Anda di halaman 1dari 6

Tujuan Perbuatan

Sudah barang tentu setiap orang yang melakukan suatu perbuatan memiliki tujuan yang
melatarbelakanginya. Tujuan inilah yang disebut sebagai qimatul amal (nilai yang dikejar dari
suatu perbuatan). Oleh sebab itu, setiap perbuatan pasti memiliki nilai tertentu yang ingin
dicapai oleh orang yang melakukan suatu perbuatan tersebut - kalau tidak, tentulah perbuatan
itu akan sia-sia. Sungguh tidak pantas seseorang melakukan suatu perbuatan tanpa ada
tujuan/sia-sia. Justru seharusnya ia memperhatikan tercapainya nilai-nilai perbuatan yang
melatarbelakanginya.

Nilai suatu perbuatan mungkin berupa :


1. nilai materi (qimah madiyah), misalnya aktivitas-aktivitas dalam bidang perdagangan,
pertanian, industri dan sejenisnya. Maksud melakukan perbuatan ini adalah mendapatkan hasil
berupa materi, yaitu memperoleh keuntungan. Nilai ini memiliki peran tersendiri dalam
kehidupan.
2. nilai kemanusiaan (qimah insaniyah), seperti menolong orang yang tenggelam, ataupun orang
yang berada dalam kesulitan. Dalam hal ini yang menjadi tujuan perbuatan tersebut adalah
menyelamatkan manusia, tanpa melihat warna kulit, ras, agama atau pertimbangan-
pertimbangan lain selain kemanusiaan.
3. nilai moral (qimah akhlaqiyah), seperti jujur, amanah, ataupun rahmah (kasih sayang). Maksud
kesemuanya ini adalah aspek khuluqiyah (sikap baik) tanpa memperhatikan segi keuntungan
materi ataupun kemanusiaan; sebab kadangkala sifat khuluq ini berlaku juga kepada selain
manusia seperti sayang terhadap hewan dan burung-burung. Bisa juga perbuatan yang bersifat
khuluqiyah ini ternyata malah mendatangkan kerugian materi. Namun demikian mencapai nilai
akhlaqiyah dari suatu perbuatan adalah suatu keharusan.
4. nilai spiritual (qimah ruhiyah) seperti ibadah. Kegiatan ibadah tidak dimaksudkan untuk
mendapatkan keuntungan materi, tidak untuk kemanusiaan dan bukan soal khuluqiyah,
melainkan semata-mata untuk beribadah. Karena itu, pencapaian nilai-nilai ruhiyah ini harus
selalu dijaga agar tidak bercampur dengan nilai-nilai lainnya.

Semua nilai-nilai di ataslah yang diusahakan manusia untuk diperoleh ketika melakukan
perbuatan. Dalam berbagai kelompok masyarakat dalam kehidupan dunia selalu berlaku
ukuran yang sesuai dengan nilai-nilai di atas serta realisasi nilai-nilai tersebut dalam masyarakat
; jaminan atas pelaksanaannya akan mendatangkan kemakmuran dan ketenteraman. Oleh
karena itu setiap muslim harus berusaha sekuatnya untuk mendapatkan nilai-nilai yang menjadi
tujuan dari setiap perbuatan yang dilakukannya, sehingga ia turut berperan dalam mencapai
kemakmuran dan kemuliaan/keluhuran dalam masyarakat, di samping kemakmuran dan
keluhuran dirinya.

Pembandingan Antar Nilai

Nilai-nilai yang disebut di atas tidak bisa dibandingkan atau disamakan berdasarkan nilai
(dzat)nya sendiri, sebab nilai-nilai tersebut tidak memiliki karakter yang dapat dijadikan
patokan untuk membandingkan (memilih yang utama) atau menyamakan satu dengan lainnya.
Semua nilai itu merupakan hasil yang diusahakan manusia ketika melakukan suatu perbuatan.
Oleh karena itu kita tidak bisa menimbang semuanya dengan satu neraca atau mengukurnya
dengan ukuran tertentu, sebab nilai-nilai itu berbeda-beda, atau bahkan bertolak belakang.
Namun demikian manusia dapat memilih salah satu nilai yang paling utama baginya, sekalipun
tak ada kesamaan dan keutamaan antara nilai satu dengan yang lain. Meskipun demikian
banyak yang merasa tidak puas dengan cara ini, mereka tetap mencari perbedaan atau
persamaan di antara nilai-nilai tersebut. Mereka bukannya membandingkan nilai-nilai itu
sendiri, melainkan hanya membandingkan manfaat atau mudharat yang diperoleh dari nilai
tersebut. Dengan demikian yang sesungguhnya terjadi adalah, mereka telah menjadikan dirinya
sendiri sebagai ukuran, sebab mereka membandingkan nilai-nilai tersebut berdasarkan
pengaruh nilai-nilai itu terhadap dirinya. Karena keadaan manusia berbeda-beda, pengaruh
nilai-nilai itu pun berbeda, sehingga mereka akan mengutamakan nilai-nilai yang berbeda pula.

Sebagai contoh, orang-orang yang perasaan ruhiyahnya dominan akan cenderung untuk
mengejar nilai ruhiyah dan mengabaikan nilai materi, sehingga ia akan lebih mengutamakan
nilai ruhiyah daripada nilai materi. Mereka akan mengabaikan kehidupan dunia, sebab
kehidupan dunia bersifat materi. Dengan sikap mereka itu, terjadilah kemunduran di bidang
materi, di samping keterbelakangan masyarakat di mana mereka tinggal, termasuk
menyebarnya kemalasan dan kebodohan di dalamnya.

Orang-orang yang kecenderungan materinya lebih dominan dan selalu dikuasai oleh
nafsu syahwat akan mengabaikan nilai-nilai ruhiyah. Ia akan mengutamakan nilai materi dan
selalu berusaha untuk mengejarnya. Karena itulah mereka banyak bercita-cita (berangan-
angan). Dengan tindakan mereka inilah terjadi kekacauan dalam masyarakat tempat mereka
hidup termasuk timbulnya berbagai kejahatan dan kerusakan.

Syara Mengatur Cara Memperoleh Nilai dari Perbuatan


Dengan uraian di atas, membiarkan manusia menentukan sendiri nilai-nilai ini adalah
suatu kesalahan. Seharusnya nilai-nilai itu ditentukan oleh Dzat yang menciptakan manusia ,
yaitu Allah SWT. Jelaslah bahwa seharusnya syaralah yang menentukan nilai-nilai tersebut atas
manusia, sekaligus menentukan kapan manusia seharusnya berbuat untuk mengejar nilai-nilai
tersebut.

Syara telah menjelaskan pemecahan berbagai problematika kehidupan melalui perintah-


perintah dan larangan-larangan Allah SWT. Syara mewajibkan manusia agar menempuh
kehidupan ini sesuai dengan perintah-perintah dan larangan-larangan ini. Syara juga telah
menjelaskan perbuatan-perbuatan yang akan menghasilkan nilai ruhiyah, yaitu ibadah-ibadah
wajib dan sunnah, sekaligus menjelaskan sifat-sifat perbuatan yang akan melahirkan nilai-nilai
akhlaq. Syara membolehkan manusia meraih nilai-nilai materi yang diperlukannya untuk
memenuhi kebutuhan pokoknya (primer), bahkan kebutuhan-kebutuhan sekunder sesuai
dengan peraturan tertentu yang dijelaskan syara dan manusia diperintahkan agar tidak
menyimpang dari aturan ini. Tugas manusia hanyalah berupaya untuk meraih nilai-nilai ini
sesuai dengan perintah dan larangan Allah, serta memberi penilaian sesuai dengan nilai yang
dijelaskan syara.

Dengan cara semacam itu akan dicapailah nilai-nilai tersebut sesuai kadar yang
diperlukan oleh masyarakat tertentu. Selanjutnya masyarakat dapat dinilai berdasarkan
realisasi nilai-nilai tadi. Dengan demikian kita harus berusaha untuk mencapai nilai-nilai yang
menwujudkan masyarakat Islam sesuai dengan pandangan Islam dalam kehidupan.
NILAI PERBUATAN

Maksudnya adalah tujuan dari dilakukannya suatu perbuatan. Dalam islamhanya ada 4 nilai
perbuatan (Qimatul amal).

1. Nilai Materi
Maksud dari nilai materi ini adalah untuk mendapatkan keuntungan, missal ketika berdagang,
bertani dst. Materi disini tidak hanya bernilai uang karena diaimplikasi dari gharizah baqa
(Naluri mempertahan kandiri) sehingga bentuknya tidak hanya dalam bentuk uang. Segala
sesuatu untuk mempertahankan diri (eksistensi diri).

2. Nilai Kemanusiaan
Hubungannya dengan gharizah nau (ex. rasa kasing sayang) seperti; menolong orang tanpa
melihat warna kulit, agama, asal-usul dan pertimbangan-pertimbangan selain dari
kemanusiaan. Misal: waktu kasus kapal marmava kemarin banyak yang menolong gaza dari
berbagai macam negara, berbagai macam agama, sperti inilah nilai perbuatan yang berupa
kemanusiaan.

3. Nilai khuluqiyah
Seperti jujur, amanah ataupun kasih saying (implikasi dari gharizah nau). Nilai khuluqiyah
dilakukan tanpa memperhatikan nilai kemanusiaan, nilai materi. Karena kadang nilai ini
ditujukan bukan kepada manusia, kepada hewan juga bias seperti rasa kasih saying terhadap
kucing, burung, singa, panda dll.

4. Nilai Ibadah
Nilai ini tidak dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan materi, kemanusiaan atau
khuluqiyah tapi hanya karena ibadah semata (implikasi dari gharizah tadayyun/agama).

Hakekat dari nilai perbuatan ini adalah : tujuan dari setiap perbuatan harus ada nilai
perbuatan (jika tidak maka perbuatan tersebut akan berakhir sia-sia), dan ketika melakukan
suatu perbuatan akan mungkin menghadapi benturan perbuatan sehingga ketika terjadi
benturan aktivitas ada yang harus diprioritaskan. Dan Allah sendirilah yang sudah
menunjukan kepada kita, ketika terjadi benturan anatara nilai perbuatan satu dengan yang
lain dan mana yang harus diprioritaskan. Dan inilah yang dikenal dengan amal prioritas.
EMPAT NILAI/QIMAH

Kita harus mengetahui akan tujuan perbuatan atau biasa yang disebut dengan qimatul amal
(nilai perbuatan). Syaikh Taqiyuddin memetakan macam-macam nilai perbuatan tersebut ada
empat :
1. Qimatul madiyah (materi), nilai yang berorientasi pada materi, misalkan ketika berjualan nilai
perbuatan yang semestikanya dilakukan adalah dengan menegakkan qimatul madiyah, pada
saat kuliah juga ia, keluar kelas semestinya mendapatkan materi dari pembelajaran yang telah
diberikan, pada gaji, pada jual-beli dan contoh banyak lainnya yang berorientasi kepada
keuntungan.
2. Qimatul Khuluqiyah (Akhlak), nilai moral yang dapat diraih dengan melakukan perbuatan jujur,
amanah, rendah hati, tidak sombong, peduli dan lain sebagainya. Dalam perkara ini maka tidak
boleh apabila jujur akan tetapi dorongan untuk melakukan kejujuran tersebut untuk
mendapatkan uang (materi). Maka semestinya diluruskan adalah bahwa tujuan dari kejujuran
tersebut adalah untuk mendapatkan ridho Allah karena Allah memerintahkan untuk jujur,
sehingga nilai yang harus ditegakkan cukuplah dengan qimatul khuluqiyah, bukan yang lain.
3. Qimatul insaniyah, yakni nilai yang ditegakkan dalam rangka tolong menolong humanis, saling
bertenggang rasa terhadap teman, tetangga dan lainnya. Akan sangat tidak tepat apabila
qimah yang hendak ditegakkan insaniyah pada kasus A menolong B karena kecelakaan, namun
si A meminta bayaran. Ini tidak dibolehkan.
4. Qimatul ruhiyah, yaitu ibadah hanya kepada Allah, contohnya puasa, sholat, zakat dan lain-lain.
Mungkin pernah mendengar kisah anak-anak apabila ia bias berpuasa ramadhan full maka ia
akan diberikan hadiah, aktivitas ini apabila tetap dibiarkan maksudnya bahwa semestinya yang
harus ditegakkan adalah qimahruhiyah menjadi madiyah hal ini tidak diperbolehkan.

Dari pembahasan ini maka perlu kita ketahui bahwa nilai perbuatan ini tidak bias sekali dayung
1, 2, bahkan 3 pulau terlampaui, akan tetapi dalam setiap perbuatan semestinya cukup
menegakkan satu qimah (nilai). Tidak bias bersama-samaan, misalkan aktivitasnya berjualan,
dalam berjualan ini tidak dibolehkan apabila qimah yang hendak didapatkan adalah qimah
insaniyah dan materi, ini tidak boleh. Yang diperbolehkan adalah apabila aktivitas ini berdiri
sendiri-sendiri. Seperti yang disebutkan dalam kitab Mafahim HT bahwa nilai-nilai semacam ini
tidak memiliki kelebihan atau kesamaan berdasarkan nilai (zat)nya sendiri. Sebab didalamnya
tidak terdapat ciri yang dapat dijadikan patokan untuk mengutamakan atau menyamakan satu
dengan yang lainnya, melainkan merupakan hasil yang menjadi tujuan manusia di saat
melakukan suatu perbuatan. Karena itu kita tidak bias meletakkannya secara bersama-sama
dalam satu ukuran. Sebab, nilai-nilai itu berbeda-beda, terkadang malah bertolak belakang.
[1] Jadi mengedepankan satu nilai atas nilai yang lain, juga melebihi atau menyamakannya
adalah hak preogratif syara, karena apabila masalah itu diserahkan sepenuhnya kepada
manusia, niscaya terjadi perselisihan antara satu individu dengan individu yang lain dalam
menaksir persamaan atau pelebihan ini, dengan demikian setiap individu memiliki standar
tertentu dengan dirinya.
[2] Dengan demikian topic mengenai berbagai nilai perbuatan yang diusahakan setiap orang
untuk mencapainya pada saat melakukan berbagai macam perbuatan.

Anda mungkin juga menyukai