Anda di halaman 1dari 6

BASIC LIFE SUPPORT

Tujuan belajar

Mahasiswa mampu melakukan Basic Life Support

Pendahuluan

Basic Life Support (BLS) adalah tingkat pertolongan yang dapat diberikan kepada
pasien dengan masalah yang mengancam nyawanya sebelum pasien tersebut mendapat
pertolongan medis yang lebih lengkap. BLS dapat dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih
termasuk personil lapangan atau oleh siapapun yang telah memperoleh pelatihan BLS. BLS
umumnya diterapkan pada fase pra rumah sakit dan dapat dilakukan tanpa instrument khusus.

Banyak negara yang memiliki protap tentang bagaimana penerapan BLS yang sesuai
untuk negara tersebut. Pada umumnya BLS tidak menggunakan obat-obatan dan prosedur
invasive, yang merupakan salah satu perbedaan BLS dari Advanced Life Sipport (ALS).
Karena prosedurnya yang relatif sederhana, BLS selayaknya dapat dikuasai oleh berbagai
profesi, seperti polisi, pemadam kebakaran, dsb.

Resusitasi yang dilakukan pada BLS dapat mempertahankan kondisi pasien sebelum
mendapat pertolongan yang lebih lanjut lewat ALS. Atas dasar itulah, petugas yang
melakukan BLS harus juga menguasai teknik komunikasi dengan petugas yang akan
melakukan ALS.

Basic life Support terdiri atas sejumlah teknik assessment (penilaian) dan resusitasi
yang di fokuskan pada “ABC” untuk fase pra-rumah sakit:

 Airway
Melakukan pengamanan dan kemudian mempertahankan jalan nafas, termasuk
penggunaan jalan nafas bantuan seperti Oral-pharyngeal airway atau nasa-laryngeal
airway.
 Breathing
Aliran udara selama pernafasan, baik alami maupun artificial, atau dibantu dengan
pernafasan darurat.
 Circulation
Perfusi darah keseluruh tubuh, dibantu dengan resusitasi jantung dan paru (RJP).
BLS juga mencakup teknik transportasi pasien, seperti perlindungan vertebra servikal
maupun di bawahnya dan pencegahan cedera tambahan akibat kesalahan prosedur.
Airway
Gangguan airway (jalan nafas) dapat timbul secara perlahan atau mendadak dan dapat
bersifat total atau sebagian (parsial). Walaupun bukan merupakan tanda pasti, adanya
takipnea harus dipikirkan juga sebagai tanda adanya gangguan jalan nafas. Sedangkan tanda-
tanda objektif sumbatan jalan nafas adalah :
1. Lihat (Look)
Apakah pasien mengalami agitasi (kesan hipoksemia) atau tampak bodoh (kesan
Hiperkarbia). Selain itu dapat pula di lihat adanya tanda-tanda sianosis sentral atau
perifer, serta adanya gangguan otot-otot leher, maupun otot dinding dada (retraksi
interkostal).
2. Dengar (listen)
Adanya suara nafas abnormal, seperti mendengkur (snoring), berkumur (gargling),
bersiul (crowing sound, stridor), atau parau (hoarseness, dysphonia) yang mungkin di
sebabkan sumbatan faring atau laring. Pasien gaduh gelisah atau delirium mungkin
juga di sebabkan oleh hipoksia akiabat gangguan jalan nafas.
3. Raba (Feel)
Lokasi trakea

Cara mempertahankan jalan nafas yang adekuat adalah :

1. Pada pasien yang telentang, jalan nafas di buka dengan metode chin-lift (mengangkat
dagu) dan head-tilt (kepala tengadah). Letakkan satu tangan pada dahi pasien. Tekan
kebawah-kebelakang untuk mendongakkan kepala pasien. Jari-jari tangan yang lain
diletakkan di bawah mandibula dan digunakan untuk mengangkat dagu pasien. Dapat
pula dilakukan jaw-thrust dengan memegang angulus mandibula kiri dan kanan, dan
mendorong mandibula kedepan. Heat-titl tidak dilakukan pada kasus trauma, terutama
pada trauma yang dicurigai adanya cidera vertebra servikal. Kecurigaan tersebut harus
muncul pada kasus-kasus berikut : cedera/fraktur multipel, penurunan kesadaran tanpa
sebab yang jelas dan adanya tanda-tanda cedera di atas klavikula. Hal ini penting
dipahami untuk mengantisipasi akibat lebih buruk lagi apabila terjadi cedera vertebra
servikal.
2. Pada kasus sumbatan jalan nafas oleh benda asing, yang ditandai oleh sesak nafas,
batuk dan tanda khas berupa “mencengkeram” leher, tindakan yang dilakukan
didasarkan pada tingkat sumbatan. Bila pasien asianotik, mampu batuk dengan kuat,
tidak dijumpai retraksi atau penggunaan otot-otot nafas tambahan, dan bisa bicara,
berarti sumbatan yang terjadi bersifat parsial dengan respirasi yang masih adekuat.
Pada pasien ini cukup di evaluasi, tidak perlu segera dilakukan intervensi.
Jika dijumpai pasien dengan kondisi yang berlawanan dengan yang disebutkan diatas,
berarti terjadi sumbatan parsial namun dengan respirasi yang tidak adekuat, atau
bahkan terjadi sumbatan total. Pada pasien ini harus segera dilakukan intervensi untuk
membebaskan jalan nafas.
3. Pada pasien yang sadar, dapat dilakukan intervensi berupa Heimlich ma nuevre, yang
dilakukan dengan cara berdiri memeluk rapat pasien dari belakang, kedua tangan
penolong dikatupkan dengan kepala tangan ditempelkan diatas umbilikus pasien.
Kepala ditekan kuat ke arah belakang lalu keatas dengan cepat, sampai benda asing
keluar, prosedur dihentikan bila pasien pengalami penurunan kesadaran.

Breathing
Apabila pernafasan tidak membaik dengan terbukanya jalan nafas (airway), penyebab
lain harus dicari.Ventelasi mungkin terganggu oleg gangguan pergerakan nafas (ventiltor
mechanics) atau depresi sistem saraf pusat oleh berbagai sebab. Tanda-tanda objektif
ventilasi yang tidak adekuat adalah :
1. Lihat (Look), nilai adakah jelas, luka, pembengkakan, asimetri gerakan nafas ataupun
pergerakan dinding dada yang tidak adekuat, dimana ada satu hemitoraks yang
tertingal di banding sisi satunya serta pernafasan yang dilakukan dengan susah payah
(labored breathing).
2. Dengar (Listen), nilai pergerakan udara (suara udara pernafasan) dan bandingkan
pada kedua sisi hemitoraks dan lakukanlah pada beberapa titik dan kalau perlu dengan
merubah posisi (bila memungkinkan atau hasilnya meragukan).
3. Raba (Feel), nilai dengan meraba kedua hemitoraks, adakah krepitasi, nyeri tekan lalu
dilanjutkan pemeriksaan perkusi yang harus dilakukan dengan hati-hati dan nilai suara
yang terdengar, apakah sonor, hipersonor (udara berlebihan,pneumothoraks) ataukah
redup (adanya cairan, hemothoraks ataupun efusi pleura).
4. Lakukan evaluasi keberhasilan bantuan ventilasi yang dilakukan dan bila
memungkinkan, gunakan pulse oxymeter.
Teknik-teknik resusitasi ventilasi adalah :
1. Mouth to mouth-Airway Hidyipertahankan dengan metode head-tilt dan chin-lift.
Hidung pasien ditutup, mulut penolong diposisikan sedemikian rupa sehingga
menutupi mulut pasien. Penolong menghembuskan nafas kedalam mulut pasien secara
biasa sambil mengamati gerakan dinding dada pasien. Bila tidak dijumpai gerakan
dinding dada pasien yang sesuai dengan hembusan nafas penolong, pasien harus
direposisi dan prosedur diulangi kembali. Bila gerakan dinding dada tetap tidak
dijumpai, pasien harus dicurigai mengalami sumbatan airway.
2. Mouth to mask pada prinsipnya sama dengan mounth to mounth, namun disini
digunakan masker dan pompa udara sebagai pengganti mulut penolong. Ada dua cara
yang dapat dilakukan :
a. Teknik sefalik-Dilakukan bila ada lebih dari satu penolong. Penolong yang berada
di posisi kepala pasien memompa dengan sebelah tangan, dan yang lain
memegang masker menutupi mulut dan hidung pasien sambil melakukan jaw-
thrust.
b. Teknik lateral- Dilakukan bila hanya ada satu orang penolong. Dengan berada
disebelah lateral pasien, penolong dapat memompa dengan sebelah tangan yang
lain, atau memegang masker dengan kedua tangan sambil melakukan head-tilt dan
chin-lift sementara udara dihembuskan dari mulut penolong kedalam masker.
3. Penekanan Krikoid – penekanan kartilago krikoid kea rah posterior dapat menutup
esophagus, sehingga meminimalisir udara yang masuk ke lambung selama ventilasi.
Prosedur ini hanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar, dengan cara menekan
kartilago krikoid dengan jempol dan jari telunjuk kea rah posterior.
Circulation
Sirkulasi dinilai dengan meraba pilsasi arteri karotis. Perabaan dilakukan maksimal
selama 10 detik. Jika pulsasi teraba, bantuan pernafasan dapat diteruskan dengan frekuensi 1
kali pernafasan per 4-5 detik. Bila pulsasi tidak teraba, maka harus segera dimulai kompresi
jantung.
Kompresi jantung dilakukan pada ½ bawah sternum pasien yang telentang. Sambil
berlutut disamping pasien, tumit salah satu tangan penolong ditempelkan di atas sternum di
atas xiphisternal jungtion, sedangkan tangan yang satunya diletakkan di atas tangan yang
pertama. Jari-jari tangan penolong tidak boleh menempel di dada pasien. Posisi lengan
penolong tegak lurus terhadap sternum pasien. Kompresi dilakukan selama 1/3 sampai ½
jarak antero-posterior dada dengan siku penolong yang terkunci dan momentum bobot tubuh
penolong yang ditumpukan pada sternum pasien. Kompresi harus ritmik, dengan frekuensi
100 kali kompresi per menit, atau dengan rasio kompresi : ventilasi 15 : 2 pada pasien yang
tidak di intubasi.
Pada balita, kompresi dilakukan dengan cara yang berbeda. Penolong melingkari dada
pasien dengan kedua jempol melakukan kompresi pada strenum. Cara lainnya adalah dengan
melakukan kompresi dengan menggunakan jempol dan telunjuk penolong pada sternum
pasien. Rasio kompresi : ventilasi pada balita adalah 5 : 1.
Pada keadaan biasa dan bukan sebagai kelanjutan dari resusitasi jalan nafas maupun
breathing (ventilasi), sirkulasi akan menggambarkan kecukupan oksigen yang dihantarkan
melalui aliran darah dengan kebutuhan oksigen di tingkat sel. Adanya ketidakcukupan
tersebut (gangguan perfusi) disebut syok yang dapat disebabkan oleh berbagai sebab, baik
pada jalan nafas, proses ventilasi, kelainan jantung, paru, pembuluh darah maupun
kehilangan plasma darah oleh berbagai sebab. Syok merupakan proses dan tidak selalu
merupakan hasil akhir, karenanya mengenali secara dini proses syok sangatlah penting.
Tanda-tanda awal syok adalah : peningkatan frekuensi nadi diikuti vasokonstriksi perifer
(akral dingin dan pucat), tekanan darah menurun, jumlah urin berkurang dalam satuan waktu
dan pada tahap akhir atau syok berat, akan terjadi gangguan kesadaran sampai koma.

Immobilisasi dan Transport


Immobilisasi terutama ditujukan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya fraktur
dan khususnya fraktur vertebra, immobilisasi dilakukan pada posisi supine maupun lateral
dengan tujuan terpenting adalah , mempertahankan vertebra pada posisi segaris (in-line).
Pada posisi supine, pasien dibaringkan telentang di atas permukaan yang rata dan
keras (biasanya digunakan spinal board atau long spine board), tanpa bnatal, dan dibatasi
gerakan kepala dan leher dengan cervical collar, dahi pasien juga di ikat dengan spinal board.
Pada keadaan khusus, dimana pasien tidak bisa dibaringkan pada posisi supine,
misalnya pada pasien yang muntah-muntah, jangan sekali-kali memiringkan kepala saja
sebagai upaya menghindarkan aspirasi. Pasien seperti ini dapat dibaringkan pada posisi
lateral, dengan tetap menjaga posisi in-line vertebra.
Bila pasien harus dipindahkan dari spinal board, posisi in-line vertebra harus tetap
dijaga. Caranya adalah dengan cara mengangkat atau memindahkan seluruh tubuh pasien-dari
kepala sampai kaki-secara serentak (logroll).
CHECK LIST
BASIC LIFE SUPPORT

Skor
No Aspek Penilaian
0 1 2 3
1. Menilai keamanan diri dan pasien
2. Memeriksa kondisi pasien
3. Memanggil bantuan
Nilai airway
4.  Look : adakah sumbatan jalan napas
5.  Listen : Snoring, gargling, crowing, hoarness
6.  Feel : lokasi trakea
Membebaskan dan mempertahankan airway yang adekuat
7.  Head tilt / Chin lift / Jaw thrust / Heimlich manuever
Nilai breathing
8.  Look : lihat gerakan dinding dada
9.  Listen : dengarkan suara nafas
10.  Feel : rasakan hembusan nafas
Menilai sirkulasi
11.  Menilai pulsasi a carotis, bila pada anak-anak a. brachialis, pada
bayi a. femoralis selama 10 detik
12. Bila nadi tidak teraba maka dilakukan kompresi jantung (mouth to
mouth)
Kompresi jantung : 30:2 selama 5 siklus
High Quality CPR :
 Frekuensi 100kali / menit
 Recoil sempurna
 Kedalaman 5 cm
 Hindari Intervensi berlebihan
 Hindari hiperventilasi
Jika pasien sadar, maka dilakukan posisi recovery (praktekkan posisi
13. recoverynya)
14. Bila nadi masih tetap tidak teraba maka RJP dilanjutkan

Keterangan Skor Aceh Besar, ................2017


0. Tidak Dilakukan sama sekali Instruktur,
1. Dilakukan tetapi kurang benar ( kesalahan > 50 %)
2. Dilakukan tetapi kurang benar ( kesalahan < 50 %)
3. Dilakukan dengan benar

NILAI : Skor Total X 100 = ....... (..........................................)


48

Anda mungkin juga menyukai