Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN

PENDENGARAN PEKERJA PERCETAKAN KORAN


KOTA DENPASAR

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bising adalah suara atau bunyi yang bersifat menggangu, pada kalangan
pekerja bising dapat dinilai sebagai beban tambahan dalam bekerja. Kebisingan
yang terpapar dalam tingkatan waktu tertentu dapat mengakibatkan gangguan
pendengaran yang disebut sebagai Noise Induced Hearing Loss (NIHL) (Eryani et
al., 2017). Diseluruh dunia 16% gangguan pendengaran disebabkan oleh
lingkungan kerja yang bising (Salawati, 2013). Di Indonesia prevalensi ketulian
sebesar 4,6% atau sebanyak 16 juta orang dan gangguan pendengaran sekitar
16,8% dari jumlah penduduk Indonesia (Eryani et al., 2017)

Menurut para ahli bahwa toleransi pemaparan bising selama 8 jam perhari
sebaiknya tidak melebihi ambang batas 85 dBA (Kesmas, 2016). Di Negara
Republik Indonesia angka ini telah ditetapkan oleh menteri tenaga kerja dan
transmigrasi Republik Indonesia dalam peraturan menteri tenaga kerja dan
transmigrasi nomor per.13/MEN/X/2011 tahun 2011 tentang nilai ambang batas
faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja (Permena, 2011).

Survey terkini yang dilakukan oleh Multi Center Study (MCS)


mengemukakan bahwa terdapat empat negara pada kawasan Asia Tenggara
dengan prevalensi gangguan pendengaran cukup tinggi yang diantaranya,
Indonesia (4,6%), India (6,3%), Myanmar (8,4%), dan Sri Lanka (8,8%). Menurut
studi tersebut prevalensi 4,6% sudah menjadi referensi bahwa gangguan
pendengaran memiliki andil besar dalam menimbulkan masalah sosial dalam
bermasyarakat (Mangnguluang et al., 2014).
Kebisingan secara langsug memberi dampak negatif seperti gangguan
konsentrasi, gangguan komunikasi dan gangguan kenyamanan pendengaran
(Rantung et al., 2015). Gangguan pendengaran akibat bising dipengaruhi oleh
frekuensi dan durasi dalam menerima gelombang suara, selain itu beberapa faktor
lain dapat mempengaruhi seperti usia, jenis kelamin dan penggunaan alat
perlindungan diri (Eryani et al., 2017).

1.2 Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah tingkat kebisingan di tempat percetakan koran kota


Denpasar?

Berapakah persentase pekerja percetakan koran kota Denpasar yang


mengalami gangguan pendengaran?

Bagaimanakah hubungan kebisingan dengan gangguan pendengaran


pekerja percetakan koran kota Denpasar?

1.3 tujuan

untuk mengetahui tingkat kebisingan di tempat percetakan koran kota


Denpasar.

untuk mengetahui persentase pekerja percetakan koran kota Denpasar


yang mengalami gangguan pendengaran.

untuk mengetahui hubungan kebisingan dengan gangguan pendengaran


pekerja percetakan koran kota Denpasar.
1.4 Variabel

Pada penelitian ini meneliti kebisingan sebagai variabel bebas dan


gangguan pendengaran pekerja percetakan koran kota Denpasar sebagai variabel
terikat.

1.5 Subjek

Pada penelitian ini pegawai percetakan koran kota Denpasar sebagai


subjek penelitian

1.6 Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain


cross-sectional

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Suara
2.1.1 Definisi Suara

Suara atau bunyi didefinisikan sebagai serangkaian gelombang yang


merambat dari suatu sumber getar sebagai akibat perubahan kerapatan dan juga
tekanan udara (J.F. Gabriel, 1996:65). Definisi lain suara adalah sensasi yang
dihasilkan apabila getaran longitudinal molekul-molekul dari lingkungan luar,
yaitu fase pemadatan dan perenggangan dari molekul-molekul yang silih berganti,
mengenai membran timpani. Pola dari gerakan ini digambarkan sebagai
perubahan-perubahan tekanan pada membran timpani tiap unit waktu merupakan
sederetan gelombang dan gerakan ini dalam lingkungan sekitar kita umumnya
dinamakan gelombang suara (W.F. Ganong, 1999:171). Gelombang suara adalah
getaran udara yang merambat. Gelombang suara terdiri dari daerah – daerah
bertekanan tinggi akibat kompresi molekul udara dan bergantian dengan daerah-
daerah bertekanan rendah akibat peregangan molekul (sherwood 8th ed).
2.1.2 Sumber Suara
Sumber suara dalam tempat kerja dapat beragam tergantung dari pekerjaan
yang dilakukan. Beberapa diantaranya adalah (Kusman, Sulistiyana and
Hendratno, 2015):
A. Suara mesin
Jenis mesin yang menghasilkan suara pada tempat kerja bisa
bervariasi, begitu juga dengan karakteristik suara yang dihasilkan.
Contonya adalah mesin pembangkit tenaga listrik seperti genset, mesin
diesel, dan sebagainya. Di tempat kerja, mesin pembangkit tenaga
listrik umumnya menjadi sumber kebisingan berfrekuensi rendah
adalah < 400 Hz.
B. Benturan antara alat kerja dan benda kerja
Proses menggerinda permukaan metal dan umumnya pekerjaan
penghalusan permukaan benda kerja, penyemprotan, pengupasan cat
(sandblasting), pengelingan (riveting), memalu (hammering), dan
pemotongan seperti proses penggergajian kayu dan metal cutting,
merupakan sebagian contoh bentuk benturan antara alat kerja dan
benda kerja (material-material solid, liquaid, atau kombinasi antara
keduanya) yang menimbulkan kebisingan. Penggunaan gergaji bundar
(circular blades) dapat menimbulkan tingkat kebisingan antara 80 dB
– 120 dB.
C. Aliran material
Aliran gas, air atau material-material cair dalam pipa distribusi
material di tempat kerja, apalagi yang berkaitan dengan proses
penambahan tekanan (high pressure processes) dan pencampuran,
sedikit banyak akan menimbulkan kebisingan di tempat kerja.
Demikian pula pada proses-proses transportasi material-material padat
seperti batu, kerikil, potongan-potongan metal yang melalui proses
pencurahan (gravity based).
D. Dibandingkan dari sumber suara lainnya, tingkat kebisingan suara
manusia memang tetap diperhitungkan sebagai sumber suara di tempat
kerja.
2.2 Definisi Kebisingan
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu
dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Permena, 2011).

1. Faktor Risiko Terjadinya Gangguan Pendengaran Akibat Bising


Yesti Mulia Eryani , Catur Ari Wibowo, Fitria Saftarina
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Bagian Ilmu Kedokteran
Komunikasi Fakultas kedokteran, Universitas Lampung

2. http://www.indonesian-publichealth.com/kebisingan-dan-kesehatan/

3. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


NOMOR PER.13/MEN/X/2011 TAHUN 2011 TENTANG NILAI
AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DAN FAKTOR KIMIA DI
TEMPAT KERJA

4. NOISE-INDUCED HEARING LOSS Liza Salawati


5. HUBUNGAN KEBISNGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN
PEKERJA PADA BAGIAN INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT KOTA
MAKASSAR
Chaerunnisa Mangnguluang, M. Furqaan Naiem, Awaluddin

6. HUBUNGAN BISING DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN


PADA PEKERJA GAME CENTRAL AREA DI AREA MANADO
TRADE CENTER 1 Ria M. Rantung 2 Fransiska Lintong 2 Vennetia R.
Danes

7. Gabriel, J.F. 1996, Fisika Kedokteran, Jakarta: EGC.


8. Ganong, W.F. 1999, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,
Jakarta: EGC.
9.

Anda mungkin juga menyukai