Anda di halaman 1dari 35

Copyright by HERI KURNIA (only)

Pertemuan ke XIV dan XV

TAFSIR PROGRAM ASAS DAN PROGRAM TANDHIM

A. PROGRAM ASAS SYARIKAT ISLAM


Mengingat maksud Dosen Pengampu Mata Kuliah Ke-syarikat Islam-an untuk
memberikat tafsir tentang program asas dan program tandhim Syarikat Islam, yaitu suatu
organisasi yang bermaksud menjalankan Islam dengan seluas-luasnya dan sepenuh-
penuhnya, maka cukuplah kalau di sini Dosen Pengampu Mata Kuliah Ke-syarikat Islam-an
menunjukan kesempurnaan Agama (Dinul) Islam yang senantiasa menghendaki suatu
ummat yang bersatu, seperti yang telah terbuki secara nyata dalam sejarah perjuangan
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Bangsa Arab sejak zaman purbakala senantiasa terpecah belah dalam berbagai kabilah
(stam) dan selalu saling berselisih, saling bermusuhan dan saling berperang satu sama
lainnya, sehingga bangsa dan negerinya pernah terancam hamper binasa. Mereka seakan-
akan berada di “tepi sumur api” (‘ala syafaa khufratin minan nari”) seperti digambarkan
dalam Al-Qur’annul Karim, Surat Al Imran (III):103. Namun dengan kekuatan Dinul Islam,
di bawah pimpinan Junjungan Kita Nabi Muhammad SAW, kabilah-kabilah dan golongan-
golongan yang senantiasa berselisih dan berperang satu sama lainnya, akhirnya
terhimpunlan mereka mejadi satu ummat, “suatu ummat yang bersatu” yang serba cukup
dalam kehidupan dan kekuatan lahir dan batin, sehingga kerajaan-kerajaan yang terbesar
yang hidup sezaman dengan mereka seperti Kerajaan Rum (Rajanya Dunia Barat) dan
Kerajaan Persia (Rajanya Dunia Timur) akhirnya tunduk takluk kepada Mereka.
Program Asas Syarikat Islam, adalah sebagai berikut:
1. Persatuan Ummat
Untuk mempersatukan ummat Islam, perlu lebih dahulu dibangun suatu
organisasi persatuan ummat yang tidak terpecah belah atau tidak bercerai berai,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran
(III) ayat 103:

      

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”,
Persatuan yang semacam itulah yang harus dibangun oleh Syarikat Islam, dan
persatuan itu sendiri merupakan bahagian dari persatuan Ummat Islam itu sendiri pula.
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

2. Kemerdekaan ummat (National Vrijheid)


a) Kaum Syarikat Islam dengan keyakinan yang mendalam percaya penuh akan
kebenaran Firman Allah SWT Q.S. Al Fat-h (XLVIII), ayat ke- 23:

             

“23. Sebagai suatu sunnatullah [1403] yang telah Berlaku sejak dahulu, kamu sekali-
kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu”.
Keterangan: [1403] Sunnatullah Yaitu hukum Allah yang telah ditetapkannya.
Mengingat tempatnya ayat ini dalam Al Qur’an, maka nyatalah bahwa ayat
itu berkenan dengan janji Allah SWT kepada kaum Muslimin yaitu mereka ini akan
dibela oleh Allah di dalam usahanya, terutama dalam semua perjuangan terhadap
musuh-musuhnya, dan musuh-musuh itu tidak akan mendapat suatu pelindung atau
suatu pembela (peperangan di Khaibar : Takluknya Mekkah).
Berhubungan dengan hal yang telah dikemukakan di atas, peringatan Allah
SWT dalam Q.S. Ali Imran ayat ke 137:

             

137. Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah [230];


karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Keterangan: [230] Yang dimaksud dengan sunnah Allah di sini ialah
hukuman-hukuman Allah yang berupa malapetaka, bencana yang ditimpakan kepada
orang-orang yang mendustakan rasul.
Firman Allah ini, menunjukan kepada kita kaum Muslimin, bahwa kita harus
mempelajari riwayat atau sejarah ummat-ummat yang telah dahulu sebelum kita,
yang akan terbukti kepada kita betapa kenyataan atau contoh-contoh balasan Allah
terhadap orang-orang dari ummat yang saleh, dan terhadap orang-orang dan ummat-
ummat yang berdosa.
Tiap-tiap manusia mempunyai nasibnya sendiri-sendiri, pun tiap-tiap ummat
mempunyai nasibnya sendiri-sendiri pula, sebagaimana yang dinyatakan dalam Al
Qur’an, Surat Al Jaatsiyah (XLV), ayat ke-28:

               
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

28. “Dan (pada hari itu) kamu Lihat tiap-tiap umat berlutut. tiap-tiap umat dipanggil untuk
(melihat) buku catatan amalnya. pada hari itu kamu diberi Balasan terhadap apa yang telah kamu
kerjakan”.
Perkataan kitab (buku catatan) di sini bolehlah saya tafsirkan sebagai kitab
yang melukiskan semua perbuatan dari tiap-tiap ummat. Hal ini menunjukan bahwa
tiap-tiap ummat akan diperlakukan menurut perbuatannya masing-masing;
ketentuan-ketentuan (wet) yang berlaku atas tiap-tiap manusia, berlaku juga atas
tiap-tiap ummat. Perbuatan tiap-tiap ummat mesti menimbulkan kesudahan pengaruh
atas kehidupan nasionalnya masing-masing. Dan bukan saja di Akhirat tetapi di
dunia ini pun tiap-tiap ummat akan ditentukan oleh nasibnya sendiri pula, yaitu
menjadi mulia atau hina.
Oleh karena itu, haruslah diingat peringatan Allah SWT dalam Q.S. Al Ra’d
(XIII), ayat ke-11:

                

                 

   

11. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di


muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah [767].
Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan [768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Keterang: [767] Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap
menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-
amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara
bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.
[768] Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah
sebab-sebab kemunduran mereka.
Mengingat janji Allah SWT, maka kaum Syarikat Islam dengan segala daya
upaya dan kekuatan tenaganya haruslan mengadakan perubahan meadaannya sendiri
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

dan keadaan serta lingkungan hidup seluruh ummat Islam Indonesia menurut ajaran
dan perintah Agama Islam.
Selain itu, mengingat bai’at (sumpah kesetiaan) yang dilakukan oleh ummat
Syarikat Islam, yaitu “akan meninggikan Agama Islam di atas segala apa-apa yang
dapat kita pikirkan, dan kita akan tetap mengerjakan segala perintah Allah dan
perintah Rasulullah, dan menjauhi segala larangannya”.
b) Karena kepercayaan yang tersebut pada angka 1 di atas,
Maka kaum Syarikat Islam percaya dengan penuh keyakinan, yaitu apabila
kaum Muslimin menjalankan perintah-perintah Allah SWT dan perintah Rasulullah
SAW dengan sungguh-sungguh, tidak boleh tidak mesti akan mendapat kebahagiaan
dan keluhuran derajat sebagai yang telah kemukakan sebelumnya, dan tidak boleh
tidak mesti mendapat apa-apa yang dijanjikan Allah SWT dalam Q.S. An- Nuur
(XXIV), ayat ke-55:

           

              

             

55. Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan
aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang
fasik.
Keterangan: Menurut pendapat dari sebahagian besar Mufassirin, ayat Al Qur’an
tersebut diwahyukan oleh Allah SWT tahun ke-5 Hijriah, setidak-tidaknya dalam
pertengahan Madinah, sedang pada masa itu kaum Muslimin selalu terkepung oleh
musuh-musuhnya, baik dari dalam (kaum Munafiqin) mau pun dari luar (bangsa
Yahudi dan bangsa Arab di luar Madinah, terutama kaum Quraisy), sedangkan
sepanjang ajaran sejarah menunjukan bahwa dalam tahun itu terjadi beberapa kali
peperangan yang hebat-hebat antara lain perang Bani Mustaliq atau perang Muraisi,
karena fitnah yang tidak beralasan atas diri dan keuciannya istri Nabi (Siti Aisyah),
dan Perang Azhab. Dalam tahun-tahun yang amat sukar dan sulit bagi kaum
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

Muslimin itu, maka turunnya janji Allah tersebut merupakan suatu kemenangan bagi
ummat Islam, bagi ummat Islam, tidak ubahnya laksana cahaya terang benderang
muncul di tengah-tengah waktu yang sedang gelap gulita. Ummat Islam yakin dan
percaya sepenuhnya akan kebenaran janji Allah sebagaimana yang telah dinyatakan
dalam Firman-Nya itu sehingga kaum Muslimin dengan penuh ktaqwaan bertambah
rajin dan taat dalam melaksanakan perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya.
Oleh karena itu, hukum Allah dan Sunnatullah itu berlaku dalam setiap ruang
dan waktu serta atas seluruh makhluk yang hidup dalam alam semesta ini, maka
kaum Syarikat Islam percaya dengan penuh keyakinan, bahwa Allah SWT pasti
akan memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kaum Muslimin dalam wujud
persatuan masyarakay (ummat) Islam yang sentosa dan bahagia dalam arti seluas-
luasnya dan sepenuh-penuhnya. Insya Allah, anugerah Tuhan itu akan datang,
apabila ummat Islam sungguh-sungguh melaksanakan segala perintah Allah dan
Rasulullah SAW serta menjauhi segala larangan-Nya dengan segala keikhlasan dan
suci hati (tathhir wa takhlis).
Selanjutnya berdasarkan Firman Allah SWT, dalam Q.S. (III) ayat 110:

              

          

110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.
Keterangan: bukan saja ummat Islam menjadi ummat pilihan (terpilih oleh Allah)
pada zaman dahulu, yang bertugas menyiarkan kebenaran ke segenap penjuru dunia,
tetapi mereka juga dinyatakan sebagai ummat yang terbaik, yang terpilih untuk
menjalankan segala perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW, umpamanya seperti
melarang zina, mengisap madat, dan meminum minuman keras, yang tegas-tegas
menjadi sebab berbagai rupa kejahatan dan kecemaran di Dunia.
Dilarang makan riba, adalah karena disebabkan perbuatan itu merupakan
benih timbulnya kapitalisme yang merusak dunia dan perikemanusiaan. Demikian
pula larangan terhadap hal-hal lain yang bertentangan dengan ajaran Dinul Islam.
Begitulah dahulu di zaman jahiliyah, suatu ummat yang sudah terbenam
dalam kecemaran dan kerusakannya budi pekerti, tetapi dengan petunjuk Ilahi dan
dengan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, akhirnya mereka (bangsa Arab)
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

menjadi ummat terjunjung tinggi, yang cusi hatinya, mulia budi pekertinya
(akhlaknya), dan naiknya derajat mereka sampai ketingkat peradaban dan kesopanan
yang setinggi-tingginya.
c) Mengingat apa-apa yang terjadidalam riwayat secara nyata
Terutama mengingat perbuatan dan perjalanan Rasulullah SAW sebagai
contoh yang termulia bagi orang Islam, dan terbukti pla bahwa salah satu dari syarat-
syarat yang fundamental sifatnya untuk memelihara kehidupan kita sebagai ummat
islam, untuk mendapatkan kehidupan yang aman dan tenteram, untuk menjadi kaum
yang turut serta dalam pemerintah Negara dari bangsa sendiri, dan untuk mencapai
derjat kemanusiaan yang luhur serta mulia sebagai yang dijanjikan oleh Allah SWT
dalam ayat-ayat-Nya tersebut di atas, maka tidak boleh tidak, Insya Allah Ta’ala
kaum Muslimin akan dapat mencapai kehidupan masyarakat Islam sempurna, yang
bebas dari segala macam bentuk perhambaan, sehingga di Indonesia hukum-hukum
Islam dapat berlaku secara khusus dalam kalangan masyarakat Islam sendiri sebagai
bahagian dari masyarakat Indoneia yang lebih luas. Untuk dapat mencapai maksud
dan tujuan itu, kaum Muslimin haruslah lebih dahulu memperoleh kemerdekaan
ummat atau kemerdekaan kebangsaan (national vrijheid) dan turut serta menunjukan
jalannya pemerintahan atas bangsa dan Negara kita sendiri.
Keterangan: adapun yang dimaksud dengan perbuatan dan perjalanan Rasulullah
SAW ialah: membangun dan membentuk masyarakat Islam sebagai suatu contoh
teladan yang wajib ditiru, dan diikuti oleh setiap insane manusia yang ber-Tuhankan
kepada Allah SWT, dan ber-Nabi-kan kepada Rsulullah Muhammad SAW, serta
menjunjung tinggi Agama Allah demi keperluan dan keselamatan kita bersama duni
dan akhirat.
3. Sifat Negara dan Pemerintahan
Dalam masalah Negara dan pemerintahan, demi terwujudnya masyaraat
Islam Indonesia yang berbahagia sungguh, maka kaum Syarikat Islam wajib dan
harus berusaha tercapainya suatu pemerintahan yang demokratis atas dasar
musyawarah mufakat, sebagai yang dinyatakan dalam Al Quran Surat As-Syura
(XLII) ayat ke-38:

           

38. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

Menurut paham kaum Syarikat Islam dan juga mengingat contoh-contoh


pada zaman Khulafa-ur-Rasyidin, pemerintah yang dimaksud dalam ayat tersebut di
atas, terlebih-lebih untuk zaman kita sekarang ini, ialah kekeuasaan pemerintahan
yang didirikan itu haruslah berlandaskan kepada kemauan rakyat (kemauan ummat)
yang dapat melaksanakan kedaulatan secara penuh dalam suatu Majelis Syura yang
berbentuk Majelis Perwakilan Rakyat (Parlemen) atau bentuk lainnya yang serupa
itu, yang susunan, hak dan kewajibannya harus berlandaskan asas-asas demokrasi
dalam atri yang seluas-luasnya.
Keterangan: ayat tersebut di atas diwahyukan pada permulaan zaman Mekkah, yaitu
sebelum kaum Muslimin hijrah yang pertama ke Habasiyah (Abessinia) pada tahun
ke-5 tahun ke-Nabi-an (tahun 614 Masehi). Ayat-ayat yang diwahyukan pada zaman
kaum Muslimin mengalami kesengsaraan, di dalamnya terkandung nubuwah-
nubuwan tentang bakal terjadinya pertempuran antara bangsa Quraisy yang berkuasa
dengan pihak kaum Muslimin. Pada saat itu kaum Muslimin sangat sedikit
jumlahnya, namun demikian seperti ternyata di kemudian hari, bahwa pertempuran
itu berakhir dengan berdirinya Masyarakat Islam Merdeka yang di dalamnya
termasuk bangsa Quraisy meskipun pada mulanya mereka bermusuhan dengan kaum
Muslimin. Mengingat saat-saat turunnya wahyu Ilahi itu merupakan saat-saat yang
menentukan kemenangan kaum Muslimin, maka ayat-ayat itu sangat penting untuk
dihayati dan dipahami cesara sungguh-sungguh.
Pada permulaan zaman Mekkah ketika kaum Muslimin sedang mengalami
penindasan dan penganiayaan yang begitu kejam, mereka sama sekali tidak sempat
memikirkan dan tidak pula memerlukan pembentukan suatu majelis untuk
musyawarah dan memutus unsure-nsur atau permasalahan-permasalahan yang
pendting seperti masalah Negara dan pemerintahan serta organisasi-organisasi
kemasyarakatan.
Sungguhpun begitu, diantara 2 perintah yang menyuuh kita menjalankan
ibadah sebagai dasar kehidupan kaum Muslimin, masih ada perintah yang ke-3, yaitu
pembentukan Negara, pemerintah dan masyarakat harus atas dasar musyawarah.
Nyatalah dengan sejelas-jelasnya bahwa perintah itu dimaksudkan agar kaum
muslimin meskipun masih berada dalam penindasan, harus mendirikan suatu
organisasi untuk membicarakan dan memutuskan segala urusan dan permasalahan
yang menyangkut kepentingan bangsa (ummat = nation).
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

Perintah Allah ini menunjukkan, bahwa agama Islam dengan tegas


menetapkan dasar pembentukan dan penyelenggaraan pemerintahan (government) da
sesuatu organisasi harus bersandar kepada kemauan ummat (rakyat), yaitu dengan
cara pembentukan Majelis Syura atau Parlemen, dan cita-cita yang demikian itu
dalam praktek tela dilaksanakan pada zaman Khulafa-ur Rasyidin, sedangkan pada
saat itu “pemerintah dengan sistem parlemen” masih menjadi impian de negri-negeri
Barat.demikian keadaannya Syarikat Islam, dengan cara mengadakan peraturan
tentang pengiriman delegasi sebagai wujud (utusan cabang) sebagaimana telah diatur
dalam Anggaran Dasar (statute) dan Peraturan Rumah Tangga (HUishoudelijk
Regiementnya) dan mengumumkan segala keputusan Majelis Takhim kepada para
ummat cabang-cabang Syarikat islam atau kepada rapat-rapat lain sebagaimana
dimaksud dalam Anggaran Dasar dan Peraturan Rumah Tangga Syarikat Islam,
semua itu dimaksudkan dalam rapat-rapat tersebut. Dan semuanya dimaksudkan
untuk mendidik dan mengajar Rakyat menjalankan asas-asas demokrasi Islam.
4. Kehidupan Ekonomi
a) Sejak semula manusia telah dihinggapi oleh penyakit tamak kepada benda, yang
enantiasa bernafsu untuk memperbanyak benda dan harta, bahkan berusaha
menimbun danmenumpuk kekayaan dengan cara yang sangat melampaui batas-batas
hukum kemanusiaan dan batas-batas hukum Allah, maka sejak itulah timbul nafsu
untuk memperluas daerah jajahan (koloniale expantie).
Dari perjalanan sejarah Negeri Tumpah darh kita Nyatalah pula, bahwa
kedatangan golongan bangsa asing ke tanah air kita semata-mata karena hendak
memuaskan nafsu dengan memperkaya dirinya sendiri dengan mencari keuntungan
yang sebanyak-banyaknya dari hasil tanah yang mereka kuasai.
Dengan perlahan-lahan tapi pasti, kejahatan kapitalisme yang merajalela
dengan segala kekuatan yang mereka miliki di tanah air kita, telah menyebabkan
bangsa kita hilang kemerdekaan, sehingga jatuh dalam kenistaan sebgai bangsa yang
diperbudak (perhambaan kebangsaan) dan sebagai buruh yang diperkosa hak-haknya
(perhambaan pencarian rezeki).
Mengingat hal-hal demikian yang menjadi sebab jatuhnya bangsa kita dalam
kesengsaraan dan yang menjadi sebab punahnya rasa kebangsaan kita, maka kaum
Syarikat islam harus berinisiatif dan sadar serta turut bertanggungjawab untuk
memerangi kapitalisme mulai dari benihnya sampai keakar-akarnya. Kapitalisme
bukan hanya suatu kejahatan dalam pandangan manusia (indannas), tetapi juga oleh
Allah SWT (indallah) dipandang sebagai suati kejahatan yang harus diancam dengan
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

hukuman berat baik di Dunia maupun di Ahkirat, sebagaimana denyatakan dalam Al


Qur’an Surat Al Baqarah (II) ayat ke 275:

               

                   

              

275. Orang-orang yang Makan (mengambil) riba [174] tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila [175]. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.
[174] Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang
meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena
orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba
yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.
[175] Maksudnya: orang yang mengambil Riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan.
[176] Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.

Selanjutnya dalam surah Al Humajah (CIV) seluruhnya:

                  

                 

     

Artinya:
1. Kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela,
2. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung [1600],
3. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,
4. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.
5. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu?
6. (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan,
7. Yang (membakar) sampai ke hati.
8. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,
9. (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

Keterangan: [1600] Maksudnya mengumpulkan dan menghitung-hitung harta yang karenanya Dia menjadi kikir dan tidak
mau menafkahkannya di jalan Allah.

Sebagai rakyat jajahan dan sepanjang hukum Negara yang berlaku di negeri
tumpah dari kita ini, maka bangsa kita tidak mempunyai hak dan kekuatan yang
penuh dan cukup atas sesuatu perubahan dalam hukum dan peraturan Negara,
sehingga keadaan yang serupa itu menambah sukar dan sulit bagi perjuangan
Syarikat Islam dalam bidang perbaikan nasib golongan yang serba lemah dan serba
miskin dalam segala bidang kehidupannya. Sungguh pun demikian, kaum Syarikat
Islam dengan penuh keyakinan percaya, bahwa bangsa kita terutama kaum Muslimin
Indonesia akan mencapai segala apa yang menjadi maksud dan tujuannya berkat
ikhtiar dan usaha bangsa kita seluruhnya dan dengan pertolongan serta karunia dari
Allah SWT.
b) Atas dasar prinsip, maka Syarikat islam menyatakan sikap sebagai berikut:
Ajaran Dunul Islam mewajibkan bagi setiap orang untuk beriktiar sungguh-
sungguh dengan seluruh tenaga dan kekuatan yang diberikan ole Allah SWT, untuk
mencari dan mendapat rezeki yang halah. Tetapi Dinul Islam melarang setiap orang
mencari dan mendapatkan rezeki dengan jalah dan usaha riba, baik langsung maupun
tidak langsung dengan cara sembunyi-sembunyi atau dengan cara terang-terangan,
karena perbuatan riba akan menuntun orang cenderung untuk menuju nafsu
kapitalisme, tegasnya: nafsu dan kehendak untuk menumpuk dan menimbun harta
dunia yang tidak selaras dengan hukum Allah dan Sunnat-ur-Rasul.
Keterangan: cara kaum kapitalis mengembangkan alat-alat dan hasil produksi
sebagiamana kita persaksikan sendiri dalam pabrik-pabrik di Negara kita,
membuktikan kepada kita bahwa kaum buruh sama sekali tidak memiliki barang-
barang produksi yang dihasilkannya, dan juga mereka tidak menerima upah yang
layak sebagai hasil keringat sendiri. Tetapi sebaliknya dari mereka selalu diambil
sesuatu yang seharusnya menjadi milik mereka (buruh) yaitu beda upah riil yang
susungguhnya diterima dengan upah yang seharusnya mereka terima. Begitulah
kenyataannya kaum buruh telah memberikan keuntungan besar kepada kaum
kapitalis. Dengan demikian jelaslah bahwa kekayaan kaum kapitalis berasal atau
bersumber dari tenaga kerja kaum buruh, yaitu jumlah selisih upah yang tidak
dibayar atau dari yang sepatutnya harus dibayar. Mendapat keuntungan yang bukan
berasal dari tenaga kerjanya sendiri, ialah dengan yang dinamakan “Nilai Lebih”
(MEERWARDE), dari kerja yang tidak dibayar atau karena upah yang dibayar tidak
menurut yang selayaknya. Inilah wujudnya penghisapan keringat orang lain ! Dan
inilah yang dinamakan “RIBA” meskipun tidak langsung berupa uang, karena pada
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

akhirnya ia juga akan berubah menjadi uang. Inilah pula benih kapitalisme, yang
terang-terangan dilarang oleh Dinul Islam.
Yang lebih jahat lagi ialah riba yang dimakan oleh Bank-bank dengan cara
memberi voorschot, dan dengan begitu nyata-nyata melakukan atau mempengaruhi
perusahaan-perusahaan besar yang bekerja mencari keuntungan secara kapitalistis.
Bukti kejahatan yang dilakukan oleh bank-bank terutama di Amerika dan Prancis
ialah ketika terjadi malaise dan krisis ekonomi yang telah pernah dialami oleh
seluruh pelosok dunia.
c) Pemberian sedekah kepada fakir miskin yang berulang-ulang dipujikan oleh Allah
SWT dalam Al Qur’an dan pemberian zakat yang diwajibkan oleh Dinul Islam, kalu
dijalankan dengan sungguh-sungguh akan cukup sebagai sumber daya yang dapat
memperbaiki kehidupan ekonomi rakyat, sehingga tidak aka nada peristiwa
penumpukan kekayaan yang jahat sifatnya, dan juga tidak ada kemiskinan yang
sampai melampaui batas-batas kemanusiaan.
d) Perusahaan-perusahaan haruslah bertujuan untuk memberikan kesejahteraan kepada
ummat (bangsa) guna keperluan bersama dalam atri seluas-luasnya, dan ini hanya
dapat dilakukan oleh Negara (staat) dengan pengawasan rakyat sepenuhnya. Dan
semua itu harus berlandaskan kepada asas-asas seperti yang telah dikemukakan
dalam ajaran Islam.
e) Dalam tugas kewajiban kita memerangi kapitalisme, bukanlah maksud Syarikat
Islam untuk mempertontonkan rahasia dan kejahatan sistem itu akan menunjuk cara
dan tingkah laku serta ketentuan-ketentuan kapitalisme, tetapi dimaksudkan oleh
Syarikat Islam agar sedikit demi sedikit kita mengurangi cara kehidupan kapitalisme
dan pada akhirnya hita hapuskan sama sekali.
5. Keadaan dan Derajat Manusia
Olehkarena salah memahami dan salah menjalankan Agama Allah yang
sejati, dan terlebih lagi karena sangat mementingkan dan mendewa-dewakan peri
kebendaan (materialism) semata-mata maka timbullah berbagai rupa permasalahan
(vraagstuj – questie) yang erkenaan dengan pergaulan hidup masyarakat (al hajat – al
ijtimaiyah) yaitu permasalahan yang senantiasa menjadi sebab timbulnya
peperangan, pengaduan perbantahan atau perselisihan dan lain-lain sebagainya,
seperti:
a. Masalah kaum buruh (arbeids vraagstuk) dan masalah pengangguran
(werkloosheid)
b. Masalah pertanian (werkloosheid)
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

c. Masalah kaum dagang menengah (het vraagstuk van den handel drijvended
middenstand)
d. Masalah kaum pabrik menengah (het vraagstuk van den industrieelen
middenstand)
e. Masalah wanita (het vrouwen vraagstuk)
f. Dan lain-lain sebagainya.
Terhadap maslah yang serupa itu, Dinul Islam telah menetapkan asas-asas
sebagai dasar dan pedoman untuk menetapkan peraturan-peraturan (wet-wet)
selanjutnya untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul, dalam kehidupan
masyarakat.
Walaupun kehidupan ekonomi sebagai permasalahan yang paling utama
dewasa ini tampaknya sangat berkembang, akan tetapi bersamaan itu pula seluruh
persoalan yang timbul mengenai pergaulan hidup manusia, pada hakikatnya adalah
masalah yang erat hubungannya dengan budi pekerti (akhlak) dan mental (rohani)
manusia.
Keadaan dan derajat manusia dalam pergaulan hidup bersama dan di dalam
hukum, dimana Syarikat Islam yakin dan percaya akan sikapnya sebagia berikut:
1. Kaum Syarikat Islam menolah adanya perbedaan derajat manusia di dalam pergaulan
hidup bersama di dalam hukum. Menurut anggapan Syarikat Islam yang
menyebabkan adanya perbedaan derajat antara manusia yang satu dengan manusia
yang lainnya hanyalah taqwanya belaka, sebagai yang dinyatakan dalam Q.S. Al
Hujuurat (XLIX), ayat ke 13:

                

     

13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Keterangan: Persamaan derajat manusia sudah dipertunjukan dengan sejelas-
jelasnya oleh kaum Muslimin pada zaman dahulu, terutama oleh para sahabat dan
para pengikut Nabi Muhammad SAW pada zaman Rasulullah SAW dan pada zaman
pemerintah Khulafa ar Rasyidin pada zaman dahulu itu menjadi suatu ummat yang
mulia dan luhur derajat diantara ummat-ummat yang hidup sezaman dengan mereka.
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

Persamaan manusia di dalam hukum, kecuali yang lainnya terutama


dunyatakan di dalam Grondwet (Qanun asasi) masyarakat Islam yang pertama di
madinah yang didirikan oleh rasulullah SAW, seperti yang berikut:
Orang-orang Yahudi yang memasyarakatkan dirinya di dalam lingkungan ummat
islam, haruslah mendapat perlindungan dari segala bentuk penganiayaan dan segala
hal yang memalukan. Mereka itu haruslah mempunyai hak yang sama dengan ummat
kita sendiri untuk mendapat pertolongan dan perbuatan yang baik. Orang-orang
yahudi yang bertempat tinggal di yasrib, bersama-sama dengan kaum Muslimin
haruslah menjadikan satu ummat (natie yang bersatu). Mereka itu akan mejalankan
agamanay dengan cara bebas dan leluasa sebagaimana bebas dan leluasa kamu
muslimin menjalankan agamanya.
2. Kaum Syarikat islam mengakui adanya persamaan nilai dalam pandangan Allah
antara orang Mukmin laki-laki dengan orang Mukmin wanita (Muslimin dan
Muslimat), sebagia yang dinyatakan dalam Q.S. An-Nahl (XVI), ayat ke-97:

             

     

97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman,
Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik [839] dan Sesungguhnya akan Kami
beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
[839] Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan
bahwa amal saleh harus disertai iman.
3. Kamu Syarikat Islam mempertahankan persamaan hak dan dalam pergaulan suami istri,
sebagaimana yang dinyatakan dalam Q.S. Al Baqarah (II), ayat ke-228:

              

                

             

228. Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru' [142]. tidak boleh mereka
Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami)
menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya[143]. dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.
[142] Quru' dapat diartikan suci atau haidh.
[143] Hal ini disebabkan karena suami bertanggung jawab terhadap keselamatan dan Kesejahteraan rumah tangga (Lihat surat An Nisaa'
ayat 34).

6. Kemerdekaan yang Sejati


Sebelum dunia barta mengibarkan bendera: Kemerdekaan (vrijheid liberti), persamaan
(gelijkheid – equality), dan persudaraan (broederscliap – Iraternity), Dinul Islam
semenjak lahirnya secara tegas telah mengajarkan dan melakukann tiga perkara yang
menjadi anasirnya (element) sosialisme yang sejati:
a. Kemerdekaan
“la haula wa la quata illa billah” (Tidak ada sandaran dan kekuatan lain, kecuali dari
Allah semata).
Beberapa orang Arab pada zaman rasulullah SAW yang tidak bias bertempat tinggal
yang tetap, belum pernah melihat gedung yang indah-indah, dan dengan pakainya
yang buruk mereka dikirimkan kepada raja-raja besar di Persia dan Rome, namun
orang-orang Arab tadi sekali-kali tidak uka menundukan badannya apalagi
kepalanya, dan mereka tidak tampak takut sedikitpun juga di muka raja-raja
tersebut, mekipun raja-raja ini mempertunjukan kekuasaan dan kebesarannya. Bagi
mereka tidak ada sesuatupun yang ditakutinya kecuali Allah SWT belaka, dan hanya
kepada Allah sajalah mereka mempertanggungjawabkan atas segala perbuatannya.
Mereka itu merdeka bagaikan udara bebas dan mereka sungguh-sungguh
merasakan kemerdekaan dalam arti seluas-luasnya sejauh orang dapat
memikirkannya. Berhubun dengan masalah ini, kita harus selalu memperhatikan
Firman Allah SWT Q.S. Al Fa-thir (XXXV), ayat ke-2:

                 

   

2. Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, Maka tidak ada seorangpun
yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah Maka tidak seorangpun yang sanggup
melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
b. Persamaan
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

Pengertian persamaaan dalam Dinul Islam telah saya uraikan sekedarnya, disini saya
hanya menambahkan dengan menunjuk cita-cita persamaan sebagai yang dinyatakan
oleh junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sebagai berikut:
Emua orang islam diibaratkan sebagai satu badan (orang). Apabila seseorang merasa
sakit di kepalanya, maka seluruh badannya juga terasa sakit. Dan kalau matanya
sakit, maka segenap badannya pun terasa sakit pula. “semua orang islam adalah
sebagai satu tiang tembok, dimana setengah bahagian menguatkan bagian lainnya,
maka dengan cara yang demikian itu yang satu saling menguatkan bahagian
lainnya.”
c. Persaudaraan
Disini saya tidak perlu lagi mengutip ayat ak Qur’an dan hadits Nabi Muhammad
SAW, yang memerintahkan ikatan persaudaraan antara Muslim dengan Muslim
dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan serapat-rapatnya. Juga karena tidak perlu
mengemukakan contoh-contoh dan kelakuan-kelakuan untuk membuktikan bahwa
persaudaraan Islam itu adalah sungguh merupakan bentuk persaudaraan yang
sesempurna-sempurnanya. Di sini saya hanya menunjukan sifat dan pola ikatan
persaudaraan yang didirikan oleh rasulullah SAW diantara sahabat-sahabat Anshor
dan sahabat-sahabat Muhajirin pada awal permulaan zaman Madinah. Tiap-tiap
sahabat Muhajir (yang turut hijrah dari Mekkah ke Madinah) dipertemukan dalam
satu ikatan kekeluargaan yang bersifat komperatif, sehingga tiap-tiap sahabat
Anshar (pembela) dalam ikatan persaudaraan itu makin hari makin kelihatan sangat
menakjubkan karena rasa kecintaannya yang amat indah telah mempertemukan
mereka satu sama lainnya. Masing-masing orang dari sahabar Anshar mengambil
seorang Muhajir sebagai saudara di Rumahnya, dan menyerahkan sebahagian dari
rumahnya untuk dipakai oleh orang Muhajirin, serta membagi rata baik barang-
barang keperluan pribadi mereka maupun binatang ternak mereka dengan orang
Muhajir itu. Pekerjaan para sahabat Muhajir adalah selalu berdagang bukan bertani,
maka oleh karena itu para sahabat Anshar sendirilah yang melkaukan pekerjaan
bertani dan separoh dari hasilnya diberikan kepada para sahabat Muhajirin.
Mengingat segala sesuatu yang tertulis di atas, terutama ajaran Dinul Islam
yang dapat kita peroleh dari dalam Al Qur’an dan kesaksian sejarah (tarikh) pada
zama Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya, pada zaman Khulafa-ur Rasyidin,
bahwa yang dimaksud dengan kemerdekaan sejati oleh Syarikat Islam ialah suatu
keadaan (toestand) atau peristiwa (proses) dalam negeri Tumpah Darah dan rakyat
bangsa kita sendiri, terutama kaum Musliminnya, bilamana hukum-hukum Allah
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

dan Sunnatur Rasul dapat berlaku dengan sesempurna-sempurnanya atas segenap


lapisan masyarakat Islam dalam seluruh gerak hidup dan kehidupan mereka,
sehingga mereka terbebas dari gerak hidup dan kehidupan mereka, sehingga mereka
terbeba sdari tiap-tiap bentuk perhambaan dari makhluk yang mana pun juga.
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

B. PROGRAM TANDHIM (PROGRAM PERJUANGAN)


1. Sandaran Gerak Perjuangan
Untuk melaksanakan syari’at Islam dalam arti seluas-luasnya dan sepenuh-penuhnya dan
untuk mencapai kemuliaan dan keluhuran derajat bagi ummat Islam sebagaimana yang telah
diuraikan dalam Prodram asas, maka Syarikat islam menetapkan gerak perjuangannya,
adalah sebagai berikut:
a) Bersandar kepada sebersih-bersih Tauhid
Sebagaimana yang dinyatakan dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah (II) ayat
ke-255 lebih terkenalnya dengan Ayat Kursi (bahasa Arab:‫ اﻟﻜﺮﺳـــــﻰ آﯾــﺔ‬yang atrinya
yatul kursi atau Ayat Singgasana:

                        

                   

             

255. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang
di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah
mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui
apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi[161] Allah meliputi langit dan
bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
[161] Kursi dalam ayat ini oleh sebagian mufassirin diartikan dengan ilmu Allah dan ada pula yang
mengartikan dengan kekuasaan-Nya.
Selain itu, jiwa dan perasaan kita harus bebas dari segala ketakutan dan
kesedihan, sebagaimana yang disebutkan dalam suatu ayat yang diwahyukan ketika
orang Islam masih di dalam kelemahan dan ketakutan tentang nasibnya kelak
dikemudian hari, ialah surah Yunus (X) ayat ke-62:

          

62. Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati.
Lagi pula kita harus menghindarkan perasaan hina dan sikap mengemis-
ngemis mencari perdamaian untuk keselamatan diri sendiri sebagaimana dinyatakan
dalam Q.S. Muhammad (XLVII), ayat ke-35:
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

            

35. Janganlah kamu lemah dan minta damai Padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu
dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

b) Besandar kepada Setinggi-tinggi Ilmu Pengetahuan (wetenscliap)


Seperti yang keterangan dalam Q.S. Az Zumar (XXXIX), ayat ke-9:

              

           

9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-
waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Selanjutnya, seperti yang telah diperintahkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW di dalam doa yang tercantum dalam Q.S. Thaahaa (XX), ayat ke-
114:

              

    

114. Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa
membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu[946], dan Katakanlah: "Ya
Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."
Keterangan: [946] Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dilarang oleh Allah menirukan bacaan
Jibril a.s. kalimat demi kalimat, sebelum Jibril a.s. selesai membacakannya, agar dapat Nabi
Muhammad s.a.w. menghafal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan itu.
Dengan ayat ini dimaksudkan, bahwa Ilmu itu wajib dituntut oleh setiap orang
Islam baik laki-laki maupun perempuan yang mereka miliki, sebagai yang
diperintahkan oleh Rasulullah SAW dalam Hatits yang atrinya: (“mencari Ilmu itu
adalah wajib bagi sekalian orang Islam baik laki-laki maupun perempuan”).
Setiap pribadi Muslim harus berusaha mencapai setinggi-tinggi Ilmu
Pengetahuan demi kemajuan dan perkembangan akal (intellect), tetapi sekali-kali
tidak boleh dipisahkan dari pendidikan budi pekerti dan pendidikan rohani, sebagai
yang dinyatakan dalam Q.S. Ali Imran (III), ayat 190-191:
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

           

          

          

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami
dari siksa neraka.
Keterangan: di dalam wahyu Ilahi yang pertama-tama diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yaitu yang tercantum dalam Q.S. Al Alaq (XCVI), ayat ke 4 dan
5, adalah merupakan suatu petunjuk yang menyebabkan Islam menjadi obor Ilmu
pengetahuan ummat manusia, buktinya sebagai berikut:

         

4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],


5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
Kedua ayat di atas harus di tafsirkan, bahwa Allah SWT mengajarkan manusia
tentang apa-apa yang tidak atau belum diketahuinya lebih dahulu, dan ini
membuktikan bahwa Tuhan Maha Pemurah, karena Ia telah memberi Ilmu
(pengetahuan) kepada hamba-hamba-Nya tentang apa-apa yang mereka tidak
ketahui. Allah SWT telah menyelamatkan mereka dari kegelapan dan memberikan
merekan penerangan berupa ilmu pengetahuan serta memberi mereka pengertian
akan faedah atau kegunaan kepandaian manusia yang tidak dapat dinilai harganya.
Dengan ilmu yang diajarkan oleh Allah SWT kepada ummat manusia, maka
timbulah kepandaian membaca dan menulis, dan timbul pula ilmu-ilmu lain yang
beraneka macam ragamnya yang tidak mungkin dapat dicapai kalau tidak memiliki
kepandaian membaca dan menulis. Denga kepandaian membaca dan menulis, kita
dapat membaca sejarah (tarikh) dari bangsa-bangsa pada zaman dahulu. Dengan
kepandaian membaca dan menulis ummat manusia pada zaman dahulu telah pandai
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

menghimpun dan menulis kitab-kitab suci, terutama Al Qur’anul Karim sebagai


tulisan yang berasal dari wahyu Ilahi, dan dengan kepandaian membaca dan
menulis kita dapat pula mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan yang lain.
Pendek kata manusia tidak mungkin dapat mengatur persoalan-persoalan ibadahdan
persoalan dunia, kalau manusia tidak mempunyai kepandaian membaca dan
menulis.
Karena dilaksanakannnya petunjuk-petunjuk Ilahi dengan penuh keyakinan dan
kesetiaan sebagaimana yang tercantum dalam ayat-ayat di atas, maka Nabi
Muhammad SAW tetap menjadi penghubung yang seerat-eratnya antara Dinul
Islam dengan dunia pikiran modern. Setelah Madinah manjadi kota masyarakat
Islam di bawah naungan Rasulullah SAW, maka banyak orang yang berasal dari
Persia, Greek (Yunani), Syria, Irak dan Afrika dating ke Madinah dengan maksud
dan tujuan utama dari mereka ialah untuk mencari dan menuntut ilmu untuk
mendengarkan pelajaran yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, seperti:
 “Tuntutlah ilmu, karena barang siapa menuntut ilmu di jalan Allah, maka
berarti ia sesungguhnya telah melakukan suatu perbuatan kebajikan”
 “Barang siapa membicarakan ilmu, maka ia berarti memuji kepada Tuhan”
 “barang siapa mencari ilmu untuk maksud-maksud dan tujuan yang baik,
maka berarti ia telah berbuat ibadah sepada Tuhan”
Dengan ilmu menyebabkan orang dapat membedakan apa-apa yang terlarang
dari apa-apa yang tidak terlarang; ilmu adalah sinar atau cahaya yang dapat
menerangi jalan ke sorga; sebagai sahabat kita di padang pasir (mahsar); sebagai
teman pergaulan kita dalam kesunyian; sebagai kawan apabila kita ditinggalkan
oleh sahabat-sahabat lain;
Ilmu adalah sesuatu yang memimpin kita menuju suatu kebahagiaan; ia
memperkuat mental kita pada saat kita menghadapi kemalangan; ia merupakan
perhiasan yang bernilai tinggi dalam pergaulan dengan sahabat-sahabat kita; ia
merupakan sesuatu yang berguna pada saat kita behadapan dengan musuh-musuh
kita;
Dengan ilmu, hamba-hamba Allah naik derajatnya ketingkat yang tertinggi
karena berbuat kebajikan dan berada pada suatu tingkat yang mulia ketika
berhubungan dengan pihak-pihak lain yang berkuasa (raja-raja) di dunia, demi
untuk mencapai kebahagiaan yang sempurna di akhirat.
Tidaklah mengherankan, apabila petunjuk dan ajaran-ajaran Islam seperti yang
telah dikemukakan sebelumnya, maka pada zaman Rasulullah Muhammad SAW
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

masih hidup, ketika itu sebuah benih balai pengajaran telah lahir, yang beberapa
tahun kemudian bertumbuh menjadi universitas-universitas seperti di Bagdad,
Kairo, dan KOrdova. Sahabat-sahabat Nabi seperti Ali dan Abbas telah biasa
membuka kursus-kursus dimuka khalayak ramai tentang ilmu karang mengarang,
grammatika (nahwu dan saraf), tarikh dan ilmu pasti (wis-kunde=ilmu riyadhiyah),
beberapa sahabat nabi mengajarkan kepandaian pidato atau berbicara di depan
khalayak ramai. Pendeknya, berdasarkan contoh-contoh yang telah ada, terbuktilah
bahwa Islam menghendaki kemerdekaan berpikir (untuk menuntut ilmu) dengan
berlandaskan iman yang kuat dan mantap serta kebersihan jiwa terhadap Allah
SWT.
Keturunan Nabi Muhammad SAW serta pemimpin-pemimpin Islam sesudah
Nabi Muhammad SAW terutama pada abad Islam yang pertama sangatlah terkenal
dan menonjol karena rajinnya menuntut dan memajukan ilmu pengetahuan,
sehingga Imam Ja’far As Sadiq menyatakan pikirannya tentang ilmu atau
pengetahuan dengan kata-kata semboyan seperti: “Penerangan hati itulah zatnya
(ilmu); Kebenaran (hak) itulah maksudnya yang utama; Wahyu itulah petunjuk-
Nya; Akal itulah menerimanya; Allah-lah yang mengwahyukan (mengilhamkan-
Nya); dan perkataan manusia itulah yang mengucapkannya”.
Benang merahnya, sesungguhnya kita dapat menulis sebuah kitab tebal untuk
menunjukan bukti-bukti, bahwa Dinul Islam-lah yang menyebabkan timbul dan
majunya berbagai rupa ilmu pengetahuan, antara lain termasuk ilmu-ilmu yang
menunjukan perkembangan dan kemajuan dibidang teknik sebagai kita lihat di
zaman modern sekarang ini.
c) Bersandar kepada Sepandai-pandai Siasah (Politik)
Prinsip ini sangatlah erat hubungannya dengan masalah kehidupan bangsa dan
negeri tempat Tumpah Darah kita sendiri, dan dalam pengertian prinsip ini juga
termasuk suatu sikap politik yang bertujuan untuk mencapai persatuan dan kesatuan
ummat Islam yang berada di lain-lain Negara (Pan-Islamisme).
Keterangan: Apabila ada orang yang bertanya, bagaimana kita memerintah suatu
Negara atau mengatur pemerintah, maka jawabannya atas pertanyaan itu disebut
“politik” politik itu dapat kita bedakan dalam 2 macam pengertian:
1. Teori politik (theoritische politiek) sebagai ilmu pengetahuan (wetenschap).
2. Praktik politik (practische politiek) sebagai suatu kepandaian, keterampilan
dan kecrdikan.
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

Berdasarkan sejarah (histirische recht) hukum-hukum Islam adalah merupakan


hukum yang pengabdiannya ditunjuk untuk kepentingan ummat manusia sejak
mulai perkembangannya hingga dewasa ini. Sebagaimana kita mengetahui sumber
pokok hukum-hukum Islam berasal dari Al Qur’an dan Hadits. Oleh karena itu,
menurut pendapat dosen mata kuliah Ke-syarikat Islam-an untuk menjalankan
politik praktis yang berlandaskan pada prinsip-prinsip ajaran Islam, perlu selalu kita
ingatkan akan pribahasa Belanda, yang telah berulang kali terbukti kebenarannya,
yaitu yang berbunyi:
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

“ In het verleden light het heden, in het nu wat worden zal”


Artinya: “Dalam masa yang lalu (madhi) terletak masa sekarang (hadir) dan dalam
masa sekarang ini terletak segala kemungkinan di masa yang akan datang
(mustaqbil)”.
Segala sesuatu dalam kehidupan ini mempunyai sebab dan akibat, walaupun
sebab itu tersembunyi dalam tempat yang terlalu dalam peristiwa sebab itu akan
melahirkan akibat (gevolg), meskipun peristiwa suatu kejadian itu akan timbul
sesudah bertahun-tahun atau bahkan berabad-abad lamanya. Bagi semua orang
yang beragma, terutama bagi kita sebagai orang yang beragama Islam yakin dan
percaya, bahwa hanya ada satu sebab yang menjadi pokok atau asalnya segala
sebab, yaitu: ALLAH YANG MAHA KUASA.
Tidak ada permasalahan atau sebuah peristiwa yang cukup untuk kita pahami
atau kita kenal, sebelum kita dapat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan,
yaitu “bagaimana peristiwa itu terjadi ?” ; “akibat apakah yang kan timbul dari
peristiwa itu pada kemudian hari ?”
Kita hanya bisa memberi jawaban atas pertanyaan yang pertama, yaitu
“bagaimana peristiwa itu terjadi ?” kalau kita sepenuhnya telah mengetahui apa
yang telah terjadi atau masa kejadian peristiwa itu telah berlalu.
Tetapi tidak demikian hanya dengan jawaban kita atas pertanyaan yang
kedua, yaitu akibat apakah yang akan timbul dari peristiwa itu pada hari kemudian
? kerap lkali hati kitakecewa terhadap sesuatu yang kita harapkan. Tidak jarang
terjadi kita menemukan perhitungan atau ramalan kita yang salah atau keliru. Suatu
peristiwa yang anggap pasti akan terjadi, tetapi dalam kenyataannya peristiwa itu
tidak bisa terjadi, ataupun kalau terjadi, sifatnya atau wujudnya sangat berlainan
dari apa yang kita harapkan semula. Oleh karena itu keyakinan dan kepercayaan
kita tetap tidak berubah, yaitu hanya Allah jauhlah yang dapat mengetahui segala
sesuatu yang akan terjadi. Namun demikian, kita sering juga mendapatkan
kenyataan, bahwa banyak peristiwa yang terjadi memang sesuai dengan apa yang
telah kita ramalkan atau kita pikirkan atau bahkan kita harapkan sebelumnya. Kalau
kita mempergunakan akal yang sehat, dan kalau kita memperbandingkan sesuatu
peristiwa dengan peristiwa-peristiwa yang sejenis yang telah pernah terjadi
sebelumnya, dan kalau kita menyadari benar-benar terhadap segala peristiwa yang
telah kita alami, yaitu dengan memperhatikan bahwa sesuatu sebab dari peristiwa
tertentu senantiasa akan melahirkan akibat yang tertentu pula, maka dengan sikap
dan tingkah laku kita yang demikian, kita juga seringkali dapat menggambarkan
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

atau memperhitungkan itu hanya merupakan sesuatu yang bersifat imajinatif


semata-mata.
Dengan demikian, maka tiap-tiap peristiwa yang ada atau terjadi pada waktu
sekarang ini, selamanya harus kita pandang, kita piker, dan kita pertimbangkan
hubungannya dengan peristiwa yang telah terjadi pada masa lalu dan sekaligus juga
harus kita pikirkan atau kita bertanya akibat apa yang akan terjadi karena sebab dari
peristiwa itu. Kalau peristiwa yang lali (het verleden), dan peristiwa yang akan
datang (het heden), maka kita akan melihat suatu gambaran yang tidak lengkap,
tidak menurut suatu lukisan yang sewajarnya, sehingga orang salah duga, salah
perhitungan dan salah penglihatan, salah pandangan dan salah paham atas peristiwa
itu.
Hal ini harus kita perhatikan benar-benar dan baik-baik, apabla kita hendak
membicarakan, mempelajari dan memahami asas-asas dari sesuatu organisasi baik
organisasi politik maupun organisasi sosial, terutama organisasi syarikat islam.
Orang hanya akan bisa mengerti benar-benar akan sejarah suatu organisasi, dan
hanya akan bisa memikirkan sungguh-gungguh akan asas-asas dan tujuan itu
didasarkan kepada susuatu yang benar (hak), berdasarkan hukum dan keadaan
peristiwa yang sesungguhnya terjadi dalam sejarah; dan kedua, kalu orang sudah
memikirkan dengan sungguh-sungguh hati: akibat apakah yang akan terjadi, kalau
asas-asa dan tujuan itu sudah dijalankan dengan sungguh-sungguh, benar, tepat
sebagaimana mestinya.
2. Arah dan upaya perjuangan
a) Hal Syari’at Wal Ibadat
Syarikat islam selalu berupaya supaya Dinul Islam tidak membesar-besarkan
perselisihan seperti ada dewasa ini, yaitu perselisihan mengenai hilafiyah dan
mengenai persoalan-persoalan furuk belaka. Sudah menjadi kenyataan dewasa ini,
bahwa perselisihan-perselisihan yang serupa itu telah menyebabkan terjadinya
perpecahan dalam Dinul Islam, seingga kerkurangnya kekuatan untuk menjalankan
hal-hal yang bersifat wajib, dan lagi pula menyebabkan dunia Islam tidak sadar akan
bencana dan bahaya yang mengancam terhadap Islam dan ummat Islam.
1) Syarikat Islam tidak menghendaki sesuatu pihak yang bukan Islam mencampuri
atau mengurus atau memberi keputusan dalam persoalan-persoalan yang
berkenaan dengan Syarikat Islam, terutama sekali tentang urusan ibadah.
Berhubungan dengan tujuan perjuangan ini, maka Syarikat Islam mengadakan
suatu Majelis Ulama, yang kelak kemudian dapat membentuk cabang-cabangnya
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

di seluruh Indonesia. Pada Majelis Syar’I dapat diminta keputusan dalam


perselisihan-perselisihan tentang permasalahan tersebut di atas.
2) Syarikat Islam menuntut dihapuskan semua peraturan dan ketentuan-ketentuan
yang telah diperkuat dengan hukum (wet) Negara atau peraturan pemerintah
yang merintangi jalannya ikhtiar atau usaha untuk mengembangkan Dinul Islam.
b) Hal Siasah (politik)
1) Syarikat Islam menganggap pergerakan siasah (pergerakan politik) itu
merupakan sesuatu yang wajib dan penting bagi orang islam. Maksudnya ialah
untuk mencapai kemerdekaan ummat sebagai yang dinyatakan dalam Program
Asas dan Juga dengan maksud supaya kita dapat melakukan yang diperintahkan
oleh Allah SWT kepada kaum Kuslimin seperti dalam Q.S. An Nisa (IV) ayat ke
58-59:

             

               

             

             

 

58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Mengingat “WAJIB MENJALANKAN SIASAH” seperti yang telah
dikemukakan di atas, suatu organisasi tertentu untuk mentablighkan
(mengajarkan) ilmu dan pengetahuan politik menurut ajaran islam, dan juga
menjelaskan masalah-masalah politik lainnya, baik ke dalam maupun ke luar
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

lingkungan Syarikat Islam selalku pendidikan politik bagi ummat Islam


Indonesia, agar kelak kemudian hari tidak mengalami kekecewaan apabila
datang saatnya bagi mereka untuk menjalankan kewajiban dalam memerintah
Negara Tanah Tumpah Darahnya.
2) Mengingat bahwa semua orang Mukmin itu saling bersaydara antara satu dengan
yang lainnya seperti dinyatakan dalam Q.S. Al HUjurat (XLIX) =, ayat ke-10:

           

10. Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.
Oleh karena itu, Syarikat islam berusaha dengan segala daya upaya untuk
mendapatkan hubungan tali persaudaraan dengan ummat Islam di Negara-negara
lain di muka bumi ini.
3) Sungguhpun Syarikat islam tidak suka mencampur adukkan pekerjaan dari
lembaga-lembaga politik dengan lembaga-lembaga yang tidak bersifat politik
dalam Negara kita sekarang ini. Namun Syarikat islam bersedia menjalankan
kewajiban pada setiap waktu untuk menyatakan keberatannya dalam bentuk
Negara yang tidak serasi atau dianggapnya merugikan rakyat atau negeri
Tumpah darah kita.
Dalam melaksanakan kewajibannya yang demikian, Syarikat Islam senantiasa
ingat akan Firman Allah SWT dalam Q. S. Al Maidah (V) ayat ke-56:

           

56. Dan Barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi
penolongnya, Maka Sesungguhnya pengikut (agama) Allah[423] Itulah yang pasti menang.
[423] Yaitu: orang-orang yang menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman
sebagai penolongnya.
Terutama sekali, ialah untuk mengangkat derajat rakyat dan untuk kebebasan
pergerakan rakyat, Syarikat Islam menuntut hapusnya pekerjaan rodi
(heerdienst), pekerjaan desa, kampung atau marga dan pekerjaan dibidabg
keamanan dengan tidak mendapat imbalan jelas, dan menuntut hapusnya
peraturan dan ketentuan-ketentuan yang telah diperkuat dengan perundang-
undangan (wet) ditiap-tiap lingkungan kehidupan bernegara yang bertujuan
menghalang-halangi kebebasan pergerakan (misalnya artikel 47 dari wet op de
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

indische staat inrichting artikel 153 bis dan ter, 154, 155, 156, 157 dan 161 bis
dari buku Hukum Pidana untuk Hindia Belanda (sekarang : Indonesia) aturan-
aturan passport baik di luar maupun di pulau Jawa dan Madura dan lain-lain
sebagainya.
c) Hal Kehidupan Rakyat
Untuk memperbaiki kehidupan rakyat secara menyeluruh, Syarikat Islam menuntut:
1) Peraturan pajak hendaklah memakai satu asas, bahwa pajak itu harus menurut
kemampuan orang yang memikulnya.
2) Segala tanah pertikelir hendaklah selekas-lekasnya dibeli oleh pemerintah.
3) Mulai saat ini hendaklah dihentikan pemberian hak erpacht kepada siapapun
juga.
4) Aturan poenale sanctie (sistem kerja paksa) hendaklah dihapuskan dengan
selekas-lekasnya.
d) Hal Pergaulan Hidup Bersama
1) Untuk menempatkan orang Islam bak laki-laki maupun perempuan pada tempat
yang seharusnya dalam hubungan pernikahan, maka Syarikat Islam sangat
mengharapkan pada semua orang Islam Indonesia, supaya pada waktu
berlangsungnya pernikahan hendaknya memakai perjanjian yang telah disusun
oleh Kongres Partai Syarikat islam Indonesia di Jakarta (Betawi) pada bulan
Januari 1929.
SURAT PERJANJIAN NIKAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Yang pertama (wanita) bernama________________ bertempat tinggal
di____________ berwalikan orang yang bernama_______________ bertempat
tinggal di_______________.
Dan yang ke dua (laki-laki) bernama______________ bertempat tinggal di
_________________.
Yang berakad nikah satu sama lain di____________, pada hari___________ di
depan penghulu_____________, menerangkan bahwa nikah antara kedua
mereka itu sudah terjadi dengan janji-janji seperti berikut:
Pertama: dengan mengingat Firman Allah dalam Q.S. Ar Ruum (XXX),
ayat ke-21:
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

           

         

21. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Kedua pihak yang bermaksud nikah berjanji sedapat-dapatnya akan memelihara
dan saling memperkuat ikatan nikah, dengan saling memperkukuh rasa setia satu
sama lain, dan dengan saling tolong menolong serta keikhlasan dan keterbukaan
hati masing-masing antara kedua belah pikah.
Kedua: pernikahan ini dilakukan dengan mahar (maskawin) dari pihak
kedua (laki-laki) untuk pihak pertama (wanita) sejimlah____________ rupiah;
dari jumlah itu sebanyak___________ rupiah sudak dibayar tunai, dan yang
sisanya sebagai hutang akan dibayar satu tahun kemudian setelah
berlangsungnya akad nikah, atau pada waktu-waktu tertentu jika diminta oleh
pihak pertama (wanita) ataupun menurut janji yang tersebut di bawah ini:
Ketiga: mengingat Firman Allah SWT dalam Q.S. An Nisaa (IV) ayat ke-
34:

              

           

             

   

34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat
kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka)[290]. wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya[291], Maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
Keterangan:
[289] Maksudnya: tidak Berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya.
[290] Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan
baik.
[291] Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti
meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.
[292] Maksudnya: untuk memberi peljaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya
haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat
tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan
yang tidak meninggalkan bekas. bila cara pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan
cara yang lain dan seterusnya.
Dengan demikian pihak ke dua (suami) akan memelihara dan membelanjai
(memberi nafkah lahir dan bathin) kepada pihak pertama (isteri) dengan sikap,
tingkah laku yang patut menurut kadarnya serta sepadan dalam lingkungan
hidup berumah tangga.
Apabila pihak ke dua (suami) tidak mencukupi keperluan hidup pihak
pertama (isteri), sehingga pihak pertama (istri) menyebabkan terganggu
kesenangan atau keamanan (keharmonisan) hidupnya, maka perkara itu haruslah
diurus menurut pasal seperti yang berikut (syiqaq).
Keempat: jikalau antara kedua belah pihak timbul hal atau keadaan seerti
yang dimaksudkan dalam alinea kedua dari pasal tiga di atas ini ataupun dalam
hal atau keadaan lain yang membahayakan (menguatirkan) atas keselamatan
hubungan pernikahan, maka kedua belah pihak berjanji akan berkalu seperti
yang tersebut dalam Q.S. An Nisaa (IV), ayat ke-35:

            

          

35. Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang
hakam[293] dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua
orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada
suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

[293] Hakam ialah juru pendamai.


Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

Dengan keterangan ayat itu dimaksudkan supaya masing-masing pihak


menunjuk atau mengangkat seorang hakim (juru damai); kemudian kedua orang
hakim itu menetapkan bersama-sama dengan cara mufakat atau dengan cara
undian orang ketiga, yang dalam persidangannya ketiga orang (pihak) itu
sedapat-dapatnya mendamaikan antara kedua belah pihak suami isteri (pihak ke
dua dan pihak pertama) supaya hubungan pernikahan dapat berlanjut terus.
Akan tetapi, jika mufakat antara ketiga pihak (pertama, ke dua dank ke tiga)
pihak itu menetapkan bahwa hubungan pernikahan itu harus diputuskan
(bercerai), maka dengan ketetapan itu jatuhlah talak satu dari pihak ke dua (laki-
laki) dengan tidak mengurangi kewajiban pihak ke dua (laki-laki) tentang
pemeliharaan dan pemberian nafkah kepada pihak pertama (isteri).
Kelima: jika pihak ke dua (suami) telah menikahi isteri lain dengan tidak
setahu atau tidak seizing pihak pertama (isteri), maka setelah hal itu diketahui
oleh pihak pertama (isteri) dan ia tidak rela diperlakukan dengan cara yang
demikian, maka perkara itu boleh diurus menurut pasal di atas.
Akan tetapi, jika pihak pertama (isteri) tidak suka menerima jalan itu, lalu ia
memberitahukan ketidak relaannya kepada pegawai kantor pendaftaran nikah,
maka jatuhlah talak satu dari pihak kedua (suami) terhadapnya dengan
pembertahuan seperti yang tersebut di atas.
Keenam: jika urusan seperti yang tersebut dalam pasal kelima di atas ini
tidak bisa berlaku, karena pihak ke dua (suami) telah meninggalkan pihak
pertama (isteri) ke Negara lain, ataupun tidak menetapi janji mengenai
pengangkatan hukum(juru damai), maka karena ingkarnya pihak kedua (suami)
jatuhlah talak satu dari pihak kedua (suami) atas pihak pertama (isteri).
Ketujuh: jika urusan seperti tersebut dalam pasal keempat tidak bisa berlaku
karena pihak pertama (isteri) telah meninggalkan pihak kedua (suami) dengan
tidak seizing suaminya dan atau tidak mau menetapi janji tentang pengangkatan
hakam, maka jatuhlah atas pihak pertama (isteri) hukum nusyuz, sampai pihak
pertama (isteri), kembali pihak kedua (suami) atau sampai cukup satu dalam
perecraian itu.
Kedelapan: jika pihak kedua (suami) menjatuhkan talak atas pihak pertama
(isteri), ataupun jatuh talak karena keputusan yang tersebut dalam pasal keempat
atau pasal keenam di atas ini, maka wajiblah atas pada waktu talak menjadi
ba’in, sebab cukup tiga kali bercerai atau sampai masa idahnya pihak pertama
(isteri).
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

Kesembilan: apabila telah terjadi perceraian antara kedua belah pihak


dengan talak satu dari pihak kedua (laki-laki) seperti yang telah dikemukakan
dalam pasal-pasal tersebut diatas, maka selama talak itu belum menjadi ba’in,
hak rujuk tetap ada pada pihak kedua (suami).
Selain itu pihak kedua (suami) mengakui, bahwa rujuk itu harus disahkan
dengan mengembalikan hubungan pernikahan seperti semula sebelum perceraian
itu terjadi dan dan pihak pertama (isteri) tidak boleh dipaksa dengan kekerasan
untuk menerima rujuk kembali.
Kesepuluh: jika pihak kedua (suami) yang mengatakan rujuk itu, tetapi
tidak mengembalikan hubungan pernikahan seperti tersebut di atas, maka talak
dari pihak kedua (suami) tetap berlaku atas pihak pertama (isteri) dan talak itu
menjadi ba’in apabila pihak pertama telah cukup idahnya, yaitu terhitung sejak
saat permulaan jatuhnya talak dari pihak kedua (suami) sedangkan ketentuan-
ketentuan tentang nafkah dan mahar tetap berlaku seperti telah dikemukakan
dalam pasal-pasal di atas tentang perkara-perkara itu.
Tetapi jika rujuk tidak dapat berlaku karena pihak pertama (isteri) ingkar
atau tidak mau menerimanya, maka jatuhlah atas pihak pertama (isteri) hukum
nusyuz (yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. Nusyuz dari pihak isteri
seperti meninggalkan rumah tanpa izin suami) sampai habis masa idahnya, dan
karena itu gugurlah haknya atas nafkah idah yang masih berjalan.
Kesebelas: dalam tiap-tiap perkara talak yang tersebut dalam perjanjian ini
pihak pertama (isteri) cukuplah disampaikan pemberitahuan dan dalam hal yang
tersebut dalam pasal lima di atas, maka pihak pertama (isteri) tidak akan
mempersoalkan perkaranya lagi.
Demikian perjanjian ini kami buat antara kedua belah pihak pada
tanggal___________ bertmpat tinggal di____________ pihak
pertama:__________ pihak kedua:____________ wali:_____________ saksi
I:__________ saksi II:_____________

2) Sungguhpun demikian Syarikat Islam mengakui sahnya perkawinan anak-anak


yang sudah aqil baligh, tetapi Syarikat Islam mencela sekeras-kerasnya
hubungan nikah yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang belum
mencapai usia aqil baligh.
3) Syarikat Islam mengakui akan beberapa prinsip ajaran Dinul Islam yang
memperkenankan seorang laki-laki boleh memperisterikan lebih dari seseorang
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

wanita (poligami) dalam hal-hal yang luar biasa, namun Syarikat islam
mewajibkan seorang laki-laki yang menjalankan permaduan agar ia wajib
berkali adil terhadap isteri-isterinya, seperti yang dinyatakan dalam Q.S. An-
Nisaa (IV), atyat ke-3:

                 

            

3. Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim
(bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua,
tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil[265], Maka (kawinilah)
seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat
kepada tidak berbuat aniaya.
[265] Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat,
giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah.
[266] Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat ini
poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh Para Nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w.
ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja.
4) Syarikat Islammenuntut adanya peraturan yang mencegah kebiasaan minum
minuman keras dan menghisap candu (narkotika) dan segala permainan dengan
taruhan uang (judi). Syarikat Islam juga menuntut adanya peraturan untuk
mencegah atau melarang pelacuran (prostitusi), karena semua hal yang serupa
itu akan merupakan sumbernya segala rupa kejahatan dalam pergaulan hidup
bersama.
5) Syarikat Islam mengadakan Organisasi Haji Indonesia, dengan maksud sedapat-
dapatnya menolong jamaah haji dalam usaha memberangkatkan ke Tanah Suci,
baik lewat jalur laut maupun cara lainnya sehingga selamat sampai di Hiaz dan
selamat kembali ke Tanah Air Indonesia.
6) Syarikat Islam berusaha supaya berdiri suatu Khazanatul Amwal, yaitu suatu
badan yang serupa dengan wees en boedel kamer dam suatu nadhirul auqaf
yaitu suatu badan yang mengurus barang-barang waqaf.
7) Syarikat Islam berusaha mendirikan wilayatul zakat wal hidayah, yaitu suatu
badan yang mengurus pemberian zakat dan berbagai derma atau sumbangan
(hidiyah).
Semua yang tersebut dalam angka 6) dan 7) di atas harus dipergunakan
menurut ketentuan-ketentuan hukum agama Islam.
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

e) Hal Pengajaran dan Pendidikan


1) Syarikat Islam dengan sekuat tenaga berusaha mendirikan sekolah-sekolah
sendiri dengan memakai sistem pendidikan dan pengajaran yang seluas-luasnya
baik dalam bidang Ilmu Duniawi maupun dalam bidang Dinul Islam. Selain itu,
pendidikan dan pengajaran Syarikat Islam harus mementingkan perasaan
kebangsaan, terlebih-lebih lagi harus ditanam sedalam-dalamnya perasaan
mencintai Negeri Tumpah Darah dan Tanah Air Indonesia, dan berkewajiban
mengadakan berbagai rupa organisasi untuk memberikan pendidikan dan
pengajaran yang bercorak Islam kepada semua anak-anak dan para pemuda, baik
di Sekolah (formal), informal maupun di luar gerbang Sekolah (non Formal).
Copyright by HERI KURNIA (only)
Pertemuan ke XIV dan XV

2) Syarikat Islam melawan segala adat (kebiasaan/ kebudayaan) serta cara


pendidikan dan pengajaran yang sifat, keinginan dan bentuknya bertujuan untuk
merendahkan derajat kemanusiaan.
f) Bab Penghabisan
1) Syarikat Islam mempunyai keyakinan bahwa sebahagian dari tujuan perjuangan
adalah bersamaan dengan tujuan dari sebahagian besar pergerakan rakyat dan
ummat manusia di seluruh dunia. Oleh karena itu, kaum Syarikat Islam siap sedia
berjuang bersama-sama dengan seluruh pergerakan rakyat di Dunia untuk
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan ummat manusia dengan tidak boleh
melupakan ketentuan-ketentuan Syarikat Islam dan prinsip-prinsip Dinul Islam.
2) Selain itu, dengan selalu waspada akan watak, tabi’at serta sifat dan tujuan
pergerakan dari tiap-tiap Negara di DUnia, maka mau Syarikat Islam sekali-kali
tidak akanmenggantungkan nasib dan tujuan perjuangnnya kepada salah satu
bahagian pergerakan di Dunia, akan tetapi dengan sadar dan insyaf akan
tenggungjawabnya SYARIKAT ISLAM akan selalu mempertahankan kebebasan
dirinya dan kebebasan tujuan perjuangannya terhadap siapa saja dan dalam
peristiwa apa pun juga yang dengan sengaja atau tidak sengaja bertujuan akan
mengalihkan atau merubah tujuan perjuangannya.

Billahi fi sabilil haq,


Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

===SEMOGA BERMANFAAT===

Anda mungkin juga menyukai