Akuntansi Keuangan Menengah I Rangkuman
Akuntansi Keuangan Menengah I Rangkuman
“RANGKUMAN”
A. Pasar Global
I. Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan
Karakteristik akuntansi meliputi kegiatan mengidentifikasi, mengukur, dan
mengkomunikasikan informasi keuangan mengenai entitas ekonomi kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
Laporan keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan rugi-laba
komprehensif, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas
laporan keuangan.
II. Akuntansi dan Alokasi Modal
Efisiensi seringkali menentukan apakah suatu entitas berkembang baik atau tidak
terkait dengan keterbatasan sumber daya, sehingga memerlukan pengalokasian
modal kerja yang baik. Berikut proses alokasi modal kerja.
Pemakai
Investor dan kreditor
menggunakan laporan
keuangan untuk membuat
keputusan alokasi modal
perusahaan.
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL DALAM PELAPORAN KEUANGAN
A. Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual
Kerangka kerja konseptual diperlukan dalam:
1. Membangun serta menghubungkan antara badan pembuat konsep dan
tujuan.
2. Pemecahan masalah-masalah yang praktis baru dan yang muncul.
3. Peningkatan pemahaman serta keyakinan dari pengguna laporan
keuangan mengenai laporan keuangan itu sendiri.
4. Menaikkan komparabilitas laporan keuangan antarperusahaan.
B. Tingkatan dalam Kerangka Kerja Konseptual
Ada tiga tingkatan yang menampilkan kerangka kerja konseptual, yakni:
1. Tingkat pertama : Tujuan dasar
Standar akuntansi seharusnya dikembangkan sesuai dengan kerangka
kerja konseptual sehingga menghasilkan laporan akuntansi yang
bermanfaat. Pada mulanya, informasi keuangan / non keuangan
digunakan oleh investor dan kreditor untuk pengambilan keputusan
kepentingan investor dan kreditor dalam penanaman modal di perusahaan
tersebut pelaporan keuangan yang berguna bagi investor, salah satunya
arus kas yang merupakan harapan dari investor dan kreditor. Pendekatan
ini dikenal dengan kegunaan keputusan (decision usefulness).
2. Tingkat kedua : Karakteristik kualitatif dan unsur-unsur dasar laporan
keuangan
a. Karakteristik Kualitatif
Kualitas Fundamental
Kualitas Primer, meliputi relevansi dan reliabilitas
Kualitas Sekunder, meliputi komparabilitas dan konsistensi
b. Unsur-unsur Dasar
Aktiva
Kewajiban
Ekuitas
Investasi oleh Pemilik
Distribusi kepada Pemilik
Laba Komprehensif
Pendapatan
Beban
Keuntungan
Kerugian
3. Tingkat ketiga : Konsep-konsep pengakuan dan pengukuran
a. Asumsi-Asumsi Dasar
Asumsi Entitas Ekonomi
Asumsi ini mengandung arti bahwa aktivitas ekonimi dapat
diidentifikasi dengan unit pertanggungjawaban tertentu.
Asumsi Kelangsungan Hidup
Sebagian besar metode akuntansi didasarkan atas asumsi ini, yaitu
perusahaan bisnis akan memiliki umur yang panjang.
Asumsi Unit Moneter
Asumsi ini mengandung arti bahwa uang adalah denominator
umum dari aktivitas ekonomi dan merupakan dasar yang tepat
bagi pengukuran dan analisis akuntansi.
Asumsi Periodisitas
Asumsi ini menyiratkan bahwa aktivitas ekonomi sebuah
perusahaan dapat dipisahkan ke dalam periode waktu artifisial.
b. Prinsip-Prinsip Dasar Akuntansi
Prinsip Biaya Historis
Artinya, sebagian besar aktiva dan kewajiban diperlakukan dan
dilaporkan berdasarkan harga akuisisi.
Prinsip Pengakuan Pendapatan
Pendapatan umumnya diakui jika telah direalisasi dan telah
dihasilkan. Telah direalisasi artinya, jika produk telah
dipertukarkan dengan kas atau klaim atas kas. Sementara, telah
dihasilkan artinyaapabila suatu entitas telah melakukan apa yang
harus dilakukan untuk mendapat hak atas manfaat yang
direpresentasikan oleh pendapatan.
Prinsip Penandingan
Prinsip ini menyatakan bahwa usaha (beban) ditandingkan dengan
pencapaian (pendapatan) sepanjang hal ini rasional dan dapt
diterapkan.
Prinsip Pengungkapan Penuh
Prinsip ini mengakui bahwa, sifat dan jumlah informasi yang
dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan serangkaian
trade-off penilaian.
c. Kendala
Hubungan Biaya-Manfaat
Kendala ini harus diperhitungkan, karena biaya penyediaan
informasi harus ditimbang terhadap manfaat yang bisa diperoleh
dari pemakaian informasi tersebut.
Materialitas
Kendala ini berhubungan dengan dampak suatu item terhadap
operasi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Item dianggap
material jika pencantuman atau pengabaiannya mempengaruhi
penilaian seorang pemakai laporan keuangan.
Praktik Industri
Konservatisme
Kendala ini berarti, jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat
kecil kemungkinannya akan menghasilkan penetapan yang terlalu
tinggi bagi aktiva dan laba.
BAB II
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
A. Pengertian
Sistem informasi akuntansi merupakan sistem pengumpulan dan pemrosesan data
transaksi serta penyebaran informasi keuangan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Sistem informasi akuntansi yang baik dan efektif memampukan manajemen perusahaan
dan para pihak yang berkepentingan mendapatkan informasi secara cepat dan akurat
mengenai perusahaan, seperti dalam hal:
a. Aspek likuiditas perusahaan:
- Besarnya kas yang dimiliki perusahaan
- Besar saldo utang yang harus dilunasi perusahaan
b. Utilisasi dan probabilitas perusahaan:
- Banyaknya asset yang dimiliki perusahaan
- Besarnya laba yang dihasilkan perusahaan
c. Besarnya dividen yang bisa dibagikan kepada perusahaan
d. Kinerja operasional perusahaan
B. Terminology Dasar
Terminologi dasar diperlukan dalam mengumpulkan data akuntansi, diantaranya:
a. Kejadian (event) peristiwa yang berpengaruh
b. Transaksi (transaction) kejadian eksternal yang melibatkan transfer atau
pertukaran antara dua entitas atau lebih.
c. Akun (account) catatan sistematis yang memperlihatkan pengaruh dari transaksi
dan kejadian lainnya terhadap unsur tertentu.
d. Akun riil dan nominal akun riil (permanen) adalah akun-akun asset, kewajiban,
dan ekuitas, yang muncul pada neraca sementara akun nominal (temporer) adalah
akun-akun pendapatan, beban, dan dividen yang muncul pada laporan rugi/laba.
e. Buku besar (ledger) buku yang mengandung akun-akun. Buku besar umum berisi
akun-akun asset, kewajiban, ekuitas pemilik, pendapatan, dan beban. Buku besar
pembantu berisi rincian yang berhubungan dengan akun buku besar tertentu.
f. Jurnal buku pencatatan awal dimana transaksi dan kejadian-kejadian lainnya
dicatat pertama kali.
g. Pemindahbukuan (posting) proses pemindahan fakta-fakta dan angka-angka
penting dari jurnal kea kun buku besar.
h. Neraca saldo (trial balance) daftar semua akun terbuka dalam buku besar beserta
saldonya. Neraca saldo setelah penyesuaian tercipta setelah semua penyesuaian
dipindahkan ke buku besar. Neraca saldo setelah penutupan tercipta setelah semua
ayat jurnal penutup dipindahkan ke buku besar.
i. Ayat jurnal penyesuaian (adjusting entries) ayat jurnal yang dibuat pada akhir
periode akuntansi untuk memperbaharui semua akun menurut akuntansi akrual.
j. Laporan keuangan neraca, laporan rugi/laba, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas, catatan atas laporan keuangan.
k. Ayat jurnal penutup proses formal yang dipakai untuk mengurangi semua akun
nominal menjadi nol dan menentukan serta mentranfer rugi/laba bersih kea kun
ekuitas pemilik.
C. Persamaan Dasar Akuntansi
Klasifikasi akun-akun yang terdapat dalam laporan keuangan antara lain:
- Asset
- Liabilitas
- Ekuitas
- Pendapatan
- Beban
Sistem pecatatan akuntansi yang digunakan secara umum oleh perusahaan adalah
sistem [embukuan ganda (double-entry system), yaitu apabila ada suatu pencatatan
yang dibuat perusahaan, akan ada dampak ganda yaitu minimal satu pencatatan di
sisi debit dan satu pencatatan di sisi kredit.
Debit (D) Kredit (K)
Akun Aset Meningkat (+) Menurun (-)
Akun Liabilitas Menurun (-) Meningkat (+)
Akun Ekuitas Menurun (-) Meningkat (+)
Akun Pendapatan Menurun (-) Meningkat (+)
Akun Beban Meningkat (+) Menurun (-)
Jurnal Pembalik
Referensi: Jurnal
Intermediate Accounting: IFRS Edition Volume I oleh Donald E Kieso dan Jerry
J W.
Neraca saldo setelah Posting ke Buku Besar
penutupan
Akuntansi Keuangan Menengah I oleh Hessy Erlisa Frasti.
Rerangka Bab
A. Laporan Laba/Rugi
Pengertian
Laporan laba/rugi (income statement) adalah laporan yang mengukur keberhasilan
operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Laporan ini menyediakan
informasi yang diperlukan oleh investor dan kreditor dalam memprediksi jumlah,
penetapan waktu, dan ketidakpastian dari arus kas masa depan.
Kegunaan Laporan Laba/Rugi
Kegunaan Laporan Laba-rugi bagi pengguna laporan keuangan :
1. Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan untuk memprediksi kinerja masa
depan
Investor menggunakan informasi ini untuk memprediksi laba dan arus kas
masa depan yang kemudian dijadikan dasar untuk memprediksi harga saham
dan dividen perusahaan di masa depan. mengetahui kinerja perusahaan dan
membandingkannya dengan pesaing.
Kreditor menggunakan informasi ini untuk mengetahui kemampuan calon
debitor dalam menghasilkan arus kas masa depan yang diperlukan untuk
membayar beban bunga dan membayar pokok pinjaman.
Manajemen menggunakan informasi ini untuk memprediksi pencapaian
target laba yang berpengaruh terhadap bonus yang diberikan kepada para
manajer.
2. Membantu menilai risiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas masa depan
dalam rangka menentukan profitabilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit.
Keterbatasan Laporan Laba/Rugi
Laba bersih merupakan suatu estimasi dan mencerminkan sejumlah asumsi, sehingga
memiliki keterbatasan, diantaranya:
1. Pos-pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak dilaporkan dalam laporan
laba-rugi. Misalnya keuntungan dan kerugian yang belum terealisasi atas
sekuritas investasi tertentu.
2. Laba yang dilaporkan dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan. Jika
dua perusahaan menggunakan metode penyusutan yang berbeda, laba yang
dihasilkan juga akan berbeda.
3. Pengukuran laba (penghasilan dan biaya) melibatkan pertimbangan (judgement)
manajemen. Misalnya pertimbangan dalam mengestimasi kewajiban atas klaim
garansi dan pengakuan penghapusan piutang tak tertagih, ada yang
melakukannya dengan optimistis, sehingga menyebabkan biaya yang lebih
rendah dan laba yang lebih tinggi.
Kualitas Laba
Setiap perusahaan pasti menginginkan agar harga saham dan nilai opsi saham
manajemen meningkat, sehingga perusahaan memiliki insentif/dorongan untuk
mengelola laba (manajemen laba) guna memenuhi target laba dengan kata lain
membuat laba terlihat kurang berisiko. Manajemen laba merupakan tindakan
mengatur waktu pengakuan pendapatan, biaya, keuntungan atau kerugian agar
mencapai informasi laba tertentu yang diinginkan tanpa melanggar ketentuan dalam
standar akuntansi.
Misalnya, manajemen laba dilakukan dengan mengakui pendapatan lebih awal, laba
perusahaan periode berjalan akan meningkat dan target laba akan tercapai. Atau bisa
juga dengan mengakui pendapatan periode berjalan pada periode berikutnya untuk
menaikkan laba periode mendatang.
PT PENENGAH
Laporan Laba-Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2015
(dalam ribuan Rupiah)
Pendapatan
Penjualan bersih 3.000.000
Pendapatan dividen 100.000
Pendapatan sewa 70.000
Total pendapatan 3.170.000
Beban
Harga pokok penjualan 1.900.000
Beban penjualan 450.000
Beban administrasi 350.000
Beban bunga 125.000
Total beban selain pajak (2.825.000)
Laba sebelum pajak 345.000
Pajak penghasilan (65.000)
Laba tahun berjalan 280.000
Laba per saham biasa 2.8
Tampilan 1. Laporan Laba-Rugi Bentuk Langsung
Tiga subtotal yang harus ada ketika menghitung laba bersih metode ini adalah:
1. Pendapatan penjualan bersih
2. Laba kotor atas penjualan
3. Laba operasi (laba setelah pajak)
PT PENENGAH
Laporan Laba-Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2015
(dalam ribuan Rupiah)
Pendapatan Penjualan
Penjualan 3.080.000
Dikurangi: Diskon Penjualan 25.000
Retur penjualan & penurunan harga 55.000 (80.000)
Beban Operasi
Beban Penjualan
Gaji & komisi penjualan 210.000
Gaji kantor-penjualan 60.000
Travel & hiburan 45.000
Beban iklan 40.000
Beban angkut & transportasi-keluar 40.000
Beban perlengkapan pengiriman 25.000
Beban telepon & internet 15.000
Penyusutan peralatan penjualan 15.000 450.000
Beban Administrasi
Gaji pimpinan 180.000
Gaji kantor 70.000
Beban jasa hukum & professional 25.000
Beban utilitas 25.000
Beban asuransi 15.000
Penyusutan bangunan 18.000
Penyusutan peralatan kantor 12.000
Beban kantor rupa-rupa 5.000 350.000 800.000
Laba dari operasi 300.000
Pendapatan dan Keuntungan Lainnya
Pendapatan dividen 100.000
Pendapatan sewa 70.000 170.000
470.000
Beban dan Kerugian Lainnya
Beban bunga obligasi (125.000)
Laba sebelum pajak penghasilan 345.000
Pajak penghasilan (65.000)
Laba bersih 280.000
Laba per saham biasa 2.8
Tampilan 2. Laporan Laba-Rugi Bertahap
Pos-pos luar biasa didefinisikan sebagai pos-pos material yang jarang muncul, yang
secara signifikan berbeda dengan aktivitas bisnis utama perusahaan. Kriteria pos-pos
luar biasa adalah sebagai berikut :
Kejadian atau transaksi yang mendasari harus merupakan jenis yang tidak
diharapkan akan terjadi kembali dimasa mendatang dengan memperhitungkan
lingkungan dimana perusahaan beroperasi.
Keuntungan dan kerugian dibawah ini tidak termasuk dalam pos luar biasa :
b. Keuntungan atau kerugian dari pertukaran atau tranlasi valuta asing, termasuk
yang berhubungan dengan devaluasi dan revaluasi berskala besar.
d. Keuntungan atau kerugian lain dari penjualan atau pembebasan property, pabrik,
atau peralatan yang dipakai dalam operasi.
e. Pengaruh pemogokan termasuk yang dialami oleh pesaing dan pemasok penting.
Hal diatas tidak termasuk dalam pos luar biasa karena bersifat biasa dan diperkirakan
akan terjadi sebagai akibat dari aktivitas bisnis yang normal atau berlanjut.
5. Perubahan estimasi
Perubahan estimasi tidak dipandang sebagai kesalahan atau pos-pos luar biasa.
Estimasi selalu melekat pada proses akuntansi. Misalnya, perusahaan mengestimasi
umur manfaat dan nilai sisa aktiva yang dapat disusutkan, piutang tak tertagih,
keusangan persediaan, dan jumlah periode yang diharapkan atas manfaat dari
pengeluaran tertentu. Karena berlalunya waktu, perubahan kondisi, atau informasi
baru yang diperoleh, bahkan estimasi yang pada awalnya dibuat dengan niat baik
harus diubah. Perubahan estimasi seperti ini disajikan dalam periode terjadinya
perubahan itu jika hanya mempengaruhi periode bersangkutan, atau dalam periode
terjadinya perubahan serta periode dimasa depan jika perubahan itu mempengaruhi
keduanya.
6. Koreksi kesalahan
V. GILL INC.
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2007
V. GILL INC.
Laporan Laba Rugi Komprehensif
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2007
V. GILL INC.
Laporan Ekuitas Pemegang Saham
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2007
Akumulasi Laba
Laba Laba Komprehensif Saham
Total komprehensif Ditahan Lainnya Biasa
RERANGKA
Elemen Klasifikasi
Klasifikasi Penyusutan
Format Pengungkapan
Pengungkapan
Kelompok pos yang umum terdapat dalam laporan posisi keuangan antara lain:
1. Asset. Merupakan manfaat ekonomi yang mungkin diperoleh di masa depan atau
dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa
lalu.
2. Liabilitas. Pengorbanan manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan
yang berasal dari liabilitas berjalan entitas tertentu untuk mentransfer asset atau
menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa depan sebagai hasil dari transaksi
atau kejadian masa lalu.
3. Ekuitas. Kepentingan residu dalam asset sebuah entitas setelah dikurangi dengan
kewajiban-kewajbannya.
C. Klasifikasi
Dari elemen/pos utama di atas, dapat diklasifikasikan lagi menjadi beberapa
subklasifikasi, antara lain:
1. Aset lancar
Asset lancar adalah kas dan asset lainnya yang diharapkan akan dapat dikonversi
menjadi kas, dijual, atau dikonsumsi dalam satu tahun atau dalam satu siklus
operasi, tergantung mana yang paling lama. Siklus operasi adalah waktu rata-rata
antara akuisisi bahan dan perlengkapan dengan realisasi kas melalui penjualan
produk. Asset lancar disajikan dalam laporan posisi keuangan menurut urutan
likuiditas, yaitu:
Pos-pos Dasar Penilaian
Kas dan ekuivalen kas Nilai wajar
Investasi jangka pendek Nilai wajar (pada umumnya)
Piutang Estimasi jumlah yang tertagih
Persediaan Harga perolehan atau pasar yang lebih
Beban dibayar di muka rendah
Harga perolehan
a. Kas
Kas pada umumnya terdiri dari mata uang atau demand deposit. Ekuivalen kas
adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid dan akan jatuh tempo dalam
jangka waktu kurang dari sama dengan tiga bulan.
Namun, tidak semua pos-pos di atas dapat dikatakan likuid, tergantung dengan
berapa lama dapat terealisasi. Misalnya, kas yang dibatasi untuk tujuan di luar
pembayaran kewajiban lancar, maka tidak dilaporkan dalam asset lancar.
Sebagai contoh kas yang dibatasi untuk pembayaran kewajiban lancar dengan
yang selain untuk pelunasan kewajiban lancar:
Tampilan 1. Kas yang dibatasi – bagian lancar di Neraca
Asset lancar
Kas Rp 20.000.000
Kas dan investasi yang dibatasi Rp 5.000.000
c. Piutang
Setiap kerugian yang diantisipasi akibat piutang tak tertagih, jumlah, san sifat
dari setiap piutang non-dagang serta setiap piutang yang digunakans ebagai
jaminan harus diidentifikasikan secara jelas. Kategori utama piutang harus
disajikan dalam neraca atau catatan terkait. Untuk piutang yang berasal dari
transaksi tidak biasa seperti penjualan property atau pinjaman kepada afiliasi
atau karyawan, perusahaan harus mengklasifikasikannya secara terpisah
sebagai piutang jangka panjang, kecuali diperkirakan akan diterima dalam
waktu setahun.
d. Persediaan
Untuk menyajikan persediaan secara tepat, dasar penilaian (mana yang
terendah antara biaya atau harga pasar) dan metode penetapan harga (FIFO atau
LIFO) harus diungkapkan.
Aset lancar
Kas termasuk investasi jangka pendek Rp Rp 45.000.000
25.000.000 Rp 16.000.000
Piutang usaha, dikurangi penyisihan Rp 2.000.000 Rp 42.000.000
Persediaan Rp 30.000.000
Beban dibayar di muka Rp 15.000.000
Aset lancar lainnya
Investasi
Investasi ekuitas Rp 10.000.000
Investasi lainnya Rp 15.000.000
Rp 10.000.000
Penyesuaian nilai wajar sekuritas yg tersedia-untuk- Rp 35.000.000
dijual
Total
d. Aset lainnya
Umumnya pos-pos ini meliputi beban dibayar di muka jangka panjang, biaya
pensiun dibayar di muka, piutang tidak lancar, asset dalam dana khusus, pajak
penghasilan yang ditangguhkan, property yang dipegang-untuk-dijual, dan kas
atau sekuritas yang dibatasi.
3. Kewajiban
a. Kewajiban Lancar
Kewajiban lancar adalah kewajiban yang diperkirakan secara memadai akan
dilikuidasi melalui penggunaan asset lancar atau penciptaan kewajiban lancar
lainnya. Konsep ini meliputi:
Utang yang berasal dari akuisisi barang dan jasa: utang usaha, utang gaji,
utang pajak, dll.
Penagihan yang diterima di muka sebelum barang dikirimkan atau jasa
diberikan seperti pendapatan sewa yang belum dihasilkan atau pendapatan
langganan yang belum dihasilkan.
Kewajiban lain yang likuidasinya akan dilakukan dalam siklus operasi
seperti bagian obligasi jangka panjang yang harus dibayarkan dalam periode
berjalan, atau kewajiban jangka pendek yang berasal dari pembelian
peralatan
Tampilan 100. Kewajiban Lancar di Neraca
Kewajiban lancar
Wesel bayar jangka pendek Rp 5.000.000
Utang usaha Rp 10.000.000
Kompensasi karyawan Rp 2.000.000
Pendapatan yang belum dihasilkan Rp 8.000.000
Utang pajak penghasilan Rp 3.000.000
Beban khusus-akrual Rp 3.000.000
Bagian lancar utang jangka panjang Rp 4.000.000
Kewajiban lancar lainnya Rp 2.000.000
Total kewajiban lancar Rp 32.000.000
Format Neraca
Bentuk susunan yang sering digunakan dalam penyajian neraca berklasifikasi adalah
format akun. Format akun, asset dicantumkan di sisi kiri dan kelompok liabilitas dan
ekuitas pemegang saham di sisi kanan. Kelemahan format ini adalah diperlukannya satu
halaman yang cukup lebar untuk menyajikan pos-pos tersebut saling berdampingan.
Untuk menghindari kelemahan tersebut maka disajikan format laporan posisi keuangan
dimana posisi liabilitas dan ekuitas berada tepat dibawah asset pada halaman yang sama.
Cara ini lebih unggul daripada catatan karena menampilkan informasi tambahan
dalam bagian muka laporan keuangan, sehingga kecil kemungkinannya untuk
diabaikan.
2. Catatan
Catatan akan digunakan jika penjelasan tambahan tidak dapat ditampilkan secara
bebas dalam tanda kurung. Contoh, metode kalkulasi persediaan dilaporkan dalam
catatan yang menyertai laporan keuangan :
International Paper Company
(Catatan 11)
Kategori utama persediaan adalah (dalam juta) :
Bahan baku Rp371
Barang jadi bubur kertas, kertas, dan pengemasan 1796
Barang jadi kayu dan papan 184
Perlengkapan operasi 351
Lain-lain 16
Total Persediaan Rp2.718
Metode persediaan LIFO digunakan untuk menilai sebagian barang persediaan
International Paper Company. Sekitar 70% dari total bahan baku dan barang jadi telah
dinilai dengan menggunakan metode ini. Apabila metode FIFO digunakan, maka saldo
total persediaan akan meningkat sekitar Rp170 juta.
Referensi silang ini menunjukkan bahwa utang obligasi sebesar Rp2.300.000 akan
ditebus dalam waktu dekat, dimana hanya kas sebesar Rp800.000 yang disisihkan.
Prosedur lain adalahmembuat akun kontra atau pembantu. Akun kontra adalah
pos neraca yang mengurangi baik akun asset, liabilitas, dan ekuitas. Contoh,
akumulasi penyusutan dan diskonto atas utang obligasi. Akun pembantu disisi
lain menaikkan baik akun asset. Liabilitas, dan ekuitas. Contoh, premi atas utang
obligasi, yang jika ditambahkan pada akun utang obligasi, akan memperlihatkan
total kewajiban obligasi perusahaan.
4. Skedul pendukung
Sering kali suatu skedul yang terpisah diperlukan untuk menyajikan informasi
yang lebih terinci mengenai asset atau kewajiban terentu, seperti berikut :
Properti, pabrik, dan peralatan
Tahan, bangunan, peralatan, dan asset tetap lainnya-bersih (skedul 3) Rp643.300
Skedul 3
TANAH, BANGUNAN, PERALATAN, & ASSET TETAP LAINNYA
Total Tanah Bangunan Peralatan Asset Tetap
Lainnya
Saldo, 1 Jan 2007 Rp740.000 Rp46.000 Rp358.000 Rp260.000 Rp76.000
Penambahan th 2007 161.200 120.000 38.000 3.200
901.200 46.000 478.000 298.000 79.200
Asset yg ditarik/dijual 31.700 27.000 4.700
Saldo, 31 Des 2007 869.500 46.000 478.000 271.000 74.500
Depr. Hingga 1 Jan 2007 196.000 102.000 78.000 16.000
Depr. tahun 2007 56.000 28.000 24.000 4.000
252.000 130.000 102.000 20.000
Depr. Atas Asset yg ditarik 25.800 22.000 3.800
Akum. Depr 31 Des 2007 226.200 130.000 80.000 16.200
Nilai Buku Asset Rp643.300 46.000 348.000 191.000 58.300
2. Sifat Bunga
Bunga adalah pembayaran untuk pemakaian uang. Bunga merupakan kelebihan
kas yang diterima atau dibayarkan kembali untuk dan diatas jumlah yang dipinjam
(pokok). Jumlah bunga yang harus dibayar umumnya dinyatakan sebagai suatu tariff
sepanjang periode waktu tertentu. Sebagai contoh, jika Tuan Ali meminjamkan
$10.000 sepanjang satu tahun sebelum membayar kembali $11.500, maka suku
bunganya adalah 15% per tahun (($11.500-$10.000)/$10.000). Salah satu faktor yang
paling penting dalam menentukan suku bunga adalah tingkat risiko kredit (risiko
tidak membayar). Jika faktor-faktor lainnya tidak berubah, maka semakin tingga
risiko kredit, semakin tinggi suku bunga.
Variabel-variabel dalam perhitungan bunga:
a. Pokok Bunga (Principal). Jumlah yang dipinjam atau diinvestasikan.
b. Suku Bunga (Interest Rate). Persentase dari pokok utang yang beredar.
c. Waktu (Time). Jumlah tahun atau bagian fraksional dari tahun ketika jumlah
pokok utang itu beredar.
Sehingga, hubungan ketiga variabel tersebut adalah sebagai berikut:
Semakin besar jumlah pokok utang, semakin besar jumlah bunga.
Semakin tinggi suku bunga, semakin besar jumlah bunga.
Semakin lama periode waktu, semakin besar jumlah bunga.
3. Bunga Sederhana
Bunga sederhana hanya dihitung pada jumlah pokoknya yang merupakan
pengembalian atas (atau pertumbuhan dari) pokok sepanjang satu periode waktu.
Bunga = p x i x n , di mana, p = pokok, i= suku bunga satu periode, n=jumlah
periode
Sebagai contoh, jika Tuan Ali meminjam $20.000 untuk jangka waktu 5 tahun dengan
suku bunga sederhana 8% per tahun, maka total bunga yang harus dibayar yaitu :
Bunga = p x i x n
= $20.000 x 8% x 5
= $8.000
Namun, jika Tuan Ali meminjam $20.000 untuk jangka waktu 3 bulan pada suku
bunga 8%, maka bunganya adalah :
Bunga = $20.000 x 8% x 3/12
= $400
4. Bunga Majemuk
Bunga majemuk dihitung atas pokok dan atas setiap bunga yang dihasilkan
tetapi belum dibayarkan atau ditarik. Bunga majemuk merupakan pengembalian atas
(atau pertumbuhan dari) pokok selama dua periode waktu atau lebih. Pemajemukkan
tidak hanya menghitung bunga atas pokok hutang tetapi juga atas bunga yang
dihasilkan sampai tanggal dari pokok itu, dengan mengasumsikan bunga ini disimpan
dalam deposito.
Sebagai contoh, Tuan Ali mendepositokan $20.000 pada bank A yang akan
membayar Bungan sederhana 9% per tahun dan tuan Ali mendepositokan lagi
$20.000 pada bank W yang akan membayar Bungan majemuk 9% per tahun yang
dimajemukkan secara tahunan. Dengan asumsi, tuan Ali tidak menarik setiap bunga
sampai 3 tahun sejak tanggal deposito dilakukan.
Bank A
Perhitungan bunga Bunga Akumulasi saldo Dari contoh di atas diketahui
sederhana Sederhana akhir tahun bahwa saldo akun bunga majemuk
Tahun 1 $20.000 x $ 1.800 $21.800 lebih besar daripada saldo akun bunga
9% $ 1.800 $23.600 sederhana karena pada bunga
Tahun 2 $20.000 x $ 1.800 $25.400 majemuk untuk menghitung bunga
9% $ 5.400 pada tahun berikutnya menggunakan
Tahun 3 $20.000 x akumulasi saldo yaitu pokok
9% ditambah bunga sampai tanggal itu
pada setiap akhir-tahun. Bank A
5. Variabel Fundamental Akumulasi
Perhitungan bunga Bunga
saldo akhir
Empat variabel berikut merupakan majemuk Majemuk
tahun
variabel fundamental bagi seluruh Tahun 1 $20.000 x $ 1.800 $21.800
masalah bunga majemuk: 9% $ 1.962 $23.762
1. Suku Bunga. Suku bunga ini, Tahun 2 $21.800 x $ 2.138 $25.900
kecuali dinyatakan lain, 9% $ 5.900
merupakan suku bunga Tahun 3 $23.762 x
tahunan yang harus 9%
disesuaikan untuk
mencerminkan lamanya periode pemajemukan jika kurang dari setahun.
2. Jumlah Periode Waktu. Ini adalah jumlah periode pemajemukan (satu periode
bisa sama atau kurang dari setahun).
3. Nilai Masa Depan. Nilai pada tanggal di masa depan dari jumlah tertentu atau
jumlah yang diinvestasikan dengan menggunakan bunga majemuk.
4. Nilai Sekarang. Nilai saat ini (sekarang) dari jumlah masa depan atau jumlah
yang didiskontokan dengan menggunakan bunga majemuk.
Hubungan antara keempat variabel fundamental tersebut diperlihatkan dalam
diagram waktu :
0 1 2 3 4 5
Jumlah Periode
B. Masalah Jumlah-Tunggal
Masalah-masalah jumlah tunggal dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu:
1. Menghitung nilai masa depan yang tidak diketahui dari jumlah uang tunggal
tertentu yang diinvestasikan sekarang sepanjang sejumlah periode tertentu pada
suku bunga tertentu.
2. Menghitung nilai sekarang yang tidak diketahui dari jumlah uang tunggal
tertentu di masa depan yang didiskontokan sepanjang sejumlah periode tertentu
pada suku bunga tertentu.
Perlakuan terhadap dua situasi:
1. Jika itu merupakan masalah nilai masa depan, maka semua arus kas harus
diakumulasi ke suatu titik di masa depan. Dalam hal ini, pengaruh bunga adalah
menaikkan jumlah atau nilai uang dari waktu ke waktu sehingga nilai masa depan
lebih besar dari nilai sekarang.
2. Jika itu merupakan masalah nilai sekarang, maka semua arus kas harus
didiskontokan dari masa depan ke masa kini. Dalam hal ini, pendiskontoan
mengurangi jumlah atau nilai uang sehingga nilai sekarang lebih kecil daripada
nilai masa depan.
1. Nilai Masa Depan dari Jumlah Tunggal
Untuk menentukan nilai masa depan dari suatu jumlah tunggal, kalikan faktor
nilai masa depan dengan nilai sekarang (pokok).
FV = PV(FVFn,i )
di mana
FV = Nilai masa depan
PV = Nilai sekarang (pokok atau jumlah tunggal)
FVFn,i = Faktor nilai masa depan untuk n periode pada suku bunga i
Sebagai contoh, berapa nilai masa depan dari $75.000 yang diinvestasikan Tuan Ali
selama 5 tahun dan dimajemukkan secara tahunan pada suku bunga 12%?
0 1 2 3 4 5
Jumlah Periode
n=5
FV = PV(FVFn,i )
= $75.000 (FVF5,12% )
= $75.000 (1 + 0,12)5
= $75.000 (1,76234)
= $132.176
Untuk menentukan faktor nilai masa depan (1,76234) di atas, dapat menggunakan
kalkulator atau tabel bunga majemuk yaitu Tabel 6-1 (kolom 12% dan baris 5
periode).
Nilai sekarang dari setiap jumlah tunggal (nilai masa depan) adalah sebagai
berikut:
PV = FV(PVFn,i )
di mana
PV = Nilai sekarang
FV = Nilai masa depan
PVFn,i = Faktor nilai sekarang untuk n periode pada suku bunga i
Sebagai contoh, berapa nilai sekarang dari $132.176 yang akan diterima atau
dibayarkan dalam 5 tahun jika didiskontokan pada 12% yang dimajemukkan secara
tahunan?
0 1 2 3 4 5
Jumlah Periode
n=5
PV = FV(PVFn,i )
= $132.176 (FVF5,12% )
= $132.176 (1/ (1 + 0,12)5)
= $132.176 (0,5674)
= $75.000
Jika tiga dari empat variabel (FV, PV, n, dan i ) diketahui, maka variabel tersisa yang
tidak diketahui bisa dihitung.
Contoh-Perhitungan Jumlah Periode (n)
Tuan Ali ingin mengumpulkan $75.000 untuk membuat taman bermain. Jika pada
awal tahun berjalan Tuan Ali mendepositokan $44.500 dalam sebuah bank yang
menyediakan bunga 11% yang dimajemukkan secara tahunan, berapa tahun yang
akan dibutuhkan sampai dana tersebut terakumulasi menjadi $75.000 ?
Diketahui:
PV = $44.500
FV = $75.000
i = 11%
n =?
Pendekatan Nilai Masa Depan Pendekatan Nilai Sekarang
FV = PV(FVFn ,11% ) PV = FV(PVFn ,11% )
$75.000 = $45.000 (FVFn, 11%) $44.500 = $75.000 (PVFn, 11%)
$75.000 $44.500
(FVFn, 11%) = (PVFn, 11%) =
$44.500 $75.000
(FVFn, 11%) = 1,68539 (PVFn, 11%) = 0,59333
Dengan menggunakan faktor nilai masa depan sebesar 1,68639 diperoleh jumlah
periode 5 tahun dengan melihat pada Tabel 6-1 kolom 11% dan jumlah sebesar
1,86839 ada di baris periode 5 tahun. Begitu halnya dengan pendekatan nilai sekarang
yang akan diperoleh jumlah periode 5 tahun dengan melihat Tabel 6-2.
C. Anuitas
Anuitas mengharuskan bahwa,
a. Pembayaran atau penerimaan periodeik – yang (disebut sewa) selalu berupa
jumlah yang sama
b. Interval waktu diantara sewa dan pembayaran tersebut selalu sama
c. Bunga dimajemukkan sekali setiap interval
Dengan menggunakan table “nilai masa depan dari anuitas biasa sebesar 1,
diperoleh penyelesaian sebagai berikut :
4. Nilai Sekarang dari Anuitas Biasa
Nilai sekarang dari anuitas adalah jumlah tunggal (single sum) yang, jika
diinvestasikan pada bunga majemuk sekarang, akan menyediakan suatu anuitas
(serangkaian penarikan) selama sejumlah periode tertentu di masa depan.
Rumus umum untuk nilai sekarang dari setiap anuitas biasa adalah :
Nilai Sekarang dari anuitas biasa = R (PVF-OAn,i)
dimana R = sewa/pembayaran periodik (anuitas biasa)
PVF-OAn,i = nilai sekarang dari anuitas biasa sebesar 1untuk n periode pada bunga
i
Karena setiap arus kas muncul tepat satu periode lebih cepat dalam nilai sekarang
dari anuitas jatuh tempo, maka nilai sekarang dari arus kas ini adalah tepat 12%
lebih tinggi daripada nilai sekarang anuitas biasa. Jadi, factor nilai sekarang dari
anuitas jatuh tempo dapat dihitung dengan mengalikan factor nilai sekarang dari
anuitas biasa dengan 1 ditambah suku bunga (y + i).
6. Contoh Soal Nilai Sekarang dari Anuitas
a. Perhitungan nilai sekarang dari anuitas biasa
Misal, Dinda baru saja memenangkan undian yang bernilai total $4,000,000
dan mengetahui bahwa Dinda akan dibayar dengan cek yang berjumlah
$200,000 pada akhir tahun selama 20 tahun mendatang. Berapa jumlah
sebenarnya yang Dinda menangkan? Yaitu, berapa nilai sekarang dari cek
bernilai $200,000 yang akan Dinda terima selama 20 tahun?
0 1 2 3 4 5 6
Jumlah Periode
n=3
(3 periode pertama diabaikan)
b. Nilai Sekarang dari Anuitas yang Ditangguhkan
Joko telah mengembangkan dan mempatenkan program perangkat lunak
komputer yang dapat membantu proses belajar mahasiswa. Dia setuju menual
hak-cipta tersebut kepada Awesome Micro System dengan enam pembayaran
tahunan yang bernilai masing-masing $5.000. Pembayaran dimulai 5 tahun dari
sekarang dengan suku bunga tahunan 8%, maka nilai sekarang dari keenam
pembayaran tersebut adalah:
i = 8%
PV = ? R=$5.000 $5.000 $5.000 $5.000 $5.000 $5.000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
n=4 n=6
Selain itu, masalah seperti ini juga dapat dihitung dengan tabel 6-2 dan tabel 6-
4 dengan terlebih dahulu mendiskontokan anuitas 6 periode. Karena anuitas
ditangguhkan 4 periode, maka nilai sekarang anuitas itu harus diperlakukan
sebagai jumlah masa depan yang akan didiskontokan selama 4 periode lagi.
Berikut penyelesaiannya:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
FV (PVFn.i) R (PVF-OAn.i)
Langkah 1 = R (PVF-OAn.i)
= $5.000 (PVF-OA6.8%)
= $5.000 (4,62288) Tabel 6-4
= $23.114,40
Langkah 2 = FV (PVFn.i)
= $23.114,40 (PVF4.8%)
= $23.114,40 (0,73503) Tabel 6-2
= $16.989,78
A. Pengertian
Kas adalah aktiva yang paling likuid, merupakan media pertukaran standard dan
dasar pengukuran serta akuntansi untuk semua pos-pos lainnya. Kas memiliki, memiliki 2
kriteria, yaitu:
1. Tersedia; berarti kas harus ada dan dimiliki serta dapat digunakan sehari-hari sebagai
alat pembayaran untuk kepentingan perusahaan
2. Bebas; setiap item dapat diklasifikasikan sebagai kas, jika diterima umum sebagai
alat pembayaran sebesar nilai nominalnya.
B. Sifat/Karakteristik kas:
Kas meliputi: Uang tunai (kertas/logam) baik yang ada ditangan perusahaan (Cash in
hand) atau ada di bank (bank), Cek, demand deposit, money order dll.
Aktif tapi tidak produktif; untuk memperoleh rentabilitas, kas tidak boleh dibiarkan
menganggur (idle cash). Untuk memperoleh pendapatan, kas harus diubah terlebih
dahulu menjadi persediaan, piutang dst. Tetapi juga tdk diperkenankan seluruh kas
diubah bentuknya, karena perusahaan akan kesulitan beroperasi apbl tidak disediakan
kas yang memadai. Dari kondisi ini maka manajemen harus mampu menciptakan
adanya keseimbangan antara kedua kepentingan tersebut.
C. Manajemen Kas
Kas adalah aktiva yang paling mudah untuk disalahgunakan. Permasalahan akuntansi
yang biasanya dihadapi oleh manajemen dalam transaksi kas adalah:
a. Pengendalian yang tepat harus ditetapkan untuk menjamin bahwa tidak ada
transaksi yang tidak diotorisasi dicatat oleh pejabat atau karyawan.
b. Informasi yang diperlukan untuk manajemen kas yang ada ditangan dan transaksi
kas harus tersedia.
Untuk melindungi kas dan menjamin keakuratan catatan akuntansi untu kas,
pengendalian internal (internal contro) yang efektif atas kas merupakan keharusan.
Adalah semua sarana, alat, mekanisme yang digunakan oleh perusahaan untuk:
D. Pengawasan Internal
Tanggung jawab yang terkait harus dilaksanakan oleh fungsi-fungsi yang terpisah
F. Pelaporan Kas
Walaupun pelaporan kas secara relative bersifat langsung, namun terdapat sejumlah
masalah yang perlu mendapat perhatian khusus. Masalah-masalah ini berhubungan
dengan palaporan, yakni:
- Saldo Kompensasi, adalah saldo kas minimum yang harus tersedia dalam rekening
giro atau tabungan, bagi para nasabah yang meminjam uang kepada bank yang
bersangkutan.
- Kas kecil, penggajian dan dana deviden, juga merupakan contoh kas yang
disisihkan untuk tujuan tertentu,
- Cek Mundur (Postdated Checks), cek yang dapat diuangkan pada tanggal yang
tercantum dalam cek tersebut. Cek mundur dapat diklasifikasikan sbg kas setelah
tanggal cek tsb dapat diuangkan
- Cek kosong (Not sufficient funds), terjadi karena rekening koran perusahaan yang
mengeluarkan cek tidak mempunyai dana, cek dalam keadaan rusak atau kesalahan
informasi yang tercantum dlam cek. Item ini lebih tepat dilaporkan sebagai piutang
daripada kas
- Biaya yang dibayar dimuka, item seperti perangko, uang muka karyawan, asuransi
dibayar dimuka, sewa dibayar dimuka, lebih tepat dilaporkan sebagai biaya dibayar
dimuka drpd kas
- Cek yang belum dikirimkan (undelivered checks), cek yang telah dibuat tetapi
belum diserahkan kepada pihak yang berhak menerima. Jika pada tanggal neraca
terdapat item seperti ini, maka dapat diklasifikasikan sebagai kas.
- Kas yang dibatasi (restricted cash) diklasifikasi dalam kelompak Aktiva Lancar
atau Aktiva Jangka Panjang, tergantung pada tanggal ketersediaan atau
pengeluaran.
b. Overdraft Bank
Terjadi apabila suatu cek ditulis dalam jumlah yang melebihi rekening kas.
Hal itu harus dilaporkan dalam kelompok kewajiban lancar dan biasanya
ditambahkan ke dalam jumlah yang dilaporkan sebagai hutang usaha.
c. Ekuivalen kas
Merupakan investasi jangka pendek yang sangat likuid, yang:
- Begitu dekat dengan jatuh temponya sehingga risiko perubahan suku bunga
tidak signifikan.
Kas atau Bank, digunakan untuk menampung transaksi penerimaan dan pengeluaran kas
melalui kasir (di dalam perusahaan), termasuk penerimaan dari dan pengeluaran
(setoran tunai ke bank).
Kas Kecil, Merupakan sejumlah dana yang dibentuk khusus untuk pengeluaran yang
bersifat rutin dan relatif kecil jumlahnya. Kas kecil yang jumlahnya dibatasi itu, secara
periodik atau setiap uang kas kecil hampir habis diisi kembali.
Selisih kas, digunakan untuk menampung perbedaan jumlah fisik kas berdasarkan cash
opname dengan jumlah kas menurut catatan pembukuannya. Hal ini bersifat sementara
saja, sebelum sebab terjadinya selisih ditemukan
1) Seseorang yang ditugasi untuk mengawasi kas kecil diberikan sejumlah kecil uang
untuk melakukan pembayaran bernilai kecil.
Kas - 300.000
2) Ketika pengeluaran di lakukan, pengawas kas kecil mendapatkan tanda terima yang
telah ditanda-tangani dari setiap individu yang menerima pembayaran kas tersebut.
Petugas ini tidak melakukan pencatatan sampai dana diisi kembali.
Ayat jurnal terkait dicatat oleh orang yang berbeda, bukan oleh pengawas kas kecil.
3) Ketika kas kecil mulai menipis, pengawas dapat meminta tambahan kas dari kasir
umum untuk pengisian kembali yang didukung oleh tanda terima kas kecil dan bukti
pengeluaran lain.
Kas 173.000
Misal untuk penurunan dana kas kecil dari 300.000 menjadi 250.000.
Kas 50.000 -
Pada sistem ini akun kas kecil dipakai untuk mencatat transaksi yang mempengaruhi
jumlah kas kecil, diantaranya:
Pencatatan dilakukan segera setelah terjadi pengeluaran kas kecil, tidak ditangguhkan s.d.
saat pengisian kembali dana kas kecil (spt pada sisitem dana tetap). Akun kas kecil pada
dasarya harus menunjukkan saldo pada setiap saat sebesar jumlah dana kas kecil yang ada
di kasir kas kecil.
Oleh karena itu maka pada sistem ini harus diselenggarakan buku jurnal khusus (tersendiri)
Contoh kasus:
Pada tanggal 31 Desember 2005, PT. Shifa membentuk dana kas kecil sebesar Rp.
250.000. Berikut transaksi yang berhubungan dengan kas kecil selama bulan Desember
2005:
20 Desember pengisian kembali dana kas kecil, cek sebesar Rp. 196.500 diserahkan
kepada kasir kas kecil
Contoh:
1. kas bon perjalanan dinas Direktur Utama Rp. 150.000 tertgl. 29/12
2. Uang kertas Rp. 24.750
3. Uang logam Rp. 6.250
4. Perangko yang belum terpakai Rp. 3.750
Karena dalam neraca, kas (termasuk kas kecil) harus disajikan sebesar jumlah uang yang benar-
benar ada, maka berdasar kas opname tadi perlu dibuat jurnal penyesuaian sbb: Jurnal
penyesuaian:
D. REKONSILIASI BANK
Dalam pengelolaan kas perusahaan, setiap penerimaan perusahaan sebaiknya harus disetorkan
ke bank dan sebaliknya pengeluaran perusahaan harus menggunakan cek. Praktek tersebut
sering menyebabkan timbulnya perbedaan antara: saldo kas menurut catatan perusahaan dan
saldo kas menurut catatan bank. Pada waktu akan menyusun laporan keuangan, perusahaan
harus tahu saldo kas (termasuk kas kecil) yang tepat untuk dilaporkan di Neraca.
Rekonsiliasi bank adalah skedul yang menjelaskan setiap perbedaan antara catatan kas bank
dengan catatan kas perusahaan.
Apabila perbedaan ini hanya berasal dari transaksi yang belum dicatat oleh bank, maka catatan
kas perusahaan dianggap yang benar.
Namun apabila beberapa bagian dari perbedaan itu berasal dari pos-pos lain, maka catatan bank
atau catatan perusahaan harus disesuaikan.
Berikut di bawah ini ikhtisar yang menyebabkan adanya perbedaan saldo menurut catatan
perusahaan dan bank:
Halaman 6 dari
pencatatannya
4. Tagihan wesel & Bunga Belum menambah saldo Sudah menambah saldo
Kas Kas
bank
Jenis dan tujuan rekonsiliasi bank
benar
Catatan: Rekonsiliasi dua kolom pada umumnya dibuat oleh perusahaan, sedangkan
rekonsiliasi empat dan delapan kolom dibuat oleh akuntan pemeriksa (auditor)
CONTOH
PT. “VAN PERSIE” mempunyai kas dan menerima laporan bank untuk bulan Januari
Laporan Bank:
Pengeluaran bulan Januari Rp. 120.640.500 (termasuk cek beredar bulan desember 2002 yang
baru dicairkan pada bulan Januari 2003 Rp. 4.052.500, Biaya bank Rp. 15.800 dan biaya
penagihan wesel Rp. 62.500, Serta Cek Kosong Rp. 594.700)
Catatan Perusahaan:
Penerimaan bulan Januari Rp. 104.285.000 (termasuk setoran 31 Januari diterima bank 1
Februari 2003 Rp. 3.292.500)
Pengeluaran bulan Januari Rp. 119.524.150 (termasuk cek beredar bulan Januari belum
dicairkan sampai akhir Januari Rp. 3.519.150)
Perusahaan salah mencatat pengeluaran Rp. 230.000, dicatat Rp. 320.000 dalam buku
perusahaan (cek sudah ditulis dengan benar)
Kesalahan yg Kesalahan yg
penambahan penambahan
Dikurangi: Dikurangi:
Kesalahan yg • Kesalahan yg
pengurangan pengurangan
PT “VAN PERSIE”
Rekonsiliasi Mencari Saldo Yang Benar
Per 31 Januari 2003
Saldo (akhir) per Rp. 12.762.450 Saldo (akhir) per Rp. 14.898.600
perusahaan bank
Ditambah: Ditambah:
bank perjalanan
Dikurangi: Dikurangi:
wesel
Saldi yang benar Rp. 14.671.950 Saldo yang benar Rp. 14.671.950
REKONSILIASI EMPAT KOLOM
PT “VAN PERSIE”
Setoran dlm
perjalanan:
31/1/198
8 3.292.500 - 3.292.500
Cek yang
beredar
sampai:
31/1/198
8 - - 3.519.150 (3.519.150)
Wesel
ditagihkan bank - (2.492.500) - (2.492.500)
Saldo per
Perush. Rp. 28.001.600 Rp. 104. 285.000 Rp. 119.524.150 Rp. 12.762.450
PT “VAN PERSIE”
Saldo menurut
bank Rp. 29.477.100 Rp. 106. 062.000 Rp. 120. 640. 500 Rp. 14.898.600
Setoran dlm
perjalanan:
Saldo menurut Rp. 28.001.600 Rp. 104.285.000 Rp. 119.524.150 Rp. 12.762.450
perusahaan
Wesel ditagihkan
bank - 2.492.500 - 2.492.500
Saldo per Perush. Rp. 28.001.600 Rp. 106.777.500 Rp. 120.107.150 Rp. 14.671.950
A. KLASIFIKASI DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN
a. Klasifikasi
Persediaan (Inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual
dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat
barang yang akan dijual. Pada perusahaan dagang, biasanya hanya ada satu akun persediaan, yaitu
akun Persediaan Barang Dagang yang muncul dalam laporan keuangan. Sementara pada
perusahaan manufaktur, biasanya memiliki tiga akun persediaan yaitu akun Persediaan Bahan
Baku, Persediaan Barang Dalam Proses, dan Persediaan Barang Jadi.
Persediaan bahan baku (raw materials inventory) mencakup biaya yang dibebankan ke
barang dan bahan baku yan ada di tangan tetapi belum dialihkan ke produksi, yang dapat ditelusur
secara langsung ke produk akhir. Persediaan barang dalam proses (work in process inventory)
mencakup biaya bahan baku untuk produk yang telah dibuat tetapi belum selesai, ditambah biaya
tenaga kerja langsung yang diaplikasikan secara khusus ke bahan baku ini, dan biaya overhead
yang dialokasikan. Sedangkan persediaan barang jadi (finished goods inventory) mencakup biaya
yang berkaitan dengan produk yang telah selesai tetapi belum terjual pada akhir periode.
Tabel 1. Tampilan Persediaan pada Neraca
b. Pengendalian
Terdapat dua sistem pengendalian perusahaan, yaitu:
1. Sistem Perpetual
Sistem perpetual secara terus-menerus melacak perubahan akun Persediaan yaitu
semua pembelian dan penjualan (pengeluaran) barang dicatat secara langsung ke
akun Persediaan pada saat terjadi. Kerakteristik akuntansi dari sistem persediaan
perpetual adalah:
a. Pembelian barang dagang untuk dijual atau pembelian bahan baku untuk
produksi didebet ke Persediaan dan bukan ke Pembelian.
b. Biaya transportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan harga serta diskon
pembelian didebet ke Persediaan dan bukan ke akun terpisah.
c. Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan dengan mendebet akun
Harga Pokok Penjualan dan mengkredit Persediaan.
d. Persediaan merupakan akun pengendali yang didukung oleh buku besar
pembantu yang berisi catatan persediaan individual. Buku besar pembantu
memperlihatkan kuantitas dan biaya dari setiap jenis persediaan yang ada di
tangan.
2. Sistem Periodik
Pada sistem periodik, kuantitas persediaan di tangan ditentukan. Semua pembelian
persediaan selama periode akntansi dicatat dengan mendebet akun Pembelian. Total
akun Pembelian di akhir periode akuntansi ditambahkan ke biaya persediaan di
tangan pada awal periode untuk menetukan total biaya barang yang ersedia dijual
selama periode berjalan. Kemudian total biaya barang yang tersedia dijual dikurangi
dengan persediaan akhir untuk menentukan harga pokok penjualan. Sehingga dalam
sistem periodik, harga pokok penjualan adalah jumlah residu yang tergantung pada
hasil perhitungan persediaan akhir secara fisik. Di luar dari kedua sistem tersebut,
beberapa perusahaan menerapkan sistem perpetual yang dimodifikasi, dimana
hanya penurunan dan kenaikan kuantitas, bukan jumlah dollar yang disimpan dalam
catatan persediaan yang terinci.
Sementara jika terdapat perbedaan saldo persediaan perpetual dengan hasil
perhitungan fisik, diperlukan suatu ayat jurnal terpisah untuk menyesuaikan akun
persediaan perpetual sebesar selisihnya.
Jika perhitungan fisik < saldo perpetual
Kekurangan Persediaan xxx
Persediaan xxx
1. FOB (Free on Board) shipping point. Kepemilikan barang menjadi milik pembeli
pada saat diserahkan oleh penjual kepada penyelenggara transportasi atau pihak
perusahaan pengirim barang yang independen.
2. FOB (Free on Board) destination point. Kepemilikan barang masih berada di penjual
sampai barang tersebut diterima oleh pembeli.
b. Barang Konsinyasi
Konsinyasi merupakan salah satu metode pemasaran khusus untuk produk-produk tertentu.
Dalam hal ini ada dua pihak yang terlibat, yaitu cosignor yang merupakan pihak/agen yang
menjuala barang konsinyasi kepada consignee yang merupakan pihak/agen yang menerima barang
konsinyasi. Consignee setuju untuk menerima barang tanpa kewajiban apapun, kecuali menjaga
dan melindunginya dari kerusakan atau kehilangan sampai barang tersebut terjual kepada pihak
ketiga. Ketika consignee menjual barang, pendapatan dikurangi komisi penjualan dan beban
penjualan diserahkan kepada consignor. Barang yang telah diserahkan kepada consignee tetap
merupakan properti consignor (sampai barang tersebut terjual) dan dimasukkan dalam persediaan
consignor pada harga beli atau biaya produksi.
c. Perjanjian-Perjanjian Khusus
Tiga situasi penjualan khusus untuk mengindikasikan jenis-jenis masalah yang dapat
ditemukan dalam praktik yaitu:
a. Mencatat penjualan dengan nilai penuh dan kemudian membuat estimasi retur
penjualan dan pengurangan harga.
3. Penjualan Cicilan
“Barang yang dijual secara cicilan: menjelaskan setiap jenis penjualan yang
pembayarannya dicicil secara periodik sepanjang periode waktu tertentu. Karena
risiko kerugian dari piutang tak tertagih lebih besar dalam penjualan cicilan
dibandingkan dengan transaksi penjualan yang lain, maka biasanya penjual menahan
hak legal atas barang sampai seluruh pembayaran dilakukan. Dalam hal ini,
persediaan dapat dikatakan telah terjual dan barang tersebut harus dihapuskan dari
persediaan penjual yakni jika presentase piutang tak tertagih dapat diestimasi secara
memadai.
d. Kesalahan Persediaan
Pos-pos yang dimasukkan atau dikeluarkan secara tidak benar dalam penentuan harga
pokok penjualan akibat salah saji persediaan akan menyebabkan laporan keuangan menjadi tidak
tepat.
A. NILAI TERENDAH ANTARA BIAYA DAN HARGA PASAR (LCM)
Prosedur dasar untuk mengalokasikan total biaya barang yang tersedia untuk dijual ke
persediaan akhir dan harga pokok penjualan telahNdijelaskan pada topik sebelumnya. Pada
beberapa kasus, prosedur alokasi biaya ini menghasilkan biaya persediaan yang melebihi
nilai pasar sekarang dari persediaan. Salah satu konsep tradisional akuntansi adalah konservatisme,
terkadang dikatakan sebagai “dalam kondisi keragu-raguan, akui semua kerugian yang belum
direalisasi, tetapi jangan akui semua keuntungan yang belum direalisasi”. Aturan umumnya adalah
bahwa prinsip biaya historis tidak dapat diterapkan apabila manfaat (kemampuan menghasilkan
pendapatan) masa depan dari aktiva itu tidak lagi sebesar biaya awalnya. Penerapan konsep ini
pada aktiva menghasilkan aturan “mana yang lebih rendah antara biaya dan nilai pasar (lower of
cost or market---LCM), yang berarti bahwa aktivadicatat pada nilai yang lebih rendah antara biaya
atau nilai pasarnya. LCM memiliki pengaruh terhadap pengakuan atas penurunan yang belum
direalisasi dalam nilai aktiva, tetapi tidak atas peningkatan yang belum direalisasi.
Nilai Pasar
Istilah nilai pasar (market) dalam LCM diinterpretasikan sebagai biaya penggantian
(replacement), dengan penyesuaian yang potensial terhadap nilai tertinggi dan nilai
terendah. Biaya penggantian, terkadang disebut biaya masuk (entry cost) mencakup harga
pembelian barang atau bahan baku ditambah semua biaya lainnya yang timbul dalam
perolehan atau produksi barang. Biaya penggantian pada umumnya merupakan ukuran
yang baik atas nilai keuntungan ekonomi di masa depen yang dimiliki oleh persediaan
karena penurunan biaya (biaya masuk) biasanya mengindikasikan penurunan harga jual (biaya
keluar/exit value). Bagaimanapun, harga jual tidak selalu bereaksi langsung dan
proporsional terhadap biaya penggantian. Oleh karena itu, batas tertinggi dan terendah
ditempatkan dalam penggunaan biaya penggantian senagai ukuran nilai pasar persediaan.
Batas Tertinggi
Nilai pasar persediaan tidak lebih besar dari pada nilai realisasi bersih (net Realizable
Value --- NRV) dari persediaan. NRVsama dengan estimasi dari harga jual persediaan
dikurangi dengan biaya penjualan normal. Alasan di belakang batas tertinggi ini adalah
bahwa nilai pasar persediaan tidak mungkin melebihi nilai bersih yang dapat diperoleh
saat persediaan dijual.
Batas Terendah
Nilai pasar persediaan tidak lebih rendah dari NRV dikurangi dengan margin laba
normal. Jika persediaan dicatat dibawah batas terendah ini, maka dimasa mendatang
persediaan dapat dijual dengan menghasilakan keuntungan yang melebihi margin laba
normal. Singkatnya, nilai pasar persediaan tidak pernah kurang dari batas terendah, dan juga
tidak pernah lebih dari batas tertinggi dan sama dengan biaya penggantian bila biaya
penggantian berada diantara batas terendah dan tertinggi.
Penerapan LCM
Penerapan aturan LCM untuk menentukan penilaian persediaan yang tepat dapat
dirangkum dalam beberapa tahap berikut :
1. Terapkan nilai-nilai yang berkaitan : biaya histories, batas terendah (NRV – laba
normal), biaya penggantian, batas tertinggi (NRV).
2. Tentukan nilai pasar (Biaya penggantian yang dibatasi dengan batas tertinggi dan
terendah).
3. Bandingkan biaya dengan nilai pasar (seperti yang ditetapkan pada tahap 2 di atas), dan
pilih nilai yang lebih rendah.
Untuk mengilustrasikan tahap-tahap tersebut, asumsikan FARRAS Company
menjual enam barang. Untuk masing-masing barang, mempunyai harga jual per unit $1, beban
penjualan normal $0.20 per unit, dan laba normal sebesar 25% dari penjualan atau $0.25 per
unit. Biaya historis dan biaya penggantian saat ini berbeda untuk masing-masing barang.
Perhitungan yang lebih rendah antara biaya dan nilai pasar untuk masing-masing barang
dihitung sebagai berikut :
I. Nilai pasar yang terpilih sama dengan biaya penggantian dan biaya perolehan lebih kecil
dari nilai pasar
II. Nilai pasar yang dipilih sama dengan biaya penggantian dan nilai pasar lebih kecil dari
biaya perolehan
III. Nilai pasar yang dipilih sama dengan batas terendah dan nilai pasar lebih kecil dari biaya
perolehan
IV. Nilai pasar yang dipilih sama dengan batas terendah dan biaya perolehan lebih kecil dari
nilai pasar
V. Nilai pasar sama dengan batas tertinggi dan biaya perolehan lebih kecil dari nilai
pasar
VI. Nilai pasar sama dengan batas tertinggi dan nilai pasar lebih kecil dari biaya
perolehan
Dalam contoh di atas, metode LCM diterapkan ke tiap jenis persediaan. Metode
LCM dapat juga diterapkan ke kelompok atau kategoriutama dari jenis-jenis persediaan atau
juga secara keseluruhan persediaan. Penerapan LCM ke masing-masing jenis persediaan
akan menghasilkan nilai persediaan yang lebih rendah karena kenaikan nilai pasar pada
beberapa jenis persediaan tidak boleh menutupi penurunan nilai jenis persediaan lainnya.
Untuk mengilustrasikan perbedaan dalam penerapan penilaian, asumsikan
persediaan FARRAS Co mencakup barang I sampai VI masing-masing sebanyak 1.000 unit.
Bila metode produk individual digunakan, maka aturan LCM diterapkan secara terpisah
ke barang I sampai VI, sehingga mengahsilkan penilaian persediaan berdasarkan LCM sebesar
$3,850. Jika aturan LCM diterapkan padapersediaan secara keseluruhan, maka nilai pasar
keseluruhan sebesar $4,000 dibandingkan dengan biaya perolehan keseluruhan $4,100 ,
maka persediaan dicatat pada nilai sebesar $4,000.
Ayat jurnal untuk mencatat pengurangan nilai persediaan dengan dasar jenis
individual :
Kerugian dari penurunan nilai persediaan 250
Persediaan 250
(4,100 – 3,850)
Begitu persediaan telah diturunkan ke nilai pasar yang lebih rendah, maka nilai
pasar yang baru dianggap sebagai biaya perolehan persediaan guna perhitungan persediaan
di masa yang akan dating. Penurunan biaya yang terjadi tidak dipulihkan. Dengan
demikian, catatan persediaan harus disesuaikan untuk mencerminkan nilai yang baru.
Dari pada mengurangi nilai persediaan secara langsung, perkiraan persediaan dapat
dipertahankan sebesar nilai biaya perolehan, dan perkiraan penyisihan untuk penurunan
persediaan dapat digunakan guna mencatat penurunan nilai. Metode ini dapat digunakan
secara umum pada saat persediaan dinilai berdasarkan kategori atau secara keseluruhan. Jurnal
yang diperlukan untuk mencatat penurunan nilai untuk persediaan secara keseluruhan
dengan menggunakan perkiraan penyisihan adalah :
Kerugian dari penurunan nilai persediaan 100
Penyisihan untuk penurunan nilai persediaan 100
(4.100 – 4.000)
Perkiraan penyisihan akan dilaporkan sebagai pengurang dari perkiraan persediaan di
neraca. Pertanyaan selanjutnya adalah apa yang harus dilakukan terhadap penyisihan di tahun
berikutnya ?. Asumsikan di tahun berikutnya FARRAS Co menjual seluruh persediaan
yang ada, sehingga penyisihan tidak lagi diperlukan, maka jurnal untuk penyisihan adalah
:
Penyisihan untuk penurunan nilai persediaan 100
Harga Pokok Penjualan 100
B. DASAR PENILAIAN
Teknik estimasi persediaan digunakan untuk menghasilkan nilai persediaan pada saat
perhitungan fisik persediaan tidak dapat dilakukan, serta untuk menyediakan pengecekan
independen atas validitas nilai persediaan yang dihasilkan oleh system akuntansi. Teknik
estimasi persediaan yang paling sederhana adalah metode laba kotor. Metode laba kotor
didasarkan pada observasi bahwa hubungan antara penjualan dan harga pokok penjualan
biasanya relative stabil.
Asumsi yang mendasai metode laba kotor:
1. Persediaan awal ditambah pembelian sama dengan total barang yang diperhitungkan.
2. Barang yang belum terjual harus berada di tangan.
3. Jika penjualan dikurangi biaya, dikurangkan dari jumlah persediaan awal ditambah
pembelian maka hasilnya adalah persediaan akhir.
Persentase laba kotor (penjualan – harga pokok penjualan) diterapkan pada penjualan
guna mengestimasikan harga pokok penjualan, kemudian estimasi harga pokok penjualan
dikurangkan pada harga pokok barang yang tersedia untuk dijual guna memperoleh estimasi atas
saldo persediaan.
Untuk mengilustrasikan penerapan metode laba kotor,perhatikan informasi berikut :
Persediaan awal, 1 Januari ..................................$ 25,000
Penjualan, 1 januari – 31 Januari.............................50,000
Pembelian, 1 Januari – 31 Januari............................40,000
Persentase laba kotor histories :
Tahun lalu 40%
Dua tahun lalu 37%
Tiga tahun lalu 42%
Perusahaan ingin menyiapkan laporan keuangan per 31 Januari dan ingin menggunakan
estimasi persediaan akhir daripada melakukan perhitungan fisik atas persediaan. Persentase
laba kotor tahun lalu sebesar 40% dianggap sebagai estimasi yang baik atas persentase laba kotor
saat ini.
Estimasi persediaan merupakan proses dengan dua tahap yaitu :
Suatu asumsi mengenai laba kotor digunakan untuk menentukan estimasi atas laba
kotor, kemudian memungkinkan untuk melakukan perhitungan estimasi harga pokok
penjualan.
Angka tersebut (harga pokok penjualan) digunakan untuk mengestimasi persediaan akhir.
Estimasi atas persediaan akhir ini dapat digunakan dalam laporan keuangan tanggal 31
Januari atau dapat dibandingkan dengan pencatatan persediaan perpetual apabila ada, atau
dapat digunakan sebagai dasar pembayaran asuransi jika persediaan tanggal 31 Januari rusak
karena suatu kecelakaan. Proses dua tahap akan dijelaskan sebagai berikut :
Anggaplah perusahaan juga melakukan perhitungan secara fisik pada tanggal 31
Januari yang mengindikasikan bahwa pada tanggal tersebut jumlah persediaan tersisa $32,000
tidak seperti jumlah hasil estimasi $35,000. Apakah ini perbedaan yang masuk akal, atau adakah
alas an untuk melakukan pemerikasaan lebih jauh ?. Suatu cara untuk menentukannya adalah
dengan mempertimbangkan perbedaan dalam persentase laba kotor historis seperti berikut :
Rentang estimasi untuk persediaan tanggal 31 Januari adalah $33,500 sampai $36,000.
Nilai $32,000 yang diperoleh dari perhitungan secara fisik berada di luar kisaran ini.
Penjelasan yang mungkin diberikan adalah :
Persentase laba kotor tahun ini berada di luar kisaran laba histories yang telah diamati,
memperlihatkan adanya perubahan signifikan dalam strategi penetapan harga atau bauran
penjualan.
Telah terjadi kehilangan persediaan.
Penjualan dilaporkan lebih rendah.
Terkadang bagian tersulit dalam menetapkan metode laba kotor adalah menjelaskan
hubungan antara penjualan dan harga pokok penjualan. Dalam contoh di atas, hubungan penjualan
dengan harga poko penjualan dirangkum dengan mengatakan bahwa laba kotor 40%. Hubungan
yang sama dapat digambarkan sedikitnya dengan dua cara lainnya yaitu :
Penjualan dibuat dengan mark up sebesar 40% dari harga jual.
Penjualan dibuat dengan mark up sebesara 66 2/3 dari biaya perolehan (laba kotor
/biaya perolehan = 66 2/3).
Akuntansi untuk persediaan dalam bisnis eceran memberikan sejumlah tantangan. Retailer
yang memiliki jenis persediaan tertentu bisa memakai metode identifikasi khusus untuk menilai
persediaannya. Pendekatan seperti ini dapatditerima jika setiap unit persediaan adalah signifikan,
seperti mobil, piano, atau jas bulu. Akan tetapi, jika penggunaan pendekatan semacam ini di
Kmart, True-value, Hardware atau Bloomingdales-retailer bervolume tinggi yang meiliki
banyak jenis persediaan yang berbeda. Akan sangat sulit untuk menentukan biaya setiap penjualan,
mencatat biaya kode pada kartu, mengubah kode untuk mencerminkan penurunan nilai barang
dagang, mengalokasikan biaya seperti transportasi, dsb. Alternatif yang bisa dilakukan adalah
menyusun persediaan menurut harga eceran. Dalam sebagian besar perusahaan eceran, terdapat
pola yang dapat diamati antara biaya dengan harga. Kerena itu, harga eceran dapat dikonversikan
menjadi biaya dengan suatu rumus. Metode ini yang dinamakan metode persediaan eceran ,
mensyaratkan bahwa pencatatan dilakukan atas:
1. Total biaya dan nilai eceran dari barang yang dibeli.
2. Total biaya dan nilai eceran barang yang tersedia dijual.
3. Penjualan periode berjalan.
AKUISISI DAN DISPOSISI PROPERTI, PABRIK, DAN PERALATAN
1. Aktiva tersebut diperoleh untuk digunakan dalam operasi dan bukan untuk dijual kembali.
2. Aktiva tersebut bersifat jangka panjang dan merupakan subjek penyusutan.
3. Aktiva tersebut memiliki substansi fisik.
Pengakuan
Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan
mengalir ke entitas, dan
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Hal tersebut merupakan prinsip pengakuan umum untuk aset tetap yang diterapkan pada saat
pengakuan awal, pada saat ada bagian tertentu dari aset yang diganti, dan jika ada pengeluaran
tertentu yang terjadi terkait dengan aset tersebut selama masa manfaatnya. Jika pengeluaran
tersebut menimbulkan manfaat ekonomis di masa depan, maka dapat diakui sebagai aset.
Pengukuran awal
Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus
diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset tetap meliputi:
1. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dkreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain.
2. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan
kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud
manajemen.
Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung :
1. Biaya imbalan kerja (PSAK 24: Imbalan Kerja) yang timbul secara langsung dari
pembangunan atau akuisisi aset tetap.
2. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik
3. Biaya penanganan dan penyerahan awal
4. Biaya perakitan dan instalasi
5. Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil neto
penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut.
6. Komisi penjualan.
B. AKUISISI
Kebanyakan perusahaan menggunakan biaya historis sebagai dasar untuk menilai
properti, pabrik, dan peralatan. Biaya historis diukur oleh kas atau harga ekuivalen kas untuk
memperoleh aktiva dan membawanya ke lokasi serta kondisi yang diperlukan untuk tujuan
penggunaannya. Ketidaksepakatan setelah akuisisi berkenaan dengan perbedaan antara biaya
historis dengan metode penilaian lainnya akan selalu terjadi. Alasan utama bahwa biaya
historis jarang terjadi adalah:
1. Pada tanggal akuisisi, biaya merefleksikan nilai wajar
2. Biaya historis melibatkan biaya aktual, bukan transaksi hipotesis, sehingga merupakan
hal yang paling dapat diandalkan
3. Keuntungan serta kerugian sebaiknya tidak diantisipasi tetapi harus diakui ketika aktiva
dijual.
Biaya Akuisisi:
Biaya Tanah
Biaya tanah mencakup :
a. harga beli,
b. biaya penutupan,
c. biaya yang dikeluarkan untuk mempersiapkan tanah hingga siap digunakan,
d. asumsi mengenai hak gadai beban atau hipotik,
e. setiap perbaikan tanah lainnya yang memiliki umur tidak terbatas.
Biaya Bangunan
Biaya bangunan meliputi :
a. biaya bahan, tenaga kerja, dan overhead yang terjadi selama konstruksi,
b. honor profesional serta ijin mendirikan bangunan, serta
c. semua biaya yang dikeluarkan mulai dari penggalian hingga penyelesaian.
Biaya Peralatan
Biaya peralatan meliputi: harga beli, biaya pengangkutan dan penanganan, asuransi
peralatan ketika masih dalam perjalanan, biaya fondasi khusus jika diperlukan, biaya
pemasangan dan perakitan, serta biaya untuk menjalankan uji coba.
Aktiva yang Dibuat Sendiri
Biaya tidak langsung (ovehead) terdiri dari biaya listrik, pemanas, lampu, asuransi,
pajak kekayaan atas bangunan pabrik dan peralatan, tenaga pengawas pabrik, penyusutan
aktiva tetap, dan perlengkapan. Penanganan terhadap biaya tidak langsung ada dua cara, yaitu:
(1) tidak membebankan overhead tetap ke biaya pembuatan aktiva, dan (2) membebankan
bagian dari total overhead ke proses konstruksi (pendekatan full costing).
Biaya Bunga Selama Konstruksi
Pendekatan untuk perlakuan biaya bunga:
1. Tidak mengkapitalisasi beban bunga selama periode konstruksi
2. Membebankan ke konstruksi atas semua biaya dana yang digunakan, baik yang dapat
diidentifikasi maupun yang tidak
3. Hanya mengkapitalisasi biaya bunga aktual yang terjadi selama konstruksi.
Diantara tiga pendekatan tersebut, pengkapitalisasian bunga aktual (dengan
modifikasi) adalah pendekatan yang disarankan dalam prinsip-prinsip akuntansi yang diterima
umum (GAAP).
Kenaikan Biaya Aktiva
$0 $?
Tidak Mengkapitalisasi
mengkapitalisasi Mengkapitalisasi biaya aktual semua biaya dan
bunga selama yang muncul selama konstruksi
konstruksi
Tiga item yang harus dipertimbangkan dalam penerapan pendekatan ini adalah:
1. Aktiva yang memenuhi kualifikasi
Aktiva ini mencakup aktiva yang dibuat untuk digunakan sendiri, serta aktiva yang
ditujukan untuk dijual atau dilease yang dibuat atau diproduksi sebagai proses diskrit.
Sedangkan aktiva yang tidak memenuhi kualifikasi antara lain :
a. aktiva yang sedang digunakan atau siap digunakan,
b. aktiva yang tidak digunakan dalam aktivitas perusahaan untuk menghasilkan laba dan
tidak digunakan dalam aktivitas yang diperlukan untuk membuatnya siap digunakan.
2. Periode kapitalisasi
Periode kapitalisasi adalan periode waktu dimana bunga harus dikapitalisasi, yang dimulai
apabiya ketiga kondisi berikut terjadi:
a. Pengeluaran untuk aktiva telah dilakukan
b. Aktivitas yang diperlukan untuk mempersiapkan aktiva agar dapat digunakan sedang
berjalan
c. Biaya bunga telah terjadi
3. Jumlah yang dikapitalisasi
Jumlah biaya bunga yang akan dikapitalisasi dibatasi hingga biaya bunga aktual terendah
yang terjadi selama periode berjalan atau bunga yang dapat dihindarkan. Bunga yang dapat
dihindarkan adalah jumlah biaya bunga selama periode berjalan yang secara teoritis dapat
dihindari jika pengeluaran untuk membeli aktiva tidak dilakukan.
Jumlah bunga potensial yang dapat dikapitalisasi yaitu dengan mengalikan suku bunga
dengan akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang dari aktiva yang memenuhi
kualifikasi selama periode berjalan.
Pokok Bunga
Wesel 2 tahun, bunga 12% $ 600.000 $ 72.000
Obligasi 10 tahun, bunga 9% 2.000.000 180.000
Obligasi 20 tahun, bunga 7,5% 5.000.000 375.000
$ 7.600.000 $ 627.000
Konstruksi telah selesai dilakuka dan bangunan siap untuk digunakan pada tanggal 31 Desember
2007. Shalla Co., memiliki hutang yang beredar berikut pada tanggal 31 Desember 2007:
Hutang Konstruksi Khusus
1. Wesel 3 tahun, bunga 15% untuk membiayai pembelian tanah
dan pembuatan bangunan, tertanggal 31 Desember 2006, dan
bunga dibayar secara tahunan setiap tanggal 31 Desember. $750.000
Hutang Lainnya
2. Wesel bayar 5 tahun, bunga 10% tertanggal 31 Desember
2003, dan bunga dibayar secara tahunan setiap tanggal 31
Desember. $550.000
3. Obligasi 10 tahun, bunga 12%, dikeluarkan tanggal 31
Desember 2002, dan bunga dibayar tahunan setiap tanggal 31
Desember $600.000
Shalla menghitung akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang selama tahun 2003 seperti yang
ditunjukkan dalam ilustrasi 4:
Pengeluaran Periode Akumulasi Pengeluaran
x =
Tanggal Jumlah kapitalisasi* Rata-rata Tertimbang
1 Januari $ 210.000 12/12 $ 210.000
1 Maret 300.000 10/12 250.000
1 Mei 540.000 8/12 360.000
31 Desember 450.000 0 0
$ 1.500.000 $ 820.000
*Bulan di antara tanggal pengeluaran dan tanggal kapitalisasi bunga berhenti atau
akhir tahun, mana yang lebih dahulu (dalam hal ini 31 Desember)
Ilustrasi 4. Perhitungan Akumulasi Pengeluaran Rata-rata Tertimbang
Perhatikan bahwa pengeluaran dilakukan pada tanggal 31 Desember, yaitu hari terakhir tahun
berjalan, tidak memiliki biaya bunga.
Shalla menghitung bunga yang dapat dihindarkan sebagai berikut:
Bunga yang
Akumulasi Pengeluaran
x Suku Bunga = dapat
Rata-rata Tertimbang
Dihindarkan
$750.000 0,15 (wesel konstruksi) $ 112.500
a
70.000 0,1104 (rata-rata 7.728
$820.000 tertimbang hutang $120.228
lainnya)b
a
Jumlah dimana akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang melebihi pinjaman
konstruksi khusus.
b
Perhitungan suku bunga rata-rata tertimbang:
Pokok Bunga
$550.000 $55.000
Wesel 5 tahun, bunga 10% 600.000 72.000
Obligasi 10 tahun, bunga 12% $1.150.000 $127.000
Perusahaan menghitung biaya bunga aktual, yang merupakan jumlah bunga maksimun yang dapat
dikapitalisasi selama tahun 2007, seperti yang ditunjukkan dalam ilustrasi-6:
Wesel konstruksi $750.000 x 0,15 = $112.500
Wesel 5 tahun $550.000 x 0,10 = 55.000
Obligasi 10 tahun $600.000 x 0,12 = 72.000
Bunga Aktual $239.500
Ilustrasi 6. Perhitungan Biaya Bunga Aktual
Biaya bunga yang akan dikapitalisasi Shalla adalah jumlah yang paling kecil dari $120.228 (bunga
yang dapat dihindari) dan $239.500 (bunga aktual), atau $120.228.
Ayat jurnal yang dibuat oleh Shalla Co., selama tahun 2007 adalah sebagai berikut:
1 Januari
Tanah 100.000 -
Bangunan (atau Konstruksi dalam Proses) 110.000 -
Kas - 210.000
1 Maret
Bangunan 300.000 -
Kas - 300.000
1 Mei
Bangunan 540.000 -
Kas - 540.000
31 Desember
Bangunan 450.000 -
Kas - 450.000
Biaya bunga yang dikapitalisasi harus dihapus Shalla sebagai bagian dari penyusutan selama umur
manfaat aktiva yang terlibat dan bukan selama umur hutang. Total biaya bunga yang dikeluarkan
selama periode berjalan harus diungkapkan, dengan menunjukkan bagian mana yang dibebankan
ke beban dan mana yang dikapitalisasi.
Pada tanggal 31 Desember 2007, Shalla akan mengungkapkan jumlah bunga yang dikapitalisasi
baik sebagai bagian dari kelompok non-operasi dari laporan laba-rugi atau dalam catatan yang
menyertai laporan keuangan. Kedua bentuk pengungkapan tersebut diilustrasikan dalam ilustrasi
7 berikut ini:
Laba dari operasi xxx
Beban dan rugi lainnya:
Beban bunga $239.500
(-) Bunga yang dikapitalisasi 120.228 119.272
Laba sebelum pajak penghasilan xxx
Pajak Penghasilan xxx
Laba bersih xxx
C. PENILAIAN
1. Pembelian Tunai (Diskon Tunai)
Apabila aktiva tetap yang dibeli mendapat diskon tunai karena pembeli membayar
lebih cepat, maka bagaimana diskon tersebut dilaporkan? Jika diskon diambil, maka hal
tersebut harus dipertimbangkan sebagai pengurang harga beli aktiva. Akan tetapi, hal lain
yang masih belum jelas adalah apakah pengurang biaya atau harga pokok aktiva itu harus
terjadi meskipun diskon tidak diambil.
Terdapat sudut pandang yang berbeda. Menurut pendekatan pertama, diskon-baik diambil
atau tidak-dianggap sebagai pengurang biaya aktiva. Pendukung pendekatan lainnya
bahwa diskon tunai tidak selalu harus dianggap sebagai kerugian karena syaratnya
mungkin tidak menguntungkan atau mungkin tidak bijaksana bagi perusahaan untuk
mengambil diskon itu.
Contoh:
Shalla membeli sebuah truk dengan informasi sebagai berikut:
Harga tunai 12.000.000 Biaya balik nama 1.200.000
PPN 1.200.000 Pajak kendaraan 250.000
Pengecatan & Merek 500.000 Asuransi dibayar dimuka 600.000
Jurnal:
Truk 14.900.000 -
Pajak kendaraan 250.000 -
Asuransi dibayar dimuka 600.000 -
Kas - 15.750.000
Tanggal Pembelian
Peralatan 75.816 -
Diskonto atas wesel bayar (selisih) 24.184 -
Wesel bayar - 100.000
3. Lump sum
Permasalahan khusus sering muncul pada saat penentuan harga aktiva tetap ketika
perusahaan membeli sekelompok aktiva tetap pada harga lump sum tunggal. Apabila
situasi seperti ini terjadi, perusahaan harus mengalokasikan total biaya di antara berbagai
aktiva berdasarkan nilai psar wajar relatifnya. Asumsinya bahwa biaya-biaya ini akan
bervariasi dalam proporsi langsung terhadap nilai wajar.
Contoh:
Metode Proporsional
Metode ini digunakan jika semua isi paket diketahui nilai pasarnya. Misalnya Shalla
memutuskan untuk membeli beberapa aktiva berupa pemanas kecil dari Flo seharga
$80.000. Flo sedang dalam proses likuidasi dan aktiva yang dijual adalah:
Harga beli sebesar $80.000 akan dialokasikan Shalla atas dasar nilai pasar wajar relatif
(asumsi identifikasi khusus terhadap biaya adalah tidak praktis) dengan cara berikut:
25.000
Persediaan x 80.000 = 20.000
100.000
25.000
Tanah x 80.000 = 20.000
100.000
50.000
Bangunan x 80.000 = 40.000
100.000
Ilustrasi 8. Alokasi Harga Beli Dasar Nilai Pasar Wajar Relatif
Metode Incremental
Metode ini digunakan jika hanya salah satu (beberapa) paket yang diketahui nilai
pasarnya. Misalnya: diketahui satu paket (seharga 80.000) berisi tanah dan bangunan,
nilai pasar tanah sebesar 25.00, nilai pasar bangunan tidak diketahui.
Alokasi ke tanah 25.000
Sisanya ke bangunan 55.00
Jurnal:
Tanah 25.000 -
Bangunan 55.000 -
Kas - 80.000
4. Penerbitan Saham
Apabila property diperoleh oleh perusahaan melalui penerbitan sekuritas seperti
saham biasa, maka biaya property itu tidak dapat diukur secara tepat dengan nilai pari
atau nilai diterapkan saham tersebut. Jika saham itu sedang diperdagangkan secara aktif,
maka nilai pasar saham yang diterbitkan merupakan indikasi yang wajar atas biaya
property yang diperoleh. Saham merupakan ukuran yang baik atas harga ekuivalen kas
berjalan.
Sebagai ilustrasi, Shalla memutuskan untuk membeli beberapa tanah yang
berdekatan untuk memperluas operasi karpet dan lemarinya. Sebagai pengganti
pembayaran tunai atas tanah tersebut, perusahaan menerbitkan 5.000 lembar saham biasa
kepada Ed (nilai pari $10) yang memiliki nilai pasar wajar $12 per saham. Shalla akan
membuat ayat jurnal:
Tanah (5.000 x $12) 60.000 -
Saham Biasa - 50.000
Tambahan modal disetor (agio modal saham) - 10.000
*jika kas adalah 25% atau lebih daripada nilai wajar pertukaran, akuilah seluruh keuntungan
karena proses pencarian laba telah selesai.
Ilustrasi 9. Akuntansi untuk Pertukaran
Jurnalnya adalah:
Semi-truk 59.000 -
Akumulasi penyusutan—Truk 22.000 -
Truk - 64.000
Kas - 17.000
Asumsikan bahwa Shalla menukarkan mesin bekas yang mempunyai nilai buku
$60.000 (biaya 110.000 – akumulasi penyusutan 50.000) dan nilai wajar $100.000.
dalam pertukaran tersebut, Shalla menerima sebuah mesin dengan nilai wajar
$90.000 + kas sebesar $10.000.
Perhitungan keuntungan total dari pertukaran:
Nilai wajar mesin yg ditukarkan 100.000
Nilai buku mesin yg ditukarkan 60.000
Keuntungan total 40.000
Bagian keuntungan yang diakui perusahaan adalah rasio aktiva moneter (dalam hal
ini adalah kas) dibandingkan dengan nilai total yang diterima, perhitungannya:
$10.000
x $40.000 = $40.000
$10.000 + $90.000
Pertukaran Sejenis
Misalnya, Shalla menukarkan truk A dengan Truk B. Harga perolehan truk A sebesar
$50.000 dan akumulasi depresiainya $20.000. Harga pasar (nilai wajar) truk B $35.000
dan Shalla menerima uang $5.000.
Jurnalnya:
Truk B 25.000 -
Akumulasi depresiasi Truk A 20.000 -
Kas 5.000 -
Truk A - 50.000
Apabila aktiva nonmoneter dikontribusikan, jumlah donasi itu harus dicatat sebagai
beban pada nilai wajar aktiva dan nilai bukunya, maka keuntungan/kerugian harus diakui.
Sebagai contoh, Dhalla mendonasikan tanah berharga pokok $80.000 dan memiliki nilai
wajar $110.000 kepada Max untuk lahan parkir. Shalla mencatatnya:
Beban Kontribusi 110.000 -
Tanah 80.000
Keuntungan atas pelepasan tanah 30.000
1. Penambahan
Penambahan pada umumnya tidak menimbulkan masalah akuntansi yang besar.
Setiap penambahan yang terjadi pada aktiva tetap akan dikapitalisasi karena aktiva baru
telah diciptakan. Namun masalah yang sering timbul dalam hal penambahan adalah
akuntansi untuk setiap perubahan yang berhubungan dengan struktur yang ada akibat
penambahan tersebut.
2. Perbaikan dan penggantian
Perbaikan adalah penggantian aktiva yang sekarang sedang digunakan dengan
aktiva lain yang lebih baik. Sedangkan penggantian adalah substitusi dari aktiva yang
sama. seringnya perbaikan dan penggantian timbul dari kebijakan umum untuk
memodernisasi atau merehabilitasi seperangkat peralatan. Masalahnya disini adalah
membedakan jenis pengeluaran ini apakah meningkatkan potensi jasa masa depan atau
hanya mempertahankan tingkat pelayanan yang ada.
Jika ditentukan bahwa pengeluaran ini meningkatkan potensi pelayanan masa
depan dari aktiva, pengeluaran tersebut harus dikapitalisasi. Maka akuntansi yang
diberlakukan adalah dengan salah satu dari tiga cara berikut tergantung pada situasinya.
1. Menggunakan pendekatan substitusi. Pendekatan ini merupakan prosedur yang benar
jika jumlah tercatat dari aktiva lama tersedia. Jika nilai tercatat aktiva lama tidak dapat
ditentukan, maka cukup dengan menghapus biaya aktiva lama dan menggantikannya
dengan biaya aktiva baru.
Sebagai contoh, Shalla memutuskan untuk mengganti pipa-ppa dari sistem pipa
ledengnya. Mavin menyarankan agar pipa besi dan tube baja diganti dengan tube
plastik yang baru dikembangkan. Pipa dan tube lama memiliki nilai buku $15.000
(biaya 150.000 – akumulasi penyusutan 135.000) dan nilai sisa $1.000. sistem tube
plastik memiliki biaya atau harga pokok $125.000. Dengan mengasumsikan bahwa
Shalla harus membayar sebesar $124.000 untuk tube baru, maka jurnalnya:
Nilai buku mesin pada saat penjualan adalah $6,600 ($18,000-$11,400), karena mesin
dijual seharga $7,000, maka jumlah keuntungan dari penjualan adalah $400
3. Masalah lainnya
Jika suatu aktiva dibesituakan atau dibuang tanpa ada pemulihan kas, maka kerugian harus
diakui dalam jumlah yang sama dengan nilai buku aktiva. Jika terdapat nilai sisa, maka
keuntungan atau kerugian yang terjadi merupakan selisih antara nilai sisa aktiva dan nilai
bukunya. Jika suatu aktiva masih dapat dicapai dalam pembukuan pada biaya historis
dikurangi penyusutan.
F. PENYUSUTAN
Penyusutan didefinisikan sebagai proses akuntansi dalam mengalokasikan biaya aktiva berwujud
ke beban dengan cara yang sistematis dan rasional selama periode yang diharapkan mendapatn
manfaat dari penggunaan aktiva tersebut.
I. Faktor-faktor yang terlibat dalam proses penyusutan
a. Dasar penyusutan aktiva
Dasar yang ditetapkan untuk penyusutan merupakan fungsi dari dua faktor yaitu biaya
awal (historical costs) dan nilai sisa atau pelepasan (salvage value). Biaya historis
merupakan biaya untuk memperoleh suatu aktiva. Nilai sisa adalah estimasi jumlah yang
akan diterima pada saat aktiva itu dijual atau ditarik dari penggunaannya. Nilai sisa
merupakan jumlah dimana aktiva harus diturunkan nilainya atau disusutkan selama masa
manfaatnya. Sebagai gambaran, jika suatu aktiva memiliki biaya $10.000 dan nilai sisa
$1.000, dasar penyusutannya adalah $9.000, yaitu biaya awal dikurangi dengan nilai sisa.
b. Estimasi umur pelayanan atau jasa
Aktiva ditarik dari penggunaannya karena dua alasan yaitu faktor-faktor fisik (seperti
kerusakan atau habisnya umur fisik) dan faktor-faktor ekonomi (keusangan). Faktor-
faktor fisik adalah keausan, dekomposisi, dan kerusakan yang membuat aktiva tersebut
sulit untuk bekerja tanpa batas. Faktor-faktor fisik ini menetapkan batas luar untuk umur
pelayanan aktiva. Faktor-faktor ekonomi atau fungsional dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kategori:
1. Ketidaklayakan (inadequency)
Hal ini terjadi apabila suatu aktiva tidak berguna lagi bagi perusahaan tertentu karena
permintaan akan produk perusahaan itu telah meningkat. Contoh: kebutuhan akan
bangunan yang lebih besar untuk mengatasi kenaikan produksi. Walaupun bangunan
lama mungkin masih baik, namun bangunan itu sudah tidak layak lagi untuk tujuan
perusahaan.
2. Penggantian (supersession)
Yakni penggantian suatu aktiva dengan aktiva lainnya yang lebih efisien dan
ekonomis. Contoh: penggantian mainframe komputer dengan jaringan PC.
3. Keusangan (obsolescence)
Merupakan tempat pembuangan untuk situasi yang melibatkan ketidaklayakan dan
penggantian.
c. Metode penyusutan
Faktor ketiga yang terlibat dalam proses penyusutan adalah metode pembagian biaya
secara adil. Perusahaan menggunakan sejumlah metode penyusutan sebagai berikut:
1. Metode aktivitas (unit penggunaan atau produksi)
2. Metode garis lurus
3. Metode beban menurun
a. Jumlah angka tahun
b. Metode saldo menurun
4. Metode penyusutan khusus
a. Metode kelompok dan gabungan (komposit)
b. Metode campuran atau kombinasi
II. Metode penyusutan
a. Metode Aktivitas
Metode aktivitas juga disebut pendekatan beban variabel atau pendekatan unit
produksi, mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari penggunaan atau
produktivitas dan bukan dari berlalunya waktu. Umur aktiva ini dinyatakan dalam istilah
keluaran (output) yang disediakan (unit-unit yang diproduksi) atau masukan (input)
seperti jumlah jam kerja. Sebagai gambaran, penentuan umur mesin derek tidak
memiliki masalah tertentu karena penggunaan (jam) relatif mudah untuk diukur. Biaya
mesin derek $500.000, estimasi masa manfaat 5 tahun, estimasi nilai sisa $50.000, umur
produktif dalam jam adalah 30.000 jam. Jika Fro menggunakan mesin derek itu selama
4.000 jam pada tahun pertama, beban penyusutannya adalah:
(Biaya – Nilai Sisa) x jam tahun ini
= Beban Penyusutan
Total estmasi jam
Keterbatasan utama metode ini adalah bahwa metode itu tidak tepat untuk digunakan
pada situasi dimana penyusutan merupakan fungsi dari waktu dan bukan aktivitas.
Masalah lain dalam menggunakan metode ini adalah bahwa estimasi unit output atau
jam pelayanan yang diterima sering kali sulit ditentukan. Apabila hilangnya pelayanan
merupakan hasil dari aktivitas atau produktivitas, metode aktivitas merupakan metode
paling baik untuk menandingkan biaya dan pendapatan.
b. Metode Garis Lurus
Metode ini mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi waktu, bukan fungsi dari
penggunaan. Apabila keusangan bertahap merupakan alasan utama atas terbatasnya
umur pelayanan, penurunan kegunaannya akan konstan dari periode ke periode. Fro
menghitung beban penyusutan untuk mesing derek sebagai berikut:
(Biaya – Nilai Sisa)
= Beban Penyusutan
Estimasi umur pelayanan
($500.000 - $50.000)
= $90.000
5 tahun
Ilustrasi 11. Perhitungan Penyusutan Metode Garis Lurus Contih: Mesin Derek
Kelemahan utama terhadap metode ini adalah bahwa metode ini didasarkan atas dua
asumsi yang tidak realistis yaitu kegunaan ekonomi aktiva itu sama setiap tahun dan
beban reparasi dan pemeliharaan pada dasarnya sama setiap periode. Masalah lain dari
metode ini serta beberapa metode lainnya adalah berkembangnya distorsi dalam analisis
tingkat pengembalian meningkat, dengan arus pendapatan yang konstan, karena nilai
buku aktiva menurun.
Ilustrasi 12. Penyusutan dan Analisis Tingkat Pengembalian, Contoh: Mesin Derek
Umur yang
Dasar Pecahan Beban Nilai Buku
Tahun tersisa (dlm
penyusutan penyusutan Penyusutan Akhir Tahun
th)
1 $450.000 5 5/15 $150.000 $350.000
2 450.000 4 4/15 120.000 230.000
3 450.000 3 3/15 90.000 140.000
4 450.000 2 2/15 60.000 80.000
5 450.000 1 1/15 30.000 50.000a
15 15/15 $450.000
a
Nilai Sisa
Metode ini menggunakan tarif penyusutan (%) berupa beberapa kelipatan dari
metode garis lurus. Tidak seperti metode lainnya, dalam metode ini nilai sisa tidak
dikurangkan dalam menghitung dasar penyusutan. Tarif saldo menurun dikalikan
dengan nilai buku aktiva pada awal setiap periode. Karena nilai buku aktiva
dikurangi setiap periode dengan beban penyusutan, tarif saldo menurun yang
konstan diaplikasikan pada nilai buku yang terus menurun yang menghasilkan beban
penyusutan yang semakin rendah setiap tahunnya. Sebagai gambaran, Fro
menggunakan pendekatan saldo menurun berganda (dua kali tarif garis lurus) dalam
menyusutkan mesin derek.
Ilustrasi 14. Skedul Penyusutan Saldo Menurun Berganda – Contoh Mesin Derek
Tarif Saldo
NB Tahun Beban Nilai Buku
Tahun Saldo Akumulasi
Pertama Penyusutan Akhir Tahun
Menuruna Penyusutan
1 $500.000 40% $200.000 $200.000 $300.000
2 300.000 40% 120.000 320.000 180.000
3 180.000 40% 72.000 392.000 108.000
4 108.000 40% 43.200 435.200 64.800
5 64.800 40% 14.800b 450.000 50.000
a
Berdasarkan dua kali tarif garis lurus sebesar 20% ($90.000/$450.000) = 10%,
sehingga 20% x 2 = 40%
b
Terbatas pada $14.800 karena nilai buku tidak boleh lebih rendah dari nilai sisa.
Estimasi Penyusutan
Nilai Biaya yg dpt
Aktiva Biaya Awal Umur per tahun
Sisa disusutkan
(tahun) (garis lurus)
Mobil $145.000 $25.000 $120.000 3 $40.000
Truk 44.000 4.000 40.000 4 10.000
Mobil Van 35.000 5.000 30.000 5 6.000
$224,000 $34.000 $190.000 $56.000
$56.000
Tarif Penyusutan Gabungan = = 25%
$224.000
Umur Gabungan = 3.39 tahun ($190.000/$56.000)
Jika tidak terdapat perubahan dalam akun aktiva, kelompok aktiva akan disusutkan
hingga ke nilai sisa atau nilai residu sebesar $56.000 ($224.000 x 25%) per tahun.
Sebagai akibatnya, Fro akan memerlukan waktu selama 3,39 tahun untuk
menyusutkan aktiva-aktiva ini. Waktu yang diperlukan oleh perusahaan untuk
menyusutkan aktivanya menurut metode komposit disebut sebagai umur komposit.
Perbedaan antara metode gabungan dan kelompok dengan metode penyusutan unit
tunggal menjadi jelas ketika membahas penarikan aktiva. Jika suatu aktiva ditarik
sebelum atau sesudah rata-rata masa manfaat kelompok aktiva dicapai, kerugian
atau ekuntungan yang timbul dicatat dalam akun Akumulasi Penyusutan. Hal ini
dibenarkan karena beberapa aktiva akan ditarik sebelum masa manfaat rata-rata dan
lainnya setelah masa manfaat rata-rata. Karena alasan ini, debet ke akun Akumulasi
Penyusutan adalah perbedaan antara biaya awal dan kas yang diterima. Tidak ada
keuntungan atau kerugian atas disposisi yang dicatat.
Untuk mengilustrasikannya, anggaplah bahwa satu mobil van yang memiliki harga
pokok $5.000 dijual seharga $2.600 pada akhir tahun ketiga. Ayat jurnalnya adalah
sebagai berikut:
Akumulasi Penyusutan 2.400 -
Kas 2.600 -
Mobil, Truk, dan Mobil Van - 5.000
Berikut ini ditunjukkan penyusutan yang dialokasikan menurut lima kebijakan pecahan
tahunan yang berbeda dengan menggunakan metode garis lurus atas mesin bor otomatis
seharga $45.000 yang dibeli pada tanggal 10 Juni 2009 oleh Fro.
Suatu konsepsi yang salah tentang penyusutan adalah bahwa penyusutan menyediakan
dana bagi penggantian aktiva tetap. Penyusutan sama dengan beban lain yang
mengurangi laba bersih. Perbedaannya adalah penyusutan tidak melibatkan arus kas
keluar periode berjalan. Sebagai gambaran, asumsikan bahwa Fro memulai operasinya
dengan aktiva tetap senilai $500.000, yang memiliki masa manfaat selama 5 tahun.
Neraca perusahaan pada awal periode menunjukkan akun Aktiva Tetap $500.000 dan
Ekuitas Pemilik $500.000. Jika diasumsikan bahwa perusahaan tidak memiliki
pendapatan selama 5 tahun, maka laporan laba ruginya adalah:
Total penyusutan aktiva tetap selama 5 tahun adalah $500.000, sehingga neraca pada
akhir dari 5 tahun menunjukkan Aktiva Tetap $0 dan Ekuitas Pemilik $0. Contoh ekstrim
ini mengilustrasikan bahwa penyusutan tidak menyediakan dana bagi penggantian
aktiva. Dana untuk penggantian aktiva berasal dari pendapatan (yang dihasilkan melalui
penggunaan aktiva). Tanpa pendapatan, tidak ada laba yang diwujudkan dan tidak ada
arus kas masuk yang dihasilkan.
c. Revisi Tarif Penyusutan
Ketika aktiva tetap dibeli, tarif penyusutan ditentukan dengan hati-hati berdasarkan
pengalaman masa lalu dengan aktiva sejenis dan informasi lainnya yang berkaitan. Akan
tetapi, provisi untuk penyusutan hanya merupakan estimasi dan mungkin perlu untuk
merevisinya selama umur aktiva. Kemunduran fisik yang tidak diharapkan atau
keusangan yang tidak terduga dapat membuat masa manfaat aktiva lebih pendek
daripada yang diestimasikan semula. Prosedur pemeliharaan yang ditingkatkan, revisi
prosedur operasi atau pengembangan sejenis dapat memperpanjang umur aktiva
melebihi periode yang diharapkan.
Sebagai contoh, asumsikan bahwa Fro membeli mesin dengan harga pokok awal $90.000
diestimasi memiliki masa manfaat 20 tahun tanpa nilai sisa. Akan tetapi, selama tahun
11 diestimasi bahwa mesin itu akan dapat digunakan selama 20 tahun lagi. Oleh karena
itu, total umurnya adalah 30 tahun, bukan 20 tahun. Penyusutan telah dicatat pada tarif
1/20 dari $90.000 aau $4.500 per tahun dengan metode garis lurus. Dengan dasar umur
30 tahun, penyusutan harus diubah menjadi 1/30 dari $90.000 atau $3.000 per tahun.
Oleh karena itu, penyusutan telah diestimasi terlalu tinggi dan laba bersih dinyatakan
terlalu rendah sebesar $1.500 untuk setiap tahun dari 10 tahun yang lalu atau berjumlah
total $15.000. perbedaan jumlah ini dapat dihitung sebagai berikut:
Ilustrasi 18. Perhitungan Akumulasi Perbedaan Akibat Revisi
Fro seharusnya mencatat perubahan estimasi dala perubahan berjalan dan periode
mendatang. Tidak ada perubahan yang harus dibuat atas hasil-hasil yang dilaporkan
sebelumnya. Saldo awal tidak disesuaikan, dan tidak ada upaya untuk mengejar periode
sebelumnya. Alasannya bahwa perubahan estimasi bersifat terus-menerus dan
merupakan bagian yang melekat dari setiap proses estimasi. Penyajian kembali yang
terus-menerus dari periode lalu akan muncul untuk revisi estimasi kecuali jika hal itu
ditangani secara prospektif. Oleh karena itu, tidak ada ayat jurnal yang dibuat pada saat
perubahan estimasi terjadi. Beban penyusutan periode selanjutnya didasarkan atas
pembagian nilai buku yang tersisa dikurangi setiap nilai sisa dengan estimasi umur yang
tersisa.
Mesin $90.000
(-) Akumulasi Penyusutan (45.000)
Nilai buku mesin pada akhir tahun ke-10 $45.000
Penyusutan (periode masa depan) = nilai buku $45.000 : sisa umur 20 tahun = $2.250
Ayat jurnal untuk mencatat penyusutan atas setiap 20 tahun yang tersisa adalah:
Beban Penyusutan 2.250 -
Akumulasi penyusutan – Mesin - 2.250
G. PENURUNAN
Standar akuntansi umum mengenai nilai terendah antara biaya atau harga pasar untuk
persediaan tidak dapat diaplikasikan pada property, pabrik dan peralatan. Bahkan ketika
property, pabrik dan peralatan telah mengalami keusangan sebagian, akuntan merasa enggan
mengurangi jumlah tercatat aktiva tersebut. Mengapa? Keengganan ini terjadi karena, tidak
seperti persediaan, sulit untuk mendapatkan nilai wajar property, pabrik dan peralatan yang
tidak subjektif dan arbitrer.
1. Pengakuan Penurunan Nilai
Penurunan nilai terjadi apabila jumlah tercatat aktiva tidak dapat dipulihkan dan, oleh
karena itu, perlu dihapuskan. Berbagai kejadian dan perubahan situasi mungkin akan
mengarah pada suatu penurunan nilai. Contohnya :
a. Suatu penurunan nilai yang signifikan dalam nilai pasar aktiva.
b. Suatu perubahan yang signifikan dalam jangka waktu atau cara aktiva itu digunakan.
c. Suatu perubahan terbaik yang signifikan dalam factor-faktor hokum atau iklim usaha
yang mempengaruhi nilai aktiva.
d. Suatu akumulasi biaya yang secara signifikan melebihi jumlah biaya awal yang
diperkirakan untuk mengakuisisi atau membuat aktiva.
e. Suatu proyeksi atau peramalan yang menunjukan kerugian terus-menerus yang
berhubungan dengan aktiva.
H. DEPLESI
Deplesi merupakan penyusutan atas sumber daya alam, yang seringkali disebut aktiva yang
dapat habis, mencakup minyak, mineral, dan kayu. Aktiva ini dikarakteristikan dengan fitur utama:
1. Pengambilan atau peggunaan sepenuhnya aktiva itu.
2. Penggantian aktiva ini hanya dapat dilakukan oleh tindakan alam.
Biasanya deplesi dihitung dengan metode unit produksi (pendekatan aktivitas), yang berarti
bahwa deplesi merupakan fungsi dari jumlah unit yang ditarik selama periode berjalan. Dalam
menerapkan pendekatan ini, total biaya sumber daya alam dikurangi nilai sisa dibagi dengan
estimasi jumlah unit yang berada dalam deposit sumber daya alam, untuk memperoleh biaya per
unit produk.
Masalah akuntansi untuk sumber daya alam dibagi menjadi empat kategori:
1. Kesulitan mengestimasi cadangan yang dapat dipulihkan
2. Masalah nilai penemuan
3. Aspek pajak dari sumber daya alam
4. Akuntansi untuk dividen likuidasi
Dasar penilaian biasanya biaya historis, untuk properti, pabrik, peralatan, dan sumber daya
alam harus diungkapkan bersama dengan penyajian, hak gadai, dan komitmen lainnya yang
berhubungan dengan aktiva ini. Karena dampak yang signifikan dari metode penyusutan yang
digunakan terhadap laporan keuangan, maka pengungkapan berikut harus dibuat:
1. Beban penyusutan untuk periode berjalan
2. Saldo kelas utama dari aktiva yang dapat disusutkan, menurut sifat dan fungsi
3. Akumulasi penyusutan, baik menurut kelas utama aktiva yang dapat disusutkan maupun dalam
jumlah total
4. Suatu uraian umum tentang metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan berkaitan
dengan kelas utama aktiva yang dapat disusutkan.
Aktiva dapat dianalisis secara relatif dengan aktivitas (perputaran) dan profitabilitas. Seberapa
efisisen perusahaan menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan diukur dengan rasio
perputaran aktiva (asset turnoffer ratio). Rasio ini ditentukan dengan membagi penjualan bersih
dengan rata-rata total aktiva selama periode berjalan.
A. MASALAH AKTIVA TAK BERWUJUD
I. Karakteristik
Aktiva tak berwujud memiliki dua karakteristik utama yaitu:
1. Kurang memiliki eksistensi fisik
Tidak seperti aktiva berwujud seperti properti, pabrik, dan peralatan, aktiva tak
berwujud memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan atau previlage yang diberikan
kepada perusahaan yang menggunakannya.
2. Bukan merupakan instrumen keuangan
Aktiva seperti deposito bank, piutang usaha, dan investasi jangka panjang dalam
obligasi serta saham tidak memiliki substansi fisik, tetapi tidak diklasifikasikan
sebagai aktiva tak berwujud. Aktiva ini merpakan instrumen keuangan dan
menghasilkan nilainya dari hak (klaim) untuk menerima kas atau ekuivalen kas di
masa depan.
II. Penilaian
d. Aktiva Tak Berwujud yang Dibeli
Aktiva tak berwujud yang dibeli dari pihak lain dicatat pada biaya. Biaya ini termasuk
semua biaya akuisisi dan pengeluaran yang diperlukan (seperti harga beli, biaya hukum,
dan beban insidental lainnya) untuk membuat aktiva tak berwujud tersebut siap
digunakan sebagaimana dimaksudkan.
Jika aktiva tak berwujud diperoleh dengan saham atau ditukarkan dengan aktiva lain,
maka biaya aktiva tak berwujud itu adalah nilai pasar wajar dari pertimbangan yang
diberikan atau nilai pasar wajar aktiva tak berwujud yang diterima, mana yang memiliki
bukti lebih jelas.
Apabila beberapa aktiva tak berwujud atau gabungan dari aktiva tak berwujud dan aktiva
berwujud, dibeli dala suatu “pembelian sekeranjang (basket purchase)”, maka biayanya
harus dialokasikan berdasarkan nilai pasar wajar atau nilai jual relatif. Pada dasarnya
perlakuan akuntansi untuk aktiva tak berwujud yang dibeli berkaitan erat dengan
pembelian aktiva tak berwujud.
e. Aktiva Tak Berwujud yang Dibuat secara Internal
Biaya yang terjadi secara internal untuk menciptakan aktiva tak berwujud biasanya
dibebankan pada saat biaya itu dikeluarkan. Jadi, walaupun sebuah perusahaan mungkin
mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan yang substansial untuk menciptakan
aktiva tak berwujud, namun biaya ini dibebankan. Akan tetapi, biaya ini tidak tepat jika
dibebankan, dan juga sulit untuk menghubungkan biaya ini dengan aktiva tak berwujud
tertentu. Namun, pendapat lain menyebutkan bahwa karena subjektivitas yang mendasari
berhubungan dengan aktiva tak berwujud, maka pendekatan konservatif harus digunakan
yaitu dibebankan ketika terjadi. Akibatnya, hanya biaya internal yang dikapitalisasi yang
merupakan biaya langsung yang dikeluarkan dalam memperoleh aktiva tak berwujud
seperti biaya hukum.
III. Amortisasi
f. Aktiva Tak Berwujud yang Mempunyai Umur Manfaat Terbatas
Alokasi biaya aktiva tak berwujud dengan cara yang sistematis disebut amortisasi.
amortisasi dilakukan pada aktiva tak berwujud yang mempunyai umur manfaat terbatas
dengan pembebanan sistematis selama umur manfaatnya. Umur manfaat ini harus
mencerminkan periode-periode di mana aktiva-aktiva ini berkontribusi pada arus kas.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk menentukan umur manfaat:
1. Perkiraan penggunaan suatu aktiva oleh perusahaan
2. Perkiraan umur manfaat aktiva yang lain yang terkait dengan umur manfaat
aktiva tak berwujud tersebut.
6. Tingkat beban pemeliharaan yang diperlukan untuk mendapatkan arus kas yang
diharapkan dari aktiva tersebut.
Jumlah aktiva tak berwujud yang akan diamortisasikan adalah biayanya dikurangi nilai
sisa. Nilai sisanya diasumsikan berjumlah nol kecuali pada akhir umur manfaatnya, aktiva
tak berwujud itu mempunyai nilai pada perusahaan lain. Jika terdapat perubahan dalam
umur manfaatnya, jumlah yang tersisa harus diamortisasikan sepanjang sisa umur
manfaat yang diperbarui.
g. Aktiva Tak Berwujud yang Mempunyai Umur Manfaat Tak Terbatas
Tak terbatas berarti bahwa tidak ada batas yang dapat diperkirakan dalam periode waktu
dimana aktiva tersebut dapat memberikan arus kas. Aktiva dengan umur manfaat yang
tak terbatas tidak diamortisasi. Pengujian penurunan untuk aktiva tak berwujud dengan
umur tak terbatas berbeda dengan yang dipakai untuk aktiva berwujud dengan umur
terbatas, dalam hal bahwa hanya pengujian nilai wajar saja yang dilakukan. Tidak ada
pengujian pemulihan yang terkait dengan aktiva tak berwujud dengan umur tak terbatas
karena aktiva tak berwujud dengan umur tak terbatas tidak akan pernah gagal dalam
pengujian pemulihan arus kas tak berdiskonto karena arus kas dapat diperpanjang ke
masa depan secara tidak terbatas.
Ilustrasi 19. Perlakuan Akuntansi untuk Aktiva Tak Berwujud
Ilustrasi tersebut mengasumsikan bahwa tidak terdapat nilai sisa dari daftar pelanggan itu.
Namun jika Ours memutuskan untuk menjual daftar itu ke perusahaan lain seharga $60.000
pada akhir tahun ketiga, Ours harus mengurangkan nilai sisa ini dari biaya untuk menentukan
beban amortisasi yang tepat untuk setiap tahun. Dalam hal ini, perusahaan harus
mengasumsikan nilai sisa sebesar nol kecuali jika umur manfaat aktiva tersebut lebih pendek
daripada umur ekonomis dan tersedia bukti yang jelas mengenai nilai sisa itu.
Biaya $6.000.000
Nilai Sisa 60.000
Dasar Amortisasi $5.940.000