Anda di halaman 1dari 10

HYGIENE SANITASI PEMBUATAN SOHUN PT.

SOKA INDAH
DESA KARANGSOKA KECAMATAN KEMBARAN
KABUPATEN BANYUMAS
TAHUN 2018

Izza Anzili Rizqi1), Zaeni Budiono2)

Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang,


Jl. Raya Baturraden KM. 12 Purwokerto, Indonesia

Abstrak

[HYGIENE SANITASI PEMBUATAN SOHUN PT. SOKA INDAH DESA KARANGSOKA


KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018]. Sohun merupakan suatu
produk bahan makanan kering yang dibuat dari pati dengan bentuk khas. Pemanfaatan sohun masih terbatas
sebagai campuran makanan seperti sup, soto, bakso, kimlo dan salad. Sohun sering digunakan dalam
makanan vegetarian atau ditambahkan dalam minuman, manisan atau dessert soups. Seiring dengan
pemanfaatan sohun, mengkonsumsi mie harus memperhatikan kualitas dari mie tersebut. Kualitas mie yang
tidak baik dapat mengganggu kesehatan, penurunan derajat kesehatan disebabkan keadaan higiene sanitasi
buruk. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui skor penilaian penerapan hygiene sanitasi pembuatan sohun
di PT. Soka Indah Desa Karangsoka Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Tahun 2018. Hasil
penelitian menunjukan skor penilaian hygiene sanitasi pada pemilihan bahan makanan memenuhi syarat
karena karena diperoleh skor 100%. Penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, pengangkutan
makanan, pengemasan makanan, penyimpanan makanan dan fasilitas sanitasi tidak memenuhi syarat karena
diperoleh skor <76%. Kondisi sanitasi pembuatan sohun secara keseluruhan tidak memenuhi syarat karena
diperoleh skor 58,4%. Hygiene sanitasi pembuatan sohun PT. Soka Indah Desa Karangsoka Kecamatan
Kembaran Kabupaten Banyumas tidak memenuhi syarat, permasalahan hygiene sanitasi dapat diatasi dengan
upaya perhatian khusus untuk memperbaiki terhadap prinsip higiene sanitasi pengelolaan sohun dari proses
pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, pengangkutan makanan,
pengemasan makanan dan penyimpanan makanan, fasilitas sanitasi dan kondisi suhu, kelembaban dan
pencahayaan di masing-masing ruang kerja PT. Soka Indah.

Kata Kunci : Hygiene Sanitasi Pembuatan Sohun

Abstract

[HYGIENE SANITATION MAKING VERMICELLI PT. SOKA INDAH VILLAGE OF


KARANGSOKA DISTRICT OF KEMBARAN REGENCY OF BANYUMAS YEAR 2018]. Sohun is a
dry food product made from starch with a distinctive shape. Utilization of vermicelli is still limited as a
mixture of foods such as soup, soup, meatballs, kimlo and salad. Sohun is often used in vegetarian food or is
added in drinks, sweets or dessert soups. Along with the use of vermicelli, consuming noodles should pay
attention to the quality of the noodles. Improper quality of noodles can interfere with health, decreased health
status due to poor sanitary hygiene conditions. The purpose of this research is to know the score of
assessment of applying sanitation hygiene making of vermicelli at PT. Soka Indah Karangsoka Village
Kembaran Sub-district Banyumas Regency In 2018. The results showed the scores of sanitation hygiene
scores on the selection of foodstuffs were eligible because of the 100% score. Storage of foodstuffs, food
processing, food transport, food packaging, food storage and sanitation facilities are not eligible for a score of
<76%. Sanitary condition of making vermicelli as a whole did not meet the requirement because obtained
score 58.4%. Hygiene sanitation making vermicelli PT. Soka Indah Karangsoka Village Kembaran Sub-
district Banyumas Regency is not eligible, sanitation hygiene problem can be overcome with special attention
to improve the hygienic principles of sanitation of vermicelli management from the selection process of
foodstuff, food storage, food processing, food transportation, food packaging and food storage, sanitation
facilities and conditions of temperature, humidity and lighting in each workspace of PT. Soka Indah.

Keywords : Hygiene Sanitation Making Vermicelli

Keslingmas Vol.38 No.2 Hal.124-243 | 148


1. Pendahuluan Faktor lain yang mempengaruhi kondisi
Sohun merupakan suatu produk bahan higiene sanitasi yaitu kualitas udara. Kualitas
makanan kering yang dibuat dari pati dengan udara di dalam ruangan mempengaruhi
bentuk khas (SNI 01-3723-1995). Berbagai macam kenyamanan lingkungan kerja. Kualitas udara yang
pati sebagai bahan baku sohun dapat berasal dari buruk akan membawa dampak negatif terhadap
umbi-umbian, kacang hijau, jagung, ubi jalar pekerja atau karyawan berupa keluhan gangguan
(sweet potato), sagu, aren, midro/ganyong (canna kesehatan seperti: iritasi mata, bersin – bersin,
eduliker) dan tapioka. Pemanfaatan sohun masih batuk kering, sakit kepala, lemah atau capai, sesak
terbatas sebagai campuran makanan seperti sup, nafas, sulit berkonsentrasi, kulit gatal, diare atau
soto, bakso, kimlo dan salad. Sohun sering mencret dan lain – lain seperti gangguan perilaku,
digunakan dalam makanan vegetarian atau gangguan saluran kencing dan sulit belajar.
ditambahkan dalam minuman, manisan atau Terdapat beberapa industri yang rawan terhadap
dessert soups (Aminah, 2013 h. 2-3). pencemaran udara yang mengakibatkan
Seiring dengan pemanfaatan sohun, apabila produktivitas kerja menurun karena kualitas udara
masyarakat mengkonsumsi mie, maka harus yang buruk. Diantaranya industri tersebut meliputi
memperhatikan kualitas dari mie tersebut industri rokok, industri kayu, industri makanan dan
(Astawan, 1999). Kualitas mie yang baik secara minuman, dan lain – lain. Salah satu industri
organoleptik, antara lain: tekstur mie yang lembut makanan yang rawan terhadap pencemaran udara
saat dipegang, bau khas aroma mie, mie mudah adalah industri sohun. (Corie I.P, J. Mukono, dan
patah, sedangkan kualitas mie secara kimia, mie Sudarmaji, 2005 h.162 dikutip dari Tri Kurnia
tidak mengandung bahan kimia berbahaya yang 2015 h. 3).
tidak boleh digunakan untuk bahan tambahan Tujuan penelitian ini adalah
pangan, seperti: boraks, formalin dan zat pewarna mendeskripsikan hygiene sanitasi pembuatan
sintetis, dan kualitas mie secara biologi adalah sohun di PT. Soka Indah Desa Karangsoka
tidak terdapat jamur pada mie tersebut. Kualitas Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas tahun
mie yang tidak baik dapat mengganggu kesehatan 2018.
(Fitri, 2016 h. 1).
Penurunan derajat kesehatan disebabkan 2. Bahan dan Metode
keadaan higiene sanitasi buruk yang dapat Design yang digunakan adalah deskriptif.
mempengaruhi kualitas makanan yang disajikan Metode yang digunakan yaitu observasi. Penelitian
kepada konsumen. Hal ini jelas akan berpengaruh ini dimaksudkan melakukan pengamatan secara
juga terhadap tingkat kesehatan konsumen yang langsung dan menggambarkan penerapan hygiene
mengkonsumsi makanan tersebut (Yulia, 2014 h. sanitasi pembuatan sohun di PT. Soka Indah.
56). Salah satu upaya untuk meningkatkan Subyek penelitian ini yaitu penerapan
pembangunan kesehatan adalah upaya hygiene hygiene sanitasi pembuatan sohun di PT. Soka
sanitasi makanan yang mencakup enam prinsip, Indah Desa Karangsoka Kecamatan Kembaran
diantaranya: pemilihan bahan makanan, Kabupaten Banyumas dengan aspek pengolahan
penyimpanan bahan makanan, pengolahan dari penjamah makanan, cara pengolahan
makanan, penyimpanan makanan, pengangkutan makanan, peralatan pengolahan makanan dan
makanan, penyajian makanan (Anwar, dkk, 1998 tempat pengolahan makanan serta pengukuran
dikutip dari Fitri P, 2016 h. 3). udara fisik (suhu, kelembaban dan pencahayaan).
Selain enam prinsip hygiene sanitasi Jenis data yang digunakan adalah data
makanan, pada perusahaan juga diperlukan umum dan data khusus. Data umum meliputi profil
fasilitas sanitasi makanan. Fasilitas penunjang perusahaan, jumlah dan karakteristik tenaga kerja,
dalam mencapai program sanitasi makanan waktu produksi, jumlah produksi, proses produksi,
diperlukan beberapa fasilitas diantaranya adalah pemasaran produk. Data khusus meliputi hasil
penyediaan air bersih, sistem pembuangan sampah penilaian hygiene sanitasi pengelolaan makanan,
yang saniter, sistem pembuangan limbah cair yang fasilitas sanitasi dan pengukuran udara fisik (suhu,
saniter serta sistem pengendalian vektor dan kelembaban dan pencahayaan). Sumber data dari
binatang penganggu yang saniter. Hal yang cukup penelitian ini adalah data primer dan data
penting untuk menunjang keberhasilan program sekunder. Data primer diperoleh dari hasil inspeksi
adalah peralatan dan fasilitas yang memadai, sanitasi secara observasi, wawancara terhadap
penjamah yang terdidik, standar makanan dan penyelia penjamah dan pengukuran udara fisik
peraturan mengenai makanan, serta pengawasan (suhu, kelembaban, pencahayaan). Data sekunder
makanan (Mukono, 2006 dikutip dari Fitri P, 2016 diperoleh dari data administrasi PT. Soka Indah.
h. 3). Pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi, yaitu pengamatan dan survei secara
langsung terhadap kegiatan pekerja dan lokasi
1) E-mail : izzaanzili1905@gmail.com menggunakan alat bantu berupa checklist.
2) E-mail : pakzaeni@gmail.com Wawancara, yaitu kegiatan tanya jawab secara

Keslingmas Vol.38 No.2 Hal.124-243 | 149


langsung terhadap penyelia penjamah Jumlah dan karakteristik tenaga kerja
menggunakan alat bantu berupa kuesioner. Berdasarkan data dari administrasi kantor
Pengukuran, yaitu pengukuran udara fisik tempat PT. Soka Indah, jumlah karyawan sebanyak 200
pengelolaan makanan yaitu suhu, kelembaban dan karyawan. Karakteristik tenaga kerja terbagi
pencahayaan menggunakan alat berupa Thermo- berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan dan
Hygrometer Digital dan Lux meter. Instrumen umur yaitu terdapat pada tabel berikut:
pengumpulan data yang digunakan adalah Tabel 3.1 Jumlah tenaga kerja berdasarkan jenis
checklist, kuesioner, Thermo-Hygrometer Digital kelamin
dan Lux meter. Pria Wanita
No Tenaga Kerja
Pengolahan data dilakukan dengan cara (orang) (orang)
editing, yaitu kegiatan pengoreksian dan 1. Tetap 41 114
penyeleksian terhadap semua data yang telah 2. Bebas 29 16
terkumpul. Coding, yaitu kegiatan Jumlah 70 130
mengelompokan kesesuain data telah terkumpul
dengan data yang dibutuhkan. Tabulating, yaitu Tabel 3.2 Jumlah tenaga kerja berdasarkan tingkat
kegiatan menyajikan data hasil penelitian pendidikan
menggunakan tabel. Saving, yaitu kegiatan SD SMP SMA
menyimpan keseluruhan data dari tahap persiapan No Tenaga Kerja
(orang) (orang) (orang)
hingga tahap penyelesaian dalam sebuah dokumen 1. Tetap 62 87 6
softcopy dan hardcopy. 2. Bebas 16 29 0
Analisis data yang digunakan adalah Jumlah 78 116 6
analisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan proses
pengelolaan makanan di PT. Soka Indah,
Tabel 3.3 Jumlah tenaga kerja berdasarkan umur
membandingkan peraturan perundang-undangan
Tenaga ≤ 20 Tahun 21 – 50 ≥ 51 Tahun
Permenkes RI No.1096/MENKES/PER/VI/2011 No
Kerja (orang) (orang) (orang)
dan Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002.
1. Tetap 62 87 6
Etika penelitian yang digunakan adalah
2. Bebas 16 29 0
Inform Consent (Lembar Persetujuan), yaitu
peneliti meminta izin penelitian kepada pemilik Jumlah 78 116 6
perusahaan dan pemerintah desa terkait dengan
menggunakan surat izin penelitian. Anonimity Waktu produksi
(Tanpa Nama), yaitu peneliti menjaga kerahasiaan Dalam kegiatan sehari-hari PT. Soka Indah
responden dengan cara tidak mencantumkan mempunyai waktu produksi yaitu selama 8 jam per
identitas lengkap. Confidentaly (Kerahasiaan), hari dengan perincian waktu dimulai pada hari
yaitu peneliti menjamin kerahasiaan informasi senin hingga sabtu dari pukul 07.00 – 15.30 WIB
yang didapatkan, hanya kelompok tertentu saja dan waktu istirahat pada pukul 12.00 – 13.00 WIB.
yang untuk disajikan sebagai hasil penelitian.
Jumlah produksi
3. Hasil dan Pembahasan Jumlah produksi sohun yang dihasilkan
a. Data Umum yaitu ± 2 ton setiap hari dari 1 adonan bahan baku
Profil PT. Soka Indah yaitu ± 50 kg. Hasil produksi dipengaruhi oleh
PT. Soka Indah terletak di Desa cuaca, jika cuaca dalam keadaan mendung atau
Karangsoka RT 05 RW 01 Nomor 40 Kecamatan hujan maka hasil produksi akan lebih sedikit,
Kembaran Kabupaten Banyumas.PT. Soka Indah karena proses produksi sangat penting
memiliki luas tanah ± 3330 m2 dan luas bangunan membutuhkan sinar matahari langsung untuk
275 m2 yang terdiri dari fasilitas bangunan yaitu penjemuran sohun setengah jadi.
ruang kantor, ruang perlengkapan penunjang
produksi, ruang penyimpanan sohun, ruang Proses produki
pengemasan sohun, ruang penyimpanan tepung Penyediaan bahan
sagu, ruang produksi, WC, tempat cuci tangan, dan Bahan baku yang digunakan untuk proses
tempat parkir. proses produksi yaitu tepung sagu sebagai bahan
PT. Soka Indah melakukan pemeriksaan baku utama, air bersih untuk pencucian bahan
kesehatan rutin setiap 1 bulan sekali bekerja sama baku, bahan pewarna kaporit untuk membersihkan
dengan Puskesmas Kembaran 1. Asuransi dan memutihkan tepung sagu, bahan pewarna
kesehatan juga diberikan oleh perusahaan seperti Brilliant Blue FCF untuk memberikan warna biru
BPJS kesehatan tetapi tidak diberikan ke seluruh pada tepung sagu dan mentega putih sebagai
pekerja, jika ada pekerja yang sakit atau pelumas adonan di loyang sebagai tempat
kecelakaan kerja dilakukan biaya pengobatan oleh penjemuran.
perusahaan kepada seluruh pekerja yang sakit Pencucian bahan
dengan syarat memiliki nota biaya perawatan. Pencucian bahan dilakukan dengan
memasukkan tepung sagu ke bak pencucian

Keslingmas Vol.38 No.2 Hal.124-243 | 150


dengan rata-rata tepung sagu pada setiap bak Pemasaran produk
pencucian 80 – 110 karung, setiap karung berisi ± Pemasaran produksi sohun dari PT. Soka
50 kg. Indah menuju ke berbagai kota yaitu antara lain
Pencucian pertama yaitu tepung sagu Jakarta, Semarang, Magelang, Pekalongan dan
dicampurkan dengan air bersih pada bak pencucian wilayah lokal Purwokerto sekitarnya.
kemudian diaduk hingga rata dengan tenaga
manusia sebagai pengaduk, setelah cukup rata b. Data Khusus
maka endapkan hingga kurun waktu minimal 2 Hasil penilaian hygiene sanitasi pada pemilihan
jam. Lalu buang air pencucian pertama, digantikan bahan makanan
menggunakan air bersih kembali pada pencucian Tabel 3.4 Hasil penilaian hygiene sanitasi
kedua dan lakukan pencucian yang sama dengan pemilihan bahan makanan
pencucian pertama. Setelah kurun waktu 2 jam Variabel Skor Keterangan
pada pencucian kedua, kemudian buang air Pemilihan bahan 100% Memenuhi syarat
pencucian kedua dan digantikan menggunakan air makanan
berish kembali serta tambahkan bahan pewarna a. Tepung sagu 100% Memenuhi syarat
kaporit. Dosis penggunaan kaporit 1 kg untuk 10 b. Air bersih 100% Memenuhi syarat
karung tepung sagu. c. Bahan pewarna 100% Memenuhi syarat
Proses pencucian berikutnya, lakukan d. Mentega puttih 100% Memenuhi syarat
pencucian yang sama dengan pencucian pertama Pemilihan bahan makanan diperoleh skor
dan kedua. Dalam satu hari proses pencucian penilaian yaitu 100% dengan kategori memenuhi
dilakukan sebanyak 2 kali selama 7 hari, pada syarat. Variabel penilaian didasarkan pada kualitas
pecucian terakhir dilakukan perendaman dengan dan pemenuhan persyaratan layak digunakan
menggunakan bahan pewarna Brilliant Blue FCF. bahan makanan tersebut. Rincian variabel
Biji-biji kedelai dimasukkan ke dalam penilaian dari tepung sagu, air bersih, bahan
ember berisi airakan tetapi pencuciannya pewarna dan mentega putih memperoleh hasil skor
menggunakan air sungai. Dengan pencucian ini, 100% (memenuhi syarat).
kotoran-kotoran yang melekat maupun tercampur
diantara biji dapat hilang tetapi memungkinkan Hasil penilaian hygiene sanitasi pada
adanya kontaminasi terhadap kedelai. penyimpanan bahan makanan
Pemasakan Tabel 3.5 Hasil penilaian hygiene sanitasi
Adonan sagu yang telah diendapkan pada penyimpan bahan makanan
proses pencucian ditempatkan di bak Variabel Skor Keterangan
penampungan, lalu adonan tersebut dipindahkan di Penyimpanan 33,3% Tidak memenuhi
wajan untuk pemasakan. Pemasakan menggunakan bahan makanan syarat
air mendidih yang dicampurkan adonan dengan
a. Tempat 16,6% Tidak memenuhi
perbandingan 1:1. Pencampuran dilakukan dengan penyimpanan syarat
manual menggunakan tenaga manusia, dan
b. Cara 50% Tidak memenuhi
dilakukan pengadukan terus-menerus hingga
penyimpanan syarat
adonan matang merata membentuk seperti gel.
Proses penyimpanan bahan makanan
Pengekstruksian
diperoleh skor penilaian yaitu 33,3% dengan
Adonan yang telah matang dimasukkan
kategori tidak memenuhi syarat. Rincian variabel
kedalam mesin ekstrusi (extruder) sohun. Mesin
penilaian dari tempat penyimpanan memperoleh
ini menggunakan tenaga manusia untuk
hasil skor 16,6% (tidak memenuhi syarat) dan cara
penggerakan mesin putar yang akan membentuk
penyimpanan memperoleh skor 50% (tidak
adonan menjadi benang-benang sohun. Ekstrusi ini
memenuhi syarat).
dilakukan melalui lubang-lubang kecil yang
terdapat pada bagian bawah mesin dan adonan
ditampung pada loyang terbuat dari seng yang
telah diolesi mentega putih. Pengolesan dengan
mentega putih dilakukan agar benang-benang
sohun tidak lengket di loyang sehingga mudah
diangkat dan tekstur bagus.
Penjemuran
Loyang yang berisi benang-benang sohun
basah dipindahkan ke tempat penjemuran dengan
menggunakan kereta dorong. Loyang ditempatkan
di atas rak yang terbuat dari bambu. Penjemuran
dilakukan di tempat terbuka menggunakan sinar
matahari. Jika cuaca bagus dan matahari bersinar
terik, penjemuran dilakukan selama 2-3 jam.

Keslingmas Vol.38 No.2 Hal.124-243 | 151


Hasil penilaian hygiene sanitasi pada Hasil penilaian hygiene sanitasi pada
pengolahan makanan pengangkutan makanan
Tabel 3.6 Hasil penilaian hygiene sanitasi Tabel 3.7 Hasil penilaian hygiene sanitasi
pengolahan makanan pengangkutan makanan
Variabel Skor Keterangan Variabel Skor Keterangan
Pengolahan 57,1% Tidak memenuhi Pengangkutan 50% Tidak memenuhi
makanan syarat makanan syarat
a. Penjamah 61,5% Tidak memenuhi Proses pengangkutan makanan diperoleh
makanan syarat skor penilaian yaitu 50% dengan kategori tidak
b. Cara 50% Tidak memenuhi memenuhi syarat. Variabel penilaian didasarkan
pengolahan syarat pada cara dan alat pengangkut makanan.
makanan
c. Peralatan 71,4% Tidak memenuhi Hasil penilaian hygiene sanitasi pada
pengolahan syarat pengemasan makanan
makanan Tabel 3.8 Hasil penilaian hygiene sanitasi
d. Tempat 45,5% Tidak memenuhi pengemasan makanan
pengolahan syarat Variabel Skor Keterangan
makanan Pengemasan 75% Tidak memenuhi
1) Lokasi 100% Tidak memenuhi makanan syarat
syarat a. Alat dan bahan 100% Memenuhi syarat
2) Halaman 50% Tidak memenuhi pengemas
syarat b. Cara 50% Tidak memenuhi
3) Kontruksi 33,3% Tidak memenuhi pengemasan syarat
syarat Proses pengemasan makanan diperoleh skor
4) Lantai 16,6% Tidak memenuhi penilaian yaitu 75% dengan kategori tidak
syarat memenuhi syarat. Rincian variabel penilaian dari
5) Dinding 28,5% Tidak memenuhi alat dan bahan pengemas memperoleh hasil skor
syarat 100% (memenuhi syarat) dan cara pengemasan
6) Atap 50% Tidak memenuhi memperoleh skor 50% (tidak memenuhi syarat).
syarat
7) Pintu dan 60% Tidak memenuhi Hasil penilaian hygiene sanitasi pada
jendela syarat penyimpanan makanan
8) Pencahaya- 50% Tidak memenuhi Tabel 3.9 Hasil penilaian hygiene sanitasi
an syarat penyimpanan makanan
9) Ventilasi 16,6% Tidak memenuhi Variabel Skor Keterangan
syarat Penyimpanan 44,4% Tidak memenuhi
10) Ruang 50% Tidak memenuhi makanan syarat
pengolahan syarat Proses penyimpanan makanan diperoleh
makanan skor penilaian yaitu 44,4% dengan kategori tidak
Proses pengolahan makanan diperoleh skor memenuhi syarat. Variabel penilaian didasarkan
penilaian yaitu 57,1% dengan kategori tidak pada tempat dan cara penyimpanan makanan.
memenuhi syarat. Rincian variabel penilaian dari
penjamah makanan memperoleh hasil skor 61,5% Hasil penilaian penyediaan fasilitas sanitasi
(tidak memenuhi syarat), cara pengolahan Tabel 3.10 Hasil penilaian fasilitas sanitasi
makanan memperoleh skor 50% (tidak memenuhi Variabel Skor Keterangan
syarat), peralatan pengolahan makanan Pengolahan 49,1% Tidak memenuhi
memperoleh skor 71,4% (tidak memenuhi syarat) makanan syarat
dan tempat pengolahan makanan memperoleh skor a. Tempat cuci 60% Tidak memenuhi
45,5% (tidak memenuhi syarat) dengan rincian alat syarat
penilaian tempat pengolahan makanan yaitu lokasi b. Tempat cuci 28,5% Tidak memenuhi
memperoleh skor 100% (memenuhi syarat). tangan syarat
c. Air bersih 100% Memenuhi syarat
d. Jamban 57,1% Tidak memenuhi
syarat
e. Tempat sampah 0% Tidak memenuhi
syarat
Penyediaan fasilitas sanitasi diperoleh skor
penilaian yaitu 49,1% dengan kategori tidak
memenuhi syarat. Rincian variabel penilaian dari
tempat cuci alat memperoleh hasil skor 60% (tidak

Keslingmas Vol.38 No.2 Hal.124-243 | 152


memenuhi syarat), tempat cuci tangan memperoleh Kelembaban
hasil skor 28,5% (tidak memenuhi syarat), air Tabel 3.12 Hasil pengukuran kelembaban PT.
bersih memperoleh hasil skor 100% (memenuhi Soka Indah
syarat), jamban memperoleh hasil skor 57,1% Titik Hasil
Lokasi Ket.
(tidak memenuhi syarat) dan tempat sampah Pengukuran Pengukuran
memperoleh skor 0% (tidak memenuhi syarat). Ruang kantor Titik 1 59% TMS
Ruang 56,4%
Hasil pengukuran suhu, kelembaban dan penyimpanan Titik 1 57%
pencahayaan produk Titik 2 57%
Suhu TMS
Titik 3 56%
Tabel 3.11 Hasil pengukuran suhu PT. Soka Indah Titik 4 56%
Titik Hasil Titik 5 56%
Lokasi Ket.
Pengukuran Pengukuran Ruang 55,6%
Ruang kantor Titik 1 30°C MS pengemasan Titik 1 56%
Ruang 32°C Titik 2 56%
penyimpanan TMS
Titik 1 32°C Titik 3 56%
produk Titik 2 32°C Titik 4 55%
TMS
Titik 3 32°C Titik 5 55%
Titik 4 32°C Ruang 56%
Titik 5 32°C penyimpanan Titik 1 56%
Ruang 32,76°C bahan Titik 2 55%
pengemasan TMS
Titik 1 32,7°C Titik 3 56%
Titik 2 32,7°C Titik 4 57%
TMS
Titik 3 32,8°C Titik 5 56%
Titik 4 32,8°C Ruang 51,8%
Titik 5 32,8°C pencucian Titik 1 52%
Ruang 32,64°C Titik 2 52%
penyimpanan Titik 1 32,7°C Titik 3 52%
bahan Titik 2 32,7°C Titik 4 51% TMS
TMS
Titik 3 32,6°C Titik 5 53%
Titik 4 32,6°C Titik 6 48%
Titik 5 32,6°C Titik 7 55%
Ruang 34,38°C
pencucian Titik 1 34,2°C Ruang 55,2%
Titik 2 34,2°C pengekstruksi- Titik 1 54%
Titik 3 34,2°C an Titik 2 56%
TMS TMS
Titik 4 34,4°C Titik 3 57%
Titik 5 34,5°C Titik 4 56%
Titik 6 34,5°C Titik 5 53%
Titik 7 34,7°C Hasil pengukuran dibandingkan dengan
Ruang 35°C Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
pengekstruksi- Titik 1 35,1°C Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang
an Titik 2 34,8°C Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
TMS
Titik 3 34,5°C Perkantoran dan Industri, standar kelembaban 65%
Titik 4 35,3°C – 95%, dan pengukuran suhu ruang kantor
Titik 5 35,3°C memenuhi syarat karena tidak kurang atau
Hasil pengukuran dibandingkan dengan melebihi standar yang ditentukan, pengukuran
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia suhu ruang penyimpanan produk, ruang
Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang pengemasan, penyimpanan bahan makanan, ruang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja pencucian dan ruang pengekstruksian tidak
Perkantoran dan Industri, standar suhu 18 ˚C – memenuhi syarat karena melebihi standar yang
30˚C, dan pengukuran suhu ruang kantor ditentukan.
memenuhi syarat karena tidak kurang atau
melebihi standar yang ditentukan, pengukuran
suhu ruang penyimpanan produk, ruang
pengemasan, penyimpanan bahan makanan, ruang
pencucian dan ruang pengekstruksian tidak
memenuhi syarat karena melebihi standar yang
ditentukan.

Keslingmas Vol.38 No.2 Hal.124-243 | 153


Pencahayaan Hasil penilaian kondisi sanitasi pembuatan
Tabel 3.13 Hasil pengukuran pencahayaan PT. sohun
Soka Indah Tabel 3.14 Hasil penilaian kondisi sanitasi
Titik Hasil pembuatan sohun
Lokasi Ket.
Pengukuran Pengukuran Variabel Skor Keterangan
Ruang kantor Titik 1 349 lux MS Pemilihan bahan 100% Memenuhi syarat
Ruang 34,4 lux makanan
penyimpanan Titik 1 42 lux Penyimpanan 33,3% Tidak memenuhi
produk Titik 2 72 lux bahan makanan syarat
TMS
Titik 3 16 lux Pengolahan 57,1% Tidak memenuhi
Titik 4 14 lux makanan syarat
Titik 5 28 lux Pengangkutan 50% Memenuhi syarat
Ruang 166,8 lux makanan
pengemasan Titik 1 63 lux Pengemasan 75% Tidak memenuhi
Titik 2 50 lux makanan syarat
MS
Titik 3 174 lux Penyimpanan 44,4% Tidak memenuhi
Titik 4 133 lux makanan syarat
Titik 5 414 lux Fasilitas sanitasi 49,1% Tidak memenuhi
Ruang 59,6 lux syarat
penyimpanan Titik 1 29 lux Kondisi sanitasi pembuatan sohun diperoleh
bahan Titik 2 143 lux skor penilaian yaitu 58,4% dengan kategori tidak
TMS
Titik 3 84 lux memenuhi syarat. Rincian variabel penilaian dari
Titik 4 18 lux pemilihan bahan makanan memperoleh hasil skor
Titik 5 24 lux 100% (memenuhi syarat), penyimpanan bahan
Ruang 37,8 lux makanan memperoleh hasil skor 33,3% (tidak
pencucian Titik 1 11 lux memenuhi syarat), pengolahan makanan
Titik 2 28 lux memperoleh hasil skor 57,1% (tidak memenuhi
Titik 3 22 lux syarat), pengangkutan makanan memperoleh hasil
TMS
Titik 4 16 lux skor 50% (tidak memenuhi syarat), pengemasan
Titik 5 73 lux makanan memperoleh skor 75% (tidak memenuhi
Titik 6 61 lux syarat), penyimpanan makanan memperoleh skor
Titik 7 54 lux 44,4% (tidak memenuhi syarat) dan fasilitas
Ruang 27,2 lux sanitasi memperoleh skor 49,1% (tidak memenuhi
pengekstruksi- Titik 1 41 lux syarat).
an Titik 2 29 lux
TMS 4. Penutup
Titik 3 16 lux
Titik 4 31 lux a. Simpulan
Titik 5 19 lux Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Hasil pengukuran dibandingkan dengan dilakukan oleh peneliti dengan cara pengamatan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia langsung menggunakan checklist, wawancara
Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang menggunakan kuesioner dan pengukuran fisik
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja udara menggunakan alat ukur, diperoleh
Perkantoran dan Industri. Standar pengukuran kesimpulan sebagai berikut:
pencahayaan dari ruang kantor yaitu ≥300 lux Hasil pengamatan pemilihan bahan makanan
karena merupakan jenis pekerjaan rutin, memenuhi diperoleh hasil 100% dengan kategori memenuhi
syarat karena lebih dari minimal standar yang syarat. Hasil pengamatan penyimpanan bahan
ditentukan. Standar pengukuran pencahayaan makanan diperoleh hasil 33,3% dengan kategori
ruang penyimpanan makanan,ruang pengemasan, tidak memenuhi syarat. Hasil pengamatan
penyimpanan bahan makanan yaitu ≥100 lux pengolahan makanan diperoleh hasil 57,1%
karena merupakan jenis pekerjaan kasar dan tidak dengan kategori tidak memenuhi syarat. Hasil
terus menerus, tidak memenuhi syarat karena pengamatan pengangkutan makanan diperoleh
kurang dari minimal standar yang ditentukan. hasil 50% dengan kategori tidak memenuhi syarat.
Standar pengukuran pencahayaan ruang pencucian Hasil pengamatan pengemasan makanan diperoleh
adonan bahan makanan dan ruang pengekstruksian hasil 75% dengan kategori tidak memenuhi syarat.
yaitu ≥200 lux karena merupakan pekerjaan kasar Hasil pengamatan penyimpanan makanan
dan terus menerus, tidak memenuhi syarat karena diperoleh hasil 44,4% dengan kategori tidak
kurang dari standar yang ditentukan. memenuhi syarat. Hasil pengamatan fasilitas
sanitasi diperoleh hasil 49,1% dengan kategori
tidak memenuhi syarat. Hasil pengukuran suhu
dari bangunan utama tidak memenuhi syarat

Keslingmas Vol.38 No.2 Hal.124-243 | 154


karena memperoleh hasil 32,79˚C. Hasil terpenuhi. Penyelia penjamah makanan
pengukuran kelembaban dari bangunan utama menyarankan kepada kepala perusahaan untuk
tidak memenuhi syarat karena memperoleh hasil pengangkutan makanan yang bersih, aman, dan
55,6%. Hasil pengukuran pencahayaan dari ruang nyaman sehingga kebersihan sohun terjamin.
kantor memenuhi syarat karena memperoleh hasil Penyelia penjamah makanan menyarankan kepada
349 lux. Hasil pengukuran pencahayaan dari ruang kepala perusahaan untuk proses kerja pengemasan
penyimpanan produk dan penyimpanan bahan sohun tidak langsung menyentuh lantai sehingga
tidak memenuhi syarat karena memperoleh hasil kebersihan fisik sohun terjaga. Penyelia penjamah
rata-rata 47 lux. Hasil pengukuran pencahayaan makanan menyarankan kepada kepala perusahaan
dari ruang pengemasan memenuhi syarat karena untuk perbaikan dan penambahan fasilitas sanitasi
memperoleh hasil 166,8 lux. Hasil pengukuran yang kurang memenuhi seperti tempat cuci tangan,
pencahayaan dari ruang pencucian bahan adonan tempat cuci alat, jamban, air bersih dan tempat
dan pengekstruksi adonan tidak memenuhi syarat sampah. Penyelia penjamah makanan
karena memperoleh hasil rata-rata 32,5 lux. Hasil menyarankan kepada kepala perusahaan untuk
kondisi sanitasi pembuatan sohun diperoleh hasil pengendalian suhu, kelembaban dan pencahayaan
58,4% dengan kategori tidak memenuhi syarat. di masing-masing ruang tahapan kerja.
Kepala perusahaan
b. Saran Kepala perusahaan melakukan perbaikan
Berdasarkan pengamatan, wawancara dan penerapan prinsip-prinsip higiene sanitasi
pengukuran yang telah dilakukan, peneliti pengelolaan sohun dari proses pemilihan bahan
memberikan saran sebagai berikut: makanan, penyimpanan bahan makanan,
Penjamah pengolahan makanan, pengangkutan makanan,
Penjamah merapikan penataan produk makanan di pengemasan makanan dan penyimpanan makanan
tempat penyimpanan makanan. Penjamah agar kualitas sohun secara kesehatan bagi
menggunakan sarung tangan plastik dan tahan konsumen terjaga. Kepala perusahaan melakukan
panas sesuai kegunaan pada bagian pemasakan perbaikan dan merawat fasilitas sanitasi
adonan, pengekstruksian dan penjemuran. perusahaan seperti tempat cuci alat, tempat cuci
Penjamah menggunakan penutup kepala/kerudung tangan, sumur dan WC/jamban agar potensi
dan atau penutup kepala agar potensi rambut jatuh pencemaran terhadap produk sohun dapat dicegah
atau kotoran rambut dapat dicegah. Penjamah dan dikendalikan. Kepala perusahaan melakukan
melakukan cuci tangan setiap akan bekerja, setelah penambahan pengadaan fasilitas sanitasi
bekerja dan setelah keluar dari toilet/jamban. perusahaan seperti tempat cuci alat, tempat cuci
Penjamah makanan tidak merokok di tempat tangan, WC/jamban beserta septictank sesuai
pengolahan makanan saat bekerja karena akan kebutuhan pekerja agar kebersihan pekerja dan alat
mengganggu pekerjaan dan potensi pencemaran yang digunakan dapat terjaga dan potensi
makanan. Penjamah di bagian pencucian adonan pencemaran terhadap produk sohun dapat
melaporkan kepada pengelola dan memeriksa dikurangi. Kepala perusahaan melakukan
kesehatan jika terjadi sakit terutama sakit kulit penambahan pengadaan fasilitas sanitasi
karena saat proses pencucian adonan bahan perusahaan seperti tempat sampah ukuran
makanan di bak pencucian skala besar masih menyesuaikan dan tempat penampungan sampah
menggunakan tenaga manusia untuk mengaduk sementara (TPS) serta bekerjasama dengan pihak
adonan tersebut dengan keadaan masuk ke dalam desa untuk pengangkutan sampah di TPS agar
bak dan tidak memakai pakaian. Penjamah pengelolaan sampah dilakukan dengan benar dan
menempatkan penyimpanan peralatan pengolahan tidak menimbulkan pencemaran terhadap
makanan di tempat yang aman dan rapi. Penjamah lingkungan ataupun manusia. Kepala perusahaan
menutup alat pengangkut sohun saat penjemuran melakukan penambahan pengadaan fasilitas
dan mengusahakan dalam keadaan bersih serta pengendalian suhu dan kelembaban di masing-
tidak menimbulkan karat. Penjamah melakukan masing ruang tahapan kerja dengan cara menjaga
pengemasan sohun tidak menyentuh langsung kebersihan dan menambah ventilasi udara serta
dengan lantai. Penjamah menjaga kebersihan ruang pengadaan ekshauster. Kepala perusahaan
penyimpanan makanan. melakukan penambahan pengadaan fasilitas
Penyelia penjamah makanan pengendalian pencahayaan di masing-masing
Penyelia penjamah makanan menyarankan kepada ruang tahapan kerja dengan cara menjaga
kepala perusahaan untuk perbaikan tempat kebersihan lampu yang tersedia dan penambahan
penyimpanan bahan makanan agar tertata rapi, pencahayaan lampu di ruang penyimpanan produk,
bersih dan terhindar dari kontaminasi serangga, penyimpanan bahan, ruang pencucian bahan
tikus dan hewan lain. Penyelia penjamah makanan adonan dan pengekstruksi adonan. Kepala
melakukan pengawasan pengolahan makanan perusahaan merencanakan perekrutan petugas
dengan aspek peralatan, bahan, tempat dan cara khusus atau tenaga sanitarian yang bertugas untuk
pengolahan agar syarat higiene dan sanitasi

Keslingmas Vol.38 No.2 Hal.124-243 | 155


menerapkan prinsip-prinsip hygiene sanitasi Persyaratan Mutu Sohun. Jakarta: Badan
pembuatan sohun. Standarisasi Nasional.

Daftar Pustaka Badan Standarisasi Nasional. 1995. Standar


Nasional Indonesia 01-3744-1995 tentang
Anonim. 2015. Mentega. Jakarta: Badan Standarisasi
http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile Nasional.
/79297/potongan/S1-2015-312038-
chapter1.pdf. Diakses pada 3 januari 2018 Bank Indonesia. 2007. Pola Pembiayaan Usaha
pukul 10:38 WIB. Kecil Syariah (PPUK-Syariah) Industri
Sohun. Jakarta: Direktorat Kredit, BPR dan
Anwar, dkk. 1998. Sanitasi Makanan dan UKM.
Minuman Pada Institusi Pendidikan http://www.bi.go.id/id/umkm/kelayakan/pol
Tenaga Sanitasi. Jakarta: Pusat Pendidikan apembiayaan/industri/Documents/3a35e609
Tenaga Kesehatan: Departemen Kesehatan 9c9848d880062ebff4643784IndustriSohun
RI. Syariah.pdf Diakses tanggal 18 desember
2017 pukul 7.01 WIB.
Anugrah Putradana. 2015. Kualitas Fisik Udara Di
Terminal Bus Bulupitu Purwokerto Barsasella, Diana. 2010. Fisika Untuk Mahasiswa
Kabupten Banyumas Tahun 2015. Karya Kesehatan. Jakarta: CV Trans Info Media.
Tulis Ilmiah. Purwokerto: Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Chairunnisa., Subekti, S., dan Nurhayati, A. 2014.
Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan. Pendapat Supervisor tentang Penerapan
Sanitasi Higiene oleh Mahasiswa pada
Aminah. 2013. Analisis Efisiensi Dalam Pelaksanaan Praktek Industri. Jurnal.
Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Program Studi Pendidikan Tata Boga
Industri Sohun Di Kabupaten Cirebon. Universitasi Pendidikan Indonesia.
Universitas Pendidikan Indonesia. http://ejournal.upi.edu/index.php/Boga/artic
http://repository.upi.edu/2167/4/S_PEK_08 le/download/6495/4565.Diakses tanggal 5
07106_chapter%20%20%281%29.pdf januari 2018 pukul 11.05 WIB.
Diakses pada 5 januari 2018 pukul 08:49
WIB. Departemen Kesehatan RI. 1998. Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Sanitasi
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Makanan. Jakarta: Ditjen PPM & PLP.
Suatu Pendekatan Pratik. Jakarta: Rineka
Cipta. Farah Tifani. 2013. Studi Hygiene Sanitasi
Makanan Industri Sohun PT. Naga Sakti
Astawan, M. 1999. Membuat Mi dan Bihun. Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas
Jakarta: Penebar Swadaya. Tahun 2013. Karya Tulis Ilmiah.
Purwokerto: Politeknik Kesehatan
Astri Priyani. 2017. Studi Hygiene Sanitasi Kementerian Kesehatan Semarang Jurusan
Pengelolaan Makanan dan Minuman Di Kesehatan Lingkungan.
RSUD Banyumas Kabupaten Banyumas
Tahun 2017. Karya Tulis Ilmiah. Fitri Permanasari. 2016. Hygiene Sanitasi di
Purwokerto: Politeknik Kesehatan Pabrik Mie “Tjap Tiga Anak” Desa Wlahar
Kementerian Kesehatan Semarang Jurusan Kulon Kecamatan Patikraja Kabupaten
Kesehatan Lingkungan. Banyumas Tahun 2016. Karya Tulis Ilmiah.
Purwokerto: Politeknik Kesehatan
Badan Pusat Statistik. Kementerian Kesehatan Semarang Jurusan
https://www.bps.go.id/subjek/view/id/9. Kesehatan Lingkungan.
Diakses tanggal 9 desember 2017 pukul
8:15 WIB. H. J Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan
Lingkungan. Airlangga University Press:
Badan Standarisasi Nasional. 1992. Standar Surabaya.
Nasional Indonesia 01-2091-1992 tentang
Cara Uji Makanan Minuman. Jakarta: J. F Gabriel. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional. EGC.

Badan Standarisasi Nasional. 1995. Standar


Nasional Indonesia 01-3723-1995 tentang

Keslingmas Vol.38 No.2 Hal.124-243 | 156


Kementerian Kesehatan RI. 2002. Keputusan Said, A. 2007. Sanitasi Higiene dan Keselamatan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kerja. Jakarta: PT. Sinar Wadja Lestari.
Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Soeripto M. 2008. Higiene Industri. Jakarta:
Perkantoran dan Industri. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. 2003. Keputusan Standard Operating Procedure (SOP) Mata Kuliah
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Keselamatan dan Kesehatan Kerja.2016.
Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 Pengukuran Intensitas Cahaya. Politeknik
tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Kesehatan Kementerian Kesehatan
Rumah Makan dan Restoran. Jakarta. Semarang: Jurusan Kesehatan Lingkungan
Purwokerto.
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Kursus Hygiene
Sanitasi Makanan dan Minuman. Jakarta: Standard Operating Procedure (SOP) Mata Kuliah
Direktorat Jendral PP & PL. Penyehatan Udara. 2016. Pengukuran Suhu
dan Kelembaban. Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Peraturan Kementerian Kesehatan Semarang:Jurusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kesehatan Lingkungan Purwokerto.
Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011
tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. Jakarta. Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja Edisi 2. Jakarta: CV.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Peraturan HajiMasagung.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tri Cahyono. 2018. Panduan Penulisan Tugas
Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Akhir. Politeknik Kesehatan Kementerian
Tambahan Pangan. Jakarta. Kesehatan Semarang: Jurusan Kesehatan
Lingkungan.
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tri Kurnia R. 2015. Studi Angka Kuman di Udara
Nomor 32 Tahun tentang Standar Baku pada Bagian Produksi Pabrik Sohun PT.
Mutu Kesehatan Lingkungan dan Soka Indah di Desa Karangsoka
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Kecamatan Kembaran Kabupaten
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Banyumas Tahun 2015. Karya Tulis Ilmiah.
Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Purwokerto: Politeknik Kesehatan
Umum. Jakarta. Kementerian Kesehatan Semarang Jurusan
Kesehatan Lingkungan.
Kruger, James E., Et Al. 1996. Pasta And Noodle
Technology. USA: American Association Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 18
Od Cereal Chemist, Inc. Tahun 2012 tentang Pangan. Jakarta.

Munarso, Joni dan Bambang Haryanto. 2009. Yulia. 2014. Higiene Sanitasi Makanan, Minuman
Perkembangan Teknologi Pengolahan Mie. dan Sarana Sanitasi Terhadap Angka
Jakarta: BPPTP. Kuman Peralatan Makan dan Minum pada
https://id.scribd.com/document/80239085/a Kantin. Jurnal. Jurusan Kesehatan
n-Teknologi-Pengolahan-Mie. Diakases Lingkungan Politeknik Kesehatan
tanggal 18 desember 2017 pukul 10.13 Kementerian Kesehatan Pontianak.
WIB.

Keslingmas Vol.38 No.2 Hal.124-243 | 157

Anda mungkin juga menyukai