Anda di halaman 1dari 2

Pengertian advokasi

- Menurut WHO, “advocacy is a combination on individual and social action design to gain
political commitment, policy support, social acceptance and systems support for particular
health goal or programme” (1989).
- Advokasi (advocacy, advocate), menurut Webster Encyclopedia Canbridge Dictionary of
English Language adalah : act of pleading for supporting or recommending active espousal
(tindakan pembelaan, dukungan, atau rekomendasi : dukungan aktif).
- Advokasi menurut para ahli retorika (Foss & Foss et.al. 1980, toulmin, 1981) adalah : upaya
persuasi yang mencakup kegiatan : penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi
tindak lanjut mengenai sesuatu.
- Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam
bentuk komunikasi persuasif. (Johns Hopkins School for Public Health).
- Secara ringkas advokasi adalah : upaya atau proses untuk memperoleh komitmen, yang
dilakukan secara persuasif dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat.

Tujuan Advokasi Kesehatan

- Tujuan Umum :
- Diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa kebijakan,
tenaga, dana, sarana, kemudahan, keikut sertaan dalam kegiatan, maupun berbagai bentuk
lainnya sesuai keadaan dan usaha.

Tujuan Khusus :
- Adanya pemahaman / pengenalan / kesadaran
- Adanya ketertarikan / peminatan / tidak penolakan
- Adanya kemauan / kepedulian / kesanggupan (untuk membantu/menerima)
- Adanya tindakan / perbuatan / kegiatan nyata (yang diperlukan)
- Adanya kelanjutan kegiatan (kesinambungan kegiatan)

Sasaran dan Pelaku Advokasi Kesehatan

Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak diharapkan memberikan dukungan terhadap
upaya kesehatan, khususnya : para pengambil keputusan dan penentu kebijakan di pemerintahan,
lembaga perwakilan rakyat, para mitra di kalangan pengusaha/ swasta, badan penyandang dana,
kalangan media massa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya
masyarakat, tokoh-tokoh berpengaruh dan tenar, dan kelompok-kelompok potensial lainnya di
masyarakat.
Mereka itu bukan hanya yang potensial pendukung, tetapi juga yang menentang atau yang upayanya
berlawanan atau merugikan kesehatan (misalnya : Industri rokok).
Pelaku advokasi diharapkan siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan memandang
perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut.
Mereka itu diharapkan : memahami permasalahan kesehatan, mempunyai kemampuan advokasi
khususnya melakukan pendekatan persuasif, dapat dipercaya (credible), dan sedapat mungkin
dihormati atau setidaknya tidak tercela khususnya di depan kelompok sasaran.
Mereka itu juga dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, Perguruan Tinggi, Organisasi
profesi, Organisasi berbasis masyarakat/agama, LSM, tokoh berpengaruh, dll.

Pentingnya Peran Kaum Muda Lawan Virus Corona Pandemi Covid-19


Penyebaran virus SARS-CoV-2 sebagai penyebab pandemi Covid-19 menjadi kegelisahan dan
kekhawatiran banyak kalangan, termasuk Indonesia.
Meski pemerintah sudah mengambil berbagai langkah strategis, tapi peran kaum muda untuk aktif
memastikan advokasi kesehatan masyarakat disebut penting.
Kaum muda menjadi kelompok masyarakat sipil yang memiliki jangkauan luas dan sumber daya
potensial untuk mendorong kebijakan yang efektif dalam memastikan pencegahan dan pengendalian
Covid-19 di berbagai daerah di Indonesia.
Untuk mendorong peran kaum muda ini, Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives
(CISDI) dan Solidaritas Berantas COVID-19 (SBC), telah menerima aplikasi dari 267 kaum muda dari
seluruh Indonesia.
Per Senin (6/4/2020), tercatat 62 perwakilan organisasi kaum muda dan individu dari 23 provinsi
tergabung dalam koalisi Gerakan #GardaMudaBerantasCOVID19.
Ada pun, perwakilan organisasi kaum muda tersebut bergerak dalam dua batalion yang memiliki
beberapa misi. Mulai dari pemetaan kasus dan kondisi implementasi kebijakan efektif di daerah,
analisa rekomendasi kebijakan, serta kampanye kreatif.
Senior Advisor on Gender and Youth to the WHO DG, Diah Saminarsih menyampaikan bahwa peran
kaum muda dalam situasi darurat kesehatan tidak dapat dikesampingkan.
Menurut dia, kaum muda memiliki kapasitas dan kesempatan untuk menciptakan lingkungan
pemungkin (enabling environment) dalam situasi apa pun, termasuk dalam situasi darurat
kesehatan.
"Mereka memiliki kecepatan, ketangguhan, kecerdasan, serta jejaring untuk menginisiasi inovasi
berbasis teknologi sehingga memudahkan masyarakat bahkan pengambil keputusan atau kebijakan
di daerah masing-masing," kata Diah dalam diskusi online bertajuk "Pelibatan Kaum Muda dalam
Respon Darurat COVID-19 di Indonesia", Senin (6/4/2020).

Anda mungkin juga menyukai