Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN SEMISOLIDA

Pembuatan Krim dengan Bahan Aktif Difenhidramin

Dosen Jaga : Lidya Ameliana, S.Si., Apt., M.Farm.

Disusun oleh:

KELOMPOK E2

1. Afrian Rosyadi (162210101053)


2. Rizky Akbar Harsa (162210101128)
3. Adelita Loka Permata (162210101132)
4. Guspa Gayatri Azmi (162210101133)
5. Intan Ayu Permata Fany (162210101136)
6. Muhammad Azzam Farisi Razak (162210101137)
Tgl Praktikum : Senin, 15 Oktober 2018

LABORATORIUM FARMASETIKA

BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2018
I. Tujuan
a. Mahasiswa mampu memformulasi sediaan krim difenhidramin
b. Mahasiswa mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sediaan krim difenhidramin
c. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap sediaan krim difenhidramin

II. Dasar Teori

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (FI IV). Istilah ini secara tradisional telah
digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi
sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim merupakan bentuk emulsi dengan
konsistensi semisolida sehingga mempunyai viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
sediaan likuida. Sediaan krim terdiri atas dua fase yang saling tidak campur, yaitu fase internal
(fase terdispersi) dan fase eksternal (fase pendispersi) yang digabungkan dengan adanya
surfaktan . Umumnya sediaan krim dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe minyak dalam air terdiri
dari tetes-tetes kecil minyak (fase internal) yang terdispersi dalam air (fase eksternal), dan
sebaliknya pada krim air dalam minyak.

Pemberian surfaktan sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas krim secara


termodinamika. Surfaktan yang sering digunakan adalah surfaktan golongan ionik dan anionik,
sedangkan surfaktan kationik hanya digunakan dalam kombinasi dengan surfaktan tipe lainnya.
contoh-contoh surfaktan yang sering digunakan antara lain : sodium alkil sulfat, alkil ammonium
halida, polioksietilen alkil eter, sorbitan, dll. Dalam melakukan pemilihan surfaktan, formulator
harus memperhatikan sifat atau karakteristik bahan aktif dan bahan tambahan lain yang
digunakan dalam formula.

Penggunaan campuran dari beberapa surfaktan dalam satu formula semisolida, dapat
memberikan sediaan yang lebih stabil jika dibandingkan dengan penggunaan surfaktan tunggal.
Sedangkan komponen lain yang perlu ditambahkan dalam sediaan semisolida adalah kosolven,
peningkat viskositas, preservatif, dapar, antioksidan dan korigen. Penggunaan bahan tambahan
tersebut harus disesuaikan dengan sifat fisika kimia bahan aktif yang digunakan. Hasil campuran
bahan aktif dan bahan-bahan tambahan harus dapat menghasilkan sediaan semisolida yang
memenuhi persyaratan aman, efektif, stabil, dan dapat diterima oleh masyarakat. Aman berarti
sediaan tersebut memiliki bahan aktif dalam jumlah yang sesuai dengan monografi dan tidak
memberikan pelepasan bahan aktif yang sesuai dari sediaan pada tempat pengggunaannya. Stabil
berarti sediaan tidak mengalami perubahan sifat dan konsistensi baik secara fisika, kimia,
mikrobiologi, toksikologi, maupun farmakologi.

Kestabilan krim akan terganggu jika sistem campurannya terganggu, terutama disebabkan
oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara
berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya
dapat dilakukan jika diketahui pengencerannya yang cocok dan dilakukan dengan teknik aseptis.
Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu 1 bulan. Sebagai pengawet
pada krim umumnya digunakan metil paraben( nipagin ) dengan kadar 0,12 hingga 0,18% atau
propil paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga 0,05%. Formulasi umum krim : zat aktif,
basis krim, dan bahan tambahan.

Kelebihan sediaan krim yaitu mudah menyebar rata, praktis, mudah dibersihkan atau
dicuci, cara kerja berlangsung secara setempat, tidak lengket (o/w), memberikan rasa dingin
(w/o) dan dapat digunakan sebagai kosmetik. Kekurangan sediaan krim yaitu susah dalam
pembuatannya karena harus dalam keadaan panas, gampang pecah disebabkan karena formulasi
tidak pas, dan mudah kering.

Bahan aktif yang digunakan adalah difenhidramin. Difenhidramin merupakan generasi


pertama obat antihistamin. Dalam proses terapi, difenhidramin termasuk kategori antidot, reaksi
hipersensitivitas, antihistamin dan relatif. Memiliki sinonim difenhidramin HCl dan digunakan
untuk mengatasi gejala alergi pernafasan dan alergi kulit. Difenhidramin HCl memiliki nama
struktur kimia yaitu difenhidramin hidroklorida. Difenhidramin berbentuk mikrokristalin
berwarna putih yang tidak berbau. Adanya cahaya akan mengubah warna menjadi kecoklatan,
mudah larut dalam air, dalam etanol dan dalam kloroform agak sukar larut dalam aseton, sangat
sukar larut dalam benzen dan dalam eter. Struktur difenhidramin sebagai berikut :
Difenhidramin HCl memiliki pemerian serbuk hablur putih, tidak berbau. Jika terkena
cahaya, perlahan warnanya menjadi gelap. Larut dengan mudah dalam air, dalam etanol, dan
dalam kloroform, agak sukar larut dalam aseton, sangat sukar larut dalam benzena dan dalam
eter. Wadah dan penyimpanan adalah dalam wadah tertutup rapat, dan tidak tembus cahaya.

Difenhidramin ini memblokir aksi histamin, yaitu suatu zat dalam tubuh yang
menyebabkan gejala alergi. Difenhidramin menghambat pelepasan histamine (H1) dan asetil
kolin, hal ini memberikan efek seperti peningkatan kontraksi otot polos vaskular, sehingga
mengurangi kemerahan, hipertermia difenhidramin edema yang terjadi selama peradangan.
Difenhidramin menghalangi reseptor H1 pada perifer nocireseptor sehingga mengurangi
sensitisasi dan akibatnya dapat mengurangi gatal yang berhubungan dengan reaksi alergi. pH
krim harus disesuaikan agar tidak mengiritasi kulit yaitu 4,5- 6,5.

Sediaan krim banyak digunakan untuk sediaan obat misal untuk obat anti inflamasi, anti
jamur, anastesik, antibiotik dan hormon sediaan krim juga sering digunakan untuk industri
kosmetik, misalnya untuk sediaan pembersih, emolien, tabir surya, dan antiaging.

III. Evaluasi Produk Referen

1. Nama produk : Banophen


Nama pabrik : Major Pharmaceuticals
Kandungan : Diphenhydramine hydrochloride 2% dan Zinc acetate 0,1 %
Indikasi : Untuk mengatasi nyeri
Untuk mengatasi gigitan serangga
Untuk kebakaran ringan
Untuk iritasi kulit ringan
Kulit terbakar dan luka ringan
Tujuan penggunaan : Topical analgesic dan pelindung kulit
Peringatan : Untuk penggunaan luar saja
Hindari kontak mata dan jauhkan dari anak-anak
Petunjuk penggunaan : Jangan digunakan melebihi peunjuk.
Dewasa dan anak lebih dari dua tahun : gunakan pada area tidak
lebih dari 3 sampai 4 kali sehari
Anak di bawah umur 2 tahun : hubungi dokter
Penyimpanan : Simpan di suhu 20-25
Kontraindikasi : Pada area yang luasdengan penggunaan difenhidramin secara oral
Kemasan : Anti-icth crea 28 gram/tube

2. Nama produk : Anti icth Cream (itch relief)


Nama prabik : Neopharm (O., Ltd 631101883)
Kandungan : Difenhidramin HCl 2% dan Zinc acetat 0,1%
Indikasi : Mengurangi gatal dan nyeri dikarenakan gigitan serangga, iritasi
ulit dan ruam
Tujuan penggunaan : Untuk topical analgesic dan pelindung kulit
Peringatan : Untuk penggunaan luar
Hindarkan dari anak-anak. Jika tertelan hubungi poison control
center.
Petunjuk penggunaan : Dewasa dan anak lebih dari dua tahun : gunakan pada area tidak
lebih dari 3 sampai 4 kali sehari
Anak di bawah umur 2 tahun : Hubungi dokter
Jangan gunakan lebih dari anjuran
Penyimpanan : 59-77 F
Kemasan : Krim 57 g/tube
Krim 28 g/tube
3. Nama produk : Benadryl
Nama Prabik : Johnson & Johnson Consumer Products Company
Kandungan : Difenhidramin HCl 2% dan Zinc acetat 0,1%
Tujuan penggunaan : Untuk topical analgesic dan pelindung kulit
Indikasi : Mengurangi gatal dan nyeri dikarenakan
a) Gigitan serangga
b) Luka bakar ringan
c) Sinar marahari
d) Iritasi kulit ringan
e) Luka ringan
f) Goresan
g) Ruam

Peringatan : Untuk penggunaan luar

Hindarkan dari anak-anak. Jika tertelan hubungi poison control


center

Petunjuk penggunaan : Jangan gunakan lebih dari anjuran


Dewasa dan anak lebih dari dua tahun : Gunakan pada area tidak
lebih dari 3 sampai 4 kali sehari
Anak di bawah umur 2 tahun : Hubungi dokter
Penyimpanan : 20-250C
Kontraindikasi : Penggunaan produk mengandung difenhidramin secara peroral
penggunaan untuk area yang luas.

IV. Studi Praformulasi Bahan Aktif


a. Hasil Studi Sifat Fisika Dan Kimia

BAHAN AKIF

Diphenhydramin Pemerian: Serbuk hablur,putih,tidak berbau. jika terkena cahaya


HCL perlahan lahan warnanya menjadi gelap,Larutannya praktis netral
terhadap kertas lakmus P

Kelarutan : Mudah larut dalam air,dalam etanol 95 %, dalam


kloroform ,sangat larut dalam eter,agak sukar larut dalam aseton

PH: 5% larutan dalam air memiliki ph 4 sampai 6


Kelarutan: mudah larut dalam asam asetat glasial,asam perklorat dan
methanol
Dihenhydramin
citrat

1. Diphenhidramin HCL

Efek utama : antihistamin golongan etanolamin

Kontra indikasi : asma akut karena aktivitas anti kolinergik antagonis H-1 dapat
mengentalkan sekresi bronkial pada saluran pencernaan sehingga memperberat serangan
asma akut pada bayi baru lahir karena potensial menyebabkan kejang atau menstimulasi
SSP paradoksikal.

Efek samping :

1) Kardiovaskuler : hipotensi, takikardi, palpitasi.

2) SSP : sedasi, mengantuk, pusing, sakit kepala, insomnia, euphoria.

3) GI : mual, muntah, sakit perut, peningkatan nafsu makan, anoreksia.

4) Genitourinari : retensi urin, susah buang air kecil.

5) Hematologi : anemia hemolitik, trombositopenia, agranulositosis.

6) Mata : penglihatan kabur.

7) pernafasan : secret bronkus mengental.

Mekanisme Aksi : Diphenhidramin berkompetisi dengan histamine bebas untuk mengikat


reseptor H-1

Peringatan : adanya efek sedasi. Hindari penggunaan bersama anti depresan dan alkohol.
Hati-hati penggunaan pada ibu hamil, karena dapat dieliminasi melalui ASI sehingga
penggunaannya perlu diadakan pengawasan. Obat ini tidak digunakan untuk anak
dibawah 2 tahun. Penggunaan pada anak-anak harus diperhatikan karena dapat
menstimulasi SSP paradoksikal.

2. Dihenhydramin citrat
Efek utama : Antihistamin
Efek samping : pusing,mengantuk,mulut kering
Indikasi : Gemetar, kekakuan otot
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap diphenhidramin citrat
Spesifikasi lain : digunakan secara oral

b. Alasan Pemilihan Bahan Aktif

Diphenhidramin merupakan antihistamin golongan pertama yang dapat mengurangi efek


histamine kimia alam dalam tubuh. Diphenhidramin digunakan untuk mengobati bersin, hidung
meler, mata berair, gatal-gatal, ruam kulit, dan gejala lain termasuk alergi.

Diphenhidramin merupakan amine stabil dan cepat diserap pada pemberian secara
peroral. Diphenhidramin memiliki onset maksimum 1 – 3 jam serta durasi 4 – 7 jam. Waktu
paruhnya 2 – 4 jam dan didalam tubuh terdistribusi meluas dan dapat dengan segera memasuki
system saraf pusat dan menimbulkan efek sedative. Bioavaibilitas pada pemakaian peroral
mencapai 40% - 60% dan sekitar 78% terikat protein plasma. Sebagian besar mengalami first past
metabolism, namun beberapa juga dimetabolisme diparu-paru dan ginjal kemudian di ekskresikan
melalui urin. Waktu paruh eliminasinya 2-8 jam dan 13.5 jam untuk pasien geriatri.

Diphenhidramin bekerja dengan mengeblok reseptor H-1 (inhibitor kompetitif) tanpa


mempengaruhi histamine yang ditimbulkan akibat kerja reseptor H-2. Reseptor H-1 ada disaluran
pencernaan, pembuluh darah dan saluran pernafasan. Selain itu, ada dikapiler dan pembuluh
darah. Diphenhidramin menghalangi reseptor H-1 pada perifer nosiseptor sehingga mengurangi
sensitisasi dan akibatnya dapat mengurangi gatal yang karena reaksi alergi. Hal tersebut juga
memberikan efek seperti peningkatan kontraksi otot polos vaskuler, sehingga mengurangi
hipertermia, kemerahan dan edema yang terjadi selama proses peradangan. Diphenhidramin juga
memberikan respon yang menyebabkan efek fisiologi primer atau sekunder atau bahkan
keduanya. Efek primer untuk mengatasi gejala alergi dan sekunder untuk penekanan susunan
saraf pusat.

Karena diphenhidramin bekerja hanya selektif pada reseptor H-1 tetapi sediaan ini
memiliki efek samping sedasi maka sediaan ini dibuat dalam sediaan cream. Jika dibuat sediaan
cream, efek sedasi dari bahan aktif dapat dikurangi tanpa mengurangi efek terapi yang
diharapkan. Tujuan terapi adalah pada kulit lapisan dermis pada bagian sel beta Langerhans. Sel
beta Langerhans merupakan tempat produksi histamine, sehingga jika reseptor dari histamine di
dalam sel tsb dihambat, maka reaksi alergi dapat dihindari.

c. Aturan dosis

Oleskan pada bagian yang sakit 2 – 4 kali sehari.Tidakbolehdigunakanlebihdari 7 hari.

Dalam sekali pemakaian salep kurang lebih digunakan 200 mg-300 mg.
Dalam sehari digunakan 2-4 kali, jadi dalam sehari dibutuhkan :
200 mg-300 mg x 2 = 400 mg-600 mg
200 mg-300 mg x 4 = 800mg-1200 mg
Jika pemakaiannya dalam 1 minggu dibutuhkan salep sebanyak :
600 mg-1200 mg x 7 hari = 4200 mg-8400 mg

V. Jenis dan Contoh Bahan Tambahan dalam Formula

1. Metil Paraben / Nipagin

 Pemerian : Berbentuk Kristal atau serbuk dengan warna putih. Bau lemah.
 Kegunaan : Antimikroba
 Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol, 3 bagian etanol 95%
6 bagian etanol 50%, 10 bagian eter, 60 bagian glycerin, 5 bagian
propilenglikol, 400 bagian air 250C, 50 bagian air 500C, 30 bagian
air 800C.
 Penggunaan : 0,02 – 0,30% untuk sediaan topical.
 PH :4–8
 Inkompatibilitas : Bentonit, Magnesium trisilicat, Talk, Tragakan, Sodium
alginate, Minyak essensial, Sorbitol, Atropin.
 ADI : 10 mg/kgBB/hari
 Alasan pemilihan :
 Rentang Ph besar yaitu 4-8
 Punya aktivitas antimikroba yang luas
 Tidak toksik dan tidak menyebabkan iritasi
Kelarutanpadapropilenglikol 1 : 4
 Mekanisme kerja senyawafenolik adalah dengan
menghilangkan peremeabelitas membran sehingga isi
sitoplasmakeluar dan menghambat sistem transport elektrolit
yang lebih efektif untuyk bakteri gram positif

2. Propil Paraben / Nipasol

 Pemerian : Berbentuk Kristal atau serbuk dengan warna putih. Bau


lemah. Serbuknya tidak berasa.
 Kegunaan : Antimikroba
 Kelarutan : Mudah larut dalam aseton dan ether, larut dalam 1,1 bagian
etanol,5,6 bagian etanol 50%, 3,9 bagian propilenglikol.
 Penggunaan : 0,01 – 0,6% untuk sediaan topical.
 PH :4–8
 ADI : 10 mg/kgBB/hari
 Alasan pemilihan :
 kedua pengawet ini dikombinasi karena akan memberi efek
yang lebih bagus.
 Nipagin nipasol jg mudah larut dalam alkohol
 Digunakan bersamaan dengan nipagin untuk meningkatkan
efektivitas nipagin
 Tidak toksik dan tidak mengiritasi
3. Propilenglikol

 Pemerian : Jernih, tidak bewarna, kental, praktis tidak berbau, rasanya


manis.
 Kegunaan : Antimikroba. Disinfektant, Humectant, Platicizer, Solvent,
Penstabil Vitamin, Kosolven
 Kelarutan : Dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanlo 95%,
gliserin dan air. Larut dalam 6 bagian ether.
 Penggunaan : 5 – 80% untuk sediaan topical.
 Inkompatibilitas : Pottasium Permanganat
 ADI : 25 mg/kgBB/hari
 Alasan pemilihan :
 Jika digunakan dalam sediaan topikal, propilen glikol
dianggap sebagai iritan minimal
 Propilenglikoljugamerupakanpelarut yang baikjuga
untuknipagindannipasol
4. Aqua Destilata (Air Suling)
 Rumus Bangun : H2O
 Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
 Penyimpanan :  Dalam wadah tertutup baik.
 OTT : Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipient
lainnya yang mudah terhidrolisis.
 Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam
bentuk Fisik (es,air , dan uap). Air harus disimpan dalam wadah
yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus
terlindungi dari kontaminasi   partikel – pertikel ion dan bahan
organik yang dapat menaikan konduktivitas dan jumlah karbon
organik. Serta harus terlindungi dari partikel – partikel lain dan
mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak fungsi air.
 Alasanpemilihn : air merupakanpelarut universal yang hampirdapat
melarutkansegalamacambahan, tidaktoksik, amandancenderung
compatible denganpelarut-pelarut lain
5. TEA (Trietanol Amin)
 Pemerian : Triethanolamine adalah cairan kental berwarna kuning jernih,
tidak berwarna pucat memiliki bau amonia sedikit.
 Kegunaan : emulsifying agent, alkalizing agent, emulgator
 Kelarutan : larut dalam air, methanol, aseton dan CCl4,
Larut dalam benzene (1:24) dan dalam etil eter (1:63)
 Penggunaan : untuk emulsi-fikasi adalah 2-4% v / v trietanolamina dan 2-5
kali dari asam lemak.
Minyak mineral, dibutuhkan 5% v / v dari trietanol-amina.
 Inkompabilitas :
Triethanolamine adalah amina tersier yang berisi kelompok
hidroksi; ia bereaksi khas tersier amina dan alkohol.
Triethanolamine akan bereaksi dengan mineral asam untuk
membentuk garam kristal dan ester. Dengan lemak tinggi asam,
trietanolamina membentuk garam yang larut dalam air dan
memiliki karakteristik sabun. Triethanolamine juga akan bereaksi
dengan tembaga untuk membentuk garam kompleks. perubahan
warna dan curah hujan dapat terjadi dengan adanya garam logam
berat.
Triethanolamine dapat bereaksi dengan reagen seperti tionil
klorida untuk menggantikan gugus hidroksi dengan halogen.
Produk dari reaksi ini sangat beracun
 Alasan pemilihan :
dipilihkombinasi as. Stearatdan TEA karena asam stearat dapat
digunakan sebagai emulsifying agent dan solubilizing agent pada
formula krimkosmetika dan pada penggunaannya
harusdigabungkandengan TEA (HPE 5th P.737).
perbandinganantara TEA dan as. Staratadalah1 : 4
6. Asam stearat
 Pemerian : berbentuk bubuk putih putih atau kekuningan keras, putih atau
agak kuning berwarna, beberapa-apa mengkilap, kristal padat,
berbau
 Kegunaan : Emulsifying agent; solubilizing agent; dan lubrikan pada
tablet & kapsul.
 Kelarutan : bebas larut dalam benzena, karbon tetraklorida,
kloroform, dan eter; larut dalam etanol (95%), heksana, dan
propilen glikol; praktis tidak larut dalam air.
 Penggunaan : sebagai salep dan krim 1–20%
lubrikan pada tablet 1–3%
 Inkompabilitas : Asam stearat tidak kompatibel dengan sebagian hidroksida
logam dan mungkin tidak kompatibel dengan oksidator.
 Alasan pemilihan :
dipilihkombinasi as. Stearatdan TEA
karenaasamstearatdapatdigunakansebagai emulsifying agent dan
solubilizing agent pada formula
krimkosmetikadanpadapenggunaannyaharusdigabungkandengan
TEA (HPE 5th P.737). perbandinganantara TEA dan as.
Staratadalah1 : 4

7. Oleum Jasmine
 Kegunaan : sebagai odoris
 Penggunaan : secukupnya
 Alasan pemilihn : berbau khas melati yang wangi, dan agar mudah diterima
Dipasaran

VI. Susunan Formula dan Komposisi Bahan yang Digunakan

BAHAN FUNGSI PRESENTAS KEMASAN BATCH


E (10g) (100g)
Difenhidramin HCl Bahan Aktif 2% 0,2 g 2g
Propilenglikol Kosolven, 15 % 1,5 ml 15 ml
Enhancer
penetrasi
Vaselin album Emolien 10 % 1g 10 g
Asam stearat Emulgator 12 % 1,2 g 12 g
TEA Emulgator 3% 0,3 g 3g
Nipagin Pengawet 0,18 % 0,018 g 0,18 g
Nipasol Pengawet 0,02 % 0,002 g 0,02 g
Ol. Jasmine Corigen Odoris 0,1 % 0,01 g 0,1 g
Aquadest Pelarut 55,7 % 5,57 ml 55,7 ml
Cera Alba Peningkat 2% 0,2 g 2g
Konsistensi
Jumlah 100 % 10 g 100 g

VII. Metode
1. Alat
- Mortir dan stamper
- Timbangan analitik
- Beker glass
- Gulas ukur
- Batang penagduk
- Sudip
2. Bahan
- Difenhiramin
- Nipagin
- Nipasol
- Propilenglikol
- Oleum jasmin
- Asam stearat
- Cera alba
- TEA
- Aquadest
- Vaselin album
3. Pembuatan Fase Minyak
- Timbang cera alba, vaselin album dan asam stearat
- Lebur diatas water bath (campuran I)
4. Pembuatan Fase Air
- Timbang nipagin, nipasol dan TEA
- Larutkan dalam propilen glikol
- Tambahkan air panas dan aduk ad homogen (campuran II)
- Timbang difenhidramin HCl dan campurkan dengan campuran II
- Gerus ad homogen dalam mortir hangat (campuran III)
5. Pembuatan Krim
Fase minyak dan fase air dicampur dalam mortir hangat aduk hingga homogen
6. Evaluasi Sediaan Krim
- Organoleptis
- Uji pH
- Uji Viskositas
- Pemeriksaan Tipe Krim
- Daya Sebar

VIII. Desain Etiket, Kemasan dan Brosur

a. Desain kemasan
b. Desain E-Tiket

c. Desain Brosure
IX. HASIL DAN PEMBAHASAN

 Hasil perubahan formula saat formulasi dan hasil penimbangan

BAHAN FUNGSI PRESENTASE KEMASAN BATCH HASIL


(10g) (100g) PENIMBANGAN
Difenhidramin Bahan Aktif 2% 0,2 g 2g 2,03 g
HCl
Propilenglikol Kosolven, 15 % 1,5 ml 15 ml 15 ml
Enhancer
penetrasi
Vaselin album Emolien 30 % 3g 30 g 30,04 g
Asam stearat Emulgator 16 % 16 g 16 g 16,03 g
TEA Emulgator 4% 0,4 g 4g 4,09 g
Nipagin Pengawet 0,18 % 0,018 g 0,18 g 0,1803 g
Nipasol Pengawet 0,02 % 0,002 g 0,02 g 0,024 g
Ol. Jasmine Corigen 0,1 % 0,01 g 0,1 g 0,1 g
Odoris
Aquadest Pelarut 30,7 % 3,07 ml 30,7 ml 31 ml
Cera Alba Peningkat 2% 0,2 g 2g 2,05 g
Konsistensi
Jumlah 100 % 10 g 100 g 100,5443 g
Formula di atas adalah formula yang dipakai untuk formulasi krim difenhidramin. Ada
beberapa komponen yang dirubah prosentasenya diantaranya :

Bahan Prosentase awal Prosentase akhir

Vaselin album 10 % 30 %

TEA 3% 4%

Asam Stearat 12 % 16 %

Aquadest 55,7 % 30,7 %

Formula diubah dikarenakan ada kendala saat formula awal, ketika fase minyak dan fase
air dicampur terbentuk sabun dan krim tidak jadi. Hal tersebut kemungkinan terjadi fase airnya
yang telalu banyak atau pada saat pencampuran suhu antara keduanya berbeda. Selain itu juga
bisa dikarenakan kesalahan praktikan saat mengaduk fase minyak dan air terlalu cepat.

 Hasil Pengamatan
 Organoleptis
- Aroma : melati
- Warna : putih
- Tekstur : Lembut
- Konsistensi : kental
 Evaluasi pH

Syarat pH krim untuk kulit= 4,5 – 6,5. pH sediaan krim yang dibuat didapatkan pH sebesar 6

 Daya Sebar

Syarat : 5-7 cm dalam waktu 2 menit, didapatkan diameter sebesar 6 cm

 Evaluasitipekrim

Metilen blue yang diteteskanpadasediaankrim kami menyebarsecaramerata,


sehinggadapatdikatakanbahwasediaankrim kami termasukdalamtipekrim o/w. Selain itu uji tipe
krim menggunakan metode dilusi. Saat krim yang telah dibuat dilarutkan dalam pelarut air. Saat
dilarutkan krim terdispersi, maka bisa disimpulkan krim yang dibuat adalh tipe o/w

 Uji viskositas

Pengujianviskositasmenggunakan spindle no. 2dan di dapatkanhasilviskositassebesar 200dPas.

 Pembahasan

Pada praktikum kali ini, praktikan membuat sediaan krim Difenhidramin HCl dengan
penggantian prosentase formula sebanyak 1 kali. Pada setiap formulasi, pencampuran kedua fase
dilakukan dalam keadaan suhu hangat. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan
leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase
lemak dengan fase cair (Munson, 1991).

Krim difenhidramin HCl terbentuk dengan baik setelah perubahan prosentase pada
formula. Emulsi yang terbentuk stabil, tidak memisah. Krim yang dihasilkan berwarna putih,
beraroma jasmine, dan memiliki konsistensi krim yang baik. Selanjutnya praktikan melakukan
evaluasi terhadap krim yang sudah dibuat.
Pada pemerikasaan organoleptis didapatkan bau seperti melati dan warna sediaan putih
dengan tekstur lembut dan konsistensinya kentalsepertisediaan semisolid.
Setelahdiujipadakelompok kami, didapatkanhasilsediaankrim yang mudahdioles,
lembutdantidaklengket di kulit, sertamudahdicuci. Selanjutnya dilakukan uji evaluasi pH dengan
menggunakan indikator pH. Pada uji evaluasi pH didapatkan pH sebesar 6. Hal tersebut sesuai
dengansyarat pH padaliteraturkarena pada literatur syarat dari pH untuk sediaan krim untuk kulit
yaitu 4,5- 6,5. Pada evaluasi pH apabila sediaan krim pH terlalu asam maka akan mengiritasi
kulit sedangkan apabila PH nya terlalu basa maka kulit akan terasa kering ketika diolesi krim.
Kemudian kami juga melakukan uji daya sebar. Daya sebar merupakan kemampuan penyebaran
krim pada kulit. Penentuannya dilakukan dengan ekstensometer dan dilakukan pada rentang
waktu 1-2 menit. Hasil yang kami dapatkan pada uji daya sebar yaitu didapatkan diameter
sebesar 6 cm. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan pada literatur yaitu memiliki diameter antara
5-7 cm.

Pengujian lain yang kami lakukanadalahevaluasitipekrim. Pengujianini dilakukan dengan


cara meletakkan sedikit krimpadaobjek glass, lalu ditetesi dengan metilen blue. Campurmetilen
blue dengankrim, Jika warna menyebar secara merata pada sediaan krim, berarti tipe krim adalah
minyak dalam air (M/A), tetapi jika warna hanya berupa bintik-bintik, berarti tipe krim adalah air
dalam minyak (A/M). Metilen blue yang diteteskanpadasediaankrim kami
menyebarsecaramerata, sehinggadapatdikatakanbahwasediaankrim kami termasukdalamtipekrim
O/W. Sedangkan pada uji yang terakhir yaitu uji viskositas yang berfungsi untuk mengetahui
kekentalan sediaan dengan menggunakan viskometer. Kami melakukan pengujian viskositas
menggunakan spindle no. 2 dandidapatkanhasilviskositassebesar 200dPas.

X. KESIMPULAN
 Difenhidramin merupakan sebuah antihistamin yang bekerjanya dengan menghambat
reseptor H1 pada nosiseptor perifer sehingga dapat mengurangi sensitisasi dan gatal yang
berhubungan dengan reaksi alergi.
 Difenhidramin dipilih sebagai sediaan krim karena difenhidramin dapat mengalami first
past metabolism di hati yang mempengaruhi keefektifan obat.
 Uji evaluasi sediaan krim kami meliputi organoleptis, evaluasi pH, daya sebar, viskositas
dan uji tipe krim
 Pada pemeriksaan organoleptis krim berwarna putih, aroma melati, tekstur lembut,
konsistensi kental. Pada pemeriksaan pH sediaan krim kami memiliki pH 6 dan masuk
dalam rentang pHyang memenuhi persyaratan sediaan krim yaitu 4,5-6,5. Pada uji daya
sebar pada sediaan krim kami memiliki diameter sebesar 6 cm dan masuk dalam
persyaratan uji daya sebesar yaitu sebesar 5-7 cm pada waktu 2 menit. Dilakukan juga uji
aseptabilitas sediaan. Setelahdiuji, didapatkanhasilsediaankrim yang mudahdioles,
lembutdantidaklengket di kulit, sertamudahdicuci. Tipe krim adalah air dalam minyak
(A/M), Metilen blue yang diteteskanpadasediaankrim kami menyebarsecaramerata,
sehinggadapatdikatakanbahwasediaankrim kami termasukdalamtipekrim o/w. Sedangkan
pada uji yang terakhir yaitu uji dengan menggunakan viskometer,
kamimelakukanpengujianviskositasmenggunakan spindleno. 2dan di
dapatkanhasilviskositassebesar 200dPas.

DAFTAR PUSTAKA

 Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida (SFI-7). Bandung: Penerbit


ITB
 Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI press
 Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
 Anonim. 2014. Farmakope Indonesia edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
 Lachman dkk. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI Press
 Martindale : The Complete Drug Reference,Thirty sixth edition. London : Pharmaceutical
press
 Rowe,R.C.,Sheskey,P.J.,danQuinn,M.E.2009.Handbookof Pharmaceutical Excipients.6th
Edition.UK : Pharmaceutical pree and American Pharmaceutical Association

Anda mungkin juga menyukai