TESIS
Oleh :
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2007
i
PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA
PEMILIK SARANA APOTIK (PSA) DENGAN APOTEKER
PENGELOLA APOTIK (APA) DI KOTA SEMARANG
Disusun oleh :
Tanggal, 2007
ii
PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tesis ini adalah hasil pekerjaan
penulis sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk
lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum /
tidak diterbitkan, sumbernya telah dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka
Semarang, 2007
Penulis
iii
KATA PENGANTAR
Diponegoro Semarang.
Selama proses penulisan tesis ini mulai dari penyusunan proposal penelitian,
pemikiran maupun tenaga yang tidak ternilai harganya bagi penulis. Untuk itu
pada kesempatan ini perkenankanlah penulis dengan segala kerendahan hati dan
penuh keikhlasan untuk menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :
iv
5. Bapak H. Achmad Busro, SH., M. Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah
6. Tim Review Proposal dan Tim Penguji Tesis yang penuh kesabaran dan
7. Seluruh staf Pengajar dan staf karyawan tata usaha pada Program Studi
Akhirnya penulis sadari bahwa penulisan tesis ini tidak luput dari
kekurangan, sehingga pada kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun serta berharap semoga tesis ini dapat berguna bagi
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak ..................................................................................................... x
Abstract .................................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN
vi
1.1. Pengertian Apotik .............................................................. 11
Modal .......................................................................................... 23
Apoteker............................................................................. 24
Modal ................................................................................. 26
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian.......................................................................... 41
2. Pembahasan................................................................................. 60
viii
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan.................................................................................. 81
2. Saran ............................................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
ix
ABSTRAKSI
x
ABSTRACT
Upon the development era, within the health field, dispensary as the
particular plays the important role, such as in completing the society need
of the necessity of medicine as well as medical utensil. Thus, the
government executes the observation of dispensary as the medicine
supplier to the society. The relationship between the dispensary caretaker
as the dispensar y manager and the funder no longer stands as labor
relation, but it stands as an equal level of cooperation. Within the
meaning of the similarity in the dispensar y , consequently, it needs to have
a particular agreement upon the determining of the Dispensary
continuity within the loss risk of the management and the profit share and
others.
xi
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terjamin.
obat ke masyarakat. Hal ini terbukti bahwa pemerintah pada tahun 1980
dimana pengertian Apotik dalam Pasal 1 ayat (1) berbunyi bahwa Apotik
mendasar baik bentuk maupun tugas dan fungsi Apotik perusahaan ini
berikut:
No. 25 Tahun 1980 tersebut di atas jelas bagi kita bahwa pemerintah
pekerjaan farmasi.
kesehatan.
yang mempunyai uang pokok yang dipakai sebagai induk untuk berniaga,
melepas uang dan sebagainya, atau harta benda yang dapat dipergunakan
2
W. J.S. Poerwodarminto., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Penerbit, Balai Pustaka, Jakarta,
Halaman 229
5
merupakan hubungan kerja sama yang sederajad. Dalam arti bahwa mereka
Sedangkan menurut Pasal 4 ayat (3) dan Keputusan Menteri Kesehatan No.
(1). Permohonan izin Apotik yang sarana Apotiknya milik pihak lain
sebagaimana yang dimaksud Pasal 25 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Kesehatan Nomor 26 Tahun 1981 harus juga melampirkan akte
perjanjian kerja sama antara Apoteker pengelola Apotik dengan
pemilik sarana yang berlaku sekurang-kurangnya lima tahun.
(2). Akte perjanjian kerjasama dimaksud Pasal (3) ayat ini, harus dapat
menjamin kepentingan yang wajar bagi pemilik sarana dan harus
membuat pemberian wewenang kepada pemohon untuk mengelola
sarana tersebut.
6
Selanjutnya Pasal 25 ayat (1) dan (2) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
dapat berlaku dalam pengelolaan Apotik yaitu dengan cara menjalin kerja
sama dengan Apotik yang sudah mempunyai Surat Izin Pengelolaan Apotik
surat izin Pengelolaan Apotik. Tepatnya pada tanggal 14 Juli 1983 seluruh
25 Tahun 1980.
Sehingga akan tercapai suatu kerja sama yang baik selaras diantara kedua
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
mengatasinya
9
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis
mendirikan apotik.
E. Sistematika Penulisan
yang dibagi dalam lima bab. Adapun maksud dari pembagian tesis ini ke
dalam bab-bab dan sub bab-bab adalah agar untuk menjelaskan dan
Apotik serta bagaimana perjanjian kerja sama antara pemilik modal dengan
data.
dan saran dari hasil penelitian ini dan akan diakhiri dengan lampiran-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pasal 1 ayat (1) berbunyi: Yang dimaksud Apotik adalah suatu tempat
kepada masyarakat.
lain:
− Tempat tertentu;
Tahun 1965, maka akan terlihat suatu perbedaan yang pokok, yang akan
Nomor 25 tahun1980.
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik serta Keputusan Menteri
922/MENKES/PER/X/1993.
masyarakat.
Apoteker dan bagaimana kode etik seorang Apoteker serta apa obat itu?
bidang farmasi.
kesehatan.
ruang prakteknya, pada saat Dokter menulis resep. Namun Dokter sering
3
Soerjono Soekanto., Aspek Hukum Apotik Dan Apoteker, Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung,
1990, Hal. 37 – 38.
18
hubungan yang erat sekali dengan tugas dan fungsi Apotik, di dalam Surat
dapat mengancam jiwa paling tidak dalam kadar yang rendah akan
ketentuan ini dapat kita lihat dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Kesehatan
Pasal 3 berbunyi:
Pengelolaaan Apotik di idang kefarmasian meliputi:
a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk
pencampuran, penyimpangan obat atau bahan obat.
b. Informasi mengenai perbekalan kesehatan di bidang farmasi.
Pasal 4 berbunyi:
1. Pengelolaan informasi yang dimaksud pada huruf (C) meliputi:
a. Pengelolaan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi
lainnya yang diberikan baik kepada Dokter dan tenaga
kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat.
b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai kasiat,
keamanan, bahaya dan atau mutu obat dan perbekalan farmasi
lainnya.
2. Informasi yang dimaksud pada ayat 1 pasal ini semata-mata
didasarkan pada kepentingan masyarakat.
20
tanggung jawab yang berat dalam mengelola Apotik, sehingga tidak semua
Ayat 1 berbunyi:
Untuk memiliki surat Izin Pengelolaan Apotik, Apoteker mengajukan
secara tertulis di atas Kertas bermaterai cukup, kepada Menteri
Kesehatan cq, Direktorat Jenderal dengan mencantumkan:
a. Nama dan alamat Apotik pemohon;
b. Nama Perguruan Tinggi tempat Apoteker dan Tanda Lulus
sebagai Apoteker;
c. Nomor dan tanggal Surat Izin Kerja;
d. Keterangan tempat kerja bagi mereka yang telah bekerja.
e. Surat Keterangan telah memiliki pengetahuan dan ketrampilan
untuk mengelola Apotik, yang diberikan oleh Perguruan Tinggi
atau Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Pengelolaan Apotik
yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal;
f. Pas foto ukuran 4 x 6.
alat perlengkapan proyek Apotik dan lain sebagainya. Untuk itu dalam
lain.
sebagai berikut:
4
Varia Farmasi, no. 63 Tahun 1986 ke VII, Hal 9
22
kepada masyarakat.
Nomor 25 tahun 1980 tersebut di atas jelas bagi kita bahwa Pemerintah
pekerjaan kefarmasian.
Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965. Hal ini terbukti dengan masih adanya
fungsi sebenarnya adalah suatu hal yang positif dan tepat. Karena memang
Pokok-Pokok Kesehatan.
adalah:
mendapatkan keuntungan.5
No. 25 tahun 1980 tidak lagi seperti bentuk kerja sama badan usaha (PT,
CV, Firma dan sebagainya). Karena Apotik bukan lagi sebagai usaha
perdagangan yang dikelola oleh suatu badan usaha. Akan tetapi Apotik
a. Lokasi;
6
W. J.S. Poerwodarminto, Op Cit, halaman 229
25
b. Perlengkapan Apotek;
tersebut meliputi:
sehingga dapat menjamin kerja sama yang baik dengan pemilik modal.
keuangan.
26
sarana Apotik dan dalam perjanjian kerja sama ini harus dilampirkan akte
dikelola oleh suatu badan usaha. Akan tetapi Apotik sekarang merupakan
yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang atau lebih yang
memberikan hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang
berjanji kepada orang lain atau di mana orang itu saling berjanji untuk
adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang lain atau
7
Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, Penerbit, “Sumur Bandung”, 1973, Cetakan ke
Tujuh, halaman 9.
8
R. Subekti. Hukum Perjanjian, (Jakarta : Intermasa, 1987), Hal. 1.
29
dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, dari
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang lain atau lebih. Menurut beberapa pakar hukum pengertian
perjanjian adalah suatu hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara
dua orang atau lebih yang memberikan kekuatan hak pada suatu pihak
untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk
menunaikan prestasi.10
a. Ada pihak-pihak
9
Loc, It
30
mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Sepakat
mengandung arti apa yang dikehendaki pihak yang satu juga dikehendaki
menurut hukum. Seorang telah dewasa atau akil balik, sehat jasmani dan
10
Ibid, Hal. 6
31
apa yang diperjanjikan harus jelas sehingga hak dan kewajiban para
berupa apa saja, baik bentuknya, isinya dan pada siapa perjanjian itu
ditujukan.
Asas ini dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang
11
Abdulkadir Muhammad. Hukum Perikatan, Bandung : Citra Aditya Bakti. Op. Cit, Hal. 79
12
Purwahid Patrik, Asas-asas Itikad Baik dan Kepatutan Dalam Perjanjian, (Semarang : Badan
Penerbit UNDIP, 1986), Hal. 3.
13
A. Qiram Syamsudin Meliala, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya,
(Yogyakarta : Liberty, 1985), Hal. 20.
32
Undang-undang.
2. Asas konsensualisme
Adalah suatu perjanjian cukup ada kata sepakat dari mereka yang
kekhilafan.14
14
Subekti dan Tjitrosudibio,Kitab Undang-Undang hukum Perdata,Pradnya Paramita,2001, halaman
339.
33
benda antara dua pihak dalam mana suatu pihak berjanji untuk melakukan
sesuatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak
15
Ibid, hal. 19.
BAB III
METODE PENELITIAN
perlu diadakan analisa dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan
dan diolah.16
sebagai berikut :
1. Metode Pendekatan
atau hukum yang sedang berlaku secara efektif, 17 dalam hal ini pendekatan
16
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif-Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta:
Rajawali Press, 1985), Hal. 1
17
Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI, 1982), Hal 52
36
metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
2. Spesifikasi Penelitian
deskriptif analitis. Deskriptif dalam arti bahwa dalam penelitian ini penulis
18
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2000, hal.
5.
37
3.1. Populasi
gejala atau seluruh kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti.19
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pihak yang terkait dengan
dari obyek yang akan diteliti. Untuk itu, untuk memilih sampel yang
19
Rony Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988),
Hal. 44
38
(1) Enam (6) Pemilik Sarana Apotik (PSA) dan Apoteker Pengelola
dengan sumber data, karena melalui pengumpulan data ini akan diperoleh
diharapkan.
39
1) Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat
melalui :
dilakukan.20
20
Soetrisno Hadi, Metodologi Reseacrh Jilid II, (Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi
UGM, 1985). Hal. 26
40
Apotik (APA).
2) Data sekunder
beli; dan
sekunder. 21
21
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta :UI Press, cetakan 3, 1998) Hal. 52
41
secara deduktif, yaitu dari hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat
khusus.22
22
Ibid. Hal. 10
BAB IV
1. Hasil Penelitian
Direktorat urusan Farmasi hingga tahun 1967. Setelah itu diteruskan oleh
42
43
berikut:
31
Wawancara Pribadi, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, tanggal 5 April 2007
44
Bagan 1.
Rev. Dvg
Daftar Daftar G +
Psikotropika PP No. 25 W Ijin PBF,
Peraturan Th. 1980 Ijin Toko
Peraturan
Pelaksana Lain-lain Obat Dan Pelaksanaan
an Lain-lain
Peraturan
Daftar Adaptasi
Pelaksanaan
Narkotik Apoteker
Ijin Apotik
Lain-lain
Lain-lain
merata bagi seluruh Rakyat Indonesia dan terjangkau oleh daya beli
Departemen Kesehatan.
kosmetik dan alat kesehatan, dan obat tradisional makin pesat, sehingga
perlu diatur oleh Pemerintah secara lebih cermat, maka pada tahun 1975
Bagan 2.
A.P.A
(Direktur)
AS KEP
Pagi Sore
A. A. A. A.
Kasir / H. V. Kasir / H. V
Pesuruh Pesuruh
Gudang
32
Budi Mulyono, Wawancara, Sub Bagian Tata Usaha Dinas Kesehatan Kota Semarang Tanggal 5
April 2007.
48
Keterangan:
Regu II, membawahi 1 orang Juru Resep dan 1 oarng Kasir depan yang
merangkap juga sebagai penjual obat bebas (H.V.) serta 1 orang tenaga
kasar (Pesuruh).
masing bagian:
49
Bagan 3.
PROSES OUTPUT
INPUT
TUGAS
Fungsi Bidang
Management Management
• Plarming Pemasaran
• Organizing Produksi
• Controling Keuangan
Umum / pers
Pengembangan
Pengawasan
KEWAJIBAN
50
Keterangan :
− Administrasi Kefarmasian
− Administrasi Keuangan
− Administrasi Penjualan
− Administrasi Personalia
33
Hasbun Tambong, Wawancara, Pemilik Sarana Apotik Dian Jl. Sultan Agung No. 55 F Semarang
Tanggal 12 Mei 2007.
51
kelancaran.
penyimpangan, pengamanan.
dokumen-dokumen.
3). Wewenang
diantaranya :
34
Dra. Kusniah, Apt, Wawancara, Apoteker Pengelola Apotik Besen Jl. Kaligarang No.29 Semarang
Tanggal 13 Mei 2007.
52
peracikan.
4). Memelihara buku harga dan kalkulasi harga obat yang akan
telah ditentukan.
pasien.
setiap hari.
(narkotika, DOPB)
b. Tanggung jawab
c. Wewenang
35
Enggar Anitawati SSi, Apt, Wawancara, Apoteker Pengelola Apotik Legian Farma Jl. Menoreh
Raya No.23 Sampangan Semarang Tanggal 13 Mei 2007
54
Apoteker, yaitu:
lain-lain.
dengan rapi.
b. Tanggung jawab
c. Wewenang
36
dr. Arya H., Wawancara, Pemilik Sarana Apotik Cakra Jl. Erlangga Barat No. 2 Semarang Tanggal
12 Mei 2007
56
Rugi – Laba)
b. Tanggung Jawab
c. Wewenang
37
Atik Perdawati, Wawancara, Pemilik Sarana Apotik Sampangan Jl. Kelud Raya No. 1 Semarang
Tanggal 12 Mei 2007.
57
lain, yang sudah diparaf oleh Pengelola Apotik atau pejabat yang
ditunjuk.
2). Menyetorkan dan mengambil uang, baik dari kasir besar atau
bank.
b. Tanggung jawab
Apotik.
c. Wewenang
sesuai Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti dan
Tengah.
38
Wawancara Pribadi, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, tanggal 5 April 2007
58
Indonesia;
Indonesia;
3. Lampiran – Lampiran
Pemerintah No. 41 Tahun 1990 tentang Masa Bhakti dan Izin Kerja
Apoteker;
Apotik sekitarnya;
Apotik;
h. Asli dan salinan / foto copy Surat Izin Atasan (bagi pemohon
lainnya);
Pengelolra Apotik;
Sakit Pemerintah;
n. Lulus butuh dari Kanwil Dep.Kes (Bagi Pemohon yang pindah dari
Propinsi 1ain );
60
1ampiiran-lampirannya.
tanggal penundaan.
2. Pembahasan
tertulis.39
Tabel 1.
PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA PEMILIK MODAL DENGAN
APOTEKER
No. Uraian Jumlah Prosentase
2. Tidak Tertulis - -
Jumlah 6 100%
apabila suatu saat terjadi salah satu pihak mengingkari perjanjian dapat
diajukan ke Pengadilan.
39
Indrijadi, SH, Wawancara Notaris di Kota Semarang pada Tanggal 21 Mei 2007.
63
dari pihak manapun juga. Keduanya secara sukarela dan penuh keyakinan,
40
Arlini Rahmi, Wawancara, Notaris di Kota Semarang, tanggal 12 Mei 2007
64
Maka di sini akan terjadi pertemuan modal, modal sarana Apotik dan
untuk bekerja sama untuk menjalankan tugas dan fungsi Apotik sesuai
41
Budi Mulyono, Wawancara, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Dinas Kesehatan Kota Semarang,
tanggal 5 April 2007
65
tidak lagi seperti bentuk kerjasama badan usaha (PT, CV, Firma dan
42
Budi Mulyono, Wawancara, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Dinas Kesehatan Kota Semarang,
tanggal 5 April 2007
43
Suyanto, Wawancara, Notaris di Kota Semarang, pada tanggal 16 Mei 2007
66
Modal
kewajiban dan haknya yang harus dilakukan dan yang akan diterima,
Nomor 279 Tahun 1979 Pasal 4 ayat (3). Apa yang dilakukan oleh
yang berlaku.44
pihak.
44
Budi Mulyono, Wawancara, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Dinas Kesehatan Kota Semarang,
tanggal 5 April 2007
45
Suyanto, Wawancara, Notaris di Kota Semarang, pada tanggal 16 Mei 2007
68
Tabel 2
Tabel 3
PENGELOLA KEUANGAN DAN ADMINISTRASI KEUANGAN
APOTIK
hal ini oleh Apotik yang modalnya besar, sedangkan yang dilakukan
bawah.
46
Ahmad Fikri, Wawancara, Apotik Besen , Jl. Kaligarang No. 29 Semarang Tanggal 12 Mei 2007.
71
tabel berikut :
Tabel 4
Apotik (APA)
masalah yang bisa menjadi sengketa dalam perjanjian kerja sama Pemilik
lain :
aktifitas Apotik itu berlangsung selama satu tahun. Hal ini sesuai
73
bahwa setiap akhir tahun Apotik mengadakan tutup buku dan pada saat
dicabut izinya.
47
Ahmad Fikri, Apotik Besen Jl. Kaligarang No. 29 Semarang Tanggal 12 Mei 2007.
75
pengaturan secara rinci dan jelas serta harus dibuat secara tertulis dan
terjual dan dilakukan satu tahun sekali atau ada yang dilakukan setiap
ditanam adalah dari pihak pemilik Sarana Modal Apotik, tetapi bila
pada setiap tutup buku, Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal / Tahun
Baru.
sebagai berikut:
kedua belah pihak serta dua orang saksi, dan pembuat perjanjian
musyawarah.
78
kedua belah pihak, yang tidak dapat diselesaikan dengan cara tersebut di
Arbiter dan dua orang Arbiter yang dipilih memilih seorang Arbiter;
c) Apabila dalam waktu 2 (dua) minggu setelah diminta oleh pihak yang
seorang Arbiter atau di antara 2 (dua) orang Arbiter yang diangkat oleh
pengangkatan Arbiter yang ketiga, maka salah satu pihak dapat minta
responden menjawab bahwa segala sesuatu yang tidak atau tidak cukup
diatur dalam akta perjanjian kerja sama antara Pemilik Sarana Apotik
diatur oleh kedua belah pihak secara musyawarah, selain itu tentang segala
di Semarang.
80
Kesehatan.
Perizinan Apotik.
82
sebagai berikut:
fungsinya.
Setempat.
lancar.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
disimpulkan bahwa :
84
85
dihadapan notaris.
belah pihak, yang tidak dapat diselesaikan dengan cara tersebut di atas,
Namun demikian segala sesuatu yang tidak atau tidak cukup diatur
dalam akta perjanjian kerja sama antara Pemilik Sarana Apotik (PSA)
diatur oleh kedua belah pihak secara musyawarah, selain itu tentang
obat. Dengan demikian harga obat antara Apotik yang satu dengan
2. Saran
1. Literatur
Aditya Bakti.
Jakarta : Djambatan.
Cipta.
R. Subekti, 1987. Hukum Perjanjian, Jakarta : Intermasa.
Press, cetakan 3.
Varia Farmasi, No. 44 Tahun ke IV, 1983 Varia Farmasi, no. 63 Tahun
1986 ke VII.
3. Peraturan Perundang-undangan