KOMPLIKASI
PERSALINAN
Kadek Agus Kurniawan
RUPTUR UTERI
Definisi
• Robekan pada rahim sehingga rongga uterus dan rongga peritoneum
dapat berhubungan
• Berdasarkan definisi dibagi menjadi:
3. Ruptur uteri iminens (bila baru ada gejala akan terjadi ruptur)
Kl bisa dicegah agar tidak terjadi ruputur uteri, kl terjadi ruptur uteri iminens
ini sudah tabu jalannya, kayak traffic light ga slalu langsung merah, pasti
ada kuningnya dulu jadi istilahnya iminens dulu sblm bener2 komplit, kl
komplit artinya bayi sudah keluar dari rahim
Epidemiologi
Insiden kasus ruptur uteri pada RS. Hasan Sadikin dan jejaringnya
• RS. Hasan Sadikin : 0,09 % (1:1074)
• His kuat terus menerus, pemakaian oksitosin dan prostaglandin tidak sesuai
indikasi(uterotonika ada 3 : oxcytocin,metilergometrin, misoprostol. Harus tau
penggunaannya), pembesaran rahim berlebih
(kl dijawa hati2 px sering menggunakan ramuan akar fatima efeknya spt
uterotonika px bisa kontraksi terus bisa menyebabkan ruptur uteri)
– Dalam periode intrapartum
• Serviks uteri
– Ekstraksi forcep pada pembukaan belum lengkap
• Kolpoporeksis
– Robekan antara serviks dan vagina
Etiologi
Ruptur Uteri Spontan
– Akibat dinding lemah
– Embriotomi
– Manual plasenta
SBR pd saat kontraksi uterus bagian korpus akan menekan bayi, begitu ditekan, kepala bayi
turun, segmen bawah rahim akan ketarik keatas/meregang, sblmnya tebal dia akan menipis
proses penipisan harus diawasi
Patofisiologi
• Pada inpartu, korpus uteri berkontraksi dan segmen bawah
rahim tetap pasif dan serviks melunak
Normal:
• Kontraksi uterus – retraksi (SAR menebal -SBR menipis) –
janin terdorong kebawah – lingkaran retraksi yg membatasi
2 segmen meninggi (fisiologis)– janin turun.
Bandl’s ring
• Pemeriksaan umum
• Takikardi, nadi kecil-cepat-tidak teraba (tanda2 syok, tentukan syoknya derajat brpa karena berpengaruh
dgn pemberian cairan. Paling gampang itung nadinya, kl nadi diatas 100 brrti syok derajat 1 kmdian
tentukan brpa cairan harus masuk. Ex: cairan: darah = 1:3, derajat 1 kehilangan darah 500lt brrti cairan
harus masuk 3x500lt. Lebih baik over daripda kekurangan cairan, kl kekurangan bisa multiorgan failure, kl
over bisa dikeluarkan dgn obat2 diuretik. Pasang kateter untuk monitor cairan masuk&keluar)
• Hipotensi
• Nafas dangkal dan cepat (nafas khusmaul)
• Inspeksi
• Bandl’s ring
• Ibu gelisah karena his kuat berkelanjutan
• Periksa dalam :
– Jari-jari tangan dalam pemeriksa bisa meraba permukaan rahim dan dinding
perut yang licin
– Dapat meraba pinggir robekan, biasa bagian depan SBR
– Dapat memegang usus halus dan omentum majus melalui robekan uterus
– Dinding perut ibu dapat ditekan menonjol ke atas oleh ujung jari tangan dalam
– Bagian janin tidak lagi terpalpasi melalui vagina bila janin telah mengalami
ekstrusi ke rongga peritoneum (normalnya masih teraba, tapi begitu sakit
ibunya kemudian mendadak hening (pd saat dia ruptura uteri/mau robek
ibunya kesakitan luar biasa tapi begitu bayi keluar ke peritoneum ibunya nahan)
begitu diperiksa dalam bayinya hilang brrti bayi sudah ke rongga peritoneu)
– Kepala janin yang tadinya sudah turun dengan mudah didorong keatas disusul
pendarahan pervaginam
Sblm ruptura uteri komplit ibunya pasti kesakitan luar biasa/gabisa ditahan karena
kontraksi sangat kuat
– Keteterisasi
• Pemeriksaan abdomen
– Perubahan kontur uterus tiba-tiba
– Abdomen lunak
– Nyeri lepas
Ruptur persalinan
• Kontraksi uterus intermiten, kuat dan dapat berhenti
tiba-tiba
• Pasien mengeluh nyeri uterus menetap
• Perdarahan pervaginam
• Bila luka menalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkhawatirkan
lakukan histerektomi (kl sampe ruptur bisa lakukan histerektomi rahimnya
diangkat untuk menyelamatkan ibu)
Bila terdapat tanda-tanda infeksi segera berikan antibiotika spektrum luas. Bila
terdapat tanda-tanda trauma alat genetalia/luka yang kotor, tanyakan saat
terakhir mendapat tetanus toksoid. Bila hasil anamnesis tidak dapat memastikan
perlindungan terhadap tetanus, berikan serum anti tetanus 1500 IU/IM dan TT 0,5
ml IM
Prognosis
• Diagnosa serta pertolongan yang cepat dan tepat
menentukan kecepatan pasien menerima tindakan bantuan
yang tepat dan cekatan.
• Kondisi umum pasien.
• Jenis rupture dan keadaan arteri.
• Fasilitas tempat pertolongan, penyediaan cairan dan darah
yang cukup
• Keterampilan operator dan jenis anestesi
ETIOLOGI
DERAJAT 1
Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum.
DERAJAT 2
Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinea transversalis, tetapi tidak melibatkan
kerusakan otot sfingter ani.
DERAJAT 3
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dengan
pembagian sebagai berikut:
IIIa. Robekan < 50% sfingter ani eksterna
IIIb. Robekan > 50% sfingter ani ekterna
IIIc. Robekan juga meliputi sfingter ani interna (tapi ga sampe anulus rektum)
DERAJAT 4
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rektum.
TINGKATAN RUPTURE
PERINEUM
• Grade 1 hanya mukosa aja
• Grade 2 mengenai otot perineum
• Grade 3 sudah mengenai sphincter
ani (sphincter ani ada eksterna dan
interna, yg eksterna kl kurang dari 50%
brrti 3A, kl lebih dari 50% brrti 3B. Yg
interna dekat anus, 3c hampir kena
sphincter ani interna)
• Grade 4 interna kena, eksterna
kena, mukosa rektum juga kena (robek
total)
Jaritnya dari 1cm diatas ujung luka, jngn
pas dilukanya karena perdarahan dari
atas dan kita harus ligasi sumber
perdarahannya baru dijarit
TUJUAN PENJAHITAN PERLUKAAN PERINEUM
Orificium vagina kl robek akan
menganga spt ini, buat bentuknya
bagus lagi makanya dijarit dari atas. Kl
gabagus nanti dikomplain suami.
Otot perineum adl otot yg paling cepet
sembuh makanya abis dijarit 2 jam
kemudian ibu2 akan udh bisa jalan kl
gaada masalah
Ruptur perineum grade 4 ibunya
gabisa nahan kentut karena sphincter
tidak berfungsi kasian dari segi sosial
Pemeriksaan fisik
• Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya:
– Robekan pada perineum
1.Penatalaksanaan farmakologis
• Tangan melindungi kepala bayi masuk tangan kiri diantara kepala bayi dan perineum
untuk menjaga baru tengah2nya masukan gunting.
• Gunting yg digunakan adl gunting epis(nekuk ujungnya) kl pake gunting benang bisa melukai
kepala bayi karena ujungnya tajam
Inversio uteri
(manajemen aktif kala 3 yg tidak bagus)
Pengertian
• Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk
ke dalam kavum uteri.
• Inversio uteri adalah uterus terputar terbalik,sehingga fundus uteri terdapat dalam vagina
dengan selaput lendirnya sebelah luar.
Sebelum ada tanda2 pelepasan plasenta , suntik pahanya dan tunggu tanda2 pelepasan
plasenta, jngn ditarik2 kl blm ada tanda2 pelepasan. Tanda2 pelepasan plasenta
uterusnya globuler, semburan darah tiba2 dari vagina karena pelepasan plasental bed, tali
pusat memanjang. Begitu ada tanda2 itu baru lakukan manajemen aktif 2 yaitu peregangan
tali pusat terkendali. Tangan kanan narik dan tangan kiri pegang bagian korpus uteri
didorong ke atas (dorsokranial) agar tidak terjadi inversio (melipet), begitu lahir ari2 baru
manajemen aktif 3 yaitu massase. Gaboleh dibolak balik urutan manajemen aktif kala 3nya,
kl dimassase dulu gaboleh karena menyebabkan kontraksinya tidak ritmis atau gaboleh PTT
dulu sblm dikasi oksitosin. Gaboleh ngasi metilergometrin dulu karena sifat kontraksinya
spastik, biasanya metilergometrin dipakai pd kasus2 perdarahan
Faktor yang memungkinkan inversio uterus terjadi adalah adanya atonia
uteri, serviks yang masih terbuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik
fundus ke bawah (misalnya karena plasenta akreta, inkreta dan perkreta,
yang tali pusatnya ditarik keras dari bawah) atau ada tekanan pada fundus
uteri dari atas (maneuver Crede) atau tekanan intra abdominal yang keras
dan tiba tiba (misalnya batuk keras atau bersin) (Prawirohardjo,2008)
Akan tetapi, apabila kelainan itu sejak awalnya timbul dengan cepat,
seringkali rasa nyeri yang hebat dan dapat menimbulkan syok (begitu
ada inversio px akan nyeri banget syok neurogenik, untuk
memperbaiki biasanya px di anastesi total agar bisa reposisi rahim)
Fundus terbalik memperpanjang melalui crevix tetapi tetap di dalam vagina (nyeri
banget karena ada persarafan disana, px bisa syok)
TINGKAT 3
•Fundus terbalik keluar dari vagina (bagian atas jadi bagian bawah)
Replacement of Inverted Uterus
Grade 3
Kl seperti ini harus di replacement tangan
masuk kedalam digenggam dan dimasukan
lagi keposisinya. Px nyeri banget bahkan
dipegang pun gamau, biasanya dilakukan ini
px di anastesi dulu
KESIMPULAN
• Bagian atas uterus memasuki kavum uteri,
sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke
dalam kavum uteri
• Derajat 1, 2, 3
• Terjadi tiba-tiba pada kala III, akibat tindakan
• Gejala : nyeri, perdarahan
• Diagnosis : fundus uteri tidak teraba, pada derajat
3 dapat ditemui ostium tubae
• Reposisi pervaginam segera dalam anestesi
umum, bila perlu laparotomi
RETENSIO PLASENTA
(PLASENTA TERTAHAN)
• Jika tidak ditemukan bagian plasenta yang lepas dan tidak dikembangkan sepenuhnya
plasenta akreta.
• Jika sebagian tertahan perdarahan hebat.
perdarahan
infeksi.
Riviewan diatas
• Dalam kondisi normal terdapat perbedaan tekanan (pressure gradient) oksigen yang
besar antara sisi maternal (pO2: 100-120 mmHg) dengan sisi fetal (pO2: 20-30 mmHg).
• Pada persalinan normal, janin mengkonsumsi 5 ml O2/kg/menit, Janin memiliki
kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan tekanan O2 lingkungan yang
rendah, karena afiditas hemoglobin fetus (HbF) yang cukup tinggi terhadap oksigen.
• Sirkulasi darah janin
• Darah yang datang dari plasenta melalui vena umbilikalis hampir
seluruhnya memasuki duktus venosus, dari atrium kanan melewati foramen
ovale untuk masuk ke atrium kiri, untuk kemudian dipompakan oleh
ventrikel kiri ke arkus aorta dan pembuluh-pembuluh leher dan kepala.
Arkus aorta dan badan karotid (carotid bodies) yang memiliki
kemoreseptor, sensitif terhadap perubahan kadar oksigen dalam darah
yang berasal dari plasenta, dan janin memberikan respons kadiovaskuler
terhadap kondidi yang demikian.
• Kardiak output janin
• Kardiak output janin lebih kurang 230 ml/kg/menit. Vasokonstriksi yang
lama menyebabkan iskemia pada paru, usus, dan ginjal, yang dapat
menimbulkan efek yang tidak diinginkan begitu janin dilahirkan, terutama
pada bayi prematur (respiratory distress syndrome, necrotising enteritis,
dan renal insufficiency) yang pada akhirnya terjadi metabolisme anaerob
dan timbulnya asidosis.
Aplikasi Dalam Alat Diagnostik
1. Gerak Janin
Gerak janin dapat memberikan informasi mengenai kesejahteraan janin. ”Janin yang sehat adalah
janin yang aktif. Janin yang geraknya kurang, mungkin sedang mengalami masalah” Gerak janin dapat
dihitung oleh pasien sendiri atau oleh pemeriksa.
Dianjurkan dilakukan sekali sehari semenjak kehamilan berusia 27 minggu (7 bulan kehamilan).
Catat waktu mulai pertama kali gerak janin dirasakan, kemudian hitung gerak janin sampai 10 kali,
dan catat berapa lama waktu yang dibutuhkan (kartu gerakan 10 minimal harus ada 10 gerakan
bayi dlm 12 jam)
Bila:
• Janin tidak bergerak sebanyak 10 kali dalam 2 jam, atau
• berkemungkinan janin mengalami masalah, dan harus segera diperiksakan ke sarana pelayanan
obstetri untuk dievaluasi lebih lanjut.
2. Auskultasi
• Variabilitas djj
• Akselerasi
ibu diabetes
infeksi
perdarahan
Detak jantung bayi lambat itu tidak langsung lambat dia cepet dulu, namanya fetal
compromise compromise dulu ex:djj 160 begitu tidak tertangani baru terjadi fetal
distress dan detak jantungnya turun (kl dia dibilang tiba2 turun brrti itu ada kelalaian
pengawasan/pas djj tinggi tidak ketahuan)
B. Mekonium
• Adanya mekonium pada cairan amnion lebih sering terlihat saat janin
maturitas dan dengan sendirinya bukan merupakan tanda-tanda gawat janin.
Sedikit mekonium tanpa dibarengi dengan kelainan pada denyut jantung
janin merupakan suatu peringatan untuk pengawasan lebih lanjut.
• Berikan oksigen untuk ibu agar ibu nafas dan oksigen masuk ke
bayi
2. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekkret vagina bau ) berikan antibiotika untuk
amnionitis.
3. Jika tali pusat terdapat terletak dibagian bawah janin atau dalam vagina,lakukan
penanganan prolaps tali pusat.
• Jika servik telah berdilatasi dan kepala janin tidak lebih dari 1/5 diatas simpisis kubis atau
bagian teratas tulang kepala janin pada stasiun 0, lakukan persalinan dengan EKSTRAKSI
VAKUM ATAU FORSEPS.
• Jika servik tidak berdilatasi penuh dan kepala janin berada > 1/5 diatas simpisis kubis atau
bagian teratas tulang kepala janin berada diatas stasiun 0, lakukan persalinan dengan
SEKSIO SESAREA
Kesimpulan Pengelolaan
Denyut Jantung Janin
Cara Pemantauan
Kasus resiko rendah auskultasi teratur DJJ selama persalinan : setiap 15 menit selama
kala I, setiap setelah his pada kala II, hitung selama 1 menit bila his selesai
Kasus resiko tinggi pergunakan pemantauan DJJ elektronik secara
berkesinambungan