Metodologi Penelitian Sosial
Metodologi Penelitian Sosial
Penelitian
Sosial
Edisi Kedua
Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd., M.T.
BA 01.46.1703
Purnomo Setiady Akbar, M.Pd.
Metodologi
Penelitian
Sosial
Edisi Kedua
Edisi kedua
Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak
oleh Sinar Grafika Offset
HUSAINI, Usman.
Metodologi penelitian sosial/Husaini Usman; Purnomo
Setiady Akbar; Editor: Rini Rachmatika.
— Ed. 2, Cet. 1. — Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
xiv, 170 him.; 21 cm.
106.321
BA 01.46.1703
Prakata V
seyogianya dikuasai sehingga dapat memecahkanberbagai masalah sosial
secara lebih bijaksana.
Buku ini terdiri atas 11 bab yang meliputi pendahuluan; pengajuan
masalah; penyusunan kerangka teoretis dan pengajuan hipotesis; metodologi
penelitian; hasil penelitian dan pembahasan; kesimpulan, diskusi, implikasi,
dan saran; penelitian kualitatif; penelitian deskriptif; penelitian percobaan
(eksperimen), penelitian evaluatif; penelitian tindakan kelas.
Setelah membaca buku ini, diharapkan mahasiswa dapat membuat
sebuah rencana usulan (proposal) penelitian dengan baik. Rencana usulan
penelitian ini dapat disajikan dalam mata kuliah Seminar Penulisan Skripsi.
Dalam seminar tersebut, mahasiswa yang bersangkutan mendapat umpan
balik baik dari rekan-rekannya maupun dosen-dosennya sehingga mahasiswa
sudah siap dengan sebuah usulan penelitian yang relatif baik untuk
dilanjutkan dengan pembuatan skripsi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini belumlah sempuma.
Oleh karena itu, saran konstruktif dari pembaca sangatlah dinantikan dengan
senang hati. Atas sarannya diucapkan terima kasih.
Akhimya, penulis berharap semoga buku ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua. Amin.
Penulis
PRAKATA ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL..................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii
D. ..........................................................................................
Unsur-Unsur Penelitian Ilmiah.................................................... 6
E.
Langkah-Langkah Metode Penelitian Kuantitatif .... 12
Daftar Isi 7
Kegunaan Penelitian ................................................................. 31
BAB 3 PENYUSUNAN KERANGKA TEORETIS, KERANGKA
BERPIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ......................... 33
A. Deskripsi Teoretis dan Pembahasan Hasil Penelitian
Sebelumnya ....................................................................... 33
B. ..........................................................................................
Kerangka Berpikir .................................................................... 34
C. ..........................................................................................
Asumsi ..................................................................................... 36
D. ..........................................................................................
Perumusan Hipotesis ................................................................ 38
Daftar Isi 9
*
Daftar Isi x
Contoh Penelitian Deskriptif Biasa.......................................... 133
E. Contoh Sistematika Laporan Penelitian Deskriptif Kuantitatif..
136
DAFTAR TABEL
BAB 9 PENELITIAN PERCOBAAN (EKSPERIMEN)... 138
A. .........................................................................................
Pendahuluan ........................................................................... 138
B. .........................................................................................
Ciri-CiriPenelitianPercobaan................................................... 138
C. .........................................................................................
Jenis-Jenis Penelitian Percobaan ............................................. 139
Daftar Tabel xi
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 159
LAMPIRAN ......................................................................................... 165
PROFIL PENULIS ................................................................................ 169
Daftar Gambar xi i i
Gambar 11.2 Salah Satu Model PTK atau PTS ....................................... 152
s
PENDAHULUAN
1. Akal Sehat
Akal sehat merupakan konsep yang memuaskan untuk digunakan secara
praktis. Akal sehat dapat menghasilkan kebenaran dan dapat pula
menyesatkan. Misalnya, pada abad ke-19, menurut akal sehat banyak
pemimpin percaya bahwa hukuman terhadap badan merupakan alat utama
dalam kepemimpinannya. Hasil penelitian dalam bidang psikologi
menunjukkan bahwa bukan hukuman yang merupakan alat utama dalam
kepemimpinan, melainkan ganjaran.
2. Intuitif
Kebenaran dengan intuitif diperoleh secara cepat melalui proses yang tidak
disadari atau tanpa berpikir terlebih dahulu. Dengan intuitif orang
memberikan penilaian atau keputusan tanpa suatu renungan. Kebenaran
melalui intuitif sukar dipercaya karena tanpa menggunakan langkah- langkah
yang sistematis. Metode ini disebut metode apriori. Dalil-dalil seorang yang
apriori yang cocok dengan penawarannya, belum tentu cocok dengan
pengalaman atau data empiris.
3. Trial and Error
Kebenaran melalui trial and error dilakukan secara coba-coba tanpa
kesadaran akan pemecahan masalah tertentu. Pemecahan teijadi secara
kebetulan. Cara ini umumnya tidak efisien dan tidak terkontrol.
4. Otoritas
Kebenaran diterima melalui otoritas atau kewibawaan seorang ilmuwan atau
pejabat tertentu. Pendapat mereka umumnya sering diterima orang tanpa
diuji, karena dipandang sudah benar. Namun, pendapat otoritas ilmiah itu
tidak selamanya benar.
5. Prasangka
Kebenaran melalui akal sehat dipengaruhi kepentingan orang yang
melakukannya sehingga akal sehat berubah menjadi prasangka. Orang sering
tidak menghendaki keadaan.
6. Wahyu
Kebenaran yang didasarkan pada wahyu bukanlah disebabkan penalaran
manusia secara aktif, tetapi diturunkan Allah swt. kepada rasulullah dan nabi.
Kebenaran ilmiah diperoleh melalui penelitian ilmiah yang dibangun dari
teori tertentu. Penelitian ilmiah mempunyai ciri-ciri sistematis, logis, empiris,
reduktif, dapat diulangi {replicable), berguna bagi pihak yang
membutuhkannya (transmitable), objektif (apa adanya), konsisten (ajeg),
ketelitian {correct), ketepatan {precision), dapat diuji {verification), rasional,
B. ETIKA PENELITIAN
Etika penelitian yang perlu ditaati para peneliti antara lain (1) bidang yang
diteliti sesuai dengan keahlian peneliti; (2) peneliti hams merahasiakan
semua informasi yang diperoleh dari responden sehingga nama-nama
responden harus dituliskan dalam bentuk kode-kode atau inisial; (3) peneliti
tidak menuntut responden untuk bertanggung jawab atas informasi yang telah
disampaikannya; (4) peneliti tidak memaksakan kehendaknya agar responden
memberikan informasi kepadanya; (5) peneliti tidak mengubah informasi
responden dengan pengertian yang berbeda atau bertolak belakang atau
mengganti angka di dalam tabulasi data yang berbeda dengan angka
responden sebenamya.
C. MACAM-MACAM PENELITIAN
Penelitian dapat dibagi menurut bidang, tempat, pemakaian, tujuan, waktu,
dan jenisnya seperti tertera berikut ini.
(1)
Bidang Administrasi, pendidikan, ekonomi, biologi, dan
sebagainya.
(2) Tempat :
Laboratorium, perpustakaan, dan lapangan (kancah).
(3) Pemakaian : Mumi (pure research) dan penelitian terapan (ap
plied research), dan penelitian evaluasi (evaluation
research).
(4) Tujuan : Eksploratif, developmental, dan verifikatif.
(5) Waktu : Longitudinal dan cross-sectional.
(6) Jenis : Historikal, deskriptif, developmental, studi kasus,
korelasional, kausal komparatif, eksperimental, kuasi
eksperimental, dan tindakan.
(7) Metode : Kuantitatif dan kualitatif.
(8) Logika : Deduktifdan induktif.
(9) Filsafat : Positivisme atau postpositivisme atau naturalistik
(fenomenologis).
Bab 1 Pendahuluan 3
Penelitian di atas mempunyai maksud dan penggunaannya masing-
masing, yakni sebagai berikut.
Bab 1 Pendahuluan 5
Contohnya, penelitian ada yang memakai pre-test!'post-test, yang di
dalamnya terdapat variabel-variabel, seperti kematangan, kepribadian, dan
sebagainya.
Bab 1 Pendahuluan 7
teoretis tanpa teori karena namanya saja sudah teoretis artinya bersifat teori.
Jadi, teori harus ada. Jangan menyusun hipotesis tanpa teori karena hipotesis
diturunkan dari landasan teori utama (grand theory) yang secara deduktif
menjadi kerangka berpikir peneliti dan akhimya menjadi hipotesis. Jangan
melakukan penelitian tanpa teori karena metode penelitian ada teorinya yang
disebut metodologi penelitian.
Dalam metodologi penelitian terdapat cara menentukan besar sampel
yang representatif (mewakili), cara atau teknik mengumpulkan data, dan
teknik analisis data (statistik). Jangan membahas hasil penelitian tanpa teori
karena pembahasan harus dibedah dengan “pisau teori” agar hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Ilmiah artinya berdasarkan ilmu. Ilmu
biasanya dalam bentuk teori-teori yang telah disusun secara sistematis
dengan menggunakan istilah-istilah khusus sesuai dengan bidang ilmunya
(jargon). Fungsi teori dalam penelitian kuantitatif dapat digambarkan seperti
pada Gambar 1.1.
Teori dan fakta saling berhubungan. Teori dapat mengungkapkan fakta-
fakta baru. Sebaliknya, fakta dapat melahirkan teori barn. Semakin kompleks
suatu teori, semakin banyak proposisi yang digabungkan. Fakta berfungsi
untuk menolak teori yang ada, melahirkan teori baru, dan mempertajam teori
yang telah ada.
Definisi operasional berfungsi untuk mengetahui cara mengukur suatu
variabel sehingga seseorang dapat pula mengetahui baik buruknya suatu
pengukuran. Definisi operasional ini biasanya diungkapkan dalam bagian
pendahuluan suatu laporan penelitian atau setelah perumusan hipotesis.
Variabel ialah sebuah konsep yang mempunyai nilai. Contohnya, seks
adalah variabel karena mempunyai nilai laki-laki dan perempuan. Demikian
pula berat badan, tinggi badan, umur, pendidikan, golongan, semuanya
adalah variabel. Dalam penelitian sosial dikenal dua bentuk variabel, yaitu
variabel kategorial dan variabel bersambungan atau kontinu. Variabel
kategorial terdiri atas variabel nominal yang bersifat deskrit dan saling pilah.
Misalnya, jenis kelamin, status perkawinan, jenis pekeijaan, dan lain-Iain.
Bab 1 Pendahuluan 9
pengaruh variabel independen.
Bab 1 Pendahuluan 11
E. LANGKAH-LANGKAH METODE PENELITIAN KUAN-
TITATIF
Sebenamya, banyak sekali bentuk-bentuk langkah penelitian yang dapat kita
jumpai dalam berbagai buku pedoman penulisan penelitian. Namun, bentuk
luamya boleh saj a berbeda, asalkan j iwa dan penalarannya tetap sama.
Pemilihan bentuk langkah-langkah penelitian dari khazanah yang tersedia
merupakan masalah selera (preferensi perseorangan) atau otoritas lembaga
dengan mempertimbangkan berbagai faktor lainnya, seperti masalah apa
yang dikaji, siapa pembaca penelitian itu, dan dalam rangka kegiatan apa
penelitian itu dilaporkan.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka akan dicoba membahas alur- alur j
alan pikiran yang terdapat dalam sebuah penelitian ilmiah yang dikaitkan
dengan metode ilmiah. Penelitian pada hakikatnya merupakan penerapan dari
metode ilmiah dalam kegiatan keilmuan. Untuk itu, diperlukan penguasaan
yang baik mengenai hakikat ilmu agar dapat melaksanakan penelitian
sekaligus mengomunikasikannya melalui tulisan ilmiah.
Sebelum membahas langkah-langkah penelitian ilmiah, terlebih dahulu
dibahas langkah-langkah metode ilmiah, karena langkah-langkah penelitian
ilmiah pada hakikatnya merupakan penerapan dari langkah-langkah metode
ilmiah. Alur berpikir dalam metode ilmiah berintikan proses logico-
hypotheticoverifikasi dengan langkah-langkah seperti Gambar 1.5.
1. Perumusan masalah merupakan pertanyaan mengenai objek empiris
yang jelas batas-batasnya dan mengidentifikasikan faktor-faktor yang
berhubungan di dalamnya.
2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis merupakan
argumentasi yang menjelaskan kaitan yang mungkin terdapat
antarberbagai faktor terkait dan membentuk konstelasi masalah.
Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-
premis yang teruji kebenarannya dengan mempertimbangkan faktor-
faktor yang relevan dengan peimasalahannya.
3. Perumusan hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan
terhadap jawaban dari pertanyaan yang diajukan dan bahannya
merupakan kesimpulan dari pengembangan kerangka berpikir.
4. Pengujian hipotesis merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan
Bab 1 Pendahuluan 13
Penelitian dengan Pendekatan Kuantitatif
seperti juga cara kita memakai berbagai pedoman penulisan tesis atau
disertasi yang berasal dari berbagai lembaga pendidikan, melainkan harus
Metodologi Penelitian Sosial
lebih ditekankan pada logika berpikir dan alur-alur jalan berpikimya. Dengan
cara demikian, maka kita akan mampu menghindarkan berkembangnya cara
berpikir yang kaku dan simpletis. Pada gilirannya, kita akan dapat
menciptakan suasana proses belajar mengajar yang mampu menumbuhkan
sikap inovatif, kreatif, dan percaya kepada diri sendiri.
Metode ilmiah pada dasamya berlaku sama untuk semua disiplin
keilmuan, baik ilmu alam maupun ilmu sosial. Perbedaannya hanya terletak
pada aspek teknik pengumpulan datanya, bukan pada aspek struktur berpikir
dan metodologinya.
Penguasaan terhadap langkah-langkah metode ilmiah merupakan
prasyarat untuk menguasai langkah-langkah penelitian ilmiah, karena seperti
yang telah disebutkan bahwa langkah-langkah penelitian ilmiah merupakan
penerapan dari langkah-langkah metode ilmiah. Dengan kata lain, struktur
berpikir yang melatarbelakangi langkah-langkah penelitian ilmiah adalah
metode keilmuan. Oleh karena itu, aspek-aspek filsafat ilmu sebaiknya secara
langsung dikaitkan dengan kegiatan berpikir ilmiah pada umumnya dan
kegiatan penelitian pada khususnya. Langkah-langkah penelitian ilmiah yang
secara garis besamya mencakup apa yang diteliti, untuk apa hasil penelitian
itu, dan bagaimana menelitinya adalah koheren dengan landasan ontologis,
aksiologis, dan epistemologis keilmuan. Dengan demikian, maka
pengetahuan filsafat yang bersifat potensial secara nyata dapat memperkuat
kemampuan ilmuwan dalam melaksanakan kegiatan ilmiah secara
operasional. Langkah-langkah penelitian ilmiah sebagai penerapan dan
metode ilmiah seperti yang tampak pada Gambar 1.5.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam konstelasi yang bersifat situasional inilah kita dapat
mengidentifikasikan objek yang menjadi masalah. Identifikasi masalah ialah
suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah di mana suatu objek tertentu
dalam situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah.
Identifikasi masalah bertujuan agar kita maupun pembaca mendapatkan
sejumlah masalah yang berhubungan dengan judul penelitian. Dalam
praktiknya, kita sering menghadapi kesulitan dalam mengidentifikasi
masalah. Hal ini disebabkan dua kemiskinan yang kita miliki selama ini,
yaitu kemiskinan materiil dan kemiskinan metodologis. Kemiskinan materiil
Money
Machine
Method
Material
Marketing
Minutes
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan ruang lingkup penelitian administrasi yang diuraikan tadi,
jelaslah bahwa masalah yang diteliti sangat kompleks dan luas, baik konsep
teoretisnya maupun faktanya sehingga terdapat peluang yang hampir tidak
terbatas untuk menelitinya. Oleh karena itu, masalah yang akan diteliti perlu
dibatasi. Namun, kadang-kadang justru membingungkan dalam memilih batas
penelitian, baik mengenai ragamnya maupun tingkat analisisnya.
Pemilihan batas masalah yang hendak diteliti haruslah didasarkan pada
E. TUJUAN PENELITIAN
Setelah identifikasi masalah dan batasan masalah selesai dirumuskan, maka
pada hakikatnya kita telah mempunyai inti dari tujuan penelitian yang
dilakukan. Tujuan penelitian ialah pemyataan mengenai apa yang hendak kita
capai. Tujuan penelitian dicantumkan dengan maksud agar kita maupun pihak
lain yang membaca laporan penelitian dapat mengetahui dengan pasti apa
tujuan penelitian itu sesungguhnya.
Tujuan penelitian terdiri atas dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum harus berhubungan dengan konsep-konsep yang
bersifat umum, sedangkan tujuan khusus harus berhubungan dengan konsep-
konsep yang lebih spesifik dibandingkan dengan yang digunakan dalam
perumusan masalah.
Dalam merumuskan suatu tujuan, kita senantiasa berpedoman pada
perumusan masalahnya. Tujuan yang keluar dari rumusan masalah dapat
menyesatkan kita dalam membuat rencana penelitian. Karena perumusan
masalah dapat berbentuk deskriptif, komparatif, dan asosiatif, maka tujuan
umum dan tujuan khusus penelitian harus berbentuk dan sesuai dengan
rumusan masalah tadi. Sebagai contoh, tujuan umum penelitian yang bersifat
deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambaran umum tentang disiplin keija di
departemen A, untuk mengetahui deskripsi efektivitas waskat di departemen
A, dan untuk mengetahui kepemimpinan Eselon I dalam melaksanakan
waskat di departemen A.
Contoh tujuan umum yang bersifat komparatif, yaitu untuk mendapatkan
gambaran mengenai perbedaan disiplin keija PNS di departemen A, untuk
mengetahui deskripsi perbedaan pelaksanaan waskat di departemen A dengan
B, dan untuk mendapatkan gambaran umum tentang perbedaan disiplin pria
F. KEGUNAAN PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian, maka kita dapat mengharapkan kegunaan atau
manfaat dari hasil penelitian. Kegunaan penelitian ini dapat dibagi atas dua
bagian, yaitu kegunaan teoretis dan kegunaan praktis.
Kegunaan teoretis biasanya hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan sumbangan bagi pengembangan konsep atau teori administrasi
pada umumnya dan konsep atau teori waskat dan disiplin keija pada
khususnya.
Kegunaan praktis hasil penelitian hendaknya disebutkan secara tersurat
berguna bagi siapa. Misalnya, berguna bagi responden ialah agar teijadi
perubahan sikap karena responden merasa diperhatikan nasibnya.
B. KERANGKA BERPIKIR
Kerangka berpikir ialah penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi
objek permasalahan kita. Kerangka berpikir disusun berdasarkan tinjauan
pustaka dan hasil penelitian yang relevan. Kerangka berpikir merupakan
argumentasi kita dalam merumuskan hipotesis. Untuk merumuskan hipotesis,
maka argumentasi kerangka berpikir menggunakan logika deduktif (untuk
metode kuantitatif) dengan memakai pengetahuan ilmiah sebagai premis-
premis dasamya. Kerangka berpikir adalah buatan kita sendiri (bukan buatan
orang lain), yaitu cara kita berargumentasi dalam merumuskan hipotesis.
Argumentasi itu harus analitis, sistematis, dan menggunakan teori yang
relevan. Dalam membangun kerangka berpikir sering timbul kecenderungan
bahwa pemyataan-pemyataan yang disusun tidak merujuk kepada sumber
kepustakaan, karena sudah habis terpakai di dalam menyusun kerangka
teoretis. Hal ini tidaklah benar, justru dalam menyusun kerangka berpikir
C. ASUMSI
Dalam rangka memilih salah satu teori atau pendekatan yang digunakan
untuk mendukung argumentasi pada kerangka berpikir diperlukan adanya
asumsi, postulat, atau prinsip secara tersurat. Asumsi tersebut haras bersifat
imperatif, karena dengan asumsi, postulat, atau prinsip yang berbeda, maka
teori atau pendekatan yang digunakan akan berbeda pula. Perbedaan asumsi
yang dimiliki peneliti dengan pembaca, membuat pembaca tidak menyetujui
argumentasi yang dibuat peneliti. Asumsi ialah pemyataan yang dapat diuji
kebenarannya secara empiris. Postulat ialah pemyataan yang kebenarannya
tidak perlu diuji, karena sudah diterima oleh umum, misalnya matahari terbit
di sebelah timur. Prinsip ialah pemyataan yang berlaku umum bagi gejala
tertentu dan mampu menjelaskan kejadian yang teijadi, misalnya hukum
sebab akibat. Asumsi, postulat, dan prinsip ini jangan diada-adakan dalam
D. PERUMUSAN HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dapat ditarik kesimpulan yang
merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Kesimpulan ini
disebut juga sebagai perumusan hipotesis. Hipotesis ialah pemyataan atau
jawaban sementara terhadap rumusan penelitian yang dikemukakan.
Perumusan hipotesis berguna untuk memfokuskan masalah;
mengidentifikasikan data-data yang relevan untuk dikumpulkan;
menunjukkan bentuk desain penelitian, termasuk teknis analisis yang akan
digunakan; menjelaskan gejala sosial; mendapatkan kerangka penyimpulan;
merangsang penelitian lebih lanjut.
Hipotesis yang baik hendaknya memenuhi kriteria-kriteria sebagai
berikut.
1. Hams menyatakan pertautan dua variabel atau lebih.
2. Hams jelas, tidak membingungkan, dan dalam bentuk deklaratif
(pemyataan).
3. Hams dapat diuji secara empiris, artinya seseorang mengumpulkan data
yang tersedia di lapangan guna menguji kebenaran hipotesis tersebut.
Menumt jenisnya, hipotesis dapat dibagi atas tiga jenis.
1. Hipotesis penelitian (hipotesis altematif) atau hipotesis keija; yang
biasanya dimulai dengan kata “terdapat hubungan” atau “terdapat
perbedaan”.
KRIPTIF
OSIATIF (KORELATIF)
Apakah ada hubungan antara pengawasan
melekat dengan disiplin di Dinas A?
Bagaimana pengaruh pengawasan melekat Adakah hubungan positif dan signifikan antara
terhadap disiplin di Dinas A? pengawasan melekat dengan disiplin di Dinas A?
Ada pengaruh positif dan signifikan antara
pengawasan melekat dengan disiplin di Dinas A.
MPARATIF
Bagaimana disiplin Dinas A dibandingkan Dinas Ada perbedaan disiplin yang positif dan
B? signifikan antara Dinas A dengan Dinas B.
Apakah ada perbedaan disiplin Dinas A dengan Terdapat perbedaan disiplin yang positif dan
Dinas B? signifikan antara Dinas A dengan Dinas B.
B. METODE PENELITIAN
Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi,
metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-
peraturan yang terdapat dalam penelitian. Ditinjau dari sudut filsafat,
metodologi penelitian merupakan epistemologi penelitian. Yaitu yang
menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian.
Dalam bab ini diuraikan secara rinci mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan kegiatan penelitian yang meliputi penentuan variabel pokok,
penentuan populasi, penentuan sampel atau teknik pengambilan contoh,
metode dan teknik pengumpulan data, instrumen penelitiannya, dan teknik
analisis data.
D. PENENTUAN POPULASI
Populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik
kuantitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai
sekelompok objek yang lengkap dan jelas.
Populasi dalam setiap penelitian haras disebutkan secara tersurat, yaitu
yang berkenaan dengan besamya anggota populasi serta wilayah penelitian
yang dicakup. Tujuan diadakannya populasi ialah agar kita dapat menentukan
besamya anggota sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi
berlakunya daerah generalisasi.
Ditinjau dari banyaknya anggota populasi, maka populasi terdiri atas
1. Populasi terbatas (terhingga).
2. Populasi tidak terbatas (tidak terhingga).
Namun, dalam kenyataannya populasi terhingga selalu menjadi populasi
yang tidak terhingga. Ditinjau dari sudut sifatnya, maka populasi dapat
bersifat:
1. homogen, dan
2. heterogen.
Penelitian yang menggunakan seluruh anggota populasinya disebut
sampel total atau sensus. Penggunaan ini berlaku jika anggota populasi relatif
kecil. Untuk anggota populasi yang relatif besar, maka diperlukan mengambil
sebagian anggota populasi yang dijadikan sampel. Pengambil- an anggota
sampel yang merupakan sebagian dari anggota populasi tadi haras dilakukan
dengan teknik tertentu yang disebut teknik sampling. Demikian pula untuk
menentukan banyaknya anggota sampel haraslah menggunakan ramus,
graflk, atau tabel tertentu.
2. Ketepatan
Semakin kecil kita memilih taraf signifikansi (a), semakin banyak anggota
sampelnya. Dengan demikian, semakin tepat atau teliti ramalan kita.
3. Pertimbangan Nonrespons
Pertimbangan nonrespons ialah perkiraan jumlah anggota sampel yang dapat
dijadikan responden setelah seluruh anggota sampel dikurangi dengan
jumlah anggota sampel yang dijadikan kelompok uji coba instrumen
penelitian. Anggota sampel yang sudah dijadikan kelompok uji coba
sebaiknya tidak dipakai sebagai responden untuk mendapatkan data yang
sebenamya. Selain pertimbangan di atas, juga perlu dipertimbangkan berapa
responden yang bersedia mengembalikan angket atau dapat diwawancarai
serta diobservasi.
4. Analisis Data
Analisis data yang digunakan menentukan besamya anggota sampel. Untuk
teknik statistika parametrik memerlukan data yang relatif besar (minimal 30),
sedangkan untuk data yang dianalisis dengan teknik statistika nonparametrik
cukup menggunakan data yang relatif kecil.
di mana:
n = jumlah anggota sampel minimal
p = proporsi kelompok pertama
q = proporsi kelompok kedua = (1 - p)
a = taraf signifikansi
2 j a = nilai z tabel untuk
Jika a = 0,01 maka rumus tadi akan menjadi:
/
n < p(l - p) 2,58V 0,01
Dan jika a = 0,05 maka rumus ^1,98V tadi akan menjadi: n < p(l - p)
0,05
Contoh Soal
Suatu daerah diketahui anggota populasi penduduknya yang berstatus
sebagai PNS sebanyak 400.000 orang. Di antaranya, 100.000 orang belum
menjalankan KB secara efektif.
Pertanyaan:
Berapa besar anggota sampel yang perlu diteliti dalam rangka
mengungkapkan partisipasi PNS terhadap program KB?
di mana:
SE = Standar Estimasi P =
proporsi
N = jumlah anggota populasi n =
jumlah anggota sampel
2. Ketelitian Estimasi
a.
/\ 2
s
n=
di mana:
n = banyak sampel s = standar
deviasi (diketahui)
SE = standar error
,71 a w = 2
Zy a —j=
Vn
di mana:
w = interval estimasi
Z-^ a = standar skor untuk tertentu
a = simpanan baku populasi (diketahui)
n = besamya anggota sampel atau banyak sampel
Contoh Soal
Jika diketahui a2 = 100
w=5a=
0,05
Berapa banyaknya sampel (n)?
Sebenamya, tidak ada aturan yang tegas mengenai berapa besamya
anggota sampel yang diisyaratkan suatu penelitian. Demikian pula apa batasan
bahwa sampel itu besar atau kecil. Yang jelas ialah jika sampelnya besar maka
e. Kecermatan Observasi
Tingkat kecermatan observasi sangatlah dipengaruhi oleh faktor prasangka dan
keinginan observer, terbatasnya kemampuan pancaindra dan ingatan;
terbatasnya wilayah pandang, yaitu kecenderungan observer menaruh
perhatian dengan membandingkannya kepada kejadian lainnya; kemampuan
observer dalam menangkap hubungan sebab akibat; kemampuan
menggunakan alat bantu; ketelitian pencatatan; pengertian observer terhadap
gejala yang diukur.
/. Keuntungan Observasi
Keuntungan digunakannya teknik pengumpulan data dengan observasi, yaitu
sebagai alat langsung yang dapat meneliti gejala; observee yang selalu sibuk
lebih senang diteliti melalui observasi daripada diberi angket atau mengadakan
wawancara; memungkinkan pencatatan serempak terhadap berbagai gejala,
karena dibantu oleh observer lainnya atau dibantu oleh alat lainnya; tidak
tergantung pada self-report.
g. Kelemahan Observasi
Kelemahan penggunaan teknik pengumpulan data dengan observasi adalah
banyak kejadian langsung yang tidak dapat diobservasi, misalnya rahasia
pribadi observee; observee yang menyadari dirinya sebagai objek penelitian
cenderung untuk memberikan kesan-kesan yang menyenangkan observer;
2. Wawancara
Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang
diwawancarai disebut interviewee.
a. Kegunaan Wawancara
Wawancara berguna untuk mendapatkan data dari tangan pertama (primer);
pelengkap teknik pengumpulan lainnya; menguji hasil pengumpulan data
lainnya.
b. Petunjuk untuk Mengadakan Wawancara
Beberapa petunjuk yang harus diperhatikan dalam mengadakan wawancara
adalah sebagai berikut.
1) Interviewer harus mengenalkan dirinya kepada interviewee, baik
langsung maupun tidak langsung serta menyampaikan maksud penelitian
untuk kemajuan ilmu dan kepentingan bersama, serta sekaligus meminta
kesediaan kapan waktu wawancara boleh dimulai.
2) Interviewer harus menciptakan hubungan baik dengan interviewee
dengan cara saling menghormati, kerja sama, mempercayai, memberi, dan
menerima.
3) Ciptakan suasana santai dan tidak tergesa-gesa dalam mengajukan
pertanyaan.
4) Interviewer hendaklah menjadi pendengar yang baik dan tidak memotong
ataupun menggiring interviewee kepada jawaban yang diharapkan.
5) Interviewer harus terampil dalam bertanya. Agar terampil, maka harus
mempertimbangkan hal-hal berikut. Adakanlah pembicaraan pembukaan;
gaya bicara jangan berbelit-belit; aturlah nada suara agar tidak
membosankan; sikap bertanya jangan seperti menghakimi atau
menggurui; mengadakan parafrasa; mengadakan prodding, yaitu
penggalian yang lebih dalam, mencatat, dan menilai jawaban; aturlah
waktu bertanya; jangan lupa buatlah pedoman sebagai bimbingan untuk
3. Angket
Angket ialah daftar pemyataan atau pertanyaan yang dikirimkan kepada
responden, baik secara langsung atau tidak langsung (melalui pos atau
perantara).
Angket yang baik hendaklah memerhatikan petunjuk di bawah ini.
1) Bahasa harus singkat, jelas, dan sederhana.
2) Kata-kata yang digunakan tidak mengandung makna rangkap.
Misalnya: Puaskah Anda dengan gaji? Gaji dulukah atau gaji sekarang?
Puas dalam sifat biologis atau psikologis?
3) Hindarilah pertanyaan yang relatif lama, sehingga sukar diingat
responden. Misalnya: Berapakah jumlah tamu yang datang ke rumah
Anda selama 5 tahun ini?
4) Hindarilah pertanyaan atau pemyataan yang mengandung lebih dari
dua arti. Misalnya: Senangkah Anda membaca buku ilmiah dan majalah
hiburan? Pertanyaan ini tidak dapat dijawab oleh orang yang senang
membaca buku ilmiah, tetapi tidak senang membaca majalah hiburan,
demikian pula sebaliknya. Untuk mengatasi hal tersebut maka
pertanyaan hendaknya dibuat dua buah.
5) Hindarilah kata-kata, seperti semua, seluruh, selalu, tidak satu pun,
tidak pemah. Karena bersifat menggiring responden.
6) Hindarilah pertanyaan atau pemyataan yang kira-kira ditolak atau
diterima oleh seluruh responden. Misalnya pemyataan: Makhluk
bemyawa akan mati. Semua responden akan menjawab ya, atau sangat
setuju.
7) Hindarilah kata-kata yang membingungkan atau kurang diketahui oleh
responden. Misalnya: Apakah manajemennya bersifat inovatif?
8) Kata “hanya” hendaklah digunakan dengan hati-hati karena cenderung
menggiring responden.
9) Hindarilah pertanyaan atau pemyataan yang mengandung dua
pengertian negatif yang menggunakan kata “tidak”, karena dapat
membingungkan responden. Misalnya: Saya tidak masuk sekolah
2) Skala Sosiometrik
Skala ini seperti halnya dengan bentuk di atas, yaitu untuk mengukur jarak
hubungan sosial. Skala ini dikembangkan oleh J.I. Moreno & Helen H.
Jennings. Skala ini lebih tepat untuk mengukur penerimaan atau penolakan
terhadap sesuatu dalam lingkungan atau kelompok tertentu. Misalnya, di
lingkungan kantor, sekolah, dan sebagainya.
Contohnya, di dalam perkumpulan organisasi yang anggotanya 15
orang akan memilih pimpinan sebanyak tiga orang menurut ranking, dan
harus dipilih oleh seluruh anggotanya (15).
Kontinum skala jarak ialah nama anggota pilihan pertama, nama
anggota pilihan kedua, dan nama anggota pilihan ketiga. Setiap anggota
menuliskan tiga orang anggota lainnya yang dipilih. Kelima belas anggota
itu, misalnya A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, dan O.
Misalnya si A, memilih H calon pertama, B calon kedua, dan C calon
ketiga, demikian seterusnya. Sehingga didapat matriks sosiometrik seperti
Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Matriks Sosiometrik
D 3 1 2
E 3
2 1
F 2 1 3
G 3 2 1
H 3
1 2
I 3
2 1
J 1 2 3
K 3 1 2
L 2 1 3
M 1 3 2
N 2 3
0 2 3 1 1
Pilihan 5
pertama 2 1 1 2 1 1 2
Pilihan kedua 3
1 2 2 2 1 1 2 1 2
Pilihan ketiga 2 1 2 1 1 1 2 3 1 1
Total 2 4 4 3 2 3 8 1 5 6 1 1 1 5
4) Skala Ranking
Contoh:
Petunjuk: Isilah pertanyaan tersebut dengan singkat!
Contoh lainnya:
Petunjuk: Berilah angka 1 sampai 10 pada masing-masing anggota
organisasi yang aktif berbicara dalam rapat di bawah ini:
A.............................
B .............................
C .............................
5) Skala Thurstone
Skala ini dikembangkan oleh Thurstone pada tahun 1920-an, yang bertujuan
untuk mengurutkan responden berdasarkan ciri-ciri tertentu. Prosedur
menyusun skala ini adalah sebagai berikut.
a) Peneliti mengumpulkan beratus-ratus pertanyaan yang relevan dengan
masalah.
b) Selanjutnya, pertanyaan yang beratus-ratus tadi diajukan kepada 50-300
Contoh:
Petunjuk: Berilah tanda silang (x) pada huruf yang tersedia pada setiap
pertanyaan atau pemyataan!
1 = sangat setuju
9 = sangat tidak setuju
Petunjuk: Berilah tanda centang (V) untuk pemyataan yang Anda setujui dan
tanda silang (x) untuk yang tidak disetujui.
6) Skala Likert
Skala ini dikembangkan oleh Rensis Likert (1932) yang paling sering
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden terhadap
sesuatu objek. Karena pembuatannya relatif mudah dan tingkat reliabilitasnya
Contoh 1
Petunjuk: Berilah tanda centang (V) pada kolom yang disediakan!
5 = sangat setuju
4 = setuju
3 = ragu-ragu
2 = tidak setuju
1 = sangat tidak setuju
Pemyataan/pertanyaan 12345
2. dan seterusnya
Variasi lain dari bentuk di atas, angka-angka dalam kolom boleh saja diganti
dengan bunyi petunjuknya. Misalnya, untuk kolom 1 boleh saja langsung
dituliskan sangat tidak setuju, demikian seterusnya.
Contoh 2
Petunjuk: Berilah tandasilang (x) pada salah satu jawaban yang paling
cocok menurut Anda!
Contoh 3
Petunjuk: Berilah lingkaranpada angka yang sesuai dengan pendapat
Anda.
1 2 3 4 5
sangat tidak tidak ragu-ragu setuju sangat
setuju setuju setuju
7) Skala Guttman
Skala ini dikembangkan oleh Louis Guttman (1944). Skala ini disebut juga
dengan istilah scalogram, scale analysis, dan reproducibility. Skala ini
sebenamya merupakan pengembangan dari bentuk skala Borgadus. Karena
skala Borgadus mempunyai kelemahan adanya bias dalam mengisi. Hal ini
disebabkan urutan pertanyaan atau pemyataannya jelas dari sukar ke mudah,
atau sebaliknya. Guttman memperbaiki cara ini dengan penyusunan secara acak
sehingga responden perlu berhati-hati dalam mengisinya.
Contoh: Berilah tanda centang (V) pada salah satu pertanyaan yang paling
disetujui!
Bersahabat Bermusuhan
Hangat
Dingin
Terbuka Tertutup
Membosankan Menyenangkan
Baik Buruk
Intim Renggang
dan seterusnya
K. TEKNIKANALISIS DATA
Dalam subbab ini diuraikan teknik analisis data beserta alasannya mengapa
teknik itu yang dipakai. Lambang atau notasi yang dipakai di dalam ramus
haras diuraikan dengan jelas dan lengkap.
Dalam subbab ini perlu disebutkan teknik analisis apa yang dipakai, teknik
analisis univariat, atau teknik analisis bivariat ataukah multivariat atau
kombinasinya. Teknik analisis univariat untuk uraian deskripsi tentang latar
belakang subjek serta variabel yang diteliti dengan penyajian frekuensi, tabel,
tabel silang, grafis, dan sebagainya yang sesuai.
Ada dua analisis yang perlu diuraikan di sini, yaitu pengujian persyaratan
analisis, seperti uji normalitas, homogenitas, validitas dan reliabilitas, linieritas;
pengujian hipotesis.
Teknik analisis statistika yang digunakan tergantung dari rumusan masalah
serta jenis data yang dipakai. Instrumen penelitian yang diujicobakan haruslah
diuji validitas dan reliabilitasnya.
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan yang bersifat
menyeluruh, utuh, terpadu, jelas, singkat, dan sistematis. Berikut ini
A. HASIL PENELITIAN
Dalam subbab ini penyajian hendaknya dalam bentuk yang ringkas dan
komunikatif. Bahan-bahan yang disajikan meliputi hal-hal berikut.
1. Deskripsi latar belakang subjek dan wilayah populasi penelitian.
2. Deskripsi variabel pokok (key variables) yang diteliti, misalnya analisis
variabel tunggal dan ganda disajikan dalam bentuk grafik, tabel silang,
persentase, dan lain-lain.
3. Pengetesan hipotesis (jika ada) perlu dikemukakan hal-hal yang
menyangkut hipotesis penelitian, hipotesis nol (nihil), dan kriteria
penerimaan atau penolakan hipotesisnya dengan menyertakan besamya
nilai taraf signifikansi dan deraj at kebebasan yang digunakan.
4. Hasil hitungan, hendaknya disajikan secara ringkas dalam bentuk tabel-
tabel atau matrik, sedangkan semua data kasar termasuk tabel keija
hendaknya dimasukkan dalam lampiran.
5. Uraian cara menarik kesimpulan dari pengetesan hipotesis harus
dikemukakan dengan jelas.
Apabila uraian menunjuk suatu sumber di dalam lampiran, maka nomor
lampiran dan halamannya hendaklah disebutkan. Setiap penyajian hasil
penelitian disajikan selalu disertai dengan penafsiran atau pembahasannya
dengan jelas.
Urutan hasil penelitian seharusnya sama dengan urutan hipotesis. Karena
salah satu ciri penulisan ilmiah yang harus dipenuhi adalah konsistensi urutan
penulisannya. Hasil penelitian misalnya memuat histogram, poligon, tabel
distribusi frekuensi, serta tabel hasil perhitungan korelasi dan regresi. Hasil
pengolahan data dengan program komputer diletakkan pada lampiran saja dan
diberi nomor lampirannya. Setiap hal yang dilampirkan harus disebutkan pada
bagian isi laporan penelitian. Misalnya, pada bab hasil penelitian, untuk
perhitungan korelasi lihat pada Lampiran. Hasil penelitian inilah yang akan
menj adi kesimpulan penelitian di bab ini nanti. Secara ringkas bab hasil
penelitian berisikan data deskriptif berupa salah satu atau lebih sesuai tujuan
penelitian dan hipotesis seperti Gambar 5.1 berikut.
m>2 m=2
Ordinal
.............. " \ Sperman’s rho, rs
(hubungan linear) (Variabel ordinal
diturunkan menjadi
\
nominal)
Nominal
k=2
Phi, <t>
(dikotomi)
(Black, 1999)
B. PEMBAHASAN
Pembahasan atau penafsiran analisis data dilakukan secara teoretis, baik
kuantitatif maupun kualitatif. Pembahasan harus tepat, cermat, dan sistematis.
Apabila ditemukan hasil yang menarik untuk dibahas dan di dalam penelitian
lain juga terdapat hal yang sama hendaklah dikemukakan dalam pembahasan
ini. Dalam pembahasan disertakan pula beberapa keterbatasan dari penelitian
ini.
Pembahasan yang bermutu, antara lain berisikan penjelasan mengapa hasil
penelitian ini mendukung atau bertentangan dengan teori dan/atau hasil
penelitian terdahulu yang relevan dan sudah diungkapkan di Bab 2
KESIMPULAN, DISKUSI,
IMPLIKASI, DAN SARAN
Dalam bab ini diuraikan kesimpulan, diskusi, implikasi, dan saran yang
dikemukakan secara terpisah pada subbab masing-masing.
A. KESIMPULAN
Kesimpulan merupakan pemyataan singkat, jelas, dan sistematis dari
keseluruhan hasil analisis dan pembahasan serta pengetesan hipotesis yang
diajukan dalam penelitian. Kesimpulan harus berdasarkan hasil penelitian.
Kesimpulan untuk penelitian kuantitatif berisikan hipotesis ditolak atau
diterima pada taraf signifikansi sekian persen. Urutan kesimpulan harus
sama dengan urutan hasil penelitian. Urutan hasil penelitian harus sama
B. DISKUSI
Subbab ini hanya diadakan jika temyata terdapat kesenjangan antara
pemikiran teoretis dengan hasil empiris yang menyebabkan ditolaknya suatu
hipotesis penelitian yang seharusnya kita terima. Atau hasil penelitian yang
kita peroleh bertentangan dengan hasil penelitian terdahulu lainnya. Dengan
kata lain, teijadi perbedaan antara teori yang kita kemukakan untuk
membangun hipotesis (secara deduktif) dengan pembuktiannya dari analisis
data lapangan (secara induktif). Yang menjadi masalah ialah bagaimana kita
mendiskusikannya. Untuk memecahkan masalah ini ada dua cara.
1. Penelitian yang bersifat profesional pada proyek-proyek swasta
khususnya, bukanlah masalah karena waktu, tenaga, dan biaya relatif
masih tersedia. Jadi, mereka dapat kembali teijun ke lapangan guna
mengumpulkan data-data baru lagi, yang diharapkan dapat menunjang
diterimanya hipotesis penelitian. Karena ada kemungkinan jumlah data-
datanya kurang banyak atau salah dalam menghitung jumlah anggota
sampel, atau mungkin salah dalam membuat alat pengumpul data
(instrumen penelitian).
2. Penelitian yang bersifat akademis guna meraih gelar tertentu atau
penelitian dengan dana dari proyek pemerintah, maka dengan
ditolaknya hipotesis penelitian yang seharusnya diterima adalah
masalah. Karena terbatasnya waktu, biaya, dan tenaga. Di pihak lain,
tidak ada ketentuan dari perguruan tinggi, atau pemerintah yang
mengharuskan peneliti teijun ke lapangan kembali. Dengan demikian,
biasanya seorang peneliti atau tim peneliti mengajukan dugaan-dugaan
yang menjelaskan mengapa hipotesis penelitiannya ditolak. Misalnya,
mengemukakan alasan bahan teori yang dipakai berasal dari Barat
sehingga besar kemungkinan tidak cocok dengan lingkungan sosial
budaya Indonesia.
C. IMPLIKASI
Dalam subbab ini peneliti harus mampu mengemukakan berbagai implikasi
D. SARAN
Dalam subbab ini peneliti dapat mengajukan saran dari hasil penelitian kalau
memang ada. Jika memang tidak ada saran yang harus diajukan, maka
peneliti tidak boleh memaksakan diri untuk membuat saran yang tanpa
dasar. Dalam mengajukan saran, hendaklah disebutkan secara tersurat untuk
siapa saran itu ditujukan. Saran yang diajukan hendaklah jelas, terinci, serta
dapat dilakukan oleh pihak yang menerima saran (operasional).
Saran-saran berasal dari pembahasan dan harus berkaitan dengan
kesimpulan. Urutannya pun harus sama dengan kesimpulan. Inti dari saran
adalah jelas ditujukan kepada siapa, seperti yang terdapat dalam manfaat
praktis penelitian di Bab 1 dan cara-cara praktis melakukan saran-saran
tersebut.
A. PENDAHULUAN
Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang
wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan
umumnya bersifat kualitatif. Oleh karena itu,
penelitian ini disebut metode kualitatif. Istilah lain penelitian kuantitatif
adalah the postpositivistic, ethnographic, pheno-menological, subjective,
case study, fieldwork, soft data, symbolic interaction, inner perspective,
ethnomethodological, descriptive, participant observation. Chicago School,
life history, ecological, qualitative, humanistic, dan perspektif emic
(mengutamakan pendapat responden).
Pohon penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman (2004) seperti
Gambar 7.1.
Metode kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang
mengutamakan penghayatan (verstehen). Metode kualitatif berusaha
memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku
manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.
Responden dalam metode kualitatif berkembang terns {snowball)
secara bertujuan (purposive) sampai data yang dikumpulkan dianggap
memuaskan. Alat pengumpul data atau instrumen penelitian dalam metode
kualitatif ialah si peneliti sendiri. Jadi, peneliti merupakan key instrument,
dalam mengumpulkan data, si peneliti harus teijun sendiri ke
* Anthropological
Oft life history £&
i'communV'A ^ - ... -
' study ^ ^ mettiodology
^\ X'--
\ Ethno- ^ Ethnography of <;4
graphy \ communication
F
i
Participant .
e
observation l j
\strategies d
Nonparticipant ..
s
observation Interview" Oral history^' Uterary ^ - ..strategies
t
strategies^*
u
,» ...
NonreaCtive *”3^ d J
a u- \- Philosophy
(unobtrusive) fek research y
A*
/
V/ »“_V,wt Y
* ii #
“Hi
Gambar 7.1 Pohon Penelitian Kualitatif Menurut Miles dan Huberman (2004)
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan berguna untuk menjajaki keadaan di lapangan, masalah
apakah kiranya yang layak dan penting untuk diteliti. Studi lapangan bersifat
anjuran sebelum mengadakan penelitian, baik untuk penelitian kuantitatif
maupun kualitatif.
Masalah pada mulanya sangat umum, kemudian mendapatkan fokus yang
ditujukan pada hal-hal yang lebih khusus. Akan tetapi, fokus itu masih dapat
berubah.
3. Seminar Pradesain
Setelah pradesain selesai dibuat, maka perlu diseminarkan. Seminar ini
berguna untuk mendapatkan umpan balik terhadap hal-hal yang perlu
mendapatkan perbaikan. Setelah pradesain mendapat persetujuan
pembimbing, barulah penelitian teijun ke lapangan untuk mengumpulkan data
yang relevan.
4. Memasuki Lapangan
Langkah awal dalam usaha memasuki lapangan ialah memilih lokasi situasi
sosial. Setiap situasi sosial mengandung unsur tempat, pelaku, dan kegiatan.
Tempat ialah wadah di mana manusia melakukan kegiatan tertentu.
Misalnya, kantor, sekolah, pasar, dan sebagainya.
Pelaku ialah semua orang yang terdapat dalam wadah tertentu. Misalnya,
kepala kantor, pegawai, pembeli, dan sebagainya.
Kegiatan ialah aktivitas yang dilakukan orang dalam wadah tertentu.
Kegiatan yang saling berhubungan disebut peristiwa.
Empat hal yang harus diperhatikan dalam memasuki lapangan adalah
mengadakan hubungan formal dan informal, mendapatkan izin, memupuk rasa
saling menghormati dan mempercayai, dan mengidentifikasi responden
sebagai informan.
6. Analisis Data
Data harus segera dianalisis setelah dikumpulkan dan dituangkan dalam
bentuk laporan lapangan. Tujuan analisis data ialah untuk mengungkapkan
data apa yang masih perlu dicari, hipotesis apa yang perlu diuji, pertanyaan
apa yang perlu dijawab, metode apa yang harus digunakan untuk mendapatkan
informasi baru, dan kesalahan apa yang harus segera diperbaiki.
Menurut Bogdan dan Biklen (1992), analisis data ialah proses pencarian
dan penyusunan data yang sistematis melalui transkrip wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi yang secara akumulasi menambah pemahaman
peneliti terhadap yang ditemukan. Sedangkan menurut Spradley (1997),
analisis data merujuk pada pengujian sistematis terhadap sesuatu untuk
menentukan bagian-bagiannya, hubungan di antara bagian-bagian, dan
hubungan bagian-bagian itu dengan keseluruhan. Nasution (1988) menyatakan
bahwa analisis data ialah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan.
Menyusun data berarti menggolongkannya (mengategorikannya) dalam pola
atau tema. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna terhadap
analisis, menjelaskan pola atau kategori, serta mencari hubungan antara
berbagai konsep.
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis data ialah
kegiatan analisis mengategorikan data untuk mendapatkan pola hubungan,
b. Display Data
Data yang semakin bertumpuk-tumpuk itu kurang dapat memberikan
gambaran secara menyeluruh. Oleh karena itu, diperlukan display data.
Display data ialah menyajikan data dalam bentuk matriks, network, chart atau
grafik, dan sebagainya. Dengan demikian, peneliti dapat menguasai data dan
tidak terbenam dengan setumpuk data.
1
- ...........
2.
r\
\
4. ^ 2. --------------- > 1.
3. /
\ \
4- v
\ \
5-^^ \
^2 --------------- 1.
6/
/ /
/
/
/
/
7\ /
/
8 --------------- ^3 \
/ \ \
10 \ \
\ \
\ \
\ \
\ \
12
\ 2 2.
^4----
13
/
7 /
14 /
relevan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
/
menajamkan, menggolongkan, mengategorisasikan, mengarahkan,
membuang data yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data
PENYAJIAN DATA
Selama Pasca
Selama Pasca
3) Model Penelitian Kualitatif Versi Bogdan dan Biklen Bogdan dan Biklen
membedakan waktu analisis menjadi dua, yaitu analisis sewaktu masih di
kancah (analysis in the field) dan analisis sesudah selesai di lapangan.
Langkah-langkah yang dianjurkan pada analisis di kancah sebagai berikut.
1) Dorong dirimu untuk mengadakan penelitian yang mendalam. Peneliti
harus memfokuskan masalah penelitian setelah mengkaji secara
keseluruhan dari semua hal yang dikumpulkan di lapangan. Apa yang
dapat dilakukan dan yang menarik minat peneliti. Hal ini dimaksudkan
untuk mempersempit skopa, tetapi mendalam dalam proses pengumpulan
data.
2) Dorong dirimu untuk membuat keputusan sesuai dengan tipe penelitian
yang ingin dicapai. Peneliti harus membuat keputusan untuk memilih tipe
kajian yang akan dilakukan (studi kasus, sejarah kehidupan,
observasional, dan lain-lain).
3) Kembangkan pertanyaan analisis. Pertanyaan yang akan diajukan harus
secara erat terkait dengan tipe penelitian yang akan dilakukan. Pertanyaan
yang telah disiapkan sebelum tiba di kancah harus dianalisis
ketepatannya. Peneliti kualitatif membuat distingsi antara substansi
pertanyaan teoretik dan pertanyaan formal. Pertanyaan substansif
(a) Kredibilitas
Kredibilitas ialah kesesuaian antara konsep peneliti dengan konsep
responden. Agar kredibilitas terpenuhi, maka waktu yang digunakan
penelitian harus cukup lama; pengamatan yang terus-menerus; mengadakan
triangulasi, yaitu memeriksakan kebenaran data yang telah diperolehnya
kepada pihak-pihak lain yang dapat dipercaya; mendiskusikannya dengan
teman seprofesi; menganalisis kasus negatif, yaitu kasus-kasus yang
bertentangan dengan hasil penelitian pada saat- saat tertentu; menggunakan
alat-alat bantu dalam mengumpulkan data, seperti tape recorder, tustel, video,
dan sebagainya; menggunakan member check, yaitu memeriksa kembali
informasi responden dengan mengadakan pertanyaan ulang atau
mengumpulkan sejumlah responden untuk dimintai pendapatnya tentang data
yang telah dikumpulkan.
(b) Transferabilitas
Transferabilitas ialah apabila hasil penelitian kualitatif itu dapat digunakan
atau diterapkan pada kasus atau situasi lainnya. Dalam penelitian kualitatif
biasanya bekerja dengan sampel yang kecil mengakibatkan sangat sukar
untuk mengadakan generalisasi sepenuhnya yang dapat dipercaya.
Transferabilitas dapat ditingkatkan dengan cara melakukan penelitian di
beberapa lokasi. Suatu yang berlaku pada lokasi lain belum tentu sama
dengan lokasi lainnya. Oleh karena itu, perlu mempelajari beberapa kelompok
lain sampai terdapat kesamaan kesimpulan mengenai suatu gejala atau
Kuantitatif Kualitatif
Tujuan
Menguji teori Mengembangkan Teori
Mendapatkan hubungan Mencari makna
antara variabel (verstehen}
Atomistic (parsial) Wholistic (menyeluruh)
Generalisasi Khusus
Teori yang Digunakan
Mantap Sementara
Penyusunan Teori
Logika deduktif Logika induktif
(dari umum ke khusus) (dari khusus ke umum)
Waktu penelitian
Cepat/terbatas lama/bebas
Sampel
Banyak Sedikit
Tetap Snowball (Bertambah terus)
Umumnya acak Purposive (bertujuan)
Representatif Tidak representatif
Instrumen Penelitian
Angket, wawancara, dokumentasi, Peneliti sendiri
observasi (human instrument)
Analisis Data
Statistik (angka) Nonstatistik (kata)
Deduktif Induktif
Setelah data terkumpul Terus-menerus
Usulan Desain
Mantap Emergent
Projektif Retrospektif
Langkahnya jelas Bebas
Gabungan Teoretis
Realisme, positivisme Idealisme
Empirisme logis Interaksi simbolis
Struktur Kultur
Teori sistem Fenomenologi, etnometodologi
Gabungan Akademis
Sosiologi, psikologi, ekonomi, Sosiologi, sejarah, dan antropologi
dan politik
Data
Kuantitatif (angka-angka) Kualitatif (kata-kata)
Perhitungan, pengukuran, dan Ucapan responden, catatan
statistik lapangan
Dokumen kantor (resmi) Dokumen pribadi
Variabel operasional Fotografi
Alur Bekerja
Teori-hipotesis-kumpulkan data Kumpulkan data-generalisasi-
-anattsis-simputkan konsep/hipotesis/teori
- Nonprobabilitas Pretesting
Populasi - Convenience Instrumentasi
- Sampel
- Bertujuan Subject attrition
- Kuota Maturasi
Probabilitas
PERANCANGAN Diffusion of treatment
- Random
PENELITIAN Pengaruh eksperimen
Sederhana
KUANTITATIF Replikasi perlakuan
- Sistematis
Sejarah Pengaruh subjek
- Random
Seleksi Kesimpulan statistik
stratified
- Cluster Regresi
Validitas
Eksternal
Validitas Reliabilitas Populasi
Sumber lokasi dan Ecological
penilaian instrumen
Pengembangan
instrumen
Etika dan
Prosedur
Pertimbangan Hukum
Etika
Hambatan hukum
PENELITIAN Kualitatif
Perencanaan Permulaan
KUALITATIF
pengumpulan data - Peran peneliti
Pengumpulan data dasar - Pemilihan informan
Penyelesaian pengumpulan - Konteks sosial
data - Pengumpulan dan
analisis data
- Naratif autentik
- Typicality
- Analytical premises
Strategi - Penjelasan alternatif
- Dilema di lapangan
- Perhatian dialog informal
- Kerahasiaan dan tanpa nama
- Penipuan, privacy, dan pemberdayaan
- Kekesalan, kepedulian, dan keterbukaan
Gambar 7.8 Perancangan Penelitian Kualitatif (McMillan dan Schumacher, 2001)
Nama : Fathimatussholihah
Nomor Mahasiswa: 94.02.08.1968
Alamat rumah : Jl. Pramuka V K. 30 Bandung
A. Judul Penelitian
(Singkat, tetapi cukup jelas menggambarkan tema penelitian).
F. Metodologi
1. Tempat Penelitian :
2. Populasi :
3. Sampel : (Sebutkan tekniksampling yang
dipakai dan besarnya anggota sampel,
serta prosedur pengambilannya)
4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data:
5. Alat Pengumpulan Data: (Sebutkan apakah alat itu sudah
baku, modifikasi atau buatan sendiri).
6. Analisis Data : (Jikamenggunakan statistik,
sebutkan teknik statistik mana yang
dipakai).
G Jadwal Penelitian
(Rencana pelaksanaan penelitian perlu dijabarkan dalam bentuk satuan
waktu dan disusun dalam bentuk Gant Chart yang secara kronologis
menggambarkan kegiatan masing-masing. Jumlah waktu penelitian jangka
melebihi batas drop out sekolah).
DAFTAR ISI
2. Altematifl
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
METODE PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3. Altematif 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Kajian Teori
G Metode Penelitian
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Kajian Teori
G Kerangka Berpikir
H. Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian
BAB II METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Pendekatan Penelitian dan Kedudukan Peneliti
Judul
Identifikasi Masalah
9.
Menuliskan secara singkat, jelas, dan sistematis
10.
Menginventarisasikan masalah-masalah yang
muncul (kedalaman masalah) yang relevan dengan
setiap variabel penelitian
Pembatasan Masalah
13.
Memilih satu masalah atau lebih dari identifikasi
masalah.
14.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
23.
Menjelaskan manfaat temuan penelitian secara
teoretis (untuk siapa?)
24.
Menjelaskan manfaat temuan penelitian secara
praktis (untuk siapa)
25.
Menjelaskan kelayakan untuk diteliti berdasarkan
manfaat penelitian
27.
Mengutip teori yang relevan dengan variabel dan
masalah yang diteliti
Kerangka Berpikir
37.
Menuliskan secara singkat, jelas, dan sistematis
38.
Menggambarkan pola komparasi dan/ atau
hubungan dan/atau pengaruh masing- masing
variabel berdasarkan kajian teori dengan bahasa
sendiri (tanpa adakutipan)
40.
Merupakan hasil deduksi dari teori yang dipilih
{grand theory) di Bab II
41. Menyatakan perbedaan dan/atau hubungan
dan/atau pengaruh dua variabel atau lebih
Jenis Penelitian
44.
Memilih sesuai dengan masalah yang diteliti
45.
Menjelaskan alasan memilih jenis penelitian
tersebut
46.
Menitikberatkan pada pengertian yang diberikan
peneliti (bahasa si peneliti sendiri) berbentuk
definisi keija variabel yang akan diteliti
67.
Memberikan alasan teknik statistik yang dipilih
68. Menuliskan referensi rumus yang dikutip
Kesimpulan
77.
Menuliskan secara singkat, jelas, dan tegas (setiap
kesimpulan diusahakan maksimal lima kalimat
saja)
78.
Mengurutkan kesimpulan agarkonsisten dengan
hipotesis atau pertanyaan penelitian (kalau tidak
ada hipotesis)
79.
Menyimpulkan dari hasil penelitian dan
pembahasan
Membuktikan hipotesis atau menjawab pertanyaan
80.
penelitian secara konsisten
Implikasi
Saran
83.
Menyarankan atas dasar kesimpulan, pembahasan,
dan implikasi
84. Menyebutkan saran ditujukan untuk siapa
(konsisten dengan manfaat penelitian)
85.
Menyebutkan langkah-langkah operasio- nal
(caranya) secara rinci dan spesifik
Judul
2.
Mencerminkan fenomena yang akan diteliti dan
relevan dengan ruang lingkup program studi
4.
Mengemukakan fenomena aktual di lokasi
penelitian yang perlu segera diteliti berdasarkan
pengamatan sekilas peneliti
5.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
13. Menuliskan secara singkat, jelas, dan sistematis
14.
20.
Menuliskan secara singkat, jelas, dan sistematis
21.
Menganalisis berbagai teori yang relevan dengan
perumusan masalah secara kritis analisis
22.
Menganalisis hasil penelitian yang relevan serta
menyebutkan perbedaan- nya dengan penelitian
Anda sehingga diperoleh keorisinilan penelitian
Kerangka Berpikir
24.
Menuliskan secara singkat, jelas, dan sistematis
25.
Pertanyaan Penelitian
29.
Menjelaskan alasan dipilihnya pendekatan itu
30.
Mengadakan studi pendahuluan yang memuat
strategi pemilihanseMng
31.
Memberikan alasan teknik pengumpulan data yang
dipilih
50.
Menerangkan konsep-konsep yang ditemukan
(jika ada)
51.
53.
Mengurutkannya agar konsisten dengan
pertanyaan penelitian
54.
A. PENDAHULUAN
Kata deskriptif berasal dari bahasa Inggris,
descriptive, yang berarti bersifat menggambarkan
atau melukiskan sesuatu hal. Menggambarkan atau
melukiskan dalam hal ini dapat dalam arti sebenamya (harfiah), yaitu berupa
gambar-gambar atau foto-foto yang didapat dari data lapangan atau peneliti
menjelaskan hasil penelitian dengan gambar-gambar dan dapat pula berarti
menjelaskannya dengan kata-kata. Keduanya dalam laporan penelitian dapat
digunakan agar saling melengkapi. Ada ungkapan bahwa gambar atau lukisan
dapat memberi makna lebih dari sejuta kata. Pelaku atau responden yang
menjadi objek dan subjekpenelitian, kegiatan atau kejadian yang diteliti, dan
konteks (lingkungan) tempat penelitian dilakukan dilaporkan dengan cara
deskriptif sehingga pembaca memahami dengan baik laporan hasil
penelitiannya. Banyak sekali penelitian deskriptif yang dapat dilakukan oleh
peneliti. Sebagai contoh, guru ingin mengetahui gambaran tentang faktor-faktor
yang memengaruhi hasil belajar siswanya. Kepala sekolah ingin mengetahui
prestasi kerja (kinerja) gurunya. Pengawas sekolah ingin mengetahui kineija
kepala sekolah, kinerja pendidik (guru), kineija tenaga kependidikan (nonguru),
dan kinerja sekolah.
Bab ini berisikan karakteristik atau ciri-ciri penelitian deskriptif berikut contoh-
contohnya, dan contoh-contoh sistematika laporan penelitiannya.
4. Deskriptif Regresi
a. Pengaruh motivasi keija terhadap kepuasan keija guru di....
b. Pengaruh motivasi dan kemampuan keij a terhadap kineij a guru di....
c. Pengaruh sifat-sifat pemimpin, kepatuhan pengikut, dan iklim organisasi
sekolah terhadap keefektifan kepemimpinan kepala sekolah di....
d. Pengaruh kriteria sukses, sifat-sifat pemimpin, penggunaan kekuasaan,
kesetiaan pengikut, dan situasi terhadap perilaku kepemimpinan di...
Perhatikan! Padanan pengaruh adalah terhadap bukan dengan. Untuk
membuat judul, peneliti tidak boleh seenaknya membuat judul sesuai selera
hatinya. Judul berasal dari teori siapa yang hendak kita uji melalui
hipotesis. Teori yang hendak kita uj i disebut grand theory. Grand theory
tersebut menyatakan ada pengaruh antara X terhadap Y atau kalimatnya
berbunyi X berpengaruh terhadap Y atau kalimatnya berbunyi Y
dipengaruhi oleh X. Dari hasil bacaan kita itulah dibuat kerangka berpikir
dan akhimya menjadi hipotesis untuk diterima atau ditolak berdasarkan
data lapangan. Judulnya adalah: Pengaruh X terhadap Y di ....
Kesimpulannya, ide judul dari grand theory tidak dari mimpi si peneliti,
tetapi dari grand theory dan rumusan masalah.
Beda hubungan dengan pengaruh adalah hubungan menggunakan teknik
korelasi, sedangkan pengaruh menggunakan teknik regresi atau analisis
jalur. Hubungan bersifat searah, sedangkan pengaruh bersifat dua arah
(timbal balik). Contoh hubungan: raj in pangkal pandai, hemat pangkal
kaya, ada kupu-kupu berarti akan ada tamu. Men dung tanda-tanda akan
hujan. Orang rajin diharapkan akan pandai. Orang hemat diharapkan akan
kaya. Tidak dapat berlaku sebaliknya, seperti orang pandai diharapkan
rajin. Orang kaya diharapkan hemat.
Contoh pengaruh: kebodohan berpengaruh terhadap kemiskinan,
kemiskinan berpengaruh terhadap kejahatan, olahraga berpengaruh
terhadap kesehatan, makanan berpengaruh terhadap kesehatan. Semuanya
dapat dibolak-balik. Seperti, kemiskinan berpengaruh terhadap kebodohan
karena orang miskin tidak mampu membiayai pendidikannya apalagi
mengikuti perkembangan iptek yang canggih, modem, dan mahal.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
C. Saran
A. PENDAHULUAN
Penelitian percobaan bertujuan untuk mengetahui apakah sesuatu metode,
prosedur, sistem, proses, alat, bahan, serta model efektif dan efisien (produktif)
jika diterapkan di suatu tempat. Jika kita hubungkan dengan penelitian
deskriptif komparasi di Bab 8, maka kesimpulannya perlu ditindaklanjuti
dengan perlakuan (treatment). Penelitian percobaan ingin mengujicobakan
perlakuan agar dapat diketahui layak atau tidaknya suatu metode, prosedur,
sistem, proses, alat, bahan, dan model perlakuan itu diterapkan di suatu objek
atau tempat. Bab ini terdiri atas ciri, jenis, dan contoh penelitian percobaan.
1. Percobaan dengan Studi Kasus Satu Kali Tembak (One Shot Case
Study)
Model jenis penelitian percobaan dengan studi kasus satu kali tembak dapat
digambarkan sebagai berikut.
L B
KP : L B
KK: L, B,
Tabel 9.1 Tabel Posisi Nilai Rata-rata Kelompok 1 (KP) dan Nilai Rata-rata
Kelompok 2 (KK)
Sesudah Perlakuan 90 85
Dampak Perlakuan 15
10
Model penelitian percobaannya adalah sebagai berikut.
KP : B, L,
KK : B2 l2 B
2.2
A. PENDAHULUAN
Penelitian evaluatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan suatu program atau untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan
suatu program. Manfaat penelitian evaluatif adalah untuk memberikan
rekomendasi pelaksanaan program yang lalu dan untuk memperbaiki
pelaksanaan program yang akan dilaksanakan berikutnya. Karena begitu
1 2 3 4 5
r
PTK!:s'ahga’t'b!efmanfeat bagi guru ataurkepatefseke!a-h atati pengawas
sek$l#i'tinkik! meningkatkan hasil belaj&g Siswai;<Sute atau kepafe’sekfelSh
atau pehga#aS'^k0lahyfag'penielitifiiM^a>beMjfali’iintuk
memperbaiki meuxk mengajarguru dalam rangkaimeffiSigkailcaii 'hasil belajar
siswa di kelas lebih cocok-jika‘ttlengguriakan PTK mi. Karena
danm-elaktikan tindakan pefbaikan, maka
penelitiannya disebut PTK. ra-,;.
3ika pengawas dan kepala sekolah ingin melakukan tindakan perbaikan
kin'eqa Sektilah^ffiaka^ pfenelitiaM^a°Sfebeniatftya iebih -tepat disebut
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) karena tcmpatnya di sekolah bukan di
kelas. Demikian pula halnya, jika peh’gawas sekolah'ingin melakukan
tirt'Micaii' pehmgK^tan kinfeija kepaM sekolah ^an’g thenj ad! pembmaannya.
penelitiannya juga disebut PTS. Penelitian-'■Trfidakan Sekolah se-
^ii^iS'd’ii’itl^kat menjadi ^T^W^'Namiin^dalarti kenyataannya. mereka
umumnya lebih suka menyebutr.ya PT K. Karena P'T^iebih toeinkgyarkkat
atau populer daiipada^SlA’paptaiinainanya;
! •. - ... j -j.... , k .,. .........
L.
entah PTK atau PTS, yang penting substansi yang ‘drfeliti, mettidd yang
2. PTS
Ciri-ciri PTS adalah sebagai berikut.
a. Adanya niat untuk meningkatkan mutu profesional kepala sekolah,
kinerja kepala sekolah, dan kinerja sekolah secara keseluruhan.
b. Tertuju pada peningkatan mutu kinerja pengawas sekolah dan kepala
sekolah yang melaksanakan PTS itu sendiri.
c. Tindakan sekolah yang diberikan pengawas sekolah dan kepala sekolah
harus dapat dilihat dalam unjuk keija subjek tindakan secara nyata yang
dapat diamati oleh peneliti.
d. Pemberian tindakan sekolah harus dilakukan sendiri oleh peneliti sendiri,
tidak boleh minta bantuan orang lain.
e. Berlangsung dalam siklus atau putaran empat tahap, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
f. Bukan menjelaskan tentang materi, tetapi tentang cara, metode, prosedur,
atau langkah-langkah.
g. Tindakan sekolah yang diberikan pada subjek tindakan sekolah harus
baru dan kreatif (tidak seperti biasanya).
h. Tindakan sekolah harus bersifat dapat dilaksanakan (operasional) dan
praktis (mudah) serta sesuai dengan kondisi kelas.
i. Tindakan sekolah merupakan kesepakatan bersama antara peneliti
dengan subjek tindakan, bukan paksaan.
j. Ketika tindakan sekolah berlangsung, harus ada pengamatan secara
sistematis terhadap proses dan hasil.
k. Keberhasilan tindakan sekolah dibahas dalam kegiatan refleksi, dan hasilnya
digunakan sebagai masukan bagi perencanaan siklus berikutnya.
1. Siklus dilakukan minimal dua kali.
uficv ,qsr>Ei 3 nq r
nsb : ::
Teori --------- > Pemantapan
,sbolnm jrugnu'his) iqsl3] .<.?nr.T.-r-.;r
aini'si didoAvz mdisbnii 'Aoidut r>b>r;q u ’ j d k i •
939 Waslb , ., , .
sI, J no;fc,i-n5qo i niAsnstinhb tBOub ;sti : -am;b fbAosj.
.Z'JU-XA i?.;.bno>! miimh isijfoa; s > r ( i •
iJibnsq ;n ; >:nn ncl/dBqJ&SifYffiM&flno;;■
intoo?
rifilijiTaiiiijsq
Jika tidak dilaksanakan .Jim; nub zonaia Jika^aksgngkari; ,
nub biz^HMAMMUJAUMi-b ztulsdib /fslo^3bAi?fflR^RIK^i#PT3.
zul'Aiz riBBaiyjaz'ioq >%£d nnAu^mn isgncfog aRAm,,' b:
Gambar 11.1 Alur Penalaran PTK dan PTS (Oirektorat Tendik, Oit. PVPTK,
Depdiknas, 2007) -i^XKub iErmimn rrem
I ;ifeaSaSH;kdIas*S^kaM^’JfuH%e{igi}W^ffigffijcera-
membosankan, tidakfe3^§^^^^J^il,bgl^§Fj5gpdalf.
iyaugi
ilito«oq nti'Ai;;4i;1
i i m f e r a k t i f i s a k t i f j a b e t a h , m;§.nob ns>fB
ini / 1 t & f e ® - . ^ a i l i h a s i 1;U^Daj&rrtiiL^gi.
an^^iMksafeMii#. pro1 agar
;,y;/>v n r . r ! - n e t ! > ! i i -
: ,
a k t i f 3®t'dM^riiSk^Matt^kg0,5^Kfffi'kkna, dan
hasil belajar t&Sggi?kfls<i fl icb n^arraD lansa/b
2: 'Tiijuan fitobsdiuq nr^dMuT :rk«noO
Tujuan ialah sesuatu yang ingin dicapai.1t’ujuah penelitian dirumuskan
(wciijdalmskdirmatidanganskatkf’HataiJyaii^ %fea<fito d^niddpdtnli^mati,
n;:>' :;rdm'!a^uTiMe^atm:.)gagasaB:.pe®d,iti
y^n^itdla}ri.dirama!i)e^dssfiit|iM te®i^ang;dSeimuicakan>;i/J.fK;M:' idr*-.
rklcs H>>k;bt; ixii luirisO :<nniis.
Contoh: Untuk mengetahui dengan menerapkan multimetode, proses
tindakatrhfiri alaif feBeaff §fs4a aktif, betah, menyenangkan,
bermapia, dan hasil belajar m$mngkaijdarL50 menjadi 75.
f nEsne^ioT] \2V>4>I& !_ !
3. Kajiameorratatrkajian pustaka
11_ ,— ----------------- t rp
Kajian teori &ta*E|£ajian^a^ategn^lipatt^kaj^n teori dan hasil
penelitian terdahulu vapg.rele.yan 4
, ^ Mj
/ " ' . 2 _ j nBfsrtEDnsia ! j / •—, '
Contoh: Jikajgfejneliti iiigin~nrerangkatk^iBlmat guru menggunakan
r _._jnnltild£lQjde yang aktii-krcatif, harus ada teori yang I
nr, E n 5 a>U! 9 <? j , Jft Z^mZ. 4 • ,
i..__jdHijdiaskan b£h^rraetOT£aktif-ijeati|ttapat meningkatkan rpinat belaj
apMswapdin berdeMpak j^a kenaikan hasil
belajkfsiS^a. C* ^
* \—'
4. Pemantapan
Perencanaan
Pelaksanaan
Refleksi SIKLUS I
l^r Pengamatan
Perencanaan 1 ----------
1 Refleksi
Gambar 11.2 Salah Satu Mode! PTK atau PTS (DirektoratTendik, Dit. PMPTK,
Depdiknas, 2007)
Mi
05 W a
a-
sr c£ cs ^
ft 3 £<?__ £>-, g-_.
I If ¥
5& 1 St
v; f
C/3 ;r-+-(—*
>
S.*g> a C C
P P. 3 3 Si 2p ^-' £ c/
OQ
s- L 3
a.
& C
3r ^ ~ p-.- >-t p
« B
m *<
J* 05 g S’
? C
0 QT?r T
ct 03
»- S'
►
■-o
tr
tufc. ii,
Gj4 •—.
m cfc
'S
£&>&• &--
t-Jef 1> -
rt:
3"
Q»~
BAB II KAJIAN TEORETIS ATAU KAJIAN PUSTAKA
Dipilih teori yang mendukung judul dan untuk memecahkan masalah pada
rumusan masalah. Teori yang dikutip bukan hanya sekadar untuk paj angan
belaka, tetapi harus dikaji. Teori yang dikutip dikaji dengan cara
membandingkan dan membedakan berbagai pendapat yang dikutip,
kelebihan dan kelemahan masing-masing pendapat. Kesimpulannya menurat
peneliti. Peneliti berpihak pada pendapat siapa dan sebutkan alasan-alasan
rasionalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Puitaka
DAFTAR PUSTAKA
Ary, Donald, Lucy Cheser Jacobs, dan Razavich Arghar. 1972. Introduction
to t Research in F^ducafion. Thi^ Edition.. New York: $9tt* Rinehart
^nd Winston.
Babbie, Earl. 2004. The Practice of Social Resecirch^-X^.$cJi£ion.
. „, Bel m out . CA: Thomson Wadworth. A . . . . . i; . ■, ;;
Bailey, Kenneth.
1 9 7 8 . . T h e 7
Daftar Puitaka
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Puitaka
Strategi. Jakarta: Usaha Nasional Indonesia.
IKIP Jakarta. 1988. Pedoman Penulisan Ilmiah.
IKIP Yogyakarta. 1987. Pedoman Penulisan Tesis IKIP Yogyakarta.
Isaac, Stepphen dan William B. Micahel. 1963. Handbook in Research and
Evaluation. Thirds Edition. Edits Publishers. San Diego.
Keeves, John P. 1992. The IEA Technical Handbook. The Nederland Harque, The
Amsterdam.
Kerlinger, Fred N. 1986. Foundation of Behavioral Research. Third Edition. Holt,
Rinehart and Winston. New York.
Kidder, Louise H. 1981. Research Methods in Social Relations. Fourth Edition.
Holt, Rinehart and Winston. New York.
Kirk, Jerome dan Marc L. Millr. 1986. Reliability and Validity in Qualitative
Research. London: Sage Publications.
Koentjaraningrat. 1985. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Gramedia.
Krathwohl, David R. 1976. How to Prepare a Research Proposal. Second Edition.
New York: Syracuse University.
. 1985. Social and Behavioral Science Research. San Francisco:
Jossey-Bass Publishers.
Lawson, George W. Jr. Technical Co-Operation for Administrative Improvement.
The Annals of the American Academy of Political and Social Studies. No.
323. May, 1959.
Lincoln, Yvonna S dan Egon G. Guba. 1985. Naturalistic Inquiry. London: Sage
Publications.
Me Intyre, Lisa J. 2005. Need to Know: Social Science Research Methods. New
York: Me Graw Hill.
Me Millan, James H. dan Sally Schumacher. 2001. Research in Education. Fifth
Edition. New York: Longman.
Mercado, Cesar M. 1982. Langkah-Langkah Penelitian Sosial Pedoman di Dalam
Persiapan Usulan Penelitian dan Manuskrip Tesis. Surakarta: Hapsara.
Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1994. An Expanded Sonscebook
Qualitatif Data Analysis. 2nd Edition. London: Sage Publication.
. 2004. Qualitative Data Analysis A Sourcebook of New Methods.
30
40
± Ego: KESALAHAN MAKSIMUM
DARI PERKIRAAN PERSEOTASE 1I 50
\ KESALAHAN /
\ DI ATAS 15% / 60
10
20 ■
70
30 80
■%
90
40 •
50 100
■
60
70 • 150
80 Catatan:
Grafik menunjukkan nilai kepercayaan hanya
90
•0,5 • 90%. Upat gandakan nilai R atau E dengan
95 mengalikan faktor-faktor di bawah ini untuk
0.8 interval kepercayaan yang baru. 200
99
Kevakinan BanvaKnva
300
80% faKtor
85% 0.780
95% 0,876 400
99% 1.195
1575 500
600
700
800
900
1000
1500
2000
Gambar 1. Nomogram untuk kalkulasi persentase rasio sampling (R) dibutuhkan untuk memastikan 90%,
kepercayaan yang tidak terbatas (E m ) dalam perkiraan contoh dari suatu persentase populasi dalam
sampling acak sederhana dari persentase populasi dalam suatu ukuran N populasi.
Catatan:
N adalah penentuan besamya populasi sampel. S
adalah penentuan besarnya sampel.
Lampiran 167
PROFIL PENULIS
Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd., M.T. Ia tamat Sarjana Muda Pendidikan
Teknik Sipil di IKIP Surabaya (1972), Saijana Pendidikan Teknik Gedung di
IKIP Yogyakarta (1976), Magister Administrasi Pendidikan di IKIP
Bandung (1986). Magister Teknik Sipil di UAY Yogyakarta (2000). Doktor
Administrasi Pendidikan di IKIP Bandung 1996.
Ia seorang Dosen IKIP Yogyakarta (1987) sampai sekarang dan aktif
memberikan penataran-penataran di Diklat Penjenjangan Karier PNS dan
Metodologi Penelitian.
Mata pelajaran yang dibina adalah Manajemen Pendidikan. Sampai
diterbitkannya buku ini, penulis telah mempublikasikan 18 hasil penelitian
dan 115 karya tulis ilmiah yang pada umumnya bertaraf nasional.
Ia juga sebagai Dosen Luar Biasa di LAN RI Bandung dalam mata
kuliah Pengantar Statistik, Statistik Sosial I, dan Statistik Sosial II sejak
tahun 1986 sampai sekarang. Sebagai penulis buku Pengantar Statistik
(2006) Bumi Aksara dan Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan
(2006) Bumi Aksara.