Anda di halaman 1dari 5

2.

2 Penyajian Data 11

Gambar 2.1. Diagram alir penentuan skala pengukuran dari data

2.2 Penyajian Data


Data-data penelitian biasanya berjumlah banyak (n>30), sehingga menampilkan
data penelitian apa adanya menjadi tidak praktis. Data yang berjumlah banyak
tersebut dapat disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi.
Penyajian data dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara termasuk tabel
distribusi frekuensi dan grafik.

2.2.1 Tabel Distribusi Frekuensi


Tabel distribusi frekuensi merupakan salah satu cara menyajikan data yang sering
digunakan. Tabel ini mengelompokkan data dalam interval yang biasanya punya
panjang interval yang sama. Dalam kondisi data yang begitu banyak, penentuan
panjang kelas dan banyak kelas dilakukan dengan menggunakan formula Sturges.
Formula Sturges adalah sebagai berikut:

K = 3.3 log n

dimana K merupakan jumlah kelas interval dan n merupakan banyaknya data.


Setelah jumlah kelas (K) diketahui (jika menemui nilai K yang tidak bulat, lakukan
pembulatan ke atas), langkah selanjutnya adalah menentukan panjang interval dengan
terlebih dahulu menghitung range.

Range = Data terbesar − Data terkecil


Range
I=
K
Wirawan Setialaksana, S.Pd., M.Sc.
12 Bab 2. Data dan Penyajian Data

Sama seperti K, lakukan pembulatan ke atas jika nilai I yang diperoleh berupa
bilangan desimal. Untuk memahami penggunaan formula-formula di atas, perhatikan
contoh berikut:

Contoh 2.2 Susunlah data nilai UTS 20 siswa berikut dalam tabel distribusi
frekuensi.

30, 35, 42, 45, 48, 55, 58, 60, 60, 60, 65, 65, 72, 74, 78, 84, 86, 86, 89, 90

Langkah pertama adalah menentukan banyak kelas dengan formula sturges:

K = 3.3 log n
= 3.3 log 20
= 3.3 × 1.3
= 3.9
≈4

Selanjutnya, menghitung range dan panjang kelas.

Range = Data terbesar − Data terkecil


= 90 − 30
= 60

I = Range
K
60
= 3.9 K yang digunakan adalah nilai K sebelum dibulatkan
= 15.38
≈ 16
Berdasarkan informasi di atas: K dan I, tabel distribusi frekuensi dari data dapat
dibuat.
Nilai UTS Frekuensi
30-45 4
46-61 6
62-77 4
78-93 6
Jumlah 20

Dalam praktisnya konstruksi tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan


formula seperti di atas, jarang digunakan. Tabel distribusi frekuensi biasanya
dikonstruksi berdasarkan tujuan dari peneliti/ orang yang ingin menyajikan data.
Selama tabel distribusi yang dibuat dapat memberi informasi yang berarti bagi orang
yang melihatnya, banyak kelas dari tabel distribusi frekuensi dapat diatur oleh yang
bersangkutan. Untuk memahami hal ini, perhatikan contoh di bawah:

Contoh 2.3 Susunlah data nilai UTS 20 siswa berikut dalam tabel distribusi

Wirawan Setialaksana, S.Pd., M.Sc.


2.2 Penyajian Data 13

frekuensi.

30, 35, 42, 45, 48, 55, 58, 60, 60, 60, 65, 65, 72, 74, 78, 84, 86, 86, 89, 90

Nilai UTS siswa merentang dari nilai 0 hingga 100. Misal dalam penelitian anda
sebagai peneliti ingin menunjukkan kelompok-kelompok siswa dengan panjang
kelas 20 (misal KKM dari mata pelajaran tsb adalah 80), maka tabel distribusi
yang dibuat adalah sebagai berikut:

Nilai UTS Frekuensi


0-19 0
20-39 2
40-59 5
60-79 8
80-100 5
Jumlah 20

Berdasarkan tabel di atas, informasi yang berkaitan dengan KKM (yang sama
dengan 80) yang ingin kita highlight(tunjukkan), dapat terlihat oleh pembaca.

2.2.2 Diagram
Selain tabel, data juga sering disajikan dalam bentuk diagram. Dalam hubungannya
dengan data, diagram dapat diartikan sebagai representasi grafis dari data. Beberapa
grafik yang populer digunakan adalah diagram batang, histogram dan poligon.

Diagram Batang
Diagram batang merupakan diagram yang digunakan untuk menyajikan data ku-
antitatif dalam hubungannya dengan data kategori (kelompok). Diagram batang
memiliki sumbu-x berupa kategori dan sumbu-y yang menyatakan data kuantitatif
yang berhubungan dengan data kategori pada sumbu-x.

Penggunaan tahun pada sebagai sumbu-x pada diagram batang juga dapat
digunakan dengan syarat jumlah kelompok tahunnya tidak begitu banyak. Dalam
membuat balok-balok pada diagram batang, balok dibuat dengan lebar yangsama
antara kategori satu dengan kategori lainnya. Selan itu, balok antar kategori dibuat
dengan jarak/tidak berdempet. Di bawah ini merupakan contoh dari diagram batang.

Histogram
Histogram memiliki bentuk yang mirip dengan diagram batang. Secara kasat mata,
perbedaan keduanya terletak pada jarak antar balok dan lebar balok. Berbeda dengan
diagram batang yang tiap balok dipisahkan oleh spasi dengan jarak tertentu, balok
pada histogram tidak terpisah oleh spasi. Selain itu, lebar balok pada histogram
biasanya disesuaikan dengan panjang interval dari masing-masing kelas. Jika panjang
interval setiap kelas sama, maka lebar baloknya juga sama. Sebaliknya, jika panjang
interval kelas berbeda, kelas dengan interval yang lebih pendek direpresentasikan
dengan balok yang lebih sempit dibanding kelas yang intervalnya lebih panjang.

Wirawan Setialaksana, S.Pd., M.Sc.


14 Bab 2. Data dan Penyajian Data

Gambar 2.2. Contoh diagram batang dengan sumbu-x berupa kategori (SD, SMP,
SMA, SMK) dan sumbu-y berupa data kuantitatif/jumlah siswa.

Histogram biasanya merupakan representasi dari tabel distribusi frekuensi. Se-


hingga berbeda dengan diagram batang, sumbu-x pada histogram merupakan data
kuantitatif (bukan kategori) yang berbentuk kelas interval. Sedangkan sumbu-y nya
berupa frekuensi. Di bawah ini merupakan contoh dari histogram.

Poligon
Poligon merupakan diagram garis yang dibuat dengan menghubungkan titik tengah
dari balok yang ada pada histogram. Poligon digunakan untuk menunjukkan per-
ubahan (naik/turun) dari data antar kelompok. Jika histogram tetap ada pada
diagram poligon yang dibuat, diagram yang terbentuk disebut histogram poligon.

Gambar 2.3. Contoh histogram dengan sumbu-x kelas interval nilai ujian siswa
dan sumbu-y menyatakan frekuensi/banyaknya anggota dari masing-masing kelas
interval.

Wirawan Setialaksana, S.Pd., M.Sc.


2.2 Penyajian Data 15

Untuk memahami mengenai diagram poligon, perhatikan gambar di bawah.

Gambar 2.4. Contoh diagram histogram-poligon dengan sumbu-x kelas interval


nilai sumbu-y menyatakan frekuensi/banyaknya anggota dari masing-masing kelas
interval.

Poligon dapat diperoleh dengan menghapus histogram pada diagram di atas.

Wirawan Setialaksana, S.Pd., M.Sc.

Anda mungkin juga menyukai