakan bahwa wanita yang
berusia di atas 35 tahun mempunyai risiko 2 (dua) kali
lebih tinggi dibandingkan wanita yang berusia di bawah
35 tahun bukan hanya terhadap inkontinensia tetapi juga
terhadap komplikasi lain seperti perdarahan dan
prolapsus uteri
ETIOLOGI Inkontinensia Urin
• Hickey (2003) : bladder training š Kafein dan alkohol mengiritasi
membantu pasien belajar kandung kemih juga bersifat diuretik
menahan atau menghambat dan akan meningkatkan frekuensi
sensasi urgensi, dan berkemih
sesuai dengan jadwal yang berkemih, serta menghambat
sudah ditentukan dengan tujuan hormon antidiuretik sehingga
meningkatkan interval antar produksi urin meningkat.
waktu pengosongan kandung
kemih ataupun mengurangi š Menurut Ghetti (2006), makanan
frekuensi berkemih selama terjaga dan minuman dapat menyebabkan
sampai dengan waktu tidur, inkontinensia seperti kafein
meningkatkan jumlah urin yang (ditemukan dalam kopi, soda dan
dapat ditahan oleh kandung coklat), dan alkohol. Dengan
kemih, dan meningkatkan
kontrol terhadap urge membatasi makan-an dan
incontinence minuman tersebut dapat
mengurangi inkontinensia.
PATOFISIOLOGI Inkontinensia Urin
PATOFISIOLOGI Inkontinensia Urin
DIAGNOSIS Inkontinensia Urin
DIAGNOSIS BANDING Inkontinensia Urin
PENATALAKSANAAN Inkontinensia Urin
PENATALAKSANAAN Inkontinensia Urin
PENATALAKSANAAN Inkontinensia
PENCEGAHAN Inkontinensia Urin
• Pencegahan inkontinensia akibat kehamilan dan
persalinan.
• Meningkatkan kekuatan otot-otot dasar panggul
termasuk otot detrusor dan uretra.
• Perlu penelitian terhadap kombinasi intervensi bladder
drill, kegel’s exercise, dan pengaturan diet
• Menghindari makanan dan minuman yang
mengandung kafein dan alkohol. inkontinensia urin
pada ibu post partum
PROGNOSIS Inkontinensia Urin
Inkontinensia Ani
• ketidakmampuan mengontrol buang air besar (BAB).
DEFINISI Inkontinensia Ani
PREVALENSI Inkontinensia Ani
PATOFISIOLOGI Inkontinensia Ani
PATOFISIOLOGI Inkontinensia Ani
PATOFISIOLOGI Inkontinensia Ani
PATOFISIOLOGI Inkontinensia Ani
PATOFISIOLOGI Inkontinensia Ani
PATOFISIOLOGI Inkontinensia Ani
ETIOLOGI Inkontinensia Ani
ETIOLOGI Inkontinensia Ani
ETIOLOGI Inkontinensia Ani
ETIOLOGI Inkontinensia Ani
PEMERIKSAAN PENUNJANG Inkontinensia Ani
PEMERIKSAAN PENUNJANG Inkontinensia Ani
PEMERIKSAAN PENUNJANG Inkontinensia Ani
PENATALAKSANAAN Inkontinensia Ani
PENATALAKSANAAN Inkontinensia Ani
PENCEGAHAN Inkontinensia Ani

Anda mungkin juga menyukai