Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
__________________________________________________________________________________________________________________
Abstrak: Kecamatan Beji adalah salah satu wilayah peri-urban yang berbatasan langsung dengan Kota
Jakarta. Sebagai daerah pinggiran kota, Kecamatan Beji mengalami perkembangan penggunaan lahan yang
intensif sejak tahun 90-an, hal disebabkan oleh adanya ekspansi aktivitas perkotaan ke daerah pinggiran,
seperti pembangunan perumnas, relokasi Universitas Indonesia (UI), dan peningkatan kawasan pemukiman
akibat tingginya urbanisasi. Fenomena ini menjadi pemicu bergesernya karakterisitk Kecamatan Beji sebagai
wilayah peri-urban yang memiliki sifat peralihan desa-kota menjadi dominan sifat kekotaan (urban fringe).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor dan pola perkembangan penggunaan lahan di
Kecamatan Beji dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
teknik pengumpulan data baik primer maupun sekunder. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa analisis, yaitu
analisis pola perkembangan penggunaan lahan melalui analisis perbandingan citra tahun 1990,1999, dan 2011,
analisis deskriptif, dan analisis faktor menggunakan aplikasi SPSS. Pola perkembangan penggunaan lahan di
Kecamatan Beji sejak tahun 1990-2011 mengalami pembentukan dalam tempo yang berbeda (cepat, sedang,
dan lambat), hal ini terkait pada faktor pemicu perkembangan penggunaan lahan yang berbeda-beda
pengaruhnya di setiap daerah di Kecamatan Beji. Faktor dominan yang menjadi penentu perkembangan
penggunaan lahan di Kecamatan Beji secara umum adalah faktor letak Kecamatan Beji yang berbatasan
dengan Kota Jakarta dan faktor migrasi yang datang ke Kecamatan Beji, namun dalam penilaian faktor
perkembangan penggunaan lahan setiap wilayah, masing-masing memiliki faktor dominan yang berbeda.
Abstract: Beji subdistrict is one of the peri-urban area directly adjacent to the city of Jakarta. As a suburban
area, Beji district has developed an intensive land use since the 90s, it is caused by the expansion of urban
activities to the suburbs, such as the construction of the National Housing Authority, the relocation of the
University of Indonesia (UI), and an increase in residential areas due to high urbanization. This phenomenon
triggers a shift in the characteristic Beji subdistrict as peri-urban regions which have the property of rural-urban
transition became the dominant nature of the urban (urban fringe). The purpose of this research is to identify
the factors and patterns of land use development in the Beji subdistrict within the last 20 years. This research
uses quantitative methods of data collection techniques both primary and secondary. This research was
conducted in several analysis, namely the development of land use pattern analysis through comparative
analysis of the image of 1990.1999, and 2011, the descriptive analysis, and factor analysis using SPSS. Since the
1990-2011, the pattern of land use development in the Beji subdistrict experience in the formation of a different
tempo (fast, medium, and slow), it is related to the factors triggering the development of land use of different
effects in each region in Beji subdistrict. The dominant factors that determine the development of land use in
general Beji district are Beji subdistrict layout bordering the city of Jakarta factor and migration factors that
come into Beji district, but in the assessment of land use development factor of each region has different
dominant factor.
PENDAHULUAN
Lahan dari segi fisik geografis, adalah dengan penempatan pusat pendidikan
tempat dimana sebuah hunian tercipta dan Universitas Indonesia (UI) dan Perumnas
mempunyai kualitas fisik yang penting dalam pertama di Kota Depok, tepatnya di
penggunaannya (Lichfield dan Drabkin, 1980). Kecamatan Beji. Keberadaan UI dan
Menurut Philip Kivell (1993), semakin banyak Perumanas ini membawa dampak
jumlah penduduk maka akan menggunakan perkembangan yang cukup besar bagi Kota
lahan lebih banyak pula. Hal ini yang menjadi Depok, dimana Kota Depok mulai dikenal lebih
tantangan bagi perencanaan pembangunan luas dan berkembang menjadi pusat aktvitas
dimana ketersediaan lahan yang terbatas pendidikan dan tempat tinggal di daerah
dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan pinggiran. Kecamatan Beji telah mengalami
ruang aktivitas penduduk yang terus perkembangan yang cukup pesat, dimana
meningkat dari waktu ke waktu.Kawasan dalam kurun waktu tahun 2008-2012 saja,
perkotaan merupakan tempat pusat aktivitas populasi Kecamatan Beji meningkat 35,8%,
dengan ketersediaan sarana prasarana yang dengan jumlah rumah tangga yang meningkat
memadai. Potensi ini menjadi daya tarik sebesar 15%, dengan berdirinya beberapa
individu untuk datang dan menetap di pusat perbelanjaan dan apartemen/rumah
perkotaan untuk alasan pekerjaan dan susun, serta anggaran pembangunan fisik
kemudahan aksesibilitas, yang turut Kecamatan Beji tertinggi se-Kota Depok yaitu
mempengaruhi intensitas penggunaan lahan 33,2% dari keseluruhan anggaran
di perkotaan menjadi tinggi dan menjadikan pembangunan Kota Depok menandakan
lingkungan yang jenuh untuk tempat tinggal perkembangan Kecamatan Beji semakin padat
serta sulit untuk mengembangkan aktivitas dan masih berlangsung terus-menerus.
baru. Perkembangan Kota Jakarta sebagai Menurut Yunus (2008), daerah
Ibukota Negara Indonesia telah pinggiran merupakan daerah peralihan dari
menjadikannya kota yang sangat padat kawasan perkotaan menuju kawasan
dengan keberadaan berbagai fasilitas dan perdesaan, dimana sifat dari daerah pinggiran
aktivitas masyarakatnya namun keterbatasan itu sendiri tergantung pada besarnya
lahan yang dituntut tetap untuk menyediakan pengaruh perkotaan maupun perdesaan yang
ruang bagi penunjang kegiatan aktivitas diberikan pada kawasan peralihan
menjadikan kawasan perkotaan membentuk tersebut.Kecamatan Beji merupakan daerah
ekspansi ke daerah-daerah sekitarnya. Hal ini pinggiran yang lebih mengarah pada
yang menyebabkan daerah-daerah di perkembangan perkotaan, terlihat dari
pinggiran Kota Jakarta, yaitu wilayah ketersediaan sarana prasarana yang memadai
bodetabekjur termaksud Kota Depok menjadi seperti halnya di perkotaan, dan telah
daerah penyangga aktivitas di Kota Jakarta, hilangnya sektor agraris secara dominan
baik sebagai kawasan pemukiman maupun sehingga meskipun Kecamatan Beji
penunjang penempatan lokasi pengembangan merupakan wilayah pinggiran namun hal
aktivitas lain seperti industri, pemukiman, tersebut hanya dibatasi secara administratif
pendidikan, dan rekreasi. karena secara keruangan, karakter Kecamatan
Kota Depok terletak diantara kawasan Beji telah menyerupai karakter perkotaan.
Jabodetabek lainnya termaksud yang startegis Perkembangan karateristik perkotaan ini juga
karena berada ditengah-tengah antara Jakarta diikuti oleh munculnya fenomena-fenomena
dan Bogor dapat menjadi tempat trasit perkotaan seperti percampuran kehidupan
maupun pilihan lokasi tempat tinggal sebagai sosial, kepadatan bangunan, dan kemacetan
daerah penyokong kebutuhan tempat tinggal lalu lintas.
yang terdekat dengan Kota Jakarta. Hal ini Berdasarkan gambaran perkembangan
juga ditunjang oleh kemudahan aksesibilitas Kecamatan Beji dari dulu hingga kini
baik moda maupun prasarana memunculkan pertanyaan bagaimana fase
jalan.Perkembangan Kota Depok juga dipicu pola perkembangan penggunaan lahan
Kecamatan Beji? faktor apa yang paling b. Void yaitu ruanng kosong yang terdapat
mempengaruhi perkembangan penggunaan diantara bangunan-bangunan atau
lahan di Kecamatan Beji dan seberapa jauh tatanan bangunan yang terbentuk oleh
pengaruh faktor tersebut dalam membentuk adanya ruang terbuka, misalnya jalan
jenis penggunaan lahan di Kecamatan Beji? yang merupakan ruang penghubung
Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut antar bangunan.
dapat diduga adanya perubahan penggunaan Land use dapat terbagi menjadi dua
lahan di Kecamatan Beji, baik secara spasial, bagian, yaitu :
fisik, maupun karateristik penghuni lahan a. kawasan terbangun, meliputi fasilitas
tersebut sehingga perlu dikaji lebih lanjut pendidikan, kesehatan, peribadatan,
mengenai perkembangan penggunaan lahan perumahan, perkantoran, rekreasi
di Kecamatan Beji kini dan dapat diketahui olahraga, perdagangan dan jasa, serta
prioritas penanganan yang dilakukan dalam fasilitas umum.
upaya pengendalian perkembangan b. kawasan tak terbangun
penggunaan lahan di Kecamatan Beji yang • RTH (Ruang Terbuka Hijau) adalah ruang
semakin pesat. yang bersifat terbuka, tanpa bangunan
dan pemanfaatannya lebih bersifat
KAJIAN LITERATUR pengisian hijau tanaman atau
Pengertian Lahan tumbuhan.
Pengertian lahan dapat ditinjau dari dua • daerah konservasi adalah daerah yang
segi (Lichfield dan Drabkin, 1980:5), yaitu : mengandung arti perlindungan
• Dari segi fisik geografis, lahan adalah sumberdaya alam dan tanah terbuka
tempat dimana sebuah hunian tercipta serta pelestarian daerah perkotaan.
dan mempunyai kualitas fisik yang Menurut Chapin (1979:28-31),
penting dalam penggunaannya. penggunaan lahan dipengaruhi oleh tiga
• Dari segi ekonomi, lahan adalah sumber sistem yang berkaitan antara bagian dalam
daya alam yang mempunyai peranan struktur ruang kota, yaitu sistem aktivitas
penting dalam produksi. kota, sistem pengembangan lahan, dan sistem
Menurut Karyoedi (1993), lahan lingkungan
mempunyai beberapa karakteristik, Pengertian dan Karateristik Wilayah Peri-
diantaranya : Urban
• Mempunyai sifat khusus yaitu Menurut Yunus (2008), Urban fringe
permanen ; atau peri-urban diartikan sebagai
• lokasi yang pasti ( tidak dapat pinggiran/sekitar perkotaan. Wilayah peri-
dipindahkan); urban merupakan wilayah yang berada
• tidak satu bidang tapak lahan yang disekitar perkotaaan dan dikaitannya dengan
mempunyai nilai yang persis sama; kota betapun kecilnya pengaruh kekotaan
• Ketersediaan (supply) lahan terbatas tersebut dapat digunakan sebagai indikator
dan langka; dan identifikasi karateristik wilayah peri-urban.
• Kepentingan & keinginan (baik yang Yunus (2008) mengatakan karateristik
dikuasai secara sah/ legal, maupun tidak wilayah peri-urban dipengaruhi oleh
sah/ ilegal menurut peraturan karakteristik wilayah perdesaan dan kekotaan
perundangan yang berlaku) yang ada di sekitarnya, besar kecil pengaruh
Tata Guna Lahan yang diberikan antara perdesaan dan
Tata guna lahan atau land use adalah kekotaan akan mempengaruhi karakteristik
pengaturan mengenai penggunaan lahan dari wilayah peri-urban tersebut, baik dari
dimana memerlukan sumber daya manusia aspek fisik maupun non fisik. Amiruddin.et.al
dan sumber daya lainnya. Menurut Figure (1970) dalam Yunus (2011), mengungkapkan
Ground Theory dalam Zahnd (1999), ciri-ciri pembeda antara wilayah pedesaan,
menyatakan bahwa land use adalah : peri-urban, dan urban, seperti yang dijelaskan
a. Solid yaitu bentukan fisik dari kota pada tabel dibawah ini.
suatu daerah seperti demografi, sosial, politik, sampling yang digunakan dalam penelitian ini
ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan dan adalah teknik purposive. Teknik analisis
sejarah dapat mempengaruhi dan atau purposive adalah salah satu jenis teknik
dipengaruhi oleh fenomena urbanisasi. analisis nonpropability, dimana tidak semua
Tahapan selanjutnya dari proses urbanisasi populasi memiliki kesempatan yang sama
akan mempengaruhi pola sistem perkotaan, untuk dipilih. Sampel ditentukan berdasarkan
penggunaan lahan, dan bentuk fisik tujuan atau maksud tertentu. Pada penelitian
lingkungan yang bisa juga mengalami ini, sasaran sampel ditujukan kepada pihak-
perubahan tanpa adanya proses urbanisasi pihak baik instansi maupun individu yang
tetapi langsung sebagai dampak dari memahami mengenai perkembangan yang
perubahan aspek-aspek lingkungan, sosial, terjadi di Kecamatan Beji. Metode Analisis
dan ekonomi yang ada di daerah tersebut.Jika dalam penelitian ini dilakukan melalui 4 jenis
dikaitkan dengan stuktur sosial-ekonomi yang analisis, yaitu:
mempengaruhi penggunaan lahan, skema • Analisis deskriptif, baik secara bivariate
diatas memberikan gambaran secara jelas, descriptive dan univariate descriptive untuk
dimana proses urbanisasi menjadi tahapan menjelaskan karakteristik perkembangan
perantara kedua pembahasan tersebut. penggunaan lahan.
• Analisis overlay untuk melihat perbedaan
METODE PENELITIAN perkembangan penggunaan lahan di
Pendekatan studi yang digunakan dalam Kecamatan Beji dari tahun 1990,1999, dan
penelitian ini adalah pendekatan studi secara 2011;
metode kuantitatif atau disebut juga metode • Analisis Faktor dan pembobotan untuk
positivistik karena berlandaskan pada filsafat mencari faktor yang mendominasi
positivisme, yaitu memandang suatu perkembangan penggunaan lahan di
gejala/fenomena itu dapat diklasiikasikan, Kecamatan Beji.
konkrit, teramati, terukur, dan hubungan • Analisis Tingkatan Perkembangan, untuk
gejala sebab-akibat (Sugiyono,2013). menentukan tingkatan perkembangan
Penelitian ini mencari faktor yang penggunaan lahan di Kecamatan Beji.
mempengaruhi perkembangan lahan di Berikut ini adalah perhitungan yang
Kecamatan Beji, hal ini merupakan hubungan digunakan:
sebab akibat dari faktor tertentu yang ( ) ΔA
mengakibatkan perkembangan penggunaan tingkat perkembangan = =
( ) Δt
lahan.Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara Keterangan :
pengumpulan data primer melalui observasi, ∆ A = selisih perubahan luas penggunaan
dokumentasi, kuesioner, dan wawancara lahan terbangun
maupun pengumpulan data sekunder melalui ∆ t = selisih jangka waktu perkembangan
kajian literatur dan survei instansional. Teknik
HASIL PEMBAHASAN tahun 1990-1999 lebih intensif dibandingkan
Analisis Pola Perkembangan Penggunaan dengan perkembangan pada tahun 1999-
Lahan 2011, dimana dalam 2 periode tersebut pola
Analisis perkembangan pola perkembangan penggunaan lahan terbangun
penggunaan lahan di Kecamatan Beji memiliki pola yang memencar. Di bawah ini
dilakukan dengan menggunakan analisis adalah peta perkembangan penggunaan lahan
perbandingan citra tahun 1990, 1999, dan terbangun di Kecamatan Beji.
2011. Perkembangan penggunaan lahan pada
Keterangan:
lahan terbangun batas kelurahan jalan
Kota Jakarta batas kecamatan ++++++ jalur kereta api
Kecamatan Lain di Kota Depok batas kota
Sumber:Hasil Analisis Penyusun 2014, Lapan 1990 & 1999, dan Bappeda Kota Depok
GAMBAR 2
PETA PERKEMBANGAN GUNA LAHAN DI KECAMATAN BEJI TAHUN 1990-1999 (KIRI) & 1999-2011 (KANAN)
TABEL 4
PERKEMBANGAN POLA PENGGUNAAN LAHAN TERBANGUN DI KEL. BEJI TAHUN 1990-1999 & 1999-2011
Perkembangan Tahun 1999 dan 1990 Perkembangan Tahun 2011 dan 1999 Keterangan
Selain itu pada periode 1990-1999, awal Beji, khususnya di sepanjang jalan
perkembangan juga terlihat dibagian selatan penghubung Beji-Kukusan. Dibandingkan
Kel. Kukusan yang berbatasan dengan Kel. dengan perkembangan penggunaan lahan
terbangun pada tahun 1990-1999, intensitas Pada kurun waktu yang hampir
perkembangan lahan terbangun di Kecamatan bersamaan juga terjadi perubahan status
Beji lebih tinggi terjadi pada tahun 1999-2011. administratif wilayah Depok yang semula
Hal ini tidak terlepas dari adanya pengaruh merupakan salah satu kecamatan dari wilayah
perubahan kebijakan dari status Kabupaten Bogor berubah menjadi Kota
pemerintahan Kota Depok itu sendiri maupun Depok setelah terlebih dahulu menjadi Kota
dari sistem pengelolaan Kampus UI. Pada Administratif Depok. Perubahan status ini
tahun 2000, pengelolaan kampus UI membawa kemudahan dalam perijinan
mengalami perubahan status menjadi penggunaan lahan di Kecamatan Beji dalam
Perguruan Tinggi dengan status BUMN melakukan berbagai jenis usaha, sebagaimana
(website UI) yang mempengaruhi perubahan yang disampaikan Lee (1979) dalam Yunus
sistem akademik kampus, dimana terdapat (2008), kebijakan pemerintah menjadi faktor
tambahan beberapa penjurusan baru maupun pendukung pelaku usaha dalam memilih suatu
peningkatan kapasitas pendidikan. Hal ini lokasi pembangunan penggunaan lahan.
mempengaruhi pada jumlah civitas kampus C. Kelurahan Tanah Baru
yang menjadi tanggungan wilayah Kecamatan Kel. Tanah Baru memiliki luas wilayah
Beji sebagai wilayah yang mewadahi aktivitas paling luas di Kecamatan Beji, hal ini juga
pendidikan tersebut sehingga sejak tahun membuatnya memiliki ketersediaan lahan
tersebut semakin tinggi munculnya terbangun lebih luas dibandingkan Kel. lain di
penggunaan lahan yang menunjang kegiatan Kecamatan Beji. Pada tahun 1990-1999,
pendidikan tersebut, seperti kos-kosan, perkembangan penggunaan lahan terbangun
tempat usaha, maupun tempat jualan di Kel. Tanah Baru terjadi dengan membentuk
makanan. pola linier, mengikuti Jalan Tanah Baru yang
menghubungkan Kota Depok-Kota Jakarta.
TABEL 6
PERKEMBANGAN POLA PENGGUNAAN LAHAN TERBANGUN DI KEL. TANAH BARU TAHUN 1990-1999 & 1999-2011
Perkembangan Tahun 1999 dan 1990 Perkembangan Tahun 2011 dan 1999 Keterangan
Hal ini tidak terlepas karena letak Kel. sekitar Jl. Krukut, yang juga jalan penghubung
Tanah Baru yang berbatasan langsung dengan Kota Depok-Kota Jakarta. Selain itu pada
Kota Jakarta, sekaligus berbatasan langsung tahun 1999-2011, perkembangan penggunaan
dengan Kecamatan Pancoran Mas bagian lahan di Kel. Tanah Baru didominasi oleh
utara yang menjadi lokasi Perumnas. Pada pertumbuhan perumahan-perumahan dalam
tahun 1999-2011 perkembangan penggunaan skala menengah maupun kecil berupa cluster-
lahan di Kel. Tanah Baru membentuk pola cluster perumahan.
linier, berbeda dengan tahun 1990-1999 yang Jika pada tahun 90-an pendatang yang
lebih dipengaruhi oleh Jalan Tanah Baru, pada datang ke Kecamatan Beji datang dengan
tahun 1999-2011 lebih intensif berkembang di tujuan urbanisasi namun pada periode 1999-
2011 pergerakan pendatang lebih mengarah di sepanjang ruas Jalan Margonda tetapi juga
pada kekuatan sentrifugal atau dari kota ke di bagian dalam dari ruas jalan tersebut, dan
wilayah pinggiran (Yunus, 2008), hal ini lebih mengarah ke bagian timur. Hal ini
terlihat dari data kependudukan bahwa 35,3% dikarenakan pada bagian barat dari wilayah
pendatang di Kel. Tanah Baru berasal dari Kel. ini adalah kawasan pendidikan Kampus
Jakarta. Pertumbuhan perumahan dalam Universitas Indonesia sehingga tidak
bentuk cluster-cluster menciptakan proses memungkinkan adanya perkembangan ke
pendatang yang terjadi secara ekspansif arah barat wilayah Kel. Pondok Cina.
(Yunus, 2011:86), dimana para pendatang dari Perkembangan penggunaan lahan di Kel.
kota masuk ke Kel. Tanah Baru secara skala Pondok Cina tahun 1990-1999, dipengaruhi
besar atau berkelompok karana ketersediaan oleh tingginya aksesibilitas yang ditunjang
kawasan perumahan ini menyediakan oleh Jalan Margonda sebagai jalan utama
kawasan hunian yang siap dihuni oleh penghubung Kota Depok-Kota Jakarta dan
pendatang-pendatang dari Jakarta maupun keberadaan 2 stasiun KRL (Pondok Cina dan
wilayah lainnya. UI) serta dikaranakan keberadaan beberapa
D. Kelurahan Pondok Cina penguruan tinggi di Kel. Pondok Cina, seperti
Pada tahun 1990-1999, perkembangan BSI, Universitas Gunadarma, dan UI. Di
penggunaan lahan terbangun di Kel. Pondok wilayah ini banyak penduduk setempat yang
Cina terjadi secara intensif dengan mengalokasikan sebagian lahannya atau ruang
membentuk pola linier mengikuti pola Jalan bangunannya sebagai tempat kos-kosan atau
Margonda. Pada tahun ini perkembangan tempat usaha.
penggunaan lahan, tidak hanya terkonsentrasi
TABEL 7
PERKEMBANGAN POLA PENGGUNAAN LAHAN TERBANGUN DI KEL. PONDOK CINA TAHUN 1990-1999 & 1999-2011
Perkembangan Tahun 1999 dan 1990 Perkembangan Tahun 2011 dan 1999 Keterangan
perkembangan penggunaan lahan terbangun bagian dalam dari ruas jalan tersebut dan di
tidak hanya terkonsentrasi di sepanjang Jalan bagian selatan Kel. Kemiri Muka.
Margonda dan Jalan Juanda, tetapi juga di
TABEL 8
PERKEMBANGAN POLA PENGGUNAAN LAHAN TERBANGUN DI KEL. KEMIRI MUKA TAHUN 1990-1999 & 1999-2011
Perkembangan Tahun 1999 dan 1990 Perkembangan Tahun 2011 dan 1999 Keterangan
TABEL 9
PERKEMBANGAN POLA PENGGUNAAN LAHAN TERBANGUN DI KEL. BEJI TIMUR TAHUN 1990-1999 & 1999-2011
Perkembangan Tahun 1999 dan 1990 Perkembangan Tahun 2011 dan 1999 Keterangan
• Pola yang terbentuk dan faktor pemicu menata hingga ruang lingkup terkecil
pada perkembangan lambat adalah dan dapat berintegrasi dari berbagai
memencar, dikarenakan letaknya jauh aspek pembangunan berkelanjutan.
dengan jalan utama dan regulasi
pemerintah, meskipun terletak dekat UI. DAFTAR PUSTAKA
• Kel. Beji dan Kel. Kemiri Muka adalah Chapin Jr., F Stuart, dan Edward J. Kaiser. 1979.
wilayah yang berkembang cepat karena Urban Land Use Planning Third Edition.
keberadaan pendatang yang terjadi secara Chicago: University of Illinoise Press.Kivell,
Philip.1993.” Land And The City : Patterns And
infiltratif. Peristiwa ini berbanding terbalik
Processes Of Urban Change”. Routledge
dengan pernyataan (Yunus, 2011;86) yang Hall, Hill. 1996. Transformasi Ekonomi Indonesia
mengatakan proses infiltratif terjadi Sejak 1966: Sebuah Studi Krisis dan
dengan waktu yang lama. Ha ini Komprehensif. Yogyakarta: Tiara
dikarenakan pada tahun 1990 terjadi Wacana.Knox, L. Paul.2011.”Urbanization: An
fenomena urbanisasi yang mengakibatkan Introduction to Urban Geography (3rd
jumlah pendatang di Kec. Beji sangat Edition)”. New Jersey: A Simon & Schuster
tinggi dalam kurun waktu 1990-2011. Company.
• Berdasarkan hasil kuesioner 2 faktor yang Lichfield. N, and Darin-Drabkin. 1980. Land Policy
in Planning. George Allen & Unwim LTD,
paling mempengaruhi secara umum, yaitu
London, United Kingdom. Lichfield dan Drabkin
letak Kec. Beji yang berbatasan dengan
J.Ravets et al. 2013. “Peri-urban future: scenarios
Kota Jakarta dan keberadaan imigran yang and models for land use change in Europe”.
datang ke Kec. Beji, meskipun demikian Springer. Springer Berlin Heidelberg.Yunus,
setiap Kel. memiliki faktor dominan Hadi Sabari. 2005. Struktur Spasial Perkotaan.
masing-masing tergantung pada Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
keberadaan faktor pemicu yang berada Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan
atau dekat dengan wilayah tersebut. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Rekomendasi Bandung: Alfabeta V.
- Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut Suryana, Asep. 2004. “Kota Baru Depok: A Study
of Suburbanization Process in Jakarta” dalam
mengenai ketersediaan ruang terbuka
Hiroyoshi Kano (ed). Growing Metropolitan
(taman lingkungan , jaringan drainase)
Suburbia : a Comparative Sociological Study
di kawasan pemukiman padat khususnya On Tokyo and Jakarta. Jakarta: Yayasan Obor
pemukiman tidak terencana/swadaya Indonesia, hal 31-58.
karena padatnya bangunan dan Tolentino, Arman. 2011. Suburban Tissue Analysis
pengkajian kesesuaian lokasi & Retroitability. Georgia. School of City &
pembangunan baik pemukiman maupun Regional Planning Collage of Architecture
perdagangan jasa terhadap jalur Georgia Institute of Technology.
sempadan jalan, sungai, SUTET, dan rel Widyawati, Imma dan Hisashi Kubota. 2012.
kereta api. “Changing Physic, Changing Pattern, and
Conflicts of Rural-Urban Fringe Using a
- Diperlukan langkah-langkah
Combination Model” J. Basic. Appl. Sci. Res.,
pengendalian pertumbuhan penduduk,
2(12)12722-12730. TextRoad Publication
yaitu dengan: Yunus, Hadi Sabari. 2005. Struktur Spasial
• Peningkatan syarat dan prosedur Perkotaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
registrasi penduduk masuk Yunus, Hadi Sabari. 2008. Dinamka Wilayah Peri-
• pengkajian aspek lingkngan melalui Urban Determinan Masa Depan Kota.
proses perijinan pendirian bangunan Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
• Kebijakan adanya rusunawa bagi Yunus, Hadi Sabari. 2011. Manajemen Kota
mahasiswa-mahasiswa dan kebijakan Perspektif Spasial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota secara
lama studi
Terpadu: Teori Perancangan Kota dan
- Perlu dilakukan pengesahan kebijakan Terapannya. Yogyakarta: Kanisius.
penataan ruang secara detail yang dapat