Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Teknik PWK Volume 4 Nomor 1 2015

Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
__________________________________________________________________________________________________________________

POLA PERKEMBANGAN DAN FAKTOR PENENTU GUNA LAHAN


DI KECAMATAN BEJI, KOTA DEPOK

Retno Setyaningsih1 dan Wisnu Pradoto2


1
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
email : retnosetya24@gmail.com

Abstrak: Kecamatan Beji adalah salah satu wilayah peri-urban yang berbatasan langsung dengan Kota
Jakarta. Sebagai daerah pinggiran kota, Kecamatan Beji mengalami perkembangan penggunaan lahan yang
intensif sejak tahun 90-an, hal disebabkan oleh adanya ekspansi aktivitas perkotaan ke daerah pinggiran,
seperti pembangunan perumnas, relokasi Universitas Indonesia (UI), dan peningkatan kawasan pemukiman
akibat tingginya urbanisasi. Fenomena ini menjadi pemicu bergesernya karakterisitk Kecamatan Beji sebagai
wilayah peri-urban yang memiliki sifat peralihan desa-kota menjadi dominan sifat kekotaan (urban fringe).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor dan pola perkembangan penggunaan lahan di
Kecamatan Beji dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
teknik pengumpulan data baik primer maupun sekunder. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa analisis, yaitu
analisis pola perkembangan penggunaan lahan melalui analisis perbandingan citra tahun 1990,1999, dan 2011,
analisis deskriptif, dan analisis faktor menggunakan aplikasi SPSS. Pola perkembangan penggunaan lahan di
Kecamatan Beji sejak tahun 1990-2011 mengalami pembentukan dalam tempo yang berbeda (cepat, sedang,
dan lambat), hal ini terkait pada faktor pemicu perkembangan penggunaan lahan yang berbeda-beda
pengaruhnya di setiap daerah di Kecamatan Beji. Faktor dominan yang menjadi penentu perkembangan
penggunaan lahan di Kecamatan Beji secara umum adalah faktor letak Kecamatan Beji yang berbatasan
dengan Kota Jakarta dan faktor migrasi yang datang ke Kecamatan Beji, namun dalam penilaian faktor
perkembangan penggunaan lahan setiap wilayah, masing-masing memiliki faktor dominan yang berbeda.

Kata Kunci:Perkembangan Penggunaan Lahan, Pola Perkembangan, Peri-Urban, Depok

Abstract: Beji subdistrict is one of the peri-urban area directly adjacent to the city of Jakarta. As a suburban
area, Beji district has developed an intensive land use since the 90s, it is caused by the expansion of urban
activities to the suburbs, such as the construction of the National Housing Authority, the relocation of the
University of Indonesia (UI), and an increase in residential areas due to high urbanization. This phenomenon
triggers a shift in the characteristic Beji subdistrict as peri-urban regions which have the property of rural-urban
transition became the dominant nature of the urban (urban fringe). The purpose of this research is to identify
the factors and patterns of land use development in the Beji subdistrict within the last 20 years. This research
uses quantitative methods of data collection techniques both primary and secondary. This research was
conducted in several analysis, namely the development of land use pattern analysis through comparative
analysis of the image of 1990.1999, and 2011, the descriptive analysis, and factor analysis using SPSS. Since the
1990-2011, the pattern of land use development in the Beji subdistrict experience in the formation of a different
tempo (fast, medium, and slow), it is related to the factors triggering the development of land use of different
effects in each region in Beji subdistrict. The dominant factors that determine the development of land use in
general Beji district are Beji subdistrict layout bordering the city of Jakarta factor and migration factors that
come into Beji district, but in the assessment of land use development factor of each region has different
dominant factor.

Keywords:Development of Land Use, Development Patterns, Peri-Urban, Depok

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 78-92 | 78


Pola Perkembangan & Faktor Penentu Guna Lahan
Di Kecamatan Beji, Kota Depok Retno Setyaningsih dan Wisnu Pradoto

PENDAHULUAN
Lahan dari segi fisik geografis, adalah dengan penempatan pusat pendidikan
tempat dimana sebuah hunian tercipta dan Universitas Indonesia (UI) dan Perumnas
mempunyai kualitas fisik yang penting dalam pertama di Kota Depok, tepatnya di
penggunaannya (Lichfield dan Drabkin, 1980). Kecamatan Beji. Keberadaan UI dan
Menurut Philip Kivell (1993), semakin banyak Perumanas ini membawa dampak
jumlah penduduk maka akan menggunakan perkembangan yang cukup besar bagi Kota
lahan lebih banyak pula. Hal ini yang menjadi Depok, dimana Kota Depok mulai dikenal lebih
tantangan bagi perencanaan pembangunan luas dan berkembang menjadi pusat aktvitas
dimana ketersediaan lahan yang terbatas pendidikan dan tempat tinggal di daerah
dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan pinggiran. Kecamatan Beji telah mengalami
ruang aktivitas penduduk yang terus perkembangan yang cukup pesat, dimana
meningkat dari waktu ke waktu.Kawasan dalam kurun waktu tahun 2008-2012 saja,
perkotaan merupakan tempat pusat aktivitas populasi Kecamatan Beji meningkat 35,8%,
dengan ketersediaan sarana prasarana yang dengan jumlah rumah tangga yang meningkat
memadai. Potensi ini menjadi daya tarik sebesar 15%, dengan berdirinya beberapa
individu untuk datang dan menetap di pusat perbelanjaan dan apartemen/rumah
perkotaan untuk alasan pekerjaan dan susun, serta anggaran pembangunan fisik
kemudahan aksesibilitas, yang turut Kecamatan Beji tertinggi se-Kota Depok yaitu
mempengaruhi intensitas penggunaan lahan 33,2% dari keseluruhan anggaran
di perkotaan menjadi tinggi dan menjadikan pembangunan Kota Depok menandakan
lingkungan yang jenuh untuk tempat tinggal perkembangan Kecamatan Beji semakin padat
serta sulit untuk mengembangkan aktivitas dan masih berlangsung terus-menerus.
baru. Perkembangan Kota Jakarta sebagai Menurut Yunus (2008), daerah
Ibukota Negara Indonesia telah pinggiran merupakan daerah peralihan dari
menjadikannya kota yang sangat padat kawasan perkotaan menuju kawasan
dengan keberadaan berbagai fasilitas dan perdesaan, dimana sifat dari daerah pinggiran
aktivitas masyarakatnya namun keterbatasan itu sendiri tergantung pada besarnya
lahan yang dituntut tetap untuk menyediakan pengaruh perkotaan maupun perdesaan yang
ruang bagi penunjang kegiatan aktivitas diberikan pada kawasan peralihan
menjadikan kawasan perkotaan membentuk tersebut.Kecamatan Beji merupakan daerah
ekspansi ke daerah-daerah sekitarnya. Hal ini pinggiran yang lebih mengarah pada
yang menyebabkan daerah-daerah di perkembangan perkotaan, terlihat dari
pinggiran Kota Jakarta, yaitu wilayah ketersediaan sarana prasarana yang memadai
bodetabekjur termaksud Kota Depok menjadi seperti halnya di perkotaan, dan telah
daerah penyangga aktivitas di Kota Jakarta, hilangnya sektor agraris secara dominan
baik sebagai kawasan pemukiman maupun sehingga meskipun Kecamatan Beji
penunjang penempatan lokasi pengembangan merupakan wilayah pinggiran namun hal
aktivitas lain seperti industri, pemukiman, tersebut hanya dibatasi secara administratif
pendidikan, dan rekreasi. karena secara keruangan, karakter Kecamatan
Kota Depok terletak diantara kawasan Beji telah menyerupai karakter perkotaan.
Jabodetabek lainnya termaksud yang startegis Perkembangan karateristik perkotaan ini juga
karena berada ditengah-tengah antara Jakarta diikuti oleh munculnya fenomena-fenomena
dan Bogor dapat menjadi tempat trasit perkotaan seperti percampuran kehidupan
maupun pilihan lokasi tempat tinggal sebagai sosial, kepadatan bangunan, dan kemacetan
daerah penyokong kebutuhan tempat tinggal lalu lintas.
yang terdekat dengan Kota Jakarta. Hal ini Berdasarkan gambaran perkembangan
juga ditunjang oleh kemudahan aksesibilitas Kecamatan Beji dari dulu hingga kini
baik moda maupun prasarana memunculkan pertanyaan bagaimana fase
jalan.Perkembangan Kota Depok juga dipicu pola perkembangan penggunaan lahan

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 78-92 | 79


Pola Perkembangan & Faktor Penentu Guna Lahan
Di Kecamatan Beji, Kota Depok Retno Setyaningsih dan Wisnu Pradoto

Kecamatan Beji? faktor apa yang paling b. Void yaitu ruanng kosong yang terdapat
mempengaruhi perkembangan penggunaan diantara bangunan-bangunan atau
lahan di Kecamatan Beji dan seberapa jauh tatanan bangunan yang terbentuk oleh
pengaruh faktor tersebut dalam membentuk adanya ruang terbuka, misalnya jalan
jenis penggunaan lahan di Kecamatan Beji? yang merupakan ruang penghubung
Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut antar bangunan.
dapat diduga adanya perubahan penggunaan Land use dapat terbagi menjadi dua
lahan di Kecamatan Beji, baik secara spasial, bagian, yaitu :
fisik, maupun karateristik penghuni lahan a. kawasan terbangun, meliputi fasilitas
tersebut sehingga perlu dikaji lebih lanjut pendidikan, kesehatan, peribadatan,
mengenai perkembangan penggunaan lahan perumahan, perkantoran, rekreasi
di Kecamatan Beji kini dan dapat diketahui olahraga, perdagangan dan jasa, serta
prioritas penanganan yang dilakukan dalam fasilitas umum.
upaya pengendalian perkembangan b. kawasan tak terbangun
penggunaan lahan di Kecamatan Beji yang • RTH (Ruang Terbuka Hijau) adalah ruang
semakin pesat. yang bersifat terbuka, tanpa bangunan
dan pemanfaatannya lebih bersifat
KAJIAN LITERATUR pengisian hijau tanaman atau
Pengertian Lahan tumbuhan.
Pengertian lahan dapat ditinjau dari dua • daerah konservasi adalah daerah yang
segi (Lichfield dan Drabkin, 1980:5), yaitu : mengandung arti perlindungan
• Dari segi fisik geografis, lahan adalah sumberdaya alam dan tanah terbuka
tempat dimana sebuah hunian tercipta serta pelestarian daerah perkotaan.
dan mempunyai kualitas fisik yang Menurut Chapin (1979:28-31),
penting dalam penggunaannya. penggunaan lahan dipengaruhi oleh tiga
• Dari segi ekonomi, lahan adalah sumber sistem yang berkaitan antara bagian dalam
daya alam yang mempunyai peranan struktur ruang kota, yaitu sistem aktivitas
penting dalam produksi. kota, sistem pengembangan lahan, dan sistem
Menurut Karyoedi (1993), lahan lingkungan
mempunyai beberapa karakteristik, Pengertian dan Karateristik Wilayah Peri-
diantaranya : Urban
• Mempunyai sifat khusus yaitu Menurut Yunus (2008), Urban fringe
permanen ; atau peri-urban diartikan sebagai
• lokasi yang pasti ( tidak dapat pinggiran/sekitar perkotaan. Wilayah peri-
dipindahkan); urban merupakan wilayah yang berada
• tidak satu bidang tapak lahan yang disekitar perkotaaan dan dikaitannya dengan
mempunyai nilai yang persis sama; kota betapun kecilnya pengaruh kekotaan
• Ketersediaan (supply) lahan terbatas tersebut dapat digunakan sebagai indikator
dan langka; dan identifikasi karateristik wilayah peri-urban.
• Kepentingan & keinginan (baik yang Yunus (2008) mengatakan karateristik
dikuasai secara sah/ legal, maupun tidak wilayah peri-urban dipengaruhi oleh
sah/ ilegal menurut peraturan karakteristik wilayah perdesaan dan kekotaan
perundangan yang berlaku) yang ada di sekitarnya, besar kecil pengaruh
Tata Guna Lahan yang diberikan antara perdesaan dan
Tata guna lahan atau land use adalah kekotaan akan mempengaruhi karakteristik
pengaturan mengenai penggunaan lahan dari wilayah peri-urban tersebut, baik dari
dimana memerlukan sumber daya manusia aspek fisik maupun non fisik. Amiruddin.et.al
dan sumber daya lainnya. Menurut Figure (1970) dalam Yunus (2011), mengungkapkan
Ground Theory dalam Zahnd (1999), ciri-ciri pembeda antara wilayah pedesaan,
menyatakan bahwa land use adalah : peri-urban, dan urban, seperti yang dijelaskan
a. Solid yaitu bentukan fisik dari kota pada tabel dibawah ini.

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 78-92 | 80


Pola Perkembangan & Faktor Penentu Guna Lahan
Di Kecamatan Beji, Kota Depok Retno Setyaningsih dan Wisnu Pradoto

TABEL 1 wilayah peri-urban juga mengalami


DIFERENSIASI CIRI RURAL, PERI-URBAN, & URBAN perkembangan yang cukup pesat. Yunus
Aspek Rural Rurban Urban (2008) mengatakan wilayah peri-urban yang
Mata
Pencaharian
Tani campuran Non agraris terletak berbatasan langsung dengan lahan
Kepadatan Agak kekotaan merupakan wilayah yang paling
Rendah Tinggi
Penduduk rendah dinamis dibandingkan lainnya, arah
Kebutuhan Sederhana
Mulai
Kompleks
perkembangan penggunaan lahan secara
berkembang umumnya terjadi secara horizontal maupun
Sekitar
vertikal.Di kawasan-kawasan perkotaan,
Tempat Kerja tempat Campuran Terpisah
tinggal perkembangan secara vertikal banyak
Daerah dilakukan dalam penggunaan lahan sebagai
sporadis Agak kompak Kompak
Terbangun fungsi hunian, perkantoran, perdagangan dan
Sumber : Amiruddin et al (1970) dalam Yunus (2011)
jasa, muapun campuran antara beberapa
fungsi ruang. Kawasan perkotaan atau
Konstelasi Wilayah Peri-urban pinggiran perkotaan yang berada di pinggir
Perkembangan suatu wilayah umumnya jalan, umumnya penggunaan lahan dilakukan
terjadi akibat adanya perkembangan secara vertikal dengan pemanfaatan ruang
penduduk yang diikuti dengan peningkatan yang bersifat campuran, dimana bagian lantai
permintaan akan penggunaan lahan. Menurut bawah dimanfaatkan sebagai perdagangan
Hall (1996:16) menyatakan jika perkembangan dan jasa atau komersial karena berhadapan
daerah perkotaan yang tidak dapat langsung dengan ruas jalan memiliki nilai
mengendalikan populasinya akan ekonomi yang lebih tinggi, sedangkan untuk
menimbulkan daerah-daerah yang semula ruang diatasnya dimanfaatkan sebagai tempat
dialokasikan sebagai kawasan hijau atau tinggal atau fungsi lain (Imma dan Kubota,
penyangga dan daerah-daerah pinggiran 2012).
lainnya, akan turut terkonversi akibat Pola Perkembangan Penggunaan Lahan
perluasan pemenuhan aktivitas perkotaan. Penggunaan lahan dalam suatu wilayah
Menurut Ravets (2013) terdapat atau kota baik terencana atau tidak terencana
beberapa tipe hubungan penggunaan lahan akan membentuk suatu pola perkembangan
antara beberapa wilayah, yaitu : penggunaan lahan, dimana pada kota yang
• Hubungan urban ke peri-urban : terencana, pola penggunaan lahannya lebih
tekanan dan permintaan akan ruang mudah dikenali, jenis pola perkembangan
perkotaan untuk perumahan, area penggunaan lahan seperti apa yang terbentuk
bisnis, dan infrastruktur di sekitar karena penempatan-penempatan penggunaan
wilayah suburban dan peri-urban. lahan telah ditentukan terlebih dahulu dalam
• Peri-urban ke rural : hubungan antara bentuk regulasi penataan kota, yang biasanya
masyarakat dengan landscape, dimana memiliki tujuan tertentu dalam justifikasi
wilayah rural yang memiliki estetika penempatan jenis aktivitas penggunaan lahan
dan keramahan dibandingkan di daerah tersebut. Menurut Smailes (1981)
perkotaan menjadi daya tarik dalam Yunus (2011:15), karateristik wilayah
tersendiri bagi masyarakat perkotaan, peri urban yang merupakan wilayah peralihan
selain memiliki manfaat ekonomi lain. dapat dikenali melalui kenampakan morfologi
• Hubungan dalam komunitas wilayah wilayah yang dapat dilihat dari 3 indikator,
peri-urban : potensi untuk yaitu:
mengembangkan sosial ekonomi - Kekhasan penggunaan lahan
dalam pemukiman sepanjang zona - Kekhasan pola bangunan dan fungsi
peri-urban. - Kekhasan pola sirkulasi
Dinamika Perkembangan Penggunaan Lahan Menurut Scheer (2001) dalam Arman
di Wilayah Peri-urban Tolentino (2011), bentuk perkotaan
Wilayah peri-urban adalah daerah yang merupakan bagian dari bentuk morfologi
menjadi sasaran dari perkembangan suatu kota, yang dalam analisisnya dapat
pembangunan di perkotaan, karena itu menggunakan komponen dasar berupa

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 78-92 | 81


Pola Perkembangan & Faktor Penentu Guna Lahan
Di Kecamatan Beji, Kota Depok Retno Setyaningsih dan Wisnu Pradoto

bangunan, plot lahan/persil lahan, dan menjadi kunci pembangunan adalah


jaringan jalan. Menurut Hudson dalam Yunus developer, baik individu maupun kelompok,
(2005), terdapat beberapa model yang pada dasarnya memperhitungkan
perkembangan kota, yaitu: keuntungan ekonomi, sehingga dianggap
TABEL 2 cekatan dalam memilih lokasi-lokasi
POLA PERKEMBANGAN KOTA pelaksanaan pembangunan. Berikut ini adalah
NO NAMA GAMBAR faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
Bentuk Satelit tempat bagi developer:
1 dan Pusat- • Regulasi pemerintah mengenai kebijakan
pusat baru
pengembangan tata ruang suatu wilayah
Bentuk Stellar
• Sarana, pemenuhan kebutuhan dasar
2 untuk pelaksanaan pembangunan seperti
atau Radial
listrik, air, gas, jaringan telepon, sanitasi,
Bentuk Linier dan sebagainya
Bermanik
3
(bealded linier
• Faktor teknis, berupa kesesuaianya
plans) karateristik fisik wilayah terhadap proyek
pembangunan, meliputi keadaan
Bentuk topografi, tanah, drainase, dan
4 sebagainya.
Memencar
• Lokasi, seberapa strategis tempat
Sumber : Hudson dalam Yunus (2005) tersebut dengan pengukuran intensitas
mobilitas yang melalui tempat tersebut.
Berdasarkan teori poros yang • Estetika dan pertamanan
dikemukan Babcock dalam Yunus (2005), • Karakter masyarakat lokal yang sudah
daerah yang berada disepanjang jalur menghuni tentang bagaimana responnya
transportasi memiliki mobilitas lebih tinggi. terhadap pembangunan tersebut.
Hal ini juga mempengaruhi perkembangan • Pelayanan kota, mencakup fasilitas
fisiknya yang lebih pesat dibandingkan daerah pelayanan umum
di antara jalur transportasi. Perkembangan • Harga lahan yang terjangkau.
fisik kota ini, akan membentuk pola berbentuk Menurut Ristimäki dalam Ravets (2013),
bintang. Sedangkan menurut Branch (1995) transportasi dan komunikasi merupakan
dalam Yunus (2005) mengemukakan enam faktor utama, yang dapat mendorong maupun
pola perkembangan fisik kota dalam sekama menghambat migrasi dari kawasan perkotaan
berikut ini: ke wilayah pinggiran maupun sebaliknya. Kini
transportasi tidak lagi terkonsentrasi pada
ketersediaan moda umum tetapi juga akses
penghubung kota-pinggiran yang membuat
pergerakan menggunakan kendaraan pribadi
semakin tinggi. Selain itu fungsi bangunan,
baik rumah maupun komersial juga dapat
menjadi komponen dari sistem fisik
Sumber : Branch, 1995 dalam Yunus (2005)
perkotaan, dimana lahan yang semakin
GAMBAR 1
POLA UMUM PERKEMBANGAN PERKOTAAN terbatas membuat intensitas penggunaan
lahan semakin tinggi, terdapat bangunan yang
Faktor Penentu Perkembangan Guna Lahan memiliki fungsi berbeda di setiap floor space.
Pada dasarnya perkembangan wilayah Menurut Lee (1979) dalam Yunus (2008)
dilatar belakangi oleh keputusan individu- penentu variasi spasial perkembangan fisik
individu yang menjadikan wilayah tersebut kota ada 6 faktor, yaitu keberadaan pelayanan
menjadi lokasi aktivitas sehingga terbentuk umum, tingkat aksesibilitas, keberadaan
suatu proses pembangunan wilayah. Menurut peraturan tertentu, karateristk fisik lahan dan
Havrey dalam Ravets (2013), aktor yang pemilik lahan, serta prakarsa pengembang.

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 78-92 | 82


Pola Perkembangan & Faktor Penentu Guna Lahan
Di Kecamatan Beji, Kota Depok Retno Setyaningsih dan Wisnu Pradoto

Model Kekuatan Perkembangan Wilayah mengenai perkembangan kawasan Kecamatan


Peri-urban Beji yang dalam perkembangannya
Yunus (2008) mengkategorikan wilayah mendapatkan pengaruh dari keberadaan
peri-urban dalam 3 model pergerakan, yaitu: pusat pendidikan Universitas Indonesia (UI).
 Kekuatan Sentrifugal adalah gerakan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
penduduk dan fungsi-fungsi yang berasal sebelumnya oleh Asep Suryana (2004) dalam
dari bagian dalam sesuatu wilayah Growing Metropolitan Suburbia: a
menuju ke bagian luarnya. Comparative Sociological Study on Tokyo and
 Kekuatan sentripetal, adalah kekuatan- Jakarta (Chapter3), relokasi kampus UI
kekuatan yang mengakibatkan gerakan menyebabkan para civitas kampus juga ikut
penduduk dan atau fungsi-fungsi yang pindah ke Depok, dimana kebanyakan dari
berasal dari bagian luar kota menuju ke mereka berasal dari keluarga menengah yang
bagian dalamnya. memiliki kemampuan finansial cukup kuat.
 Kekuatan lateral, adalah kekuatan Keberadaan pelaku aktivitas pendidikan ini
pergerakan yang tidak berasosiasi dengan akan membutuhkan tempat tinggal, yang
sifat kekotaan maupun kedesaan, namun kemudian akan mempengaruhi tumbuhnya
lebih pada variasi keruangan yang ada aktivitas-aktivitas lain seperti perdagangan
pada masing-masing subzona di wilayah jasa, hiburan, transportasi dan sebagainya
peri-urban. dalam rangka memenuhi kebutuhan aktivitas
Selain itu, Yunus (2011, 86), pendidikan tersebut. Terbentuknya aktivitas-
menambahkan masuknya pendatang- aktivitas baru tersebut akan menimbulkan
pendatang baru ke daerah pinggiran dapat perubahan penggunaan lahan di kawasan
melalui dua macam proses, yaitu : sekitar pusat pendidikan.
• Infiltratif, adalah proses masuknya Fenomena Urbanisasi Terhadap Penentu
pendatang secara perlahan-lahan, dalam Perkembangan Penggunaan Lahan
waktu yang relatif lama, secara individual Menurut L. Knox (2011), daerah
dan kebanyakan masuk ke dalam daerah perkotaan menjadi daya tarik tersendiri yang
pemukiman yang telah terbangun. dapat mengundang penduduk untuk
Pendatang ini dapat beradaptasi dan melakukan urbanisasi ke perkotaan. Setiap
berbaur dengan masyarakat sekitar. kota memiliki kekuatan yang berbeda, baik
• Ekspansif, adalah proses yang terjadi dari segi ekonomi, kualitas penduduk, maupun
dalam skala yang lebih besar, relatif cepat distribusi penduduk. Komponen utama kota
dan terjadi secara berkelompok. yang memiliki suatu suatu potensi adalah
Pembangunan kompleksnya, tidak tersedianya infrastruktur, faktor lokasi, dan
berasosiasi pada keseragaman etnis, penduduk. Urbanisasi sendiri memiliki dasar
okupasi, edukasi, budaya, maupun pengertian perubahan karakteristik dari yang
agama. bersifat kedesaan menjadi kekotaan, hal ini
Pengaruh Pusat Pendidikan Terhadap terjadi baik melalui proses perpindahan ke
Penggunaan Lahan kota ataupun perubahan karateristik dari
Pusat pendidikan merupakan wilayah maupun komponen wilayah itu sendiri
keberadaan aktivitas pendidikan di suatu menjadi kekotaan. Wilayah peri-urban dapat
tempat atau lokasi, baik berupa kawasan menggambarkan fenomena urbanisasi yang
maupun sebatas unit bangunan pendidikan, terbentuk dari perubahan karateristik
dalam hal ini aktvitas dapat berupa pendidikan penduduk maupun karateristik fisik
sekolah formal dari sekolah dasar hingga wilayahnya. Wilayah peri-urban yang
perguruan tinggi maupun sekolah non-formal. notabennya adalah wilayah yang masih
Penempatan pusat pendidikan akan memiliki sifat kedesaan, banyak yang telah
menimbulkan adanya kegiatan pendidikan teralih menjadi pembangunan fisik yang
yang melibatkan banyak peran dan kebutuhan menggambarkan sifat kekotaan. Hal ini
dalam proses aktivitas pendidikan itu sendiri, tentunya dipengaruhi dan akan
baik yang utama maupun sebagai aktivitas mempengaruhi sifat dari penghuni wilayah
pendukung. Penelitian ini membahas tersebut. Aspek-aspek perubahan yang ada di

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 78-92 | 83


Pola Perkembangan & Faktor Penentu Guna Lahan
Di Kecamatan Beji, Kota Depok Retno Setyaningsih dan Wisnu Pradoto

suatu daerah seperti demografi, sosial, politik, sampling yang digunakan dalam penelitian ini
ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan dan adalah teknik purposive. Teknik analisis
sejarah dapat mempengaruhi dan atau purposive adalah salah satu jenis teknik
dipengaruhi oleh fenomena urbanisasi. analisis nonpropability, dimana tidak semua
Tahapan selanjutnya dari proses urbanisasi populasi memiliki kesempatan yang sama
akan mempengaruhi pola sistem perkotaan, untuk dipilih. Sampel ditentukan berdasarkan
penggunaan lahan, dan bentuk fisik tujuan atau maksud tertentu. Pada penelitian
lingkungan yang bisa juga mengalami ini, sasaran sampel ditujukan kepada pihak-
perubahan tanpa adanya proses urbanisasi pihak baik instansi maupun individu yang
tetapi langsung sebagai dampak dari memahami mengenai perkembangan yang
perubahan aspek-aspek lingkungan, sosial, terjadi di Kecamatan Beji. Metode Analisis
dan ekonomi yang ada di daerah tersebut.Jika dalam penelitian ini dilakukan melalui 4 jenis
dikaitkan dengan stuktur sosial-ekonomi yang analisis, yaitu:
mempengaruhi penggunaan lahan, skema • Analisis deskriptif, baik secara bivariate
diatas memberikan gambaran secara jelas, descriptive dan univariate descriptive untuk
dimana proses urbanisasi menjadi tahapan menjelaskan karakteristik perkembangan
perantara kedua pembahasan tersebut. penggunaan lahan.
• Analisis overlay untuk melihat perbedaan
METODE PENELITIAN perkembangan penggunaan lahan di
Pendekatan studi yang digunakan dalam Kecamatan Beji dari tahun 1990,1999, dan
penelitian ini adalah pendekatan studi secara 2011;
metode kuantitatif atau disebut juga metode • Analisis Faktor dan pembobotan untuk
positivistik karena berlandaskan pada filsafat mencari faktor yang mendominasi
positivisme, yaitu memandang suatu perkembangan penggunaan lahan di
gejala/fenomena itu dapat diklasiikasikan, Kecamatan Beji.
konkrit, teramati, terukur, dan hubungan • Analisis Tingkatan Perkembangan, untuk
gejala sebab-akibat (Sugiyono,2013). menentukan tingkatan perkembangan
Penelitian ini mencari faktor yang penggunaan lahan di Kecamatan Beji.
mempengaruhi perkembangan lahan di Berikut ini adalah perhitungan yang
Kecamatan Beji, hal ini merupakan hubungan digunakan:
sebab akibat dari faktor tertentu yang ( ) ΔA
mengakibatkan perkembangan penggunaan tingkat perkembangan = =
( ) Δt
lahan.Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara Keterangan :
pengumpulan data primer melalui observasi, ∆ A = selisih perubahan luas penggunaan
dokumentasi, kuesioner, dan wawancara lahan terbangun
maupun pengumpulan data sekunder melalui ∆ t = selisih jangka waktu perkembangan
kajian literatur dan survei instansional. Teknik
HASIL PEMBAHASAN tahun 1990-1999 lebih intensif dibandingkan
Analisis Pola Perkembangan Penggunaan dengan perkembangan pada tahun 1999-
Lahan 2011, dimana dalam 2 periode tersebut pola
Analisis perkembangan pola perkembangan penggunaan lahan terbangun
penggunaan lahan di Kecamatan Beji memiliki pola yang memencar. Di bawah ini
dilakukan dengan menggunakan analisis adalah peta perkembangan penggunaan lahan
perbandingan citra tahun 1990, 1999, dan terbangun di Kecamatan Beji.
2011. Perkembangan penggunaan lahan pada

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 78-92 | 84


Pola Perkembangan & Faktor Penentu Guna Lahan
Di Kecamatan Beji, Kota Depok Retno Setyaningsih dan Wisnu Pradoto

Keterangan:
lahan terbangun batas kelurahan jalan
Kota Jakarta batas kecamatan ++++++ jalur kereta api
Kecamatan Lain di Kota Depok batas kota

Sumber:Hasil Analisis Penyusun 2014, Lapan 1990 & 1999, dan Bappeda Kota Depok
GAMBAR 2
PETA PERKEMBANGAN GUNA LAHAN DI KECAMATAN BEJI TAHUN 1990-1999 (KIRI) & 1999-2011 (KANAN)

Berikut ini adalah ringkasan fase A. Kelurahan Beji


perkembangan penggunaan lahan di Awal perkembangan kawasan
Kecamatan Beji berdasarkan hasil analisis terbangun di Kel. Beji, khususnya sebagai
waktu perkembangan penggunaan lahan dari kawasan pemukiman telah ada sejak tahun
kurun waktu 1990-1999 dan 1999-2011, yang 80-an melalui Keberadaan Komplek Perumnas
dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini Depok Utara – Beji. Keberadaan Komplek
TABEL 3 Perumnas Depok Utara – Beji membentuk
TINGKATAN PERKEMBANGAN PENGGUNAAN suatu ketersediaan fasilitas untuk menunjang
LAHAN TERBANGUN DI KEC. BEJI TAHUN 1990- aktivitas pemukiman seperti aksesibilitas dan
1999 & 1999-2011 keberadaan berbagai fasilitas penunjang
kehidupan (fasilitas perdagangan, fasilitas
1990-1999 1999-2011 Ket.
Kelurahan
∆A / ∆t Ket ∆A / ∆t Ket
peribadatan, fasilitas pendidikan, dan fasilitas
Kemiri Muka 5,42 C 1,77 L C kesehatan). Ketersediaan berbagai fasilitas
Beji 7,12 C 1,00 L C penunjang kehidupan, aksesibilitas, dan
Beji Timur 2,21 L 0,49 L L letaknya yang tidak jauh dari pusat kota ini
Pondok Cina 4,62 C 2,51 S S menjadikan Kel. Beji sebagai tempat pilihan
Kukusan 6,70 C 6,75 C C para pendatang, meskipun kawasan
Tanah Baru 5,93 C 5,07 C C pemukimannya tumbuh secara
Keterangan:
Ket = Kategori
individu/swadaya dan organis. Hal ini terlihat
C = Cepat; S = Sedang; L = Lambat dari kepadatan bangunan serta tata letak
Sumber:Hasil Analisis Penyusun, 2014 kawasan hunian yang tidak beraturan, dimana
pola perkembangan penggunaan lahan di
Setelah diketahui tingkat Kelurahan Beji adalah pola radial menyebar
perkembangan penggunaan lahan terbangun dengan titik awal perkembangannya adalah
yang terjadi pada tahun 1990, 1999, dan 2011. Komplek Perumnas Depok Utara – Beji.
Kemudian dijelaskan perkembangan setiap
kelurahan pada setiap periodenya.

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 78-92 | 85


Pola Perkembangan & Faktor Penentu Guna Lahan
Di Kecamatan Beji, Kota Depok Retno Setyaningsih dan Wisnu Pradoto

TABEL 4
PERKEMBANGAN POLA PENGGUNAAN LAHAN TERBANGUN DI KEL. BEJI TAHUN 1990-1999 & 1999-2011
Perkembangan Tahun 1999 dan 1990 Perkembangan Tahun 2011 dan 1999 Keterangan

Sumber:Hasil Analisis Penyusun, 2014

Pada periode tahun 2011-1999, perkembangan mengikuti jaringan jalan yang


perkembangan penggunaan lahan di Kel. Beji membatasi wilayah Kel. Beji dengan Kel. lain di
tergolong lambat. Hal ini dikarenakan pada sekitarnya.
periode 1990-1999, perkembangan lahan B. Kelurahan Kukusan
terbangun di Kel. Beji telah sangat intensif dan Perkembangan penggunaan lahan
ketersediaan lahan Kel. Beji yang terbatas terbangun di Kel. Kukusan pada tahun 1990-
mengakibatkan perkembangan pada periode 1999 membentuk pola menyebar/memencar,
2011-1999 hanya terbatas pada sisa lahan dimana terdapat perkembangan lahan
yang masih belum terbangun dan dalam terbangun diseluruh wilayah di Kel. Kukusan
luasan yang kecil. Perkembangan pada secara menyebar, hal ini tidak terlepas dari
perioden 2011-1999 terjadi semakin ke sisi-sisi keberadaan UI yang berada di Kel. Kukusan
pinggiran Kel. Beji karena sisi dalamnya telah bagian timur.
dipenuhi lahan terbangun, umumnya
TABEL 5
PERKEMBANGAN POLA PENGGUNAAN LAHAN TERBANGUN DI KEL. KUKUSAN TAHUN 1990-1999 & 1999-2011
Perkembangan Tahun 1999 dan 1990 Perkembangan Tahun 2011 dan 1999 Keterangan

Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2014

Selain itu pada periode 1990-1999, awal Beji, khususnya di sepanjang jalan
perkembangan juga terlihat dibagian selatan penghubung Beji-Kukusan. Dibandingkan
Kel. Kukusan yang berbatasan dengan Kel. dengan perkembangan penggunaan lahan

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 78-92 | 86


Pola Perkembangan & Faktor Penentu Guna Lahan
Di Kecamatan Beji, Kota Depok Retno Setyaningsih dan Wisnu Pradoto

terbangun pada tahun 1990-1999, intensitas Pada kurun waktu yang hampir
perkembangan lahan terbangun di Kecamatan bersamaan juga terjadi perubahan status
Beji lebih tinggi terjadi pada tahun 1999-2011. administratif wilayah Depok yang semula
Hal ini tidak terlepas dari adanya pengaruh merupakan salah satu kecamatan dari wilayah
perubahan kebijakan dari status Kabupaten Bogor berubah menjadi Kota
pemerintahan Kota Depok itu sendiri maupun Depok setelah terlebih dahulu menjadi Kota
dari sistem pengelolaan Kampus UI. Pada Administratif Depok. Perubahan status ini
tahun 2000, pengelolaan kampus UI membawa kemudahan dalam perijinan
mengalami perubahan status menjadi penggunaan lahan di Kecamatan Beji dalam
Perguruan Tinggi dengan status BUMN melakukan berbagai jenis usaha, sebagaimana
(website UI) yang mempengaruhi perubahan yang disampaikan Lee (1979) dalam Yunus
sistem akademik kampus, dimana terdapat (2008), kebijakan pemerintah menjadi faktor
tambahan beberapa penjurusan baru maupun pendukung pelaku usaha dalam memilih suatu
peningkatan kapasitas pendidikan. Hal ini lokasi pembangunan penggunaan lahan.
mempengaruhi pada jumlah civitas kampus C. Kelurahan Tanah Baru
yang menjadi tanggungan wilayah Kecamatan Kel. Tanah Baru memiliki luas wilayah
Beji sebagai wilayah yang mewadahi aktivitas paling luas di Kecamatan Beji, hal ini juga
pendidikan tersebut sehingga sejak tahun membuatnya memiliki ketersediaan lahan
tersebut semakin tinggi munculnya terbangun lebih luas dibandingkan Kel. lain di
penggunaan lahan yang menunjang kegiatan Kecamatan Beji. Pada tahun 1990-1999,
pendidikan tersebut, seperti kos-kosan, perkembangan penggunaan lahan terbangun
tempat usaha, maupun tempat jualan di Kel. Tanah Baru terjadi dengan membentuk
makanan. pola linier, mengikuti Jalan Tanah Baru yang
menghubungkan Kota Depok-Kota Jakarta.

TABEL 6
PERKEMBANGAN POLA PENGGUNAAN LAHAN TERBANGUN DI KEL. TANAH BARU TAHUN 1990-1999 & 1999-2011
Perkembangan Tahun 1999 dan 1990 Perkembangan Tahun 2011 dan 1999 Keterangan

Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2014

Hal ini tidak terlepas karena letak Kel. sekitar Jl. Krukut, yang juga jalan penghubung
Tanah Baru yang berbatasan langsung dengan Kota Depok-Kota Jakarta. Selain itu pada
Kota Jakarta, sekaligus berbatasan langsung tahun 1999-2011, perkembangan penggunaan
dengan Kecamatan Pancoran Mas bagian lahan di Kel. Tanah Baru didominasi oleh
utara yang menjadi lokasi Perumnas. Pada pertumbuhan perumahan-perumahan dalam
tahun 1999-2011 perkembangan penggunaan skala menengah maupun kecil berupa cluster-
lahan di Kel. Tanah Baru membentuk pola cluster perumahan.
linier, berbeda dengan tahun 1990-1999 yang Jika pada tahun 90-an pendatang yang
lebih dipengaruhi oleh Jalan Tanah Baru, pada datang ke Kecamatan Beji datang dengan
tahun 1999-2011 lebih intensif berkembang di tujuan urbanisasi namun pada periode 1999-

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 78-92 | 87


Pola Perkembangan & Faktor Penentu Guna Lahan
Di Kecamatan Beji, Kota Depok Retno Setyaningsih dan Wisnu Pradoto

2011 pergerakan pendatang lebih mengarah di sepanjang ruas Jalan Margonda tetapi juga
pada kekuatan sentrifugal atau dari kota ke di bagian dalam dari ruas jalan tersebut, dan
wilayah pinggiran (Yunus, 2008), hal ini lebih mengarah ke bagian timur. Hal ini
terlihat dari data kependudukan bahwa 35,3% dikarenakan pada bagian barat dari wilayah
pendatang di Kel. Tanah Baru berasal dari Kel. ini adalah kawasan pendidikan Kampus
Jakarta. Pertumbuhan perumahan dalam Universitas Indonesia sehingga tidak
bentuk cluster-cluster menciptakan proses memungkinkan adanya perkembangan ke
pendatang yang terjadi secara ekspansif arah barat wilayah Kel. Pondok Cina.
(Yunus, 2011:86), dimana para pendatang dari Perkembangan penggunaan lahan di Kel.
kota masuk ke Kel. Tanah Baru secara skala Pondok Cina tahun 1990-1999, dipengaruhi
besar atau berkelompok karana ketersediaan oleh tingginya aksesibilitas yang ditunjang
kawasan perumahan ini menyediakan oleh Jalan Margonda sebagai jalan utama
kawasan hunian yang siap dihuni oleh penghubung Kota Depok-Kota Jakarta dan
pendatang-pendatang dari Jakarta maupun keberadaan 2 stasiun KRL (Pondok Cina dan
wilayah lainnya. UI) serta dikaranakan keberadaan beberapa
D. Kelurahan Pondok Cina penguruan tinggi di Kel. Pondok Cina, seperti
Pada tahun 1990-1999, perkembangan BSI, Universitas Gunadarma, dan UI. Di
penggunaan lahan terbangun di Kel. Pondok wilayah ini banyak penduduk setempat yang
Cina terjadi secara intensif dengan mengalokasikan sebagian lahannya atau ruang
membentuk pola linier mengikuti pola Jalan bangunannya sebagai tempat kos-kosan atau
Margonda. Pada tahun ini perkembangan tempat usaha.
penggunaan lahan, tidak hanya terkonsentrasi

TABEL 7
PERKEMBANGAN POLA PENGGUNAAN LAHAN TERBANGUN DI KEL. PONDOK CINA TAHUN 1990-1999 & 1999-2011
Perkembangan Tahun 1999 dan 1990 Perkembangan Tahun 2011 dan 1999 Keterangan

Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2014

Pada tahun 1999-2011, perkembangan Pondok Cina terbagi 2 anatara kawasan


penggunaan lahan terbangun di Kel. Pondok kampus UI dan non kampus UI, dimana
Cina sudah sangat kecil, dikarenakan peruntukan lahan di kawasan kampus UI telah
ketersediaan lahan yang terbatas. menjadi kebijakan kampus dan masih banyak
Perkembangan terjadi dengan membentuk dijadikan lahan terbuka. Hal ini yang membuat
pola memencar dalam perkembangan yang luasan perkembangan penggunaan lahan di
kecil, perkembangan terlihat terjadi hanya di Kel. Pondok Cina tergolong cepat dan sedang
bagian selatan Jalan Margonda, Kel. Pondok karena terbatasnya lahan yang dapat
Cina dikarenakan adanya pusat perbelanjaan, dioptimalkan secara umum.
Depok Town Square, di beberapa lahan sisa di E. Kelurahan Kemiri Muka
Jalan Margonda dan di sisi timur Kel. Pondok Perkembangan penggunaan lahan di
Cina yang berdekatan dengan Sungai Ciliwung. Kel. Kemiri Muka pada tahun 1990-1999
Penggunaan Ketersediaan lahan di Kel. membentuk pola memencar, dimana

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 78-92 | 88


Pola Perkembangan & Faktor Penentu Guna Lahan
Di Kecamatan Beji, Kota Depok Retno Setyaningsih dan Wisnu Pradoto

perkembangan penggunaan lahan terbangun bagian dalam dari ruas jalan tersebut dan di
tidak hanya terkonsentrasi di sepanjang Jalan bagian selatan Kel. Kemiri Muka.
Margonda dan Jalan Juanda, tetapi juga di

TABEL 8
PERKEMBANGAN POLA PENGGUNAAN LAHAN TERBANGUN DI KEL. KEMIRI MUKA TAHUN 1990-1999 & 1999-2011
Perkembangan Tahun 1999 dan 1990 Perkembangan Tahun 2011 dan 1999 Keterangan

Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2014

Kel. Kemiri Muka adalah wiayah yang mengalami penurunan dikarenakan


paling banyak menjadi tujuan pendatang pada keterbatasan lahan yang telah banyak menjadi
tahun 1990, hal ini dikarenakan wilayah ini lahan terbangun pada periode sebelumnya
ditunjang oleh berbagai fasilitas perdagangan dan membentuk pola memencar. Pada tahun
dan jasa (Pasar Kemiri Muka dan pertokoan 1999-2011 perkembangan di Kel. Kemiri Muka
lainnya), kemudahan aksesibilitas, dan dekat terlihat terjadi di sekitar sisi Jalan Junda dan
dengan pusat pemerintahan Kota Depok di Margonda dan di bagian utara Kel. Kemiri
Kecamatan Pancoran Mas. Selain dilalui oleh Muka yang berbatasan dengan Kel. Pondok
berbeagai angkutan umum yang melalui Jalan Cina, dimana terdapat pusat perbelanjaan
Margonda juga dekat dengan dua stasiun, Margo City yang disertai dengan
yaitu Stasiun Pondok Cina dibagian utara dan perkembangan penggunaan lahan terbangun
Stasiun Depok Baru di bagian selatan. Hal ini di sekitarnya khususnya berkembang ke
menjadi suatu kemudahan bagi pendatang bagian dalam dari ruas Jalan Margonda atau
yang tergolong komuter, untuk melakukan semakin mengarah ke bagian timur Kel. Kemiri
aktivitasnya sehari-hari menuju Kota Jakarta Muka.
maupun wilayah lain seperti Bogor. F. Kelurahan Beji Timur
Perkembangan Kel. Kemiri Muka juga Pada tahun 1990-1999, perkembangan
dikarenakan tingginya pendatang yang terjadi di Kel. Beji Timur telah cukup intensif oleh
di tahun 1990, pendatang ini terjadi melalui lahan terbangun, khususnya di bagian utara
proses infiltratif, dimana perkembangan yang berbatasan langsung dengan kawasan
terjadi secara swadaya dikarenakan belum perguruan tinggi (UI dan PNJ). Perkembangan
adanya kawasan pemukiman terencana yang penggunaan lahan terbangun tahun 1990-
mengakomodir pada tahun tersebut. Hal ini 1999 terjadi secara memencar. Pada tahun
terlihat dari penggunaan lahan terbangun di 1999-2011 perkembangan penggunaan lahan
Kel. Kemiri Muka yang tidak teratur/tidak di Kel. Beji membentuk pola linier, dimana
tertata. perkembangan di sisa lahan Kel. Beji Timur
Pada tahun 1999-2011 perkembangan yang terbatas.
penggunaan lahan di Kel. Kemiri Muka

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 78-92 | 89


Pola Perkembangan & Faktor Penentu Guna Lahan
Di Kecamatan Beji, Kota Depok Retno Setyaningsih dan Wisnu Pradoto

TABEL 9
PERKEMBANGAN POLA PENGGUNAAN LAHAN TERBANGUN DI KEL. BEJI TIMUR TAHUN 1990-1999 & 1999-2011
Perkembangan Tahun 1999 dan 1990 Perkembangan Tahun 2011 dan 1999 Keterangan

Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2014

Perkembangan penggunaan lahan tetinggi dari setiap variabel di keenam kolom


terbangun di Kel. Beji Timur selama tahun faktor, dengan ketentuan nilai >0,5.
1990-1999 dan 1999-2011 termasuk kategori TABEL 10
sedang dan lambat, selain dikarenakan luas KELOMPOK FAKTOR
wilayahnya yang terkecil di antara Kel. lain di MEAN FAKTOR INDIKATOR VARIABEL
Kec. Faktor Migrasi & migrasi penduduk dan
Faktor Perkembangan Penggunaan Lahan di 3,4 Transportasi ketersediaan moda
Publik transportasi
Kec. Beji, Kota Depok
Faktor Ekonomi pendapatan penduduk, tingkat
Analisis faktor dengan apilkasi SPSS 3,3 Penduduk dan pendidikan, dan prasarana
digunakan untuk mengolah data hasil Prasarana Jalan jalan
penilaian dari kuesioner terhadap 17 faktor letak Kec. Beji yang berdekatan
yang dijadikan indikator penilaian terhadap Faktor Letak dengan Jakarta dan wilayah
3,25 Geografis Kec. lain di sekitarnya (Kota Bekasi,
faktor-faktor yang mempengaruhi
Beji Kabupaten Bogor, dan Kec. lain
perkembangan penggunaan lahan di Kec. di Kota Depok)
Beji. Berdasarkan tabel statistik deskriptif, keberadaan penduduk
nilai rata-rata dari keseluruhan variabel Faktor
sementara (civitas kampus),
bernilai 3,67 – 2,72. 2 dari 17 indikator keberadaan universitas,
3,08 Keberadaan
keberadaan kawasan
variabel penelitian, yaitu faktor letak Kec. Beji Fasilitas
perdagangan dan jasa, dan
yang berbatasan langsung dengan Kota angka kelahiran.
Jakarta dan faktor keberadaan migran yang kebijakan pemerintah terkait
masuk ke Kec. Beji dinilai menjadi paling Faktor Kebijakan zoning regulasi, jenis pekerjaan
2,92
berpengaruh terhadap perkembangan Pemerintah penduduk, dan kemudahan
IMB
penggunaan lahan di Kec. Beji, sedangkan 15 Faktor Sosial distribusi kepadatan dan
lainnya bernilai berpengaruh dengan nilai 2,87
Penduduk pencari kerja
faktor terkecil adalah kebijakan pemerintah Sumber: Analisis Penyusun, 2014
terkait kemudahan ijin menggunakan Tiap Kel. memberikan penilaiannya
bangunan/lahan. Hal ini dikarenakan terhadap faktor perkembangan penggunaan
sebagian besar narasumber melalui lahan sebagai kesatuan dari wilayah Kec. Beji.
wawancara yang dilakukan menyatakan Jika hasil kuesioner dipisahkan per Kel. akan
“perijinan IMB, surat tanah, IPR, dan lainnya didapatkan faktor dominan yang berbeda di
di Kec. Beji, Kota Depok masih dalam tahap setiap Kel., yaitu:
yang mudah asalkan, permohonannya • Pondok Cina: keberadaan universitas,
disesuaikan dengan standar prosedur yang penduduk sementara (civitas kampus),
telah ditetapkan dalam pengurusan ijin”. keberadaan komersial, prasarana jalan,
Kemudian variabel-variabel dikelompokan dan moda transportasi;
kedalam 6 kelompok faktor, berdasarkan nilai
Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 78-92 | 90
Pola Perkembangan & Faktor Penentu Guna Lahan
Di Kecamatan Beji, Kota Depok Retno Setyaningsih dan Wisnu Pradoto

• Kemiri Muka: keberadaan komersial, Kesimpulan


prasaranajalan, migrasimasuk, dekat • Proporsi lahan terbangun & non-
Jakarta terbangun yang mengalami pergeseran,
• Kukusan: dekat Jakarta, keberadaan dengan peningkatan 32% proporsi lahan
universitas, keberadaan komersial, terbangun dari 1990-2011 turut
penduduk sementara (civitas kampus) mengubah karakteristik wilayah peri-
• Tanah Baru: migrasi masuk dan dekat urban Kec. Beji dari dominan rural menjadi
Jakarta didominasi sifat perkotaan.
• Beji: pertumbuhan penduduk, dekat • Menurut Imma dan Kubota (2012),
Jakarta, moda transportasi, keberadaan penggunaan lahan yang berada di pinggir
komersial, pendapatan penduduk jalan dilakukan secara vertikal dengan
• Beji Timur: keberadaan universitas, pemanfaatan ruang yang bersifat
prasarana jalan, dekat Jakarta, tingkat campuran. Di Kec. Beji, hal ini ini tidak
pendidikan, penduduk sementara (civitas hanya terjadi sisi-sisi jalan utama tetapi
kampus), pendapatan penduduk, juga di jalan-jalan lingkungan yang padat
kebijakan pemerintah. namun lokasinya berada di dekat pusat
Sintesa Analisis aktivitas dan penggunaan lahan campuran
Berdasarkan hasil sintesa analisis dari ini tidak hanya terjadi secara vertikal,
analisis pola pekembangan dan analisis faktor tetapi juga dengan membagi-bagi luas
didapatkan kesimpulan temuan studi, yaitu: lahan yang dimiliki menjadi campuran.
• pola radial menyebar, berkembang secara • Pertumbuhan jumlah penduduk
cepat dipengaruhi oleh keberadaan berbanding lurus dengan peningkatan
perumnas, aksesibilitas, kedekatan lahan terbangun. Peningkatan penduduk
dengan Jakarta, pendatang, dan ini dilatarbelakangi tingginya angka
keberadaan fasilitas perdagangan jasa; kelahiran & jumlah penduduk masuk,
• pola linier, berkembang secara cepat khususnya yg terjadi pada tahun 1990 &
dipengaruhi oleh migrasi masuk, dekat 2011. Pendatang di Kec. Beji adalah hasil
dengan Jakarta, aksesibilitas, dari pergerakan secara sentrifungial
pertumbuhan perumahan/cluster, sentripetal, dan lateral.
keberadaan fasilitas perdagangan jasa dan • Pola perkembangan di Kec.Beji
perguruan tinggi; dikategorikan menjadi cepat, sedang, &
• pola linier, berkembang secara lambat lambat berdasarkan perkembangan lahan
dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, terbangun terhadap periode waktu
aksesibilitas, dan pendapatan penduduk perkembangan, dimana Perkembangan
• pola memencar, berkembang secara cepat cepat berada di kawasan Kel. Beji, Kel.
dipengaruhi oleh keberadaan fasilitas Tanah Baru, Kel. Kukusan, dan Kel. Kemiri
perdagangan jasa dan perguruan tinggi, Muka. Perkembangan sedang berada di
aksesibilitas, dekat dengan Jakarta, dan Kel. Pondok Cina, dan perkembangan
pendatang/migrasi masuk; lambat di Kel. Beji Timur.
• pola memencar, berkembang secara • Pola yang terbentuk dan faktor pemicu
sedang dipengaruhi oleh keberadaan pada perkembangan cepat adalah radial
fasilitas perdagangan jasa, perguruan menyebar dipicu oleh keberadaan
tinggi, dan aksesibilitas perumnas dan fasilitas, linier dipicu oleh
• pola memencar, berkembang secara keberadaan aksesibilitas dan pendatang,
lambat dipengaruhi oleh keberadaan dan pola memencar dipicu oleh UI dan
fasilitas perdagangan jasa dan perguruan Jalan KH Usman
tinggi, aksesibilitas, dekat dengan Jakarta, • Pola yang terbentuk dan faktor pemicu
dan kebijakan pemerintah. pada perkembangan sedang adalah linier
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI dengan faktor keberadaan perguruan
tinggi, Jalan Margonda, dan pendatang

Teknik PWK; Vol. 1; No. 1; 2014; hal. 4-10 | 91


Pola Perkembangan & Faktor Penentu Guna Lahan
Di Kecamatan Beji, Kota Depok Retno Setyaningsih dan Wisnu Pradoto

• Pola yang terbentuk dan faktor pemicu menata hingga ruang lingkup terkecil
pada perkembangan lambat adalah dan dapat berintegrasi dari berbagai
memencar, dikarenakan letaknya jauh aspek pembangunan berkelanjutan.
dengan jalan utama dan regulasi
pemerintah, meskipun terletak dekat UI. DAFTAR PUSTAKA
• Kel. Beji dan Kel. Kemiri Muka adalah Chapin Jr., F Stuart, dan Edward J. Kaiser. 1979.
wilayah yang berkembang cepat karena Urban Land Use Planning Third Edition.
keberadaan pendatang yang terjadi secara Chicago: University of Illinoise Press.Kivell,
Philip.1993.” Land And The City : Patterns And
infiltratif. Peristiwa ini berbanding terbalik
Processes Of Urban Change”. Routledge
dengan pernyataan (Yunus, 2011;86) yang Hall, Hill. 1996. Transformasi Ekonomi Indonesia
mengatakan proses infiltratif terjadi Sejak 1966: Sebuah Studi Krisis dan
dengan waktu yang lama. Ha ini Komprehensif. Yogyakarta: Tiara
dikarenakan pada tahun 1990 terjadi Wacana.Knox, L. Paul.2011.”Urbanization: An
fenomena urbanisasi yang mengakibatkan Introduction to Urban Geography (3rd
jumlah pendatang di Kec. Beji sangat Edition)”. New Jersey: A Simon & Schuster
tinggi dalam kurun waktu 1990-2011. Company.
• Berdasarkan hasil kuesioner 2 faktor yang Lichfield. N, and Darin-Drabkin. 1980. Land Policy
in Planning. George Allen & Unwim LTD,
paling mempengaruhi secara umum, yaitu
London, United Kingdom. Lichfield dan Drabkin
letak Kec. Beji yang berbatasan dengan
J.Ravets et al. 2013. “Peri-urban future: scenarios
Kota Jakarta dan keberadaan imigran yang and models for land use change in Europe”.
datang ke Kec. Beji, meskipun demikian Springer. Springer Berlin Heidelberg.Yunus,
setiap Kel. memiliki faktor dominan Hadi Sabari. 2005. Struktur Spasial Perkotaan.
masing-masing tergantung pada Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
keberadaan faktor pemicu yang berada Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan
atau dekat dengan wilayah tersebut. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Rekomendasi Bandung: Alfabeta V.
- Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut Suryana, Asep. 2004. “Kota Baru Depok: A Study
of Suburbanization Process in Jakarta” dalam
mengenai ketersediaan ruang terbuka
Hiroyoshi Kano (ed). Growing Metropolitan
(taman lingkungan , jaringan drainase)
Suburbia : a Comparative Sociological Study
di kawasan pemukiman padat khususnya On Tokyo and Jakarta. Jakarta: Yayasan Obor
pemukiman tidak terencana/swadaya Indonesia, hal 31-58.
karena padatnya bangunan dan Tolentino, Arman. 2011. Suburban Tissue Analysis
pengkajian kesesuaian lokasi & Retroitability. Georgia. School of City &
pembangunan baik pemukiman maupun Regional Planning Collage of Architecture
perdagangan jasa terhadap jalur Georgia Institute of Technology.
sempadan jalan, sungai, SUTET, dan rel Widyawati, Imma dan Hisashi Kubota. 2012.
kereta api. “Changing Physic, Changing Pattern, and
Conflicts of Rural-Urban Fringe Using a
- Diperlukan langkah-langkah
Combination Model” J. Basic. Appl. Sci. Res.,
pengendalian pertumbuhan penduduk,
2(12)12722-12730. TextRoad Publication
yaitu dengan: Yunus, Hadi Sabari. 2005. Struktur Spasial
• Peningkatan syarat dan prosedur Perkotaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
registrasi penduduk masuk Yunus, Hadi Sabari. 2008. Dinamka Wilayah Peri-
• pengkajian aspek lingkngan melalui Urban Determinan Masa Depan Kota.
proses perijinan pendirian bangunan Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
• Kebijakan adanya rusunawa bagi Yunus, Hadi Sabari. 2011. Manajemen Kota
mahasiswa-mahasiswa dan kebijakan Perspektif Spasial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota secara
lama studi
Terpadu: Teori Perancangan Kota dan
- Perlu dilakukan pengesahan kebijakan Terapannya. Yogyakarta: Kanisius.
penataan ruang secara detail yang dapat

Teknik PWK; Vol. 1; No. 1; 2014; hal. 4-10 | 92

Anda mungkin juga menyukai