Anda di halaman 1dari 19

HASIL EVALUASI SEMENTERA

PELAKSANAAN RB DAN
IMPLEMENTASI SAKIP DI
LINGKUNGAN BADAN PUSAT
STATISTIK
GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN RB
DI BPS
■ BPS telah menindaklanjuti beberapa rekomendasi hasil evaluasi tahun sebelumnya, salah
satunya adalah percepatan rilis Data Dalam Angka (DDA) dan Statistik Indonesia (SI) yang
awalnya pada bulan Agustus menjadi bulan Februari, sehingga dapat dimanfaatkan oleh
pemda dan masyarakat lebih cepat dan maksimal
■ Pada beberapa unit kerja pelaksanaan RB masih terbatas pada anggapan untuk
kewajiban dan belum menjadi kebutuhan untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, hal ini berakibat perubahan pola pikir dan budaya
kinerja pada setiap pegawai di lingkungan BPS yang merupakan tujuan akhir dari
pelaksanaan Reformasi Birokrasi belum dirasakan secara merata.
■ Rencana aksi yang disusun belum sepenuhnya mengidentifikasi permasalahan yang
terjadi dan juga belum menetapkan hasil yang ingin dicapai, sehingga rencana aksi yang
ada masih berupa pelaksanaan kegiatan saja dan belum sepenuhnya dapat menjawab
permasalahan yang ada dalam mencapai hasil yang diinginkan.
PELAKSANAAN REFORMASI
BIROKRASI DI BADAN PUSAT
STATISTIK
MANAJEMEN PERUBAHAN
● Badan Pusat Statistik telah melakukan pengukuran terhadap perubahan budaya
organisasinya yaitu PIA (Profesional, Integritas, Amanah) dengan melakukan breakdown dari
setiap nilai tersebut untuk dijadikan indikator dalam pengukuran implementasinya, hal ini
memudahkan BPS dalam mengetahui hal-hal apa yang mempengaruhi implementasi
berubahnya budaya kerja di BPS.

● Change Leader dan Change Champion telah dibentuk baik di level pusat maupun di unit
kerja, namun belum seluruh CL/CC memiliki rencana aksi yang akan dilakukan dalam jangka
waktu satu tahun. Pemilihan agen perubahan belum didasarkan pada seleksi terbuka. Karena
CL/CC belum membuat rencana aksi, maka dampak hasil perubahan yang diwujudkan belum
dapat diukur untuk mendorong perubahan nyata di unit kerjanya.

● BPS telah membuat draf Road Map RB 2020-2024, namun perlu diperjelas mengenai arah
dan sasaran perubahan yang ingin diwujudkan. Selain itu, untuk Quick Wins tahun 2020,
belum terdapat Quick Wins Mandiri, diharapkan agar setiap unit kerja (tingkat eselon 1) untuk
ikut terlibat dalam membuat Quick Wins Mandiri, serta melakukan monitoring dan evaluasi
secara berkala terhadap pencapaian Quick Wins di tahun berjalan.
DEREGULASI KEBIJAKAN
• Badan Pusat Statistik telah berupaya untuk melakukan penataan Peraturan, beberapa
diantaranya antara lain adalah terbitnya Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2019
tentang Satu Data Indonesia dan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2019 tentang
Strategi Nasional Percepatan Administrasi Kependudukan untuk Pengembangan
Statistik Hayati.

• Belum seluruh Peraturan perundang-undangan yang tidak harmonis/sinkron


teridentifikasi dan dipetakan dengan baik, sehingga belum dapat dipastikan kebijakan
yang dibuat oleh Badan Pusat Statistik harmonis dengan kebijakan lain khususnya
dengan kebijakan yang dibuat oleh instansi terkait yang berkaitan seperti Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Sosial, dan Kementerian/Lembaga sektoral lainnya. Selain itu
Identifikasi dan penyelarasan kebijakan Badan Pusat Statistik yang tidak sinkron masih
belum dilakukan evaluasi secara berkala.
PENATAAN ORGANISASI
•BPS telah mengusulkan penyederhanaan organisasi terkait dengan
adanya peralihan jabatan dari struktural ke fungsional. Saat ini Eselon III
sudah berkurang 95% dan Eselon IV sudah berkurang 92%.
•BPS telah merumuskan mekanisme hubungan dan koordinasi antara
Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) dengan Kelompok Jabatan Fungsional
dengan adanya Rancangan Peraturan BPS tentang Uraian Fungsi
Organisasi JPT Pratama, dan Tugas Koordinator Jabatan Fungsional di
Lingkungan BPS.

•BPS telah melaksanakan evaluasi organisasi, namun belum


sepenuhnya dikaitkan dengan proses mewujudkan kinerja organisasi,
agar terbentuk organisasi yang lebih efektif.
PENATAAN TATALAKSANA
■ Proses bisnis belum sepenuhnya menggambarkan kolaborasi dan sinergi antar
unit, khususnya untuk mencapai kinerja instansi. Selain itu, SOP juga belum direviu
secara berkala terkait relevansi dan kebutuhan pencapaian kinerja.
■ BPS telah memiliki Sistem Integrasi Data Terpusat (SIMDASI) namun penggunaan
dan implementasi masih belum maksimal, sebagian besar BPS daerah masih
menggunakan bank data sendiri dan belum terintegrasi.
■ BPS masih belum memiliki sistem untuk memonitoring kinerja mitra, sehingga
media monitoring masing-masing BPS berbeda yang bisa mempengaruhi kualitas
dan keandalan data.
■ Aplikasi Internal di lingkungan Badan Pusat Statistik seperti Sistem Informasi
Kepegawaian, Monitoring Kinerja dan sistem Back Office di pusat dan BPS Daerah
belum sepenuhnya terintegrasi sehingga aplikasi tersebut belum sepenuhnya
memberikan dampak efisiensi dan efektivitas dalam proses pelaksanaannya.
MANAJEMEN SDM
■ BPS telah melakukan penyetaraan jabatan dari struktural ke fungsional, dari total 4.549 jabatan
Eselon III dan IV terdapat 3.549 atau 76,3% jabatan yang telah disetarakan
■ Untuk menangani kesenjangan kompetensi SDM, BPS telah membangun e-learning untuk
pengembangan kompetensi teknis, manajerial, dan sosio-kultural yaitu Warung Kompetensi
Pegawai. Platform ini juga menyediakan diklat statistik sektoral, diharapkan agar sistem ini juga
dapat diimplementasikan oleh satker BPS di daerah.
■ Perencanaan kebutuhan pegawai per tahun belum dikaitkan dengan rencana kinerja per tahun
sehingga kemungkinan terjadinya bias dalam perencanaan kebutuhan pegawai.
■ Pengembangan pegawai yang berorientasi kepada peningkatan kompetensi belum sepenuhnya
didasarkan pada hasil penilaian kinerja yang diolah untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan.
■ Monitoring Capaian Kinerja individu dan presensi pegawai di BPS Daerah belum terintegrasi
langsung dengan pusat secara online, sehingga capaian kinerja individu dan kedisiplinan pegawai
tidak dapat dipantau secara langsung secara real time.
PENGUATAN PENGAWASAN
■ Peta resiko yang ada pada sebagian besar unit kerja masih belum menggambarkan
risiko yang sesuai dengan proses kegiatan dalam mewujudkan kinerja. Hal tersebut
mengindikasikan Pengendalian internal masih perlu ditingkatkan.
■ BPS telah menindaklanjuti rekomendasi evaluasi RB BPS Tahun 2019 untuk
mengembangkan inovasi konsultasi secara online dengan APIP yaitu dengan
dibangunnya aplikasi HALO Inspektorat, namun implementasi dari aplikasi ini
belum dapat dipastikan efektifitasnya karena masih dalam masa percobaan.
■ Pembangunan Zona Integritas pada tahun 2020 telah mengalami perkembangan
yang signifikan dan berhasil menambah 14 unit kerja yang memperoleh predikat
WBK dan 2 unit kerja WBBM.
■ Unit kerja yang belum berhasil mendapat predikat WBK/WBBM pada umumnya
belum memahami definisi maupun target kinerja yang telah dituangkan dalam
dokumen Perjanjian Kinerja (PK). Selain itu, Kurang optimalnya sebagian unit kerja
untuk membangun kedekatan (intimacy) dengan masyarakat dan pemangku
kepentingan lainnya sehingga upaya perbaikan yang telah dilakukan oleh unit kerja
tersebut belum mendapat tanggapan positif dan hal ini tercermin dari hasil survei
eksternal beberapa unit kerja yang tidak menggembirakan.
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN
PUBLIK
■ BPS telah melakukan upaya pengintegrasian sistem pelayanan dengan menggunakan Single Sign On
(SSO) yang memadukan 4 layanan utama dan 3 layanan pendukung.
■ Selama masa pandemi Covid-19, BPS telah melakukan berbagai survei mengenai dampak pandemi pada
beberapa sektor seperti kerugian KUKM yang dapat membantu stakeholder dalam merumuskan
kebijakan.
■ BPS sudah melaksanakan survei kepuasan masyarakat secara berkala namun belum seluruh hasil
survey ditindaklanjuti untuk perbaikan layanan sesuai harapan stakeholder dan untuk perbaikan layanan
yang telah dilakukan belum diinformasikan secara masif keseluruh stakeholder, sehingga sebagian
stakeholder belum sepenuhnya meyakini perubahan pelayanan Badan Pusat Statistik.
■ Masih banyaknya aduan yang dilaporkan oleh Masyarakat pada Layanan Aspirasi Pengaduan Online
Rakyat (LAPOR) mengindikasikan pelayanan publik masih memerlukan perbaikan di berbagai aspek.
Beberapa laporan pengaduan yang paling banyak masuk antara lain terkait Permasalahan Sensus
Penduduk Online, Terlambatnya Publikasi Online BPS dan Permintaan Informasi Statistik Daerah yang
tidak terakomodir.
CATATAN ATAS
IMPLEMENTASI
SAKIP DI
BADAN PUSAT
STATISTIK
AKUNTABILITAS
■ Cascading kinerja dari level instansi sampai dengan unit organisasi paling
bawah belum seluruhnya sesuai dengan proses bisnis dalam mewujudkan
kinerja instansi dan belum disusun berdasarkan keterkaitan hasil proses.
■ Secara umum, penetapan rumusan kinerja pada level Lembaga dan Eselon I
sebagian besar sudah berorientasi pada hasil. Namun, masih terdapat
Indikator Sasaran pada level Eselon I yang belum berorientasi hasil. BPS agar
mereviu kembali Indikator secara berjenjang dan memperhatikan formulasi
perhitungan dari Indikator Kinerja.
■ BPS telah membangun aplikasi untuk pemantauan kinerja tiap satuan kerja
(SiMonev), namun belum berfungsi secara optimal untuk mendorong
perbaikan kinerja. Melalui aplikasi tersebut monitoring yang dilakukan masih
berupa pemenuhan dokumen dan ketepatan waktu penyampaian dokumen
saja, belum sepenuhnya memonitor capaian kinerja secara real time.
■ BPS telah melakukan evaluasi SAKIP kepada seluruh satuan kerja dengan
menggunakan metode field dan desk evaluation.
CATATAN EVALUASI SAKIP BPS TAHUN 2020

Definisi dari Sasaran dan Indikator


Kinerja, dan Formulasi perhitungan,
agar dijabarkan pada Indikator
Kinerja Utama.

Sumber Data:
CATATAN EVALUASI SAKIP BPS TAHUN 2020

Contoh : Definisi dari “Standard


Akurasi” dan formulasi perhitungan
agar dijabarkan pada Indikator
Kinerja Utama.

Sumber Data:
CATATAN EVALUASI SAKIP BPS TAHUN 2020

Terdapat Perbedaan antar Deputi


dalam perumusan Indikator Kinerja.
Contoh : Indikator Deputi Bidang
Sosial menggunakan Jumlah,
sedangkan
Deputi Bidang Produksi sudah
menggunakan presentase.

Sumber Data: Dokumen Saat Evaluasi SAKIP BPS


CATATAN EVALUASI SAKIP BPS TAHUN 2020

Memastikan Sasaran dan Indikator dijabarkan (cascade) dari level BPS hingga
level terendah (Individu). Cascading Kinerja BPS pada Tahun 2020 baru sampai
Eselon II.
Kinerja pada Eselon II tersebut diharapkan agar dijabarkan hingga Eselon 3 dan
4 atau Fungsional dengan menggunakan Cascading Kinerja hingga level
terendah.
Sumber Data: Dokumen Saat Evaluasi SAKIP BPS
CATATAN EVALUASI SAKIP BPS TAHUN 2020

Mereviu kembali Target Indikator


Kinerja pada Unit Kerja. Formulasi
Perhitungan target Indikator Kinerja
diharapkan dapat
dibandingkan/comparable pada
seluruh unit kerja, yang berbeda
hanya besaran target yang
disesuaikan dengan kondisi
masing-masing unit kerja.

Sumber Data:
CATATAN EVALUASI SAKIP BPS TAHUN 2020

Masih terdapat Indikator Kinerja pada


Unit Kerja dengan Target yang tidak
terukur, “0”.

Sumber Data: Dokumen Saat Evaluasi SAKIP BPS


TERIMA KASIH
REFORMASI
BIROKRASI

Anda mungkin juga menyukai