I. Pendahuluan
Pada pasal 3 Peraturan Menteri Kesehatan No 34 Tahun 2017 tentang
Akreditasi Rumah Sakit dinyatakan bahwa rumah sakit wajib terakreditasi. Salah
satu tujuan dari diselenggarakannya akreditasi rumah sakit adalah sebagai upaya
untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit. Oleh karena itu
RSUD dr Iskak Tulungagung juga mengikuti akreditasi rumah sakit agar mendapat
pengakuan dari pemerintah bahwa mutu pelayanannya sudah memenuhi standar
yang telah ditentukan, juga sebagai pemenuhan persyaratan agar bisa bekerja
sama dengan BPJS.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit sebagai badan akreditasi rumah sakit
mengeluarkan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit yang didalamnya
mengharuskan rumah sakit untuk mengukur indikator mutu nasional yang sudah
terintegrasi dalam SISMADAK (Sistem Manajemen Dokumen Aklreditasi). Sebagai
rumah sakit yang mengikuti akreditasi, RSUD dr Iskak juga menetapkan dan
melakukan pemantauan terhadap 12 indikator mutu nasional tersebut yang terdiri
dari :
1. Kepatuhan Identifikasi Pasien
2. Emergency respon time
3. Waktu tunggu rawat jalan
4. Penundaan operasi elektif
5. Kepatuhan visite dokter spesialis
6. Waktu Lapor Hasil Tes Kritis Laboratorium
7. Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional Bagi RS Provider BPJS
8. Kepatuhan Cuci Tangan
9. Kepatuhan Terhadap Clinical Pathway
10. Kepatuhan Upaya Pencegahan Risiko Cedera Akibat Pasien Jatuh pada
pasien Rawat Inap
11. Kepuasan pasien dan keluarga
12. Kecepatan Respon Terhadap Komplain
Untuk mempermudah dan menyamakan pemahaman/persepsi mengenai indikator
mutu nasional, RSUD dr Iskak Tulungagung telah menyusun profil indikator mutu
nasional sebagaimana tercantum dalam halaman selanjutnya dari buku ini.
1
II. Tujuan
Pemantauan indikator mutu nasional ini bertujuan untuk mengetahui kualitas
atau hasil capaian indikator mutu nasional yang telah dilaksanakan di RSUD dr.
Iskak Tulungagung. Selain itu juga agar bisa melakukan benchmarking data dengan
rumah sakit lain secara lebih mudah karena nama indikatornya sama begitu juga
dengan profil indikatornya sebagaimana yang sudah ditetapkan secara seragam
oleh pihak KARS untuk seluruh rumah sakit di Indonesia.
No ASPEK DESKRIPSI
.
1. Judul indikator 1. Nama Indikator
2. Merupakan variabel yang bisa membantu kita
dalam kegiatan pengukuran berbagai macam
perubahan yang terjadi baik secara langsung
maupun tidak langsung (WHO)
3. Petunjuk atau tolok ukur (yang dapat diukur)
2. Dasar Alasan yang melatarbelakangi pemilihan indikator
pemikiran/alasan tersebut dipilih (mengacu pada peraturan perundang-
pemilihan indikator undangan)
3. Dimensi Mutu Dimensi mutu (World Health Organization 2006):
1. Efektif / Effective: Pelayanan kesehatan yang erat
pada basis bukti dan berhasil dalam
meningkatkan luaran kesehatan individu atau
komunitas berdasarkan kebutuhan
2. Efisiensi / Efficient : Pelayanan kesehatan yang
memaksimalkan sumber daya dan menghindari
pemborosan
3. Mudah diakses / Accessible : Pelayanan
kesehatan yang tepat waktu, wajar secara
geografis, dan disediakan dalam kerangka yang
tepat dari sisi keterampilan dan sumber daya
untuk memeuhi kebutuhan.
4. Diterima / Accepted (Patient-centred) : Pelayanan
kesehatan yang mempertimbangkan pilihan dan
aspirasi individu pengguna layanan dan budaya
komunitasnya.
5. Tidak berpihak / Equity : Pelayanan kesehatan
yang tidak berbeda dalam kualitas karena
karakteristik personal seperti gender, ras, etnis,
lokasi geografis, dan status sosio ekonomi.
6. Aman / Safe : Pelayanan kesehatan yang
meminimalisasi resiko dan harm.
4. Tujuan Suatu hasil yang ingin dicapai dengan melakukan
pengukuran terhadap indikator
5. Definisi operasional Batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk
melakukan suatu kegiatan pengukuran indikator
2
untuk menghindari kerancuan
Definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari
sesuatu yang didefinisikan tersebut
6. Jenis indikator Sesuai dengan judul indikator yang dinyatakan dalam
pengukuran input, proses ataukah outcome
i. Input : mengukur sarana prasarana/ sumber
daya
ii. Proses : mengukur proses/ kegiatan
iii. Outcome : mengukur hasil dari suatu proses/
kegiatan
iv. Proses dan outcome : mengukiur produk yang
dihasilkan untuk menunjang hasil layanan
7. Pembilang Besaran nilai pembilang dalam rumus indikator
(Numerator) kinerja
8. Penyebut Besaran nilai pembagi dalam rumus indikator kinerja.
(Denominator)
9. Target pencapaian Nilai atau ukuran pencapaian mutu/ kinerja tertentu
yg telah ditetapkan & wajib dicapai langsung atau
bertahap sesuai kemampuan RS
Batas ketentuan dan sebagainya yang telah
ditetapkan untuk dicapai
10. Kriteria inklusi dan Kriteria inklusi : kriteria atau ciri-ciri yang harus
eksklusi dipenuhi setiap masing-masing anggota populasi
yang akan dijadikan sampel yang akan diteliti
(batasan yang terasuk dalam cakupan pengukuran
indikator)
Kriteria eksklusi : kriteria atau ciri-ciri anggota
populasi yang tidak bisa dijadikan sebagai sampel
yang akan diteliti (batasan yang tidak terasuk dalam
cakupan pengukuran indikator)
11. Formula Rumus untuk menghasilkan nilai dari indikator.
pengukuran
12. Sumber data Sumber atau tempat dimana sampel atau
keseluruhan data yang akan digunakan untuk
melakukan pengukuran
13. Frekuensi Banyaknya pengulangan dalam mengumpulkan data
pengumpulan data ( harian, bulanan, tahunan)
14. Periode analisis Periode analisis : rentang waktu pelaksanaan kajian
terhadap indikator kinerja/indikator mutu yg
dikumpulkan (bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan,
tahunan)
15. Cara pengumpulan Cara pengumpulan data :
data Retrospektif: pengumpulan data yang diambil dari
kegiatan yang telah lalu
Concurrent: Pengumpulan data yang dilakukan
secara langsung pada saat proses berjalan
16. Sampel Merupakan bagian dari populasi yang
dipelajari/diamati dan mewakili karakterisktik
populasi.
Pengambilan sampel ditentukan dengan metode
tertentu sesuai kaidah statistik antara lain sampel
3
acak, sampel berstrata, sampel proporsi, dll
Apabila jumlah populasi penelitian kurang dari 100,
maka sampel yang diambil adalah semuanya (total
populasi/total sampling), namun apabila sampel
penelitian lebih dari 100 maka sampel yang dapat
diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih
17. Rencana analisis Metode/cara yang dilakukan untuk mengolah data
yang dikumpulkan menjadi informasi. Bisa berbentuk
diagram batang, diagram pie, diagram garis, dll
sesuai karakteristik data.
i. diagram garis digunakan untuk menampilkan
data dari waktu ke waktu
ii. diagram batang digunakan untuk menampilkan
data pembandinmg beberapa kategori
iii. diagram pie untuk menampilkan proporsi
18. Instrumen Adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
pengambilan data peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis.
(Menyebutkan nama formulir yang digunakan untuk
mengambil data)
Nama formulir pengambilan data
Nama formulir rekapitulasi data
19. Penanggung jawab Pejabat yang bertanggung jawab terhadap
capaian indikator mutu
4
IV. Kamus Indikator Mutu Nasional
A. Kepatuhan Identifikasi Pasien
N
ASPEK DESKRIPSI
O
1. Judul Indikator Kepatuhan Identifikasi Pasien
2. Dasar pemikiran a. Permenkes Nomor 11 Tahun 2017 tentang
keselamatan pasien
b. Merupakan indikator yang diwajibkan oleh
KARS
3. Dimensi mutu Keselamatan pasien
4. Tujuan Terlaksananya proses identifikasi pasien agar
menjamin keselamatan pasien
5. Definisi operasional Identifikasi pasien adalah proses pengecekan
identitas pasien menggunakan minimal 2
identifikasi dari 4 identifikasi yaitu nama pasien,
tanggal lahir, nomor rekam medis, nomor induk
kependudukan atau bentuk lain (misalnya
barcode/ QR Code) pada gelang, label atau
bentuk identitas lainnya sebelum memberikan
pelayanan sesuai dengan regulasi yang berlaku di
rumah sakit.
1. Pemberian obat
2. Pemberian pengobatan termasuk nutrisi
3. Pemberian darah dan produk darah
4. Pengambilan specimen
5. Sebelum melakukan tindakan diagnostik/
therapeutic
7
B. Emergency Respon Time (waktu tanggap pelayanan gawat darurat ≤ 5 menit)
N
ASPEK DESKRIPSI
O
1. Judul Indikator Waktu tanggap Pelayanan Dokter di Gawat
Darurat ≤ 5 menit
2. Dasar pemikiran a. UU 44/2009 pasal 29 tentang Rumah Sakit
b. Kepmenkes No 129/Menkes/SK/II/2008
tentang SPM RS
c. Indikator yang diwajibkan oleh KARS
3. Dimensi mutu Keselamatan dan efektifitas
4. Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang cepat,
responsif dan mampu menyelamatkan pasien
gawat darurat
5. Definisi operasional Emergency Response Time (Waktu tanggap)
adalah waktu yang dibutuhkan mulai pasien
dilakukan Triage di IGD sampai mendapat
pelayanan dokter.
Triage adalah usaha pemilahan pasien sebelum
ditangani berdasarkan tingkat
kegawatdaruratan/trauma/penyakit dengan
mempertimbangkan prioritas penanganan dan
sumber daya yang ada
6. Jenis indikator Proses
7. Numerator (Pembilang) Jumlah pasien gawat, darurat, dan gawat-darurat
yang mendapatkan pelayanan
kegawatdaruratannya dalam waktu ≤ 5 menit
8. Denominator Jumlah seluruh pasien pasien gawat, darurat, dan
(Penyebut) gawat-darurat yang mendapatkan pelayanan
kegawat daruratan di rumah sakit tersebut
9. Target pencapaian ≥ 80%
10. Kriteria inklusi dan Inklusi : Semua pasien IGD
eksklusi Eksklusi : situasi bencana / musibah masal
11. Formula N/D x 100
12. Sumber data Sensus harian/Formulir pengambalilan data saat
observasi di ruang IGD
13. Frekuensi
Harian
pengumpulan data
14. Periode analisis 3 bulanan
15. Cara pengumpulan Concurrent (observasi)
data
16. Sampel 10% Sensus harian/Formulir pengambalilan data
saat observasi di ruang IGD
17. Rencana analisis Menggunakan diagram garis (run chart) atau
diagram batang (bar chart) :
i. diagram garis digunakan untuk menampilkan
8
N
ASPEK DESKRIPSI
O
data dari waktu ke waktu
ii. diagram batang digunakan untuk
menampilkan data perbandingan antar
rumah sakit lain bila ada (benchmarking)
18. Instrumen Form bantu pengumpulan data emergency respon
pengambilan data time
19. Penanggung jawab Kepala Instalasi IGD
Kepala Ruang IGD
9
C. Waktu tunggu rawat jalan
N
ASPEK DESKRIPSI
O
1. Judul Indikator Waktu tunggu di Rawat Jalan
2. Dasar pemikiran a. UU 44/2009 tentang Rumah Sakit
b. Kepmenkes No 129/Menkes/SK/II/2008
tentang SPM RS
c. Merupakan indikator yang diwajibkan oleh
KARS
3. Dimensi mutu Akses
4. Tujuan Tersedianya pelayanan dokter/ dokter spesialis di
rawat jalan yang mudah dan cepat diakses oleh
pasien pada hari kerja
5. Definisi operasional Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan mulai
pasien kontak dengan petugas pendaftaran
sampai dilayani oleh dokter/dokter spesialis
Catatan :
1. Yang dimaksud kontak dengan petugas
pendaftaran adalah waktu petugas
mencatat identitas pasien.
2. Yang dimaksud dilayani oleh dokter/ dokter
spesialis adalah waktu pasien kontak awal
dengan dokter/ dokter spesialis
10
N
ASPEK DESKRIPSI
O
14. Periode analisis 3 bulanan
15. Cara pengumpulan
Concurrent
data
16. Sampel 10 % dari kunjungan masing-masing poli per hari
17. Rencana analisis Menggunakan diagram garis (run chart) atau
diagram batang (bar chart):
1. diagram garis digunakan untuk menampilkan
data dari waktu ke waktu
2. diagram batang digunakan untuk
menampilkan data perbandingan antar ruang
rawat inap serta antar rumah sakit bila ada
(benchmarking)
18. Instrumen Buku atau formulir rekapan waktu tunggu pasien
pengambilan data poliklinik
19. Penanggung jawab Kepala Instalasi Rawat Jalan
11
D. Penundaan Operasi Elektif
N
ASPEK DESKRIPSI
O
1. Judul Indikator Penundaan Operasi Elektif
2. Dasar pemikiran a. UU 44/2009 tentang Rumah Sakit
b. Merupakan indikator yang diwajibkan oleh
KARS
12
N
ASPEK DESKRIPSI
O
penundaan operasi elektif)
18. Instrumen Form daftar pasien yang mengalami penudaan
pengambilan data operasi elektif
Form Rekapan Penundaan Operasi Eletif
19. Penanggung jawab Kepala Instalasi Bedah Sentral
13
E. Kepatuhan Jam visite dokter spesialis
N
ASPEK DESKRIPSI
O
1. Judul Indikator Kepatuhan Jam visite dokter spesialis
2. Dasar pemikiran a. UU No 44/2009 tentang Rumah Sakit
b. UU No 29 tahun 2004 tentang praktek
kedokteran
c. Kepmenkes No 129/Menkes/SK/II/2008
tentang SPM RS
d. Merupakan indikator yang diwajibkan oleh
KARS
3. Dimensi mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi
4. Tujuan Tergambarnya kepatuhan Dokter Spesialis
terhadap ketepatan waktu melakukan visitasi
kepada pasien rawat inap.
5. Definisi operasional Kepatuhan Jam Visite Dokter Spesialis sebagai
DPJP adalah kunjungan dokter spesialis untuk
melihat perkembangan pasien yang menjadi
tanggung jawabnya setiap hari sebelum jam 14.00
termasuk hari libur.
Catatan :
1.pasien baru masuk
2.batasan pukul 14.00
3.hari libur
4. RS Swasta
14
N
ASPEK DESKRIPSI
O
diagram batang (bar chart):
iv. diagram garis digunakan untuk menampilkan
data dari waktu ke waktu
v. diagram batang digunakan untuk
menampilkan data perbandingan antar ruang
rawat inap dan rumah sakit lain bila ada
(benchmarking)
18. Instrumen Form Bantu Pengumpulan Data Kepatuhan Jam
pengambilan data visite dokter spesialis
Form Rekapan Kepatuhan Jam visite dokter
spesialis
19. Penanggung jawab Kepala Instalasi Intensif
Kepala Ruang Intensif
Kepala Instalasi Rawat Inap
Kepala Ruang Rawat Inap
Kepala Instalasi Graha Hita Husada
Kepala Ruang Graha Hita Husada
15
F. Waktu Lapor Hasil Tes Kritis Laboratorium
N
ASPEK DESKRIPSI
O
1. Judul Indikator Waktu Lapor Hasil Tes Kritis Laboratorium
2. Dasar pemikiran a. UU 44/2009 tentang Rumah Sakit
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
411/Menkes/PER/III/2010 tentang
Laboratorium Klinik.
c. Permenkes Nomor 11 Tahun 2017 tentang
keselamatan pasien
d. Merupakan indikator yang diwajibkan oleh
KARS
3. Dimensi mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi
4. Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan laboratorium
5. Definisi operasional Waktu lapor hasil tes kritis laboratorium adalah
waktu yang diperlukan untuk memberikan jawaban
kepada dokter yang mengirim setelah keluar hasil
pemeriksaan dan mulai dibaca oleh Dokter/ Analis
Laboratorium sampai hasilnya diterima oleh dokter
yang mengirim
(lisan atau tulisan).
Standar : harus diterima oleh dokter yang
mengirim dalam waktu kurang dari 30 (tiga puluh)
menit baik secara lisan maupun tulisan
Yang dimaksud dengan kritis adalah adalah hasil
pemeriksaan yang termasuk dalam kategori kritis
yang ditetapkan dengan kebijakan RS.
RED Category Condition adalah keadaan yang
masuk dalam kondis kategori kritis atau yang
memerlukan penatalaksanaan segera.
Waktu tunggu yang memanjang dapat berakibat:
a. Menurunkan kepercayaan terhadap layanan
laboratorium
b. Memperpanjang diagnosa dan terapi
penderita
6. Jenis indikator Proses dan out come
7. Numerator (Pembilang) Jumlah pemeriksaan laboratorium kritis yang
dilaporkan < 30 menit
8. Denominator
Jumlah seluruh pemeriksaan laboratorium kritis
(Penyebut)
9. Target pencapaian 100%
10. Kriteria inklusi dan Inklusi : semua laporan nilai kritis yang sampai
eksklusi ke DPJP
Eksklusi : Semua pemeriksaan dan hasil
pemeriksaan laboratorium yang bukan Kritis
dan tidak termasuk RED Category Condition ;
hasil pemeriksaan laboratorium patologi klinik
kritis yang sudah dapat dilihat oleh
DPJP/perujuk melalui sistem informasi dan
sudah ditindaklanjuti.
16
N
ASPEK DESKRIPSI
O
11. Formula N/D x100
12. Sumber data Catatan data Instalasi Laboratorium
Rekam Medik
13. Frekuensi Harian
pengumpulan data
14. Periode analisis 3 bulanan
15. Cara pengumpulan
Retrospekstif
data
16. Sampel Total populasi/total sampling (semua hasil lab
kritis)
17. Rencana analisis Menggunakan diagram garis (run chart) atau
diagram batang (bar chart):
i. diagram garis digunakan untuk menampilkan
data dari waktu ke waktu
ii. diagram batang digunakan untuk
menampilkan data perbandingan antar
rumah sakit lain bila ada (benchmarking)
18. Instrumen Form bantu pengumpulan data Waktu lapor nilai
pengambilan data kristis Laborat
Form Rekapitulasi Waktu lapor Nilai Kritis
Laboratorium
19. Penanggung jawab Kepala Instalasi Laboratorium
Kepala Instalasi IGD
Kepala Ruang IGD
Kepala Instalasi Intensif
Kepala Ruang Intensif
Kepala Instalasi Rawat Inap
Kepala Ruang Rawat Inap
Kepala Instalasi Graha Hita Husada
Kepala Ruang Graha Hita Husada
17
G. Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional Bagi RS Provider BPJS
N
ASPEK DESKRIPSI
O
1. Judul Indikator Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional
Bagi RS Provider BPJS
2. Dasar pemikiran a. Kepmenkes No.137 Tahun 2016 tentang
perubahan formularium nasional
b. Kepmenkes No 129/Menkes/SK/II/2008
tentang SPM RS
c. Merupakan indikator yang diwajibkan oleh
KARS
3. Dimensi mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi
4. Tujuan Terwujudnya efisiensi pelayanan obat kepada
pasien berdasarkan daftar yang ditetapkan secara
nasional.
5. Definisi operasional Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional
adalah kepatuhan para dokter meresepkan obat
kepada pasien sesuai dengan daftar obat-obatan
Formularium Nasional.
Disebut patuh bila seluruh obat dalam resep
mengikuti formularium nasional
6. Jenis indikator Proses
7. Numerator (Pembilang) Jumlah resep yang patuh dengan formularium
nasional
8. Denominator
Jumlah seluruh resep
(Penyebut)
9. Target pencapaian ≥80%
10. Kriteria inklusi dan Inklusi : semua resep yang masuk instalasi
eksklusi farmasi
Eksklusi :
19
H. Kepatuhan Cuci Tangan
NO ASPEK DESKRIPSI
1. Judul Indikator Kepatuhan cuci tangan
2. Dasar pemikiran Kegagalan melakukan kebersihan tangan dengan
baik dab benar dianggap sebagai penyebab utama
infeksi nosokomial (HAIs) dan penyebaran
mikroorganisme multi resisten di fasilitas
pelayanan kesehatan dan diakui telah menjadi
kontributor yang penting terhadap timbulnya
wabah (Boyke dan Pittet 2002)
3. Dimensi mutu Keselamatan pasien
4. Tujuan Meningkatkan kepatuhan hand hygiene
5. Definisi operasional Kebersihan tangan (hand hygiene) adalah segala
usaha yang dilakukan untuk membersihkan
kotoran yang secara kasat mata terlihat dan
pengangkatan mikroorganisme yang tinggal
sementara di tangan dengan menggunakan sabun
dan air mengalir (hand wash) atau dengan cairan
berbasis alkohol (handrub) dalam 6 langkah
(WHO, 2009)
Audit kebersihan tangan adalah prosedur penilaian
kepatuhan petugas melakukan kebersihan tangan
sesuai 5 indikasi (moment) dari WHO yaitu
sebelum kontak dengan pasien, sebelum
melakukan tindakan aseptik, setelah terpapar
darah dan cairan tubuh, setelah kontak dengan
pasien dan setelah kontak dengan lingkungan
sekitar pasien, dengan menerapkan 6 langkah
cucitangan.
22
I. Kepatuhan Upaya Pencegahan Risiko Cedera Akibat Pasien Jatuh pada
pasien Rawat Inap
NO ASPEK DESKRIPSI
1. Judul Indikator Kepatuhan Upaya Pencegahan Risiko Cedera
Akibat Pasien Jatuh pada pasien Rawat Inap
2. Dasar pemikiran a. Permenkes 11/2017 ttg keselamatan pasien
b. Kepmenkes No 129/Menkes/SK/II/2008
tentang SPM RS
c. Merupakan indikator yang diwajibkan oleh
KARS
3. Dimensi mutu Keselamatan Pasien
4. Tujuan Terselenggaranya pelayanan keperawatan yang
aman dan efektif bagi pasien dalam upaya
mencapai pemenuhan sasaran keselamatan
pasien
5. Definisi operasional Upaya pencegahan jatuh meliputi :
a. Screening di rawat jalan/ IGD
b. Asesmen awal risiko jatuh
c. Assesment Ulang risiko jatuh
d. Edukasi pencegahan pasien jatuh.
24
J. Kepatuhan Terhadap Clinical Pathway
NO ASPEK DESKRIPSI
1. Judul Indikator Kepatuhan Terhadap Clinical Pathway
2. Dasar pemikiran a. Permenkes 1438/2010 tentang standar
pelayanan kedokteran
b. Merupakan indikator yang diwajibkan oleh
KARS
25
NO ASPEK DESKRIPSI
Pasien yang meninggal
11. Formula N/D x100
12. Sumber data Format clinical pathways yang telah terisi
13. Frekuensi Harian
pengumpulan data
14. Periode analisis 3 bulanan
15. Cara pengumpulan
Retrospektif
data
16. Sampel Total populasi (semua kasus CP)
17. Rencana analisis Menggunakan diagram garis (run chart) atau
diagram batang (bar chart):
i. diagram garis digunakan untuk
menampilkan data dari waktu ke waktu
ii. diagram batang digunakan untuk
menampilkan data perbandingan antar CP
dan rumah sakit lain bila ada
(benchmarking)
18. Instrumen
Formulir pengumpulan data CP
pengambilan data
19. Penanggung jawab Tim Clinical Pathway
Kepala Instalasi Rawat Inap
Kepala Ruang Rawat inap
Kepala Instalasi Graha Hita Husada
Kepala Ruang Graha Hita Husada
26
K. Kepuasan pasien dan keluarga
NO ASPEK DESKRIPSI
1. Judul Indikator Kepuasan Pasien dan Keluarga
2. Dasar pemikiran a. UU No 25/ 2014 tentang Pelayanan Publik
b. UU No 44/ 2009 tentang RS
c. Kepmenpan No. KEP/25/M.PAN/2/2004
tentang Pedoman Penyusunan Indeks
Kepuasan Masyarakat
Unit Pelayanan Instansi Pemerintah;
d. Kepmenkes No. 129/Menkes/SK/II/2008
tentang SPM RS
e. Merupakan indikator yang diwajibkan oleh
KARS
NO ASPEK DESKRIPSI
1. Judul Indikator Kecepatan Respon Terhadap Komplain
2. Dasar pemikiran a. UU No 25/ 2014 tentang Pelayanan Publik
b. UU No 44/ 2009 tentang RS
c. Kepmenkes No. 129/Menkes/SK/II/2008
tentang SPM RS
d. Merupakan indikator yang diwajibkan oleh
KARS
Kriteria Penilaian :
a. Melihat data rekapitulasi komplain yang
dikategorikan merah, kuning, hijau
b. Melihat data tindak lanjut komplain setiap
kategori yan dilakukan dalam kurun waktu
sesuai standar
c. Membuat persentase jumlah komplain yang
ditindaklanjuti terhadap seluruh komplain
disetiap kategori :
30
NO ASPEK DESKRIPSI
6. Jenis indikator Outcome
7. Numerator Jumlah KKM, KKK dan KKH yang sudah
(Pembilang) ditanggapi dan ditindaklanjuti
8. Denominator
Jumlah seluruh KKM, KKK dan KKH
(Penyebut)
9. Target pencapaian 75%
10. Kriteria inklusi dan Inklusi : Komplain baik tertulis, lisan atau
eksklusi melalui media massa
Eksklusi : -
11. Formula N/D x100
12. Sumber data Formulir kritik dan saran
13. Frekuensi Harian
pengumpulan data
14. Periode analisis 3 bulanan
15. Cara pengumpulan
Concurrent
data
16. Sampel Total populasi (semua
17. Rencana analisis Menggunakan diagram garis (run chart) atau
diagram batang (bar chart):
i. diagram garis digunakan untuk menampilkan
data dari waktu ke waktu
ii. diagram batang digunakan untuk menampilkan
data perbandingan antar unit dan antar rumah
sakit lain bila ada (benchmarking)
18. Instrumen Buku rekapan kritik dan saran
pengambilan data
19. Penanggung jawab Kepala instalasi humas
Tim pengaduan
31
V. Penutup
Pemenuhan tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan
yang bermutu tinggi harus menjadi prioritas dalam pengelolaan pelayanan
kesehatan. Keterjaminan mutu dan keselamatan pasien akan memberi kontribusi
yang dominan terhadap kepercayaan masyarakat yang berdampak pada
eksistensi institusi ditengah persaingan global.
Keberadaan indikator mutu nasional bermanfaat untuk mengukur mutu
pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit. Oleh karena itu keberhasilan
dalam mempertahankan mutu serta upaya yang terus menerus dalam
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien harus terus
dilaksanakan. Untuk mendukung hal tersebut diperlukan upaya yang terpadu dari
semua komponen terlibat dalam pelayanan baik langsung maupun tidak
langsung. Dalam hal ini diperlukan komitmen pimpinan rumah sakit dan seluruh
staf serta karyawan untuk turut bertanggungjawab dalam rangka mewujudkan
mutu pelayanan yang berkualitas serta aman.
32