Anda di halaman 1dari 73

Sucilestari

KOMPLIKASI
PERSALINAN
Kadek Agus Kurniawan
RUPTUR UTERI
Definisi
• Robekan pada rahim sehingga rongga uterus dan rongga peritoneum
dapat berhubungan
• Berdasarkan definisi dibagi menjadi:

1. Ruptur uteri komplit (bila robekan terjadi pada ketiga lapisan


dinding rahim dan telah terjadi hubungan langsung antara
rongga amnion dan rongga peritoneum)

2. Ruptur uteri inkomplit (bila robekan hanya sampai


miometrium, disebut juga dehisensi)

3. Ruptur uteri iminens (bila baru ada gejala akan terjadi ruptur)

Kl bisa dicegah agar tidak terjadi ruputur uteri, kl terjadi ruptur uteri iminens
ini sudah tabu jalannya, kayak traffic light ga slalu langsung merah, pasti
ada kuningnya dulu jadi istilahnya iminens dulu sblm bener2 komplit, kl
komplit artinya bayi sudah keluar dari rahim
Epidemiologi
Insiden kasus ruptur uteri pada RS. Hasan Sadikin dan jejaringnya
• RS. Hasan Sadikin : 0,09 % (1:1074)

Tanpa kematian ibu

90% kematian perinatal


• RS. Jejaring : 0,1 % (1:996)

0,4 % kematian ibu

100 % kematian perinatal

Kl terjadi ruptur uteri , ibu masih bisa diselamatkan tapi 90%


terjadi kematian perinatal. Jadi begitu bayi keluar dari rahimnya
ke rongga peritoneum itu sudah tidak bisa diselamatkan
Periode ruptur
Kenapa bisa ruptur ? 
•Kerusakan/anomali uterus sebelum hamil

– Pembedahan miometrium (sblm hamil sudah prnah dilakukan pembedahan


miometrium, ex: ibunya dgn myoma uteri, jd sblm hamil sudah ada myoma (tumor
jinak dirahim) ,jadi sudah smpt dibedah akan membuat perlukaan didaerah rahim)
– Trauma uterus (akibat kecelakaan/tabrakan menyebabkan kerusakan uterus)

– Kelainan bawaan (uterus didelphys, uterus kayak bentuk love/jantung (bicornuate) ,


uterusnya ada 2)
•Kerusakan/anomali uterus selama kehamilan

– Sebelum kelahiran anak

• His kuat terus menerus, pemakaian oksitosin dan prostaglandin tidak sesuai
indikasi(uterotonika ada 3 : oxcytocin,metilergometrin, misoprostol. Harus tau
penggunaannya), pembesaran rahim berlebih

(kl dijawa hati2 px sering menggunakan ramuan akar fatima efeknya spt
uterotonika px bisa kontraksi terus bisa menyebabkan ruptur uteri)
– Dalam periode intrapartum

• Tekanan kuat pada uterus dalam persalinan (dorongan kristeller


begitu pembukaan lengkap, bayi blm lahir, tenaga ibu habis
akhirnya penolong mendorong dari perut sekeras2nya agar bayi
bisa lahir  tindakan itu bisa menyebabkan robekan)
• kesulitan manual plasenta (karna retensio plasenta  plasenta
blm lahir lebih dari 30 menit  shg dilakukan tindakan manual
plasenta  tangan sampai siku masuk ke kavum uteri dan diambil
plasentanya)
• anomali janin yang menyebabkan distensi berlebihan pada segmen
bawah rahim
– Cacat rahim didapat

• Plasenta inkreta/prekreta(inkreta  menempelnya plasenta


melebihi lapisan dari endometrium, prekreta sudah masuk ke
dlm rahim )
• gravidus inkaserata
Lokasi ruptur
• Korpus uteri
– SC klasik, miomektomi (robekan ditempat SC di SBR, di
tmpat miomektomi ruptur korpus)
• Segmen Bawah Rahim (SBR) (paling sering)
– Biasa pada partus sulit dan partus tak maju  karena SBR
akan menipis pd saat persalinan, pd saat kontraksi segmen
itu akan meregang ke atas jadi dari tebel ke tipis  karena
sudah tipis kemudian tambah kontraksi bisa jadi robek

• Serviks uteri
– Ekstraksi forcep pada pembukaan belum lengkap

• Kolpoporeksis
– Robekan antara serviks dan vagina
Etiologi
Ruptur Uteri Spontan
– Akibat dinding lemah

• Bekas operasi (yg bagus minimal 18bulan, agar bekas operasi/SBR


sudah tebal shg pd saat kontraksi meskipun dia menipis tapi tidak
sampai terjadi robekan, kl mau SC yg ketiga itu tidak mengenal jarak
mesikpun 4 th ttp harus operasi karena sudah diiris di tmpat yg sama
dan bisa terjadi sikatrik meskipun dia tebal tapi tidak elastis jadi
begitu kontraksi bisa robek spontan. Teorinya SC itu maksimal 3x),
bekas perrforasi tindakan kuret, bekas tindakan manual plasenta

– Peregangan luar biasa pada rahim

• Panggul sempit, janin besar, kelainan letak, pimpinan persalinan yang


salah
Ruptura Uteri Violenta (akibat tindakan)
– Ekstraksi forceps

– Versi dan ekstraksi

– Embriotomi

– Manual plasenta

– Kuretase (karena terlalu semangat bisa tembus  makanya


kuret dilakukan hanya jika ada sisa2 plasenta dlm rahim. Yg
hati2 begitu keluar bayi dan keluar ari2 kotiledon masih
tertinggal di dlm jadi rahim masih lunak  kl dilakukan kuret
bisa nembus. Beda dgn abortus inkomplete  rahim masih
kecil dan ototnya masih tebal, jadi kl dikuret kecil kemungkinan
ruptur)
– Trauma tumpul dan tajam dari luar
Bisa karena tekanan/dorongan dari atas blm Letak sungsang bisa robek keatas
pembukaan lengkap atau sudah pembukaan
lengkap kepala bayi belum masuk ke PAP tapi
sudah ditekan dari atas  sehingga kepala bayi
merobek SBR
Patofisiologi

SBR  pd saat kontraksi uterus bagian korpus akan menekan bayi, begitu ditekan, kepala bayi
turun, segmen bawah rahim akan ketarik keatas/meregang, sblmnya tebal dia akan menipis
 proses penipisan harus diawasi
Patofisiologi
• Pada inpartu, korpus uteri berkontraksi dan segmen bawah
rahim tetap pasif dan serviks melunak

Normal:
• Kontraksi uterus – retraksi (SAR menebal -SBR menipis) –
janin terdorong kebawah – lingkaran retraksi yg membatasi
2 segmen meninggi (fisiologis)– janin turun.
Bandl’s ring

Indikasi terjadi ruptura uteri minimal ruptur uteri iminens,


rahim sudah berbentuk seperti angka 8  karena kontraksi
yg kuat tapi kepala bayi ga turun2 atau bisa karena didorong
shg SBR naik keatas
Dengan obstruksi:
His  kontraksi SAR  rahim tertarik ke proksimal  distal semakin tipis  serviks
tetap dipegang oleh ligamen  bandl’s ring  ruptur iminens  SBR robek  his 
ruptur spontan (indikasi operasi jika sudah bandl’s ring)
Bisa karena hiperstimulasi oxcytocin, penggunaan oxcytocin harus diawasi.
Setiap 15 menit harus naik 4 tetes sampai maksimal 40 tetes. Ex: jika sudah
diberikan 12 tetes dan dievaluasi jika hisnya masih setiap 5 menit/masih jauh
dan detak jantung bayi masih bagus  15 menit kemudian boleh dinaikan lagi 4
tetes sampai mencapai his/kondisi yg diinginkan ,kl sudah bagus pertahankan
segitu, kl blm naikan lagi sampe maksimal 40 tetes
Diagnosis
• Anamnesis (anamnesis dilakukan sambil tindakan)
• Nyeri abdomen dapat tiba-tiba, spt disayat pisau (kadang px datang sudah dgn keadaan syok)
• Riwayat paritas tinggi
• Pembedahan pada uterus sebelumnya
• Keluar sedikit darah pervaginam

• Pemeriksaan umum

• Takikardi, nadi kecil-cepat-tidak teraba (tanda2 syok, tentukan syoknya derajat brpa karena berpengaruh
dgn pemberian cairan. Paling gampang itung nadinya, kl nadi diatas 100 brrti syok derajat 1 kmdian
tentukan brpa cairan harus masuk. Ex: cairan: darah = 1:3, derajat 1 kehilangan darah 500lt brrti cairan
harus masuk 3x500lt. Lebih baik over daripda kekurangan cairan, kl kekurangan bisa multiorgan failure, kl
over bisa dikeluarkan dgn obat2 diuretik. Pasang kateter untuk monitor cairan masuk&keluar)
• Hipotensi
• Nafas dangkal dan cepat (nafas khusmaul)

• Inspeksi

• Bandl’s ring
• Ibu gelisah karena his kuat berkelanjutan
• Periksa dalam :
– Jari-jari tangan dalam pemeriksa bisa meraba permukaan rahim dan dinding
perut yang licin
– Dapat meraba pinggir robekan, biasa bagian depan SBR

– Dapat memegang usus halus dan omentum majus melalui robekan uterus

– Dinding perut ibu dapat ditekan menonjol ke atas oleh ujung jari tangan dalam

– Bagian janin tidak lagi terpalpasi melalui vagina bila janin telah mengalami
ekstrusi ke rongga peritoneum (normalnya masih teraba, tapi begitu sakit
ibunya kemudian mendadak hening (pd saat dia ruptura uteri/mau robek
ibunya kesakitan luar biasa tapi begitu bayi keluar ke peritoneum ibunya nahan)
begitu diperiksa dalam bayinya hilang brrti bayi sudah ke rongga peritoneu)
– Kepala janin yang tadinya sudah turun dengan mudah didorong keatas disusul
pendarahan pervaginam

Sblm ruptura uteri komplit ibunya pasti kesakitan luar biasa/gabisa ditahan karena
kontraksi sangat kuat
– Keteterisasi

• Pd kateter keluar hematuri yang hebat karena robekan


pada kandung kemih (karena untuk kontraksi SBRnya
meregang keatas  depan rahim ada kantong kencing
 jadi begitu kontraksi SBR meregang keatas kantong
kencing akan ketarik keatas (meregang)  darah yg
dari ruptur uterus akan masuk ke kantong kencing jadi
begitu di kateter ada urinnya merah)

• Pemeriksaan abdomen
– Perubahan kontur uterus tiba-tiba

– Kontraksi uterus berhenti mendadak

– Bunyi denyut jantung bayi tiba-tiba menghilang

– Abdomen lunak

– Nyeri lepas
Ruptur persalinan
• Kontraksi uterus intermiten, kuat dan dapat berhenti
tiba-tiba
• Pasien mengeluh nyeri uterus menetap

• Perdarahan pervaginam

• Persalinan berhenti karena syok (px tadi teriak2 tiba2


tenang, karena sudah robek makanya dia tenang krna
SBR sudah tidak meregang lagi  tapi kl dibiarkan px
akan syok dan detak jantung bayi akan hilang)
Komplikasi
• Hipovolemik
• Syok
• Peritonitis – sepsis
• Infeksi
• Trauma kandung kemih/ ureter
• Kematian
Penatalaksanaan
• Beri cairan isotonik (ringer laktat atau garam fisiologis) 500 ml dalam 15-20 menit
dan siapkan laparotomi

• Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas pelayanan


kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan

• Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan memungkinkan,


lakukan reparasi uterus

• Bila luka menalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkhawatirkan
lakukan histerektomi (kl sampe ruptur bisa lakukan histerektomi  rahimnya
diangkat untuk menyelamatkan ibu)

• Antibiotika dan serum anti tetanus.

Bila terdapat tanda-tanda infeksi segera berikan antibiotika spektrum luas. Bila
terdapat tanda-tanda trauma alat genetalia/luka yang kotor, tanyakan saat
terakhir mendapat tetanus toksoid. Bila hasil anamnesis tidak dapat memastikan
perlindungan terhadap tetanus, berikan serum anti tetanus 1500 IU/IM dan TT 0,5
ml IM
Prognosis
• Diagnosa serta pertolongan yang cepat dan tepat
menentukan kecepatan pasien menerima tindakan bantuan
yang tepat dan cekatan.
• Kondisi umum pasien.
• Jenis rupture dan keadaan arteri.
• Fasilitas tempat pertolongan, penyediaan cairan dan darah
yang cukup
• Keterampilan operator dan jenis anestesi

Terkadang kasusnya di tmpt terpencil px harus nyebrang dulu


biar dapet RS, makanya di tmpat terpencil disiapkan rumah
singgah, kl ada yg mau lahiran px tidak dipulau tmpat dia
tinggal tapi dirumah singgah.

Hormon oksitosin banyak keluar pd malam hari makanya


kebanyakan ibu hamil akan lahiran pd malam-dini hari
RUPTUR PERINEUM TOTALIS
(sudah sampai ke anus)
DEFENISI

Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu


persalinan.

ETIOLOGI

1.Kepala janin terlalu besar


2.Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya (pd fase aktif 
primigravida pembukaan itu 1cm setiap 1 jam. Kl sampe 4 jam ga
maju pembukaannya harus ditindak lanjuti)
3.Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
4.Pada persalianan dengan distosia bahu (bisa macet)
5.Partus pervaginam dengan tindakan.
Tanda dan GEJALA
• Perdarahan
• Darah segar yang mengalir setelah bayi lahir (untuk memastikan
perdarahan post partum gunakan 4T  tonus, tissue, trauma,
trombin. Jadi begitu lahir tapi perdarahan coba pegang fundusnya
kl kontraksi keras berarti bukan tonus, kemudian tissue liat
kotiledonnya kl lengkap brrti bukan tissue,kemudian trauma 
liat ada trauma/ga, ternyata ada rupture uteri atau ruptur
perineum brrti trauma(+), trombin kasusnya jarang, biasanya pd
penyakit hemofilia perdarahannya susah di stop)
• Uterus berkontraksi dengan baik
• Pucat
• Lemah
KLASIFIKASI

DERAJAT 1
Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum.

DERAJAT 2
Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinea transversalis, tetapi tidak melibatkan
kerusakan otot sfingter ani.

DERAJAT 3
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dengan
pembagian sebagai berikut:
IIIa. Robekan < 50% sfingter ani eksterna
IIIb. Robekan > 50% sfingter ani ekterna
IIIc. Robekan juga meliputi sfingter ani interna (tapi ga sampe anulus rektum)

DERAJAT 4
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rektum.
TINGKATAN RUPTURE
PERINEUM
• Grade 1  hanya mukosa aja
• Grade 2  mengenai otot perineum
• Grade 3  sudah mengenai sphincter
ani (sphincter ani ada eksterna dan
interna, yg eksterna kl kurang dari 50%
brrti 3A, kl lebih dari 50% brrti 3B. Yg
interna dekat anus, 3c hampir kena
sphincter ani interna)
• Grade 4  interna kena, eksterna
kena, mukosa rektum juga kena (robek
total)
Jaritnya dari 1cm diatas ujung luka, jngn
pas dilukanya karena perdarahan dari
atas dan kita harus ligasi sumber
perdarahannya baru dijarit
TUJUAN PENJAHITAN PERLUKAAN PERINEUM
Orificium vagina  kl robek akan
menganga spt ini, buat bentuknya
bagus lagi makanya dijarit dari atas. Kl
gabagus nanti dikomplain suami.
Otot perineum adl otot yg paling cepet
sembuh makanya abis dijarit 2 jam
kemudian ibu2 akan udh bisa jalan kl
gaada masalah
Ruptur perineum grade 4  ibunya
gabisa nahan kentut karena sphincter
tidak berfungsi  kasian dari segi sosial
Pemeriksaan fisik
• Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya:
– Robekan pada perineum

– Perdarahan yang bersifat arterial atau yang bersifat


merembes

– Pemeriksaan colok dubur, untuk menilai derajat


robekan perineum (kl ragu grade 3 atau 4  colok
aja dianusnya  begitu masuk kl keliatan ujung
tangan bagian dalam brrti ruptur grade 4)
Penatalaksanaan
PENCEGAHAN
1.Menghindari atau mengurangi dengan menjaga jangan sampai dasar
panggul didahului oleh kepala janin dengan cepat.
2.Kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama
Penting  pd saat kala 2 tangan kanan penolong memegang perineum
bawah biar tidak terjadi robekan
MEDIKAMENTOSA

1.Penatalaksanaan farmakologis

• Berikan dosis tunggal sefalosporin golongan II atau III dapat


diberikan intravena sebelum perbaikan dilakukan

2. Manajemen rupture perineum  dijarit


Manajemen ruptur perineum untuk masing-masing derajatnya, antara lain
sebagai berikut :
• Robekan perineum derajat 1
– Robekan derajat 1 mengenai mukosa vagina dan jaringan ikat, tidak perlu
dilakukan penjahitan.

• Penjahitan robekan perineum


1. Siapkan alat dan bahan.
2. Pastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap Lidocain atau obat-obatan sejenis
3. Suntikan 10 ml Lidocain 0.5% di bawah mukosa vagina, di bawah kulit perineum
dan pada otot-otot perineum. Masukan jarum pads ujung laserasi dorong masuk
sepanjang luka mengikuti garis tempat jarum jahitnya akan masuk atau keluar.
4. Tunggu 2 menit. Kemudian area dengan forsep hingga pasien tidak merasakan
nyeri.
5. Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan benang 2-0, lihat ke dalam luka untuk
mengetahui letak ototnya.
6. Carilah lapisan subkutis persis dibawah lapisan kulit, lanjutkan
dengan jahitan subkutikuler kembali keatas vagina, akhiri dengan
simpul mati pada bagian dalam vagina.
7. Potong kedua ujung benang dan hanya sisakan masing-masing 1
cm.
8.Jika robekan cukup luas dan dalam, lakukan colok dubur dan
pastikan tidak ada bagian rektum terjahit.
Episiotomi
• Episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum yang
menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput
darah, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia
perineum dan kulit sebelah depan perineum.
• jenis-jenis episiotomi (yg dipake adl yg mediolateral, ada +-nya) :
• Median  langsung kebawah, sedikit memotong otot, nyerinya
ga keras tapi kl kena anus bisa terjadi ruptur perineum grade 4
• Mediolateralis  sebagian memotong otot, nyerinya lebih
keras
• Lateral lebih nyeri lagi karena otot lebih banyak terlibat
Episiotomi

• Tangan melindungi kepala bayi  masuk tangan kiri diantara kepala bayi dan perineum
untuk menjaga  baru tengah2nya masukan gunting.
• Gunting yg digunakan adl gunting epis(nekuk ujungnya) kl pake gunting benang bisa melukai
kepala bayi karena ujungnya tajam
Inversio uteri
(manajemen aktif kala 3 yg tidak bagus)
Pengertian
• Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk
ke dalam kavum uteri.
• Inversio uteri adalah uterus terputar terbalik,sehingga fundus uteri terdapat dalam vagina
dengan selaput lendirnya sebelah luar.

Sebelum ada tanda2 pelepasan plasenta , suntik pahanya dan tunggu tanda2 pelepasan
plasenta, jngn ditarik2 kl blm ada tanda2 pelepasan. Tanda2 pelepasan plasenta 
uterusnya globuler, semburan darah tiba2 dari vagina karena pelepasan plasental bed, tali
pusat memanjang. Begitu ada tanda2 itu baru lakukan manajemen aktif 2 yaitu peregangan
tali pusat terkendali. Tangan kanan narik dan tangan kiri pegang bagian korpus uteri
didorong ke atas (dorsokranial) agar tidak terjadi inversio (melipet), begitu lahir ari2 baru
manajemen aktif 3 yaitu massase. Gaboleh dibolak balik urutan manajemen aktif kala 3nya,
kl dimassase dulu gaboleh karena menyebabkan kontraksinya tidak ritmis atau gaboleh PTT
dulu sblm dikasi oksitosin. Gaboleh ngasi metilergometrin dulu karena sifat kontraksinya
spastik, biasanya metilergometrin dipakai pd kasus2 perdarahan
Faktor yang memungkinkan inversio uterus terjadi adalah adanya atonia
uteri, serviks yang masih terbuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik
fundus ke bawah (misalnya karena plasenta akreta, inkreta dan perkreta,
yang tali pusatnya ditarik keras dari bawah) atau ada tekanan pada fundus
uteri dari atas (maneuver Crede) atau tekanan intra abdominal yang keras
dan tiba tiba (misalnya batuk keras atau bersin) (Prawirohardjo,2008)

Menurut buku Obstetri Patologi ada tiga factor yang menyebabkan


terjadinya inversio uteri yaitu :

1.     Tonus otot rahim yang lemah

2.    Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal,

tekanan dengan tangan, dan tarikan pada tali pusat)

3.    Kanalis servikalis yang longgar


Penyebab
1. Spontan : grande multipara, atoni uteri(gaada
kontraksi udh narik plasenta), kelemahan alat
kandungan, tekanan intra abdominal yang tinggi
(mengejan dan batuk).

2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali


pusat, manual plasenta yang dipaksakan, perlekatan
plasenta pada dinding rahim.
Gejala
Gejala-gejala inversio uteri pada permulaan tidak selalu jelas yang
dijumpai pada kala III persalinan atau post partum (susah
membedakan)

Akan tetapi, apabila kelainan itu sejak awalnya timbul dengan cepat,
seringkali rasa nyeri yang hebat dan dapat menimbulkan syok (begitu
ada inversio px akan nyeri banget  syok neurogenik, untuk
memperbaiki biasanya px di anastesi total agar bisa reposisi rahim)

Rasa nyeri yang hebat tersebut disebabkan karena fundus uteri


menarik adneksa serta ligamentum infundibulopelvikum dan
ligamentum rotundum kanan dan kiri ke dalam terowongan inversio
sehingga terjadi tarikan yang kuat pada peritoneum parietal.
Perdarahan yang banyak juga dapat terjadi, akibat dari plasenta yang
masih melekat pada uterus, hal ini dapat juga berakibat syok.
Komplikasi
rasa nyeri yang dapat menimbulkan keadaan syok
neurogenik. Rasa nyeri terjadi karena tarikan serat saraf
yang terdapat pada ligamentum rotundum dan
ligamentum infundilopelvikum bersama dengan
pembuluh darahnya., Keratinisasi mukosa vagina dan
portio uteri, Dekubitis, Hipertropi serviks uteri dan
elongasioa, Gangguan miksi dan stress inkontenensia,
Infeksi saluran kencing, Infertilitas, Gangguan partus,
Hemoroid,  Inkarserasi usus
Klasifikasi
a) Inversio uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol ke
dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga
rahim.

b) Inversio uteri sedang : terbalik dan sudah masuk ke dalam


vagina.

c) Inversio uteri berat : uterus dan vagina semuanya terbalik


dan sebagian sudah keluar vagina.

Ada pula beberapa pendapat membagi inversio uteri menjadi : 

a) Inversio inkomplit: Yaitu jika hanya fundus uteri menekuk


ke dalam dan tidak keluar ostium uteri atau serviks uteri.

b) Inversio komplit : Seluruh uterus terbalik keluar, menonjol


keluar serviks uteri.
Derajat inversio uteri
TINGKAT 1
•Fundus terbalik memperpanjang tetapi, tidak melalui cervix

normal Bagian korpus/fundus melipet, masih


dikavum uteri tidak sampai ke vagina
Tingkat 2

Fundus terbalik memperpanjang melalui crevix tetapi tetap di dalam vagina (nyeri
banget karena ada persarafan disana, px bisa syok)
TINGKAT 3
•Fundus terbalik keluar dari vagina (bagian atas jadi bagian bawah)
Replacement of Inverted Uterus
Grade 3
Kl seperti ini harus di replacement  tangan
masuk kedalam  digenggam dan dimasukan
lagi keposisinya. Px nyeri banget bahkan
dipegang pun gamau, biasanya dilakukan ini
px di anastesi dulu
KESIMPULAN
• Bagian atas uterus memasuki kavum uteri,
sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke
dalam kavum uteri
• Derajat 1, 2, 3
• Terjadi tiba-tiba pada kala III, akibat tindakan
• Gejala : nyeri, perdarahan
• Diagnosis : fundus uteri tidak teraba, pada derajat
3 dapat ditemui ostium tubae
• Reposisi pervaginam segera dalam anestesi
umum, bila perlu laparotomi
RETENSIO PLASENTA
(PLASENTA TERTAHAN)

Kala 4 diawasi selama 2 jam


1 jam pertama pengawasannya setiap 15 menit (ukur tensi, perdarahan,
kontraksi, tinggi fundus, dll
1 jam kedua dievaluasi setiap 30 menit
Angka kejadian retensio plasenta
• ± 80 % plasenta keluar  < 10 MENIT.
• 6 % plasenta keluar  > 30 menit (30 menit
belum lahir).
• Predisposisi:
– Kehamilan ganda.

– Uterus terlalu tegang (overdistention).

– Atony uterus/kendor (gamau kontraksi shg


plasenta tetep nempel, dia lepas harus ada
kontraksi)
– Kelainan anatomis ( fibroid, anomali rahim,
bekas luka).
– Plasenta abnormal (akreta).
DIAGNOSIS RETENSIO PLASENTA
• Kekurangan darah.
• Intervensi operatif  plasenta manual.
• Cairan intravena, jarum besar no. 16-18.

• Darah  bank darah.


• Pencocokan golongan darah  PMI donor.
• Anestesi.
• Plasenta akreta  bedah darurat(harus dilakukan open laparotomy dibuka
kemudian rahim diangkat/histerektomy) (jika perlu) (akreta  vili2 plasenta
tembus sampai ke miometrium jadi gabisa lepas, harusnya ga sampe tembus.
Terjadi akreta bisa karena riwayat kelahiran pertama SC robek di SBR tapi
plasenta nempel disana, bisa juga karena riwayat persalinan yg ga bagus
sebelumnya ex: perdarahan, dikuret bbrpa kali akhirnya terjadi penempelan
plasenta yg terlalu dalam).
PENILAIAN
• Pasien diperiksa bagian abdominal  TFU.
• Memastikan plasenta terpisah & turun di vagina  PTT.
• Pengamatan  talipusat memanjang & terjadi
perdarahan plasenta terpisah/lepas.
• Cara: Tangan di suprapubik dorong ke dorsokraneal 
talipusat ditegangkan(tidak menarik)
PLASENTA TAK TERPISAH/TIDAK LENGKAP
• Pertimbangkan oksitosin.

• Intravena (infus) / dengan induksi  efektif.

• Baru: 10 IU oksitosin dilarutkan dalam 20 ml salin  disuntikkan  vena


umbilikalis  plasenta terpisah/lepas.
MANUAL PLASENTA
• Kondisi steril  Ruang operasi  Bedah.
• Infus intravena.
• Anestesi.

• Jika tidak ditemukan bagian plasenta yang lepas dan tidak dikembangkan sepenuhnya 
plasenta akreta.
• Jika sebagian tertahan  perdarahan hebat.

(masuk tangan ke dalam sambil menyusuri bagian plasenta kemudian diambil)


PASIEN DENGAN RETENSIO PLASENTA
A. FAKTOR RISIKO B.
Cacat anatomi cairan intravena
rahim atony Penilaian bank darah.
Bekas luka
Anomali rahim
Leiomyomas
C. BRAND-ANDREWS MANUVER
Tidak lengkap F. Dengan ANESTESI
D. Oksitosin uterus relaksasi
Gagal ( tidak lepas)
E. Manual removaL
Pembelahan tak ditemukan
Plasenta akreta
pengeluaran plasenta

perdarahan
infeksi.
Riviewan diatas

• Liat faktor resiko  kl ada retensio plasenta atau bekas


operasi atau ada miom ga  disiapkan cairan infus/bank
darah  jadi begitu retensio plasenta/diagnosis sudah
ditegakan, kl px perlu di pasang infus pasang dulu karena
takutnya begitu plasenta dilahirkan manual terjadi
perdarahan kemudian syok pembuluh darah tidak akan
teraba/susah dicari pd saat pemasangan infus  kemudian
dilakukan manuver kasi uterotonika kemudian manual
removal pengeluaran plasenta
HIPOKSIA
Sebagai Suatu Keadaan Gawat Janin

 Hipoksia merupakan salah satu penyebab tersering


morbiditas dan mortalitas perinatal
 HIPOKSIA: berkurangnya kadar oksigen dalam jaringan.
 Dalam klinik tak jarang dipakai istilah gawat janin 
ketidakadekuatan suplai oksigen selama kehamilan
disebut dengan hipoksia

Kenapa ketuban bisa kotor ?  karena fetal distress 


hipoksia bayi lemas dan otot polos tidak bisa kontraksi
 sphincter ani tidak mau kontraksi sehingga bayi pup
didalam (mekonium)  bisa menyebabkan mekonium
aspirasi syndrom (MAS)
Oksigenasi janin
Oksigenasi pada janin dipengaruhi oleh beberapa faktor:
•Aliran darah arteri uterina

• Aliran darah melalui pembuluh-pembuluh darah intrmural akan berkurang atau


terhenti sama sekali selama kontraksi uterus.
• Bila kontraksi terlalu sering, berkurangnya waktu pemulihan antar kontraksi akan
menimbulkan kondisi hipoksia pada janin

•Transfer gas melalui plasenta

• Dalam kondisi normal terdapat perbedaan tekanan (pressure gradient) oksigen yang
besar antara sisi maternal (pO2: 100-120 mmHg) dengan sisi fetal (pO2: 20-30 mmHg).
• Pada persalinan normal, janin mengkonsumsi 5 ml O2/kg/menit, Janin memiliki
kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan tekanan O2 lingkungan yang
rendah, karena afiditas hemoglobin fetus (HbF) yang cukup tinggi terhadap oksigen.
• Sirkulasi darah janin
• Darah yang datang dari plasenta melalui vena umbilikalis hampir
seluruhnya memasuki duktus venosus, dari atrium kanan melewati foramen
ovale untuk masuk ke atrium kiri, untuk kemudian dipompakan oleh
ventrikel kiri ke arkus aorta dan pembuluh-pembuluh leher dan kepala.
Arkus aorta dan badan karotid (carotid bodies) yang memiliki
kemoreseptor, sensitif terhadap perubahan kadar oksigen dalam darah
yang berasal dari plasenta, dan janin memberikan respons kadiovaskuler
terhadap kondidi yang demikian.
• Kardiak output janin
• Kardiak output janin lebih kurang 230 ml/kg/menit. Vasokonstriksi yang
lama menyebabkan iskemia pada paru, usus, dan ginjal, yang dapat
menimbulkan efek yang tidak diinginkan begitu janin dilahirkan, terutama
pada bayi prematur (respiratory distress syndrome, necrotising enteritis,
dan renal insufficiency) yang pada akhirnya terjadi metabolisme anaerob
dan timbulnya asidosis.
Aplikasi Dalam Alat Diagnostik
1. Gerak Janin

Gerak janin dapat memberikan informasi mengenai kesejahteraan janin. ”Janin yang sehat adalah
janin yang aktif. Janin yang geraknya kurang, mungkin sedang mengalami masalah” Gerak janin dapat
dihitung oleh pasien sendiri atau oleh pemeriksa.

Dianjurkan dilakukan sekali sehari semenjak kehamilan berusia 27 minggu (7 bulan kehamilan).

Catat waktu mulai pertama kali gerak janin dirasakan, kemudian hitung gerak janin sampai 10 kali,
dan catat berapa lama waktu yang dibutuhkan (kartu gerakan 10 minimal harus ada 10 gerakan
bayi dlm 12 jam)

Bila:
• Janin tidak bergerak sebanyak 10 kali dalam 2 jam, atau

• Tidak dirasakan gerak janin sepanjang hari (12 jam), atau

• Dirasakan perubahan gerak janin yang sangat bermakna,

• berkemungkinan janin mengalami masalah, dan harus segera diperiksakan ke sarana pelayanan
obstetri untuk dievaluasi lebih lanjut.
2. Auskultasi

Ada 2 cara auskultasi djj, yaitu AUSKULTASI BIASA


pada punktum maksimum dan AUSKULTASI MENURUT
METODE WHITFIELD (Pernoll, 1982). Dengan cara
biasa, yang menggunakan stetoskop janin (fetoskop)
atau hand-handled Dopplert, dapat dihitung djj, baik
dengan ‘mengalikan hasil hitungan dalam 15 detik
dengan empat’, atau ‘dihitung satu menit penuh’.
Hasilnya menggambarkan frekuensi djj. Dianggap
normal bila berada antara 120—160 kali permenit,
disebut takikardi bila lebih dari 160 kali permenit, dan
bradikardi bila kurang dari 120 kali permenit.
3. Kardiotokografi
• seperti alat EKG pd orng dewasa, tapi ini pada bayi  bisa tau
bayinya stress/tidak. Biasanya dipake pd saat sebelum mau
persalinan/sebelum mau stimulasi atau dirangsang dgn
oksitosin  untuk mengetahui keaddan bayi bagus/ga
• KTG dapat memberikan informasi tentang pola djj
dihubungkan dengan adanya kontraksi uterus (tes dengan
tekanan =TDT), dan pola djj dihubungkan dengan adanya
gerak janin (tes tanpa tekanan = TTT). Ada empat hal
mengenai djj yang dinilai pada KTG yaitu :
• Frekuensi dasar djj (baseline fetal heart rate)

• Variabilitas djj

• Akselerasi

• Deselerasi (dini, lambat, dan variabel).


4. Ultrasonografi
• B/M Mode. Dengan B/M mode dapat diperiksa gerak jantung
janin dan tayangannya dalam bentuk gelombang.Dengan
mengukur panjang gelombang gerakan jantung ini dapat dinilai
frekuensi djj. Interpretasinya sesuai dengan penjelasan
terdahulu.
• B-Scan. Dengan B-Scan dapat dinilai biometri janin, lingkaran
perut, dan indek cairan ketuban. Indeks cairan ketuban yang
rendah, memberikan informasi bahwa telah terjadi brain
sparing effect. Biometri dan lingkaran perut yang kecil dari
standar menunjukkan telah terjadinya gangguan pertumbuhan.
• Velosimetri Doppler. Dengan velosimetri Doppler dapat dilihat
aliran darah pada pembuluh-pembuluh darah tertentu, baik
dalam keadaan sistole maupun dalam keadaan diastole.
Definisi Gawat Janin
Fetal Distress (Gawat Janin)
SC / Persalinan
Kekhawatiran Keadaan
buatan lainnya
obstetris janin
(vakum/forcep)

Dinilai dengan menghitung denyut jantung janin &


memeriksa mekonium dalam cairan amnion
Etiologi
insufisiensi plasenta

ibu diabetes

partus lama (makanya gaboleh lama2,


harus tau kapan kala2nya)
infus oksitosin

infeksi

perdarahan

kehamilan pre dan posterm

prolapsus tali pusat


 Denyut Jantung Janin (DJJ) < 110/i
Kriteria Gawat atau >160/i.
Janin  DJJ tidak teratur
 Air ketuban hijau kental
(mengandung mekonium)

Diagnosis gawat janin saat


persalinan didasarkan pd
DIAGNOSIS denyut jantung janin yg
abnormal

Diagnosis lebih pasti jika


disertai air ketuban hijau dan
kental/sedikit.
A. Denyut Jantung Janin Abnormal
• DJJ, irama dan intensitasnya harus diperiksa setiap 2 jam selama kala I bila ketuban intak,
bila telah pecah setiap ½ jam.
• Auskultasi dilakukan setelah selesai kontraksi.
• DJJ normal dapat melambat sewaktu his, dan segera kembali normal setelah relaksasi.
• DJJ lambat (<100/i) saat tidak ada his, menunjukkan adanya gawat janin.
• DJJ cepat (>160/i)disertai takhikardi ibu bisa karena ibu demam,efek obat,hipertensi,atau
amnionitis. Jika denyut jantung ibu normal,denyut jantung janin yang cepat sebaiknya
dianggap sebagai tanda gawat janin.

Detak jantung bayi lambat itu tidak langsung lambat dia cepet dulu, namanya fetal
compromise  compromise dulu ex:djj 160  begitu tidak tertangani baru terjadi fetal
distress dan detak jantungnya turun (kl dia dibilang tiba2 turun brrti itu ada kelalaian
pengawasan/pas djj tinggi tidak ketahuan)
B. Mekonium
• Adanya mekonium pada cairan amnion lebih sering terlihat saat janin
maturitas dan dengan sendirinya bukan merupakan tanda-tanda gawat janin.
Sedikit mekonium tanpa dibarengi dengan kelainan pada denyut jantung
janin merupakan suatu peringatan untuk pengawasan lebih lanjut.

• Mekonium kental merupakan tanda pengeluaran mekonium pada cairan


amnion yang berkurang dan merupakan indikasi perlunya persalinan yang
lebih cepat dan penanganan mekonium pada saluran nafas atas neonatus
untuk mencegah aspirasi mekonium.

• Pada presentasi sungsang, mekonium dikeluarkan pada saat persalinan akibat


kompresi abdomen janin pada persalinan. Hal ini bukan merupakan tanda
kegawatan kecuali jika hal ini terjadi pada awal persalinan.
Pengelolaan
Penanganan Umum

• Pasien/ibu dibaringkan miring ke kiri (karena pembuluh darah


besar disebelah kanan makanya disuruh baring kekiri untuk
meningkatkan aliran darah dari ibu ke bayi).

• Berikan oksigen untuk ibu agar ibu nafas dan oksigen masuk ke
bayi

• Hentikan infus oksitosin (jika diberikan)  karena bisa


menyebabkan hipoksia.
Fetal distress  diliat sebabnya apakah

Penanganan Khusus ibunya panas atau karena obat2an oksitosin


kl diketahui penyebabnya , obat2annya di
stop, kl tidak diketahui coba periksa dalam,
apakah ada CPD(kepala terjebak) harusnya
Fetal Distress ubun2 kecil muter kearah jam 12 tapi ini
tidak, ttep di arah jam 3 atau jam 9 atau bisa
melemah/tengadah makanya harus periksa
Sebab dari Ibu (demam,obat-obatan) dalam untuk lihat penyebab pasti

Diketahui Tak diketahui

Penanganan Periksa Dalam


sesuai sebab
Penanganan Khusus
1. Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau menetap,pikirkan
kemungkinan solusio plasenta.

2. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekkret vagina bau ) berikan antibiotika untuk
amnionitis.

3. Jika tali pusat terdapat terletak dibagian bawah janin atau dalam vagina,lakukan
penanganan prolaps tali pusat.

• Jika servik telah berdilatasi dan kepala janin tidak lebih dari 1/5 diatas simpisis kubis atau
bagian teratas tulang kepala janin pada stasiun 0, lakukan persalinan dengan EKSTRAKSI
VAKUM ATAU FORSEPS.

• Jika servik tidak berdilatasi penuh dan kepala janin berada > 1/5 diatas simpisis kubis atau
bagian teratas tulang kepala janin berada diatas stasiun 0, lakukan persalinan dengan
SEKSIO SESAREA
Kesimpulan Pengelolaan
Denyut Jantung Janin
 Cara Pemantauan
 Kasus resiko rendah  auskultasi teratur DJJ selama persalinan : setiap 15 menit selama
kala I, setiap setelah his pada kala II, hitung selama 1 menit bila his selesai
 Kasus resiko tinggi  pergunakan pemantauan DJJ elektronik secara
berkesinambungan

 Interpretasi & Pengelolaan


• Untuk memperbaiki aliran darah uterus : miringkan ibu ke kiri, hentikan infus oksitosin,
beri infus 1 L kristaloid untuk cegah hipotensi dengan kecepatan infus dinaikkan
• Untuk memperbaiki aliran darah umbilikus : ubah posisi ibu seperti diatas, Oksigen 6-8
L/I, hadirkan spesialis anak

 Tergantung pada terpenuhi syarat-syarat, melahirkan janin dapat pervaginam ataupun


perabdominam
question
• Ada ga hubungan dilakukan vakum/forcep dgn kejadian hipoksia pd bayi?
– Vakum/forcep dilakukan karena persalinan patologis kl terjadi kala 2 lama kepala bayi di
vagina bagian dalam  begitu terjebak sering menyebabkan bayi hipoksia ringan, djj bisa
naik/turun  kl kala 2 sudah gamaju, ngeden ibu gabagus ,bayi harus segera dilahirkan ,jngn
ditunggu lagi  brrti harus ada bantuan. Dgn bantuan vakum/forcep akan meningkatkan kejadian
hipoksia karena begitu di vakum timbul benjol/kaput succedaneum ,itu akan mengisi ruang vakum
baru ditarik, itu yg sering menyebabkan bayi hipoksia dan bisa juga lecet di kepala. Kl forcep juga
sering sebabkan bayi sesak. Tapi pertimbangannya knapa harus dilakukan partus buatan? Karena kl
tunggu tim operasi itu lama, makanya pertimbangkan, sama2 gabagus tapi cari yg paling
mendekati bagus, antara menunggu operasi tapi kelamaan atau divakum meskipun tambah
hipoksia tapi lebih cepat lahirnya.tapi liat juga janinnya bisa divakum atau diforcep? Karena ada
kriterianya. Jadi pilih yg terbaik
• Pertanyaan 2
– begitu oksigen kurang menyebabkan detak jantung bayi meningkat. Keadaan
hipoksia/asfiksia/bradikardi/takikardi pasti didahului dgn hipoksia. Fetal distress itu jika djj sudah
turun, kl djj masih tinggi itu namanya fetal compromise
cont
• Pertanyaan 3 bandls ring bisa dicegah terjadi ruptur uteri?
– Kl bandl’s ring harusnya bisa dicegah, makanya penatalaksanaa pencegahannya
paling penting. Diliat dulu dan kenali faktor resikonya apakah ibu termasuk
resti/ga ex : datang ibu mau bersalin tapi ibunya pendek, brrti masuk kriteria resti
<145cm, kemudian bayi yg trlalu besar>4kg jadi jalan lahir gamuat, kemudian liat
juga proses persalinannya maju ga pembukaannya setiap jam ?. Intinya semua
bisa dicegah sblm trjadi bandls, kl sampai terjadi bandls brrti ada yg miss disana. Kl
terjadi bandl’s ring brrti sudah terjadi ruptur uteri iminens

Anda mungkin juga menyukai