Anda di halaman 1dari 3

BAB III

A. Kesimpulan
Produksi bersih adalah sebuah pendekatan atau strategi untuk mengurangi
terhadap pencemaran lingkungan, pencegahan polusi, minimalisasi limbah (Nguyen and
Durham 2004) dan komsumsi sumber daya (Zulaikha 2018). Penerapan produksi bersih
pada industri roti yaitu untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan yang fokus
utamanya adalah mengoptimalkan sistem industri secara keseluruhan, mulai proses
produksi untuk meminimalkan input sumber daya (tenaga kerja, bahan, modal, dan energi)
sehingga mampu memaksimalkan output.
Terdapat bahan sisa atau bahan yang terbuang (waste) dalam setiap proses produksi roti
mulai dari pemilihan bahan, penimbangan bahan, pencampuran, pengadukan, penimbangan
adonan, pencetakan adonan, pengembangan adonan, pengovenan, pendinginan, dan
pengemasan. Upaya penerapan produksi bersih perlu untuk dilakukan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut. Penerapan produksi bersih yang disarankan untuk
diterapkan dalam proses produksi roti adalah dengan penerapan SOP pekerja, hygiene dan
sanitasi, tata ulang penyimpanan bahan, penghematan energi penerangan pada siang hari,
penerapan Good Manufacturing Practice (GMP), pemanfaatan limbah cangkang telur
sebagai pupuk organic, dan mengolah irisan roti dan roti tawar tidak lolos seleksi menjadi
tepung panir.

B. Saran
Produksi bersih sebaiknya diterapkan dalam setiap proses produksi roti tersebut sebab
mampu mengurangi pengeluaran biaya produksi industri karena bisa lebih fokus pada
efektifitas dan efisiensi dalam proses produksi serta mampu memaksimalkan output.
Selain itu penerapan produksi bersih sendiri juga memiliki peran yaitu bias
meminimalisir dampak negatif pada lingkungan karena meliputi aspek pengurangan
limbah, pengolahan limbah, efisiensi dan perbaikan keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, S., Kholis, M. N., & Luketsi, W. P. 2018. POTENSI PENERAPAN


PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI ROTI DI PONOROGO.
Agroindustrial Technology Journal, 2(2), 130-140.
Gaol, S., E., L., Silitonga, L., & Yuanita, I. 2015. Subtitusi Ransum Jadi Dengan
Roti Afkir Terhadap Performa Burung Puyuh (Coturnix Coturnix
Japonica) Umur Starter Sampai Awal Bertelur. Jurnal Ilmu Hewani
Tropika 4(2): 61–65.
Hidayatullah, M., F., Djunaidi, I. H., & Natsir. 2014. Efek Penggunaan Tepung
Limbah Roti Tawar Sebagai Pengganti Jagung Terhadap Penampilan
Produksi Itik Hibrida. Jurnal Peternakan.
Kharisma, Y. Proses produksi roti kecik di perusahaan roti ganep’s tradisi Solo.
Nally, J., D., ed. 2007. Good Manufacturing Practices for Pharmaceuticals. In
Practice for Pharmaceuticals, New York London: Informa Healthcare.
Natasia, Nazvia, Loekqijana, A., & Kurniawati, J. 2014. Faktor Yang
Mempengaruhi Pelaksaan SOP Keperawatan Di ICU-ICUU RSUD
Gambiran Kota Kediri. Jurnal Kedokteran Brawijaya 28(1): 21–25.
Rangkuti, F. A. (2019). Kajian Peluang Penerapan Produksi Bersih Pada Industri
Tempe (Studi Kasus: Rumah Tempe Indonesia, Bogor, Jawa Barat).
Sulistyaningrum, A., Rahmawati, & Aqil, M. 2017. Karakteristik tepung
jawawut varietas lokal Majene dengan perlakuan perendaman. Jurnal
Penelitian Pascapanen Pertanian 14 (1): 11-21.
Susiwi. 2009. GMP (Good Manufacturing Practices).
Syam, Z., Z., Kasim, A., & Nurdin, M. 2014. Pengaruh serbuk cangkang telur
ayam terhadap tinggi tanaman kamboja jepang (Adenium obesum). e-
Jipbiol 3: 9-15.
Rahmawati, W., A., & Nisa, F., C. 2015. Fortifikasi kalsium cangkang telur
pada pembuatan cookies (kajian konsentrasi tepung cangkang telur dan
baking powder). Jurnal Pangan dan Agroindustri 3 (3): 1050-1061.
Zulaikha, S. K. 2019. Kajian Peluang Penerapan Produksi Bersih Pada
Industri Kecil Roti (Studi Kasus: Multy Bakery Pekalongan). Institut
Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai