Anda di halaman 1dari 210

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

REPUBLIK INDONESIA
2018

Success Story
Kepala Sekolah
SD

Edisi-1
Editor:
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si
• Success Story •
Kepala Sekolah
SD
Edisi-1

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
2018
• Success Story •
Kepala Sekolah
SD
Edisi-1

Penulis:

• Abdul Faliq, S.Pd.,M.Pd • Dra. Sumarni, M.Pd


• Alice Hidarti, S.Pd • Sunar, S.Pd, M.Pd
• Ansori • Supianto
• Dhiah Saptorini • Suryani, M.Pd
• Endah Wulandari, S.Si, M.Pd • Muh. Syukur Salman
• Ida Ayu Putu Satyani • Hj. Tri Mulyani, S.Pd, M.Pd
• Kidar, S.Pd • Umi Magfiroh, M.Pd
• Nur Hayati, S.Ag.MM • Wahyuningsih Rahayu, S.Pd, M.Pd
• Hj. Nurmadia R, S.Pd, M.Pd • Nyi R. Waluyawati, S.Pd, M.Pd
• Rohimah, M.Pd • Winarto
• Rohimul Anwar, M.Pd • Yuliani, S.Pd
• Siyam Mardini, M.Pd • Yulianto
• Sri Dwi Winarsih

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
2018
Judul Buku:
Succses Story Kepala Sekolah SD
Edisi-1
Penulis:
Abdul Faliq, S.Pd, M.Pd Dra. Sumarni, M.Pd
Alice Hidarti, S.Pd Sunar, S.Pd, M.Pd
Ansori Supianto
Dhiah Saptorini Suryani, M.Pd
Endah Wulandari, S.Si, M.Pd Muh. Syukur Salman
Ida Ayu Putu Satyani Hj. Tri Mulyani, S.Pd, M.Pd
Kidar, S.Pd Umi Magfiroh, M.Pd
Nur Hayati, S.Ag. MM Wahyuningsih Rahayu, S.Pd, M.Pd
Hj. Nurmadia R, S.Pd, M.Pd Nyi R. Waluyawati, S.Pd, M.Pd
Rohimah, M.Pd Winarto
Rohimul Anwar, M.Pd Yuliani, S.Pd
Siyam Mardini, M.Pd Yulianto
Sri Dwi Winarsih
Editor:
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si
Desain Sampul:
Muhammad Ade Nurdiyansyah
Penata Isi:
Alfyandi
Korektor:
Dwi Murti Nastiti
Jumlah Halaman:
202 + 10 halaman romawi
Edisi/Cetakan:
Cetakan 1, Agustus 2018

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedung A Lt. 2,
Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat
Telp. (021) 5733353

ISBN: 978-602-52537-0-6

Dicetak oleh Percetakan IPB, Bogor - Indonesia


Isi di Luar Tanggung Jawab Percetakan

© 2018, HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku


tanpa izin tertulis dari penerbit
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta
alam yang telah mencurahkan hidayah dan inayah-Nya yang tiada henti-
hentinya sehingga penulisan buku ini dapat dilakukan dengan baik.
Buku Success Story edisi-1 ini merupakan kumpulan naskah para finalis
kegiatan Best Practice yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan
Tenaga Kependidikan Dikdasmen Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peserta kegiatan
adalah Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah jenjang pendidikan dasar dan
menengah seluruh Indonesia. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan
yang bertujuan: (1) Memberikan penghargaan dan pengakuan kepada Kepala
Sekolah/Pengawas Sekolah jenjang pendidikan dasar dan menengah yang
secara nyata berprestasi dalam meningkatkan mutu sekolah yang menjadi
binaan dan mutu pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah yang
telah berhasil melewati tahapan-tahapan seleksi pada Lomba Best Practices
Nasional Pengawas Sekolah Tahun 2018; (2) Menyediakan wadah/wahana
bagi para pengawas sekolah untuk menunjukkan kemampuan melakukan
perubahan dalam tata kelola sekolah melalui praktik-praktik baik (best
practices); (3) Meningkatkan motivasi pengawas sekolah secara berkelanjutan
untuk menciptakan kinerja yang lebih produktif; (4) Menumbuhkan
kebanggaan di kalangan pengawas sekolah jenjang pendidikan dasar dan
menengah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya; (5) Mendiseminasikan
praktik-praktik baik kepada teman sejawat sebagai model pengembangan
diri pengawas sekolah, Kegiatan Best Practice yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah/Pengawas Sekolah tersebut dituliskan dalam bentuk naskah ilmiah
vi
Success Story
Kepala Sekolah SD

popular, Beberapa naskah terbaik disajikan pada buku ini dengan harapan
bisa dimanfaatkan oleh Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah lainnya. Buku ini
diharapkan dapat menjadi contoh hal baik bagi Kepala Sekolah/Pengawas
Sekolah di seluruh Indonesia.
Kami menyadari bahwa setiap karya manusia tentu tidak lepas dari
kelemahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran membangun
demi kesempurnaan buku ini dapat disampaikan melalui email http://
tendikdikdasmen.kemdikbud.go.id/bestpractice2018.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuannya sehingga Buku Success Story edisi-1
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Dikdasmen Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Edisi-1 tahun 2018 ini dapat disajikan.
Salam
Kasubdit Kesharlindung Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Dra. Anies Mucktiany, MM


SAMBUTAN
DIREKTUR PEMBINAAN TENAGA
KEPENDIDIKAN

Saya sangat mengapresasi upaya kepala sekolah dan pengawas


sekolah untuk mengaktualisasikan gagasan-gagasan maupun praktik-
praktik baik mereka dalam bentuk tulisan. Demikian pula saya menyambut
baik diterbitkannya kumpulan tulisan mereka dalam bentuk buku sehingga
menjadi aset intelektual yang sekaligus memperkaya literatur pendidikan di
tanah air. Aktivitas penulisan buku ataupun karya ilmiah lainnya di kalangan
tenaga kependidikan merupakan suatu jalur strategis untuk membangun
semangat saintifik yang pada gilirannya akan berdampak secara signifikan
bagi peserta didik khususnya dan hasil-hasil pendidikan pada umumnya.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam proses
penerbitan buku ini. Semoga dedikasi yang mulia ini bermanfaat untuk dunia
pendidikan di tanah air.
Jakarta, Agustus 2018

Dr. Drs. Bambang Winarji, M.Pd


(Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan,
Ditjen GTK, Kemendikbud)
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... v


Sambutan Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan.............................. vii
Daftar Isi..................................................................................................... ix
Abdul Faliq, S.Pd, M.Pd .............................................................................. 1
Alice Hidarti, S.Pd ....................................................................................... 7
Ansori ....................................................................................................... 13
Dhiah Saptorini ......................................................................................... 21
Endah Wulandari, S.Si, M.Pd .................................................................... 29
Ida Ayu Putu Satyani ................................................................................ 37
Kidar, S.Pd ................................................................................................ 45
Nur Hayati, S.Ag. MM ............................................................................... 51
Hj. Nurmadia R, S.Pd, M.Pd ...................................................................... 59
Rohimah, M.Pd ......................................................................................... 65
Rohimul Anwar, M.Pd .............................................................................. 73
Siyam Mardini, M.Pd ................................................................................ 81
Sri Dwi Winarsih ....................................................................................... 89
Subiarto .................................................................................................... 97
Dra. Sumarni, M.Pd ................................................................................ 105
Sunar, S.Pd, M.Pd ................................................................................... 113
x
Success Story
Kepala Sekolah SD

Supianto ................................................................................................. 121


Suryani, M.Pd ......................................................................................... 127
Muh. Syukur Salman . ............................................................................. 135
Hj. Tri Mulyani, S.Pd, M.Pd ..................................................................... 141
Umi Magfiroh, M.Pd ............................................................................... 149
Wahyuningsih Rahayu, S.Pd, M.Pd . ....................................................... 157
Nyi R. Waluyawati, S.Pd, M.Pd ............................................................... 167
Winarto................................................................................................... 173
Yuliani, S.Pd ............................................................................................ 183
Yulianto .................................................................................................. 191
Solusi Tepat Meningkatkan
Dukungan Masyarakat dalam
Mewujudkan Sekolah Bermutu

ABDUL FALIQ, S.Pd, M.Pd


SD Negeri Ketanen Kecamatan Panceng
Kabupaten Gresik, Jawa Timur

Untuk bangkit dari keterpurukan dalam mengelola manjemen sekolah


di SD Negeri Ketanen Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik Provinsi Jawa
Timur yang selama ini ditinggalkan oleh sebagian besar masyarakat karena
tidak ada kepercayaan, sehingga masyarakat enggan untuk mendaftarkan
putra-putrinya di SD Negeri Ketanen Kecamatan Panceng Kabupaten
Gresik Provinsi Jawa Timur maka diperlukan strategi yang jitu dan ampuh
dengan mempertimbangkan saran dan masukan yang digali dari para tokoh
masyarakat serta tokoh agama. Ada ungkapan yang populer dalam Bahasa
Jawa: ” Goleko jeneng ojo golek jenang. Kapan jeneng wis ditompo mongko
jenang bakal teko dhewe ” artinya: ” Carilah nama jangan mencari rezeki
(jenang), apabila nama besar sudah diterima maka rezeki akan datang
dengan sendirinya”. (Agoes Ali Masyhuri, 2014: 84). Hal tersebut mendorong
kami selaku Kepala Sekolah untuk merumuskan strategi-strategi baru yang
diharapkan mampu menjadi solusi dalam mengubah kondisi yang kurang
baik (terpuruk) untuk menjadi lebih baik.
Solusi tepat yang dirumuskan oleh stakeholder sekolah dalam
mewujudkan sekolah bermutu adalah sebagai berikut:
2
Success Story
Kepala Sekolah SD

Pertama penataan struktur organisasi sekolah, mengingat kondisi


di SD Negeri Ketanen Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik Provinsi
Jawa Timur kurang maksimal dalam mewujudkan sekolah bermutu, maka
diperlukan perubahan yang signifikan, mengingat ada di antara guru senior
yang seharusnya menjadi teladan dalam mengembangkan mutu sekolah
malah menjadi penghalang menuju kemajuan. Untuk mewujudkan struktur
organisasi sekolah yang handal Kepala Sekolah melakukan anjang sana/
silaturrahmi ke rumah Guru yang akan diproyeksikan untuk menempati job
yang direncanakan dan mengadakan rapat Dewan Guru untuk pembagian
tugas mengajar maupun tugas tambahan di sekolah.
Kedua mengupayakan kembali kepercayaan masyarakat. Alasan paling
mendasar kurangnya kepercayaan masyarakat/orang tua murid yang telah
menamatkan sekolah di SD Negeri Ketanen Kecamatan Panceng Kabupaten
Gresik Provinsi Jawa Timur serta informasi dari tokoh masyarakat yang
peduli dengan sekolah adalah masalah pembagian uang tabungan siswa
yang kurang benar, karena terdapat selisih perhitungan antara jumlah yang
diketahui/diingat oleh orang tua dan catatan pengelola tabungan, mana kala
buku tabungan siswa hilang. Rentan waktu yang panjang 6 tahun sekali baru
dibagi, kadang buku tabungan hilang tanpa disengaja. Sebagai Kepala Sekolah
berupaya mengubah prosedur yang dirasa kurang tepat dalam membagi uang
tabungan siswa kelas I s/d VI dari 6 tahun menjadi 1 tahun sekali meskipun
awal kegiatan ini ada risiko yang harus diupayakan untuk memenuhi
kekurang dana dalam pembagian tabungan. Untuk memenuhi jumlah uang
tabungan yang harus dibagi, sebab kondisi riil jumlah uang tabungan yang
harus dibagi sebanyak Rp 72.000.000,- (Tujuh puluh dua juta rupiah) padahal
uang cash yang ada di pengelola tabungan hanya ada Rp 28.000.000,- (Dua
puluh delapan juta rupiah) yang selebihnya uangnya dipinjam oleh pengelola
tabungan, maka kami harus mengusahakan uang sebesar Rp 44.000.000,-
(Empat puluh empat juta rupiah). Sekolah
berusaha bekerja sama dengan lembaga
keuangan KPRI Serba Makmur Kecamatan
Panceng.
Ketiga mendulang prestasi siswa dan
guru. Keprihatinan terhadap prestasi belajar
siswa baik akademik maupun non akademik
mendorong Kepala Sekolah dan Guru
untuk membangkitkan motivasi intrinsik
dari diri siswa agar ada perubahan dalam
KPRI Serba Makmur
belajar baik di rumah maupun di sekolah.
Kecamatan Panceng
Apabila motivasi dari diri siswa ini tumbuh
3
Solusi Tepat Meningkatkan Dukungan Masyarakat
dalam Mewujudkan Sekolah Bermutu

maka akan dapat dengan mudah guru memberikan pelajaran dan mudah
mengarahkan siswa untuk memperoleh prestasi baik akademik maupun non
akademik. Di sini lain Kepala Sekolah harus mampu membangkitkan motivasi
siswa (motivasi ekstrinsik) dengan memberikan hadiah /penghargaan kepada
siswa yang memperoleh prestasi.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mendulang prestasi
siswa dan guru adalah sebagai berikut: Siswa-siswi SD Negeri Ketanen yang
mendapatkan nilai 100 pada setiap mata pelajaran untuk Ulangan Tengah
Semester (UTS), Ulangan Akhir Semester (UAS), dan Ulangan Kenaikan Kelas
(UKK), diberikan hadiah berupa uang sebesar Rp 5.000 (Lima ribu rupiah)
sedangkan siswa maupun guru yang mendapatkan prestasi dalam bidang
lomba di tingkat Kecamatan, Kabupaten, Provinsi diberi hadiah berupa uang
sebesar Rp 20.000,- (Dua puluh ribu rupiah), Rp 50.000,- (Lima puluh ribu
rupiah), dan Rp 100.000,- (Seratus ribu rupiah). Sementara untuk kegiatan
kenaikan kelas siswa yang berprestasi dalam bidang akademik diberikan
penghargaan dari sekolah berupa tropy untuk peringkat 1, 2 dan 3. Sementara
bagi Guru yang berprestasi dalam lomba tingkat Kabupaten, Provinsi maupun
Nasional diberikan apresiasi dari sekolah berupa uang kehormatan sesuai
dengan kemampuan sekolah. Dalam rangka mewujudkan alokasi dana yang
digunakan untuk hadiah, SD Negeri Ketanen mengajukan proposal kepada
Dunia Usaha dan Industri (DUDI) yang ada di Kabupaten Gresik sebagai
mitra, di antaranya adalah PT. Petrokimia Kayaku, PT. Petrosida, PT. Semen
Indonesia, PT. Varia Usaha, PT. Swa Bina Gatra dan PT. Aplus
Hasil-hasil yang capai dengan menerapkan solusi di atas dapat
menghasilkan struktur organisasi sekolah yang handal sesuai dengan
kompetensi masing-masing personil guru dan tenaga kependidikan yang
mendapatkan tugas pokok sebagai guru kelas, guru mata pelajaran maupun
tugas tambahan sebagaimana struktur di bawah ini:
4
Success Story
Kepala Sekolah SD

Mulai tahun pelajaran 2011/2012 sampai dengan 2017/2018 dengan


melibatkan dukungan Dunia Usaha dan Industri (DUDI) berdampak pada
peningkatan prestasi siswa maupun guru. Perolehan prestasi yang dicapai
siswa tingkat kecamatan sebanyak 59 kejuaraan, tingkat kabupaten sebanyak
4 kejuaraan sedangkan prestasi guru di tingkat kabupaten sebanyak 3
kejuaraan, tingkat provinsi 2 kejuaraan dan tingkat nasional 1 kejuaraan.
Adapun prestasi Kepala Sekolah tingkat kabupaten 2 kejuaraan, tingkat
provinsi 1 kejuaraan dan tingkat nasional 2 kejuaraan. Mengingat hasil
yang dicapai oleh siswa, guru dan kepala sekolah SDN Ketanen Kecamatan
Panceng Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur sangat tampak, akhirnya
dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat untuk mendaftarkan putra-
putrinya bersekolah di SDN Ketanen sebagaimana data berikut ini:
Data Siswa
No Tahun Pelajaran Jumlah
I II III IV V VI
1 2010/2011 4 12 10 14 15 13 68
2 2011/2012 13 4 12 11 14 15 69
3 2012/2013 22 13 4 12 11 14 76
4 2013/2014 31 23 12 4 12 11 93
5 2014/2015 28 31 23 12 4 12 110
6 2015/2016 36 28 31 23 12 4 134
7 2016/2017 36 36 28 31 23 12 166
8 2017/2018 25 36 36 28 31 23 179

Kunci sukses dalam rangka mewujudkan suatu sekolah yang bermutu


dan diminati masyarakat perlu diusahakan dengan sungguh-sungguh dan
melibatkan semua stakeholder sekolah, tanpa dukungan semua stakeholder
sekolah kemungkinan besar tidak akan terwujud. Ada 5 kunci sukses yang
menjadi faktor pendukung keberhasilan.
Pertama kepercayaan, dengan kepercayaan yang diberikan kepada
guru dan tenaga kependidikan, maka mereka lebih bertanggung jawab dan
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melatih, membimbing dan membina
anak didik/siswa guna mewujudkan program kegiatan kurikuker maupun
ekstrakurikuler dengan baik. Selain itu melalui kepercayaan yang diberikan
mereka merasa dihargai dan dihormati bahwa dirinya bisa mengembangkan
potensi diri yang selama ini tidak tersalurkan dengan baik.
5
Solusi Tepat Meningkatkan Dukungan Masyarakat
dalam Mewujudkan Sekolah Bermutu

Kedua kebersamaan, keberhasilan akan dapat terwujud manakala ada


rasa kebersamaan yang terbangun dengan baik. Keberhasilan yang diraih
oleh sekolah bukan merupakan keberhasilan Kepala Sekolah saja, melainkan
merupakan keberhasilan semua warga sekolah, maka kebersamaan ini perlu
dipupuk agar subur dan bersemi di sekolah sebagai tempat berseminya calon
pemimpin masa depan.
Ketiga koordinasi, agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik, maka
perlu dikoordinasikan dengan semua elemen yang berhubungan dengan
sekolah baik koordinasi vertikal maupun koordinasi horizontal.
Keempat berusaha, untuk mewujudkan program peningkatan mutu
sekolah perlu berusaha dengan maksimal dan sungguh-sungguh. Melalui
usaha ini diharapkan apa yang kita canangkan/cita-citakan dapat berhasil dan
berdampak positif terhadap peningkatan siswa baru.
Kelima berserah diri kepada Allah SWT, manakala ada suatu keberhasilan
tidak menimbulkan rasa sombong dan sebaliknya ketika ada suatu kegagalan
tidak berputus asa.
Upaya melestarikan keberhasilan yang telah dicapai untuk meningkatkan
dukungan masyarakat dalam mewujudkan sekolah bermutu diperlukan
tindakan sebagai berikut:
Pertama hubungan dengan Dunia Usaha dan Industri (DUDI) tetap dijalin
dengan baik dan selalu memberikan informasi perkembangan sekolah dan
laporan berkaitan dengan penggunaan dana yang diberikan.
Kedua mengikutsertakan Bapak/Ibu Guru dalam kegiatan peningkatan
mutu/pelatihan/seminar untuk menambah wawasan tentang keilmuan yang
harus dikembangkan pada anak didik/siswa.
Ketiga menyediakan alokasi dana, karena mewujudkan prestasi
diperlukan dana yang mendukung terlaksananya suatu kegiatan.
Selanjutnya penulis menyampaikan saran kepada teman-teman sejawat
agar jangan segan-segan untuk membuat terobosan-terobosan baru demi
kemajuan sekolah, dengan memperhatikan potensi yang ada di sekolah dan
kunci sukses yang bisa diterapkan di sekolah masing-masing, selanjutnya
terobosan baru tersebut dituliskan dalam bentuk Best Practices sehingga
pengalaman terbaik itu bisa diadopsi oleh sekolah lain dan akhirnya bisa
maju bersama dengan potensi yang berbeda.
6
Success Story
Kepala Sekolah SD

Untuk pemangku kepentingan di Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota perlu


mengadakan lomba penulisan Best Practices Kepala Sekolah dan Pengawas
Sekolah di tingkat Kabupaten/Kota agar tumbuh semangat para pengelola
sekolah bisa menuliskan keberhasilan-keberhasilan yang telah diperoleh
dalam rangka mengangkat citra sekolah di masyarakat, sehingga peran serta
masyarakat akan terus berkembang searah dengan kemajuan sekolah. Di
samping itu, perlu disediakan hadiah sebagai bentuk penghargaan Kepada
Sekolah dan Pengawas Sekolah yang telah melakukan terobosan terbaik.
Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Direktorat
Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan yang telah memfasilitasi kegiatan
Lokakarya Penulisan Buku Karya Kreatif Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah
pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Tingkat Nasional Tahun 2018.

Daftar Pustaka
Agoes, Ali Masyhuri. 2014. Belajarlah Kepada Lebah dan Lalat. Surabaya:
Bumi Sholawat.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sadiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Rohani, Ahmad. 2009. Desain Belajar dan Aktivitasnya. Jakarta: Dehira
Pustaka.
RESIJUL: Terbukti Membangun
Budaya Pendidikan Karakter di SDN
Jatipulo 06 Pagi

Alice Hidarti, S.Pd


SDN Jatipulo 06 Pagi, Jakarta Barat

Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,


mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Iman dan taqwa sangat penting keberadaannya dalam diri seseorang sebagai
alat pengendali dan penimbang yang hakiki untuk membedakan yang benar
dan yang salah. Tanpa iman manusia akan terperosok kejurang kenistaan
sehingga dapat merugikan dirinya dan lingkungannya. Dunia pendidikan kita
dewasa ini menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks yang perlu
mendapatkan perhatian kita semua. Salah satu masalah tersebut adalah
menurunnya tata krama kehidupan sosial dan etika moral dalam praktik
kehidupan sekolah yang mengakibatkan sejumlah akses negatif yang sangat
merisaukan masyarakat.
Akses tersebut antara lain semakin maraknya  penyimpangan berbagai
norma kehidupan agama dan sosial kemasyarakatan yang terwujud
dalam bentuk kurang hormat kepada orang tua, guru dan pegawai
sekolah serta masyarakat di sekitarnya, kurang disiplin terhadap waktu
dan tidak  mengindahkan peraturan, kurang memelihara keindahan dan
kebersihan lingkungan, penggunaan obat terlarang, perkelahian antar pelajar.
8
Success Story
Kepala Sekolah SD

Hal ini menggambarkan kurangnya penanaman nilai-nilai pendidikan karakter


serta keimanan dan ketaqwaan terhadap peserta didik di sekolah. Untuk
meningkatkan pendidikan karakter dan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan
siswa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penulis mengembangkan  program
untuk membangun budaya pendidikan karakter di SDN Jatipulo 06 Pagi
sehingga keimanan dan ketaqwaan di sekolah dapat membudaya demi
keutuhan pribadi anak bangsa, serta melahirkan siswa yang teguh imannya
dan unggul dalam penguasaan teknologi.

Gambaran Keadaan SDN Jatipulo 06 Pagi


Keadaan di sekolah SDN Jatipulo 06 Pagi kondisi gerbang, ruang depan
kepala sekolah, lapangan dan ruangan kepala sekolah yaitu begitu masuk
dari gerbang sekolah, SDN Jatipulo 06 Pagi berada di sebelah kiri gerbang
sedangkan SDN Jatipulo 05 Pagi berada di sebelah kanan gerbang. Ruang
pertama yang akan dijumpai di SDN Jatipulo 06 pagi adalah ruang kepala
sekolah yang merangkap dengan ruang guru. Di bagian depan ruang tersebut
terdapat papan visi, misi, dan moto sekolah, komitmen dan tata tertib sekolah.
Lapangan yang digunakan baik untuk olahraga maupun upacara juga berada
di satu lapangan yang sama dengan luas yang tidak terlalu besar. Lapangan
berada di tengah-tengah antara kelas-kelas di SDN Jatipulo 06 Pagi dan kelas-
kelas di SDN Jatipulo 06 Pagi.
Hal ini menyebabkan siswa baik Jatipulo 06 maupun SDN Jatipulo 05
memiliki lapangan yang sama. Mereka menjadi mudah bersosialisasi satu
sama lain. Namun ketika pelajaran olahraga, kedua SD ini memiliki waktu
yang berusaha tidak bentrok agar siswa bisa memanfaatkan lapangan yang
seadanya secara maksimal.
Jumlah ruangan yang terdapat di SDN Jatipulo 06 Pagi berjumlah 8
ruang. Terdiri dari 6 kelas, 1 ruang kepala sekolah dan ruang guru, serta 1
kamar mandi siswa. Keterbatasan ruangan kelas menyebabkan beberapa
kelas yang memiliki 2 rombel menjadi 2 shift yaitu masuk pagi dan masuk
siang. Adapun kelas yang memiliki 2 rombel (A dan B) adalah kelas 2, 3, dan 4.
Oleh karenanya, kelas tersebut ada yang masuk pagi dan siang. Di setiap kelas
terdapat kelengkapan papan tulis whiteboard, lemari, kursi dan meja yang
memadai serta peralatan lainnya. Di setiap kelas dilengkapi dengan kipas
angin untuk membantu terciptanya situasi belajar yang nyaman bagi siswa
maupun guru. Toilet guru berada di pojok pinggir wilayah sekolah bersamaan
dengan dapur. Ruang kepala sekolah dan ruang guru berada dalam satu
pintu, hanya disekat dengan lemari.
9
RESIJUL: Terbukti Membangun Budaya
Pendidikan Karakter di SDN Jatipulo 06 Pagi

Kekurangan dari kondisi seperti ini adalah tidak adanya meja guru yang
tetap untuk menyimpan data-data siswa dan pengerjaan administrasi. Namun
kelebihannya adalah rasa kedekatan antar guru-guru dan kepala sekolah
yang mudah untuk berkomunikasi dan sharing seputar pembelajaran demi
meningkatnya mutu siswa dan sekolah.

Keadaan Lingkungan Sekolah yang menjadi kesan pertama yang didapat


ketika memasuki SDN Jatipulo 06 Pagi adalah SDN yang tertata dengan rapi
dan bersih. Lingkungan yang nyaman membuat situasi belajarpun kondusif.
SDN Jatipulo 06 Pagi berada di Jalan Rawapandan No.15 Rt 11/3, kelurahan
Jatipulo, kecamatan Palmerah, Jakarta Barat dan lokasi sekolah masuk ke
komplek perumahan yang tidak padat penduduk. Di sebelah kiri SD terdapat
kantor Kelurahan Jatipulo, dan sebelah kanan SD terdapat Puskesmas
Jatipulo. Jalan Rawa Pandan adalah jalan komplek perumahan dengan kondisi
jalan yang bagus karena mendapat perawatan pengaspalan dan perawatan
terakhir dilakukan pada hari Kamis 20 Agustus 2017 lalu. Di jalan tersebut juga
terdapat beberapa polisi tidur yang menyebabkan kendaraan yang melewati
area sekolah menjadi pelan-pelan dan memberikan rasa keamanan bagi
warga sekolah. Ada satu angkutan umum yang melintas area sekolah yaitu
03, itupun dengan intensitas yang jarang. Jarak antara jalan dengan kelas-
kelas di SDN Jatipulo 06 Pagi juga cukup jauh, hal ini juga ikut menumbuhkan
rasa nyaman dan kondusif ketika proses belajar mengajar berlangsung.
10
Success Story
Kepala Sekolah SD

Penerapan Pendidikan Karakter Melalui


Budaya Sekolah
Ada 4 budaya yang dikembangkan berkaitan dengan pendidikan
karakter  di SDN Jatipulo 06 Pagi, yaitu Pertama budaya religius. Program
budaya Religius yang dikembangkan di SDN Jatipulo 06 Pagi diantaranya,
Berdo’a sebelum dan sesudah pelajaran dengan dipimpin oleh satu peserta
didik secara bergantian. Setiap hari jum’at jam 06.30–07.30 siswa dan dan
semua guru melakukan imtaq bagi yang Muslim dan non muslim. Kedua
budaya disiplin. Program yang dijalankan untuk meningkatkan kedisiplinan di
SDN Jatipulo 06 Pagi adala membuat catatan kehadiran pendidik dan peserta
didik.  Jam 07.10 semua siswa harus sudah berada di sekolah dan pulang
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Jam 07.00 semua guru harus
sudah berada di sekolah. Bila berhalangan hadir ke sekolah maka harus ada
surat pemberitahuan. Kerapian dan kebersihan pakaian dicek setiap hari (oleh
seluruh guru), diawali oleh guru jam pertama. Siswa yang tidak berpakaian
rapi diminta merapikannya dan diberitahu cara berpakaian rapi. (Kriteria
rapi baju dimasukkan, atribut lengkap, menggunakan kaos kaki dan sepatu
yang ditentukan). Ketiga budaya jujur. Budaya jujur yang dikembangkan di
SDN Jatipulo 06 Pagi adalah penerapan kantin kejujuran dengan tujuan untuk
melatih peserta didik untuk berprilaku jujur, melatih peserta didik untuk taat
dan patuh terhadap norma, tata tertib dan ketentuan yang berlaku baik di
sekolah maupun di masyarakat. Larangan menyontek saat ujian, ulangan
semester. Menyediakan tempat temuan barang hilang. Transparansi laporan
keuangan sekolah. Menyediakan kotak saran dan pengaduan.
Keempat budaya peduli lingkungan. Program kegiatan peduli lingkungan
ini meliputi penyelenggaraan kesehatan dalam bentuk pembinaan lingkungan
kehidupan sekolah sehat, penghijauan, air bersih, kebun/Apotik hidup,
halaman bersih, lomba kebersihan antar kelas, pemberantasan sarang
nyamuk.  Penyelenggaraan pendidikan kesehatan meliputi pengetahuan
tentang dasar-dasar pola hidup bersih dan sehat,sikap tanggap terhadap
persoalan praktik kebiasaan hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari,
melakukan penyuluhan secara berkala terhadap personil sekolah dan
melakukan pelatihan terhadap peserta didik.
11
RESIJUL: Terbukti Membangun Budaya
Pendidikan Karakter di SDN Jatipulo 06 Pagi

Penerapan Pendidikan Karakter Melalui


Manajemen Sekolah
Pertama manajemen kurikulum dan proses pembelajaran melalui
pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam penyusunan silabus pembelajaran
untuk semua mata pelajaran, mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk semua mata
pelajaran, menyusun instrumen penilaian karakter untuk semua mata
pelajaran dan memasukan nilai-nilai karakter. Kedua manajemen peserta
didik menyusun Reword bagi peserta didik yang memiliki prestasi, baik prestasi
akademik, prestasi bidang seni, olahraga, maupun bidang lainnya.  Selain
itu juga memberikan bantuan baik moril maupun materil terhadap peserta
didik  dari kalangan keluarga kurang mampu, memberikan penghargaan
bagi peserta didik yang berprestasi. Ketiga manajemen tenaga pendidik dan
kependidikan membuat dan menerbitkan Surat Keputusan (SK) pada tiap
tugas yang diemban oleh guru dan tenaga kependidikan, menempatkan
guru sebagai tenaga pendidik sesuai dengan bidang keahliannya, melakukan
monitoring terhadap pelaksanaan tugas yang diberikan baik tenaga pendidik
maupun tenaga kependidikan, menyusun instrumen evaluasi terhadap
pelaksanaan tugas tenaga pendidik  maupun tenaga kependidikan dan
melakukan penilaian terhadap kinerja guru sebagai tenaga pendidik melalui
DP3 sesuai dengan kualitas kerjanya. Keempat manajemen pembiayaan
pendidikan. Manajemen pembiayaan pendidikan di SDN Jatipulo 06 Pagi
dituangkan dalam RKS yang disusun dengan memperhatikan pengembangan
Pendidikan karakter dan pembiayaan kegiatan kurikulum yang berorientasi
pada penanaman nilai-nilai karakter.

Penerapan Pendidikan Karakter Melalui Peran


Serta Masyarakat
Dalam pengembangan pendidikan karakter di SDN Jatipulo 06 Pagi,
dibutuhkan peran serta masyarakat yang dapat dilakukan melalui beberapa
program kegiatan. Di antaranya, mengintensifkan pertemuan berkala antara
pihak sekolah dengan orang tua  peserta didik.  Mengintensifkan kunjungan
rumah oleh pihak sekolah terhadap peserta didik yang bermasalah maupun
yang berprestasi, menggalang partisipasi masyarakat dalam penyediaan sarana
dan prasarana  pendidikan yang dapat mendukung penanaman pendidikan
karakter serta melibatkan orang tua dalam pembinaan karakter peserta didik
dengan mengontrol kegiatan anak-anak mereka di luar sekolah.
12
Success Story
Kepala Sekolah SD

Keberhasilan RESIJUL dalam pengimplementasiannya sudah terbukti


membangun budaya pendidikan karakter di SDN Jatipulo 06 Pagi dan menjadi
contoh bagi sekolah-sekolah lain. Keberhasilan ini perlu direkomendasikan
kepada Pertama: Guru. Mengapa Guru? Guru sebagai tombak pendidikan
mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kreatif, inovatif dan
menyenangkan sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Kedua Kepala
Sekolah. Mengapa Kepala Sekolah? Kepala sekolah sebagai pimpinan,
memiliki tanggung jawab untuk  menggerakkan, mendorong Sumber Daya
Manusia dan khususnya guru agar mereka berpartisipasi dan melaksanakan
tugasnya sesuai yang diharapkan untuk mencapai tujuan sekolah dan tujuan
pendidikan yang berkarakter  secara umum. Ketiga. Pengawas. Mengapa
Pengawas? Pengawas sekolah sebagai pembina sekolah memberi dorongan
dan pemantauan terkait kinerja guru dan kepala sekola untukmeningkatkan
mutu sekolah. Hasil pemantauan pengawas dan menjadi bahan layanan
sekolah kepada masyarakat. Keempat Komite sekolah. Mengapa Komite
sekolah? Komite sekolah merupakan bagian yang sangat penting sebagai
motor penggerak di peran serta orang tua di mana membawa keaktifan dalam
semua program kegiatan sekolah yang dapat menunjukkan perubahan yang
signifikan dibandingkan sebelumnya. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran
berbagai pihak, yaitu: Suku Dinas Pendidikan Wilayah II Kota Administrasi
Jakarta Barat, Satuan Pelaksana Kecamatan Palmerah dan Direktorat
Pembinaan Tenaga Kependidikan Dasar dan Menengah Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan.

Referensi
http://kepalasekolah.org/info-77-contoh-best-practice-kepala-sekolah.html
http://idrisapandi.gurusiana.id/article/integrasi-literasi-dan-ppk-dalam-
pembelajaran-1977346.
http://yuliana152254.gurusiana.id/article/penerapan-pendidikan-
penguatan-karakter-ppk-melalui-kegiatan-pendidikan-kepramukaan-
1999872.
https://www.scribd.com/doc/162900513/Portofolio-the-Best-Practice-
Pendidikan-Karakter.
Sekolah Bertabur Prestasi
Melalui Penerapan Program E-LIKA
di SD Negeri 47/IV Kota Jambi

Ansori
SD Negeri 47/IV Kota Jambi
Sumatera Selatan

A. Sekolah Bertabur Prestasi


Sekolah merupakan wadah untuk
berkreasi dalam mengembangkan potensi
dirinya baik dalam sikap, pengetahuan
maupun keterampilan. Artinya di sekolah
seorang siswa menjalani proses belajar 
.
secara terarah, terpimpin dan terkendali.
Sekolah berfungsi sebagai tempat
transfer pengetahuan (knowledge
transfer), transfer nilai (value transfer),
juga berfungsi mempertahankan dan
mengembangkan tradisi dan budaya-
budaya luhur dalam suatu masyarakat
melalui proses pembentukan kepribadian
(in the making personality processes) Gambar 1. Pemberian
sehingga menjadi manusia dewasa penghargaan dari kepala
yang mampu berdiri sendiri di dalam sekolah
kebudayaan dan masyarakat sekitarnya.
14
Success Story
Kepala Sekolah SD

SDN 47/IV Kota Jambi merupakan salah satu sekolah rujukan di provinsi
Jambi, menyiratkan adanya superioritas dibanding dengan yang lain baik dari
segi manajemen maupun prestasi. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai
dari yang telah dikerjakan baik dari segi proses maupun pencapaian hasil
dari implementasi program yang dijalankan. Misal, prestasi akademik adalah
prestasi dari hasil pelajaran yang di dapat dari kegiatan belajar di lembaga
pendidikan. Sifat dari prestasi di dunia akademis adalah kognitif dan biasanya
yang disebut prestasi sengaja ditentukan dengan pengukuran dan penilaian.
Prestasi adalah perolehan kejuaraan ataupun penghargaan dalam event
lomba-lomba baik akademik maupun nonakademik bagi peserta didik dan
guru serta lomba-lomba yang bersifat manajerial bagi pimpinan lembaga di
SDN 47/IV Kota Jambi sejak diberlakukannya, tetapi capaian itu bukan hanya
sebuah prestasi akademik tetapi perubahan perilaku siswa menjadi lebih
positif, dan meningkatnya kepercayaan orang tua terhadap Sekolah yang
dipimpin.
Semenjak dihapusnya program pemerintah tentang sekolah RSBI dan
SBI yang selama ini pengelolaan dan pembiayaan dibantu oleh pemerintah
dan komite sebagai wadah orang tua, SD Negeri 47/IV Kota Jambi mengalami
penurunan drastis dalam segala kegiatan baik itu siswa, guru dan manajemen
sekolah. Penurunan terssebut dapat dilihat dari peserta didik kurang disiplin,
sikap mental dan perilaku tata karma kurang baik dan kasar, prestasi belajar
rendah, tidak termotivasi untuk belajar, vakumnya berbagai kegiatan
ekstrakurikuler sebagai penyalur bakat minat peserta didik, rendahnya kinerja
guru dan karyawan yang berimbas pada kurangnya kualitas pembelajaran,
ketertiban dan kedisiplinan dalam bekerja rendah dan kurangnya kepedulian
masyarakat terhadap kualitas sekolah. Dari kondisi ini maka perlu dicari
solusinya yakni mengimplementasikan program E-LIKA dalam mencapai
sekolah bertabur prestasi.
Membangun sekolah yang berprestasi, Seorang pimpinan atau kepala
sekolah harus paham bagaimana sekolah tersebut mampu mendemontrasikan
program yang menjadi keunggulannya, menetapkan sasaran yang jelas
dan upaya untuk mencapainya agar bisa bersaing dan bertabur prestasi.
Untuk pencapaian menjadi Sekolah Bertabur Prestasi diimplementasikanlah
Program E-LIKA di SD Negeri 47 Kota Jambi. Dengan tujuan menjadi pusat
perubahan dan pembaharuan pendidkan di Provinisi Jambi, mencerdaskan
siswa, membentuk dan memotivasi guru dan siswa yang berkarakter dan
berwawasan kebangsaan.
15
Sekolah Bertabur Prestasi Melalui Penerapan Program E-LIKA
di SD Negeri 47/IV Kota Jambi

B. Penerapan Program E-LIKA


Program E-LIKA (esktrakurikuler,
literasi dan karakter) merupakan
program yang membina siswa, guru
dan warga sekolah lainnya untuk
membangun karakter yang lebih baik,
berprestasi dalam sikap, kemampuan
dan keterampilan.
Penerapan program E-LIKA
dimulai dengan beberapa strategi,
yakni; mengajak semua warga sekolah
berbenah dari berbagai aspek; Menjalin
kembali komunikasi dan kerja sama
dengan berbagai pihak untuk menunjang
Gambar 2. Sosialisasi Program
keberhasilan program; menciptakan
E-LIKA
lingkungan sekolah yang santun dan
ramah lingkungan; dan menggerakkan
berbagai jenis kegiatan terkait dengan karakter, literasi dan ekstrakurikuler;
serta membangun kesadaran warga sekolah untuk tetap menggali dan
mengembangkan potensi sesuai karakteristik siswa tersebut
Prosedur yang dilakukan dalam Kegiatan penerepan program E-LIKA
di SD Negeri 47/IV Kota Jambi adalah merancang langkah penerapan
program E-LIKA di sekolah secara bersama dengan dewan guru dan komite
selanjutnya pembentukan Tim Penanggung jawab Program E-LIKA, tetapi
pada dasarnya seluruh guru merupakan Tim penggerak program tersebut
yang dibina langsung oleh Kepala Sekolah kemudian melakukan Rapat
untuk merancang kegiatan secara bertahap dan sistematis, mengumpulkan
informasi dan pengolahan data, analisis kebutuhan dan masalah di sekolah,
menyusun program, membangun kerja sama dengan berbagai pihak sebagai
pendukung pelaksanaan program, membekali dan bimbingan berkelanjutan,
dan pelaksanaan program.
Vakumnya berbagai jenis kegiatan ekstrakurikuler sebagai penyalur
atau wadah untuk peserta didik berimbas kepada pengembangan bakat
dan minat siswa, padahal siswa yang jumlahnya cukup besar tentu banyak
bakat dan minat yang ditemukan oleh sebab itu program E-LIKA membuat
terobosan membuka 18 cabang ektrakurikuler sesuai bakat dan minat siswa
dengan cara berkoordinasi dengan dewan guru dan komite, yang dikemas
16
Success Story
Kepala Sekolah SD

dengan membuat perencanaan program, pelaksanaan dan evaluasi program


seperti membuat cabang ektra dibidang olahraga ada beladiri silat, karate,
yudo, putsal, voli, bola kaki, sepatu roda, catur, atletik, renang dan olahraga
tradisional. Di bidang seni ada sanggar seni tari, lagu solo, lukis, seni baca
Alquran, tahfiz, pidato dan kompangan. Pengembangan ektrakurikuler juga
dikembangkan ektra massal seperti pramuka, drumband, pocil, paskibraka,
dokcil dan grouf Yamaha.
Kegiatan literasi sedang digaungkan
dua tahun terakhir di SD Negeri 47/
IV Kota Jambi dengan berbagai cara
dan kegiatan. Kegiatan gerakan literasi
bersama di sekolah seperti pelaksanaan
membaca 15 menit di halaman setiap hari
kamis dan di kelas setiap hari sebelum
belajar, membuat jadwal kunjung pustaka
bagi siswa dan guru setiap hari selain itu
setiap kelas membuat pojok-pojok baca
sebagai sarana pendekatan budaya baca
dilingkungan anak-anak dan guru. Kelas
inspirasi merupakan agenda bulanan yang
mendatangkan orang tua, tokoh-tokoh,
Gambar 3. Penerapan literasi dan alumni sekolah. Untuk memantapkan
di sekolah kegiaan literasi guru juga dituntut untuk
membaca dan membuat karya ilmiah.
Kegiatan lain yang juga bagian dari gerakan literasi adalah disetiap
kelas ada pohon literasi, kelas bertema dan karya sederhana siswa dan guru.
Untuk peningkatan gerakan literasi maka sekolah menyediakan pondok
baca, pondok tahfiz dan taman baca mama, mengingat banyaknya orang tua
menunggu anaknya di sekolah.
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu.
Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau
individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana
seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya,
2010).

4
17
Sekolah Bertabur Prestasi Melalui Penerapan Program E-LIKA
di SD Negeri 47/IV Kota Jambi

Pelaksanaan program Budaya


Kompak dan Tepuk Semangat, serta
menjawab salam karakter, dilaksanakan
upacara bendera tiap hari senin dan hari-
hari besar Nasional dengan menampilkan
berbagai jenis kegiatan ekstrakurikuler,
diajarkan senam berbagai jenis senam
setiap hari Selasa (SKJ, Senam Jambi,
Senam Pramuka, Senam Pinguin, dan
Zumba), pelaksanaan program Sholat
Jamaah dan program imam bagi siswa
kelas tinggi secara bergilir, pelaksanaan Gambar 4. Sholat gaib upaya
kegiatan keagamaan setiap pagi jum’at penumbuhan karakter religius
(yasinan), sholat gaib dilaksanakan ketika siswa dan karyawan
ada warga sekolah yang meninggal,
menyanyikan lagu-lagu wajib dan daerah setiap pagi hari rabu, bersalaman di
setiap pagi di depan gerbang sekolah.
Selain menyentuh kegiatan siswa program E-LIKA juga berfokus
pada kegiatan guru yang memiliki kinerja guru dan karyawan rendah
yang berimbas pada kurangnya kualitas pembelajaran, ketertiban dan
kedisiplinan dalam bekerja rendah, perilaku kerja dan profesionalitas dalam
bekerja rendah, bahkan orientasi kerja juga rendah, dan kurangnya sikap
kekeluargaan/kebersamaan. Solusi yang dibuat guru dan karyawan diberi
pembinaan rutin melalui rapat dan KKG Sekolah, mentor teman sejawat
dengan cara setiap tingkat ditunjuk koordinator dan mentor yang dipilih
berdasarkan pengetahuan dan keahlian dan melakukan pertemuan setiap
2 minggu sekali untuk membahas permasalahan yang ditemukan dalam
proses pembelajaran, diadakan IHT (in house training) untuk membangun
kesepahaman antara guru/karyawan dengan keluarga di rumah tentang
program-program sekolah serta guru dan karyawan diberi tugas yang jelas
(job deskription) serta membekali guru dengan pelatihan pemanfaatan IT
dalam proses pembelajaran dengan media presentasi, pembuatan bahan ajar
dengan 3D pageflip, pemberian tugas dengan menggunakan EDMODO dan
PADLET, mendorong guru/karyawan untuk merawat barang-barang Sarpras
milik sekolah, budaya rapi dalam bekerja, dan hemat listrik, mendorong para
guru memanfaatkan Sarpras yang ada di sekolah untuk pembelajaran yang
kreatif demi meningkatkan prestasi belajar.
18
Success Story
Kepala Sekolah SD

C. Dampak Implementasi Program E-LIKA


Sebuah pencapaian yang sangat
baik dari sebuah sekolah apabila mampu
melahirkan suatu program yang memicu
perubahan yang signifikan dalam berbagai
aspek di lingkungan sekolah. Hal ini dapat
membuat siswa-siswi serta guru memiliki
kepribadian yang baik dan berakhlak
mulia. dari hasil implementasi program
E-LIKA, banyak perubahan yang terjadi
di sekolah dari segi karakter siswa mulai
terbentuk menjadi lebih baik contohnya,
siswa datang tepat waktu sekolah dan
bersalaman kepada teman dan gurunya,
sikap religius siswa ditunjukkan dengan
Gambar 5. Pembiasaan sholat gaib bersama, dan secara rutin
bersalaman dan datang tepat melaksanakan sholat zhuhur berjamaah
waktu sesuai dengan jadwal kelas masing-
masing.
Implementasi sebuah
program secara maksimal,
terstruktur dan berkelanjutan
yang didukung dengan
kerjasama yang baik dari semua
warga sekolah. Berikut ini akan
disajikan berbagai prestasi
yang dicapai oleh SD Negeri
47/IV Kota Jambi tergambar
dalam prestasi siswa dan guru
diberbagai bidang lomba di
tingkat nasional tahun 2016
antara lain juara 3 Temu Ilmiah
Nasional Peneliti, juara umum
Gambar 6. Prestasi dokter cilik
putri bunga usia 6–10 tahun,
juara harapan 3 lomba budaya
mutu. lomba di tingkat provinsi
tahun 2016 antara lain juara lcc, bahasa inggris, olimpiade IPA dan ada juga
lomba di tingkat kota tahun 2016 antara lain juara olimpiade IPA, karate putra,
seni baca alquran, tahfiz, tekwondo, lagu solo, tari kreasi, lukis, renang, voli,
19
Sekolah Bertabur Prestasi Melalui Penerapan Program E-LIKA
di SD Negeri 47/IV Kota Jambi

bidang pramuka. Sedangkan untuk tahun 2017 sd negeri 47 dapat meraih


prestasi juara umum tingkat kecamatan OSN, O2SN, FLS2N, sedangkan
ditingkat kota dapat meraih juara 2 bidang pramuka, ditingkat provinsi meraih
sekolah adiwiyata dan nilai tertinggi akreditasi sekolah dengan predikat A
(96), nasional mampu menjadi juara 1 sepatu roda di medan. Sementara
prestasi 2018 juara 2 kepala sekolah berprestasi, juara 3 guru berprestasi dan
juara 1 lagu solo tingkat kota.
Sedangkan hasil kegiatan
ekstrakurikuler dan kokurikuler yang ada di
SD Negeri 47 Kota Jambi ditampung dalam
sebuah Kegiatan Rutin yakni EXPO dengan
tema “Grow With Art”, di dalam kegiatan
ini, semua peserta didik, guru maupun
orang tua dapat menunjukkan potensi
dirinya dan merupakan ajang mengeksplor
diri dari bakat dan minat. Kegiatan yang
diselenggarakan ini bukan hanya berimbas
kepada warga SD Negeri 47/IV Kota Jambi
tetapi juga berimbas kepada Sekolah Gambar 7. Siswa
Dasar yang ada di Lingkungan Kota mengembangkan kreativitas
Jambi. SD Negeri 47/IV Kota Jambi yang
diamanahkan untuk menjadi SD Piloting
Penerapan Program Penguatan Pendidikan Karakter yang di Kota Jambi ingin
mengembangkan sekolah–sekolah yang menjadi imbas maupun sekolah
lainnya agar dapat menumbuhkembangkan semangat peserta didik lewat
kegiatan EXPO tersebut.
Maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program E-LIKA mampu
mencapai hasil yang sangat memuaskan dan sesuai dengan apa yang menjadi
harapan sekolah.

Daftar Pustaka
Alberta E. 2009. Evaluating Students Learning and Communication
Prcesses, http://www.niace.org.uk. (tersedia).
Kern, Richard. 2000. Literacy and Language Teaching. Oxpord NewYork:
Oxport University Press.
Lickona, Thomas. 2012. Educating For Character How Our School Can Teach
Respect and Responsibility. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
20
Success Story
Kepala Sekolah SD

Siti Pratini. 2005. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Studing.


Sumadi Suryabrata, 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Tri Ani Hastuti. 2008. Konstribusi Ekstrakurikuler Bola basket terhadap
Pembibitan Atlet dan Peningkatan Kesegaran Jasmani. Jurnal
Pendidikan Jasmani (Nomor 1 tahun 2008). Hlm. 63.
Saputra, M. Yudha. 1998/1999. Pengembangan Kegiatan Ko dan
Ekstrakurikuler. Depdiknas: Jakarta.
Ekspresi Berkarakter:
Sebuah Seni Membumikan
Manajemen Sekolah Berbudaya Mutu

Dhiah Saptorini
SD Plus Al-Kautsar Malang
Jawa Timur

Antara Karakter, Prestasi, dan Manajemen


Sekolah
Kutipan materi motivasi yang sudah awam, bahwa kesuksesan hanya
20% ditentukan oleh kognitif, sedangkan 80% ditentukan oleh karakter
seseorang, tampaknya bukan hanya pemanis untuk memahamkan pentingnya
pembentukan karakter. “Quote” lain mengatakan bahwa nilai-nilai pada
ijasah hanya bertahan maksimal dua tahun, setelah itu tidak berpengaruh
lagi, karakter seseoranglah yang akan menentukan kualitas diri selamanya.
Senada dengan hal tersebut, pemerintahpun mencanangkan muatan karakter
di sekolah harus lebih dominan dari muatan akademiknya. Tidak sebatas
pernyataan, pemerintah menguatkan dengan mencantumkan rasio 70:30
untuk muatan karakter di sekolah dasar. Tentu saja hal tersebut tidak dapat
secara sederhana dipahami sebagai rasio perbandingan antara kegiatan non
akademik dan akademik, tetapi bagaimana sekolah mampu menyusun 70%
programnya bermuatan karakter.
22
Success Story
Kepala Sekolah SD

Beberapa penelitian (Hidayat, 2010; Nurmaulidya, 2013) menemukan


bahwa keseimbangan penyelenggaraan pendidikan pada aspek akademik
dan non akademik akan memberikan hasil yang optimal pada kemampuan
afektif, psikomotorik, dan kognitif. Sekolah seharusnya tidak hanya fokus
pada kegiatan intrakurikuler, tetapi juga pada kegiatan ekstrakurikuler.
SD Plus Al-Kautsar Malang, sejak awal berdirinya, telah mengupayakan
berbagai bentuk penyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler. Bila kegiatan
intrakurikuler lebih dekat pada pengembangan kemampuan kognitif, maka
kegiatan ekstrakurikuler lebih dekat pada pengembangan kemampuan
afektif dan psikomotor. Kegiatan ekstrakurikuler berpeluang lebih besar
dalam pembentukan karakter anak. Karakter baik yang terbentuk, akan
sangat berkontribusi pada kemampuan kognitif anak. Saat ini ada 27 mata
ekstrakurikuler (ekskul) yang diselenggarakan, yang terbagi dalam lima
bidang yaitu keagamaan (5 mata ekskul), kesenian (7 mata ekskul), olahraga
(4 mata ekskul), kecendekiaan (4 mata ekskul), dan kecakapan hidup (7 mata
ekskul).
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)
Nomor 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar
dan Menengah pasal 2, ada dua kata kunci penyelenggaraan ekstrakurikuler
yaitu bakat minat, dan kepribadian. Artinya, dalam penyelenggaraan kegiatan
ekstrakurikuler, harus memperhatikan pengembangan bakat dan minat, serta
harus mengandung muatan untuk pembentukan karakter.
Mengusung motto “raising a happy child, building a better generation”,
“kedepankan akhlak”, “tidak ada anak yang bodoh dan tidak ada pelajaran
yang sulit”, “semua anak cerdas”, dan “semua anak adalah bintang”,
menunjukkan bahwa SD Plus Al-Kautsar sangat memperhatikan pembentukan
karakter peserta didik. Pada kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler, karakter
peserta didik ditumbuhkan melalui kegiatan pembiasaan, seperti jujur,
gemar membaca, rasa ingin tahu, sabar, tanggung jawab, disiplin, mandiri,
taat beribadah, toleransi, kerjasama, dan santun. Sedangkan untuk beberapa
karakter seperti percaya diri, sportif, cinta tanah air dan bangsa, pantang
menyerah, dan berjiwa kepemimpinan perlu dikuatkan melalui kegiatan
ekstrakurikuler.
Namun dalam pelaksanaannya, ditemui banyak faktor yang
mempengaruhi efektivitas kegiatan ekstrakurikuler terkait pembentukan
karakter serta pengembangan bakat dan minat. Salah satu contoh tidak
efektifnya pembentukan karakter yaitu peserta ekskul Paskibraka yang
seharusnya menunjukkan karakter tertib dan disiplin yang menonjol, ternyata
23
Ekspresi Berkarakter:
Sebuah Seni Membumikan Manajemen Sekolah Berbudaya Mutu

saat pelaksanaan upacara bersikap sebaliknya. Contoh terkait tidak efektifnya


pengembangan bakat dan minat yaitu seringnya peserta ekskul berpindah
pilihan ekskul, sehingga tidak mencapai kompetensi yang diharapkan. Tidak
efektifnya kegiatan ekstrakurikuler dalam pembentukan karakter serta
pengembangan bakat dan minat ini menjadi masalah yang perlu ditemukan
solusinya.

Solusi yang Membumi


Gagasan solusi yang muncul adalah mempercepat terbentuknya karakter,
serta mengelola penyelenggaraan ekstrakurikuler secara menyeluruh dan
terpantau dengan budaya mutu. Untuk mempercepat terbentuknya karakter,
perlu adanya dorongan, semangat, gerakan bersama yang dinyatakan secara
eksplisit. Digunakanlah tolok ukur keberhasilan kegiatan yaitu prestasi sebagai
bentuk yang paling sederhana untuk mewujudkan keinginan tersebut.
Secara umum, prestasi dimaknai sebagai capaian yang diraih setelah
melakukan usaha. Yang jelas, prestasi membutuhkan pengakuan. Ada prestasi
yang berbentuk, seperti piagam, trophy, dan produk yang mendapatkan
pengakuan, atau yang tidak berbentuk seperti penghargaan, pujian, sanjungan,
atau sekedar ucapan selamat. Setelah mendapatkan prestasi, seseorang
pasti senang, bangga, merasa berarti, percaya diri, yang puncaknya adalah
pada terbentuknya integritas diri. Betapa tidak, untuk berprestasi, seseorang
harus melakukan usaha yang sangat kuat, memakan banyak waktu, pikiran,
tenaga, bahkan biaya. Selain itu diperlukan karakter tangguh dan kuat, tidak
mudah berputus asa, tekun, berani, dan karakter positif lainnya. Bila prestasi
tidak berhasil diraih, seseorang harus mampu mengendalikan diri, berbesar
hati, dan tetap memiliki jiwa berjuang dan semangat untuk berusaha lagi.
Bila prestasi berhasil diraih, pasti luar biasa rasanya, namun harus mampu
menahan diri agar tidak menjadi sombong, serta tidak terlalu lama terbuai
dalam keberhasilannya itu karena masih banyak prestasi yang menunggu
untuk diraih. Hanya dengan satu kata yaitu “Prestasi”, banyak karakter yang
dapat terbentuk pada diri peserta didik.
Hebatnya dampak sebuah prestasi bagi peserta didik ini menginspirasi
penulis sebagai kepala satuan pendidikan, untuk membuat sebuah program
hebat yang dinaungi sebuah nama sederhana “EKSPRESI”, akronim dari
Ekstrakurikuler Prestasi. Sedangkan untuk memunculkan karakter sebagai
muatan utamanya, nama singkat itu dilengkapkan menjadi Ekspresi
Berkarakter, yaitu Ekstrakurikuler Prestasi Berbasis Karakter.
24
Success Story
Kepala Sekolah SD

Adapun faktor pengaruh yang dimaksud, antara lain tidak jelasnya tujuan
pada kurikulum ekstrakurikuler, jenis mata ekstrakurikuler yang ditawarkan,
jadwal pelaksanaan, komitmen dan kompetensi pembina, dukungan orang
tua terhadap keterlibatan anak dalam kegiatan, ketersediaan peralatan,
sumber pembiayaan dan alokasinya, dan tidak adanya SOP yang jelas tentang
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.
Bila dilihat secara seksama, faktor-faktor pengaruh itu mewakili semua
komponen manajemen sekolah yang tujuh (Kemendikbud, 2013), yaitu
kurikulum dan pembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pembiayaan, hubungan sekolah dengan masyarakat,
serta budaya dan lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pengelolaannya juga
harus meliputi tujuh komponen tersebut.
Tujuh komponen manajemen sekolah atau sering disebut Tujuh Pilar
MBS, sudah lama dikenal dan diimplementasikan di sekolah-sekolah untuk
membangun budaya mutu. Tetapi banyak juga pengelola sekolah yang
tidak mengakrabinya. Sehingga pilar-pilar ini seakan hanya sebatas rutinitas
sekolah yang otomatis ada, dan belum diyakini menjadi strategi dan metode
dalam penyelesaian masalah sekolah.

MBS: Resep Kuno yang Tetap Mujarab


Membaca istilah Manajemen Berbasis Sekolah yang disingkat MBS, akan
membangkitkan memori banyak kepala sekolah pada kejayaan masa silam.
Suasanapun terbawa pada ruang-ruang kantor sekolah dan kelas-kelas yang
tertata rapi dan penuh pajangan hasil karya kreatif peserta didik. Tiga pilar
MBS yaitu PAKEM, MBS, dan PSM sudah dihapal luar kepala. Namun seiring
waktu, semangat berMBS sudah tergantikan oleh pesona Pendidikan Karakter.
Terlebih setelah tiga pilar MBS dikembalikan pada khitah manajemen sekolah
menjadi tujuh pilar MBS, nama ini seolah layu sebelum berkembang. Alih-alih
mengimplementasikan, banyak kepala sekolah yang tidak mengenalnya. Baru
bisa meraba isinya setelah di”bacakan” satu persatu ketujuh pilarnya. Peran
pilar MBS mengerut hanya pada wilayah tupoksi kepala sekolah sebagai
manajer. Padahal bila dikaji lebih seksama, tujuh pilar MBS dapat menjadi
resep obat untuk menyembuhkan, menyehatkan, dan meningkatkan vitalitas
sekolah.
SD Plus Al-Kautsar sebagai pengguna setia resep yang dipandang “kuno”
dan jauh dari aspek kekinian ini, telah membuktikan kemujarabannya. Salah
satunya adalah ketika muncul permasalahan tidak efektifnya penyelenggaraan
kegiatan ekstrakurikuler. Rahasianya adalah dengan menghadapkan MBS
25
Ekspresi Berkarakter:
Sebuah Seni Membumikan Manajemen Sekolah Berbudaya Mutu

pada objek permasalahan, sehingga peran pilar-pilar MBS adalah mengurai


solusi menjadi komponen kegiatan yang siap diimplementasikan. Kepala
Sekolah tidak perlu lagi mnggunakan ilmu kira-kira ataupun coba-coba.
Semuanya dapat dirumuskan dengan jelas, praktis, dan rinci.
Dengan memberikan fokus yaitu mewujudkan Ekspresi Berkarakter
sebagai solusi permasalahan penyelenggaraan ekstrakurikuler di SD Plus
Al-Kautsar, pilar-pilar ini bukan hanya dapat diimpelementasikan tetapi
juga menjadi senjata ampuh bagi kepala sekolah berseni-ria (Follet, 2005)
mengutak-atik seluruh sumberdaya sekolah.
Hal yang baru adalah pilar MBS untuk mewujudkan Ekspresi Berkarakter
sebagai solusi permasalahan, diimplementasikan melalui fungsi-fungsi
manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengendalian. Dimana pada setiap fungsi manajemen memuat rincian
kegiatan dari semua pilar.
Pada fungsi perencanaan, ada kegiatan penyusunan kurikulum dan
program pembelajaran ekskul (pilar 1), penentuan jenis ekskul (pilar
2), penentuan kualifikasi dan spesifikasi pembina, menentukan sistem
remunerasi (pilar 3), penetapan standar sarana dan prasarana (sarpras) ekskul
(pilar 4), perencanaan sumber pembiayaan ekskul dan alokasinya (pilar 5),
merencanakan bentuk pelibatan pihak ketiga (pilar 6), dan penyusunan aturan
pelaksanaan kegiatan (pilar 7). Muatan kegiatan pada fungsi ini, didasarkan
pada hasil evaluasi penyelenggaraan ekskul sebelumnya, ditambah hasil
analisis kebutuhan melalui berbagai instrumen pengumpulan data.
Pada fungsi pengorganisasian, dilakukan penyusunan jadwal pelaksanaan
kegiatan (pilar 1), penentuan sistem perekrutan peserta ekskul (pilar 2),
menunjuk penanggung jawab dan menetapkan pembina ekskul (pilar 3),
mengagendakan pengadaan sarpras ekskul (pilar 4), mengorganisasikan
anggaran ekskul pada RKAS (pilar 5), mengatur sistem kerjasama dengan
pihak ketiga (pilar 6), dan menyiapkan perangkat aturan-aturan pelaksanaan
ekskul (pilar 7).
Kegiatan pada fungsi pelaksanaan meliputi penyiapan perangkat
pembelajaran ekskul (pilar 1), mengikutkan peserta didik dalam berbagai
lomba (pilar 2), pembuatan perangkat administrasi untuk pembina ekskul,
pemantauan dan pembinaan (pilar 3), pengadaan dan pemeliharaan
sarpras ekskul (pilar 4), mencatat pembiayaan ekskul (pilar 5), melakukan
komunikasi dua arah dengan pembina atau pihak ketiga, mengomunikasikan
perkembangan peserta didik kepada orang tua (pilar 6), dan penerapan SOP
pada setiap kegiatan (pilar 7).
26
Success Story
Kepala Sekolah SD

Fungsi pengendalian pada dasarnya ada pada setiap fungsi lainnya.


Hal ini dilakukan untuk menyingkat jalur pemantauan, pelaporan, evaluasi
dan tindak lanjut pada setiap kegiatan. Pelaksanaan fungsi pengendalian
yang simultan seperti ini, dimaksudkan untuk mewujudkan pelayanan
yang bermutu, sebagai konsekuensi dari diterapkannya budaya mutu di
sekolah. Kegiatan pada fungsi ini terdiri atas evaluasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran (pilar 1), evaluasi terhadap pencapaian prestasi (pilar 2),
evaluasi terhadap kompetensi dan komitmen pembina ekskul (pilar 3),
evaluasi fungsi dan efektivitas sarpras (pilar 4), evaluasi sumber dan alokasi
pembiayaan kegiatan (pilar 5), evaluasi kerjasama dengan pihak ketiga (pilar
6), dan evaluasi budaya sekolah yang terbangun (pilar 7). Semua hasil evaluasi
akan ditindaklanjuti berupa penyempurnaan pada fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, atau pengendalian.

Praktik Baik yang Berbuah Prestasi


Sejak tahun kedua berdiri, SD Plus Al-Kautsar telah meraih banyak prestasi
non akademik, tetapi kebanyakan bukan dari ekstrakurikuler melainkan dari
hasil pembinaan khusus. Setelah mengimplementasikan manajemen sekolah
berbudaya mutu untuk mewujudkan Ekspresi Berkarakter selama tiga tahun
(2015-2018), akhirnya berbuah manis. Semakin banyak mata ekstrakurikuler
yang mencetak prestasi, baik kejuaraan maupun tampil di berbagai event.
Selain prestasi luar biasa yang diraih peserta didik pada ekskul yang
diikutinya, peserta didik juga menunjukkan karakter seperti yang diharapkan.
Karakter yang berhasil ditumbuhkan melalui kegiatan ekstrakurikuler meliputi
mencintai Al-Qur’an, sabar, tekun, tumbuh kebutuhan untuk beribadah,

hasil ekspresi berkarakter

30

25

20

15

10

0
2015-2016 2016-2017 2017-2018

jml ekskul tampil juara


10

0
2015-2016 2016-2017 2017-2018 27
Ekspresi Berkarakter:
jml ekskul tampil juara
Sebuah Seni Membumikan Manajemen Sekolah Berbudaya Mutu

Tampilan penuh percaya diri ekskul


musik dapur Bangga sebagai paskibra

peduli dan cinta lingkungan baik di sekolah maupun di rumah, kreatif, tertib,
disiplin, santun, setia kawan, menghargai orang-lain, bertanggungjawab,
bekerjasama, taat aturan, sportif, dan pantang menyerah. Hal ini dapat
diketahui dari hasil analisis laporan pencapaian kompetensi peserta didik.

Dampak bagi Komunitas Sekolah


Sebuah keberhasilan menyelesaikan masalah tentu membawa dampak
yang dapat dirasakan secara nyata bagi warga sekolah meliputi peserta
didik, pendidik dan tenaga kependidikan, dan orang tua. Bagi peserta didik
selain meningkat rasa percaya dirinya, juga memiliki daya saing pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Bagi pembina atau pelatih ekstrakurikuler
memperkaya pengalaman menjadi lebih profesional. Pendidik dan tenaga
kependidikan meningkat loyalitasnya, karena adanya rasa bangga terhadap
banyaknya prestasi lembaga tempatnya berkarya, dan meneguhkan
komitmennya untuk berkarya lebih baik. Orang tua lebih memperhatikan
dan menghargai kemampuan anak secara keseluruhan tidak hanya pada
aspek kognitif saja, sehingga sedikit demi sedikit dapat mengubah pola asuh
dan pola didik yang kurang proporsional. Selain itu, karena dilibatkan secara
langsung dalam pembinaan kemampuan anak, terjalin komunikasi yang positif
antara orang tua dengan pihak sekolah, sehingga meningkat kepercayaannya
kepada sekolah.
28
Success Story
Kepala Sekolah SD

Kebaikan untuk Semua


SD Plus Al-Kautsar adalah sekolah dengan budaya mengedepankan
akhlak. Sejalan dengan hal tersebut, diselenggarakan kegiatan Ekstrakurikuler
Prestasi Berbasis Karakter yang disingkat Ekspresi Berkarakter. Ekstrakurikuler
ini dikelola dengan menerapkan manajemen sekolah berbudaya mutu.
Ada dua hal yang direkomendasikan untuk diterapkan di sekolah-
sekolah terkait hasil praktik baik di SD Plus Al-Kautsar tersebut. Pertama,
mengorientasikan kegiatan ekstrakurikuler pada prestasi, dalam rangka
mempercepat terbentuknya karakter peserta didik, yang akan berkontribusi
pada prestasi akademik. Kedua, Manajemen Sekolah Berbudaya Mutu
diterapkan oleh para kepala sekolah untuk memecahkan masalah-masalah
tata kelola sekolah.
Terimakasih disampaikan kepada Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan yang telah memberikan fasilitas bagi tersampaikannya
karya-karya kreatif dan terbaik di sekolah seluruh Indonesia, khususnya di SD
Plus Al-Kautsar Malang.

Daftar Pustaka
Direktorat Pembinaan SD Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015.
Panduan Lomba Budaya Mutu Sekolah Dasar Tahun 2015. Jakarta:
Kemendikbud.
Direktorat Pembinaan SD. 2013. Panduan Pembinaan Manajemen Berbasis
Sekolah di Sekolah Dasar. Jakarta: Kemendikbud.
Hidayat, K. 2010. Kultur Sekolah. (Online). (http://www.uinjkt.ac.id/index.
php/ category-table/1456-membangun-kultur-sekolah-.html), diakses
22 April 2018.
Mary Parker Follet, 2005. Manajemen. Jakarta: Indeks.
Nurmaulidya, E. 2013. Kegiatan Ekstrakurikuler dan Pembentukan Soft
Skill Peserta Didik di SMA Negeri 6 Bandar Lampung. Tesis. (Online).
(https://media.neliti.com/media/publications/40967-ID-kegiatan-
ekstra-kurikuler-dan-pembentukan-soft-skill-peserta-didik-di-sma.
pdf), diakses 20 April 2018.
Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Pengembangan
dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah.
Metode SISPO dalam Pendidikan
Karakter Siswa
(Praktik Terbaik di SD YPPSB 2 Sangatta Utara Kutai Timur)

Endah Wulandari, S.Si, M.Pd


SD YPPSB 2 Sangatta Utara Kutai Timur,
Kalimantan Timur

Mengapa Pendidikan Karakter Penting?


Kualitas proses pembelajaran di kelas tidak hanya ditentukan oleh guru
yang mengajar. Peran siswa dalam proses pembelajaran juga menentukan.
Proses pembelajaran ibarat pembuatan sebuah film. Guru sebagai sutradara
dan siswa sebagai aktor. Bayangkan bila ini terjadi saat pembuatan sebuah
film. Aktor lupa membawa kostumnya, datang terlambat, tidak hafal naskah
yang harus diucapkan, tidak peduli dengan aturan yang diberikan oleh
sutradara. Proses pembuatan film tidak dapat berjalan mulus. Hasilnya tentu
saja dapat ditebak, gagalnya pembuatan film ini atau selesai dibuat namun
hasilnya tidak maksimal.
Pengalaman ini yang dirasakan oleh guru-guru SD YPPSB 2 Sangatta
Utara. Kualitas pembelajaran tidak tercapai maksimal dikarenakan rendahnya
karakter siswa yang berkaitan dengan ketertiban, kedisiplinan, kesopanan,
dan lainnya. Siswa terlambat masuk kelas, lupa membawa buku pelajaran,
malas menyelesaikan tugas atau pekerjaan rumah, mengenakan seragam
30
Success Story
Kepala Sekolah SD

tidak lengkap, mengobrol di kelas, mengolok teman, mencoret-coret atau


merusak barang di sekolah dan banyak lagi permasalahan yang ditemukan
oleh guru-guru SD YPPSB 2 Sangatta Utara.
Beberapa kejadian di atas menyebabkan guru-guru dan kepala sekolah
SD YPPSB 2 Sangatta Utara menyadari pentingnya pendidikan karakter
pada siswa agar kualitas pembelajaran tercapai. Kesadaran inilah yang
melatarbelakangi dewan guru dan kepala sekolah SD YPPSB 2 Sangatta
Utara berusaha bersama-sama merumuskan sebuah metode penanganan
permasalahan karakter siswa.
Guru-guru SD YPPSB 2 Sangatta Utara juga menyadari bahwa sekolah
dasar adalah tempat yang tepat untuk melaksanakan pendidikan karakter.
Siswa sekolah dasar masih berusia dini sehingga pendidikan karakter
akan lebih mudah dilakukan. Selain itu pula, konsistensi dan jangka waktu
pendidikan di sekolah dasar lebih lama membuat proses pendidikan karakter
melalui metode pembiasaan akan lebih berhasil. Kesadaran pentingnya
pendidikan karakter inilah yang menjadi dasar pelaksanaan metode Sispo
atau Sistem Poin di SD YPPSB 2 Sangatta Utara.

Metode Sispo (Sistem Poin)


Metode Sispo atau Sistem Poin di SD YPPSB 2 Sangatta Utara adalah
metode pengurangan atau penambahan poin berupa angka apabila siswa
melakukan tindakan tertentu. Pengurangan poin diberikan apabila siswa
melakukan tindakan yang melanggar tata tertib sekolah, sedangkan
penambahan poin diberikan apabila siswa melakukan tindakan yang baik
atau positif sesuai karakter yang ingin dibangun sekolah atau berprestasi di
bidang akademik maupun non akademik.
Metode Sispo dibuat dalam bentuk buku yang terbagi dalam beberapa
bagian yaitu data siswa, tata tertib sekolah, surat pernyataan orang tua, tabel
prestasi dan pelanggaran beserta jumlah poin yang diterima atau dikurangi,
tabel perolehan poin dalam satu tahun pembelajaran.
Karakter yang ada dalam sistem poin adalah karakter yang dirumuskan
bersama-sama oleh seluruh guru untuk ditanamkan kepada siswa.
Penambahan poin akan diberikan bila ternyata karakter tersebut muncul
pada tindakan-tindakan siswa selama berada di sekolah atau jika siswa
meraih prestasi dalam lomba yang diikuti. Sebaliknya pengurangan poin akan
diberikan jika terjadi pelanggaran terhadap tata tertib atau perilaku yang
dapat mengganggu kualitas belajar siswa.
31
Metode SISPO dalam Pendidikan Karakter Siswa
(Praktik Terbaik di SD YPPSB 2 Sangatta Utara Kutai Timur)

Buku Sispo memuat 44 jenis pelanggaran tata tertib yang pernah terjadi
mulai dari pelanggaran ringan sampai pelanggaran berat termasuk memuat
poin bagi siswa yang meraih prestasi. Jumlah poin ini yang nantinya akan
menentukan predikat yang diperoleh siswa. Terdapat enam kategori predikat
yaitu istimewa dengan jumlah nilai 81 sampai 100, sangat baik dengan

Gambar 1. Buku Sispo SD YPPSB 2

jumlah nilai 71 sampai 80, baik dengan jumlah nilai 60 sampai 70 , cukup
dengan jumlah 45 sampai 59, memerlukan perhatian 30 sampai 44, sangat
memerlukan perhatian dengan jumlah nilai kurang dari 29.

Prosedur Pelaksanaan Sispo


Beberapa tahapan dilakukan sekolah sebelum pelaksanaan metode Sispo
agar prosedur pelaksanaannya diketahui oleh seluruh warga sekolah dan orang
tua. Pertama dimulai dari penyusunan Sispo oleh seluruh guru dan kepala
sekolah. Tahapan ini merupakan sebuah proses yang dilakukan bersama-
sama oleh seluruh guru untuk membuat aturan dan prosedur pelaksanaan
sistem Sispo. Penentuan nilai poin yang diterima siswa jika melakukan
perilaku positif dan negatif, penentuan kategorinya yaitu ringan, sedang,
32
Success Story
Kepala Sekolah SD

berat atau sangat berat juga dilakukan dalam tahapan ini. Kedua adalah
sosialisasi kepada orang tua siswa sekaligus menandatangani surat dukungan
terhadap Sispo. Tahapan ini sangat penting dilakukan agar orang tua terlibat
dan mendukung pelaksanaan metode Sispo sebagai bagian dari pendidikan
karakter di sekolah. Sosialiasi bagi orang tua dilakukan pada pertemuan awal
tahun pembelajaran. Ketiga adalah sosialisasi yang dilaksanakan bagi seluruh
siswa kelas III sampai kelas VI. Pelaksanaan sosialisasi dilakukan di minggu
pertama awal tahun pembelajaran. Sekolah membuat jadwal sosialisasi bagi
masing-masing wali kelas dengan menggunakan perangkat seperti video tata
tertib sekolah dan buku Sispo.
Pelaksanaan Sispo memiliki prosedur standar yang harus dipahami
oleh seluruh warga sekolah terutama guru sebagai penanggung jawab
terlaksananya Sispo di kelas masing-masing. Poin awal diberikan saat
tahun pembelajaran dimulai dengan nilai sebesar 100 poin dan setiap akhir
tahun pembelajaran poin ini akan terakumulasi sesuai dengan banyaknya
penambahan atau pengurangan poin yang diperoleh siswa. Jumlah poin
ini akan selalu dievaluasi. Jika jumlah poinnya berada dalam rentang nilai
tertentu maka sekolah melalui penanggung jawab yang sudah ditunjuk
akan melakukan bimbingan dan pembinaan terhadap siswa tersebut,
contohnya: apabila siswa sebelum akhir tahun pembelajaran jumlah poinnya
berada dalam rentang 60 sampai 70 maka wali kelas sebagai penanggung
jawab akan memanggil orang tua untuk membahas dan menyampaikan
perkembangan karakter siswa tersebut dan mencari solusi bersama-sama
dalam penanganannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui Diagram
Aktivitas Sispo SD YPPSB 2 Sangatta Utara berikut ini:
33
Metode SISPO dalam Pendidikan Karakter Siswa
(Praktik Terbaik di SD YPPSB 2 Sangatta Utara Kutai Timur)

[Tindakan negatif] [Prestasi/tindakan positif]

Klarifikasi dan Penilaian Guru Klarifikasi dan Penilaian Guru

Penentuan Bobot Poin Pengurang Penentuan Bobot Poin Penambah

Pengurangan Poin Sispo Penambahan Poin Sispo

[Poin Sispo > 70]


[Poin Sispo ≤ 70]

Bimbingan dengan
Melibatkan Orang Tua

Pencatatan Buku Sispo Rekapitulasi Poin Sispo

Penyelesaian

Dampak Implementasi Metode SISPO


Metode Sispo dilaksanakan di SD YPPSB 2 Sangatta Utara sejak tahun
2016 dengan tujuan memulai pendidikan karakter siswa melalui pembiasaan
sehari-hari dengan mematuhi tata tertib sekolah.
Pelaksanaan metode Sispo hanya diterapkan pada siswa kelas III sampai
VI dengan beberapa pertimbangan seperti kelas III sampai VI merupakan usia
yang dinilai tepat dalam penerapan kedisiplinan dengan metode Sispo. Usia
34
Success Story
Kepala Sekolah SD

siswa kelas III sampai VI masuk dalam kategori usia 8 sampai 12 tahun dimana
pada usia ini perkembangan kognitif anak sudah bisa belajar tentang sistem,
aturan, metode yang membuat suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan
efektif dan efisien.
Setelah dua tahun pelaksanaan metode Sispo diperoleh data yang
menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah siswa yang memperoleh
nilai poin di atas 100 atau predikat istimewa. Tahun pertama pelaksanaan
Sispo hanya terdapat 18,75 % siswa yang mendapat nilai di atas 100 atau
istimewa. Tahun kedua, siswa yang mendapat nilai di atas 100 atau istimewa
naik menjadi 51,56%. Terjadi kenaikan sebesar 32,81% jumlah siswa pada
rentang nilai poin lebih besar dari 100. Hal menunjukkan bahwa metode
Sispo menjadikan siswa lebih termotivasi untuk menambah poin dengan
prestasi atau menjalankan tata tertib sekolah. Begitu juga untuk rentang nilai
60 sampai 80 menunjukkan kenaikan walaupun tidak begitu besar.
Metode Sispo ternyata cukup efektif dalam penanaman karakter siswa
terutama pada kepatuhan terhadap tata tertib sekolah. Hasil dari pengumpulan
data menunjukkan terdapat kenaikan sebesar 32,81% jumlah siswa yang
memiliki nilai poin lebih besar dari 100 dari tahun pembelajaran sebelumnya.
Siswa lebih banyak menambah daripada mengurangi poinnya. Motivasi siswa
meningkat untuk memperbaiki perilakunya dengan tidak melanggar aturan.
Pelaksanaan metode Sispo ternyata tidak hanya membentuk karakter siswa
tetapi juga meningkatkan motivasi siswa dalam berperilaku positif. Keinginan
untuk menaati tata tertib dan berprestasi menjadi karakter siswa. Perilaku
positif ini mempengaruhi kualitas proses pembelajaran menjadi semakin
meningkat. Guru menjadi semakin mudah dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
Pelaksanaan metode Sispo
memberikan dampak positif bagi
guru, siswa dan orang tua. Dampak
yang dirasakan adalah sebagai
berikut pertama sangat efektif dalam
mengurangi tingkat pelanggaran tata
tertib sekolah. Salah satunya terlihat dari
berkurangnya pelanggaran siswa yang
tidak menggunakan seragam upacara
pada hari Senin. Kedua karakter siswa
Gambar 2. Siswa bersama terbangun dikarenakan siswa terbiasa
dan termotivasi melaksanakan tata
buku Sispo
35
Metode SISPO dalam Pendidikan Karakter Siswa
(Praktik Terbaik di SD YPPSB 2 Sangatta Utara Kutai Timur)

tertib selama siswa di sekolah. Siswa selalu melakukan 3S (Senyum Salam


Sapa), tingkat kehadiran siswa tinggi, disiplin melaksanakan piket kelas,
menjaga kebersihan lingkungan dan lainnya. Ketiga perubahan karakter
berpengaruh pada tingkat kepedulian siswa pada saat pembelajaran maupun
diluar pembelajaran sehingga kualitas pembelajaran juga ikut meningkat.
Siswa menyelesaikan tugas tepat waktu, membawa perlengkapan belajar,
semangat untuk meraih nilai tinggi dalam penilaian dan lainnya. Keempat
pengurangan jumlah siswa yang melakukan pelanggaran juga berdampak
pada suasana sekolah yang menjadi lebih tertib, nyaman, dan aman sehingga
tercipta lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa. Kelima guru terbantu
dalam menerapkan peraturan baik di kelas maupun di luar kelas karena sudah
memiliki prosedur yang jelas. Keenam siswa dan guru memahami konsekuensi
tindakan yang dilakukan selama berada di sekolah membuat siswa menjadi
lebih bertanggung jawab dan guru menjadi lebih peduli terhadap siswa.
Ketujuh perkembangan perilaku siswa dapat dipantau setiap hari dan segera
dievaluasi jika sudah dalam tahap memerlukan perhatian. Kedelapan orang
tua terlibat dalam metode Sispo dikarenakan guru melaporkan perkembangan
perilaku siswa secara berkala.
Kendala yang ditemui dalam pelaksanaan metode Sispo adalah
ada beberapa guru yang tidak konsisten dalam menerapkan metode ini.
Solusinya adalah kepala sekolah harus melakukan pengamatan secara berkala
terhadap pelaksanaan metode Sispo dan melakukan evaluasi. Kerja sama tim
merupakan faktor penting dalam keberhasilan pelaksanaan metode Sispo.
Metode Sispo dapat diterapkan di sekolah lain yang ingin melakukan
pendidikan karakter melalui pembiasaan. Sistem dengan prosedur yang jelas
memiliki keunggulan yaitu mudah dipahami dan dilaksanakan oleh semua
warga sekolah. Penerapan metode Sispo secara terus menerus dari kelas
III sampai kelas VI menjadikan siswa terbiasa dan termotivasi untuk selalu
melakukan kegiatan positif.
Semua keberhasilan ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak
yang melaksanakan dan mendukung pelaksanaan metode Sispo di SD YPPSB
2 Sangatta Utara sehingga metode Sispo bermanfaat dalam penyelenggaraan
pendidikan yang berkualitas.
Terima kasih kepada seluruh guru SD YPPSB 2 Sangatta Utara, Komite
Sekolah SD YPPSB 2 Sangatta Utara, Yayasan Pendidikan Prima Swarga
Bara (YPPSB), PT Kaltim Prima Coal, Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai
Timur, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar dan
36
Success Story
Kepala Sekolah SD

Menengah, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan atas seluruh


dukungannya sehingga metode Sispo ini dapat diterapkan dan dijadikan
tulisan. Semoga bisa bermanfaat bagi pembaca.

Daftar Pustaka
Merrill Harmin dan Melanie Toth. 2012. Pembelajaran Aktif yang
Menginspirasi. Jakarta.
Sue Cowley. 2010. Panduan Manajemen Perilaku Siswa. Erlangga Jakarta.
Muhammad Rakhman Firdaus. 2016. Penerapan Sistem Poin Dalam
Meningkatkan Civic Disposition Siswa Terhadap Tata Tertib Sekolah
(Studi Deskriptif di SMA Negeri 1 Subang). http://repository.upi.
edu/23913/2
Sekolahku Bermetamorfosis
Karena Manajemen ’’TOLERANSI”

Ida Ayu Putu Satyani


SD Negeri 8 Mas
Bali

Sekolah merupakan lembaga yang sangat berperan dalam pembentukan


generasi bangsa. Mengingat pentingnya peran sekolah tersebut, sudah
selayaknya sekolah bukan hanya merupakan tanggung jawab pemerintah
tetapi juga merupakan tanggung jawab masyarakat. Keberhasilan pendidikan
bisa optimal, apabila dikelola melalui menajemen profesional yang merupakan
kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menekankan pada pemberdayaan
masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran
serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi daerah. Sejalan dengan
peraturan tersebut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
Tahun 2003 juga menyatakan bahwa masyarakat berhak untuk berperan
serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan.
Sekolah Dasar Negeri 8 Mas adalah salah satu SD Imbas di Gugus
Mas yang terletak di Jalan Raya Abianseka, Desa Mas, Kecamatan Ubud,
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Sekolah ini berdiri pada tanggal 11 Januari
1984. Lokasi sekolah yang strategis, semestinya membuat animo masyarakat
untuk menyekolahkan putra-putrinya di SD Negeri 8 Mas tinggi, tetapi pada
38
Success Story
Kepala Sekolah SD

kenyataannya banyak warga pendatang maupun warga lokal yang lebih


memilih sekolah di luar Banjar Abianseka bahkan luar Desa Mas. Masyarakat
menggangap kualitas sekolah ini lebih rendah dari sekolah lain, karena
rendahnya aktivitas dan miskinnya prestasi.
Penulis menemukan banyak permasalahan ketika ditugaskan di SD
Negeri 8 Mas. Permasalahan tersebut perlu segera dicarikan jalan keluar agar
kegiatan di sekolah dapat berjalan dengan baik serta tujuan sekolah dapat
tercapai. Berdasarkan evaluasi diri, analisis konteks, dan analisis SWOT penulis
berupaya untuk mengatasi semua permasalah tersebut dengan melibatkan
masyarakat, baik lokal dan global untuk mewujudkan metamorfosis sekolah.
Metamorfosis, adalah sebuah istilah biologi. Metamorfosis dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perubahan bentuk atau susunan,
peralihan bentuk (misal dari ulat menjadi kupu-kupu). Mengadopsi istilah
tersebut, penulis bermaksud menggambarkan perubahan yang terjadi pada
SD Negeri 8 Mas, berproses dari waktu ke waktu menuju ke arah yang lebih
sempurna. Perubahan yang terjadi di segala bidang melalui tahapan-tahapan
maupun proses tertentu, semakin hari, semakin berkualitas atau mendekati
kesempurnaan. Metamorfosis ini dicapai dengan melibatkan masyarakat
secara luas yang disebut manajemen “toleransi”.
Manajemen “toleransi” adalah singkatan dari tokoh, lembaga, dan relawan
asing. Manajemen “toleransi” bisa juga disebut manajemen keterlibatan
masyarakat lokal dan global. Manajemen ini melibatkan seseorang atau
masyarakat secara mental, pikiran, dan emosi atau perasaan yang mendorong
untuk memberikan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan
dan ikut bertanggung jawab terhadap kegiatan pencapaian tujuan tersebut.
Jadi yang dimaksud dengan keterlibatan masyarakat adalah kemampuan
atau keterampilan untuk memberdayakan masyarakat dalam perencanaan,
pengambilan keputusan, peyelenggaraan program, dan pengawasan untuk
mencapai tujuan yaitu mengatasi permasalahan yang ada di sekolah.
Kepala sekolah tidak hanya menunggu uluran tangan pemerintah
untuk mengatasi masalah tersebut, tetapi sangat memerlukan peran
serta masyarakat. Komite, para relawan, lembaga, masyarakat sekitar
(lokal) maupun warga negara asing (masyarakat global) berperan sesuai
kompetensinya. Menjalin kerjasama dengan masyarakat perlu adanya
komunikasi yang efektif.
39
Sekolahku Bermetamorfosis
Karena Manajemen ’’TOLERANSI”

Komunikasi yang terjalin membuat masyarakat merasa ikut memiliki


(ownership), sehingga dapat meningkatkan rasa tanggung jawab masyarakat
terhadap sekolah. Rasa tanggung jawab akan semakin meningkat apabila
ada kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan, saling
mempercayai, dan saling menghormati.
Pada minggu pertama mengemban tugas tambahan sebagai kepala
sekolah di SD Negeri 8 Mas terasa sangat berat, karena merupakan tugas
baru. Minimnya pengalaman membuat penulis menjadi bingung menentukan
sikap harus mulai dari mana mengelola sekolah ini. Penulis mulai membaca
peraturan perundangan tentang tugas pokok dan fungsi kepala sekolah,
agar langkah-langkah yang diambil sesuai dengan kompetensi kepala
sekolah yaitu kompetensi kepribadian, sosial, supervisi, manajerial, dan
kewirausahaan. Setelah memahami tugas pokok dan fungsi kepala sekolah,
barulah menentukan langkah selanjutnya.
Langkah pertama yang dilakukan adalah melaksanakan Evaluasi Diri
Sekolah (EDS) untuk mendapatkan data awal. Setelah mendapat data
tentang kondisi awal sekolah, dilanjutkan dengan melakukan observasi,
analisis data, dan identifikasi secara internal maupun eksternal. Hasil analisis
dan identifikasi tersebut dijadikan bekal untuk melakukan analisis konteks
tentang kekuatan dan kelemahan (SWOT Analysis) sekolah.
Hasil analisis dan identifikasi terhadap kondisi sekolah adalah sebagai
berikut. Kekuatan sekolah terletak pada antusias masyarakat untuk
meningkatkan kualitas SD Negeri 8 Mas cukup tinggi. Sedangkan kelemahannya
adalah areal sekolah cukup luas, memerlukan dana yang cukup banyak untuk
penataan, perawatan, dan menjaga kebersihan. Daya dukung dan motivasi
guru untuk meningkatkan kualitas diri dapat dijadikan modal bagi sekolah
untuk maju sedangkan biaya penataan dan pengadaan sarana prasarana
yang sangat tinggi serta jumlah peserta didik yang dinamis menjadi ancaman
bagi sekolah.
Berdasarkan kekuatan dan peluang tersebut manajemen keterlibatan
masyarakat adalah pilihan yang tepat. Masyarakat dilibatkan dalam
menentukan visi, misi, tujuan, penyusunan RKS, dan melaksanaan program.
Adapun program yang sudah terlaksana berkat kerja sama tersebut adalah
pembangunan fisik sekolah, penataan kebun sekolah, pengembangan
ekstrakurikuler, peningkatan kualitas pembelajaran, penyediaan sarana
dan pra sarana. Masyarakat juga dilibatkan dalam penyusunan kurikulum
dan pembelajaran. Pembelajaran Bahasa Inggris melibatkan relawan
40
Success Story
Kepala Sekolah SD

dari beberapa negara. Penguatan karakter, peningkatan kesehatan,


pengembangan teknologi, peningkatan prestasi, dan pengembangan seni
budaya, juga melibatkan masyarakat.
Seni budaya dan penguatan karakter sudah menjadi nafas masyarakat
Bali. Sekolah mempunyai kewajiban untuk tetap menjaga dan melestarikan
warisan yang adiluhung tersebut. Masyarakat terlibat dalam merencanakan,
penyediaan sarana, melatih, melaksanakan, mendokumentasikan serta
mengevaluasi kegiatan pengembangan seni budaya berkolaborasi dengan
sekolah.
Pada era globalisasi ini, kegiatan yang kita lakukan tidak bisa lepas
dari teknologi. Anak anak sudah diperkenalkan teknologi sederhana sejak
dini dengan melibatkan masyarakat. Masyarakat yang dilibatkan dalam hal
tersebut adalah Komunitas Bengkel Energi dan SMKN 1 Mas. Teknologi tidak
akan dapat berkembang tanpa kesehatan, oleh karena itu kesehatan juga
merupakan hal yang penting.
Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh kualitas kesehatannya.
Sekolah merupakan lembaga tempat memberikan pembelajaran kesehatan,
baik secara teoritis maupun praktis. SD Negeri 8 Mas bekerjasama dengan
masyarakat untuk memberikan pengetahuan dan pelayanan kesehatan.
Adapun masyarakat yang dilibatkan adalah Puskesmas Ubud I, Rumah Sakit
Ari Santi, Mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Maha Saraswati Denpasar,
LKP Dewi, dan orang tua siswa. Melibatkan masyarakat dalam program
sekolah telah berhasil meningkatkan kualitas sekolah.
Hasil yang diperoleh dari pemanfaatan manajemen keterlibatan
masyakat adalah perubahan di segala bidang. Perubahan ini terjadi tahap
demi tahap kearah positif yang penulis sebut dengan istilah metamorfosis.
Adapun metamorfosis SD Negeri 8 Mas setelah menerapkan manajemen
keterlibatan masyarakat meliputi metamorfosis bangunan/fisik sekolah,
halaman, kebersihan dan kesehatan, pembelajaran, ekstrakurikuler, dan
prestasi. Metamorfosis bangunan terlihat sangat jelas. Pada awalnya di
sekolah banyak bangunan tua yang tidak berfungsi yang membuat sekolah
terlihat kumuh dan terkesan sempit. Bangunan tersebut sekarang telah
direnovasi dan difungsikan sehingga terlihat bersih dan rapi.
41
Sekolahku Bermetamorfosis
Karena Manajemen ’’TOLERANSI”

Gambar 1. Metamorfosis Bangunan

Keadaan yang sama terjadi pada halaman sekolah. Dahulu halaman


sekolah terlihat sempit karena kurang ditata dengan baik, sekarang sudah
tertata rapi. Masyarakat menyumbangkan bibit tanaman, sedangkan sekolah
menata dan memeliharanya. Masyarakat juga membangun senderan dan
pagar sekolah, menata ulang halaman sekolah serta membangun patung
Dewi Saraswati membuat halaman sekolah kami menjadi semakin indah,
sejuk, dan bersih.

Gambar 2. Metamorfosis Halaman Sekolah

Meningkatnya kebersihan juga terlihat dari kebersihan toilet dan


halaman sekolah. Toilet yang awalnya sangat kotor dan bau, sekarang menjadi
bersih dan wangi. Warga sekolah dulu sangat sulit diajak berprilaku bersih dan
sehat. Masih banyak yang membuang sampah sembarangan. Mereka belum
terbiasa memilah sampah, memisahkan sampah organik dan non organik.
42
Success Story
Kepala Sekolah SD

Sekarang mereka sudah mampu memilah sampah, bahkan sudah bisa


mendaur ulang sampah-sampah tersebut menjadi benda yang bermanfaat.
Halaman sekolah juga diperindah dengan sampah plastik. Warga sekolah dan
relawan asing secara berkala bergotong royong di lingkungan sekitar sekolah.
Kegiatan ini membuat lingkungan Desa Abianseka menjadi semakin bersih.
Lingkungan sekolah yang semakin bersih membuat warga sekolah menjadi
semakin sehat.

Gambar 3. Metamorfosis Kebersihan Toilet Sekolah

Warga sekolah yang sehat akan dapat meningkatkan aktivitas dan


kreativitasnya. Peningkatan aktivitas dan kreativitas terlihat dari kegiatan
ekstakuriler yang semakin meningkat secara kuantitas maupun kualitas.
Hal ini berdampak pada meningkatnya prestasi sekolah. Sebelumnya nilai
akreditasi sekolah adalah 85,39 sedangkan pada tahun 2016 meningkat
menjadi 94,97. Prestasi siswa juga mengalami peningkatan yang pesat
setelah menerapkan manajemen keterlibatan masyarakat. Pada awalnya
hanya berhasil mendapatkan 11 prestasi tingkat gugus, 6 tingkat kecamatan,
1 tingkat kabupaten, dan belum ada prestasi yang diraih di tingkat provinsi.
Setelah menerapkan manajemen keterlibatan masyarakat prestasi siswa
meningkat tajam. Sebanyak 48 prestasi dikumpulkan di tingkat gugus, 33 di
tingkat kecamatan, 16 di tingkat kabupaten, dan 6 di tingkat provinsi.
Penerapan manajemen keterlibatan masyarakat di SD Negeri 8 Mas
memberikan dampak positif terhadap peningkatan kualitas sekolah, dan
berdampak pula terhadap masyarakat. Masyarakat awalnya menganggap
sekolah hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Pola pikir tersebut
menjadi kendala dalam mengembangkan manajemen ini. Sekolah menjalin
kerjasama dengan tokoh kunci (tokoh masyarakat yang dihormati dan memiliki
pengaruh) untuk mengubah pola pikir tersebut. Sekarang masyarakat sudah
menyadari pentingnya menjalin kerjasama dengan sekolah.
43
Sekolahku Bermetamorfosis
Karena Manajemen ’’TOLERANSI”

Berdasarkan fakta-fakta yang telah diungkapkan, manajemen


keterlibatan masyarakat dapat membuat SD Negeri 8 Mas bermetamorfosis
secara fisik maupun non fisik. Keberhasilan ini merupakan bagian kecil dari
apa yang penulis lakukan untuk mewujudkan sekolah yang kreatif dan
berkualitas. Semoga dari pengalaman kecil ini, dapat memberikan dampak
yang besar bagi sekolah, pendidikan dasar, serta dapat meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan Dasar dan Menengah Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas kesempatan yang
diberikan kepada para kepala sekolah dan pengawas untuk mempublikasikan
karya terbaik mereka.

Daftar Pustaka
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Tentang Otonomi Daerah.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003. Tentang System Pendidikan Nasional.
Poerwadarminta, W.J.S. 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka:
Jakarta.
Keputusan Mendiknas. No. 044 Tahun 2002 Tentang Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah: Jakarta
Melejitkan Potensi Siswa sebagai
Pemimpin Masa Depan Melalui PPK

Kidar, S.Pd
SDN 1 Klapagading, Wangon,
Banyumas, Jawa Tengah

Guru mempunyai kewajiban mewujudkan tujuan pendidikan nasional


yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, dan berilmu. Selain itu guru berkewajiban pula untuk mencapai tujuan
dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter. Salah satu tujuan dari PPK (Penguatan
Pendidikan Karakter) adalah memperkuat potensi dan kompetensi pendidik,
tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga
dalam mengimplementasikan PPK.
Pada kenyataannya potensi atau kemampuan siswa belum dikembangkan
secara maksimal, khususnya potensi siswa sebagai pemimpin. Terbukti dari
hasil pengamatan terhadap potensi tersebut rata-ratanya hanya 60. Pada
umumnya indikator-indikator potensi siswa sebagai pemimpin masih kategori
cukup. Pada waktu siswa melakukan kegiatan memimpin baris di depan kelas
kurang disiplin. Pada waktu siswa memimpin doa sebelum dan sesudah
pelajaran kurang hikmat. Pada waktu siswa memimpin menyanyikan lagu
kurang tepat. Pada waktu siswa memimpin diskusi kurang tertib. Pada waktu
siswa memimpin kerja kelompok kurang tegas. Kondisi tersebut disebabkan
oleh kompetensi guru dan kepala sekolah telah berupaya meningkatkan
potensi siswa sebagai pemimpin, tetapi hasilnya belum maksimal.
46
Success Story
Kepala Sekolah SD

Harapan yang dituju indikator-indikator potensi siswa sebagai pemimpin


meningkat. Pada waktu siswa melakukan kegiatan memimpin barisan di
depan kelas pelaksanaannya disiplin dan tegas. Pada waktu siswa memimpin
doa sebelum dan sesudah pelajaran berlangsung hikmat. Pada waktu siswa
memimpin menyanyikan lagu dengan tepat. Pada waktu siswa memimpin
diskusi tertib dan dengan langkah-langkah yang tertata. Pada waktu siswa
memimpin kerja kelompok dilakukan dengan tegas dan penuh kekeluargaan.
Kompetensi guru dan kepala sekolah dapat meningkatkan potensi siswa
sebagai pemimpin masa depan.
Adanya kesenjangan antara kenyataan dan harapan yang terjadi maka
perlu dilakukan upaya menciptakan strategi untuk melejitkan potensi
siswa sebagai pemimpin masa depan dan melakukan penelitian terhadap
pelaksanaannya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka masalah yang muncul yaitu:
“Apakah melalui PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) dapat melejitkan
potensi siswa sebagai pemimpin masa depan?
Tujuan umum dari PPK yaitu memperkuat potensi dan kompetensi
pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan
keluarga dalam mengimplementasikan PPK. Adapun tujuan khususnya adalah
melejitkan potensi siswa sebagai pemimpin masa depan.
Untuk memberikan pijakan berfikir bagi pemerhati masalah ini maka
diambilah pengertian-pengertian yang terdapat dalam upaya melejitkan
potensi siswa sebagai pemimpin masa depan melalui PPK. Potensi siswa
adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan.
Sedangkan siswa (peserta didik) adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran. Jadi
berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi siswa
adalah kemampuan yang dapat dikembangkan oleh siswa dalam proses
pembelajaran.
Upaya untuk melejitkan potensi siswa sebagai pemimpin masa depan
diperlukan kompetensi pendidik. Pengertian kompetensi pendidik adalah
kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu). Adapun
pengertian pendidik adalah orang yang mendidik. Jadi berdasarkan pengertian
tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa/kompetensi pendidik adalah
kewenangan orang yang mendidik. Dalam hal ini kewenangan pendidik untuk
berupaya melejitkan potensi siswa sebagai pemimpin masa depan. Dalam
rangka mencapai tujuan tersebut diperlukan wahana atau sarana untuk
47
Melejitkan Potensi Siswa sebagai
Pemimpin Masa Depan Melalui PPK

mencapai suatu tujuan tersebut. Sedangkan Penguatan Pendidikan Karakter


(PPK) yaitu gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan
untuk memperkuat karakter peserta didik. (Perpres RI Nomor 87 Tahun 2017
Tentang PPK). Jadi dari pengertian-pengertian tersebu dapat disimpulkan
bahwa pengertian wahana penguatan pendidikan karakter adalah sarana
untuk mencapai tujuan dari penguatan pendidikan karakter. Wahana atau
sarana untuk melejitkan potensi siswa sebagai pemimpin masa depan antara
lain guru membuat dan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan di dalam
buku-buku berikut ini:
Pertama, buku kegiatan membaca. Format buku sebagai berikut; tanggal,
nama siswa, judul buku, halaman, jumlah halaman yang dibaca, jumlah nilai.
Cara mengisi jumlah nilai yaitu; apabila tidak membaca nilainya 0 (nol), setiap
membaca 1 halaman nilainya 10, tetapi nilai maksimal 100. Tujuan dari
kegiatan ini adalah untuk meningkatkan potensi siswa berkarakter gemar
membaca.
Kedua, buku kegiatan memimpin berbaris. Format buku sebagai berikut;
tanggal, nama siswa, aspek penillaian, jumlah nilai. Aspek penilaian terdiri
dari; ketegasan suara, ketepatan gerakan siap grak, lencang depan grak, tegap
grak, maju jalan. Masing-masing aspek nilainya 20 maka nilai maksimal 100.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan potensi siswa sebagai
pemimpin yang berkarakter disiplin.
Ketiga, buku kegiatan memimpin doa. Format buku sebagai berikut;
tanggal, nama siswa, aspek penilaian, jumlah nilai. Aspek penilaian terdiri dari
ketepatan pembacaan; salam pembuka, pembuka doa, isi doa, penutup doa,
salam penutup. Setiap aspek nilainya 20, jadi nilai maksimal 100. Kegiatan
tersebut memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk memimpin
doa dan berkarakter religius.
Keempat, buku kegiatan memimpin menyanyikan lagu nasional dan
daerah. Format buku sebagai berikut; tanggal, nama siswa, judul lagu, aspek
penilaian, jumlah nilai. Aspek penilaian terdiri dari; penampilan, persiapan,
gerakan, penutupan. Setiap aspek nilainya 25, jadi nilai maksimal 100.
Kegiatan ini memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk memimpin
menyanyanyikan lagu-lagu tersebut. Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk
meningkatkan potensi siswa berkarakter semangat kebangsaan.
Kelima, buku kegiatan memimpin diskusi. Format buku sebagai berikut;
tanggal, nama siswa, aspek penilaian, jumlah nilai. Aspek penilaian terdiri
dari; salam pembuka, memanjatkan puji syukur, ucapan terima kasih,
48
Success Story
Kepala Sekolah SD

menyampaikan materi, permohonan maaf dan salam penutup. Setiap aspek


nilainya 20 jadi nilai maksimal 100. Tujuan dari kegiatan tersebut agar siswa
berkarakter komunikatif dan peduli sosial.
Keenam, buku kegiatan presentasi hasil diskusi atau kerja kelompok.
Format buku sebagai berikut; tanggal, nama siswa, aspek penilaian, jumlah
nilai. Aspek penilaian terdiri dari ; salam pembuka, memanjatkan puji syukur,
ucapan terima kasih, menyampaikan materi, permohonan maaf dan salam
penutup. Setiap aspek nilainya 20, jadi nilai maksimal 100. Tujuan dari
kegiatan tersebut agar siswa berkarakter komunikatif dan peduli sosial.
Ketujuh, buku pengamatan
kemandirian siswa pada waktu ulangan.
Format buku sebagai berikut; tanggal, nama
siswa, aspek penilaian, jumlah nilai. Aspek
penilaian terdiri dari; tidak membantu
teman, tidak minta bantuan teman, tidak
mencontek, tepat waktu mengerjakannya,
Setiap aspek nilainya 25, jadi nilai maksimal
100. Tujuan dari kegiatan tersebut agar
siswa berkarakter mandiri dan disiplin.
Gambar 1. Kegiatan siswa Dalam penelitian ini digunakan
memimpin barisan instrumen pengamatan potensi peserta
didik dalam melejitkan potensi siswa
sebagai pemimpin masa depan yaitu sesuai dengan aspek-aspek penilaian
setiap kegiatan. Adapun kategori nilai rata-rata potensi siswa yaitu nilai 90
– 100 kategori amat baik, nilai 76 – 90 kategori baik, nilai 60 – 75 kategori
cukup, nilai 51 – 60 kategori
sedang, nilai ≤ 50 kategori
kurang.
Instrumen pengamatan
potensi siswa sebagai pemimpin
masa depan sebanyak tujuh
kegiatan yaitu ; siswa membaca
buku, siswa memimpin baris,
siswa memimpin doa, siswa
memimpin menyanyikan lagu,
siswa memimpin diskusi,
siswa mempresentasikan hasil Gambar 2. Kegiatan siswa memimpin
diskusi, siswa berkarakter doa
mandiri pada waktu ulangan.
49
Melejitkan Potensi Siswa sebagai
Pemimpin Masa Depan Melalui PPK

Cara menentukan nilai rata-rata kegiatan setiap siswa adalah nilai dari
tujuh kegiatan dijumlah dan dibagi tujuh. Cara menentukan kategori kegiatan
seluruh kelas yaitu nilai rata-rata setiap kelas dijumlah dan dibagi enam.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tentang potensi siswa sebagai
pemimpin dimasa depan sejak dari kondisi awal rata-rata nilainya hanya
60 masuk ketegori kurang. Pada kondisi siklus 1 meningkat menjadi rata-
rata 77 pada siklus 2 menjadi rata-rata 85. Sesuai data-data yang diperoleh
terjadi peningkatan potensi siswa. Indikasi peningkatan tersebut adalah
kepala sekolah telah menciptakan dan melakukan supervisi akademik secara
kelompok pada siklus 1 dan supervisi akademik secara individual pada siklus
2. Maka dari itu berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa melalui melalui PPK dapat melejitkan potensi siswa sebagai pemimpin
masa depan.
Secara praktis kepada pihak-pihak yang terkait langsung dalam upaya
melejitkan potensi siswa sebagai pemimpin masa depan melalui PPK maka
penulis memberikan saran untuk mendukung upaya tersebut.Terima kasih
penulis sampaikan kepada Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Jendral Guru dan Tenaga
Kependidikan yang telah menyelenggarakan Loka Karya Penulisan Buku
Karya Kreatif Kepala Sekolah dan Pengawas Pada Jenjang Pendidikan Dasar
dan Menengah

Daftar Pustaka
Tim Penyusun, 2017. Konsep dan Pedoman PPK Tingkat SD dan SMP. Jakarta:
Kemdikbud.
Tim Penyusun, 2017. Modul 2. PPK Berbasis Kelas. Jakarta : Kemdikbud.
_______, 2017. Perpres RI Nomor 87 Tahun 2017 Tentang PPK. Jakarta.
_______, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pemdidikan Nasional. Jakarta.
https,//kbbi.web.id.potensi.
https,//kbbi.web.id.kompetensi.
https,//kbbi.web.id.wahana.
Buka Mata Dunia
dengan Eco Green

Nur Hayati, S.Ag. MM


SD Muhammadiyah Karangharjo Berbah Slaman
DI Yogyakarta

Sekolah sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan, wahana proses


belajar mengajar dan sekaligus tempat untuk pendidikan karakter. Karena
peran pentingnya sekolah, maka dibutuhkan suasana yang nyaman, sejuk,
bersih, dan indah sehingga tujuan dari keberadaan sekolah akan terpenuhi.
Mewujudkan sekolah yang nyaman, sejuk, bersih dan indah tentu bukan
hanya menjadi tanggung jawab penjaga sekolah tetapi menjadi tanggung
jawab semua warga sekolah. Kesadaran untuk menjadikan sekolah yang
nyaman perlu ditanamkan sejak dini. Suasana sekolah yang kondusif tentunya
akan berdampak signifikan pada kenyamanan proses belajar mengajar,yang
muaranya adalah akan mampu meningkatkan mutu di satuan pendidikan
tersebut. Kondisi yang kondusif bisa dilihat dari keadaan sekolah yang
menyenangkan, lingkungan yang bersih, baik ruang kelas maupun halaman
sekolah, banyak tanaman hijau yang menyejukkan mata dan udara yang
menyehatkan. Penghijauan menjadi penting karena diharapkan mampu
mengurangi dampak dari Global Warming (Pemanasan Global) selain
untuk menambah keindahan dan menjadi penyejuk udara di sekitarnya.
Pemanasan Global adalah suhu rata-rata udara yang meningkat atau semakin
menipisnya lapisan ozon yang disebabkan karena pemanasan matahari dan
juga berkurangnya udara sehat serta kurangnya penghijauan. Belum semua
52
Success Story
Kepala Sekolah SD

sekolah menerapkan pendidikan cinta lingkungan, hal ini bisa dilihat dari
tidak adanya program penghijauan. Dimasukkannya kegiatan penghijauan ke
dalam program sekolah tentu akan menambah keindahan lingkungan, karena
lingkungan akan menjadi hijau, sejuk dan kelihatan asri, sehingga menambah
semangat siapa saja yang ada di dalamnya.
Memupuk kepedulian lingkungan sekolah bisa dilakukan dengan
berbagai cara di antaranya adalah dengan keteladanan guru, ada gerakan
konkrit dari kepala sekolah maupun guru untuk memberikan contoh.
Selalu melibatkan siswa dalam menjaga kebersihan serta keindahan kelas
(sekolah). Adanya gerakan masal artinya bahwa kebersihan, keindahan dan
kenyamanan sekolah menjadi tanggung jawab bersama, dimasukkan dalam
program sekolah,dimulai dari yang sederhana, dari diri sendiri dan dari yang
terdekat.
Kondisi yang ada di SD Muhammadiyah Pakem sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta saat itu adalah sekolah yang gersang, sangat panas dan kurang
nyaman untuk belajar. Hal ini dikarenakan minimnya tanaman perindang
dan juga tanaman hijau yang lainnya. Kepedulian warga sekolah terhadap
kebersihan, keindahan dan kenyamanan sekolah masih sangat rendah
diakibatkan oleh minimnya pengetahuan mereka tentang manfaat dari
penghijauan itu sendiri. Bisa dilihat dari aktifitas sehari-hari, dimana belum
ada kesadaran dan tanggung jawab terhadap kebersihan maupun keindahan
lingkungannya. Sampah berserakan, apabila ini dibiarkan terus menerus
akan berdampak negatif terhadap siswa. Siswa menjadi kurang peduli
terhadap keadaan di sekitarnya. Mutu juga akan menurun karena kurangnya
konsentrasi belajar mengajar yang diakibatkan oleh kondisi lingkungan yang
tidak kondusif. Dan tentunya akan membawa dampak kepada kepercayaan
masyarakat terhadap keberadaan sekolah dan segala program-programnya.
Solusi yang diambil oleh SD Muhammadiyah Pakem untuk mengatasi
hal tersebut adalah dengan gerakan lingkungan hijau atau yang lebih dikenal
dengan Eco Green yaitu program pengenalan tentang penghijauan hutan
dan lingkungan hidup kepada peserta didik sejak dini. Lingkungan dibedakan
menjadi dua yaitu lingkungan biotik (lingkungan hidup) dan lingkungan abiotik
(benda-benda mati). Lingkungan disini dimaksudkan adalah lingkungan
hidup, yaitu daerah di mana makhluk hidup (manusia, binatang maupun
tumbuh-tumbuhan) itu berada, bisa juga diartikan keseluruhan keadaan
yang meliputi suatu makhluk atau sekumpulan makhluk hidup. Kegiatan
ini selain merupakan pendidikan dini tentang kepedulian lingkungan tetapi
juga pendidikan karakter. Untuk pembinaan pendidikan karakter dibutuhkan
53
Buka Mata Dunia
dengan Eco Green

beberapa metode yaitu keteladanan, mengurangi teori memperbanyak


praktek sehingga menjadi sebuah pembiasaan, banyak motivasi, menegakkan
aturan agar lebih konsisten. Sebagai contoh keteladanan, kebersihan
lingkungan menjadi tanggung jawab bersama termasuk kepala sekolah dan
guru. Kegiatan sederhana yang bisa dilakukan adalah tentang pengelolaan
sampah, gerakan memungut sampah dimanapun berada, membuang sampah
pada tempatnya. Sampah-sampah yang timbulkan karena aktivitas kita.
Implementasi Eco Green di sekolah dalam aksi kegiatan-kegiatannya
diharapkan anak-anak mampu menanam bibit tanaman di pekarangan
sekolah dan sekitarnya. Setiap anak diharapkan mampu menanam pohon
muda sendiri dan melihatnya tumbuh dengan cinta dan perawatan yang
mereka lakukan sendiri. Tenaga pengajar selaku orang dewasa yang ada
di sekitarnya boleh berpartisipasi dan memberikan kontribusi dengan
membantu menggali lubang untuk kegiatan penanaman pohon tersebut.
Juga membantu menyiapkan pupuk dan membuat pagar untuk perlindungan
tanaman dari binatang. Anak-anak dididik bertanggung jawab pada
tanamannya dengan cara menghilangkan rumput, penyiraman secara rutin
dan pemberian apresiasi terhadap tanaman mereka setiap hari,diharapkan
mampu memberikan pengalaman hidup. Diadakan juga seminar lingkungan,
kuliah atau presentasi lingkungan hidup untuk anak- anak dan masyarakat.
diharapkan juga mampu mengkampanyekan pengelolaan hutan, masalah
ekologi global, dan lingkungan berkelanjutan. Anak-anak bisa belajar berbagai
kegiatan yang bermanfaat, seperti meningkatkan tanaman obat-obatan
tradisional, membuat daur ulang sampah menjadi benda yang bermanfaat
dalam kehidupan dan juga pembuatan eco break (pengolahan sampah
plastik). Keterlibatan peserta didik di kegiatan ini bisa menjadi inspirasi bagi
guru-guru maupun anak-anak sekolah di sekitarnya.

ECO GREEN yang dilaksanakan di SD


Muhammadiyah Pakem
Pertama kegiatan Penanaman, Pelabelan dan Perawatan Pohon.
Dalam kegiatan ini, setiap siswa wajib memiliki tanaman sendiri, menanam
di lahan yang telah disediakan, memberi nama tanaman tersebut dan juga
merawatnya. Di SD Muhammadiyah Pakem diadakan kegiatan Green Club,
dimana siswa dikelompokkan dalam kegiatan yang bertanggung jawab
terhadap satu jenis tanaman yang sama. Kedua yaitu kegiatan Pemanfaatan
lahan sempit untuk menanam tanaman apotik hidup dan juga buah-buahan.
54
Success Story
Kepala Sekolah SD

Ketiga adalah kegiatan pembuatan kerajinan dari daur ulang sampah/


barang bekas pakai. Siswa diajarkan untuk peduli terhadap kebersihan
lingkungan, termasuk didalamnya memanfaatkan sampah-sampah bekas
menjadi barang yang bermakna. Salah satu contoh yang dikembangkan
adalah pemanfaatan sisa gergaji kayu untuk dijadikan boneka yang bernilai
seni, sampah koran menjadi bross, gelang gelas ale-ale dibuat menjadi piring
dan masih banyak lagi hasil kerajinan limbah yang bernilai ekonomis tinggi.
Keempat, pembuatan pupuk kompos, karena kompos sangatlah bermanfaat
bagi proses pertumbuhan tanaman. Kompos juga berfungsi untuk mensuplai
unsur hara pada tanaman, mampu memperbaiki struktur tanah terutama
untuk tanah yang kering, menjaga fungsi tanah sehingga tumbuh dengan
baik. Kelima, berperan aktif dalam kegiatan Green Wave dunia, Green
Wave adalah kegiatan penghijauan khusus dalam rangka memperingati Hari
Keanekaragaman Hayati (International Day for Biological Diversity). Pada saat
yang sama akan dilaksanakan penanaman tanaman lokal serentak diseluruh
penjuru dunia. Ajakan penanaman tanaman lokal ini dikenal dengan gerakan
gelombang hijau (Green Wave). Kegiatan ini mengajak para manusia di bumi
untuk ikut serta berkontribusi dan berpartisipasi pada tanggal 22 Mei dengan
melakukan aksi serentak yaitu menanam satu pohon pada pukul 10 pagi waktu
setempat sehingga membawa SD Muhammadiyah Pakem menjadi bagian dari
gerakan penghijauan di dunia. Berikutnya adalah Pembuatan “ Hutan Mini “
bersama dengan pemerintahan setempat. Dalam rangka mengembangkan
lahan untuk penghijauan maka SD Muhammadiyah Pakem bekerja sama
dengan pemerintahan setempat, dalam hal ini Kelurahan Pakembinangun,
kelurahan di mana sekolah berada. Kerja sama ini disambut dengan baik
oleh Pemerintahan setempat dengan memberikan lahan kosong milik desa
setempat untuk dijadikan “Hutan Mini” dan ditanami dengan tanaman-
tanaman keras yang bermanfaat. Ada juga kegiatan Green Club, Green Club
adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh SD Muhammadiyah Pakem
dalam rangka mengajak Guru beserta siswa dan siswi serta warga sekolah
untuk terlibat dalam program peduli lingkungan. Dimulai dari kepedulian
terhadap sampah, daur ulang, penanaman dan pemeliharaan. Sehingga
program penghijauan menjadi gerakan massa dari ,oleh dan untuk semua
warga sekolah. Untuk menambah wawasan sekolah terhadap lingkungan,
sekolah juga mengikuti “Duta Lingkungan Hidup untuk anak”, kegiatan ini
diselenggarakan oleh OISCA Trainning Centre Indonesian (Organisasi Nirlaba
yang bergerak di bidang lingkungan hidup) yang mengadakan seleksi terhadap
siswa-siswa sekolah mitra OISCA atau sekolah yang peduli terhadap program
penghijauan. Seleksi awal adalah di tingkat sekolah, kemudian tingkat
55
Buka Mata Dunia
dengan Eco Green

Provinsi dan kemudian tingkat Nasional. SD Muhammadiyah Pakem terpilih


mengikuti audisi tsb mewakili OISCA Yogyakarta atas nama Sarah Keysa Adi
dan terpilih menjadi Duta Lingkungan sekaligus Ambassador 2017 Indonesia,
berkesempatan untuk mengadakan kunjungan belajar selama dua minggu
di Jepang. Secara berkala juga diadakan kegiatan Sharing bersama untuk
meningkatkan dan sekaligus mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah
berjalan.

Hasil dari Kegiatan ECO GREEN


Dari program kegiatan yang sudah dilaksanakan secara terus menerus
didapatkan hasil sebagai berikut: meningkatnya kepedulian terhadap
kebersihan, keindahan dan kenyamanan sekolah, minimnya sampah
berserakan, meningkatnya pengetahuan terhadap pentingnya penghijauan,
siswa semakin bersemangat menanam dan merawat tanaman, karena semua
merasa memiliki, sekolah semakin sejuk, hijau dan bersih, meningkatnya
prestasi sekolah, baik prestasi individu siswa, guru maupun prestasi
sekolah itu sendiri, salah satunya disebabkan karena kenyamanan sehingga
memudahkan untuk berkonsentrasi, banyaknya kunjungan dari sekolah lain
baik dari lingkungan sekitar maupun dari luar negeri yang ingin mengetahui
secara langsung tentang proses pembelajaran tentang penghijauan, menjadi
dikenal di negara Thailand, Autralia dan Jepang, dibuktikan dengan secara rutin
mengadakan kunjungan belajar (magang) mahasiswa-mahasiswa/pelajar-
pelajar dari negara-negara tersebut. Wawasan menjadi semakin terbuka,
salah satunya dengan kesempatan yang diberikan kepada siswa terbaik yang
terpilih menjadi Duta Lingkungan untuk belajar di Jepang selama dua minggu,
jiwa kewirausahaan terpatri di benak semua siswa, mereka diajarkan untuk
memiliki keterampilan dan sekaligus karya dari daur ulang sampah/limbah
yang terbuang menjadi benda-benda yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
56
Success Story
Kepala Sekolah SD

Simpulan dan Rekomendasi


Simpulan
Berbagai upaya maupun jalan perlu dilakukan untuk memupuk dan
meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekolah. Baik guru, siswa
maupun pihak-pihak terkait berjalan seiring untuk menciptakan sekolah
yang hijau, sejuk, bersih, indah dan nyaman. Pendidikan karakter tentang
kemandirian menjadi dasar dari kegiatan-kegiatan ini. Karena anak dididik
untuk mencintai lingkungan dan bertanggung jawab terhadap pelestariannya.
Dengan kondisi lingkungan yang hijau, bersih dan nyaman tentu akan
meningkatkan mutu belajar siswa dan juga semangat mengajar dari para
guru. Lingkungan yang kondusif akan menumbuhkan kepercayaan dari
masyarakat tentang keberadaan sekolah. Kegiatan ini telah berkontribusi
terhadap kesuksesan mendidik semua warga sekolah untuk peduli terhadap
lingkungan. Selain itu mampu memunculkan enterpreneur-enterpreneur
dengan keterampilannya mengolah limbah menjadi kerajinan bernilai
ekonomis yang ke depan mampu membiayai diri sendiri secara mandiri.
Dengan demikian mampu mengatasi permasalahan tentang lingkungan. Eco
Green membawa dampak SD Muhammadiyah Pakem makin hijau dan dikenal
oleh dunia kerena kegiatan cinta lingkungan yang membudaya

Rekomendasi
Untuk Pendidik di sekolah, lebih kreatif menciptakan inovasi-inovasi
yang menumbuhkan rasa cinta siswa terhadap lingkungan.
Untuk orang tua, lebih meningkatkan pengawasan dan pembimbingan
terhadap anak di rumah agar jiwa cinta lingkungan dan kepedulian terhadap
lingkungan semakin meningkat. Untuk sekolah, lebih meningkatkan lagi ide-
ide kreatif dalam mendukung kegiatan cinta lingkungan.
Untuk Pemerintah, agar memfasilitasi sekolah khususnya dalam program
penghijauan sehingga meningkatkan kepedulian terhadap kebersihan,
keindahan dan kenyamanan sekolah.
Terima kasih diucapkan kepada Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan Dasar dan menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
yang telah memfasilitasi penyusunan artikel ini melalui kegiatan lokakarya
yang sangat bermanfaat.
57
Buka Mata Dunia
dengan Eco Green

Daftar Pustaka
Dault, Adhyaksa. 2009. Pemanasan Global dan Perubahan Garis Pantai. PT
Citra Aji Parama.Yogyakarta
Habibi, Lafran. 2008. Pupuk Kompos dari Limbah Rumah Tangga.Titian Ilmu.
Bandung
Irwan Djamal, Zoer’aini. 2012 . Prinsip- prinsip Ekologi. PT Bumi Aksara .
Jakarta
Martina, Anna. 2010. Aku makin tahu tentang Bumi dan Iklimnya . Bina
Sumber Daya MIPA . Jakarta
Migristine , Rinrin. 2009. Pengelolaan Sampah Plastik. Titian Ilmu. Bandung.
R Nugraha, Adrian. 2009. Menyelamatkan Lingkungan Hidup dengan
Pengelolaan Sampah . Cahaya Pustaka Raga . Bekasi.
Tafsir, Ahmad. 2017. Pendidikan Karakter sehari- hari. PT Remaja Rosda
Karya. Bandung.
Filosofi “PERAHU SANDEQ” dalam
Penguatan Pendidikan Karakter
(Pembiasaan SDN 2 Kampung Baru, Majene, Sulawesi Barat)

HJ. Nurmadia R S. Pd, M.Pd


SDN 2 Kampung Baru, Masene
Sulawesi Barat

A. Filosofi “Perahu Sandeq” di Kabupaten Majene


Kabupaten Majene secara geografis terletak di Kabupaten Kota
Provinsi Sulawesi Barat. Berada di daerah pesisir pantai. Mata pencaharian
masyarakat sekitar adalah nelayan. Budaya yang ada di Kabupaten Majene
beraneka ragam, salah satunya adalah budaya Perahu Sandeq yang setiap
tahun di gelar dan di lombakan di pesisir pantai Majene, yang di kenal dengan
‘Sandeq race”
Perahu Sandeq, mempunyai ciri khas yang membedakan dengan
kebanyakan perahu bercadik lainnya. Perahu Sandeq yang menjadi kebanggaan
masyarakat Mandar, selain ia memiliki bentuk yang elok nan cantik dengan
panjang kurang lebih 9–16 meter dengan lebar 0,5–1 meter, di kiri-kanannya
dipasang cadik dari bambu sebagai penyeimbang, mengandalkan dorongan
angin yang ditangkap layar berbentuk segitiga, mampu dipacu hingga
kecepatan 15–20 Knot atau 30–40 Km perjam sehingga sebagai perahu
layar yang tercantik dan tercepat juga mampu menerjang ombak yang
besar sekalipun Perahu Sandeq juga sanggup bertahan menghadapi angin
60
Success Story
Kepala Sekolah SD

dan gelombang saat mengejar kawanan ikan tuna. Saat musim ikan terbang
bertelur, nelayan menggunakan Perahu Sandeq untuk memasang perangkap
telur dari rangkaian daun kelapa dan rumput laut, atau berburu rempah-
rempah hingga Ternate dan Tidore untuk dibawa ke bandar Makassar. Selain
itu Perahu Sandeq perna menjuarai event perahu tercepat di paris.

B. Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menuntut
perubahan sistem pendidikan dan penyesuaian terhadap perubahan
tersebut. Salah satunya adalah mengembangkan budaya kearifan lokal yang
di integrasikan dalam pendidikan karakter, baik dalam pendidikan formal
maupun non formal.
Kepala sekolah sebagai pemimpin mengintegrasikan nilai filosofi Perahu
Sandeq dalam kehidupan sekolah seperti penanaman hidup sederhana,
menyenangi keindah, Gesit dalam bertindak, lincah, tangkas, dan tangguh
yang merupakan karakteristik orang Mandar dalam mencapai mewujudkan
visi dan misi sekolah.
Manajemen berbasis sekolah juga di terapkan otonomi sekolah sebagai
bentuk kemandirian dalam mengatur dan mengurus kebutuhan sekolah
secara tarnsparansi,akuntabel dan partisipan dari semua stakeholder yang
terkait untuk mewujudkan filosofi “Perahu Sandeq” dalam penguatan
pendidikan karakter di sekolah, sedangkan dalam manajemen budaya sekolah
wujud dari filosofi tersebut tergambar dalam pembiasaan yang di lakukan di
sekolah, baik kebiasaan terstruktur maupun tidak terstruktur untuk mencapai
prestasi baik tingkat Kecamatan,
Kabupaten, maupun Provinsi
bahkan ketingkat Nasional.
Salah satu bukti maka di
bangun pintu gerbang sekolah
dengan latar belakang perahu
sandeq yang akan mempertegas
kepada warga sekolah agar nilai
filosofi “Perahu Sandeq” adalah
cerminan karakter di sekolah
Gambar 1. Pintu Gerbang dan di masyarakat.
61
Filosofi “PERAHU SANDEQ” dalam Penguatan Pendidikan Karakter
(Pembiasaan SDN 2 Kampung Baru, Majene, Sulawesi Barat)

Nilai-nilai filosofi “Perahu Sandeq” diterapkan dalam kehidupan di


sekolah yang akan memperkuat nilai karakter bangsa yang tertanan dalam
setiap pembiasaan, di antaranya, Pallayarang (tiang layar utama) sebagai
penentu utama kelajuan perahu merupakan simbol pada peserta didik harus
mempunyai cita-cita, cita-cita ini akan terwujud apabilah di sertai dengan
doa, usaha,semangat dan kerja keras( Nilai Integritas), tambera (tali penahan
pallayarang) yang senantiasa menjaga tiang utama agar tetap kokoh tegak
menjulang. Kekokohan dan keseimbangan harus juga diimbangi oleh sikap
fleksibel agar senantiasa mempunyai spirit untuk terus semakin baik (Nilai
Nasionalis) , Sobal (layar) berwarna putih berbentuk segitiga yang merupakan
simbol fleksibilitas yang tinggi, kegigihan, ketulusan dan kepolosan peserta
didik untuk saling menghormati dan menjalin toleransi dengan penganut
agama yang berbeda dan hidup berdampingan meskipun berbeda suku atau
ras (Nilai Religius, Nasionalis), Guling (kemudi) sebagai simbol ketepatan
mengambil keputusan dalam bersikap dan bertingkah laku (Nilai Mandiri),
Palatto (cadik), baratang dan tadiq sebagai lambang penyeimbang antara
kehidupan sekolah dan masyarakat untuk mencapai keharmonisan dalam
balutan kerja sama (Nilai gotong royong).
Implementasi Filosofi “Perahu Sandeq” dalam Pembelajaran di Kelas.
sebagai sebuah karakteristik sekolah yang sudah berlangsung setiap hari,
akan tetapi seiring dengan perubahan zaman menuntut adanya penanaman
kembali nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi tersebut yaitu nilai religius,
nasionalaisme, integritas, mandiri dan gotong royong kedalam sebuah wadah
kegiatan pendidikan disetiap pengajaran penanaman nilai-nilai tersebut di
masukkan ke dalam RPP dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter
yang selama ini semakin memudar. Gambaran nilai filosofi “Perahu Sandeq”
nampak dalam semangat, kuat mandiri dan bertanggung jawab dalam
menyelesaikan setiap masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran
sehingga prestasi dan nilai karakter yang akan saling melengkapi untuk
mencapai hasil yang lebih baik.
Implementasi Filosofi “Perahu Sandeq“ dalam pengembangan budaya
sekolah di SDN 2 Kampung Baru, ada enam aspek yang perlu diperhatikan
yaitu, budaya moral spritual, budaya bersih rapi, budaya cinta tanah, budaya
setia kawan, budaya belajar dan budaya mutu. Implementasi ini di gambarkan
dalam Pengembangan Budaya sekolah dari gambaran filosofi beberapa bentuk
bagian tubuh dari perahu sandeq yang di integrasikan dalam penguatan
pendiidkan karakter di sekolah di laksanakan program pembiasan yang akan
memperkuatkan pendidikan karakter. Kegiatannya dimulai dari pembiasaan
62
Success Story
Kepala Sekolah SD

pagi hari yang di warnai dengan berbagai kegiatan yang berbeda terangkum
dalam pembiasaan sebelum pembelajaran dimulai dan juga pembiasaan
pada akhir pembelajaran. Dalam penanaman nilai karakter tersebut di mulai
dari Kegiatan Pembiasaan Rutin dan terprogram.
Gambaran kegiatan pada “Senin Disiplin” Senin minggu pertama yang
menjadi Pembina upacara adalah kepala sekolah, minggu kedua adalah dari
Polres, minggu ketiga adalah guru, minggu keempat adalah dari dinas yang
terkait seperti dari Dinas Pendidikan Kabupaten, Dinas Kesehatan maupun
dari tokoh pendidk menghadirkan Pembina upacara yang berbeda akan
memberikan arahan atau nasehat yang akan memperkuat nilai Nasionalis
sehingga pemahaman peserta didik akan akan jasa pahlawan akan tertanam
sejak dini melalui pelaksanaan upacara bendera. Aplilasi dari kegiatan di atas
dapat kita ambil dari salah satu bagian dari filosofi perahu sandeq adalah
pallayarang atau tiang utama.
Hari selasa akan nampak kegiatan yang di beri nama “Selasa Cerdas” di
mana akan tergambar kegiatan literasi yang berbeda setiap minggu. Selasa
minggu pertama adalah membaca, minggu kedua adalah bercerita, minggu
ketiga adalah menulis, minggu keempat adalah berhitung. Pembiasaan
Selasa cerdas bertujuan untuk memberikan pemahaman dan penguatan
kepada peserta didik bahwa gerakan literasi sekolah (GLS) di bangun dari
pembiasaan membaca yang akan memberikan rasa senang, lalu menjadi
budaya sehingga akan lahir leterat-leterat yang berkarakter. Gambaran dari
kegiatan di atas mengambil salah satu dari filosofi “ Perahu Sandeq” adalah
Guling atau kemudi.
Pembiasaan pada “Rabu Sehat”. Kegiatan rabu minggu pertama adalah
kegiatan senam bersama, minggu kedua adalah diriku bersih (memotong
kuku, gerakan cuci tangan,gerakan sikat gigi), minggu ketiga Jalan sehat yang
dilakukan di luar sekolah dengan arah jalan yang berbeda setiap minggu,
minggu ke empat adalah sayur sehat. Tujuan dari kegiatan Rabu sehat adalah
untuk memberikan pembiasan kepada peserta didik tentang pola hidup
sehat, nilai filosofinya dari kegiatan ini adalah (cadik), baratang dan tadiq.
Pembiasaan yang di beri nama “Kamis Bersih”. Rabu minggu pertama
sehat bersih (berlari mencari sampah), minggu kedua lingkungan asri
(menata dan membersihkan kelas dan taman), minggu ketiga menanam dini
(menaman bunga), minggu ke empat tamanku rindang (memotong tanaman
hias). Kegiatan ini bertujuan menumbuhkan nilai karakter Mandiri dan Gotong
royong filosofi dari Perahu Sandeq dilihat dari Guling (kemudi).
63
Filosofi “PERAHU SANDEQ” dalam Penguatan Pendidikan Karakter
(Pembiasaan SDN 2 Kampung Baru, Majene, Sulawesi Barat)

“Jum’at beriman” adalah pembiasan yang rutin di lakukan pada minggu


pertama jum’at adalah Tadarrus, minggu ke dua jum’at kegiatan shalat dhuha,
minggu ke tiga adalah dzikir dan minggu keempat melaksanakan qultum.
Kegiatan ini bertujuan memberikan gambara kepada peserta didik tentang
sikap religius yang harus ditanamkan sejak usia dini, filosifi yang menjadi
gambaran dari perahu sandeq adalah sobal (layar).
Selain gambaran pembiasaan di atas di sekolah juga ada kelas bakat,
yang di laksanakan setiap hari Sabtu, seperti bakat di bidang seni dan
olahraga. Setiap peserta didik diberi kesempatan memilih bakat yang di
inginkan. Kegiatan ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan bakat dan potensi yang dimilkinya, kegiatan ekstrakurikuler
pramuka wajib yang bukan merupakn pilihan. Nilai filosofi “Perahu Sandeq”
yang ada pada kelas bakat adalah Palatto (cadik), baratang dan tadiq. Ada
juga beberapa pembiasaan yang dilakukan sebelum mengakhiri pelajaran yang
tidak terstruktur, seperti kelas kreatifitas, di mana pada akhir pembelajaran
peserta didik di beri kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya
menata kelas, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan refresh, sehingga
otak kanan dan otak kiri seimbang

C. Hasil yang Dicapai


Penerapan Pembiasaan disekolah yang mengintegrasikan filosofi “Perahu
Sandeq” dalam Penguatan Pendidkan Karakter, memberikan dampak positif
bagi perkembangan peserta didik baik secara akademik maupun non akdemik.
Pembiasaan membentuk peserta didik memiliki sikap nasionalisme yang
tinggi dalam senin disiplin, menjadi literat-literat cilik dalam selasa cerdas,
dapat menjaga kesehatan pribadi melalui rabu sehat, menjaga kebersihan
diri dan lingkungan melalui kamis bersih, serta menumbuhkan rasa religius
melalui kegiatan jum’at beriman dan pengembangan kelas bakat pada hari
sabtu untuk mengembangkan potensi yang di milki. Kelas kreatifitas akan
menghasilkan kelas yang menarik sehingga peserta didik akan merasa
nyaman untuk belajar mencapai prestasi di tingkat kabupaten,provinsi
maupun nasional
Pengimplementasian penguatan pendidkan karakter dalam filosofi
“Perahu Sandeq”, menemukan beberapa kendala yaitu pertama masih ada
sebagian peserta didik yang kurang menyadari disiplin dalam penerapan
pembiasaan. Dua orang tua belum menyadari pentingnya pembiasaan di
64
Success Story
Kepala Sekolah SD

lakukan di sekolah. Tiga Kurangnya tenaga potensial yang profesional di


bidangnya ekstrakurikuler untuk melatih peserta didik setiap hari sabtu kelas
bakat.
Beberapa uraian tentang pembiasaan di sekolah maka dapat di simpulkan
bahwa dengan filosofi “Perahu Sandeq“ dalam Penguatan Pendidikann
Karakter di SDN 2 Kampung Baru memberikan dampak yang sangat baik,
terbentuknya karakter religius, nasionalis, integritas, mandiri dan gotong
royong dalam setiap kegiatan akademik maupun non akademik, Pembiasaan
inilah yang mengantarkan sekolah pada Lomba Budaya Mutu Tingkat
Nasional sebagai pemenang Whole School (Juara Umum) tahun 2017
dalam tiga katagori yaitu Pembelajaran, Manajemen Berbasis Sekolah dan
Kegiatan Ekstrakurikuler.
Ucapan terima kasih yang terhingga kepada Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan Dasar dan Menengah Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan, Komite, Dinas Pendidkan dan Pemuda Olahraga Kabupaten.
Majene, Dinas Kesehatan Kabupaten Majene, POLRES Majene yang telah
membantu memberikan saran dan pendapat dalam penyempurnaan karya
ini.

Daftar Pustaka
Tim PPK, 2017. Kebijakan, Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Pertama.
Perpres No. 87 Tahun 2017. Penguatan Pendidikan Karakter
Permendikbud No. 23 Tahun 2015. Penumbuhan Budi Pekerti
“ASAH BERLIAN” Mewujudkan
Sekolah “BIRU”

Rohimah, M.Pd
SDN 2 Pancor, Kecamatan Selong,
Kabupaten Lombok Timur, NTB

Memperhatikan lebih rinci Peraturan Menteri Pendidikan Nasional


Republik Indonesia No 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana
untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), jika dilihat dari kondisinya
Sekolah Dasar Negeri 2 Pancor bisa dikategorikan tidak memenuhi atau
berada di bawah standar. Di antara empat sekolah dasar negeri yang ada di
gugus 2 Kecamatan Selong. Lokasi SDN 2 Pancor paling sempit dengan sarana
prasarana paling kurang.
Tidak dapat dipungkiri jika salah satu unsur yang menunjang kelancaran
proses pembelajaran agar mencapai hasil sesuai harapan, maka setiap satuan
pendidikan harus memiliki kelengkapan sarana yang meliputi ruang belajar,
perabotan kelas, peralatan dan media pembelajaran, buku-buku dan sumber
belajar lainnya. SDN 2 Pancor sangat kekurangan jika dibandingkan dengan
sekolah-sekolah lain yang ada di gugusnya. Hal ini berdampak pula pada
prestasi siswa dan sekolah. Menghadapi stigma negatif dari masyarakat dan
kondisi seperti ini, bukan alasan untuk menyerah dan pasrah pada keadaan
akan tetapi justru membangkitkan semangat untuk menjadi lebih positif.
66
Success Story
Kepala Sekolah SD

Mengusung prinsip “Asah Berlian” kami berusaha menjadikan


kekurangan tersebut menjadi pemicu semangat dalam upaya mengubahnya
menjadi sekolah dengan brand sekolah “biru” (Berkarakter, Inovatif, Religius
dan Unggul) sebagai implementasi dari Visi SDN 2 Pancor yakni Cerdas, Kreatif
dan Religius.
Dalam upaya mewujudkan sekolah “biru” sebagai salah satu upaya
kami dalam memberikan pelayanan kepada siswa kami sebagai salah satu
upaya mengemban amanah Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 5
ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Pernyataan tersebut
menjadi dasar bagi satuan pendidikan untuk memberikan pelayanan sesuai
dengan Standar Pelayanan Minimum pendidikan. Namun bagaimana jadinya
bila sarana yang dimiliki sangat terbatas dan tidak sesuai dengan standar
pelayanan minimum pendidikan? Menghadapi kondisi seperti itu, guru-guru
tidak hanya berpangku tangan dan memikirkan kegiatan mengajarnya saja,
akan tetapi mereka juga dituntut untuk kreatif, inovatif, bekerja sama dan
berusaha memberikan pelayanan terbaik dengan memaksimalkan upaya
untuk mengatasi keterbatasan sarana dengan pemanfaatan prasarana yang
tersedia di sekolah tersebut.
Keterbatasan bukan berarti harus menyerah, tetapi bagaimana
mengatasi kekurangan dan keterbatasan tersebut menjadi kelebihan.sehingga
keterbatasan tersebut menjadi pemicu semangat sehingga diharapkan siswa
SDN 2 Pancor mampu melampaui dua kali lompatan. Lompatan pertama
mampu mengatasi masalahnya dengan memanfaatkan sarana yang ada, dan
lompatan kedua mampu meraih prestasi dalam kondisi kekurangan sarana.
Beberapa upaya yang kami lakukan dalam mengatasi masalah kekurangan
tiga ruang belajar kami memanfaatkan tiga ruangan meskipun tidak sesuai
standar. Ketiga ruangan yang dimanfaatkan adalah ruang perpustakaan yang
setengahnya kami ubah menjadi ruang belajar, rumah dinas guru dan ruang
guru kami ubah menjadi ruang belajar. Hal sedikit memantu dalam mengatasi
masalah kekurangan ruang belajar seperti tampak pada gambar berikut.
67
“ASAH BERLIAN” Mewujudkan Sekolah “BIRU”

Pemanfaatan bekas Pemanfaatan sebagian


Pemanfaatan gudang
rumah dinas guru ruang perpustakaan
menjadi ruang kelas
menjadi ruang belajar sebagai ruang kelas

Adapun upaya pengembangan karakter siswa di SDN 2 Pancor untuk


mewujudkan sekolah “biru” melalui “Asah Berlian” ditempuh melalui kegiatan
berupa pembiasaan serta keteladanan.
Ada banyak pembiasaan yang diterapkan di SDN 2 Pancor dalam usaha
meningkatkan prestasi siswa dan pembentukan karakternya sebagaimana
tercantum dalam kurikulum sekolah tahun 2016/2017 dan 2017/2018 yakni
upacara hari Senin, senam, membaca dan hafalan ayat-ayat pendek, kegiatan
Imtaq, pentas seni dan bersih lingkungan melalui gerakan SABER LIMIT (Sapu
Bersih Lima Menit) sampah. Pembiasaan juga dilakukan dalam hal yang
berkaitan dengan kegiatan sehari hari dan teladan diberikan agar menjadi
panutan dalam perbuatan sehari-hari. Pembiasaan seperti salam pagi,
piket dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah, kegiatan pagi yang
meliputi kegiatan upacara, membaca Al-Qur’an ayat-ayat pendek, pildacil,
tahfiz alqur’an penanaman PHBS (pola hidup bersih dan sehat) seperti cara
mencuci tangan yang benar, makanan sehat.
Teladan yang diberikan oleh bapak ibu guru di SDN 2 Pancor juga
menjadi salah satu sarana dalam pembentukan karakter siswanya. Dalam hal
ini guru adalah teladan di sekolah yang menjadi contoh bagi siswanya dalam
mentaati peraturan sekolah, sikap dan perkataan dalam proses pembelajaran
dan diluar proses pembelajaran. Ada beberapa perubahan yang terlihat pada
perubahan karakter siswa kami seperti pada uraian berikut.
Dalam hal kedatangan yang mulanya guru dan siswa masih banyak yang
suka datang terlambat, terjadi perubahan kedatangan ketika bel berbunyi pk.
07.00 siswa dan guru sudah berada di sekolah. Dalam pergaulan pada awalnya
banyak terjadi perkelahian dan bully antar siswa berubah menjadi kerja sama
bahkan ada kegiatan diskusi kakak kelas membantu dan membimbing adik
kelas. Peningkatan kerapihan dan disiplin dalam berpakaian.
68
Success Story
Kepala Sekolah SD

Perubahan dalam lingkungan sekolah, SD 2 Pancor meraih juara 1


lomba kebersihan lingkungan sekolah yang diselenggarakan oleh Dinas BLHP
Kabupaten Lombok Timur. Mampu menyelenggarakan pameran karya seni
rupa siswa dan pentas kesenian Tungkek.
Dalam bidang akademik berhasil meraih beberapa prestasi diantaranya:
Juara I Lomba Kompetesi Mata Pelajaran yang di selenggarakan oleh SMPN
3 Selong, Meraih peringkat I nilai UAS tahun 2017, Juara 2 cerdas cermat di
SMP Lab, Hamzanwadi Tahun 2017, Finalis ke tingkat Nasional dalam bidang
menulis cerpen, Juara 1 OSN MIPA Tingkat Kecamatan tahun 2018, Juara 4
Matematika dan IPA tingkat Kecamatan.
Beberapa teladan yang berusaha kami tanamkan kepada siswa kami
melalui beberapa cara diantaranya. Salam Pagi yang dilakukan setiap pagi
yaitu sebisa mungkin bapak/ibu guru menunggu siswanya di depan gerbang
sekolah maupun di depan kelas. Salam pagi ini bertujuan menyambut siswa,
mendisiplinkan siswa yang sering terlambat dan juga ajang silaturrahmi dan
komunikasi singkat tentang siswa oleh guru kepada orang tua/wali yang
mengantar anaknya ke sekolah. Penerapan 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan
dan santun) dalam kegiatan sehari-hari di sekolah dengan harapan agar dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Gotong-royong dan kerja sama ditanamkan kepada siswa melalui kerja
kelompok baik dalam mengerjakan tugas-tugas dalam pelajaran maupun
dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Salah satu tauladan dalam
gotong-royong dengan memberikan kesempatan anak yang satu melakukan
tutor sebaya.
Dalam upaya pengembangan prestasi siswa penerapan Asah Berlian
dirasa cocok sebagai salah satu upaya pengembangan bakat dan minat
siswa. Asah berlian salah satu sebutan untuk kegiatan pembinaan siswa
di SDN 2 Pancor dalam rangka membimbing dan membina mereka dalam
mengembangkan bakat dan prestasinya. Anak anak tersebut diibaratkan batu
permata yang siap diasah sesuai dengan jenisnya agar mampu menjadi batu
permata yang berkilau. Siswa di SDN 2 Pancor memiliki potensi dan bakat
yang siap untuk dikembangkan. Agar bisa mencapai hasil sesuai dengan bakat
dan minat mereka.
Dari hasil penjaringan bakat siswa oleh guru kelasnya siswa dapat
diarahkan mau dibimbing dalam bidang apa sesuai bakatnya, sedangkan
dalam bidang akademik akan dibina sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Anak yang berkemampuan di atas rata-rata, sedang, di bawah rata-rata
69
“ASAH BERLIAN” Mewujudkan Sekolah “BIRU”

maupun yang memiliki kebutuhan khusus dibina dengan cara bagaimana,


agar mereka dapat mencapai prestasi sesuai kemampuan mereka. Siswa
yang memiliki kemampuan di atas rata rata diberikan bimbingan bidang studi
sesuai bakat mereka anak di bawah rata rata di diberikan kegiatan remidi
agar mereka menajdi meningkat. Beberapa dari siswa kami memiliki kelainan
salah satunya disleksia meskipun kami bukan sekolah inklusi, kami berusaha
memberikan bimbingan khusus sesuai dengan kondisinya. Setelah diperoleh
gambaran bakat dan kemampuan siswa dari informasi dengan guru kelasnya,
maka diambil ancangan pembinaan yang disesuaikan dengan kemampuan
mereka.
Sebagaimana penjelasan sebelumnya tentang sekolah biru. Kegiatan
terkait dalam usaha mewujudkan visi misi dan brand sekolah dilakukan
dengan membimbing siswa sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat
mereka. Beberapa jenis bimbingan yang dilakukan sesuai dengan bakat dan
minat siswa.
Melalui Asah Berlian ditemukan bakat yang ada pada siswa dan setelah
dilakukan pembinaan sesuai dengan bakat tersebut hasilnya signifikan.
Ada beberapa bakat yang dikembangkan pada siswa SDN 2 Pancor yang
merupakan pengembangan bakat seperti pantomim, bercerita, menulis
cerita, melukis/menggambar, menyanyi, pidato, merajut, modelling menari
dan dalam bidang akademik.
Hasil pembinaan bakat siswa yang muncul di antaranya Juara 1 tingkat
Kabupaten untuk bidang Pildacil, Pantomim, Busana Muslim dan Bercerita.
Juara 2 Tingkat Kabupaten untuk lomba Kriya, Juara 3 Tingkat Kabupaten untuk
Lomba bercerita Tingkat Kabupaten, Juara 4 Tingkat Kabupaten untuk OSN
IPA, Juara 6 Tingkat Kabupaten untuk lomba bercerita dan OSN Matematika
serta Finalis ke Tingkat Nasional untuk menulis cerita dalam ajang FL2N.
Selain prestasi dalam bidang akademik, pembinaan prestasi siswa dalam
bidang ekstrakurikuler di SDN 2 Pancor dilaksanakan dengan menawarkan
beberapa pilihan kepada siswa sesuai dengan bakat, minat, maupun
kemampuan mereka. Dalam kurikulum SDN 2 Pancor, ada beberapa kegiatan
ekstrakurikuler yang ditawarkan boleh dipilih sesuai dengan bakat dan minat
mereka di antaranya pramuka, seni, olah raga, dan pembinaan OSN dan
literasi.
Dalam kegiatan pramuka ada beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh
SDN 2 Pancor di antaranya Tahun 2016 Peringkat 1 takhassus dan drama,
peringkat 2 PMR dan peringkat 3 Pidato dalam Galang Kreasi. Tahun 2017
70
Success Story
Kepala Sekolah SD

beberapa kegiatan Pramuka di antaranya siaran Penggalang ceria di RRI


Mataram, dalam Galang Kreasi 2017 berhasil meraih Juara 1 Hasta Karya,
juara 2 sepak bola, juara 3 karnaval. Secara rinci prestasi yang telah diraih
oleh SDN 2 Pancor dalam dua tahun terakhir diuraikan pada pada paparan
berikut.
Prestasi pada tahun 2016 meraih juara 1 lomba menggambar dunia
impianku, Juara 2 lomba UKS Tingkat Kabupatan, juara 1 di tingkat Kabupaten
dalam Lomba Kompetensi Mata Pelajaran, Pildacil, Bercerita, Peragaan
Busana, Tenis Meja dan lomba Lingkungan Sekolah Sehat dan juara 3 pada
Peragaan Busana kategori kelas rendah.
Prestasi pada tahun 2017 berhasil meraih juara 1 pantomim tingkat
kecamatan dan kabupaten, Juara 1 teather Tingkat Kabupaten, Juara 2 Puisi,
Juara 2 OSN Tingkat Kecamatan, Juara 2 Kriya Putra Tingkat Kabupaten, Juara
1 Bercerita Tingkat Kabupaten, Juara I Teather tingkat Kabupaten, Peraih
Nilai UAS tertinggi Tingkat Kecamatan, Utusan Pantomim ke tingkat Provinsi
dalam rangka FLSN, Juara 1 Dai Cilik Tingkat Kabupaten, Juara II lomba Kriya
Tingkat Kabupaten, Juara 2 Cerdas Cermat se Pulau Lombok, Juara I Mewarnai
Tingkat Kecamatan Selong, Juara II Lomba Pidato Tingkat Kabupaten, Juara III
Mewarnai Tingkat Kecamatan Sakra dan Juara I Kyorugi Pemula Under 28
Putra Tingkat Kabupaten.
Prestasi pada tahun 2018 ini pada tingkat Kecamatan meraih Juara I
Olimpiade IPA , Juara I Pantomim Juara II Nyanyi Tunggal Putri, Juara II Pildacil,
Juara III Seni Baca Al-Qur’an, Juara III Atletik Putra, Juara IV Tahfiz Putra,Juara
V Tahfiz Putri, sedangkan di tingkat Kabupaten meraih Juara 4 Olimpiade IPA,
Juara 6 Olimpiade Matematika, Juara 7 Olimpiade IPA.
Memperhatikan prestasi tersebut dapat disimpulkan bahwa beberapa
kekurangan yang dimiliki oleh SDN 2 Pancor dalam penyelenggaraan proses
pembelajaran dan bimbingan namun tidak menyebabkan semangat untuk
menggapai prestasi menjadi kendor.
Dalam upaya mengatasi kekurangan tersebut dengan prestasi. Sebagai
perwujudan dari visi misi dan brand sekolah “biru”, dengan mengusung prinsip
“Asah Berlian” berusaha menggali kemampuan anak dan membimbingnya
sesuai dengan bakat dan minatnya tersebut sehingga dapat meningkatkan
prestasi dan membentuk karakter siswanya. Selain upaya mengatasi
kekurangan di bidang sarana prasarana prinsip “Asah Berlian” juga diharapkan
dapat mewujudkan sekolah ‘biru”
71
“ASAH BERLIAN” Mewujudkan Sekolah “BIRU”

Hasil yang diperoleh adalah dapat membantu dalam pemenuhan sarana,


membimbing siswa sesuai bakat dan minatnya, melibatkan semua unsur
sehingga prestasi demi prestasi diraih siswa SDN 2 Pancor mulai dari jenjang
gugus hingga ke tingkat Nasional.
Semoga tulisan kecil ini dapat dijadikan gambaran bahwa keterbatasan
bukan sebagai halangan untuk meraih prestasi. Sehingga dalam pembinaan
siswa baik akademik maupun non akademik yang belum terpenuhi sesuai
SPM dilakukan dengan memanfaatkan sarana yang ada. dalam pembinaan
bakat dan minat siswa harus disesuaikan dengan bakat dan minat yang
dimilikinya agar dapat mencapai hasil yang optimal serta pelibatan pihak luar
dalam kegiatan di sekolah juga dapat membantu dalam upaya pembinaan
dan pembentukan karakter siswa.
Pada kesempatan ini pula kami sampaikan terima kasih yang tiada
terhingga kepada Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan
Dasar dan Menengah Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
yang telah memfasilitasi kami dalam menuliskan pengalaman kami selama
melaksanakan tugas di sekolah.

Daftar Pustaka
Munandar, Utami; 2004; Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat; Jakarta;
PT. Asdi Mahasatya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2007 tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(Sma/Ma)
Tim Pengembang Kurikulum, 2017. Kurikulum Sekolah Dasar Negeri 2 Pancor.
Pancor
Media Animasi Efektif
Membangkitkan Minat Belajar Siswa

Rohimul Anwar, M.Pd


SDN Bintaos, Tepus, Gunungkidul
DI Yogyakarta

Pentingnya Minat Belajar


Siswa Anda, anak jaman now? Bisa dipastikan siswa terbiasa
menggunakan HP. Konten yang mereka buka bermacam-macam. Mulai dari
SMS, Youtube, Games, BBM, Whatsapp, dan lain-lain. Waktu yang mereka
habiskan bermacam-macam pula. Bisa lima menit, lima puluh menit, lima
jam, dan seterusnya. Banyaknya waktu yang mereka habiskan menyita waktu
bermain dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Anak memiliki komunitas
sendiri dan waktu tersendiri dengan dunianya. Bagimana dengan belajar?
Minat belajar pada umumnya menurun. Rendahnya minat belajar merupakan
satu dari beberapa masalah di SDN Bintaos. Padahal visi SDN Bintaos adalah
Terwujudnya Sekolah yang Unggul di bidang Akademik dan Non Akademik,
Berbudaya Berdasarkan Imtaq dan Imtek.
Berdasarkan hasil supervisi kepala sekolah menunjukkkan bahwa guru
masih menggunakan metode dan media yang konvensional, berbasis buku,
kapur, dan spidol. Realitanya siswa SDN Bintaos setiap harinya tidak lepas dari
gadget atau HP. Sehingga materi yang bersifat pengetahuan siswa tahu lebih
74
Success Story
Kepala Sekolah SD

dahulu. Guru harus meng”upgrade” pengetahuan dan keterampilan dalam


mengajar. Guru menyampaikan materi pelajaran seharusnya menggunakan
media pembelajaran. Pemanfaatan media pembelajaran saat kegiatan
belajar mengajar diharapkan pikiran, perasaan, minat, dan perhatian siswa
dapat terangsang dan anak timbut motivasi untuk menerima dan memahami
materi atau informasi dari guru dengan baik.
Minat belajar atau Interest is defined the feeling of a person whose
attention, concern, or coriosity is particularly engaged by something
(dictionary.com) Pengertian minat merupakan suatu keadaan dimana
seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan
untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut.

Peran Videoscribe
Komputer dalam dunia pendidikan mempunyai peranan yang penting.
Komputer telah digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti untuk
administrasi siswa, keuangan, dan media pembelajaran. Media pembelajaran
yang dibuat dalam bentuk animasi. Salah satu aplikasi yang digunakan untuk
membuat media pembelajaran adalah sparkol videoscribe.
Sparkol Videosribe adalah aplikasi yang digunakan untuk membuat
sebuah video dengan animasi tulis tangan dengan banyak animasi dan unik
sehingga akan membuat peserta didik lebih suka dan terhibur dalam kegiatan
belajar mengajar. Keunggulan pembelajaran melalui videoscribe antara lain;
dapat digunakan sebagai sarana promosi, dapat digunakan sebagai bisnis on
line, dapat digunakan sebagai pengantar pembelajaran bagi guru dan dosen,
dan dapat digunakan untuk presentasi.
Penggunakan software ini akan mempermudah kepala sekolah dan guru
dalam menyampaikan pesan, karena tidak perlu menyajikan sesuatu yang
panjang. Hasil kreasi guru berupa media pembelajaran videoscribe dapat di
upload di Youtube maupun di facebook, sehingga anak dapat belajar dengan
menggunakan HP. Anak belajar materi ASEAN cukup dengan cara melihat di
Youtube, juga bisa mendownload materi ASEAN tidak harus di lokasi sekolah
dan waktu belajar disekolah tetapi sesuai dengan selera anak. Sehingga anak
masih menggunakan HP sambil belajar.
Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran menggunakan media
videoscribe dengan materi ASEAN adalah membangkitkkan minat belajar
pada peserta didik di SDN Bintaos. Dari deskripsi tersebut dapat diangkat
beberapa permasalahan di SDN Bintaos. Bagaimana cara kepala sekolah
75
Media Animasi Efektif
Membangkitkan Minat Belajar Siswa

dan guru membuat, menggunakan, dan apa kelebihan media pembelajaran


videoscribe? Apakah media pembelajaran videoscribe dapat meningkatkan
minat belajar siswa SDN Bintaos?

Pembuatan Videoscribe
Guru “zaman now” yang profesional pasti mampu membuat videoscribe
karena aplikasi ini mudah dan sederhana. Kepala sekolah dan guru SDN Bintaos
membuat media pembelajaran videoscribe dengan langkah-langkah sebagai
berikut: mencari standar kompetensi pada kurikulum SDN Bintaos tahun
pelajaran 2017/2018 contohnya kita menentukan standar kompetensi yang
akan diajarkan yaitu memahami peran Indonesia dalam lingkungan negara-
negara di Asia Tenggara, menentukan kompetensi dasarnya yaitu menjelaskan
pengertian kerja sama negara-negara Asia Tenggara, kemudian dibuat rencana
pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan inti di RPP harus mencantumkan
kegiatan pembelajaran mengunakan videoscribe, menyiapkan materi (materi
yang dimaksud berupa gambar, tulisan, keterangan, musik, logo ASEAN,
bendera negara-negara ASEAN, foto tokoh-tokoh ASEAN, dan peta ASEAN,
dan data yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar),
membuat storyboard yaitu alur yang akan menentukan urutan tampilan dan
lamanya waktu pada videoscribe, merangkai atau membuat videoscribe.
Merangkai videoscribe sangat mudah dan sederhana, caranya adalah
sebagai berikut; pertama install aplikasi sparkol videoscribe pada computer
atau laptop, kedua pengenalan simbol atau icon-icon pada aplikasi videoscribe,
(keterangan tentang simbol-simbol yang digunakan untuk pembuatan
videosrcibe seperti; simbol no 1 fungsinya untuk menyimpan hasil kerja
kita, simbol no 2 memasukkan gambar, simbol no 3 menulis teks, simbol
76
Success Story
Kepala Sekolah SD

no 4 memasukkan tabel data, simbol no 5


memasukkan audio/music/suara rekaman
kita, simbol no 6 merekam atau memasukkan
suara, simbol no 7 membuat kanvas atau
layar, simbol no 8 mengubah bentuk tangan),
ketiga silakan program videoscribe dibuka
sampai muncul seperti pada gambar berikut,
kemudian login, keempat silakan klik tanda (+) kelima tekan tanda (+) untuk
membuka program baru, keenam tombol no 7 untuk memilih kanvas yang
dikehendaki, ketujuh tekan tombol yang no 3 dengan mengklik simbol yang
ada huruf T untuk menulis materi “ASEAN” silakan diinsert gambar, logo,
foto yang berkaitan dengan materi,
kedelapan mulailah menulis materi-
materi pelajaran yang akan ditulias
pada kanvas kemudian diulang-ulang
dengan menekan tombol huruf T.
Kita menulis materi pelajaran
tentang ASEAN sesuai storyboard
yang dibuat. Sisipkan gambar dengan
cara klik pada simbol nomor 2 berupa
lambang ASEAN, foto-foto tokoh
pendiri ASEAN.
Simpan hasilnya dengan mengklik pada
tombol no 1 yang bergambar disket untuk
menyimpan hasil pekerjaan kita. Jika kita
mencoba untuk dijalankan videoscribe dengan
dengan cara menekan simbol segitiga pada layar
pojok kanan atas seperti gambar berikut.

Media pembelajaran yang dibuat jika ingin di upload maka, simpan hasil
pekerjaan dengan cara menekan tombol disket atau di publish ke dalam
bentuk movie on line maupun di youtube dan facebook.
77
Media Animasi Efektif
Membangkitkan Minat Belajar Siswa

Videosrcribe dalam Pembelajaran


Kelebihan menggunakan media pembelajaran videoscribe sebagai
berikut; kepala sekolah maupun guru SDN Bintaos mampu membuat dengan
bimbingan kepala sekolah, media pembelajaran yang dibuat sesuai dengan
materi pelajaran dan kebutuhan siswa, siswa dapat mengakses hanya dengan
menggunakan HP, siswa dapat melihat dan belajar materi kapan saja dan
dimana saja, media pembelajaran yang dibuat kepala sekolah dan guru telah
diupload di Youtube dapat dilihat dan dipelajari oleh siswa dari berbagai
sekolah di Indonesia.
Secara umum pembelajaran di SDN Bintaos kita bagi menjadi tiga tahap
yaitu tahap appersepsi, kegiatan inti , dan penutup. Pada kegiatan appersepsi
guru menyampaikan (tujuan pelajaran yang ingin dicapai, materi ASEAN yang
akan dipelajari, apakah ada siswa yang sudah mengetahui materi tetang
ASEAN atau belum, guru menyuruh siswa mengeluarkan HP, guru membagi
angket tentang pembelajaran yang menggunakan videoscribe).
Kegiatan Inti meliputi; guru memberitahu rangkaian kegiatan yang akan
diikuti (menyalakan handphone membuka fitur Youtube, mencari materi
ASEAN, memutar video), masing-masing siswa memutar video tentang ASEAN
di HPnya masing-masing, Guru mencari materi ASEAN di Youtube dengan
laptop dan ditayangkan LCD untuk menayangkan media pembelajaran ASEAN,
guru bersama-sama siswa menyaksikan materi ASEAN. Guru memberitahu
bahwa materi telah di upload di Youtube. Siswa dipandu guru membuka
materi ASEAN Youtube dengan HP. Siswa dipandu guru untuk mengunduh
materi ASEAN dengan Youtube.
78
Success Story
Kepala Sekolah SD

Kegiatan penutup anak dibimbing guru menyimpulkan materi yang telah


dilihat di Youtube atau yang telah ditayangkan tadi. Siswa mengerjakan lembar
evaluasi. Guru meminta siswa untuk menilai tentang penggunaan videoscribe
dalam pembelajaran ASEAN dengan angket. Termasuk di dalamnya dengan
pertanyaan apakah anak tertarik dengan pembelajaran dengan menggunakan
videoscribe.
Minat belajar siswa dengan menggunakan videosribe ternyata meningkat.
Perbandingan pada saat supervisi pembelajaran di kelas VI SDN Bintaos
awalnya siswa tidak begitu antusias mengikuti pembelajaran dengan metode
dan pembelajaran yang konvensional. Setelah siswa diajak belajar dengan
menggunakan HP kemudian membuka Youtube, selanjutnya dipandu guru
mencari materi ASEAN di Youtube mereka senang. Berdasarkan hasil angket
yang telah diisi 20 siswa SDN Bintaos, diperoleh data dengan pernyataan atau
pertanyaan sebagai berikut; Apakah anda mempunyai HP android? Apakah
anda pernah membuka fitur youtube? Apakah Anda pernah membuka konten
pembelajaran dengan Youtube? Apakah Anda tertarik belajar materi tentang
ASEAN dengan menggunakan videoscribe?
Berdasarkan data yang telah diisi siswa dapat disimpulkan bahwa; 85%
anak SDN Bintaos memiliki HP android yang ada fitur youtube, 75% anak
SDN Bintaos pernah membuka fitur youtube, 12,5% anak yang memiliki HP
android pernah membuka konten pembelajaran, 90% anak SDN Bintaos
tertarik belajar dengan menggunakan media pembelajaran videoscribe

Dampak yang Dicapai


Salah satu masalah yang ada di SDN Bintaos adalah rendahnya minat
belajar. Rendahnya minat belajar siswa SDN Bintaos salah satu penyebabnya
adalah penyalahgunaan penggunaan HP.HP digunakan untuk bermain games
dan konten yang tidak bermanfaat. Anak zaman now tidak bisa lepas dari
HP sehingga waktu anak tersita untuk HP. Pembelajaran yang dilakukan
guru masih konvensional. Guru masih menggunakan metode dan media
konvensional yaitu menggunakan buku dan kapur. Untuk membangkitkan
minat belajar siswa SDN Bintaos kepala sekolah dan guru mencari terobosan,
bagaimana caranya membangkitkan minat belajar tetapi anak tetap tidak
lepas dari HP.
Kepala sekolah dan guru belajar bersama membuat media pembelajaran
videoscribe. Caranya materi pelajaran ASEAN dibuat Videoscribe. Kemudian
hasilnya disimpan dalam bentuk CD atau di flashdisk dan bisa juga di upload
79
Media Animasi Efektif
Membangkitkan Minat Belajar Siswa

di Youtube maupun facebook. Media pembelajaran videoscribe tentang


ASEAN dapat diunduh oleh seluruh siswa di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Hasilnya 90% siswa SDN Bintaos tertarik atau senang
belajarnya dengan menggunakan videoscribe. Jadi minat belajar siswa
meningkat.

Rekomendasi dan Saran


Setiap kepala sekolah maupun guru wajib menguasai menguasai aplikasi
sparkol videoscribe. Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Dasar dan
Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan memfasilitasi adanya
group atau kelompok guru untuk mewadahi media pembelajaran videoscribe.
Kegiatan pembuatan media pembelajaran videoscribe dapat dilakukan pada
forum kegiatan KKG di sekolah maupun gugus.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Direktorat Pembinaan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan yang telah merekrut, memfasilitasi kegiatan
lokakarya penulisan buku karya kreatif kepala sekolah dan pengawas
pendidikan dasar dan menengah.

Daftar Pustaka
Anisah. 2011. Teori Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Denny Setiawan 2016. Komputer dan Media Pembelajaran. Jakarta. UT
Jamal Makmur Asmani. 2015. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan
Inovatif. Yogyakarta: Diva Press
Rob Phillips. 1997. The Developers Handbook to Interactive Multimedia.
Stirling.USA
Sunaryo Sunarto.2005, Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif
Mata Kuliah Tatahidang, Yogyakarta. Innoteks UNY
http://www.dictionary.com/browse/interest
http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/minat-belajar.html
https://gurudigital.id/pengertian-contoh-dan-software-pembuat-media-
pembelajaran-interaktif/
https://mohammadnovanwordpr.wordpress.com/2016/05/02/sparkol-
videoscribe-video-animasi-keren-dengan-sparkol/
Layanan Pendidikan Inklusi
Terintegrasi Sekolah Ramah Anak

Siyam Mardini, M.Pd.


SD Negeri Giwangan
DI Yogyakarta

A. Layanan Inklusi di SD Negeri Giwangan


SD Negeri Giwangan merupakan sekolah penyelenggara pendidikan
inklusi di Kota Yogyakarta. Layanan terhadap siswa berkebutuhan khusus
masih perlu ditingkatkan dan perlu ada perubahan yang lebih baik.
Siswa berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran dijadikan satu
kelasterpisah dengan siswa reguler. Mereka sulit bergaul dengan teman
reguler. Keadaan siswa berkebutuhan khusus saat ini : autis 1 siswa, grahita 7
siswa, tuna rungu 1 siswa, hiperaktif 5 siswa, dan tuna wicara 1 siswa. Siswa
berkebutuhan khusus lebih banyak menyendiri dan diam. Kondisi tersebut
perlu dicari solusinya, sehingga akan kita kupas cara mengimplementasikan
pendidikan inklusi terintegrasi dalam mewujudkan Sekolah Ramah Anak di
SD Negeri Giwangan. Tujuan yang diharapkan supaya kita mengetahui cara
mengimplementasikan pendidikan inklusi terintegrasi dalam mewujudkan
Sekolah Ramah Anak di SD Negeri Giwangan.
82
Success Story
Kepala Sekolah SD

Sekolah inklusi bukanlah Sekolah Luar Biasa (SLB), tetapi sekolah yang
menampung siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus belajar bersama
dalam satu atap. Kurikulum SLB berbeda dengan sekolah inklusi, tetapi
kurikulum SLB dapat dimodifikasidigunakan di sekolah inklusi, maka SD
Negeri Giwangan melakukan modifikasi kurikulum.

B. Inovasi Mewujudkan Sekolah Ramah Anak


Perlu adanya kerja sama antara warga sekolah dan pihak lain yang
dapat memberi kontribusi positif dalam mewujudkan Sekolah Ramah Anak
dengan cara membentuk Tim Ramah Anak dan Club Loving Kids.Tim Ramah
Anak mempunyai tugas melaksanakan program ramah anak di sekolah
dan mengawasi tercapainya program tersebut. Tim Ramah Anak terdiri
guru dan komite. Club Loving Kids membantu siswa berkebutuhan khusus
dalam berinteraksi dan belajar di sekolah. Siswa yang tergabung dalam club
merupakan pionner atau pelopor ramah anak.
Tim Ramah Anak memfasilitasi komunikasi yang baik antara guru
kelas, Guru Pendamping Khusus dan orang tua siswa berkebutuhankhusus
dalam penyusunan Program Pembelajaran Individual (PPI). Setiap siswa
berkebutuhankhusus memerlukan PPI yang dijadikan pedoman guru kelas
mendampingi siswa berkebutuhan khusus dalam belajar. Pada setiap
kegiatan dan proses pembelajaran pionner dimasukkan dalam kelompok
dan bertanggung jawab membantu siswa berkebutuhan khusus. Tim Ramah
Anak, guru kelas maupun guru pendamping melakukan bimbingan dan
pendampingan selama kegiatan berlangsung. Penempatan duduk siswa
berkebutuhan khusus di dekat guru atau bersebelahan dengan pionner.
Kegiatan disesuaikan dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus.
Program ramah anak yang telah disusun dilaksanakan terintegrasi
dalam kegiatan ekstrakurikuler, apel pagi, dan pembelajaran oleh guru kelas.
Program yang dilakukan yaitu: memperkenalkan kesehatan mental siswa,
menjelaskan pendidikan seks, menjelaskan bahaya narkoba, membentuk
duta antibullying, menerapkan dukungan perilaku positif di rumah, dan
menggunakan universal design learning.
Program ramah anak terintegrasi dalam kegiatan ekstrakurikuler pilihan
dilaksanakan setiap hari Selasa dan Jumat, sedangkan ekstrakurikuler wajib
dilaksanakan setelah jam belajar efektif disesuaikan jadwal kelas.Supaya
sasaran kegiatan tercapai maka dilakukan melalui permainan kelompok,
tugas kelompok, diskusi kelompok, curah pendapat, bermain peran, praktik
83
Layanan Pendidikan Inklusi
Terintegrasi Sekolah Ramah Anak

dan simulasi. Kegiatan apel pagi setiap hari Selasa, Rabu, dan Kamis dengan
jadwal digilir. Materi apel pagi diarahkan untuk penumbuhan karakter siswa.
Jadwal apel pagi : Selasa kelas 1 dan 2, hari Rabu kelas 3 dan 4, hari Kamis
kelas 5 dan 6.
Pada saat pramuka, kegiatan yang bisa diintegrasikan yaitu menjelaskan
kesehatan mental, cara integrasi dengan membentuk kelompok masing-
masing terdiri dari 5-6 siswa. Kegiatan yang dilakukan berupa permainan,
simulasi, bermain peran, dan tali temali. Contoh, permainan yang dapat
diintegrasikan dalam pramuka harus mendidik kemandirian, rela berkorban
dan semangat gotong royong. Permainan kucing diperankan oleh siswa
berkebutuhan khusus dan tikus diperankan oleh siswa reguler. Diakhir
permainan kucing dan tikus bersahabat, guru memberi penguatan.
Ekstrakurikuler komputer mengintegrasikan bahaya narkoba. Kegiatan
yang bisa diintegrasikan yaitu menonton video, menulis cerita, dan
menggambar. Guru menempatkan siswa berkebutuhan khusus di deretan
paling depan. Siswa menyaksikan pemutaran video bahaya narkoba, kemudian
siswa diminta memberi tanggapan. Kegiatan menulis dan menggambar
membuat poster, kaligrafi, dan majalah dinding.
Ekstrakurikuler Taman Pendidikan Al-Qur’an mengintegrasikan program
pendidikan seks, kegiatan malalui bermain peran dan praktik sholat
berjamaah. Guru menugaskan pionner menjadi imam dalam sholat. Siswa
berkebutuhan khusus melakukan iqomah, guru menjelaskan cara sholat
berjamaah, saf sholat depan laki-laki saf belakang untuk perempuan.
Ekstrakurikuler pencak silat mengintegrasikan program membentuk
duta antibullying. Pionner menjadi duta antibullying, melakukan latihan
dalam kelompok kemudian pindah di kelompok lain, latihan dibimbing guru
silat.
Guru kelas melakukan universal design learning. Desain pembelajaran
di kelas guru melakukan 2 cara, yaitu selama proses pembelajaran siswa
berkebutuhan khusus didudukkan di dekat guru dan siswa berkebutuhan
khusus didekatkan dengan pionner. Guru dan pionner berkelobarasi
membantu siswa berkebutuhan khusus selama belajar.
Setiap kegiatan siswa berkebutuhan khusus diberi kesempatan seluas-
luasnya untuk berekspresi, berinteraksi, dan berkomunikasi. Cara melakukan
kegiatan, tim ramah anak memberikan informasi secara bersama, kemudian
siswa berkebutuhan khusus dimasukkan dalam kelompok siswa reguler.
84
Success Story
Kepala Sekolah SD

Informasi berisi tugas yang harus dilakukan oleh kelompok dengan melibatkan
siswa berkebutuhan khusus dalam kelompok. Siswa berkebutuhan khusus
diberi kesempatan tampil lebih dulu, siswa reguler tampil diakhir kegiatan
untuk memberi masukan dan contoh.
Pada hari tertentu yang sudah dijadwalkan, kegiatan siswa bersama Tim
Ramah Anak mengikuti apel pagi yang dipimpin oleh kepala sekolah. Apel pagi
dilakukan kurang lebih 15 menit untuk mengkondisikan siswa terkait dengan
penumbuhan karakter siswa. Kepala sekolah memberi penjelasan atau
pengarahan terkait penumbuhan karakter ramah anak. Tugas selanjutnya
siswa menyirami tanaman, mencabut rumput, dan menyapu teras depan
kelas. Kegiatan saling interaksi ini dimanfaatkan oleh kepala sekolah untuk
memantau dan menggali lebih dalam terkait interaksi antar siswa. Pada saat
apel pagi didampingi guru kelas, Guru Pendamping Khusus, dan salah satu
Tim Ramah Anak.
Pada awal diintegrasikan muncul hambatan, antara lain: siswa
berkebutuhan khusus malu, salah satu orang tua siswa reguler menyampaikan
keberatan dan belum semua guru menyusun materi serta penilaian untuk
siswa berkebutuhan khusus. Solusi untuk mengatasi hambatan tersebut yaitu
siswa berkebutuhan khusus dan pionner penempatan duduk di depan meja
guru dan mudah dijangkau oleh guru, melakukan komunikasi dua arah kepada
orang tua siswa reguler menjelaskan pentingnya nilai-nilai karakter belajar
menjadi pemimpin, dan melakukan workshop penyusunan PPI bersama guru,
orang tua siswa berkebutuhan khusus dan Guru Pendamping Kkusus.
Kegiatan terintegrasi diimplementasikan secara berulang-ulang melalui
proses panjang karena membutuhkan waktu lama. Perlu dilakukan secara
terus menerus dan berkesinambungan sesuai rencana. Setiap kegiatan selalu
ada evaluasi bersama antara Tim Ramah Anak, guru, dan kepala sekolah. Hasil
evaluasi ditindaklanjuti untuk dilakukan program yang sama tetapi dengan
variasi kegiatan. Hasil yang dicapai yaitu siswa reguler tumbuh rasa peduli
terhadap siswa berkebutuhan khusus dengan berlomba-lomba membantu
dalam kegiatan maupun belajar, pada awalnya siswa berkebutuhan khusus
belum membaur tetapi akhirnya bisa interaksi dengan siswa reguler, guru
yang belum melakukan integrasi akhirnya semua guru mampu, dan rasa
humanisme antar siswa tumbuh.
85
Layanan Pendidikan Inklusi
Terintegrasi Sekolah Ramah Anak

Gambar 1. Siswa dan guru kelas 6 Gambar 2. Penugasan pada kegiatan


melakukan pembelajaran terintegrasi pramuka dalam kelompok ada siswa
pada mata pelajaran Matematika berkebutuhan khusus

Gambar 3. Kegiatan apel pagi


menumbuhkan karakter siswa

C. Dampak Implementasi
Dampak implementasi pendidikan inklusi terintegrasi yaitu sekolah
dapat memberi layanan kepada siswa berkebutuhan khusus sesuai capaian
belajarnya dan tidak ada lagi diskriminasi dalam pemberian layanan.
Siswa berkebutuhan khusus mampu berekspresi dan berprestasi bersama
siswa reguler lainnya. Prestasi sekolah, kepala sekolah, guru, dan siswa
meningkat.
Berdasarkan uraian di atas sangat jelas bahwa perubahan yang terjadi di
SD Negeri Giwangan sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan pengelolaan dalam
pembelajaran dan kegiatan lainnya yang belum ramah anak menjadi ramah
anak. Siswa berkebutuhan khusus sudah tidak lagi belajar terpisah dengan
siswa reguler tetapi mereka dapat belajar bersama di dalam kelas. Pada
kegiatan lainnya seperti ekstrakurikuler dan bermain, siswa berkebutuhan
86
Success Story
Kepala Sekolah SD

khusus sudah membaur bersama dengan siswa reguler. Artinya, sudah tidak
ada diskriminasi lagi terhadap siswa berkebutuhan khusus. Proses belajar
dan kegiatan lainnya diselaraskan dengan kondisi dan capaian belajar siswa.
Tentunya untuk mencapai kondisi di atas perlu proses dan waktu
panjang, sehingga perlu adanya rencana/program, evaluasi, dan tindak
lanjut yang jelas. Secara internal di sekolah perlu ada kerjasama yang baik
antara sekolah, orang tua siswa, dan komite. Sekolah juga perlu melakukan
kemitraan dengan pihak lain. Layanan Pendidikan Inklusi Terintegrasi dalam
mewujudkan Sekolah Ramah Anak dapat terwujud dengan cara membentuk
Tim Ramah Anak dan Club Loving Kids. Tim tersebut menyusun kegiatan
dan melaksanakan kegiatan yang terintegrasi didalamnya. Program yang
terintegrasi yaitu memperkenalkan kesehatan mental siswa dan menjelaskan
pendidikan seks, menjelaskan bahaya narkoba, membentuk duta antibullying,
menerapkan dukungan perilaku positif di rumah, dan menggunakan universal
design learning. Proses pendidikan terintegrasi di SD Negeri Giwangan ,
siswa berkebutuhan khusus dimasukkan ke kelas sesuai kelas masing-masing.
Pionner dimasukkan dalam setiap kegiatan bersama siswa berkebutuhan
khusus.
Keberhasilan SD Negeri Giwangan mengimplementasikan pendidikan
inklusi terintegrasi untuk mewujudkan Sekolah Ramah Anak dapat menjadi
rujukan bagi sekolah-sekolah lain. Keberhasilan ini perlu direkomendasikan
kepada Guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah. Guru mempunyai peran
dan andil yang besar dalam mengukur berhasil tidaknya suatu proses belajar.
Peran guru sangat dibutuhkan dalam mendampingi siswa berkebutuhan
khusus. Kesabaran dan keuletan guru akan mendorong semangat siswa
berkebutuhan khusus untuk senang belajar. Guru harus menumbuhkan
kemampuan belajar siswa berkebutuhan khusus. Kepala sekolah menyusun
rencana program sebagai dasar pengambilan kebijakan terkait pemenuhan
standar minimal di sekolah, anggaran dan kurikulum sekolah khususnya
untuk meningkatkan mutu layanan siswa berkebutuhan khusus. Pengawas
sekolah memberi dorongan dan pemantauan terkait kinerja guru dan kepala
sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah. Hasil pemantauan oleh pengawas
menjadi bahan pembinaan bagi sekolah. Pembinaan sangat dibutuhkan
sekolah untuk meningkatkan mutu dan layanan sekolah kepada masyarakat.
Pengawas melakukan supervisi kepada kepala sekolah dan guru.
87
Layanan Pendidikan Inklusi
Terintegrasi Sekolah Ramah Anak

Keberhasilan ini tidak lepas dari peran berbagai pihak, sehingga ucapan
terima kasih ditujukan kepada: Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Dinas
Pendidikan Pemuda, dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta, Rumah Sakit
Wirosaban Yogyakarta, Badan Kepegawaian Daerah Yogyakarta, Universitas
Negeri Yogyakarta, Komisi Perlindungan Anak, Kantor Pemberdayaan dan
Perlindungan Anak Kota Yogyakarta, dan Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan Dasar, dan Menengah Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan.

Daftar Pustaka
Bandi Delphie. (2009). Psikologi Perkembangan (Anak Berkebutuhan Khusus).
Klaten : PT Intan Sejati
Direktorat PLB. (2010). Mengelola kelas Inklusif dengan Pembelajaran yang
Ramah. Jakarta: Direktorat PL
Kementrian Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan Anak. 2015.
Panduan Sekolah Ramah Anak. Jakarta: Deputi Tumbuh Kembang Anak
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan
Khusus.2014 . Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Dirjen
Dikdas.
Mudjito, Dr., dkk. (2012). Pendidikan Inklusif. Jakarta : Baduose Media
Mudjiyanto, dkk. (2013). Modul Pelatihan Pendidikan Peraturan Gubernur
DIY No. 21 tahun tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Inklusi
Peraturan Menteri Pendidikan No.70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusi
Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Keserdasan dan/atau
Bakat Istimewa.Inklusif. Jakarta: Kemendikbud
Munif Chotib. (2009). Sekolahnya Manusia. Bandung : PT Mizan Pustaka
UNESCO. (2006). Tulkit LIRP- Merangkul Perbedaan : Perangkat untuk
Mengembangkan Lingkungan Inklusif Ramah terhadap Pembelajaran.
Indonesia: IDPN Indonesia
Undang-undang No.5 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Strategi Super HOKi Meningkatkan
Kinerja Guru dalam Mengelola Proses
Pembelajaran Kurikulum 2013
di SDN Ungaran 01

Sri Dwi Winarsih, S.Pd, M.Pd.


SDN Ungaran 01
Jawa Tengah

Kinerja guru akan dipertanyakan masyarakat apabila hasil lulusan


sekolah tidak bermutu. Hasil US/USBN rendah dibandingkan dengan sekolah
lain dalam satu wilayah. Hal ini karena guru dikondisikan sebagai ujung
tombak dalam pelaksanaan proses pembelajaran termasuk proses ujian.
Sorotan utama tertuju pada ketidakmampuan guru dalam pelaksanaan
proses pembelajaran.
Kinerja guru profesional antara lain melakukan perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian hasil
pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
kompetensi lulusan. Guru harus mampu mengelola proses pembelajaran
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kepala Sekolah berperan memberikan pengarahan, bimbingan, motivasi
dan pembinaan pada pendidik dan tenaga kependidikan, juga mensinergikan
semua komponen yang dimiliki sekolah untuk mendorong dan meningkatkan
90
Success Story
Kepala Sekolah SD

kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Selain itu harus mampu menjalin
kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengelola sumberdaya pendidikan,
membina kemampuan profesional guru, dan tenaga kependidikan secara
maksimal. Target utamanya adalah meningkatnya kinerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran yang ditunjukkan melalui kualitas lulusan
peserta didik.
Permasalahan yang terjadi di SD Negeri Ungaran 01 yang ditunjuk
sebagai Sekolah Dasar Rujukan Tahun 2016, belum mampu menunjukkan
keunggulannya di bidang akademik maupun non akademik. Berdasar hasil
pantauan yang dilakukan kepala sekolah, yang menjadi penyebab utamanya
adalah guru kurang mampu dalam mengelola proses pembelajaran yang
berisi kegiatan-kegiatan yang menantang peserta didik untuk berpikir kritis
dalam memecahkan masalah.
Tujuan dari kegiatan ini untuk mendapatkan data tentang kinerja
guru dalam mengelola proses pembelajaran Kurikulum 2013. Setelah data
diperoleh kepala sekolah baru dapat mengambil langkah-langkah tindakan
untuk membantu, membimbing dan mendampingi guru dalam menjalankan
kewajibannya serta meningkatkan kinerjanya.
Data awal yang diperoleh Kepala Sekolah ketika melakukan pemantauan,
kunjungan dan observasi kelas, serta diskusi dengan guru kelas dibuat
rangkuman. Dari hasil tersebut dianalisis dan ditentukan yang harus segera
diberi tindakan. Kemudian diputuskan “kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran” harus segera dilakukan tindakan. Guru masih lemah dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran Kurikulum
2013.
Kepala Sekolah segera menyusun strategi untuk membantu guru
meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan permasalahan yang ada, Strategi
yang kami pilih adalah Supervisi Akademik dengan Teknik HOKi (Super
HOKi), dengan kegiatan penyusunan perencanaan, pelaksanaan, observasi
dan Evaluasi serta tindak lanjut diharapkan dapat mengatasi permasalahan
tersebut.“Strategi Super HOKi” untuk meningkatkan kinerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran Kurikulum 2013 dan berdampak pada
prestasi siswa dalam perolehan nilai US/USBN, lomba akademik dan non
akademik juga meningkatkan prestasi lomba sekolah sampai juara nasional.
Strategi SuperHOKi berasal dari kata Super kepanjangan dari Supervisi
dan HOKi artinya keberuntungan atau keberhasilan. Bisa diartikan melalui
supervisi akademik oleh kepala sekolah, guru-guru berhasil meningkatkan
kinerjanya. Arti lainnya adalah HOKi dari huruf H = Hadir, artinya Kepala
91
Strategi Super HOKi Meningkatkan Kinerja Guru dalam Mengelola Proses
Pembelajaran Kurikulum 2013 di SDN Ungaran 01

Sekolah Hadir di tengah-tengah guru untuk membantu, membimbing,


mengarahkan dan membina guru dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi. O = Oportunity artinya mengidentifikasi peluang (Oportunity) yang
ada. Kepala Sekolah merangkum analisis kebutuhan guru dalam mengelola
proses pembelajaran K 2013. Ki = Kinerja artinya Kepala Sekolah meningkatkan
Kinerja professional guru melalui Supervisi Akademik yang berupa bimbingan/
arahan, pembinaan untuk dua orang guru atau lebih yang mempunyai
permasalahan yang serupa dalam mengelola proses pembelajaran.
Pelaksanaan kegiatan Strategi Super HOKi dengan cara Kepala Sekolah
menyusun program kegiatan dan jadwal supervisi, yang berupa perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. Pada kegiatan awal, Kepala Sekolah
mendampingi guru secara umum maupun kelompok untuk merencanakan
proses pembelajaran dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) sesuai Silabus. RPP dibuat kemudian dilakukan pelaksanaan tindakan
yaitu melaksanakan proses pembelajaran yang variatif dan menantang
melalui kegiatan KBM tatap muka di dalam kelas, KBM di luar kelas dalam
lingkungan sekolah (taman, halaman, kebun), KBM dengan sumber belajar
di sekolah (Perpus, Lab. IPA, Lab. Bhs, Lab. Komputer, internet wifi), KBM
mendatangi sumber belajar di luar sekolah (seni budaya, peninggalan sejarah,
industri). Berikut gambar KBM yang kami lakukan:

Gambar 1. Kegiatan Belajar Mengajar di dalam dan luar sekolah


92
Success Story
Kepala Sekolah SD

Selain kegiatan belajar mengajar, kami juga memberikan perhatian secara


khusus pada Pembinaan Pendidikan Keluarga (Bindikel)dengan kegiatan Hari
pertama masuk sekolah, Kelas Inspirasi dengan mendatangkan narasumber
inspiratif antara lain polisi, PLN, jaksa, dokter, tentara juga alumni. Kelas
Parenting dengan cara mendatangkan orang tua siswa ke sekolah untuk
menerima masukan, sharing dari guru dan Tim Bindikel tentang pendidikan
anak. Dan yang terakhir Pentas Seni dan Pameran Hasil Karya Siswa yang
biasanya dilaksanakan di akhir tahun pelajaran. Untuk meningkatkan minat
baca siswa secara lesan maupun tulisan, kami juga membuat program Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) dengan kegiatan membaca buku non teks selama 15
menit di sudut baca kelas sebelum Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di mulai.
Menulis puisi, cerpen, sinopsis di mana hasilnya dimuat di majalah dinding
sekolah/kelas, di Perpustakaan dan diikut sertakan dalam lomba, termasuk
juga bercerita secara lisan maupun dengan gambar.
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) juga kami lakukan untuk
membentuk karakter siswa melalui Pendidikan Agama (BTA/PIA, Sholat
Jamaah, KhotmilQur an Kl 6), Pembiasaan (Salam 3S, berbaris, cuci tangan
pakai sabun, buang sampah pada tempatnya), Ekstrakurikuler antara lain
melalui Pramuka, kaligrafi, polcil, drumband, karate, seni tari, vokal, rebana.
PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler kami lakukan selain untuk membentuk
karakter, juga untuk mengembangkan bakat dan minat siswa.
Dari semua kegiatan yang kami lakukan kemudian kami evaluasi untuk
mengetahui hasilnya. Kekuatan maupun kelemahan strategi yang kami
lakukan didiskusikan dengan masing-masing penanggung jawab kegiatan
untuk diadakan pembenahan ke depannya. Selain itu juga kami lihat adanya
dampak positif maupun negatif yang mengiringinya.
Kinerja Guru dinilai menggunakan Instrumen Penilaian Kinerja Guru
(IPKG) dalam Perencanaan Proses Pembelajaran (IPKG 1), Pelaksanaan Proses
Pembelajaran dinilai menggunakan IPKG 2 dan Evaluasi proses pembelajaran/
penilaian hasil belajar dinilai dengan IPKG 3. Untuk mengetahui keberhasilan
atau kegagalan “Strategi Super HOKi” maka dibuat Indikator Keberhasilan.
Indikator Keberhasilan yang kami tetapkan yaitu apabila Penilaian Kinerja
Profesional Guru menjadi 89 kategori A (sangat baik), juga terjadi peningkatan
yang signifikan terhadap Prestasi siswa dalam bidang akademik dan non
akademik serta hasilUS/USBN meningkat menjadi peringkat I tingkat Kab.
Semarang.
93
Strategi Super HOKi Meningkatkan Kinerja Guru dalam Mengelola Proses
Pembelajaran Kurikulum 2013 di SDN Ungaran 01

Hasil kegiatan “Strategi Super HOKi” menunjukkan adanya peningkatan


yang signifikan dilihat dari keadaan sebelum diberi tindakan dan setelah
adanya tindakan. Rerata penilaian Kinerja Guru sebelum diberi tindakan
dan setelah dilakukan tindakan terjadi perbedaan yang mencolok. Nilai
rerata kinerja guru sebelum diberi tindakan sebesar 66.73 kategori cukup
(C), setelah diberi tindakan menjadi 92.13 kategori A (sangat bagus). Hal
ini menunjukkan kinerja guru semakin meningkat dalam mengelola proses
pembelajaran. Hasil perolehan nilai US/UASBN juga mengalami peningkatan
yang menggembirakan. Sebelum diberi tindakan pada Tahun Pelajaran
2014/2015 rerata nilai US/UASB 83.05 peringkat 10 besar tingkat Kab.
Semarang. Tahun Pelajaran 2015/2016 mulai dilakukan tindakan dan hasilnya
cukup bagus yaitu terjadi peningkatan rerata nilai US/UASBN menjadi 89.66
meraih rangking 2 (dua) tingkat Kab. Semarang. Mulai Agustus 2016 “Strategi
Super HOKi” lebih diefektifkan lagi, sehingga rerata nilai US/UASBN pada
Tahun Pelajaran 2016/2017 menjadi 91.96 dan menempati posisi terbaik
pertama untuk SD Negeri dan SD Swasta tingkat Kab. Semarang.
Prestasi Akademik dan Non Akademik dalam kegiatan lomba siswa setelah
diberi tindakan dengan “Strategi Super HOKi” juga mengalami peningkatan
yang bagus. Prestasi yang diraih siswa tidak hanya di tingkat daerah saja
tapi sampai tingkat nasional bahkan internasional. Setiap kegiatan lomba
yang diikuti selalu mendapat kejuaraan paling rendah ditingkat Kecamatan.
Namun sayang mulai Tahun pelajaran 2016/2017 banyak kegiatan lomba
yang diadakan di tingkat Kabupaten tidak dilombakan di tingkat Propinsi
maupun Nasional, sehingga peluang kami menjadi juara di tingkat Propinsi
maupun Nasional hilang, hanya menjadi juara 1 tingkat Kabupaten.
Peningkatan Kinerja Guru ternyata juga mempengaruhi kinerja tenaga
kependidikan, sehingga SDN Ungaran 01 pada tahun 2017 berhasil meraih
juara dalam lomba K3 tingkat Kabupaten Semarang. Dan mencapai puncaknya
pada tahun 2017 menjadi juara 1 tingkat Nasional dalam Lomba Sekolah
Berbudaya Mutu (LSBM) kategori Ekstrakurikuler.
Dampak dari Strategi Super HOKi yang kami laksanakan, sebagai
berikut:
1) Meningkatkan Kinerja Guru dalam mengelola proses
pembelajaran.
2) Meningkatkan prestasi siswa dalam perolehan nilai US/USBN
94
Success Story
Kepala Sekolah SD

3) Meningkatkan Prestasi siswa dalam lomba akademik dan non


akademik
4) Meningkatkan prestasi dalam lomba sekolah dari tingkat daerah
sampai Nasional.

Juara I Tingkat Nasional Lomba Sekolah Berbudaya Mutu


Kategori Ekstrakurikuler Tahun 2017 di Yogyakarta

Simpulan dari kegiatan “Strategi Super HOKi” yang diterapkan di SD


Negeri Ungaran 01 terbukti berhasil untuk meningkatkan Kinerja Guru
dalam Mengelola Proses Pembelajaran, meningkatkan prestasi siswa dalam
perolehan nilai US/USBN dan menjadi yang terbaik di tingkat Kab. Semarang,
meningkatkan Prestasi siswa dalam lomba akademik dan non akademikdari
tingkat daerah, nasional maupun internasional, serta meningkatkan prestasi
sekolah dalam lomba sekolah dari tingkat daerah sampai juara I tingkat
Nasional.
Strategi Super HOKi yang telah kami lakukan, dapat diterapkan oleh
Kepala Sekolah - kepala Sekolah yang lain dengan memberi variasi kegiatan
sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing.
Terima kasih kepada Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, yang telah memfasilitasi kami dalam penulisan buku karya
kreatif Kepala Sekolah dan Pengawas.
95
Strategi Super HOKi Meningkatkan Kinerja Guru dalam Mengelola Proses
Pembelajaran Kurikulum 2013 di SDN Ungaran 01

Referensi
Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham, 2007. Membangun Profesionalisme Guru
dan Pengawas Sekolah. Bandung: CV. Yrama Widya
Depdiknas, 2006. Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK, SD, SMP, SMA,
SMK, dan SLB. Jakarta: BP. Cipta Karya
Ditjen PMPTK, 2010. Supervisi Akademik. http:/infopendidikankitablogspot.
com
Yamin, Martinis dan Maisah, 2010. Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta: Gaung
Persada
Permendiknas No. 13 Tahun 2007. Standar Kepala Sekolah. Jurnal
Pendidikan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen. Jakarta : BP. Karya Mandiri .
..........................,2016, Permendikbud 23/2016 Tentang Standar Penilaian
Pendidikan Kurikulum 2013 Revisi
..........................,2016, Permendikbud 22/2016 Tentang Standar Proses
Kurikulum 2013
.........................,2016, Permendikbud 21/2016 Tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah
.........................,2016. Permendikbud 24/2016 Tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Kurikulum 2013
.........................,2018. Permendikbud 4/2018 Tentang Penilaian Hasil Belajar
oleh Satuan Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah
Manajemen Hati Berbasis Kearifan
Lokal Strategi Melejitkan Prestasi
dan Budaya Sekolah

Subiarto
SD Negeri 1 Banjarmangu
Banjarnegara, Jawa Tengah

Pertama ditugaskan sebagai kepala sekolah di SD Negeri 1 Banjarmangu


merasa prihatin dan tertantang. Merasa “prihatin” karena keberadaan
sekolah yang berada di kota kecamatan tetapi tidak diminati oleh masyarakat
sekitar, prestasi sekolah rendah, guru mengajar banyak menggunakan
metode ceramah, kurang kreatif dan inovatif dalam pembelajaran serta
jumlah siswa sedikit. “Tertantang” karena SD Negeri 1 Banjarmangu terletak
di jantung kota kecamatan yang di kelilingi olehUPT Dindikpora Kecamatan,
dan Kemenag Kecamatan, tapi kenyataannya, SDN Negeri 1 Banjarmangu
termasuk sekolah yang memiliki prestasi sekolah rendah sehingga kurang
diminati oleh masyarakat.
Bedasarkan hasil pengamatan, beberapa hal yang menyebabkan
rendahnya prestasi dan budaya di SD Negeri1 Banjarmangu antara lain
hubungan antarguru, guru dengan komite belum terjalin dengan baik,
prestasi peserta didik dan guru masih belum banyak diraih, budaya sekolah
dan akhlak mulia belum sepenuhnya berhasil pada anak didik, kurangnya
etos kerja, terutama dalam hal pelaksanaan tupoksi, dan belum maksimalnya
strategi pembelajaran yang digunakan guru.
98
Success Story
Kepala Sekolah SD

Manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan


sumberdaya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efesien untuk mencapai tujuan tertentu. (Hasibuan, 2001:1). Dalam suatu
manajemen, terutama manajemen lembaga pendidikan memerlukan suatu
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan untuk
mengelola dan memajukan suatu organisasi sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai, yang biasa disebut POAC yaitu Planing, organizing, actuating dan
controling.
Peran sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang
tepat untuk memberdayakan guru dan warga sekolah melalui kerjasama
atau kooperatif, memberi kesempatan kepada guru untuk meningkatkan
profesionalisme dan mendorong keterlibatan seluruh guru dalam berbagai
kegiatan yang menunjang program sekolah (Mulyasa, 2005:103).
Setiap orang memiliki hati. Hati dapat diartikan sebagai Kalbu. Dalam
artikel ini Manajemen HATI (Harmonis, Aktif, Terfokus dan Inovatif) adalah
kemampuan seorang kepala sekolah dalam menggunakan sumberdaya
secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan dengan melibatkan
berbagai unsur yang terkait dengan menjaga hubungan harmonis antarwarga
sekolah, dilaksanakan secara aktif melaksanakan program-program sekolah
yang terfokus pada tujuan tertentu yang ingin dicapai dan sudah ditetapkan
sebelumnya dan dilaksankan dengan cara yang inovatif.
Kepala Sekolah untuk dapat melaksanakan fungsi manajemen ini maka
solusi yang dilaksanakan untuk mengatasi rendahnya prestasi dan budaya
sekolah adalah dengan melaksanakan Implementasi Manajemen Hati
Berbasis Kearifan Lokal.
Prestasi merupakan bukti hasil kegiatan yang dicapai sesorang setelah
melakukan pekerjaan atau usaha. Menurut Muhibbin (2005: 141) “Prestasi
adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam sebuah  program”.
Menurut Setiyadi (2012:75) kearifan lokal merupakan adat dan kebiasaan
yang telah mentradisi dilakukan oleh sekelompok masyarakat secara turun
temurun yang hingga saat ini masih dipertahankan keberadaannnya oleh
masyarakat hukum adat tertentu di daerah tertentu. Kearifan lokal yang
dimaksud di sini adalah kultur budaya yang ada di daerah setempat dan
digunakan sebagai alat dalam mempengaruhi seseorang secara halus dan
bijaksana. Dalam kontek best practice ini strategi yang digunakan untuk
mempengaruhi orang dewasa dengan pendekatan filosofi “Ngono Yo Ngono
99
Manajemen HATI Berbasis Kearifan Lokal
Strategi Melejitkan Prestasi dan Budaya Sekolah

Ning Ojo Ngono” maksudnya kalau kita melakukan sesuatu itu hendaknya
secara wajar, jangan melebihi dan berlebihan. Artinya sederhana dan
seperlunya saja.
Kegiatan manajemen ini diharapkan dapat menentukan langkah-
langkah implementasi manajemen hati berbasis kearifan lokal sebagai
strategi melejitkan prestasi dan budaya sekolah di SD Negeri 1 Banjarmangu,
dan mendeskripsikan hasil implementasi manajemen hati berbasis kearifan
lokal sebagai strategi melejitkan prestasi dan budaya sekolah di SD Negeri 1
Banjarmangu.

Strategi Inovasi Manajemen HATI Berbasis


Kearifan Lokal
Dalam pemecahan masalah yang terjadi sebagaimana terungkap di
atas, sebagai kepala sekolah SD Negeri 1 Banjarmangu melakukan inovasi
penerapan manajemen hati berbasis kearifan lokal dengan prioritas utama
pelibatan guru dan komite sekolah dalam perencanaan program dan
pemberdayaan guru secara optimal dalam pelaksanaannya.
Manajemen hati berbasis kearifan lokal adalah suatu pendekatan
dalam menjalankan tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengendalian sumber daya manusia dan sumberdaya
lainnya melalui strategi yang digunakan untuk mempengaruhi orang dewasa
dengan pendekatan filosofi “Ngono Yo Ngono Ning Ojo Ngono” maksudnya
kalau kita melakukan sesuatu itu hendaknya secara wajar, jangan melebihi
dan berlebihan. Konsep ini merujuk kearifan lokal yang sudah ada seperti
konsep Ki Hajar Dewantoro “Ing ngarso sung tuladha ing madyo mangun
karso tut wuri handayani.”
Manajemen yang diimplementasikan di sekolah ini untuk melejitkan
prestasi dan budaya sekolah adalah Manajemen HATI (Harmonis, Aktif,
Terfokus dan Inovatif).
Harmonis yaitu bersangkut paut dengan (mengenai) harmoni; seia sekata.
(KBBI, 2008). Harmonis dalam hal ini adalah penciptaan iklim sekolah yang
kondusif dan seia sekata sehingga memudahkan komunikasi dan kerjasama
antar warga sekolah. Aktif adalah giat (bekerja, berusaha). (KBBI, 2008) Aktif
dalam hal ini kepala sekolah beserta warga sekolah lainnya giat bekerja dan
berusaha sesuai dengan tugasnya. Terfokus yaitu terpusat. (KBBI, 2008).
Terfokus dalam hal ini kepala sekolah dan warga sekolah lainnya menentukan
100
Success Story
Kepala Sekolah SD

tujuan sebagai sasaran keberhasilan. Langkah-langkah yang diambil bermuara


pada satu fokus, yaitu tujuan yang telah ditetapkan bersama. Inovatif yaitu
bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru; bersifat pembaruan (KBBI,
2008). Dalam hal ini Inovatif diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
mendayagunakan kemampuan dan keahlian untuk menghasilkan karya
baru.
Manajemen Hati berbasis kearifan lokal sebagai aletrnatif pemecahan
masalah dengan pertimbangan sebagai berikut: Manajemen ini melibatkan
seluruh warga sekolah sesuai porsinya masing-masing sehingga semua orang
memberikan andil pada prestasi sekolah, manajemen ini menekankan pada
karakter dan budaya yang kuat dalam menjaga hubungan sesama warga
sekolah untuk menciptakan iklim yang kondusif dengan pendekatan budaya
lokal, dan manajemen ini memberikan kesempurnaan atas kekurangan yang
dimiliki oleh warga sekolah dengan saling mengisi dan melengkapi.
Hal inilah yang mendasari penulis untuk mengimplementasikan
manajemen hati berbasis kearifan lokal dalam mengelola SDN 1 Banjarmangu
untuk melejitkan prestasi dan budaya sekolah.

Implementasi Strategi
Tahapan Implementasi manajenen HATI (Harmonis, Aktif, Terfokus dan
Inovatif) Berbasis kearifan Lokal: Perencanaan, pada tahap ini mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman dari sumber daya sekolah,
personil sekolah, kinerja dan hasil-hasil yang dicapai peserta didik dan guru,
membentuk Team Work yang solid, pertemuan dengan Team Work dalam
menyusun program sekolah, mensosialisasikan program sekolah pada semua
warga sekolah dan masyarakat.
Pelaksanaan Program, tahapan ini dilakukan dengan
mengimplementasikan manajemen HATI Berbasis Kearifan lokal. Kegiatan
ini dilakukan dengan kontrol terus menerus dari kepala sekolah. Hal yang
diimplementasikan sebagai berikut: Menjaga suasana kondusif dan harmonis
antar warga sekolah, mengaktifkan semua warga sekolah untuk melaksanakan
program sekolah. Strategi yang digunakan untuk mempengaruhi orang
dewasa dengan pendekatan filosofi “Ngono Yo Ngono Ning Ojo Ngono”
maksudnya kalau kita melakukan sesuatu itu hendaknya secara wajar, jangan
melebihi dan berlebihan. Artinya sederhana dan seperlunya saja, Mendorong
dan memotivasi kepada warga sekolah untuk melaksanakan program dan
101
Manajemen HATI Berbasis Kearifan Lokal
Strategi Melejitkan Prestasi dan Budaya Sekolah

fokus pada tujuan yang akan dicapai dan telah ditetapkan bersama, dan
melaksanakan kegiatan secara inovatif dalam pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang akan dicapai.
Mengevaluasi Pelaksanaan program. Tahapan ini dilakukan untuk
mengetahui efektivitas pelaksanaan program dan ketercapaian hasil secara
berkala

Hasil yang Dicapai


Hasil yang dicapai setelah penerapan
manajemen HATI berbasis kearifan lokal di
SD Negeri 1 Banjarmangu adalah: Pertama,
terbentuknya Team Work yang solid.
Penerapan manajemen HATI menjadikan
keterbukaan antar teman sejawat, antara
kepala sekolah dengan guru, antara guru
dengan siswa mulai kelihatan dan lama
kelamaan menjadi sebuah budaya dan
terbentuknya team work yang solid.
Kedua, terjalinnya kerjasama yang Gambar 1. Team Work Guru dan
sinergis. Penerapan manajemen hati, Karyawan
membuat kerjasama antar guru, komite
dan dinas pendidikan terjalin dengan
baik. Terjalinnya kerjasama yang baik banyak muncul ide-ide kreatif dari
warga sekolah utamanya guru dan komite sekolah sehingga tersusunlah
program sekolah selaras dengan
visi misi sekolah. Program-
program itulah yang dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan
penyelenggaraan pendidikan.
Sehingga penyelenggaraan
berjalan secara terarah menuju
peningkatan mutu. Program ini
bukan hanya disusun sebelum
dilaksanakan, tetapi juga
disosialisasikan, dilaksanakan dan
diadakan evaluasi.
Gambar 2. Seragam Sumbangan
Orang Tua Siswa
102
Success Story
Kepala Sekolah SD

Ketiga, meningkatkan kinerja


guru dalam proses pembelajaran.
Pelaksanaan manajemen Hati
dapat mengoptimalisasikan
kinerja guru, staf, karyawan, di
SD Negeri 1 Banjarmangu. Hasil
penerapan manajemen Hati
berdampak pada perubahan
perilaku berupa tanggung jawab,
kedisiplinan, saling membantu,
keseriusan, rajin, tertib, semangat
Gambar 3. Guru Mengajar melaksanakan kegiatan, kreatif
Menggunakan Media Pembelajaran dan Inovatif dalam pembelajaran.

Keempat, prestasi sekolah meningkat. Hasil dari sebuah upaya tersebut


tidak sia-sia. Prestasi guru dan siswa diraih dalam berbagai lomba. Penerapan
manajemen Hati membawa perubahan pola pikir ke arah yang lebih maju
kepada warga sekolah, sehingga berdampak yang signifikan dalam perolehan
prestasi akademik dan nonakademik. Untuk guru menjadi juara 1 pembuatan
alat peraga tingkat kecamatan dan Juara 1 Tingkat kabupaten, kepala sekolah
juara I best practice Jateng-DIY dan kelompok terbaik III lomba Feature
Nasional.
Berdasarkan data kejuaran yang diperoleh siswa tahun 2015 ada 20
kejuaran tingkat kecamatan dan untuk kabupaten 4 kejuaraan. Pada tahun
2016 ada 22 kejuaraan tingkat kecamatan dan 4 kejuaran tingkat kabupaten.
Tahun 2017 ada 23 kejuaraan kecamatan, 2 kejuaraan kabupaten dan 2
kejuaraan Provinsi dan tahun 2018 ada 17 kecamatan dan 2 kejuaraan
Kabupaten
Kelima budaya sekolah meningkat. Kegiatan pembiasaan yang
dilaksanakan meliputi: selamat pagi Indonesiaku, budaya salam, sapa,
senyum, sopan dan santun, budaya hidup bersih, budaya hidup sehat, budaya
gemar membaca, budaya belajar berbasis lingkungan, dan Budaya Lisa dan
Bu Tesa (Lihat sampah ambil dan buang tempat sampah).
Ada beberapa faktor pendukung implementasi manajemen hati berbasis
kearifan lokal di antaranya: Guru memiliki kemauan dan semangat yang
tinggi untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif, Komite Sekolah dan
orang tua peserta didik mendukung program sekolah, Pengawas dan kepala
103
Manajemen HATI Berbasis Kearifan Lokal
Strategi Melejitkan Prestasi dan Budaya Sekolah

UPTD mempunyai kepedulian yang tinggi dalam memberikan dukungan dan


membina sekolah binaannya. khususnya dalam manajemen, dan terjalinnya
kerjasama yang erat dengan teman sejawat dalam melaksanakan tugasnya.
Pelaksanaan manajemen hati berbasis kearifan lokal yang telah
dilaksanakan bukan berarti berjalan mulus tanpa hambatan, ada beberapa
hambatan yang dialami yaitu adanya guru yang menghambat kerjasama dan
kebersaman dan kedisipinan guru dan karyawan tidak semuanya tinggi.
Dampak dari penerapan manajemen hati berbasis kearifan lokal adalah
meningkatnya jumlah peserta didik setiap tahun, meningkatnya kepercayaan
masyarakat terhadap sekolah untuk menyekolahkan anaknya, meningkatnya
partisipasi, dan dukungan komite dan orang tua siswa ke sekolah terhadap
program sekolah.
Alternatif Pengembangan yang dapat di laksanakan yaitu merumuskan
kembali target pencapaian prestasi sekolah yang lebih tinggi pada tingkat
kabupaten dan provinsi, implementasi Manajemen Hati berbasis Kearifan
lokal dapat digunakan dalam berbagai program sekolah dan dapat diterapkan
oleh siapapun, dan mendesiminasikan kegiatan manjemen hati berbasis
kearifan lokal dan di kembangkan di tingkan KKKS Kecamatan Banjarmangu
Berdasarkan pembahasan dan analisis pelaksanaan manajemen hati
berbasis kearifan lokal diSD Negeri 1 Banjarmangu dapat disimpulkan:
Implementasi Manajemen Hati berbasis kearifan lokal dilaksanakan melalui
langkah-langkah melakukan analisis SWOT, membentuk team work yang
solid, menyusun program sekolah, mensosialisasikan program, melaksanakan
program manajemen hati, dan mengevauasi program.Hasil dari implementasi
manajemen hati berbasis kearifan lokal di SDN 1 Banjarmangu, adalah:
terbentuknya teamwork dan kesadaran warga sekolah untuk merasa memiliki
sekolah, terjalinnya kerjasama yang sinergis, meningkatnya kinerja guru
dalam proses pembelajaran, meningkatnya prestasi guru dan peserta didik
baik bidang akademik maupun nonakademik, dan perubahan perilaku warga
sekolah untuk mengembangkan budaya sekolah.
Manajemen hati berbasis kearifan lokal dapat dijadikan salah satu
alternatif para kepala sekolah untuk melejitkan prestasi dan budaya
sekolah.Pengawas dapat memberikan rekomendasi kepada kepala sekolah
dalam mengatasi permasalahan rendahnya prestasi sekolah dan budaya
melalui manajemen hati berbasis kearifan lokal. Kepada guru diharapkan
lebih meningkatkan kinerja guna meraih prestasi diri dan peserta didik.
104
Success Story
Kepala Sekolah SD

Kepala sekolah lain yang memiliki kesamaan visi dapat untuk mencoba
mengimpelentasikan manajemen hati berbasis kearifan lokal di sekolah
masing-masing untuk menuju prestasi yang tinggi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penulisan artikel ini, antara lain kepada Direktorat
Pembinaan Tenaga kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan yang memberi kepercayaan
dan kesempatan untuk ikut menulis serta memuat artikel dalam buku,
Narasumber yang dengan tulus telah membimbing dan mengarahkan penulis
dalam menyelesaikan artikel ini, serta teman-teman peserta lokakarya yang
membantu dan memberikan semangat dalam penyusunan artikel ini.

Daftar Pustaka
Hasibuan, Malayu, SP. 2001. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah.
Jakarta: Bumi Aksara.
Muhibbin, Syah. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mulyasa. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Setiyadi. P 2012. Pemahaman Kembali Lokal Wisdom Etnik Jawa dalam
Tembang Macapat dan Pemanfaatannya sebagai Media Pendidikan
Budi Pekerti Bangsa. Magistra
Meningkatkan Daya Saing Sekolah
dengan Spirit “GILA (Good Inovations
Learning Activities)”

Dra. Sumarni, M. Pd.


SDN 4 Metro Timur
Lampung

Indikator keberhasilan suatu lembaga pendidikan adalah mampu


membentuk dan meluluskan siswa/siswi yang memiliki daya saing tinggi dan
berahklak mulia. Ketika suatu sekolah memiliki kualitas dan mutu yang baik
maka masyarakat tidak akan ragu untuk menyekolahkan anaknya di sekolah
tersebut. Pada saat ini di Kota Metro khususnya untuk tingkat sekolah dasar
persaingan untuk menarik minat siswa masuk ke sekolah sangat tinggi, walau
pun jumlah sekolah negeri lebih banyak dibandingkan sekolah swasta tetapi
jika dilihat rata-rata jumlah siswa yang bersekolah di sekolah swasta lebih
tinggi dibandingkan dengan sekolah negeri.
Untuk menarik minat siswa terutama dengan berkembangnya sekolah
swasta yang memiliki kualitas yang sangat baik. Sekolah dasar yang dikelola
oleh pemerintah daerah dengan mengandalkan dana BOS dan Bantuan
Alokasi Umum (BAU) yang hanya cukup untuk membiayai operasional sekolah.
Jumlah dana BOS untuk SD tahun 2017 sebesar Rp. 800.000/siswa dalam satu
tahun (Juknis BOS 2017/Permendikbud No. 16 Tahun 2017). Dengan jumlah
dana yang terbatas sekolah harus pintar-pintar mengelola dana agar mampu
memenuhi SPM (standar pelayanan minimal) serta meningkatkan mutu
sekolah. SD negeri dilarang memungut biaya apa pun bentuknya kepada
106
Success Story
Kepala Sekolah SD

orang tua siswa, hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Permendikbud) No. 44 Tahun 2012 pasal 9 walaupun sudah
ada Permendikbud terbaru No. 75 Tahun 2016 tentang Komite sekolah
boleh menggalang dana untuk meningkatkan layanan pendidikan. Namun
peraturan yang lama sudah terpatri di benak masyarakat sehingga sangat
sulit peraturan yang baru dilaksanakan di sekolah. Berbeda halnya dengan
sekolah yang diselenggarakan masyarakat/swasta selain memperoleh dana
BOS sekolah swasta juga diperbolehkan memungut dana dari orang tua
siswa. Dengan sokongan dana yang luar biasa dari pemerintah dan orang tua
siswa wajar saja jika SD swasta mampu mengembangkan kualitas sekolahnya
dengan lebih baik dan menjadi pesaing yang hebat bagi SD negeri. Fakta
menunjukan bahwa ketika ada festival atau lomba baik di bidang akademik
mau pun non akademik yang mampu bersaing dan menjadi juara adalah
sekolah-sekolah swasta.
Dari pemaparan di atas penulis mengajak semua warga sekolah agar
bekerja keras meningkatkan kualitas dan daya saing sekolah. Jika sekolah
ingin maju, sekolah ini harus meningkatkan daya saing sekolah dengan
spirit “GILA. Gila berarti bekerja baik (Good), menciptakan pembaharuan
(Inovations) pada aktivitas pembelajaran (Learning Activities). Sekolah
melakukan evaluasi diri sekolah (EDS) untuk mengetahui kelemahan dan
keunggulan guna merencanakan kinerja baik jangka pendek, menengah
maupun jangka panjang.
Kepala sekolah perlu menyusun laporan tentang keberhasilan yang
telah dicapai dalam bentuk laporan best practice yang penulis beri judul
“MENINGKATKAN DAYA SAING SEKOLAH DENGAN SPIRIT “GILA (Good
Inovations Learning Activity)” yang kami aktualisasikan dalam bentuk
kegiatan pengembangan diri Ekstrakurikuler di SD Negeri 4 Metro Timur.
Mudah-mudahan dengan disusunnya laporan ini dapat menjadi refleksi diri
sekolah untuk mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi dimasa yang
akan datang serta dapat didesiminasikan ke sekolah-sekolah lain terutama
sekolah dasar negeri.
Tujuan pembahasan adalah memberikan gambaran kepada pembaca
tentang kegiatan pengembangan diri ekstrakurikuler yang dilaksanakan
di SD Negeri 4 Metro Timur yang secara komprehensif melibatkan seluruh
stakeholder yang ada di sekolah, orang tua, dunia usaha (sponsor) dalam
rangka refleksi diri guna meningkatkan prestasi dan mutu sekolah serta
publikasi agar dapat diimplementasikan di sekolah lain terutama yang negeri,
dapat menjadi alternatif saran penentu kebijakan untuk membangun sekolah
yang berkualitas.
107
Meningkatkan Daya Saing Sekolah dengan Spirit
“GILA (Good Inovations Learning Activities)”

Tujuan pembahasan memberikan gambaran dan bukti otentik yang


telah dilakukan seluruh warga sekolah. Pertama, langkah-langkah yang
perlu dilakukan untuk meningkatkan daya saing sekolah dalam kegiatan
pengembangan diri ekstra kurikuler. Kedua, pelaksanaan kegiatan peningkatan
mutu dan daya saing yang dapat menggali bakat-bakat siswa sehingga
mampu menunjukan prestasi SD Negeri 4 Metro Timur. Ketiga, paparan dan
deskripsi data yang telah dicapai sebagai indikator meningkatnya daya saing
serta mutu SD Negeri 4 Metro Timur.
Pelaksanaan kegiatan pengembangan diri/ekstrakurikuler yang
diselenggarakan di SD Negeri 4 Metro Timur dibagi menjadi ekstrakurikuler
wajib dan pilihan. Untuk ekstrakurikuler wajib sesuai dengan Permendikbud
No. 62 Tahun 2016 tentang Ekstrakurikuler dan No. 63 Tahun 2016 tentang
Kepramukaan. Sementara untuk kegiatan pengembangan diri pilihan secara
rinci dapat dikelompokkan sebagai berikut. 1) Akademik (LCT dan OSN); 2)
Usaha Kesehatan Sekolah (Dokter Kecil PHBS); 3) Pengembangan Seni dan
Budaya (Tari Kreasi dan Daerah, Kriya Anyam & Daur Ulang, Cipta dan Baca
Puisi, Melukis dan Gambar Bercerita, Pidato & Pantomim, Menyanyi Tunggal
dan Marching Band, 4) Jurnalis (Reporter Cilik), 5) Pengembangan Bakat
Olahraga Usia Dini (Basket, Atletik, Renang, Badminton, Catur, Tae Kwon Do);
6) Keagamaan (Pesantren Kilat, Rohis Putra dan Putri, Tahfiz dan Tahsin, Dai
Cilik).Pada prinsipnya ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan
dengan prinsip: (1) partisipasi aktif yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler
menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh sesuai dengan minat
dan pilihan masing-masing; dan (2) menyenangkan yakni bahwa kegiatan
ekstrakurikuler dilaksanakan dalam suasana yang menggembirakan bagi
peserta didik.
Adapun mekanisme pelaksanaan kegiatan pengembangan diri
dikelompokkan menjadi kegiatan ekstrakurikuler wajib dan kegiatan
ekstrakurikuler pilihan. Dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Kepramukaan
merupakan ekstrakurikuler wajib.
Satuan pendidikan wajib menyusun program kegiatan ekstrakurikuler
yang merupakan bagian dari Rencana Kerja Sekolah. Program kegiatan
ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan dengan
mempertimbangkan penggunaan sumber daya bersama yang tersedia pada
gugus/klaster sekolah. Penggunaannya difasilitasi oleh pemerintah provinsi
atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Program kegiatan ekstrakurikuler disosialisasikan kepada peserta didik dan
orang tua/wali pada setiap awal tahun pelajaran.
108
Success Story
Kepala Sekolah SD

Pelaksanaan dilakukan dari merencanakan progran dan penjadwalan


kegiatan ekstrakurikuler pilihan dirancang di awal tahun pelajaran oleh
pembina di bawah bimbingan Kepala Sekolah/madrasah atau wakil kepala
sekolah/madrasah. Jadwal kegiatan ekstrakurikuler diatur agar tidak
menghambat pelaksanaan kegiatan intra dan kokurikuler.
Kegiatan ini perlu mendapat pengawasan dan penilaian kinerja
peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler perlu mendapat penilaian dan
dideskripsikan dalam rapor. Kriteria keberhasilannya meliputi proses dan
pencapaian kompetensi peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler yang
dipilihnya. Penilaian dilakukan secara kualitatif.
Peserta didik wajib memperoleh nilai minimal “baik” pada Pendidikan
Kepramukaan setiap semesternya. Nilai yang diperoleh pada Pendidikan
Kepramukaan berpengaruh terhadap kenaikan kelas peserta didik. Bagi
peserta didik yang belum mencapai nilai minimal perlu mendapat bimbingan
terus menerus untuk mencapainya. Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler
dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan pada setiap indikator yang
telah ditetapkan dalam perencanaan satuan pendidikan.
Satuan pendidikan hendaknya
mengevaluasi setiap indikator yang sudah
tercapai maupun yang belum tercapai.
Berdasarkan hasil evaluasi, satuan pendidikan
dapat melakukan perbaikan rencana tindak
lanjut untuk siklus kegiatan berikutnya.
Target pencapaian masing-masing
kegiatan ekstrakurikuler disusun indikator
pembinaan dan target capaian selama satu
tahun. Indikator dan target capaian disusun
berdasarkan peraturan yang berlaku yaitu
Permendikbud No. 62 dan 63 Tahun 2016
dan rapat dewan kerja ekstrakurikuler.
Hasil kegiatan ini adalah prestasi dan
prestasi merupakan sarana promosi sekolah
yang paling efektif guna menarik minat
masyarakat agar menyekolahkan putra-
putrinya di sekolah yang mereka anggap
baik. Sebagus dan semegah apa pun sekolah jika siswanya tidak ada yang
berprestasi maka tidak akan ada artinya bagi masyarakat. Sebagaimana
109
Meningkatkan Daya Saing Sekolah dengan Spirit
“GILA (Good Inovations Learning Activities)”

sekolah dasar negeri lainnya pada saat


penerimaan siswa baru tidak ada tes, hanya
berdasarkan usia saja jadi ketika anak sudah
masuk usia SD maka otomatis akan diterima,
hal ini berbanding terbalik dengan sekolah-
sekolah SD swasta yang menerapkan
beberapa tes kepada calon siswanya. Ketika
dilakukan tes maka akan tersaring adalah
siswa-siswa yang secara akademik memiliki
kemampuan lebih dibandingkan siswa yang
tidak melakukan tes. Ibaratnya sekolah yang
menyaring atau melakukan seleksi itu seperti
ketika kita menanam buah, jika bibitnya
sudah bibit unggul tinggal dirawat saja maka
akan menghasilkan buah yang banyak dan
baik. The Best Proses (yang luar biasa) adalah ketika kita mendapatkan bibit
yang biasa saja dengan beragam bentuk dan varietas, kita rawat dengan baik
dan bisa menghasilkan buah yang baik, itu barulah luar biasa.
SD Negeri 4 Metro Timur tidak hanya siswanya yang berprestasi namun
kepala sekolah dan gurunya juga berprestasi dan sekolahnya meraih Juara
Lomba Sekolah Sehat, Sekolah Adiwiyata Mandiri dan yang terakhir menjadi
piloting menyelenggarakan Sekolah Ramah Anak (SRA). Prestasi yang telah
diraih baik akademik maupun non akademik hal ini mampu menarik minat
orang tua siswa mempercayakan putra putrinya untuk bersekolah di SDN 4
Metro Timur.
Berikut prestasi yang telah diperoleh siswa/siswi SDN 4 Metro Timur hasil
dari proses pembinaan intra dan ekstrakurikuler. Siswa siswi kami meraih
prestasi pada event OSN, FLS2N dan O2SN, Adelia Cahya Juara 1 OSN IPA,
Nazla Dzalika Ainaya Juara 2 OSN Matematika tingkat Kota Metro 2016. Guru
yang meraih prestasi atas nama Zulkurnain, S.Pd. Juara 1 guru Berprestasi
Tingkat Propinsi tahun 2016.
Prestasi yang diraih tahun 2017, Dra. Sumarni Juara 1 KS Berprestasi
ditingkat provinsi dan siswa/i kami Juara 3 Pantomim atas nama Fauzan
Taufiqurrahma, Juara 2 Cipta Puisi atas nama Diva Lucky Saputri, Salsa Alfiya
Ulul Azmi Juara 2 Gambar Bercerita pada FLS2N, SD Negeri 4 Metro Timur
Juara 1 Lomba Sekolah Sehat tingkat Kota Metro Tahun 2017. Dai Cilik atas
nama Prasetya Mandala P, dan Chelsi Rinira A.meraih Juara 1 se-kwarda
Lampung.
110
Success Story
Kepala Sekolah SD

Kemudian pada tahun 2018, Azzahra Chelsea Rinira meraih Juara 1


Gambar Bercerita pada event FLS2N tingkat Kota Metro, Rofif Arraouzi
meraih Juara 1 Bulutangkis, Mandala juara 3 Renang pada event O2SN tingkat
Kota Metro, Taekwondo dan Pramuka juga merupakan penyumbang prestasi
terbanyak baik tingkat Kota Metro Maupun tingkat Propinsi Lampung.
Lingkungan sekolah yang nyaman bersih dan Asri, Guru yang penuh perhatian
dan dedikasi, juga menjadi modal yang kuat untuk menarik minat calon
peserta didik.
Tujuan umum penyusunan best practices
ini adalah memberikan gambaran kepada
pembaca tentang kegiatan pengembangan
diri ekstrakurikuler yang dilaksanakan
di SD Negeri 4 Metro Timur yang secara
komprehensif melibatkan seluruh
stakeholder, orang tua siswa, guru dan kepala
sekolah serta dunia usaha (sponsor) dalam
rangka refleksi diri untuk meningkatkan
prestasi dan mutu sekolah serta publikasi
dalam rangka diimplementasikan di sekolah
lain terutama yang sekolah dasar negeri, hal
ini dapat dijadikan alternatif saran penentu
kebijakan membangun sekolah yang
berkualitas.
Indikator keberhasilan penerapan sekolah “GILA” ini adalah banyaknya
prestasi yang telah diperoleh siswa baik bidang akademik, olahraga, kesenian
mau pun kesehatan. Jika dibandingkan dengan SD Negeri lain maka SDN 4
Metro Timur lebih unggul dalam prestasi, hal ini ditunjang oleh kegiatan
pengembangan diri ekstrakurikuler yang mampu menyalurkan minat dan
bakat siswa secara optimal.
Penulis memberikan catatan penting dalam kegiatan ini agar menjadi
pertimbangan semua pihak guna pelaksanaan kegiatan selanjutnya
yaitu sebagai berikut. Pertama bagi guru, tingkatkan kedisiplinan dalam
membimbing siswa.
Kedua bagi orang tua siswa, mendukung anaknya dalam mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler seperti mengantar jemput tepat waktu, mendampingi
saat mengikuti lomba dan rela mengeluarkan dana guna memberikan
bimbingan intensif bagi anak dengan mendatangkan pelatih khusus.
111
Meningkatkan Daya Saing Sekolah dengan Spirit
“GILA (Good Inovations Learning Activities)”

Ketiga bagi Dinas Pendidikan Kota/Provinsi memberikan dukungan baik


melalui pelatihan ataupun dana guna memajukan sekolah-sekolah dasar
negeri yang ada di Kota Metro. Sekaligus mengadakan berbagai event lomba
sehingga pencapaian prestasi dapat dilaksanakan.
Kepada Direktorat Pembinaan Pendidikan Dasar dan Menengah
kami ucapkan terimakasih atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
untuk mengikuti kegiatan lokakarya ini, semoga di lain kesempatan jika
memungkinkan diberi kesempatan lagi untuk menimba ilmu yang dapat kami
terapkan di sekolah kami.

Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bersar Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT Gramedia, 2008.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar Cetakan Ke 8. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009.
Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.
Permendikbud RI No. 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah lampiran
Permendikbud RI No. 57 tahun 2014 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku
Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendikbud No. 79 tentang Muatan Lokal
Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah
Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Permendikbud RI No. 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan
Permendikbud No. 62 Tahun 2016 tentang Ekstrakurikuler
Permendikbud No. 63 Tahun 2016 tentang Kepramukaan
Permendikbud No. 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah
Sebutir Telur untuk Cinta Tanah Air
(Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air di SDN 1 Pengkol)

Sunar, S.Pd., M.Pd.


SDN 1 Pengkol Kecamatan Kauman
Kabupaten Ponorogo Jawa Timur

Pentingnya Pendidikan Karakter


Cinta Tanah Air
Tanah Airku
Cipt. Ibu Sud

Tanah airku tidak kulupakan, kan terkenang selama hidupku


Biarpun saya pergi jauh, tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai, engkau kuhargai
Walaupun banyak negri kujalani, yang masyhur
permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku, di sanalah kurasa senang
Tanahku tak kulupakan, engkau kubanggakan
114
Success Story
Kepala Sekolah SD

Masih adakah yang suka menyanyikan lagu di atas? Apakah lagu tersebut
masih sering kita dengar dari ruang-ruang kelas? Apakah guru masih mau dan
mampu mengajarkan lagu-lagu wajib dan nasional di sekolah-sekolah?
Lagu tersebut memiliki nilai yang luar biasa. Terkandung makna yang
sangat tinggi. Rasa cinta yang begitu mendalam terhadap tanah kelahiran.
Tanah dan kampung di mana dibesarkan. Ketika seseorang beberapa waktu
tinggal di negara lain, tentu akan selalu ingat terhadap tanah kelahiran, tanah
di mana mereka dibesarkan.
Mempelajari lagu-lagu perjuangan merupakan salah satu indikator dari
bentuk rasa cinta tanah air. Masih banyak lagi judul lagu perjuangan yang
bisa menumbuhkan karakter cinta tanah air. Kenyataan saat ini, siswa lebih
suka dan mudah menghafal lagu-lagu baru yang kurang mendidik. Siswa lebih
mengenal bintang-bintang sinetron dan para artis dari pada mengenal tokoh-
tokoh pahlawan pendiri negara. Mereka kurang berminat mempelajari dan
melestarikan kesenian dan budaya daerah yang dimiliki. Ditambah dengan
kurang arif dalam menyikapi pengaruh negatif perkembangan teknologi
informasi juga mendukung lunturnya rasa cinta tanah air. Bagaimana bisa
tertanam rasa cinta tanah air pada diri seseorang jika tidak mengenal,
mempelajari, dan memahami hal tersebut. Kenyataan tersebut terjadi secara
umum pada kalangan generasi muda. Hal demikian juga terjadi pada siswa di
SDN 1 Pengkol Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo.
Untuk menyikapi kenyataan tugas guru adalah melakukan pembenahan
agar siswa tertanam pada jiwa sehingga mampu berperilaku yang
menunjukkan karakter cinta tanah air. Mereka harus ditanamkan untuk mau
belajar menyanyikan lagu-lagu wajib, nasional, dan daerah. Belajar mengenal
pahlawan tokoh-tokoh pendiri bangsa dan perjuangannya. Belajar mencintai
sekaligus sebagai pelaku kesenian daerah yang dimiliki. Dengan demikian
akan tertanam pada diri siswa rasa bangga terhadap apa yang dimiliki. Mau
menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah yang ada. Pada akhirnya akan
tumbuh jiwa dan semangat nasionalisme serta rasa cinta tanah air. Ini harus
ditumbuhkembangkan melalui pendidikan karakter di sekolah. Dalam rangka
menanamkan dan membangun nilai-nilai rasa cinta tanah air pada diri siswa,
maka Sebutir Telur digunakan sebagai strategi.
115
Sebutir Telur untuk Cinta Tanah Air
(Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air di SDN 1 Pengkol)

Makna Sebutir Telur sebagai Strategi untuk


Menumbuhkembangkan Cinta Tanah Air
Sebutir Telur merupakan akronim dari seni, budaya, teknoologi
informasi, teladan dan uluran. Dengan seni dan budaya dalam pembelajaran,
siswa semakin tumbuh dan berkembang karakter cinta tanah air. Dengan
memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana dan sumber untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Teladan dan uluran. Siswa perlu
keteladanan dan uluran tangan dari guru sebagai motivator dan fasilitator
agar perkembangan lebih terarah.
Telur memiliki filosofi yang mendalam dan luar biasa. Telur adalah
calon generasi baru yang akan melangsungkan keturunan sebagai pewaris
agar tidak punah. Telur yang sehat akan melahirkan generasi baru yang
sehat pula. Telur, jika dipecah dari luar, maka kehidupan di dalamnya akan
berakhir (mati). Tetapi jika telur pecah dari dalam, justru akan muncul
kehidupan baru. Filosofi telur dalam dunia pendidikan sejalan dengan aliran
konstuktivisme. Konstruktivisme merupakan pendapat yang menyatakan
bahwa perkembangan kognitif pada siswa merupakan suatu proses dimana
siswa secara aktif membangun sistem penertian dan pemahaman dari
realita yang ada. Pemahaman diperoleh melalui pengalaman dan interaksi
mereka (Trianto, 2014:74). Guru bertindak sebagai fasilitator siswa dalam
mengkonstruksi pengalaman dengan memanfaatkan sarana dan prasarana
yang ada di sekolah. Guru diibaratkan seorang bidan yang membantu
persalinan bayi.
Selanjutnya Sebutir Telur (seni, budaya, teknologi informasi, teladan, dan
uluran) diimplementasikan menjadi sebuah pendekatan atau strategi dalam
pembelajaran. Seni adalah suatu karya yang diciptakan menjadi sesuatu
yang indah atau elok. Sedangkan budaya, dalam pengertian umum sering
diartikan sama dengan kesenian. Sebenarnya kesenian merupakan bagian
dari kebudayaan jika diartikan menurut ilmu-ilmu pengetahuan (Wulansari,
2009: 76).
Seni dan budaya pada Sebutir Telur dimaksud mempunyai dua fungsi.
Pertama, seni budaya dalam arti sebagai objek belajar untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan. Bidang cakupannya meliputi seni suara, seni
musik, seni tari, seni drama/teater dan lain-lain. Kedua, seni dan budaya yang
merupakan pendekatan yang bisa digunakan dalam strategi pembelajaran.
Seni budaya bisa disisipkan dalam pembelajaran untuk semua mata
pelajaran. Misalnya siswa diajak menyanyi, nembang jawa, dan memainkan
116
Success Story
Kepala Sekolah SD

alat musikyang disisipkan disela-sela pembelajaran.Dengan pendekatan ini,


tentu siswa akan aktif dan pembelajaranlebih menyenangkan. Apalagi bila
dikolaborasikan dengan memanfaatkan sarana teknologi informasi yang
ada.
Teknologi informasi di era sekarang mempunyai andil yang sangat
penting untuk mendukung keberhasilan pembelajaran. Teknologi informasi
dalam Sebutir Telur, memiliki dua fungsi yaitu sebagai media pembelajaran
dan berfungsi sebagai sumber belajar. Guru di sekolah menjadi teladan bagi
siswa.Semua perilaku guru akan menjadi cermin bagi siswa untuk dijadikan
model. Apalagi bagi siswa sekolah dasar. Telur dalam Sebutir Telur memiliki
makna teladan dan uluran.
Guru harus bisa menjadi teladan bagi siswa. Ketika di depan, bisa menjadi
contoh, berada di tengah-tengah memberi kekuatan sebagai inspirator, dan
ketika dibelakang berfungsi sebagai motivator. Ing Ngarsa sung Tuladha, Ing
Madya Mangunkarsa, Tur Wuri Handayani. Guru memiliki pengaruh besar
terhadap perubahan perilaku peserta didik. Oleh karen itu guru harus dapat
menjadi suri tauladan bagi siswa (Uno, 2012: 17). Selain membutuhkan teladan
dari guru, dalam proses pembelajaran siswa juga memerlukan uluran tangan
atau pembimbingan dari guru. Guru merupakan pembimbing perjalanan
yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, serta bertanggung
jawab atas perjalanan terebut (Mulyasa, 2012:44). Seni, budaya, teknologi
informasi, dikembangkan untuk menanamkan dan menumbuhkembangkan
karakter Cinta Tanah Air.
Cinta tanah air dalam agama Islam juga diajarkan. Hubbul wathan minal
iman. Cinta tanah air merupakan sebagian dari iman. Cinta terhadap bangsa
dan negara di mana ia dilahirkan dan dibesarkan.

Langkah-langkah Sebutir Telur untuk


Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air
Seni dan budaya
Seni tidak bisa dipisahkan dengan budaya. Melalui seni dan budaya
pembelajaran melibatkan unsur seni suara, tetembangan, seni musik, dan tari.
Seni suara diajarkan melalui lagu-lagu wajib, nasional, daerah, dan tembang
jawa. Menyanyi dengan menghafal syair dan notasi serta dinyanyikan dengan
nada yang tepat. Selain bisa menyanyikan lagu, siswa juga harus tahu isi
117
Sebutir Telur untuk Cinta Tanah Air
(Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air di SDN 1 Pengkol)

dan makna lagu. Dengan demikian siswa lebih bisa menjiwai ketika lagu
dinyanyikan. Setelah siswa bisa menyanyi syair dan notasi, dilanjutkan dengan
memainkan alat musik soprano recorder. Tiap siswa memiliki satu recorder,
khususnya untuk siswa kelas 3 sampai kelas 6. Kemudian dikolaborasikan
dengan angklung dan keyboard. Begitu seterusnya untuk lagu-lagu wajib.
Selain diajarkan secara khusus, lagu-lagu tersebut juga dinyanyikan di sela-
sela saat pembelajaran berlangsung sesuai tema yang sedang dipelajari pada
semua kelas. Siswa juga diajarkan nembang jawa yaitu tembang dolanan dan
macapat. Tembang jawa ini nantinya diarahkan untuk dinyanyikan bersama
pada kegiatan seni reyog mini dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan seni reyog mini dimainkan sesuai pakem dan alur yang ada.
Siswa harus menguasai perannya masing-masing. Ada yang berperan sebagai
Sang Raja Klanasewandana, Bujangganong, Singobarong, dan Jathil yang
merupakan pasukan naik kuda dari kepang. Di samping memainkan seni
reyog menurut pakem, juga menyanyikan tembang-tembang jawa dengan
iringan gamelan reyog yang terdiri atas kendang, kempul, kethuk, kenong,
ketipung, angklung, dan slompret. Untuk kendang dan slompret biasanya
dibantu dimainkan orang dewasa karena butuh keahlian khusus. Dalam
kegiatan ini, perangkat seni reyog yang digunakan adalah reyog dewasa
milik masyarakat Desa Pengkol yang dipinjamkan kepada sekolah. Sebagai
kelengkapan properti, setiap siswa memiliki kostum reyog berupa kaos lorek
khas Ponorogo. Tiap siswa laki-laki memiliki satu topeng bujangganong.
Sedangkan siswa perempuan memiliki sampur/selendang untuk menari.

Teknologi Informasi
Teknologi Informasi dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan
pembelajaran yang di dalamnya ada unsur seni dan budaya. Misalnya, ketika
guru mengajar dikelas untuk menyanyikan lagu bisa dibantu dengan intrumen
musik melalui handphone atau laptop. Atau mengakses video atau youtube
tentang lagu-lagu wajib yang bisa ditampilkan melalui LCD monitor. Teknologi
informasi ini bisa berfungsi sebagai sarana sekaligus sumber belajar.

Teladan dan uluran


Guru dalam pembelajaran berfungsi sebagai fasilitator. Semua perilaku
dan kemampuan guru harus bisa menjadi teladan. Di hadapan siswa
sekolah dasar, guru adalah segalanya. Guru adalah orang serba bisa. Guru
merupakan sosok yang menjadi contoh, idola, dan panutan buat siswa.
118
Success Story
Kepala Sekolah SD

Dalam pembelajaran seni budaya dengan didukung sarana teknologi,


kemudian diterapkan dalam pembelajaran secara terpadu. Guru melakukan
pembimbingan dalam pembelajaran seni budaya dan pemanfaatan TI.
Memberi uluran tangan ketika siswa menemui kesulitan atau ketertinggalan
dengan teman yang lain.

Capaian Sebutir Telur untuk Cinta Tanah Air


Hasil yang dicapai dari penerapan strategi sebutir telur antara lain:
(1) Tersusunnya sistem penelusuran minat, bakat, dan kreativitas siswa;
(2) Meningkatnya kemampuan siswa dalam menyanyikan lagu-lagu wajib,
nasional, daerah, dan tembang jawa;
No JUDUL LAGU No JUDUL LAGU No JUDUL LAGU

1 Indonesia Raya 13 Tanah Airku 25 Suwe Ora Jamu

2 Garuda Pancasila 14 Indonesia Pusaka 26 Gundul Pacul

3 Satu Nusa Satu Bangsa 15 Nyiur Hijau 27 Gambang Suling


Dari Sabang Sampai
4 Bagimu Negri 16 28 Apuse
Merauke
5 Ibu Kita Kartini 17 Halo-Halo Bandung 29 Anak Kambing Saya

6 Hymne Guru 18 Hari Merdeka 30 Ampar-Ampar Pisang

7 Mengheningkan Cipta 19 Indonesia Tetap Merdeka 31 O I na Ni keke

8 Syukur 20 Bendera Merah Putih 32 Apuse

9 Saat Berpisah 21 Berkibarlah Benderaku 33 Soleram

10 Maju Tak Gentar 22 Trima Kasihku 34 Rujak Uleg

11 Bangun Pemudi Pemuda 23 Gugur Bunga 35 Aja Nelangsa

12 Kulihat Ibu Pertiwi 24 Jembatan Merah 36 Bumi Reyog

(3) Siswa mampu membaca notasi lagu-lagu wajib; (4) Siswa kelas 3-6 mampu
memainkan alat musik recorderdan angklung sesuai notasi lagu wajib dan
nasional; (5) Siswa mampu meminkan seni reyog mini dengan nama Reyog
Sardula Seta dalam bentuk pentas. Pementasan dilaksanakan dua tahun
berturut turut dalam pergelaran pentas seni dan purnawiyata. Juga dua
kali dipentaskan pada perayaan kegiatan Desa Pengkol; (6) Siswa mampu
lelantunkan tembang-tembang jawa baik tembang dolanan dan macapat;
(7) Siswa semakin mendalami dan mencintai seni dan budaya daerah yang
dimiliki. Siswa dan semua warga sekolah semakin memiliki rasa cinta tanah
air yang mendalam.
119
Sebutir Telur untuk Cinta Tanah Air
(Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air di SDN 1 Pengkol)

Dampak lainnya adalah terjalinnya komunikasi yang baik dengan komite


sekolah dan warga masyarakat. Dukungan dari tokoh masyarakat, perangkat
pemerintahan desa, para alumni juga semakin meningkat. Ini dibuktikan
dengan pemberian bantuan seperangkat seni reyog mini lengkap dari
perangkat desa kepada komite sekolah. Penyerahan dilakukan pada tanggal
31 Maret 2018. Selanjutnya pihak sekolah bekerja sama komite sekolah untuk
mengelola kegiatan seni reyog.

Gambar 1. Pergelaran seni reyog mini Gambar 2. Seperangkat Reyog Mini


pada perayaan peringatan HUT RI bantuan dari Peemerintah Desa
Tahun 2017 Pengkol dan Komite Sekolah Komite

Dengan pendekatan Sebutir Telur, siswa semakin mampu menyanyi lagu


wajib, nasional, dan daerah, tembang jawa, memaikan alat musik, memainkan
kesenian tradisional yang dimiliki, memanfaatkan teknologi informasi dalam
pembelajaran, serta meningkat kepribadian yang baik yang bisa menjadi
suri tauladan. Semua warga sekolah semakin cinta terhadap budaya, dan
kesenian daerah yang dimiliki. Semakin bertambah mendalam nilai dan rasa
cinta tanah air. Tanah di mana dilahirkan, dibesarkan bahkan tanah untuk
kembali ke pangkuan ketika akhir hayat menutup mata. Sebutir Telur untuk
Rasa Cinta Tanah Air.
Untuk peningkatan kualitas pembelajaran, menanamkan dan membangun
karakter siswa khususnya karakter cinta tanah air, bisa menggunakan
pendekatan seni dan budaya yang didukung pemanfaatkan sarana teknologi
informasi sebagai media atau sumber belajar. Peran guru sebagai tauladan
dan pembimbing atau fasilitator.
120
Success Story
Kepala Sekolah SD

Akhirnya, ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Pembinaan


Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan Republik Indonesia
yang telah menyelenggarakan, membina, membimbing, dan memfasilitasi
kegiatan Lokakarya Penulisan Buku Karya Kreatif Kepala Sekolah dan
Pengawas Sekolah sehingga karya ini bisa terwujud.

Referensi
Mulyasa, E. 2013. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, Hamzah B. 2012. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wulansari, Dewi. 2009. Sosiologi Konsep dan Teori. Bandung: PT Refika
Aditama.
Sinaran sebagai Tools
Rencana Pembelajaran

Supianto
SDN Banyuwulu 3 Kecamatan Wringin
Kabupaten Bondowoso, Jawa Tengah

SDN Banyuwulu 3 Bondowoso merupakan sekolah kecil yang berada di


pelosok desa. Hampir seluruh standar pelayanan berada di bawah Standar
Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan pemerintah. Namun komitmen
untuk memberikan yang terbaik harus terus dipupuk dan dikembangkan.
Supervisi oleh kepala sekolah menjadi sebuah keniscayaan yang harus
dilakukan secara periodik dan berkesinambungan. Semua dilakukan untuk
memupuk dan mengembangkan kemampuan guru serta mengetahui
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki guru demi mencapai kemajuan
sekolah yang dipimpinnya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2017 Pasal 54 Ayat 1 yang menyatakan bahwa salah satu
tugas kepala sekolah yaitu melakukan supervisi kepada guru.
Hasil supervisi yang dilakukan kepala sekolah seluruh guru belum
menyelesaikan program tahunan dan program semester. Program
tahunan dan program semester seluruhnya belum terisi rencana tanggal
pelaksanaannya. Sebagai evaluasi pada guru diberitahukan bahwa setiap
guru harus menyelesaikan perencanaan pembelajaran berupa program
tahunan dan program semester paling lambat hari pertama sekolah. Setelah
122
Success Story
Pengawas Sekolah SMK

melakukan curah pendapat penyebab belum selesainya program tahunan


dan program semester, akhirnya guru-guru sepakat menyelesaikannya paling
lambat bulan depan.
Kepala sekolah melakukan supervisi kedua sebagai tindak lanjut
kesepakatan supervisi pertama. Supervisi dilakukan pada akhir bulan agustus
setelah selesai kegiatan lomba-lomba HUT Kemerdekaan Republik Indonesia.
Hampir dua bulan jarak supervisi pertama dan supervisi kedua.
Hasil supervisi yaitu: Guru yang menyelesaikan tiga mata pelajaran
ada 2 guru dari 8 guru atau sekitar 25%. Selebihnya 6 guru atau 75% hanya
menyelesaikan 1 sampai 2 mata pelajaran. Setelah dianalisis yang menjadi
akar masalah tidak terselesaikannya program semester dan program tahunan
adalah kemampuan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran
rendah, sementara komitmen untuk menyelesaikan ada. Hal ini terlihat dari
data bahwa semua guru mengerjakan hanya belum selesai.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka digunakanlah Aplikasi Sederhana
Rencana Pembelajaran yang disingkat SINARAN. Adapun tujuannya yaitu
meningkatkan kemampuan guru merencanakan pembelajaran dibuktikan
dengan terselesaikannya rencana pembelajaran tepat waktu.

Kemampuan Guru dalam Merencanakan


Pembelajaran
Guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran.
Oleh karena itu guru harus kreatif dan inovatif dalam melaksanakan
pembelajaran. Hasil belajar akan optimal apabila pelaksanaan pembelajaran
berjalan dengan baik, dan pelaksanaan pembelajaran akan baik apabila
direncanakan dengan matang. Singkat kata perencanaan adalah faktor utama
yang menentukan keberhasilan belajar siswa.
Guru di SDN Banyuwulu 3 untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa
memiliki permasalahan. Seluruh guru/100% belum memiliki perencanaan
pembelajaran berupa program tahunan (prota) dan program semester
(promes) ketika hari pertama masuk sekolah. Setelah dua bulan hanya ada 2
guru/25% guru yang sudah lengkap dan terisi program tahunan dan program
semesternya. Data tersebut diperoleh dari hasil supervisi kepala sekolah.
Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa kemampuan guru
SDN Banyuwulu 3 dalam menyusun perencanaan pembelajaran rendah.
Rendahnya kemampuan guru ini merupakan permasalahan yang harus
123
Sinaran sebagai Tools Rencana Pembelajaran

segera dicari solosinya, agar tidak berlarut larut yang akan merugikan banyak
pihak. Janganlah kita mengharap terlalu banyak tentang hasil belajar siswa,
apabila perencanaan saja belum direncanakan dengan matang. Sudah
dapat dipastikan pelaksanaan pembelajaran akan asal asalan saja, karena
perencanaan merupakan prasarat yang harus didahulukan. Hal ini senada
yang diungkapkan Umaedi yang menyatakan bahwa kita sulit berbicara
banyak mengenai peningkatan mutu apabila input pendidikan masih dalam
kekurangan (Umaedi: MBS : 1.7 : 2008).

SINARAN Sebagai Solusi Mengatasi Kelemahan


Guru Merencanakan Pembelajaran
Untuk mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan guru dalam
merencanakan pembelajaran digunakan Aplikasi sederhana rencana
pembelajaran yang disingkat menjadi SINARAN. Dengan SINARAN diharapkan
kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran meningkat dan
mudah dalam membuat rencana pembelajaran.
Alasan pemilihan SINARAN sebagai solusi, karena SINARAN dipandang
mampu meningkatkan dan mempermudah guru dalam membuat
perencanaan. SINARAN sangat sederhana sekali setiap guru akan bisa
membuatnya. SINARAN menggunakan program exel pada komputer. Tidak
perlu mahir komputer, yang penting bisa komputer seseorang sudah bisa
dengan mudah membuat dan menjalankan program ini. Program ini tidak
menggunakan macros yang mungkin guru tidak bisa membuatnya.

Langkah-Langkah Pembuatan SINARAN


Pada tahap perencanaan yang dilakukan yaitu memberikan penjelasan
tentang pengertian, Tujuan dan manfaat SINARAN. Tujuan utama kegiatan
ini agar guru-guru tertarik dan termotivasi untuk membuat SINARAN. Agar
kegiatan pembuatan SINARAN dapat berjalan lancar sesuai tujuan kepala
sekolah perlu membuat kesepakatan bersama guru-guru. Kesepakatan
tersebut antara lain: Membuat komitmen bersama bahwa pembuatan
SINARAN harus selesai dan akan dikerjakan bersama. Menentukan kapan
pembuatan akan dimulai dan menentukan berapa lama pembuatan SINARAN
akan dilakukan. Jika satu hari satu mata pelajaran/ satu hari saru kelas untuuk
guru mata pelajaran seperti PAI dan olah raga, maka pembuatan SINARAN
memerlukan waktu 6 hari untuk satu semester, atau 12 hari untuk dua
124
Success Story
Pengawas Sekolah SMK

semester. Disamping itu perlu dijelaskan alat dan bahan yang harus dibawa
pada waktu pelaksanaan kegiatan seperti: laptop, hard copy jadwal pelajaran,
hard copy kalender pendidikan, file program semester.
Tahap Pelaksanaan/Pembuatan SINARAN dilakukan sesuai rencana
yang sudah disepakati. Adapun langkah langkah pembuatan sinaran yang
dilakukan yaitu: Membuat set program semester seluruh mata pelajaran
sesuai kelas yang diampu atau mata pelajaran yang diampu menggunakan
exle. Selanjutnya membuat set isian data yang berisi identitas sekolah, mata
pelajaran, tahun pelajaran dan rencana tatap muka untuk masing masing
mata pelajaran sesuai jadwal pelajaran. Jika sudah selesai dilanjutkan dengan
menentukan rencana tatap muka untuk masing masing mata pelajaran
dengan cara melihat hari pelaksanaan pembelajaran pada daftar pelajaran.
Kemudian tanggal pada kalender pendidikan diketik di bawah masing masing
mata pelajaran. Selanjutnya menghitung jumlah tatap muka masing masing
KD dengan cara jumlah tatap muka dibagi dengan jumlah KD, ulangan harian
dan cadangan secara proporsional.
Menggunakan formula untuk mengisi waktu pelaksanaan pada program
semester. Guru membuka set program semester mata pelajaran misalnya
PKn, dan meletakkan kursor di kolom nama sekolah kemudian menekan
tanda sama dengan (=) pada keyboard, kemudian mengarahkan kursor pada
isian data lalu mengarahkan kursor pada nama sekolah kemudian tekan
enter. Maka pada perencanaan akan terisi nama sekolah sesuai yang ada
pada isian data. Untuk mengisi tanggal pelaksanaan pada program semester
guru membuka set program semester PKn/Kelas 1, lalu mengarahkan kursor
pada tanggal pelaksanaan, kemudian menekan tanda sama dengan (=) pada
keyboard, kemudian mengarahkan kursor pada set isian dan mengkliknya,
lalu mengklik kursor pada tanggal urutan pertama lalu menekan enter, maka
pada kolom rencana pelaksanaan program semester akan berisi tanggal
pelaksanaannya. Kemudian ulangi langkah tersebut untuk kompetensi dasar
yang lain sampai selesai.
Tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui tercapainya tujuan
yang diinginkan. Evaluasi menggunakan statistik sederhana. Dengan cara
menentukan persentase jumlah guru yang selesai membuat perencanaan.
Banyak temuan temuan ketika membuat SINARAN antara lain: guru
kurang jelas menangkap penjelasan kepala sekolah sehingga membutuhkan
pendampingan langsung di depan komputer. Guru yang sudah terbiasa
125
Sinaran sebagai Tools Rencana Pembelajaran

dengan program excel lebih cepat


mengerjakannya, hal ini dimanfaatkan untuk
ikut mendampingi guru yang kurang jelas
dengan langkah langkahnya, namun tetap
yang mengoperasikan adalah guru tersebut.

Hasil Pembuatan SINARAN


Setelah guru bisa membuat SINARAN,
ketika kepala sekolah melakukan supervisi
ada peningkatan jumlah guru yang sudah
selesai membuat perencanaan pembelajaran
selama satu semester dari 0% menjadi Gambar 1. Foto Teman
100%. Berdasarkan wawancara dengan guru Sejawat Membantu Teman
ternyata guru merasa mudah membuat Membuat Sinaran
perencanaan sendiri, waktu yang dibutuhkan
relatif singkat.
Untuk melengkapi administrasi sekolah tahun sebelumnya, guru
membuat perencanaan menggunakan SINARAN sehingga perencanaan
pembelajaran tahun sebelumnya dapat dilengkapi. Sekarang pembuatan
rencana pembelajaran tidak menjadi masalah lagi bagi guru.
Keberhasilan guru membuat SINARAN
harus dilanjutkan dan ditingkatkan. Kualitas
sebuah perencanaan terus diperbaiki dengan
mengadakan perbaikan-perbaikan bertahap
sehingga menghasilkan proses pembelajaran
yang berdampak positif pada hasil belajar
siswa.
Keberhasilan SINARAN di SDN Banyuwulu
3, disebarkan kepada sekolah-sekolah lain
dalam satu gugus dengan cara memberikan Gambar 2. Foto Contoh
aplikasi dan cara penggunaannya. Kepala Hasil SINARAN
sekolah dalam satu gugus menyambut positif
aplikasi tersebut dibuktikan dengan antusias
memperhatikan penjelasan SINARAN, dan bertanya apabila ada sesuatu yang
tidak dipahami.
SINARAN belum berbicara masalah kualitas perencanaan tetapi masih
berbicara masalah adanya saja. Oleh karena itu Pembuatan SINARAN
hendaknya terus diadakan perbaikan sehingga kualitas perencanaan lebih
126
Success Story
Pengawas Sekolah SMK

baik lagi. Guna meningkatkan kualitas SINARAN guru perlu melakukan


perbaikan pada skenario pembelajaran yang belum berpusat pada peserta
didik. SINARAN bukan hanya untuk SDN Banyuwulu 3 tetapi dapat digunakan
di sekolah lain.
Akhirnya diucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada Direktorat
Pembinaan Tenaga Kependidikan Dasar dan Menengah Direktorat Jendral
Guru dan Tenaga Kependidikan yang telah memberikan bimbingan dan
menerbitkan artikel ini. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka
Kemendikbud. 2017. Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2017. Jakarta
Satori, Jam’an. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Umaedi. 2008. Managemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka.
Perpustakaan Sekolah sebagai Basis
Tumbuh kembangnya Minat Baca
Siswa SDN 105855 PTPN II
Tanjungmorawa

Suryani, M.Pd
SDN 105855 PTPN II Tanjungmorawa
Deliserdang, Sumatera Utara

Membaca belum menjadi budaya bagi masyarakat kita. Kebiasaan orang


tua menjadi contoh bagi anak-anaknya. Suasana rumah yang tidak menyediakan
buku membuat anak jauh dari tumbuhnya minat baca. Pembelajaran yang
dilakukan guru di kelas cenderung membuat siswa menjadi pasif dan hanya
mendengarkan ceramah dari guru, tanpa membiasakan siswa untuk membaca
buku. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang
didorong untuk membaca (Sanjaya, 2009:1). Dampak tehnologi seperti
televisi, gadget, dan game online yang makin variatif dan menarik membuat
siswa semakin jauh dari buku. Fenomena inilah yang mengakibatkan minat
baca masyarakat, khususnya para siswa menjadi rendah.
Rendahnya minat baca seperti diuraikan di atas, juga menjadi
permasalahan yang serius di SDN 105855 PTPN II Tanjungmorawa. Hal ini
tampak jelas dari aktivitas siswa sehari-hari yang lebih senang menghabiskan
waktunya untuk bermain dibandingkan dengan membaca. Masalah yang
sama juga terjadi perpustakaan sekolah. Suasana perpustakaan sekolah
128
Success Story
Kepala Sekolah SD

terlihat sepi pengunjung. Siswa yang berkunjung ke perpustakaan adalah


orang sama setiap harinya. Berdasarkan buku catatan pengunjung, rata-rata
pengunjung setiap bulan berkisar 30% dari jumlah siswa seluruhnya.
Setelah dikaji lebih lanjut, penyebab rendahnya minat baca dan sepinya
pengunjung di perpustakaan SDN 105855 PTPN II Tanjungmorawa adalah: 1)
proses pembelajaran di kelas diarahkan siswa untuk mendengarkan ceramah
guru bukan didorong untuk membaca buku, 2) ketersediaan koleksi di
perpustakaan terbatas dan kurang menarik, dan 3) pengelolaan perpustakaan
sekolah yang belum maksimal.
Sekolah memiliki peran penting dan tanggung jawab sebagai pendorong
tumbuh kembangnya minat baca siswa. Lingkungan sekolah yang nyaman,
guru dan teman yang menyenangkan, dan sarana prasarana yang memadai,
dapat dipastikan akan meningkatkan minat baca para siswanya. Sarana
prasarana di sekolah yang penting dalam menumbuhkembangkan minat
baca siswa adalah perpustakaan sekolah. Perpustakaan sebagai tempat ideal
untuk mencari informasi dan pengetahuan yang berkembang dengan cepat.
Keberadaan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari peradaban dan budaya
umat manusia. Tinggi rendahnya peradaban dan budaya suatu bangsa dapat
dilihat dari kondisi perpustakaan yang dimiliki (UURI No. 43 Tahun 2007:27).
Untuk mengatasi masalah rendahnya
minat baca siswa di SDN 105855 PTPN II
Tanjungmorawa adalah melalui pemanfaatan
dan pengeloaan perpustakaan sekolah secara
profesional. Pengelolaan perpustakaan
dilakukan dengan melibatkan seluruh
komponen yang ada di sekolah.
Oleh karena itu, melalui pemanfaatan
dan pengelolaan perpustakaan sekolah
diharapkan dapat menjadi basis tumbuh
kembangnya minat baca siswa SDN 105855
PTPN II Tanjungmorawa.
Gambar 1. Perpustakaan
SDN 105855 PTPN II
129
Perpustakaan Sekolah sebagai Basis Tumbuh kembangnya Minat Baca
Siswa SDN 105855 PTPN II Tanjungmorawa

Minat Membaca dan Faktor


yang Mempengaruhinya
Minat baca harus ditumbuhkan sejak dini bagi siswa.Minat baca
merupakan hasrat yang kuat seseorang baik disadari ataupun tidak yang
terpuaskan lewat perilaku membacanya. Minat menentukan kegiatan dan
frekuensi membaca, mendorong pembaca untuk memilih jenis bacaan,
menentukan tingkat partisipasi di kelas dalam mengerjakan tugas, bertanya-
jawab, dan kesanggupan membaca di luar kelas (Hasanah dkk, 2011:34).
Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuhnya minat baca, antara lain:
(a) Motivasi, seorang pembaca membutuhkan motivasi yang tinggi dalam
kegiatan membaca agar tidak gagal paham, (b) Keluarga, kesadaran para
orang tua untuk menciptakan suasana rumah yang mendukung tumbuhnya
minat baca anak, (c) Bahan bacaan, ketersediaan buku-buku bacaan yang
menarik bagi anak sesuai dengan kehidupan kanak-kanaknya, dan (d) Sekolah,
mempunyai kewajiban untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
siswa untuk gemar membaca. Sikap dan perilaku guru yang mendorong siswa
untuk gemar membaca.

Perpustakaan sebagai Basis


Tumbuhkembangnya Minat Baca
Perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian,
pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan
keberdayaan bangsa. Secara spesifik fungsi perpustakaan antara lain:
(a) Melestarikan hasil budaya umat manusia, khususnya yang berbentuk
dokumen karya cetak dan karya rekam, (b) Menyampaikan gagasan,
pemikiran, dan pengetahuan kepada generasi selanjutnya, dan (c) Pusat
sumber informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, dan kebudayaan
(UURI No. 43 Tahun 2007).
Perpustakaan sekolah di bawah Pembinaan Kepala Sekolah dengan
seorang Kepala Perpustakaan sebagai Penanggungjawabnya dan dibantu
oleh tiga orang bidang layanan. Pengelolaan perpustakaan dilakukan
selaras dengan visi perpustakaan yaitu: ”Perpustakaan sebagai pusat ilmu
pengetahuan, informasi, dan rekreasi edukatif bagi siswa SD Negeri 105855
PTPN II Tanjungmorawa”.
130
Success Story
Kepala Sekolah SD

Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah


dengan “Limper”
Istilah Limper merupakan sebuah singkatan dari lima cara yang dilakukan
dalam rangka pemanfaatan perpustakaan sekolah yaitu:
Pertama, Penataan Ruangan. Penataan
ruangan yang dilakukan adalah menjaga
ruangan selalu bersih, ruangan dalam keadaan
sejuk, ruangan dicat dengan warna-warni
yang menarik pengunjung, perabot diatur
tata letak sedemikian rupa, koleksi ditata
rapi, dan memasang gambar atau poster yang
menggugah keinginan orang untuk datang ke
perpustakaan.
Kedua, Pengadaan Koleksi yang
Menarik. Koleksi yang menarik adalah hal
wajib. Tanpa koleksi yang menarik, mustahil
pengunjung datang ke perpustakaan. Koleksi
meliputi buku-buku referensi, cerita fiksi,
cerita nonfiksi, kamus, globe, majalah, surat
Gambar 2. Penataan
kabar, CD dan Video. Koleksiselain dilakukan
Ruang Perpustakaan yang
dengan pembelian juga dapat dibuat sendiri
Bersih dan Rapi
seperti kumpulan karya siswa dan guru.
Ketiga, Pelayanan Yang Ramah. Hal yang
paling penting selanjutnya adalah pelayanan
yang ramah. Pustakawan harus menampilkan
diri dengan ramah, murah senyum, siap
menjawab pertanyaan, siap mencari koleksi
yang dibutuhkan siswa. Tutur kata dan sapaan
yang sopan, penuh kasih sayang membuat
siswa akan tertarik dan merasa perpustakaan
adalah tempat yang nyaman.
Gambar 3. Pelayanan di Keempat, Penggunaan Pojok Baca Kelas.
Ruang Perputakaan Pojok baca di ruang kelas merupakan bagian
dari perpustakaan sekolah. Pojok baca untuk
mengatasi keterbatasan ruang perpustakaan dan waktu yang tersedia.
Guru kelas menjadi petugas di pojok baca yang dibantu oleh siswa secara
bergantian.
131
Perpustakaan Sekolah sebagai Basis Tumbuh kembangnya Minat Baca
Siswa SDN 105855 PTPN II Tanjungmorawa

Pojok baca juga ditata semenarik


mungkin, letaknya, koleksinya,
perawatan, dan kebersihannya.
Pengadaan buku-buku untuk pojok
baca dapat diperoleh dari sekolah dan
juga dapat disumbangkan oleh siswa.
Pada pojok baca diterapkan sistem
saling tukar buku antar siswa di kelas
(satubu).
Kelima, Pemberian Reward.
Reward paling ditunggu-tunggu oleh
siapa saja. Termasuk pengunjung
perpustakaan. Untuk menarik minat
siswa membaca diberikan reward
Gambar 4. Pojok Baca di Ruang
kepada pengunjung. Kategorinya
Kelas
pengunjung yang berhak mendapatkan
reward adalah yang paling banyak
berkunjung, paling banyak meminjam buku, sikap paling baik ketika di
perpustakaan, dan pengunjung yang menyumbangkan karya.
Sekolah juga mengadakan perlombaan misalnya lomba menulis pantun,
menulis puisi, membaca puisi, menulis sinopsis, membuat mading, dan lomba
bercerita. Reward diberikan tidak perlu yang mahal dan dilakukan secara
kontinu.

Hasil yang Dicapai


Pertama, Kunjungan siswa
di perpustakaan dan pojok baca
meningkat. Hasil pengamatan petugas
perpustakaan terhadap kunjungan
siswa dan catatan guru kelas terhadap
aktivitas siswa di pojok baca dapat
dilihat pada gambar berikut.
Berdasarkan gambar di samping,
kunjungan siswa di perpustakaan
meningkatkan dari 6.046 pengunjung Gambar 5. Jumlah kunjungan di
pada tahun 2016 menjadi 12.977 perpustakaan dan pojok baca
132
Success Story
Kepala Sekolah SD

pengunjung pada tahun 2017. Demikian juga


dengan pojok baca terjadi peningkatan dari
3.320 pengunjung pada tahun 2016 menjadi
17.872 pada tahun 2017.
Kedua, Rata-rata hasil US/USBN siswa
kelas VI mengalami peningkatan. Rata-rata
peningkatan dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 6. Rata-Rata Nilai Berdasarkan gambar di samping, nilai
US/USBN rata-rata US/USBN meningkatkan dari 82,03
poin pada 2015 menjadi 83,11 pada tahun
2016 dan menjadi 86,43 pada tahun 2017.
Ketiga, Prestasi Akademik dan Non Akademik Siswa Pada tahun 2016,
siswa berhasil meraih juara OSN, juara Lomba Bercerita, juara Lomba
Pengetahuan Dokter, juara FLS2N, juara O2SN di tingkat kecamatan maupun
kabupaten. Tahun 2017, prestasi yang diraih semakin membanggakan.
Lomba akademik maupun non akademik berhasil sampai memperoleh
juara di tingkat provinsi. Siswa juga sudah memiliki karya tulis berupa puisi,
pantun, karangan bebas lainnya. Hasil-hasil karya siswa tersebut dibuat jadi
kumpulan dan dapat dibaca oleh teman-temannya karena menjadi koleksi
perpustakaan.
Keempat, Prestasi Guru dan Sekolah. Para guru telah mempunyai karya
tulis berupa PTK dan jurnal. Karya tulis tersebut digunakan untuk mengusulkan
kenaikan pangkat pada Tahun 2017/2018 ini. Sekolah sebagai rumah idaman
kedua bagi warganya juga tak luput dari raihan prestasi. Perpustakaan sekolah
yang menjadi kebanggaan, telah berhasil menjadi perpustakaan terbaik III
tingkat Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2017. Tidak berhenti sampai di
situ, pada tahun 2018 perpustakaan terus berbenah sehingga memperoleh
terbaik I pada Lomba Perpustakaan SD tingkat Provinsi Sumatera Utara.

Penutup
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan dan
pengelolaan perpustakaan sekolah secara profesional dapat menjadikan
basis tumbuhkembangnya minat baca siswa di SDN 105855 PTPN II
Tanjungmorawa. Dengan tumbuhnya minat baca di kalangan siswa maupun
guru dapat meningkat prestasi belajar siswa baik akademik maupun non
133
Perpustakaan Sekolah sebagai Basis Tumbuh kembangnya Minat Baca
Siswa SDN 105855 PTPN II Tanjungmorawa

akademik. Oleh karena itu, kepada kepala sekolah direkomendasikan untuk


melakukan pemanfaatan dan pengelolaan perpustakaan sekolah agar dapat
tumbuh dan berkembangnya minat baca sebagai salah satu alternatif untuk
meningkatkan mutu sekolah. Kepala sekolah harus menyediakan sarana
prasarana yang dibutuhkan seperti perpustakaan serta dapat memotivasi guru
dan siswa untuk bekerja sama dalam meningkatkan minat baca di sekolah.
Kepala sekolah atau lembaga agar memfasilitasi dan mendorong para guru
dan siswa dalam memanfaatkan perpustakan sekolah sebagai suatu strategi
yang inovatif untuk menumbuhkan minat baca secara khusus dan prestasi
sekolah secara keseluruhan.

Ucapan Terima Kasih


Ribuan Terima Kasih, Penulis haturkan kepada Direktorat Tenaga
Kependidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dan
segenap narasumber. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik
atas bantuan yang diberikan. Dengan harapan, artikel ini bermanfaat terhadap
peningkatan kualitas pendidikan di SDN 105855 PTPN II Tanjungmorawa
khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Daftar Pustaka
Hasanah, Muakibatul, Nurchasanah & Hamidah, S. C. 2011. Membaca Ekstensif:
Teori, Praktik, dan Pembelajaran. Malang: Pustaka Kaiswaran
Perpustakaan Nasional RI. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta. PNRI
Sanjaya.2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta. Prenada Media Group.
“GURITA”
Solusi Tumbuhkan Budaya Literasi
di Sekolah

Muh. Syukur Salman


SDN 71 Model Parepare
Sulawesi Selatan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) sudah merupakan keharusan


untuk dikuasai oleh manusia saat ini. Survive tidaknya manusia dalam era
persaingan ini dikendalikan dengan iptek tersebut. Bahkan, tidak hanya untuk
keperluan ketahanan di dunia saja yang membutuhkan iptek, namun juga
sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia juga sejatinya ditunjang oleh iptek
dalam pengabdian kepada-Nya. Begitu besar manfaat dari iptek tersebut,
sehingga kadang membuat manusia lupa, bahwa dampak negatif pada iptek
juga tidak sedikit. Untuk itu perlu ada usaha keras untuk dapat memilih dan
memilah, positif dan negatif dari perkembangan iptek tersebut.
Kemajuan zaman saat ini yang hampir secepat “abracadabra”, tentu
harus pula diimbangi antisipasi yang jitu. Oleh karena itu, hal yang terpenting
adalah dengan menggiatkan literasi di segala bidang. Salah satu bentuk
inovasi literasi tersebut adalah “Gurita” yakni Gerakan Guru Bercerita. Para
anak bangsa, khususnya di sekolah-sekolah tidak boleh tertinggal apalagi
tergilas dengan kemajuan zaman tersebut. Tuntutan terhadap guru agar
siswanya terus berliterasi, mau tak mau memang menjadi keharusan. Namun,
saat ini juga, dalam usaha membuat siswa cinta terhadap literasi, khususnya
membaca dan menulis, tentu bukan pekerjaan yang mudah. Banyaknya hal
yang menghambat, terutama yang juga berasal dari kemajuan zaman tersebut
(iptek), cukup merepotkan bangsa ini untuk mengejar ketertinggalannya.
136
Success Story
Kepala Sekolah SD

Guru Dapat Menghambat Literasi Siswa


Deras dan besarnya pengaruh yang menghambat semangat literasi
pada anak bangsa ini umumnya dan siswa di sekolah khususnya, menjadi
kendala terbesar. Harus ada kiat yang mampu menyaingi bahkan melampaui
pengaruh atau godaan penghambat tersebut, jika literasi pada siswa diharap
keberhasilannya. Berbagai kiat yang telah dishare oleh pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mulai dilaksanakan oleh
sekolah, namun hasilnya masih sangat kecil, kalau tidak dikatakan jalan di
tempat. Penghambat ternyata juga berasal dari sesuatu yang sangat dekat
dengan siswa. Bahkan, penghambat ini bisa menjadi penghalang terbesar dari
kemajuan literasi pada siswa di sekolah. Guru menjadi penghambat terbesar
jika dia sendiri anti pada literasi. Literasi dasar, semacam membaca dan
menulis pun, belum digeluti oleh guru. Hal ini tentu merupakan “malapetaka”
terhadap budaya baca tulis yang saat ini gencar didorong oleh pemerintah.
Sejatinya, guru menjadi pionir terhadap usaha menumbuhkan budaya literasi
(membaca dan menulis) pada siswa, bukan justru sebaliknya.
Guru sejatinya digugu dan ditiru oleh siswanya. Apapun yang dilakukan
oleh guru senantiasa diamati dan diperhatikan bahkan diteladani oleh
siswanya. Hal ini sangat jelas terlihat pada siswa sekolah dasar (SD). Siswa
SD sangat percaya kepada gurunya. Saking percayanya, siswa SD sering lebih
percaya gurunya dibanding orangtuanya sendiri. Termasuk pada aktivitas
membaca siswa. Pengaruh ekstern kegemaran membaca atau tidak gemar
membaca, juga sangat dipengaruhi oleh gurunya. Siswa yang melihat gurunya
kurang atau tidak gemar membaca, tentu akan berdampak negatif terhadap
siswa. Guru yang menjadi panutan dan teladannya tidak pernah dilihatnya
membaca, mengakibatkan siswa pun ogah untuk membaca. Ini tentu hal yang
sangat ironis, karena meningkatnya kegemaran siswa membaca di sekolah
jelas menjadi tanggungjawab guru.
Di SD Negeri 71 Model Parepare, guru pada awalnya juga tidak gemar
membaca. Ada 16 guru di sekolah tersebut, dapat dikatakan semuanya
tidak gemar membaca. Hanya sesekali terlihat ada guru yang membaca,
itupun hanya saat akan melaksanakan pembelajaran di kelasnya. Hal ini
jelas imbasnya kepada siswa, yang juga tidak gemar membaca. Ada 245
siswa yang terdaftar di SD dengan ikon merah putih itu, hanya sekitar 5–10
persen saja yang kadang membaca di perpustakaan sekolah. Meski aktivitas
membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai juga berjalan, namun
terlihat hanya aktivitas pisik belaka. Para siswa sama sekali tidak menikmati
apa yang dibacanya. Para siswa membaca karena “takut” kepada gurunya
137
“GURITA”
Solusi Tumbuhkan Budaya Literasi di Sekolah

yang mengawasinya membaca. Namun, sekarang telah berubah menjadi


lebih baik, bahkan kegemaran membaca siswa boleh dikatakan tinggi. Apa
rahasianya?

Pentingnya Guru Bercerita pada Siswa


Siswa SD yang merupakan usia anak tentu menyukai cerita. Mereka
senang jika mendengarkan cerita yang dibawakan oleh gurunya. Banyak hal
yang dapat diperoleh siswa dengan mendengar cerita. Oleh karena itu, guru
harus mampu dan mau untuk bercerita di depan siswanya. Menurut Musfiroh,
(2005) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat bercerita antara lain membantu
pembentukan pribadi dan moral anak, menyalurkan kebutuhan imajinasi dan
fantasi, memacu kemampuan verbal anak, merangsang minat menulis anak,
merangsang minat baca anak, dan membuka cakrawala pengetahuan anak.
Cerita anak yang disuka oleh siswa sedikit banyak memengaruhi alur dan
perkembangan berpikirnya. Siswa juga akan berusaha untuk mengikuti dan
meneladani sikap dan prilaku tokoh pada cerita anak tersebut. Oleh karena
itu, cerita anak yang ”dikonsumsi” oleh siswa harus diyakini mengandung
nilai-nilai dan etika dari tokoh-tokohnya yang baik. Tentu hal ini berkaitan
erat pula pada Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) kepada siswa. Namun,
yang menjadi penghalangnya adalah siswa malas membaca. Oleh karena itu,
guru harus meningkatkan minat baca siswa terlebih dahulu. Parahnya lagi,
karena gurunya juga malas membaca, padahal guru harus terlebih dahulu
harus gemar membaca.
Guru malas untuk membaca
adalah persoalan tersendiri pada
sekolah khususnya persoalan
bagi kepala sekolah. Parahnya
lagi, karena persoalan ini tidak
akan dapat dipecahkan dengan
perintah untuk rajin membaca
kepada guru. Bisa jadi hal tersebut
diartikan sebagai kepemimpinan
gaya otoriter, oleh guru. Bercerita
adalah solusinya. Kepala sekolah
mengajak para guru untuk
bercerita kepada siswa. Guru bercerita kepada siswa tentu suatu hal yang
positif. Hal ini tentu akan mendorong guru untuk membaca, sekurang-
kurangnya membaca buku cerita anak yang akan diceritakan kepada siswa.
138
Success Story
Kepala Sekolah SD

Guru harus menguasai cerita anak tersebut terlebih dahulu, sebelum


membawakannya di depan siswa. Mau tidak mau, guru harus membaca
buku cerita anak tersebut, dan sisi positifnya adalah guru membaca karena
dorongan dari dalam diri mereka sendiri.
Guru bercerita kepada siswanya, sangat tepat untuk direaslisasikan. Hal
ini juga akan menjadi solusi terhadap permasalahan inti tadi, yakni kurangnya
literasi siswa. Siswa, selain senang diceritakan oleh gurunya, juga akan
berdampak positif terhadap kegemaran membaca siswa.
Para siswa akan termotivasi juga untuk membaca buku cerita karena asyik
mendengar gurunya bercerita. Selain itu, para siswa juga telah mempunyai
teladan untuk gemar membaca, yakni gurunya yang lebih dulu gemar
membaca. Hampir semua siswa di setiap tingkatan sekolah, suka jika gurunya
pintar bercerita. Termasuk siswa SD hampir dapat dipastikan semua siswanya
akan menanti guru yang gemar bercerita. Guru diharapkan mampu membuat
para siswa menganga dengan cerita yang disuguhkan. Jadikan cerita sebagai
“makanan pembuka” dalam memasuki proses pembelajaran inti.
Menurut Salman (2016:42) semua guru dapat diyakini mempunyai
kemampuan untuk pandai bercerita di depan siswanya. Kepiawaian guru
tampil dengan luwes di depan kelas adalah modal utamanya untuk pandai
bercerita. Hal yang terpenting yang perlu ditambahkan sebagai aktivitas yang
sebenaranya hampir merupakan kewajiban seorang guru, adalah membaca.
Guru harus meluangkan waktu untuk membaca. Bacaan cerita anak dan
cerita budi pekerti lainnya adalah hal yang spesifik untuk mempunyai bekal
dalam bercerita. Untuk tahap awal, bolehlah membacakan cerita kepada
siswa. Biarkan siswa penasaran terhadap cerita yang guru baca dengan cara
memotong-motong cerita tersebut untuk dilanjutkan keesokan harinya.

“Gurita” di SD Negeri 71 Model Parepare


Menurut Tampubolon (1991:50), bercerita kepada anak memainkan
peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan
membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak.
Gurita (Gerakan Guru Bercerita) adalah contoh dari inovasi kepala sekolah
yang dikembangkan di SDN 71 Model Parepare. Gerakan Guru Bercerita,
adalah salah satu bentuk pengembangan literasi kepada siswa yang
digawangi oleh para guru. Setiap guru, secara bergilir bercerita kepada siswa
pada kegiatan unjuk kreativitas. Guru sebelumnya memang telah membaca
buku yang akan diceritakan kepada siswa. Seluruh siswa pada pagi Selasa dan
Kamis antusias menanti dan mendengarkan gurunya bercerita. Kemampuan
139
“GURITA”
Solusi Tumbuhkan Budaya Literasi di Sekolah

guru dalam menampilkan ceritanya harus pula terus diasah. Guru bercerita
adalah sesuatu yang mengasyikkan oleh siswa. Berbagai neuron positif akan
muncul pada siswa pada kegiatan Gurita ini. Hal inilah yang akan menjadi
motivasi dan dorongan dari dalam diri siswa untuk membaca dan menulis
cerita. Selain itu, juga akan memberi masukan kepada siswa tentang karakter
dan prilaku yang baik karena ada hikmah atau teladan yang dapat dipetik
pada setiap cerita anak atau dongeng.
Kegemaran siswa membaca akan muncul karena merupakan “desakan”
dari dalam diri mereka sendiri, bukan desakan dari guru, pemerintah, atau
lainnya. Kesukaan siswa membaca akan berdampak positif terhadap literasi
ipteknya. Literasi iptek yang diharapkan, selain menguasai perkembangan
iptek saat ini, yang tak kalah pentingnya mampu memilih dan memilah positif
dan negatif iptek tersebut. Meski awalnya, Gurita hanya bertujuan agar siswa
gemar membaca dan menulis, tetapi itu merupakan hal yang esensi untuk
lanjut ketahapan lebih kompleks. Apalagi, sampai saat ini grade budaya baca
di Indonesia masih rendah dibanding negara-negara lainnya di dunia.
Pelaksanaan Gurita di SD Negeri 71 Model Parepare adalah guru
secara bergilir bercerita kepada siswa pada kegiatan unjuk kreativitas. Guru
sebelumnya memang telah membaca buku yang akan diceritakan kepada
siswa. Seluruh siswa pada pagi Selasa dan Kamis antusias menanti dan
mendengarkan gurunya bercerita. Kemampuan guru dalam menampilkan
ceritanya harus pula terus diasah. Guru bercerita adalah sesuatu yang
mengasyikkan oleh siswa. Berbagai neuron positif akan muncul pada siswa
pada kegiatan Gurita ini. Hal inilah yang akan menjadi motivasi dan dorongan
dari dalam diri siswa untuk membaca. Selain itu, juga akan memunculkan
keinginan untuk dapat menulis cerita juga.
Kegemaran siswa membaca akan muncul karena merupakan “desakan”
dari dalam diri mereka sendiri, bukan desakan dari guru, pemerintah, atau
lainnya. Kesukaan siswa membaca akan berdampak positif terhadap literasi
ipteknya. Literasi iptek yang diharapkan, selain menguasai perkembangan
iptek saat ini, yang tak kalah pentingnya mampu memilih dan memilah positif
dan negatif iptek tersebut. Meski awalnya, “Gurita” hanya bertujuan agar
siswa gemar membaca dan menulis, tetapi itu merupakan hal yang esensi
untuk lanjut ketahapan lebih kompleks. Apalagi, sampai saat ini grade budaya
baca di Indonesia masih rendah dibanding negara-negara lainnya di dunia.
“Gurita” sebagai program inovasi literasi di SD Negeri 71 Parepare ini telah
berjalan satu tahun terakhir ini. Hasilnya sungguh sangat memuaskan. Siswa
semakin rajin membaca dan menulis. Mereka (para siswa) terpancing untuk
membaca buku (khususnya buku cerita anak) dan juga menulis. Para siswa saat
140
Success Story
Kepala Sekolah SD

ini telah banyak masuk perpustakaan


sekolah untuk membaca. Teras baca
yang disiapkan sekolah juga tak luput
dari tujuan siswa membaca saat
istirahat. Hasil dari meningkatnya
budaya literasi tersebut, saat siswa-
siswa kelas 4, 5, dan 6 juga telah
menelorkan buku antologi puisi dan
cerpen. Hal ini tentu membawa “angin
segar” terhadap keberhasilan inovasi
literasi tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, dengan melihat realita “Gurita” dan hasil yang
telah dicapai, khususnya di SDN 71 Model Parepare, maka tentu inovasi ini
pantas untuk “dilirik” menjadi program yang jangkauannya lebih besar lagi.
Sekolah-sekolah lainnya tentu mampu juga untuk mengembangkan “Gurita”
ini. Ketelatenan dan kemauan yang kuat merupakan kunci sukses terlaksana
dan berhasilnya program ini. Kekurangan “Gurita” tentu masih ada, terutama
kepiawaian guru dalam membawakan cerita harus dimaksimalkan. Meskipun
demikian, untuk tahap awal semua sekolah yang digawangi para guru akan bisa
mengembangkan “Gurita” ini. Jika semua sekolah mau mengusahakan inovasi
dalam literasi siswa, maka tentu permasalahan literasi akan teratasi dengan
paripurna. Oleh karena itu, ucapan terima kasih kepada Direktorat Pembinaan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan, yang telah mempublikasikan “Gurita” sebagai
praktik baik ini dalam bentuk sebuah buku. Tentu saja publikasi semacam
ini akan dapat menyebarkan praktik baik dalam penyelenggaraan sekolah ke
seluruh pelosok nusantara. SEKIAN.

Daftar Pustaka
Musfiroh, Tadkiroatun. 2005.  Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta:
Depdiknas
Salman, Muh. Syukur. 2018. Kelas-kelas Angker. Surabaya: Pustaka Media
Guru
Tampubolon. 1991. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada
Anak. Bandung: Angkasa
Roket Manajemen “SAYANK”
Luncurkan Sekolahku Aman,
Berkarakter dan Berprestasi

Tri Mulyani, S.Pd, M.Pd


SDN Margoyoso, Kecamatan Salaman
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

Siapa sih yang tidak butuh rasa sayang? Setiap insan di dunia ini perlu
rasa sayang, bahkan binatang dan tumbuhan pun butuh rasa sayang, apalagi
kita? Sayang dalam bahasa gaulnya Sayank adalah sebuah ungkapan yang
sering kita dengar setiap hari, baik sayang kepada sang pencipta yakni Allah
SWT, kepada Nabi, kepada kedua orang tua, saudara, teman-teman bahkan
kepada seseorang yang bukan satu darah (orang lain) (aranty-agustin.
blogspot.co.id)
Kepala Sekolah sebagai kunci keberhasilan sebuah sekolah. Top manajer
di unit kecil pengelolaan pendidikan harus mampu mengolah konflik,
hambatan serta tantangan yang ada menjadi sebuah peluang emas power
keberhasilan. Pemikiran tersebut menggugah semangat saya ditugas baru
sebagai Kepala Sekolah. Ahkir tahun 2011 saya menerima surat perintah
tugas sebagai Kepala sekolah di SD Negeri Margoyoso kecamatan Salaman
Kabupaten Magelang. Sepintas pandang daerah yang punya potensi baik
memiliki prestasi yang rendah. Pasti ada kesenjangan antara harapan dan
kenyataan yang terjadi. Tahun 2012 saya mengamati serta mencari hambatan
serta tantangan yang ada baik di sekolah maupun lingkungan. Analisis
masalah saya lakukan.Titik terang mulai tampak, secara ektern ternyata
142
Success Story
Kepala Sekolah SD

sekolah terlibat ketidakharmonisan dengan pemerintahan desa. Secara intern


kurang percaya diri pendidik dalam berkreatif atau kurang inovasi, karakter
siswa tingkat emosionalnya tinggi, terbukti pada tinggkat perkelahian antar
siswa sering terjadi, kepercayaan wali siswa terhadap sekolah juga rendah
yang mengakibatkan rendahnya prestasi akademik maupun non akademik
di SDN Margoyoso. Saya mencoba membuat terobosan dengan manajemen
“SAYANK” (Simpati, Andragogi, Yakin, Among, Negosiasi, Kompak), untuk
terwujudnya sekolah aman untuk semua, siswa yang berkarakter, siswa
dan guru yang berkualitas, kepedulian orang tua serta aparat desa terhadap
sekolah yang akan bermuara pada layanan pendidikan yang bermutu.
Manajemen “SAYANK” adalah usaha mempengaruhi pendidik/guru,
siswa, wali siswa serta pemerintah desa dengan penuh rasa sayang untuk
melakukan perubahan dengan pola: Simpati, Andragogi, Among, Negosiasi
serta Kompak menuju budaya kwalitas pelayanan pendidikan, pembentukan
karakter, sekolah aman dan berprestasi.
Simpati adalah suatu proses kejiwaan dimana seorang individu merasa
tertarik kepada seseorang atau sekelompok orang karena sikap, penampilan,
wibawa, atau perbuatannya yang sedemikian rupa, di dalam proses ini
perasaan seseorang memegang peranan penting, walaupun dorongan
utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk
bekerjasama dengannya.(https://kbbi). Salah satu bentuk simpati adalah
senyuman karena akan membawa kita bahagia dan merupakan sebuah
ibadah. Sabda Rosulullah SAW” Senyum kalian bagi saudaranya adalah
sedekah”(H.R. Tarmizi dan Abu Dzar)
Andragogi yang berarti proses untuk melibatkan peserta didik dewasa
kedalam suatu stuktur pengalaman belajar. Istilah ini awalnya digunakan
oleh Alexander Kapp, seorang pendidik dari Jerman, pada tahun 1833, dan
kemudian dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh
pendidik Amerika Serikat, MalcolmKnoles (24 April 1913-27 Nopember 1977).
(Wikipedia, 2018: 10 April) dalam best practices ini yang dimaksud peserta
didik dewasa adalah pendidik/guru serta orang tua siswa.
Yakin adalah percaya (tahu, mengerti) sungguh-sungguh (merasa) pasti
tidak salah lagi. (https://kbbi.web). Suatu sugesti pada diri seseorang jika
sudah merasa yakin bahwa yang direncanakan adalah benar maka akan
mantab dalam melaksanakan.
Among Sebuah metode yang tidak menghendaki “paksaan–paksaan”,
melainkan member “tuntutan” bagi hidup anak-anak agar dapat berkembang
dengan subur dan selamat, baik lahir maupun batinnya” (https://Kebudayaan.
143
Roket Manajemen “SAYANK” Luncurkan Sekolahku Aman,
Berkarakter dan Berprestasi

kemdikbud.go.id). Sistem Among dilaksanakan dengan menerapkan prinsip


kepemimpinan yang terdiri dari: (1) “Ing ngarso sung tuladha” di depan
memberi tauladan, (2) ing madya mangun karsa (di tengah membangun
kemajuan) dan (3) tut wuri handayani di belakang memberi dorongan dan
pengarahan yang baik ke arah kemandirian (Ki Hajar Dewantara dalam AD/
ART Gerakan Pramuka, 2013 dalam Pramukaria.blogspot.co.id)
Negosiasi adalah proses tawar menawar dengan jalan berunding guna
mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak, (kelompok atau organisasi)
dan pihak (kelompok atau organisasi) yang lain atau penyelesaian sengketa
secara damai melalui perundingan antara pihak yang bersengketa.(https://
kbbi.web.id)
Kompak adalah Bersatu padu (dalam menanggapi atau menghadapi suatu
perkara dan sebagainya).(https://kbbi.web.id). Karakter bangsa Indonesia
salah satunya hidup bergotong royong dengan kebersamaan, kebhinekaan,
sehingga kompak disini sudah mengakar dari budaya bangsa Indonesia.
Implementasi roket manajemen “SAYANK” yang mampu Luncurkan
Sekolah Dasar Negeri Margoyoso Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
Jawa Tengah menjadi aman, berkarakter dan berprestasi sebagai berikut:
Simpati yang dilakukan di antaranya: (1) pembiasaan Yel 10 S yakni :
(Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun, Sehat, Semangat, Sukses, Sugih, Surga),
Senyum modal utama awal bekerja dengan semboyan 10S yang sengaja
penulis ciptakan, setiap pagi di kelas sebagai ucapan pembuka pembelajaran
setelah Asmaul Husna dan Lagu Indonesia Raya, (2) perlakuan lebih perhatian
kepada anak berkebutuhan khusus, (3) santunan anak yatim, (4) peduli siswa
dan orang tua warga sekolah dalam susah maupun senang.
Pendidikan Andragogi dengan sasaran Guru/Pendidik dan wali
siswa. Sasaran pendidik dikemas dalam kegiatan In House Training untuk
meningkatkan kompetensi guru, dalam menjalankan pekerjaannya dengan
mengoptimalkan potensi-potensi yang ada (Sujoko, 2012). Pendidikan
Andragogi kepada wali siswa dikemas dalam kegiatan kelas orang tua dan
paguyuban orang tua. Sebuah kepercayaan kami berikan kepada wali siswa
dalam bentuk pengelolaan tabungan siswa. Setiap hari Senin pengurus
paguyuban wali hadir di sekolah untuk menghimpun tabungan siswa. Siswa
kelas satu sampai kelas enam melalui guru kelas menyerahkan buku tabungan
yang kemudian diolah pengurus paguyuban. Guru tidak lagi tersibukan untuk
menulis dan mengurus tabungan siswa, konsen ke pembelajaran. Manfaat
bank mini sekolah ini berdampak positif antara lain: (1) wali siswa mempunyai
144
Success Story
Kepala Sekolah SD

Contoh kegiatan SIMPATI


Menyambut
Budaya apel pagi Penangan siswa sakit
kedatangan siswa

Gambar 1 Foto Kegiatan Simpati

tempat untuk simpan pinjam dengan jasa kecil, (2) guru tidak lagi ada masalah
ketika waktu pembagian tabungan, (3) jasa tabungan untuk santunan yatim
dan pengembangan sekolah.
Pendidikan andragogi dalam penerapan “nguwongke” memberi
kepercayaan kepada guru untuk berkreasi dan unjuk kerja dengan mental
juara. “ Tunjukkan bahwa anda mampu dengan bukti prestasi siswa, jangan
mengeluh karena akan menunjukkan ketidakmampuan anda” Kata ini sering
kami ucapkan dengan senyum di apel pagi. Pengendalian emosi siswa semakin
baik. Perubaahan perilaku siswa menuju siswa yang berkarakter dikarekan
program sekolah yang dicetuskan dalam pendidikan Andragogi melalui IHT
yang merumuskan penyaluran hiperaktif siswa dalam bentuk pelaksanaan
ekstrakurikuler (rebana, drumband, pramuka, seni tari, paduan suara,
mendongeng, kaligrafi, khot dan tilawah) dengan harapan tenaga super siswa
dapat tersalur karakter positif.
Yakin kegiatan dengan memberi kepercayaan kepada dewan guru
untuk melakukan/berbuat dan yakinkan untuk berhasil, Seperti kata bijak
yang disampaikan Mantan Presiden kira Gus Dur “ Kalau ingin melakukan
perubahan jangan tunduk pada kenyataan, asal yakin di jalan yang benar”
(gosipcerita.wordpress.com)(http://sijai.com)
Among membimbing anak-anak agar dapat berkembang dengan
subur dan selamat, baik lahir maupun batinnya. Dilaksanakan dalam betuk
hubungan khas antara pendidik dan anak didiknya dengan “momong” atau
“ngemong” (membimbing) memberi kemandirian, percaya diri dan kreatifitas
sesuai aspirasi peserta didik.
145
Roket Manajemen “SAYANK” Luncurkan Sekolahku Aman,
Berkarakter dan Berprestasi

SENI BUDAYA LELUHUR MEMBUAT SISWAKU BERBUDI LUHUR

Negosiasi alternatif pemecahan konflik dengan aparat desa dengan pihak


sekolah. Konflik yang terjadi termasuk konflik jenis konflik interpersonal.
Analisis konflik lakukan dengan mencari penyebab konflik, ternyata rintangan
komunikasi dan perbedaan individu sehingga terjadi aparat desa tidak
mempedulikan sekolah. Konflik bisa terselesaikan dengan kompromi (positive
response) pendekatan personal, kami duduk bersama menyelesaikan sampai
tuntas didasari semangat budaya.
Kompak dalam setiap kegiatan di sekolah oleh komunitas sekolah, saling
bantu, koreksi untuk sukses perencanaan, pelaksanaan maupun sukses hasil.
Setiap kegiatan dilaksanakan dengan tim yang kompak walaupun setiap
pendidik mempunyai tugas sebagai koordinator satu kegiatan tertentu.
Penerapan manajemen “SAYANK” sangat dirasakan hasilnya dari tahun
pertama hingga sekarang, secara beban tugas guru tidak merasa berat karena
didasarkan rasa sayang. Dampak bagi komunitas sekolah di antaranya: (1) Rasa
aman bagi warga sekolah karena tidak terjadi lagi konflik serta tumbuhnya
kasih sayang , dan mudah memaafkan, (2) Peningkatan prestasi dalam lomba
akademik maupun non akademik, dan (3) Peningkatan budaya karakter siswa,
yang semula sering terjadi perkelahian sekarang terkendali, (4) Kepercayaan
masyarakat makin mantab untuk menyekolahkan putra-putrinya di SD Negeri
Margoyoso, kuota siswa sesuai standar Pelayanan minimal terpenuhi jumlah
siswa antara 20 s/d 30 dengan jumlah siswa 164 orang, (5). Hubungan sekolah
dengan pemerintah sinergi dan harmonis, terbukti sering mengadakan
kerjasama simulasi sekolah aman yang dimonitoring pemerintah serta
simpatisan dari Australia, (6) Dunia usaha sekitar mengapresiasi dengan
pemberian nutrisi sehat kepada siswa secara gratis dan bantuan tenaga
pelatih drumband.
146
Success Story
Kepala Sekolah SD

Tabel 1 Keberhasilan sebelum dan sesudah diterapkan manajemen


”SAYANK”
Sebelum Sesudah
No Kegiatan
Tahun 1952-2011 Tahun 2012-2018 Keterangan
Akademik /hasil Antara 10 s/d 20 dari 50 Meningkat
1 44 dari 50 sekolah
USBN sekolah bertahap
Meningkat
2 Non akademik 4 tropy 78 tropy
signifikan
Suka berkelahi Emosi siswa
3 Karakter siswa Tidak pernah
(emosional) terkendali
Penyampaian ketidak
Mudah protes dengan Emosi wali
4 Sikap wali puasan pada kotak saran
emosional Terkendali
dan kelas orang tua
Tdk mau study lanjut, Semua study lanjut, kreatif
5 Pendidik Meningkat
apatis dan peduli mutu
Aparat Desa dan
6 Kurang peduli Peduli dan aktif Meningkat
dunia usaha

Manajemen “SAYANK sangat tepat diterapkan untuk mengolah


hambatan, tantangan menjadi kekuatan dan peluang. Bukti nyata mampu
menghantarkan SD Negeri Margoyoso menjadi sekolah aman, berkarakter
dan berprestasi. Berikut bukti foto tropy yang diperoleh di SDN Margoyoso
Sebelum penerapan manajemen SAYANK Sesudah penerapan manajemen SAYANK
selama 58 tahun (Tahun 1952-2011) 3 tropy selama 5 tahun (Tahun 2012-2018) 78 tropy

Mengingat adanya kecenderungan positif dari penerapan manajemen


”SAYANK” terhadap peningkatan rasa aman, karakter serta prestasi pada
SD Negeri Margoyoso, diharapkan kepada teman Guru janganlah berhenti
berkreasi, berinovasi. Yakinlah atas kemampuan yang kita miliki untuk
kemajuan siswa kita. Kepada rekan-rekan kepala sekolah bisa mengadaptasi,
mengadopsi serta mengembangkan manajemen “SAYANK” dalam
mengemban tugasnya.
147
Roket Manajemen “SAYANK” Luncurkan Sekolahku Aman,
Berkarakter dan Berprestasi

Ucapan terima kasih penulis sampaikan terutama kepada Direktorat


Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah yang
telah memberi kesempatan, fasilitas baik moril maupun materiil kepada
penulis sehingga terselesaikannya karya ilmiah populer ini dengan harapan
karya tulis ini bermanfaat di dunia pendidikan.

Daftar Pustaka
Sujoko, alfaris. 2012. Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran Melalui
In House
Alam,Endah,2014.10/02/2014.Pramukaria.blogspot.co.id
Sehatkancantik.blogspt.co.id/2014/10/10. manfaat senyum yang harus
diketahui.html
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/mengenal Sistem Among dalam Belajar
Taman Siswa. 2018; 10 April
https://kbbi.web.id/negosiasi,2018; 10 April
https://kbbi.web.id/simpati,2018;10 April
(gosipcerita.wordpress.com)(http://sijai.com)
Https://id.m.wikipedia,org,wiki, 2018;10 April
“SI BIAS”
Suatu Model Akselerasi Penguatan
Pendidikan Karakter di SD Negeri 2
Ngabab Pujon

Umi Magfiroh M.Pd


SD Negeri 2 Ngabab Pujon
Jawa Timur

Ditunjuknya satu sekolah dasar tiap kecamatan di seluruh Indonesia


pada tahun 2017 sebagai pilot project Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
merupakan salah satu bentuk implementasi kebijakan pemerintah RI tentang
Gerakan Nasional Revolusi Mental yang bertujuan untuk membenahi moral
bangsa yang saat ini ditengarai sedang mengalami dekadensi. Namun, hal
tersebut dirasa sangat kurang mengingat jumlah sekolah dasar di Indonesia
sangatlah banyak. Oleh karena itu, sikap pro aktif dari sekolah non pilot project
sangat diperlukan agar target implementasi PPK segera tercapai. Inovasi
perlu dilakukan untuk mempercepat tercapainya tujuan PPK sebagaimana
yang telah dilakukan oleh SD Negeri 2 Ngabab Pujon.
Pembiasaan atau budaya sekolah memegang peranan penting dalam
pembentukan karakter peserta didik. Namun, Permasalahan justru muncul
karena kegiatan pembiasaan yang seharusnya dilaksanakan dengan baik tetapi
tidak berjalan secara optimal. Hal tersebut menyebabkan kurangnya karakter
peserta didik dengan beberapa indikator sebagai berikut: performance siswa
yang kotor dan tidak rapi, siswa belum memiliki perilaku bersih dan sehat,
kedisiplinan yang rendah, siswa berbicara kotor, tidak hormat pada guru,
150
Success Story
Kepala Sekolah SD

tidak mengerjakan tugas, keluyuran saat jam pembelajaran, dan sebagainya.


Kurangnya karakter tersebut menjadi semakin lengkap setelah melihat
kondisi lingkungan kelas dan sekolah yang kotor dan tidak sehat. Halaman
sekolah selalu kotor, MCK berbau, jajanan yang dijual di lingkungan sekolah
tidak sehat, serta hal-hal lain yang harus mendapat perhatian serius.
Identifikasi awal terhadap permasalahan menemukan adanya beberapa
faktor yang saling berhubungan antara lain: sebagian besar siswa hampir 90%
berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi yang kurang perhatian
dari orang tuanya, sekolah tidak mempunyai program pembiasaan yang jelas
sehingga tanggung jawab guru terhadap sikap dan perilaku siswa sangat rendah
yang menyebabkan tidak optimalnya kegiatan pembiasaan siswa. Contoh:
siswa melakukan upacara tidak tertib, sulit ditata dalam barisan, senam
pagi seenaknya, tidak baris ketika memasuki kelas, tidak mau mengerjakan
piket, dan sebagainya. Selain itu, guru belum bisa menjadi teladan yang baik
bagi siswa dalam bersikap dan berperilaku sehari-hari di sekolah. Contoh :
bersikap cuek meskipun ada sampah berserakan, sering keluar kelas saat jam
pembelajaran, bahkan dalam kinerja sehari-hari sebagian besar guru hanya
sekedar memenuhi kewajiban kehadiran dan melaksanakan tugas tanpa ada
target yang jelas.
“Program Si Bias” sebagai akronim dari “Program Refleksi Pembiasaan”
menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan tentang karakter tersebut
dan bertujuan untuk mengoptimalkan kegiatan pembiasaan siswa setiap
hari di sekolah, meningkatkan kepedulian guru terhadap sikap dan perilaku
siswa, dan meningkatkan perhatian orang tua terhadap anaknya, baik di
rumah maupun di sekolah. Program tersebut memaksa peserta didik agar
mau melaksanakan pembiasaan dengan baik dan memaksa guru agar selalu
memantau sikap dan perilaku siswa setiap hari di sekolah. Untuk menjadi
terbiasa, sebuah perilaku harus dipaksakan dulu yang selanjutnya akan
menjadi sebuah karakter. Dalam pengembangan karakter tidak hanya berlaku
ungkapan “Ala Bisa karena Terbiasa” namun juga “Ala Bisa karena dipaksa”
(Mulyasa, 2013:32).
Dalam implementasinya, sekolah mengalokasikan waktu khusus di
akhir proses pembelajaran untuk melakukan “Refleksi Pembiasaan”. Refleksi
Pembiasaan yang dimaksud adalah kegiatan refleksi yang dilakukan siswa
terhadap kegiatan pembiasaan yang berisikan nilai moral dan karakter yang telah
dilakukan setiap hari di sekolah. Pada kegiatan refleksi ini siswa mengevaluasi
perilaku dirinya dalam satu hari di sekolah. Kegiatan refleksi dapat membantu
151
“SI BIAS” Suatu Model Akselerasi Penguatan Pendidikan Karakter
di SD Negeri 2 Ngabab Pujon

siswa menjadi akuntabel atau dapat dipertanggungjawabkan terhadap standar


yang tinggi, serta dapat membantu peserta didik untuk menginternalisasikan
nilai-nilai kebaikan dan mengambil manfaat untuk dirinya (Lickona, 2013:
348).
Terdapat tiga tahap implementasi Program Si Bias dalam rangka
akselerasi PPK di SD Negeri 2 Ngabab, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan
Monev.

Tahap Perencanaan (Planning)


Untuk mencapai keberhasilan, sebuah program harus direncanakan
secara matang dan sistematis. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap
ini meliputi: Studi pendahuluan melalui observasi awal terhadap kondisi
lingkungan sekolah, sikap guru terhadap peserta didik, komitmen dan
konsistensi guru terhadap tugas, pelaksanaan kegiatan pembiasaan peserta
didik di sekolah, serta kondisi sosial ekonomi orang tua siswa. Hasil observasi
menunjukkan beberapa masalah yang saling terkait. Nilai-nilai karakter belum
dapat tertanam dengan baik pada diri peserta didik karena tidak optimalnya
pelaksanaan pembiasaan di sekolah sebagai akibat dari rendahnya komitmen
dan konsistensi guru dalam menerapkan peraturan di sekolah. Perhatian
orang tua yang kurang, juga berpengaruh besar terhadap kurangnya karakter
peserta didik tersebut.
Telaah Pustaka sebagai kegiatan lanjutan bertujuan untuk mencari
jawaban atas permasalahan yang ada berdasarkan teori dan pendapat para
ahli yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam pemecahan masalah. Perbaikan
manajemen sekolah juga dilakukan dengan cara membentuk tim dan
pembagian job description agar semua komponen sekolah memahami dan
memiliki rasa tanggung jawab terhadap kesuksesan Program Si Bias. Sebagai
acuan praktis, tata tertib siswa dijabarkan menjadi 30 indikator pembiasaan
sebagai standar perilaku siswa selama di sekolah yang harus dilaksanakan di
dalam maupun di luar proses pembelajaran. Standar perilaku tersebut berupa
kegiatan sehari-hari yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan karakter,
di antaranya adalah datang tidak terlambat, bersalaman dengan guru, dan
perilaku lainnya yang semuanya berjumlah 30 indikator.
Penyusunan program dan instrumen pengumpul data dijadikan sebagai
acuan dalam melaksanakan kegiatan sehingga program berjalan terarah
dan terfokus untuk mencapai tujuan yakni peningkatan karakter peserta
152
Success Story
Kepala Sekolah SD

didik dalam rangka percepatan implementasi dan tujuan PPK. Instrumen


pengumpul data yang disusun terdiri dari instrumen untuk siswa, instrumen
untuk guru kelas, dan instrumen untuk kepala sekolah.
Kegiatan perencanaan yang tak kalah pentingnya adalah sosialisasi
program yang diberikan kepada seluruh komponen sekolah agar semua
unsur memiliki pemahaman kolektif tentang pentingnya program Si Bias
untuk meningkatkan karakter peserta didik demi tercapainya akselerasi
PPK. Sosialisasi awal berupa arahan dan breefing diberikan oleh kepala
sekolah kepada tenaga kependidikan agar mereka memahami tugas dan
tanggung jawabnya terkait prosedur implementasi program Si Bias yang akan
dilaksanakan. Sosialisasi berikutnya diberikan kepada peserta didik secara
auditorial maupun visual. Sosialisasi auditorial diberikan melalui penjelasan
dan arahan secara klasikal oleh guru kelas dan oleh kepala sekolah.
Penempelan poster pembiasaan di dinding kelas dan lembar pengingat
berisi 30 indikator pembiasaan di meja siswa, merupakan bentuk sosialisasi
secara visual yang tujuannya adalah agar siswa lebih cepat mengingat dan
memahami standar perilaku yang harus dipenuhi selama di sekolah. Media
visual dapat membantu penciptaan, penyimpanan, dan pencarian informasi
secara visual (De Porter, 2005: 68).
Kegiatan sosialisasi berikutnya diberikan kepada komite sekolah dan
wali murid. Melalui rapat koordinasi dengan komite sekolah, rapat wali
siswa, kegiatan rutin paguyuban kelas dan melalui surat edaran sekolah,
semua komponen tersebut memiliki persepsi dan pemahaman yang sama
tentang tujuan dan pentingnya program Si Bias. Sebagian besar waktu siawa
dihabiskan di lingkungan masyarakat, oleh karena itu diperlukan peran
komite sekolah dan wali siswa dalam menciptakan lingkungan masyarakat
yang berpengaruh positif bagi pembentukan karakter siswa yang dapat
menunjang kesuksesan Program Si Bias. Tanpa dukungan dan kerja sama
komponen tersebut, pelaksanaan dan pencapaian tujuan program Si Bias
tidak dapat berjalan dengan baik dan maksimal.

Tahap Pelaksanaan (Acting)


Program Si Bias dikatakan berhasil apabila pelaksanaan secara praktis
sesuai dengan rencana yang dibuat serta dapat mencapai tujuan sebagaimana
yang telah dicanangkan. Program Si Bias dilaksanakan secara rutin, terus
menerus dan berulang-ulang dengan prosedur sebagai berikut: a) pelaksanaan
refleksi pembiasaan oleh siswa setiap hari selama 15 menit di akhir proses
pembelajaran menggunakan lembar refleksi siswa. Pengisian lembar refleksi
153
“SI BIAS” Suatu Model Akselerasi Penguatan Pendidikan Karakter
di SD Negeri 2 Ngabab Pujon

berdasarkan 30 indikator pembiasaan yang telah dilakukan selama di sekolah;


b) penyusunan laporan hasil refleksi pembiasaan siswa setiap bulan oleh guru
kelas kepada kepala sekolah dan wali siswa sehingga diketahui perkembangan
dan kemajuan perilaku siswa; c) pemberian punishment kepada siswa yang
melakukan pelanggaran lebih dari 10 % terhadap 30 indikator pembiasaan.
Punishment diberikan setiap hari Sabtu minggu kedua, berupa latihan PBB
atau pemberian tugas pendalaman materi. Latihan PBB dipandu oleh guru
olahraga atau polisi BABINKAMTIBMAS desa setempat, sedangkan pemberian
tugas pendalaman materi diberikan oleh guru kelas.

Monitoring dan Evaluasi (Monev)


Kegiatan monitoring melalui observasi dilaksanakan setiap hari oleh
kepala sekolah untuk memastikan keterlaksanaan program Si Bias pada
masing- masing kelas. Evaluasi setiap bulan secara rutin dan berkelanjutan
dilaksanakan sebagai satu kesatuan dalam kegiatan Monev. Pada kegiatan
evaluasi, digali permasalahan dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan
program Si Bias serta dicarikan solusi bersama sebagai bahan tindak lanjut
untuk pelaksanaan pada bulan berikutnya.
Arahan dan pembinaan terkait tugas, peran dan kewajiban tenaga
pendidik terhadap siswa selalu diberikan oleh kepala sekolah pada saat
melakukan kegiatan evaluasi program. Sangat penting bagi semua tenaga
pendidik untuk selalu diberikan pencerahan agar mereka selalu menyadari
tugas dan kewajibannya. Tidak hanya memberikan pengetahuan, namun
membentuk karakter peserta didik merupakan tugas dan kewajiban yang harus
dilaksanakan sebaik-baiknya oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru. Kepala
sekolah selalu menekankan bahwasanya semua guru kelas berkewajiban
memberikan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan refleksi
karena berkaitan dengan proses pembentukan karakter peserta didik.
Pencerahan dan pembinaan tersebut selain dapat meningkatkan motivasi
dan disiplin kerja, juga dapat meningkatkan kepedulian dan komitmen guru
kepada peserta didik. Motivasi dan disiplin kerja yang tinggi, komitmen serta
kepedulian yang tinggi kepada peserta didik sangat diperlukan dan sangat
menentukan keberhasilan program Si Bias sebagai program pembentukan
karakter peserta didik sehingga dapat mempercepat implementasi dan
tujuan PPK di sekolah.
Program Si Bias dianggap berhasil apabila rata-rata keberhasilan
mencapai minimal 90%, atau prosentase kegagalan mencapai minimal
10%. Mulyasa (2013:198) berpendapat bahwa keberhasilan suatu program
154
Success Story
Kepala Sekolah SD

pembelajaran karakter dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil. Dari
segi proses, pendidikan karakter dikatakan berhasil apabila seluruhnya atau
minimal 85% peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun
sosial dalam proses pembelajaran pendidikan karakter. Sedangkan dari segi
hasil, pendidikan karakter dikatakan berhasil apabila pada seluruhnya atau
minimal 85% peserta didik terjadi perubahan perilaku yang positif.
Efektifitas program Si Bias sebagai strategi peningkatan karakter peserta
didik dalam rangka akselerasi PPK di SD Negeri 2 Ngabab Pujon ditunjukkan
oleh hasil pelaksanaan program yang telah berjalan selama 5 semester. Hasil
monev program Si Bias mulai semester genap tahun pelajaran 2015/2016
sampai semester ganjil tahun 2017/2018 menunjukkan keberhasilan sebagai
berikut: 1) tingkat pelanggaran siswa terhadap 30 indikator pembiasaan
mencapai 7,03 % atau tingkat keberhasilan mencapai 92,97 %; 2) kegiatan

Sholat Dhuha tiap Rabu Pagi Literasi sekolah tiap Pagi

Senam pagi Berbaris dan bersalaman dengan Shalat Dhuhur berjamaah


teman sebelum masuk kelas

Menyanyikan lagu kebangsaan Antri di kantin Membaca surat pendek dan


Asmaul Husna jumat pagi

Gambar 1. Dokumentasi sebagian Pembiasaan Siswa


155
“SI BIAS” Suatu Model Akselerasi Penguatan Pendidikan Karakter
di SD Negeri 2 Ngabab Pujon

pembiasaan di sekolah berjalan semakin baik, tertib dan teratur; 3) proses


pembelajaran semakin baik dan berkualitas; dan 4) kondisi lingkungan kelas
dan sekolah semakin bersih dan sehat. Hasil tesebut menunjukkan terjadinya
peningkatan karakter secara signifikan dibanding sebelumnya. Dengan
demikian akselerasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) telah dapat
dilakukan di SD Negeri 2 Ngabab Pujon.
Beberapa simpulan yang dapat diperoleh sebagai hasil implementasi
Program Si Bias dalam rangka akselerasi PPK di SD Negeri 2 Ngabab adalah:
1) telah terjadi akselerasi PPK di sekolah karena program Si Bias mampu
mencapai keberhasilan sebesar 92,97% dalam meningkatkan karakter peserta
didik; 2) Program Si Bias efektif meningkatkan karakter peserta didik karena
dapat meningkatkan motivasi pelaksanaan pembiasaan siswa di sekolah; 3)
keberhasilan Program Si Bias dipengaruhi oleh faktor pelaksanaan kegiatan
yang selalu mengacu pada prosedur yang ditetapkan; konsistensi pelaksanaan
yang dipandu oleh guru kelas; komitmen yang tinggi dalam pemberian
bimbingan kepada siswa untuk melakukan 30 indikator pembiasaan yang
ditetapkan sebagai standar perilaku; dan evaluasi yang dilakukan secara terus
menerus dan berkelanjutan.
Harapannya, Program Si Bias diimplementasikan di setiap satuan
pendidikan untuk meningkatkan karakter peserta didik sehingga target
implementasi PPK oleh pemerintah segera tercapai; hendaknya program
dilaksanakan secara konsisten, komitmen yang tinggi, serta evaluasi
secara terus menerus dan berkelanjutan agar tujuan dapat tercapai sesuai
harapan.
Tak lupa ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktur Pembinaan
GTK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas apresiasinya terhadap
praktik-praktik terbaik kepala sekolah dalam rangka peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia.

Daftar Pustaka
De Porter, Bobby, dkk. 2005. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
Lickona, Thomas. 2013. Character Matters (Persoalan karakter). Jakarta:
Bumi Aksara.
Mulyasa, E. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta : Bumi Aksara.
Manajemen Parlii Korea
untuk Mendongkrak Sekolah Unggul

Wahyuningsih Rahayu, S.Pd.,M.Pd.


SD Negeri Batusari 5 Demak
Jawa Tengah

Sekolah unggul menjadi dambaan setiap insan dalam dunia pendidikan.


Keunggulan sekolah bisa dilihat dari segi prestasi yang dicapai peserta didik
bidang akademik maupun non akademik. Sekolah unggul pasti akan menjadi
daya tarik orang tua untuk menyekolahkan putera-puterinya. Berdasarkan
pengamatan penulis SD Negeri Batursari 5 dihadapkan pada kenyataan
bahwa jumlah pendaftar peserta didik baru sejak tahun pelajaran 2014/2015
sampai 2016/2017 semakin menurun. Menurunnya minat masyarakat untuk
menyekolahkan putra-putrinya terjadi selama tiga tahun ini. Salah satu
penyebabnya adalah penurunan prestasi akademik maupun non akademik
yang diraih oleh SD Negeri Batursari 5.
Minimnya prestasi peserta didik ini, disebabkan kurangnya kemampuan
guru dalam mendesain proses pembelajaran yang kompetetif, sehingga
pengembangan potensi peserta didik belum optimal. Partisipasi komite
sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan kurang optimal sehingga aktivitas
sekolah hanya berjalan pada tataran minimal dan sederhana. Pembelajaran
guru masih konvensional tanpa memanfaatkan media dan metode yang
bervariasi. Budaya baca bagi peserta didik maupun guru masih rendah.
158
Success Story
Kepala Sekolah SD

Berbagai upaya mungkin pernah dilakukan kepala sekolah sebelumnya


untuk mengembangkan potensi peserta didik, tetapi hasilnya belum maksimal.
Pendaftar peserta didik baru semakin menurun. Prestasi dalam lomba
masih kalah dengan SD Negeri lain. Hal lain yang masih belum dilaksanakan
kepala sekolah lama adalah kurangnya menjalin kolaborasi dengan pihak
masyarakat, dunia usaha, maupun akademisi lainnya. Warga sekolah yang
berprestasi masih belum mendapatkan reward untuk meningkatkan motivasi
belajarnya.
Menindakkritisi kesenjangan tersebut, maka kepala SD Negeri Batursari
5 sejak bulan Oktober 2016 mendesain konsep pengembangan sekolah
unggul dengan menerapkan manajemen Parlii Korea (partisipasi, literasi,
inovasi, kolaborasi, reward, dan akuntabel) yang bermuara pada pencapaian
visi dan misi sekolah secara holistik dengan melibatkan stakeholders
(peserta didik, guru, orangtua, dan komite sekolah/masyarakat). Penerapan
Manajemen Parlii Korea ini diharapkan dapat mendongkrak sekolah unggul,
meningkatkan daya tarik masyarakat untuk menyekolahkan putra putrinya
ke SD Negeri Batursari 5 serta meningkatkan prestasi yang membanggakan
bagi warga sekolah. Selain itu juga terjadinya sistem yang sinergis antara
sekolah dengan masyarakat (komite sekolah), dunia usaha/dunia industri,
serta lembaga lainnya yang dapat meningkatkan kualitas sekolah unggul SD
Negeri Batursari 5.
Berdasarkan permasalahan tersebut berikut ini, akan dipaparkan
pengembangan sekolah unggul melalui manajemen Parlii Korea dan hasil
yang telah dicapai dari penerapan manajemen Parlii Korea di SD Negeri
Batursari 5.

Pengembangan Sekolah Unggul melalui


Manajemen Parlii Korea
Manajemen Parlii Korea dapat mewujudkan kemajuan dalam segala aspek
kegiatan untuk menjadi sekolah unggul. Langkah-langkah pengembangan
sekolah unggul melalui manajemen Parlii Korea ini dapat diuraikan sebagai
berikut.

Partisipasi
Kepala sekolah berupaya mengikutsertakan semua warga sekolah dalam
semua kegiatan yang dilakukan mulai dari tahapan perencanaan yaitu dengan
bermusyawarah antara guru, orang tua, komite, serta pengawas sekolah
159
Manajemen Parlii Korea
untuk Mendongkrak Sekolah Unggul

untuk menentukan kebijakan sekolah yang mendukung pencapaian sekolah


unggul. Langkah ini dengan pertimbangan bahwa apabila satu lidi berdiri tidak
bisa dan mudah patah, tetapi apabila lidi itu banyak dapat berdiri tegak dan
tidak mudah dipatahkan serta bermanfaat. Demikian pula partisipasi warga
sekolah, dengan semua pihak berpartisipasi maka akan menghasilkan tujuan
yang maksimal.
Musyawarah ini dimanfaatkan untuk dapat mensosialisasikan program
sekolah dan mengharapkan dukungan dari masyarakat dan komite baik
dalam segi dukungan material maupun spiritual.

Literasi dan Inovasi


Kegiatan literasi dan inovasi yang pertama dilakukan program peningkatan
kualitas guru, karena guru adalah fasilitator dalam pembelajaran di kelas.
Salah satu tujuan yang akan dilaksanakan sekolah adalah pembelajaran aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan yang berbasis teknologi informasi dan
komunikasi (TIK). Setiap hari Senin dan Kamis di sekolah diadakan pelatihan
TIK.
Inovasi dimulai dari kinerja guru yang mengajar di SD ini. Hal ini karena,
gurulah garda paling depan dalam mencapai kemajuan sekolah. Baik guru
PNS maupun Non PNS, semua wajib baca 30 di sekolah setiap hari selain
buku pelajaran. Cara pembelajaran guru mulai berbasis TIK, walaupun hanya
sekadar memanfaatkan aplikasi yang sudah ada, yang penting guru dapat
mengopersionalkan TIK. Pelatihan TIK juga dipadukan dengan pelatihan
pembelajaran inovatif yang hasilnya dapat dilaporkan dalam bentuk laporan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model pelatihan ini diberi nama model Odepe
(observasi, demonstrasi, dan pendampingan) yang artikelnya diikutkan dalam
simposium nasional tahun 2017 mendapat predikat terbaik 3.

Gambar 1. Kegiatan Literasi Guru di Sekolah


160
Success Story
Kepala Sekolah SD

Inovasi dilakukan juga dalam aspek sikap dan perilaku warga sekolah.
Inovasi ini meliputi: 1) penyambutan kedatangan peserta didik di depan pintu
gerbang mulai pukul 06.30 bagi guru piket; 2) pakaian seragam harus tertib
setiap hari baik peserta didik maupun guru; 3) membaca Asmaulkhusna, Al
Fatihah, doa, menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 stansa, lagu Mars SD Batursari
5, lagu mars PPK, melafalkan visi misi sekolah bersama-sama di halaman
sekolah; 4) menyanyikan salah satu lagu nasional sebelum pembelajaran dan
lagu-lagu Jawa sebelum pulang sekolah; 5) adanya program pungut sampah
bersama setelah sitirahat pertama dan kedua selama lima menit, Jumat
sehat, Jumat beramal, Jumat bersih dan Jumat hijau: 6) adanya program wajib
baca 15 menit setiap hari di sekolah selain buku pelajaran bagi peserta didik
dengan memanfaatkan pojok baca sebagai sarana informatika; 7) program
sekolah adiwiyata selama 4 tahun berjalan; 8) program pembinaan intensif
bagi peserta didik yang terpilih mewakili lomba setiap hari Rabu dan Kamis
pukul 13.00-15.00; 9) adanya program tambahan jam pelajaran wajib bagi
kelas enam selama tiga kali dalam seminggu dan kelas 1-5 dua kali dalam
satu minggu selama dua jam pelajaran setiap kali pertemuan, 10) adanya
ekstrakurikuler marchingband, seni dan pertunujukan, pramuka, voli, seni
tari, seni lukis, dan seni musik (pianika).
Salah satu inovasi dalam pemilihan warna cat yang cerah serta adanya
pojok baca sebagai media informatika dapat dilihat dalam gambar berikut.

Gambar 2. Pojok Baca sebagai Media Informatika

Inovasi dalam hal sarana dan prasarana sekolah: 1) pengecatan


gedung dan ruang kelas dengan warna cerah, 2) penyediaan pojok baca di
ruang kelas, 3) adanya papan pajang dan papan portofolio di setiap kelas,
4) adanya majalah karya peserta didik dan guru yaitu majalah Pesona
D’Bama, 5) penyediaan tempat sampah tiga jenis, 6) adanya tempat cuci
161
Manajemen Parlii Korea
untuk Mendongkrak Sekolah Unggul

tangan di depan kelas, 7) penyediaan laptop dan LCD, 8) penambahan kuota


internet speedy, 9) penyediaan buku-buku pengayaan bagi peserta didik,
10) penyediaan koperasi kejujuran, 11) penghijauan halaman sekolah, 12)
penyediaan seragam untuk peserta didik miskin, 13) Penyediaaan konstum
marchingband, 14) Penambahan alat marchingband (marimba, bas konser,
simbal drum, barcamp); dan 15) kerja sama dengan pihak lain dalam kegiatan
ekstrakurikuler voli, seni dan pertunjukan, seni tari, seni lukis,dan seni
musik.

Kolaboratif
Bentuk kolaboratif adalah melibatkan lembaga lain yang mendukung
peningkatan prestasi belajar peserta didik, antara lain kerja sama dengan
SMA Negeri 2 Mranggen, Lokananta dalam latihan marching bank, puskesmas
dalam penyuluhan kesehatan, lembaga tes psikologi, bimbingan belajar,
perusahaan, perguruan tinggi (USM, Poltekes, UPGRIS), dan lain-lain yang
memberikan bantuan dalam layanan pendidikan peserta didik.

Gambar 3. Kegiatan Matematika Menyenangkan


Kelas 6 oleh Dosen USM

Reward
Kegiatan yang dilakukan warga sekolah yang mendapatkan prestasi
mendapatkan apreasiasi dari sekolah. Reward itu berupa pemberian
piala dan uang pembinaan. Berikut ini sebagian kegiatan pemberian
penghargaan kepada warga sekolah yang berprestasi unggul.
162
Success Story
Kepala Sekolah SD

Gambar 4. Pemberian Reward Kepada Warga Sekolah

Akuntabel
Semua kegiatan dilaporkan secara terbuka dan transparan. Semua pihak
berhak tahu semua kegiatan yang sudah dilakukan sekolah baik itu sudah
berjalan lancar maupun belum terlaksana di papan pengumuman.
Keuangan sekolah baik dana BOS maupun bantuan dari komite dibuat
laporan secara detail dan transparan disertai bukti-bukti yang akurat untuk
mendapatkan kepercayaan dari orang tua dan masyarakat. Laporan kegiatan
dipasang dalam papan pengumuman mulai dari program, pelaksanaan,
hingga hasil kegiatan. Laporan juga disampaikan terbuka kepada wali murid
dalam pertemuan.

Hasil yang Dicapai dari Penerapan


Manajemen Parlii Korea
Mengembangkan sekolah unggul melalui manajemen Parlii Korea di
SD Negeri Batursari 5 memiliki dampak prestasi yang meningkat. Partisipasi
warga sekolah mulai dari tahapan perencanaan yaitu musyawarah dengan
dewan guru, komite, dan masyarakat kemudian pelaksanaan, dan tindak
lanjut untuk membangun sekolah unggul.
Hasil dari penerapan manajemen Parlii Korea: 1) peningkatan jumlah
pendaftaran peserta didik baru tahun pelajaran 2017/2018 menjadi 3 rombel
dengan jumlah peserta didik 105; 2) prestasi peserta didik dalam ranking
perolehan nilai USBN/US meningkat menjadi urutan 1 segugus dan urutan
163
Manajemen Parlii Korea
untuk Mendongkrak Sekolah Unggul

3 sekecamatan; 3) prestasi peserta didik dalam lomba voly, menari, kaligrafi,


baik di instansi pemerintah maupun swasta meningkat mulai dari tingkat
kecamatan hingga provinsi, 4) bantuan dari berbagai pihak, pemerintah
maupun swasta, yaitu rehabilitasi gedung, LCD, makanan, alat-alat kebersihan,
dan lain-lain; 5) sumbangan dari wali murid berupa bantuan sukarela sebanyak
85.000.000 dan bantuan dari peserta didik baru 75.000.000; 6) mendapatkan
bantuan sukarela dari peserta marchingband sebesar 18.000.000; 7) juara 2
marchingband tingkat Provinsi Jawa Tengah; 8) juara 1 marchingband tingkat
Kabupaten Demak; 9) Juara 1 Bulu Tangkis; dan lain-lain.
Dampak dari kegiatan ini adalah pembelajaran guru di kelas dengan
memanfatkan media TIK. Pembelajaran di sekolah berjalan dengan inovatif
dan memanfaatkan media dan metode pembelajaran sehingga menyenangkan
dan tujuan yang diharapkan tercapai.
Hasil dari program literasi guru wajib baca minimal 30 menit di sekolah
pada buku selain buku pelajaran. Wajib baca untuk peserta didik minimal
15 menit di sekolah setiap hari selain buku pelajaran. Prestasi dalam lomba
literasi meningkat, yaitu juara 1 lomba baca puisi, lomba cerita rakyat juara
1, lomba khotbah juara 2, lomba pidato juara 2, lomba menulis puisi dan syair
juara 2, lomba cerita islami juara 1, lomba pantomim juara 1.

Gambar 5. Juara 2 Gambar 6. Terbaik 3


Marchingband Simposium Nasional
Provinsi Jateng

Terbaik 3 simposium nasional bagi kepala sekolah; dan lain-lain.


Selain itu dalam bidang olahraga, kesenian, ekstrakurikuler juga
berhasil meraih prestasi gemilang. Guru juga meraih prestasi dalam berbagai
kejuaraan, antara lain dalam karya tulis ilmiah, penyusunan laporan PTK/
PTS, lomba inovasi pembelajaran tingkat nasional serta dalam bidang
olahraga. Kejuaran guru dari tingkat provinsi hingga tingkat nasional.
164
Success Story
Kepala Sekolah SD

Penerapan manajemen Parlii Korea


juga berdampak dalam peningkatan
peminat peserta didik baru tahun
pelajaran 2017/2108. Peserta didik baru
tahun pelajaran 2017/2018 meningkat
dari 58 pada tahun pelajaaran 2016/2017
menjadi 105. Berarti ada peningkatan
sebanyak 47 anak. Penerapan
manajemen Parlii Korea membawa
perubahan pola pikir ke arah yang lebih
maju bagi warga sekolah, sehingga
Gambar 7. Juara 1 Pantomim, meningkatkan prestasi.
1 puisi, 1 pidato, 1 cerita Dampak lainnya penerapan
bergambar manajemen Parlii Korea ini adanya
kerja sama dengan pihak lain yang
membuat SD Negeri Batursari 5 semakin baik dan maju. Bantuan dari pihak
lain baik lembaga pemerintah maupun lembaga swasta. Bantuan itu berupa
seperangkat marching band, LCD, makanan dan minuman, serta dalam hal
jasa pemeriksaan kesehatan dan tes psikologi peserta didik.
Beberapa faktor pendukung sebagai penguat penerapan manajemen
Parlii Korea: 1) kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidikan memiliki dedikasi
yang sangat tinggi untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, 2) komite
sekolah sangat mendukung setiap program yang dibuat sekolah, 3) kepala
UPTD dan Pengawas memiliki kepedulian dalam membina sekolah khususnya
memberikan motivasi untuk kemajuan sekolah, 4) pemerintah memberikan
bantuan operasional untuk mendukung program BOS dari pemerintah pusat,
dan 5) terjalinnya kerjasama yang erat dengan berbagai perguruan tinggi dan
lembaga lain.
Uraian pengalaman penulis dapat disimpulkan bahwa pengembangan
sekolah melalui manajemen Parlii Korea di SD Negeri Batursari 5 dilakukan
mulai dari kegiatan partisipasi semua warga sekolah dan pihak lain, literasi
bagi guru dan peserta didik serta inovasi dalam pembelajaran dan kegiatan
lain yang mendukung pencapaian prestasi sekolah, semangat kolaboratif
dengan lembaga lain, pemberian reward bagi warga sekolah yang mencapai
prestasi, serta mulai perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut dilaporkan
secara transparansi dan akuntabel.
165
Manajemen Parlii Korea
untuk Mendongkrak Sekolah Unggul

Hasil penerapan manajemen Parlii Korea di SD Negeri Batursari 5:


1) terbentuknya kesadaran warga sekolah untuk handarbeni sekolah,
memiliki keberanian dan keterbukaan dalam memberikan saran untuk
kemajuan sekolah sehingga prestasi sekolah meningkat, prestasi guru dan
jumlah peserta didik baru tahun pelajaran 2017/2018 meningkat, 2) adanya
pengembangan diri stakeholders untuk kemajuan sekolah yang ditandai
terjalinnya kerjasama sinergis antara sekolah dengan warga sekolah dan
berbagai pihak, 3) terwujudnya kepuasan kerja stakeholders sebagai dampak
peningkatan prestasi sekolah dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor,
4) Pembelajaran yang inovasi di SD Negeri Batursari 5; 5) Adanya reward
bagi warga sekolah yang mendapatkan prestasi yang membanggakan; dan 6)
semua kegiatan dilaporkan secara transparan dan akuntabel.
Berdasarkan pencapaian prestasi selama empat tahun ini, maka
direkomendasikan: 1) kepala sekolah perlu menjalin kerjasama, kebersamaan,
dan keterbukaan kepada warga sekolah sehingga pencapaian visi dan misi
sekolah menjadi tanggung jawab bersama, 2) sekolah perlu membentuk
teamwork untuk mewujudkan sekolah berprestasi dengan melakukan
analisis kondisi internal dan eksternal yang mencakupi strengths, weakness,
opportunities, threats (SWOT).
Atas dipublikasikannya karya ini, saya ucapkan terimakasih kepada
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Dasar dan Menengah Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud.

Referensi
Alwasilah, A.Chaedar. 2012. Pokoknya Rekayasa Literasi. Bandung: PT Kiblat
Buku Utama
Handoko, Hani. 2010. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE
Bandung Masagi
dan Siswa Bandung Juara

Nyi R. Waluyawati, S.Pd.M, Pd.


SDN 208 Luginasari Sukagalih Kota Bandung
Jawa Barat

Pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa,


proses pengembangan budaya dan karakter bangsa melalui peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang, proses
pendidikankarakter untukmengembangkan potensi siswa, melakukan proses
internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam
bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat serta
mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat. Karakter adalah
watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai
landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Strategi pembelajaran yang berhubungan dengan pembentukan karakter
terkait erat dengan sikap dan nilai terhadap perilaku atau afektif, tujuan
nasional telah memberi arahan yang dinamis terhadap fungsi pendidikan,
yaitu bahwa fungsi pendidikan bukan hanya sekedar sebagai pengemban
kebudayaan, melainkan juga sebagai pengembang kebudayaan, termasuk juga
pengubah kebudayaan, persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi
sorotan tajam masyarakat, Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan,
tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, media
massa, para pengamat pendidikan, dan pengamat sosial berbicara mengenai
168
Success Story
Kepala Sekolah SD

persoalan budaya dan karakter bangsa. di berbagai forum seminar, persoalan


yang muncul di masyarakat khususnya pada siswa sekolah seperti tawuran,
kedisiplinan, mencontek, perundungan/bullying.
Rumusan tujuan pendidikan nasional sarat dengan pembentukan
sikap atau karakter, berdasarkan pengamatan awal di Sekolah Dasar Negeri
208 Luginasari Sukagalih, menemukan permasalahan di sekolah, pokok
permasalahannya adalah belum terbangunnya budaya sekolah secara
optimal, dimana warga sekolah kurang peduli terhadap perkembangan dan
prestasi sekolah, pembiasaan sebagai upaya penanaman, penumbuhan
dan penguatan karakter belum berjalan secara optimal, standar pelayanan
minimal belum tercapai secara maksimal, sehingga prestasi sekolah, prestasi
guru, maupun prestasi siswa belum mampu berbicara pada tingkat kecamatan
sekalipun,
Upaya menumbuhkan dan penguatan karakter dilakukan
dengan menerapkan model pendidikan karakter Bandung masagi
pengimplementasiannya disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing,
Bandung masagi terdiri dari dua kata Bandung dan masagi, kata masagi berarti
paripurna, kokoh, ajeg di segala kehidupan, dalam filosofi sunda masagi
adalah orang yang memiliki banyak kemampuan dan tidak ada kekurangan,
masagi dapat diwujudkan pada pengalaman serta ilmu pengetahuan yang
menjadi kesatu paduan dan tidak lagi berpecah-pecah yang berpijak pada
nilai-nilai kearifan lokal dan sekaligus mengintegrasikan keterampilan abad
21 yang sejalan dengan program penguatan pendidikan karakter (PPK) di
tingkat nasional.
Model pendidikan karakter Bandung masagi merupakan implementasi
yang berbasis kearifan local, sebagai model pendidikan karakter di Kota
Bandung diharapkan lahir generasi muda yang benar- benar masagi dalam
pengetahuan, sikap dan perbuatan. Tujuan model pendidikan karakter
Bandung masagi adalah untuk membentuk karakter siswa menjadi menjadi
kuat, cerdas, berakhlak.
Dengan demikian model pendidikan karakter Bandung masagi diharapkan
menjadi solusi dalam menyelesaikan permasalahan karakter siswa, yang
menumbuh kembangkan karakter positif siswa yang mengedepankan etika
dan moral bukan melalui kekerasan, dan hal ini sejalan dengan jargon Kota
Bandung yaitu Bandung Juara, Bandung juara tidak akan terwujud tanpa
upaya dari seluruh warga, khususnya dalam bidang pendidikan diharapkan
unggul dan selalu menjadi yang terbaik, dan akan bermuara kepada sekolah
sebagai lembaga strategis dalam menanamkan pendidikan karakter.
169
Bandung Masagi
dan Siswa Bandung Juara

Ketidakmampuan sekolah dalam mengantisipasi dan beradaptasi dengan


perubahan, lambat laun akan dapat menimbulkan keterpurukan sekolah itu
sendiri, sikap antisipatif dan adaptif dapat dilakukan melalui upaya untuk
melaksanakan perbaikan tata pengelolaan sekolah, peranan kepala sekolah
menjadi penentu maju mundurnya kualitas pendidikan di sekolah yang
dipimpinnya.
Pengamatan awal selama bertugas di SDN 208 Luginasari Sukagalih,
terlihat kondisi warga sekolah yang kurang bersemangat dalam melaksanakan
tugasnya yang di tandai denganrendahnya budaya kerja, sebagian guru
datang ke sekolah sekedar melaksanakan tugas dan menggurkan kewajiban,
kesadaran belum terbentuk pada diri guru yang secara langsung berdampak
terhadap perilaku siswa, guru harus menjadi panutan dan memberikan
keteladanan bagi siswa, sementara itu bagi kepala sekolah hasil pengkajian
ini menjadi bahan masukan dalam menentukan kebijakan sekolah tentang
pengembangan pendidikan karakter dan budaya sekolah.
Berdasarkan pengamatan awal inilah di SDN 208 Luginasari Sukagalih
menemukan berbagai permasalahan, salah satu pokok permasalahan
yang menjadi bahan pemikiran adalah belum terbangunnya budaya
sekolah berkarakter secara optimal, warga sekolah kurang peduli
terhadap perkembangan, kemajuan dan prestasi sekolah,untuk keluar dari
permasalahan karakter tersebut diperlukan kebijakan yang mendukung
program serta kegiatan yang sesuai dengan masyarakat dan budaya orang
Bandung.
Pembiasaan rutin dengan menerapkan tatakrama dan etika menjadi
program awal kepala sekolah yaitu dengan senyum, sapa, salam, sopan,
santun (program 5S) sebagai langkah awal yang dilakukan agar pola
berkomunikasi antara warga sekolah terjalin secara aktif dan pada akhirnya
menjadi pembiasaan, pembiasaan program 5S ini yang wajib dilakukan setiap
pagi guna menunjukkan adanya komunikasi, kontak fisik melalui jabatan
tangan serta kontak mata yang tidak putus antar seluruh warga sekolah,
sehingga dengan demikian siswa akan memotret kegiatan di sekolah yang
pada akhirnya akan memunculkan kebiasaan positif. Upaya pembentukan
karakter terus menerus di laksanakan, berjalan mengikuti proses, sehingga
untuk keluar dari permasalahan karakter tersebut diperlukan kebijakan yang
mendukung program serta kegiatan yang sesuai dengan masyarakat dan
budaya orang bandung.
170
Success Story
Kepala Sekolah SD

Model pendidikan karakter Bandung masagi sebagai upaya guna


meningkatkan kesadaran dan komitmen seluruh warga sekolah dalam
menanamkan dan membudayakan karakter. Bandung masagi adalah model
pendidikan karakter kota Bandung yang bertujuan untuk membentuk generasi
muda yang berkarakter yang didasari dengan iman dan takwa. Program
pendidikan karakter Bandung masagi merupakan dokumen tertulis yang
mengintegrasikan prinsip-prinsip Refleksi dari nilai-nilai landasan kearifan lokal
Sunda, kompetensi Abad 21 (6C) yaitu Berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi
efektif, kreatif, kewarganegaraan, dan karakter. Indikator pengembangan
yang menjadi acuan pendidikan karakter model Bandung masagi meliputi 20
Karakter yaitu baik, jujur, berani, percaya diri, tangguh, peduli, tekun, adil,
toleran, disiplin, mandiri, kritis, inisiatif, kreatif, ramah, sederhana, sabar,
kooperatif, bertanggung jawab, cekatan dan rendah hati.
Peta ekosistem akan terbentuk relasi siswa dengan lingkungannya di
sekolah yang meliputi interaksi sosial antara siswa dengan teman sebaya,
siswa dengan kakak kelas, siswa dengan guru, siswa dengan kepala sekolah,
siswa dengan personel sekolah lainnya seperti penjaga sekolah, dan penjaga
kantin, tenaga administrasi sekolah (Tata Usaha dan Operator).
Manfaat dari diterapkannya model pendidikan karakter Bandung
masagi antara lain pembiasaan dan penguatan karakter, yang diharapkan
dapat meningkatkan olah pikir, olah hati, olah karsa, olah raga serta prestasi
belajarnya baik aspek kognitif, afektif dan psikomotor agar menjadi lebih baik.
Ruang lingkup program Bandung masagi terdiri dari empat pilar yaitu, pilar
religi, pilar budaya sunda, pilar lingkungan hidup, pilar bela negara. Ruang
Lingkup Religi merupakan pendidikan agama adalah pendidikan memberikan
pengetahuan, membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan dalam
mengamalkan ajaran agama dan dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui
mata pelajaran.
Ruang lingkup budaya sunda mencerminkan masyarakat sunda religius
dan spiritual, periang dan ramah tamah, menjungjung tinggi sopan santun,
sangat menghormati orang tua, wanter, berani dan percaya diri. Ruang
lingkup lingkungan hidup melatih siswa untuk menjaga dan peduli terhadap
kelestarian alam. Ruang lingkup bela negara secara fisikbela negara diartikan
sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik dari pihak yang
mengancam keberadaan Negara, secara non fisik bela negara diartikan
sebagai upaya berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara yang
implementasinya lebih luas.
171
Bandung Masagi
dan Siswa Bandung Juara

Berikut foto model pendidikan karakter Bandung masagi di SDN 208


Lugainasari Senanggalih:

Gambar 1. Permainan Gambar 2. Foto Kegiatan


tradisional Oray Orayan Latihan Pramuka

Strategi dan Implementasi


model pendidikan karakter
Bandung Masagi dilaksanakan dan
di perkenalkan dalam program
Masa Pengenalan Lingkungan
Sekolah, Intrakulikuler / Kurikuler,
Ekstrakulikuler, Non kurikuler, Ko
kurikuler, hal ini dimaksudkan dalam
upaya membentuk siswa Bandung
juara. Implementasi Prinsip Program
Pendidikan Karakter Bandung
Masagi 4S (Silih Asih, Silih Asah,
Silih Asuh, Silih Wawangi) yang
dengan program tersebut telah
menghasilkan juara-juara, misalnya
pada pilar bela negara menjadi juara
RUKIBRA, Pramuka, juara PILDACIL,
juara silat, juara ngadongeng dan Gambar 3. Kegiatan Program 5S
sebagainya.
Dampak yang dicapai dari implementasi model pendidikan karakter
Bandung masagi di SDN 208 Luginasari Sukagalih Kota Bandung, respon yang
baik terhadap program yang ditujukan kepada siswa khususnya dan warga
sekolah,budaya kerja serta disiplin pegawai meningkat secara signifikan.
Hasil pengkajian dan pengimplementasian model Bandung masagi ini
diharapkan dapat diterapkan di sekolah lain dengan ruang lingkup atau pilar
172
Success Story
Kepala Sekolah SD

pembelajaran berkarakter, terutama bagi sekolah yang sedang memulai


program pembiasaan. Budaya kerja dan karakter yang mampu menginspirasi
dalam menularkan energi positif bagi sekolah lainnya, merujuk pada harapan
pemerintah Kota Bandung menciptakan Bandung juara, sehingga dengan
jargon Bandung juara dapat menciptakan siswa-siswa yang berprestasi secara
akademik dan non akademik, menjadi insan yang beriman dan bertaqwa
serta berkarakter.
Model pendidikan karakter Bandung masagi jika konsisten dilaksanakan
olehseluruh kepala sekolah yang berada di lingkungan Dinas Pendidikan
Kota Bandung khususnya merupakan strategi yang sangat tepat dalam
meningkatkan kinerja guru,meningkatkan dan menggerakkan seluruh warga
sekolah menuju sekolah yang berkarakter serta dijadikan sebagai acuan dalam
memecahkan berbagai persoalan yang terjadi di sekolah. Diharapkan peran
serta pengawas bina di sekolah dapat memberikan bimbingan, arahan, serta
dukungan kepada kepala sekolah agar program inovasi yang dikembangkan
menjadi budaya sekolah yang membumi, serta dapat dikembangkan di
sekolah lain.
Terima kasih kepada Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
Direktorat Jendral guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan yang telah memfasilitasi kami dalam penulisan buku karya
kreatif kepala sekolah dan pengawas.

Referensi
Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jendral Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan. DEPDIKNAS 2009
Djahiri, Kosasih. 2007. Pembaharuan Paradigma PKn-PIPS-PAI. Bandung:
LABPMPKN FIPS UPI Bandung.
Komara, Endang. 2008. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung:
Multazam.
Nasution. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Pendidikan Karakter Bandung Masagi. Buku Panduan Umum. 2017. Dinas
Pendidikan Kota Bandung
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen
Jika Lampu Menyala Terang Akan
Banyak Laron yang Datang
(Buah Keberhasilan “Peran Gorong” di SD Negeri Merjosari 4 Kota Malang)

Winarto
SD Negeri Merjosari 4 Kota Malang
Jawa Timur

Jika lampu menyala terang akan banyak laron yang datang. Sebaliknya
jika lampu tidak menyala terang tak ada seekor laron pun yang datang.
Pernyataan tersebut dianalogikan dari sebuah sekolah yang difavoritkan
masyarakat dan tidak difavoritkan. Sekolah yang difavoritkan masyarakat
biasanya merupakan sekolah yang dikelola dengan baik dan memiliki banyak
prestasi, sehingga menjadi terkenal. Sekolah yang pengelolaannya kurang
baik dan tiada berprestasi, minat masyarakatnya juga akan rendah.
Hal tersebut sesuai dengan kondisi SD Negeri Merjosari 4 Kota Malang,
sekolah pinggiran yang berada di perbatasan antara Kota Malang dengan
Kabupaten Malang. Pada tahun 2012/2013 prestasi guru masih minimal, siswa
belum memiliki prestasi akademik maupun non akademik dan sekolahpun
(lembaga) belum memiliki prestasi. Hal inilah yang diduga membuat animo/
minat masyarakat menjadi rendah (rata-rata jumlah siswa per kelas hanya
16 siswa).
Karena itu SD Negeri Merjosari 4 Kota Malang berusaha memperbesar
cahayanya. Meskipun sekolah berada di pinggiran, jika dikelola dengan baik,
sehingga kompetensi guru baik, prestasi siswa baik, prestasi sekolah baik
174
Success Story
Kepala Sekolah SD

akan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Agar kompetensi dan prestasi


guru, prestasi siswa dan prestasi sekolah meningkat perlu dibangun bersama-
sama melalui tripusat pendidikan (keluarga-sekolah-masyarakat).
Dari hasil angket yang disebarkan sekolah pada tahun 2012/2013,
diperoleh data bahwa keterlibatan guru, orang tua dan masyarakat masih
minimal. Data menunjukkan bahwa keterlibatan dalam perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan kontrol bersama guru hanya 12,5%,
keterlibatan orang tua hanya 10%, dan keterlibatan masyarakat hanya 0%.
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tertanggal 17 April 2007
menetapkan bahwa Kepala Sekolah memiliki lima kompetensi, yaitu
Kompetensi Kepribadian, Manajerial, Kewirausahaan, Supervisi dan  Sosial.
Salah satu kompetensi yang perlu mendapat perhatian Kepala Sekolah
adalah kompetensi kewirausahaan. Pada kompetensi ini diharapkan
seorang kepala sekolah mampu: menciptakan inovasi yang berguna bagi
pengembangan sekolah, menerapkan kepemimpinan dalam mencapai
keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang efektif, memotivasi
guru dan tenaga kependidikan untuk sukses dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya, memotivasi peserta didik untuk sukses dalam prestasi
akademik dan non akademik, dan mengembangkan pengelolaan kegiatan
produksi sekolah sebagai sumber belajar peserta didik.
Kompetensi kewirausahaan perlu didukung oleh kompetensi manajerial,
sehingga inovasi yang dilakukan Kepala Sekolah terdukung dengan
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan
(actuating) dan pengawasan (controlling) yang baik. Tak kalah penting pula
dukungan kompetensi kepribadian dan sosial serta supervisi.
Menyadari keterbatasan individu dalam menyusun perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan melakukan kontrol, maka keterlibatan
semua stakeholder pengelolaan sekolah dipandang sangat penting. Seperti
ajaran Ki Hajar Dewantara bahwa keberhasilan pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat (tri pusat
pendidikan).
Karena itulah SD Negeri Merjosari 4 melibatkan orang tua, pendidik-
tenaga kependidikan serta masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi program sekolah melalui penyusunan Peran Gorong (peta
pikiran gotong royong), yang dimaksudkan sebagai upaya menuangkan buah
pikir stakeholder sekolah. Gotong royong dipilih sebagai pemecahan, karena
merupakan budaya lokal masyarakat di pedesaan yang masih kental seperti
di wilayah Genting, Merjosari Kota Malang.
175
Jika Lampu Menyala Terang Akan Banyak Laron yang Datang
(Buah Keberhasilan “Peran Gorong” di SD Negeri Merjosari 4 Kota Malang)

Dengan tindakan Peran Gorong ini diharapkan dapat meningkatkan


kompetensi guru, meningkatkan prestasi siswa, dan meningkatkan prestasi
sekolah di SD Negeri Merjosari 4 Kota Malang.

Peta Pikiran
Mengapa harus membuat peta pikiran? Peta Pikiran merupakan suatu
cara untuk mengorganisasikan dan menyajikan konsep, ide, tugas   atau
informasi lainnya dalam bentuk diagram. Dari peta pikiran dapat disajikan
informasi yang terhubung dengan topik sentral, dalam bentuk kata kunci,
gambar (simbol), dan warna sehingga suatu informasi dapat dipelajari dan
diingat secara cepat dan efisien.Peta pikiran dapat mengubah informasi
menjadi pengetahuan, wawasan dan tindakan.
Peta Pikiran terdiri atas tiga komponen utama, yaitu: Topik Sentral, pokok
atau fokus pikiran/isu yang hendak dikembangkan, Topik Utama, level pikiran
lapis kedua sebagai bagian dari Topik Sentral dan Sub Topik, level pikiran lapis
ketiga sebagai cabang dan diletakkan pada level pikiran lapis berikutnya.
Peta Pikiran dapat pula dibuat menggunakan aplikasi komputer yang
sudah berbentuk berbagai model, warna dan sesuai tata urut pembuatan
peta pikiran, sehingga pembuatan peta pikiran ini semakin mudahdan
menyenangkan.

Peta Pikiran Gotong Royong (Peran Gorong)


Peran Gorong pada dasarnya adalah pembuatan peta pikiran seperti di
atas, namun dalam pelaksanaannya merupakan kolaborasi (gotong royong)
antara Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Orang tua murid (Komite dan
Paguyuban Kelas) dan Tokoh Masyarakat (Ketua RW setempat).
Keterlibatan secara gotong royong ini diharapkan memperoleh curah
gagasan yang sebanyak-banyaknya. Dengan gotong royong mereka akan
merasa memiliki program/rencana tersebut serta ikut bertanggung jawab
mensukseskannya.

Kompetensi Guru dan Prestasi Guru


Pada Permendiknas  No.16  Tahun 2007 seorang guru memiliki empat
kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional.
176
Success Story
Kepala Sekolah SD

Sedangkan menurut Pedoman Guru Berprestasi tahun 2018 Guru


Berprestasi adalah guru yang memiliki kinerja dan kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional yang mampu memenuhi Standar Nasional
Pendidikan.

Prestasi Siswa
Menurut Wikipedia, Prestasi berasal dari bahasa Belanda yang artinya
hasil dari usaha.  Prestasi diperoleh dari usaha yang telah dikerjakan.  Dari
pengertian tersebut, maka pengertian  prestasi adalah hasil atas usaha
yang dilakukan seseorang. Prestasi dapat dicapai dengan mengandalkan
kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual, serta ketahanan diri dalam
menghadapi situasi segala aspek kehidupan (https://id.wikipedia.org/ wiki/
Prestasi).
Berdasarkan definisi di atas, prestasi belajar berarti hasil yang dicapai
oleh seseorang dalam kegiatan belajar. Dalam pembahasan ini yang dimaksud
prestasi belajar adalah peningkatan prestasi akademik dan non akademik
yang diperoleh siswa meliputi: Capaian nilai akademik: hasil capaian ujian
sekolah yang diraih selama tahun 2013-2017 dancapaian non akademik
berupa capaian hasil lomba yang diraih oleh sekolah yang diraih dalam
rentang waktu 2013-2017.

Prestasi Sekolah
Prestasi sekolah adalah prestasi secara kelembagaan yang melibatkan
semua stakeholder sekolah dan memperoleh kejuaraan dari penyelenggaraan
ujian atau lomba oleh Dinas Pendidikan, antara lain: capaian nilai
akreditasi sekolah, Evaluasi Kinerja Kepala Sekolah, Green School Festival,
perkembangan ekstra kurikuler, perkembangan sarana/prasarana, Pembinaan
Karakter, perkembangan jumlah PTK, perkembangan Budaya Sekolah dan
perkembangan jumlah siswa (animo masyarakat).
177
Jika Lampu Menyala Terang Akan Banyak Laron yang Datang
(Buah Keberhasilan “Peran Gorong” di SD Negeri Merjosari 4 Kota Malang)

Kerangka Berpikir

Pemecahan Masalah
Tindakan ini dilakukan dengan subjek guru sebanyak 8 orang, siswa
sebanyak siswa yang setiap tahun mengalami perubahan dan prestasi sekolah
berupa prestasi yang diraih sekolah.
Dilaksanakan dimulai awal 2012/2013 sampai dengan 2016/2017
bertempat di SD Negeri Merjosari 4 Kota Malang, Jl. Tirtomulyo No. 38 Kota
Malang

Kebaruan Pemecahan Masalah


Peran Gorong yang melibatkan tripusat pendidikan tidak banyak
dilakukan oleh sekolah lain dalam penyelesaian peningkatan kompetensi
guru, peningkatan prestasi siswa dan peningkatan prestasi sekolah, maka
pemecahan masalah dengan cara ini merupakan hal yang baru (inovatif).

Langkah-langkah Pemecahan Masalah


Pertama, dilakukan pertemuan pleno (guru, orang tua dan tokoh
masyarakat) untuk sosialisasi tentang kondisi sekolah: kompetensi guru,
prestasi siswa dan prestasi sekolah yang perlu ditingkatkan, menyampaikan
ajakan untuk memajukan sekolah bersama-sama, menyampaikan maksud
untuk melakukan curah gagasan dalam bentuk peta pikiran sebagai dasar
penyusunan program sekolah, memperkenalkan cara membuat peta pikiran,
memberikan contoh pengerjaan dan membentuk 3 kelompok,di mana masing-
masing kelompok terdiri atas unsur sekolah, orang tua dan masyarakat.
178
Success Story
Kepala Sekolah SD

Kedua, Diskusi dan mengerjakan peta pikiran dalam kelompok, dengan


aktivitas membagi kelompok, yakni Kelompok I membahas Kompetensi
dan prestasi Guru, Kelompok II membahas Prestasi Siswa dan Kelompok
III membahas Prestasi Sekolah. Tiap-tiap kelompok didampingi seorang
operator dari unsur sekolah.

Gambar 1. Hasil Kerja Tiap Kelompok

Ketiga, peserta masing-masing kelompok melakukan laporan/presentasi,


sedangkan kelompok lainnya memberikan masukan agar hasil kerja kelompok
semakin lengkap.

Gambar 2. Presentasi dari Masing-masing Kelompok

Keempat, kegiatan perumusan, berupa kegiatan menggabungkan hasil


kerja kelompok menjadi mind map besar.

Gambar 3. Peta Pikiran Setelah Diubah dengan MindJet


179
Jika Lampu Menyala Terang Akan Banyak Laron yang Datang
(Buah Keberhasilan “Peran Gorong” di SD Negeri Merjosari 4 Kota Malang)

Kelima, dilakukan Pleno untuk mendengarkan laporan Perumus dan


penyerahan hasil peta pikiran kepada Kepala Sekolah, di mana peta pikiran
manual telah diubah menjadi Aplikasi MindJet oleh operator sekolah.
Kepala Sekolah mem-breakdownide-ide yang tertuang dalam Peta Pikiran
menjadi visi, misi sekolah dan ke dalam Rencana Kerja Sekolah (4 tahun), dan
RKS selanjutnya dijabarkan dalam program Kerja Tahunan.

Dimensi yang Perlu Ditingkatkan


Dimensi yang perlu ditingkatkan dalam tindakan ini adalah Peningkatan
Kompetensi dan Prestasi Guru, Peningkatan Prestasi Siswa dan Prestasi
Sekolah.
Peningkatan kompetensi guru yang diharapkan adalah meningkatnya
kompetensi pedagogik berupa perangkat pembelajaran yang dibuat guru,
dimana kondisi awalnya hanya 20% (2012/2013), meningkatnya jumlah guru
yang menulis PTK dan membuat media yang kondisi awalnya belum ada (di
tahun 2012/2013). Sementara prestasi guru yang pada tahun 2012/2013
belum ada, diharapkan terdapat seorang guru memperoleh prestasi di setiap
tahunnya.
Prestasi siswa diharapkan terjadi peningkatan, dimana pada tahun
2012/2013 capaian rata-rata nilai lulusan hanya mencapai 69, ranking
sekolah menduduki ranking 53 dari 58 sekolah, dan belum ada prestasi non
akademik.
Sedangkan prestasi sekolah diharapkan terjadi peningkatan dari kondisi
awal 2012/2013 yang belum memiliki prestasi kelembagaan dalam lomba-
lomba sekolah seperti Green School Festival, prestasi Kepala Sekolah dan
masih rendahnya animo masyarakat (rata-rata per kelas hanya 16 siswa)
akan terjadi peningkatan.
180
Success Story
Kepala Sekolah SD

Peningkatan Kompetensi Guru


Setelah dilakukan tindakan, terjadi peningkatan terhadap komptensi
guru yang dibuktikan dengan data sebagai berikut:

Gambar 4. Grafik
Peningkatan Kompetensi
dan Prestasi Guru

Peningkatan Prestasi Siswa

Gambar 5. Grafik
Peningkatan Prestasi
Siswa

Dari Grafik di atas menunjukkan bahwa untuk nilai rata-rata Lulusan setiap
tahun mengalami kenaikan: 69 (tahun 2013/2014), 71 (tahun 2014/2015 dan
2015/2016) dan pada akhir tahun 2016/2017 terjadi lonjakan yang signifikan
menjadi rata-rata 81.
Pada Peringkat Kelulusan juga terjadi kenaikan ranking (dalam grafik
tergambar menurun, namun artinya semakin kecil angkanya, semakin naik
peringkatnya): ranking 53 (pra tindakan), 49 (2013/2014), 47 (2014/2015),
48(2015/2016). Dan terjadi lompatan signifikan pada tahun 2016/2017
(ranking 8) dari 58 sekolah.
Prestasi Non Akademik Siswa juga mulai menunjukkan hasil, meskipun
baru keluar prestasi di tahun kedua, yakni 1 juara (2014/2015), 3 juara di
tahun 2015/2016 dan 3 juara di tahun 2016/2017. Artinya target terpenuhi.
181
Jika Lampu Menyala Terang Akan Banyak Laron yang Datang
(Buah Keberhasilan “Peran Gorong” di SD Negeri Merjosari 4 Kota Malang)

Peningkatan Prestasi Sekolah


Beberapa prestasi yang diraih dari tindakan Peran Gorong adalah
meningkatnya nilai akreditasi dari B (2012/2013) menjadi A (tahun
2013/2014), Juara Mading 3D Green School Festival 3 tahun berturut-turut
(2015-2017), dan diraihnya Penghargaan Kepala Sekolah Terbaik dalam
Pengelolaan Supervisi (2015/2016).
Prestasi terkait keterpenuhan guru dan sarana/prasarana digambarkan
sebagai berikut:

Gambar 6. Grafik Prestasi


Sekolah: Guru dan
Sarana/Prasarana

Peningkatan Jumlah Siswa

Gambar 7. Grafik
Peningkatan Jumlah Siswa

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa peningkatan kompetensi guru,


peningkatan prestasi siswa dan peningkatan prestasi sekolah berdampak
meningkatnya animo masyarakat.

Penutup
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Peran Gorong
dapat Meningkatkan Kompetensi Guru, Meningkatkan Prestasi Siswa dan
Meningkatkan Prestasi Sekolah di SD Negeri Merjosari 4 Kota Malang
182
Success Story
Kepala Sekolah SD

Karena Peran Gorong terbukti mampu meningkatkan kompetensi guru,


prestasi siswa dan meningkatkan prestasi sekolah, maka Peran Gorong dapat
direkomendasikan menjadi salah satu alternatif pemecahan peningkatan
mutu di sekolah lain.
Dalam kesempatan yang baik ini diucapkan terima kasih kepada Direktur
Pembinaan Tenaga kependididkan Pendidikan Dasar dan Menengah pada
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memfasilitasi peserta dalam
Penyusunan Buku Best Practices Series Tahun 2018.

Daftar Pustaka
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan
Dosen, Jakarta, Visimedia, 2008
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
https://id.wikipedia.org/wiki/Prestasi, Wikipedia Bahasa Indonesia,
Ensiklopedia Bebas
Gerakan Literasi Sekolah
Penumbuh Minat Baca Siswa dalam
Pembelajaran
(Praktik Baik di SD Negeri 3 Kedungwringin, Jatilawang, Banyumas)

Yuliani, S.Pd.
SD Negeri 3 Kedungwringin, Jatilawang
Banyumas, Jawa Tengah

Pentingnya Minat Baca Siswa


SD Negeri 3 Kedungwringin secara geografis berada di tengah-tengah
pemukiman penduduk yang padat yaitu di desa Kedungwringin Kecamatan
Jatilawang Kabupaten Banyumas. Jarak lokasi SD Negeri 3 Kedungwringin
dengan ibukota kecamatan tidak begitu jauh hanya 1,5 kilometer. Secara
umum sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SD Negeri 3 Kedungwringin
sudah baik karena sudah memiliki ruang kelas yang lengkap, ruang guru,
ruang perpustakaan, kamar mandi/wc, tempat parkir sepeda, serta halaman
sekolah walaupun tidak terlalu luas. Kondisi ruang kelas masih cukup baik,
begitu pula ruang guru dan ruang perpustakaan. Halaman sekolah juga sudah
dipaving sehingga terlihat bersih dan rapi.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kondisi nyata di SD Negeri 3
Kedungwringin, diketahui bahwa ruang perpustakaan yang dimiliki belum
digunakan sebagai ruang perpustakaan sebagaimana mestinya. Gedung
184
Success Story
Kepala Sekolah SD

perpustakaan yang telah berdiri kokoh tidak dimanfaatkan dan dikelola


dengan baik bahkan ada kecenderungan ditelantarkan begitu saja. Hal ini
dapat dilihat dari isi ruang perpustakaan yang kosong dan dijadikan sebagai
gudang tempat penyimpanan barang-barang milik sekolah yang sudah tidak
layak digunakan. Ruang perpustakaan sangat kotor dan berantakan, cat
tembok pun sudah pudar serta terlihat kumuh. Koleksi buku perpustakaan
sangat sedikit dan merupakan terbitan lama serta dibiarkan menumpuk
di sudut ruang perpustakaan. Kondisi ini menggambarkan bahwa buku-
buku perpustakaan tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik dalam proses
pembelajaran. Ruang perpustakaan juga digunakan untuk menyimpan almari
yang sudah rusak sehingga terlihat berantakan, kotor, serta tidak terurus.
Permasalahan lain yang muncul adalah kurangnya dukungan dari para
guru di sekolah dan para pemangku kepentingan sekolah. Kondisi ini dapat
terlihat dari tidak dimasukkannya anggaran pengembangan dan pemeliharaan
perpustakaan sekolah ke dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah. Di
sisi lain kurikulum tingkat satuan pendidikan yang disusun dan dikembangkan
sekolah juga belum mengintegrasikan dengan pentingnya keberadaan
perpustakaan sekolah di dalamnya. Tidak adanya tenaga pustakawan yang
tetap juga menjadi penghambat dalam pengelolaan perpustakaan sekolah.
Kondisi perpustakaan yang tidak dikelola dengan baik mengakibatkan
rendahnya minat baca dan kemampuan literasi siswa di SD Negeri 3
Kedungwringin. Minat baca siswa yang rendah mengakibatkan kemampuan
literasi siswa tidak berkembang dengan maksimal. Kemampuan literasi
(mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) adalah kemampuan dasar
yang penting dikuasai oleh anak dalam meraih prestasi belajar dan cita-citanya
di masa yang akan datang. Kesulitan dalam belajar dan kegagalan dalam
menerima informasi akan dialami oleh anak jika kemampuan dasar tersebut
gagal/kurang dikuasainya. Hal ini sungguh sangat memprihatinkan, karena
apabila dibiarkan berlarut-larut akan memunculkan dampak menurunnnya
prestasi siswa baik akademik maupun non akademik.
Pengelola sekolah dalam hal ini Kepala Sekolah harus mampu menyusun
strategi yang tepat dalam rangka menjawab tantangan-tantangan yang
dihadapi untuk mewujudkan keberhasilan pendidikan dan pembentukan
karakter dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Peran kepala sekolah
sangat menonjol dalam pengelolaan sekolah. Kepala sekolah merupakan
orang yang paling bertanggungjawab dalam pelaksanaan perjalanan sekolah.
Sebagai orang yang berada di tataran paling atas, kepala sekolah dituntut
untuk mampu mengendalikan sekolah, baik ke dalam maupun ke luar.
185
Gerakan Literasi Sekolah Penumbuh Minat Baca Siswa dalam Pembelajaran
(Praktik Baik di SD Negeri 3 Kedungwringin, Jatilawang, Banyumas)

Keadaan SD Negeri 3 Kedungwringin masih jauh dari harapan sebagai


sebuah satuan pendidikan menciptakan kondisi yang dapat memunculkan
minat baca pada siswa. Oleh karena itu kepala sekolah harus melakukan
tindakan nyata dalam pengelolaan perpustakaan guna mengatasi ketimpangan
dengan harapan lambat laun tapi pasti siswa mempunyai minat membaca
yang tinggi dan mengembangkan kemampuan literasi siswa.

Penerapan Pembelajaran Literasi Sekolah


Berdasarkan kondisi yang diuraikan di atas, Kepala Sekolah tertantang
untuk membenahi keadaan tersebut. Dari identifikasi masalah yang diuraikan
di atas maka timbulah pertanyaan, “Bagaimana cara mengelola perpustakaan
sekolah agar lebih optimal dan dapat menumbuhkan minat baca siswa serta
mengembangkan kemampuan literasi siswa di SD Negeri 3 Kedungwringin?”
Untuk menjawab pertanyaan di atas dan memecahkan permasalahan
yang dihadapi maka sekolah menggunakan program penerapan
pembelajaran literasi sekolah. Pembelajaran literasi sekolah ini dipilih karena
dianggap efektif dan efisien untuk menumbuhkan minat baca para siswa,
mengembangkan kemampuan literasi siswa dan dapat mengoptimalkan
pengelolaan perpustakaan di SD Negeri 3 Kedungwringin. Pembelajaran
literasi sekolah sangat sederhana, efektif, dan efisien untuk dilaksanakan
sesuai kondisi yang ada di SD Negeri 3 Kedungwringin. Program ini terinpsirasi
dari pelaksanaan Kurikulum Wajib Baca Gerakan Literasi Sekolah yang
dicanangkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016.
Dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah ini terdapat Kurikulum Wajib
Baca yang disusun berdasarkan tahap-tahap literasi, yakni tahap pembiasaan,
tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengembalikan fungsi
perpustakaan sekolah yaitu sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar,
menjadikan perpustakaan sekolah sebagai pusat penelitian sederhana yang
menjadikankan para siswa mengembangkan kreativitas dan imajinasinya,
untuk mengoptimalkan pengelolaan perpustakaan sekolah secara lebih efektif
dan efisien, menjadikan perpustakaan sekolah sebagai pusat belajar mandiri
yang menyenangkan bagi siswa dan guru, mengembangkan kemampuan
literasi bagi siswa, menumbuhkan minat baca bagi siswa dan guru, serta
menanamkan pendidikan karakter bagi siswa.
186
Success Story
Kepala Sekolah SD

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan optimalisasi


pengelolaan perpustakaan sekolah dengan penerapan pembelajaran literasi
sekolah adalah secara umum dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah,
dan secara khusus dapat menumbuhkan minat baca, mengembangkan
kemampuan literasi, dan penanaman pendidikan karakter pada siswa.
Sebagai langkah awal pelaksanaan kegiatan penerapan pembelajaran
literasi sekolah maka pada awal Januari tahun 2016 kepala sekolah
mengadakan rapat koordinasi dengan para guru di SD Negeri 3 Kedungwringin.
Rapat ini bertujuan untuk menentukan langkah-langkah program yang
akan dilaksanakan. Selanjutnya pada bulan Maret tahun 2016 SD Negeri 3
Kedungwringin berhasil mendapat tenaga perpustakaan,walaupun secara
kualifikasi akademik belum memenuhi syarat tetapi tetap diterima karena
sekolah sangat membutuhkan. Langkah pertama yang kepala sekolah lakukan
adalah mengundang tenaga perpustakaan dari SD lain yang sudah memenuhi
kualifikasi akademik untuk menjadi mentor bagi tenaga perpustakaan di SD
Negeri 3 Kedungwringin. Mentor tersebut diharapkan dapat menularkan
ilmu dasar-dasar pengelolaan perpustakaan kepada tenaga perpustakaan di
SD Negeri 3 Kedungwringin, sehingga tenaga perpustakaan yang baru dapat
segera melaksanakan tugas dengan baik dalam mengelola perpustakaan.
Kegiatan penting selanjutnya yang harus segera dikerjakan adalah
menginventarisir buku-buku perpustakaan bantuan DAK 2011 yang
dianggarakan kembali pada tahun 2015. Tenaga perpustakaan kemudian
memberi label pada buku-buku perpustakaan tersebut agar tertib secara
administrasi. Apabila pengelolaan perpustkaaan dilakukan dengan baik dan
profesional maka pelayanan perpustakaan pun akan dapat lebih optimal.
Untuk lebih meningkatkan mutu dan kompetensi profesional tenaga
perpustakaan di SD Negeri 3 Kedungwringin, maka pada bulan Maret tahun
2016 SD Negeri 3 Kedungwringin juga mengirimkan tenaga perpustakaan
untuk mengikuti Bimbingan Teknis Pengelolaan Perpustakaan Sekolah
Berbasis Multi Media di Gedung Gurinda Sarwa Mandala selama 2 hari yang
diselenggarakan oleh Kelompok Kerja Petugas Perpustakaan Sekolah (KKPPS)
SD Kabupaten Banyumas.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran literasi sekolah dimulai ketika sarana
dan prasarana perpustakaan sekolah di SD Negeri 3 Kedungwringin sudah
tertata cukup baik. Kepala sekolah berkoordinasi dengan para guru kelas dalam
merealisasikan gerakan literasi sekolah. Kegiatan yang pertama dilaksanakan
adalah tahap pembiasaan yang berupa kegiatan membaca lima belas menit
setiap hari pada jam ke-0 atau lain waktu berdasarkan kesepakatan sekolah.
187
Gerakan Literasi Sekolah Penumbuh Minat Baca Siswa dalam Pembelajaran
(Praktik Baik di SD Negeri 3 Kedungwringin, Jatilawang, Banyumas)

Guru kelas bekerja sama


dengan petugas perpustakaan
dalam peminjaman buku-
buku perpustakaan yang akan
dibaca siswa. Jenis buku yang
dibaca para siswa bisa fiksi
dan non fiksi. Setiap siswa
membaca buku selama lima
belas menit dan apabila belum
selesai maka dapat dilanjutkan
keesokkan harinya. Para siswa
wajib menandai halaman buku Gambar 1. Siswa sedang berkunjung
yang sudah dibaca dengan dan membaca di perpustakaan Lentera
pembatas buku yang sudah Ilmu
dibuat sendiri, siswa dilarang
melipat halaman buku yang sudah selesai dibaca karena dapat merusak buku
tersebut. Apabila para siswa sudah selesai membaca satu buku maka siswa
boleh mengembalikan buku tersebut untuk diganti dengan judul buku yang
lain di perpustakaan. Kegiatan membaca lima belas menit sebelum pelajaran
ini dipandu oleh guru kelas dan dilaksanakan di dalam ruang kelas masing-
masing masing.
Agar siswa lebih mudah memilih buku bacaan yang mereka sukai, maka
dibuatlah sudut baca atau perpustakaaan kelas di kelas masing-masing.
Setiap satu minggu sekali koleksi buku bacaan dapat ditukar dengan koleksi
buku yang lain di perpustakaan induk sekolah. Setiap warga kelas mempunyai
kewajiban memelihara dan menjaga sudut baca atau perpustakaan kelas
tersebut dengan penuh tanggungjawab.
Rangkaian kegiatan pembelajaran literasi sekolah ini dilanjutkan dengan
program wajib kunjung perpustakaan sekolah. Petugas perpustakaan
menyusun jadwal kunjungan ke perpustakaan kepada setiap guru kelas.
Kemudian sesuai jadwal, setiap guru kelas membawa siswa satu kelas untuk
berkunjung ke perpustakaan. Guru memberikan tugas untuk membaca
buku yang berkaitan dengan materi pelajaran, membuat rangkuman, dan
berdiskusi.
Pada tahap pengembangan pembelajaran literasi sekolah dilaksanakan
kegiatan pemberian penghargaan kepada para siswa yang terpilih menjadi
pembaca buku perpustakaan terbanyak. Siswa tersebut dipilih berdasarkan
daftar peminjam buku di perpustakaan. Penghargaan ini bertujuan untuk
188
Success Story
Kepala Sekolah SD

memotivasi para siswa agar gemar membaca. Hadiah yang diberikan


dapat berupa buku, uang, dan piagam. Waktu pemberian penghargaan ini
dilaksanakan pada tiap semester.
Tahap tertinggi dari gerakan literasi sekolah adalah tahap pembelajaran.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah membimbing para siswa untuk
membuat mading (majalah dinding). Pembuatan mading ini bertujuan untuk
melatih siswa menulis, mempublikasikan, dan membaca karya secara berkala.
Para guru kelas membimbing siswa untuk membuat karya yang dihasilkan
dari kegiatan membaca yang telah mereka lakukan seperti membuat cerita
pendek, menulis puisi, melukis, membuat sinopsis buku, dan menulis berita.
Majalah dinding ini diterbitkan setiap bulan bergiliran tiap kelas. Para siswa
akan merasa senang dan bangga apabila karya mereka dipajang di mading.
Mereka berlomba-lomba menyusun karya kreatif agar dapat dimuat dan
dipajang di majalah dinding sekolah.

Hasil yang Dicapai


Setelah rangkaian kegiatan literasi sekolah dilaksanakan dengan baik
maka hasilnya dapat meningkatkan minat baca serta mengembangkan
kemampuan literasi siswa dan mengoptimalkan pengelolaan perpustakaan
di SD Negeri 3 Kedungwringin. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya
jumlah kunjungan dan peminjam buku di perpustakaan “Lentera Ilmu”. Di
bawah ini adalah tabel jumlah kunjungan dan peminjam di perpustakaan
“Lentera Ilmu” SD Negeri 3 Kedungwringin.
Penerapan gerakan literasi
sekolah ini dilaksanakan pada
semester 1 tahun pelajaran
2016/2017. Tindakan ini dinyatakan
berhasil seperti tujuan yang telah
ditetapkan. Hal tersebut dibuktikan
dengan terjawabnya masalah dan
tercapainya tujuan yaitu terdapat
bukti peningkatan optimalisasi
pengelolaan perpustakaan serta
Gambar 2. Diagram pengunjung dan tumbuhnya minat baca dan
peminjam perpustakaan berkembangnya kemampuan
Sumber data: Buku kunjungan dan peminjam literasi siswa setelah ada tindakan
perpustakaan Lentera Ilmu
penerapan pembelajaran literasi
189
Gerakan Literasi Sekolah Penumbuh Minat Baca Siswa dalam Pembelajaran
(Praktik Baik di SD Negeri 3 Kedungwringin, Jatilawang, Banyumas)

sekolah. Demikian pula jumlah kunjungan dan peminjam buku perpustakaan


sekolah meningkat secara signifikan. Prestasi sekolah juga mengalami
kemajuan yang sangat berarti, hal ini dibuktikan dengan diraihnya beberapa
kejuaraan oleh para siswa dalam lomba kaligrafi, lomba cipta dan baca puisi,
lomba bercerita, serta lomba siswa berprestasi di tingkat kecamatan.
Dalam pelaksanaan praktik penerapan literasi sekolah yang
diimplementasikan di SD Negeri 3 Kedungwringin tidak berjalan dengan
lancar seperti yang diharapkan. Banyak kendala yang ditemui selama
proses penerapan model pembelajaran literasi sekolah, seperti kurangnya
dukungan dari guru kelas dalam memotivasi siswa untuk membaca buku
perpustakaan, kurang disiplinnya siswa dalam membaca, kurang lengkapnya
koleksi buku perpustakaan, dan kurangnya sarana perpustakaan. Kelemahan
dan kekuatan yang temukan selama penerapan pembelajaran literasi sekolah
segera ditindak lanjuti sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting
demi kelanjutan pelaksanaan pembelajaran ini di masa yang akan datang.
Melalui penerapan pembelajaran literasi sekolah yang intensif diharapkan
sekolah dapat mengatasi kesulitan terkait pengelolaan perpustakaan dan
menumbuhkan minat baca serta berkembangnya kemampuan literasi siswa.

Daftar Pustaka
Bafadal, Ibrahim. 2011. Pengelolaan Perpustkaan Sekolah. Jakarta : Bumi
Aksara
Kemdikbud. 2016. Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi
Sekolah.
Rosalin, Elin. 2008. Pemanfaatan Perpustakaan dan Sumber Informasi.
Bandung: Karsa Mandiri Persada.
Sulhan, Najib. 2012. Pembangunan Karakter Pada Anak Manajemen
Pembelajaran Guru Menuju Sekolah Efektif. Surabaya : SIC.
Undang-Undang Nomor 43 ,Tahun 2007 Undang-Undang Perpustakaan.
Penerapan Sop Buah Cerri dalam
Pelaksanaan Penguatan Pendidikan
Karakter

Yulianto
SD Negeri Sembungan, Kulon Progo
DI Yogyakarta

Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 65 Tahun 2017 tentang Pedoman


Pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan
menyatakan bahwa Pendidikan Karakter yang dilaksanakan di satuan
pendidikan di Kulon Progo mengembangkan 20 (dua puluh ) nilai karakter
yang dikerucutkan menjadi 5 karakter utama yaitu religius, nasionalis,
mandiri, gotong royong, dan integritas.
Praktek pelaksanaan penerapan penguatan pendidikan karakter untuk
menanamkan 5 nilai karakter di SD Negeri Sembungan ditempuh melalui
kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Namun dalam
implementasinya ternyata banyak mengalami berbagai masalah. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana, karakteristik siswa SD
Negeri Sembungan, dan kompetensi guru.
Permasalahan tersebut perlu segera diatasi dengan disusunnya
langkah-langkah Pelaksanaan Pendidikan Penguatan Karakter (PPK) dengan
menerapkan SOP BUAH CERRI (Standar Operasional Prosedur, Budayakan
dan Amati Hasil, serta Cermati dan Revisi).
192
Success Story
Kepala Sekolah SD

Pelaksanaan pendidikan karakter di SD Negeri Sembungan masih


menjumpai berbagai macam kesulitan. Kesulitan tersebut dikarenakan:
tingkat pemahaman guru yang masih rendah terhadap pedoman/juknis
kegiatan PPK, kemampuan dan kemauan guru SD Negeri Sembungan dalam
melaksanakan kegiatan penguatan pendidikan karakter, dan terbatasnya
sarana dan prasarana yang dapat mendukung pelaksanaan penguatan
pendidikan karakter.
Pelaksanaan penerapan SOP BUAH CERRI diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan guru untuk memahami Juknis maupun Pedoman Pelaksanaan
PPK serta mempunyai kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan
kegiatan PPK sesuai dengan amanat dari Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor
65 Tahun 2017 sehingga mampu meningkatkan kualitas pelaksanaan PPK.

Penerapan SOP BUAH CERRI


Berdasarkan Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 65 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pelaksanaan Penguatan Pendidikan karakter dijelaskan bahwa pada
satuan pendidikan diwajibkan untuk melaksanakan PPK yang bertujuan untuk
menanamkan nilai 5 karakter sebagai berikut: religius, nasionalis, mandiri,
gotong royong, dan integritas. Sedangkan dalam pelaksanaanya ke-5 nilai
karkater tersebut dapat dikembangkan dalam kegiatan: olah hati, olah rasa,
olah pikir, dan olah raga.
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 mengamanatkan adanya
kewajiban sekolah untuk melaksanakan PPK. Pelaksanaan atau penerapan
PPK ini dapat ditempuh dengan kebijakan untuk menerapkan sekolah dengan
5 hari sekolah maupun 6 hari sekolah. Untuk SD Negeri Sembungan sudah
melaksanakan 5 hari sekolah. Pemilihan 5 hari sekolah dilaksanakan dengan
melibatkan wali murid, komite dan tokoh pendidikan setempat sehingga
tidak menimbulkan gejolak di masyarakat.
Peran pendidikan karakter menurut Barnawi (2017:27) menyatakan
bahwa bila suatu bangsa sudah kehilangan karakternya maka semuanya akan
hilang. Hal ini dimaksudkan bahwa pendidikan harus tetap mempertahankan
nilai karakter. Walaupun pendidikan itu sendiri bersifat progresif dan adaptif
dengan perkembangan atau kemajuan teknologi. Namun perubahan tersebut
jangan sampai mencabut nilai karakter yang dimiliki oleh bangsa kita.
SOP BUAH CERRI merupakan akronim dari Standar Operasional Prosedur,
Budayakan, Amati Hasilnya, dan Cermati serta Revisi. Tahapan-tahapan
dari manajemen SOP BUAH CERRI meliputi: pertama, SOP atau Standar
193
Penerapan Sop Buah Cerri dalam Pelaksanaan
Penguatan Pendidikan Karakter

Operasional Prosedur merupakan tahapan-tahapan suatau kegiatan yang


harus dilaksanakan atau dijalankan agar kegiatan tersebut dapat berjalan
dengan hasil yang baik. SOP ini mencakup kegiatan di awal pembelajaran dan
akhir pembelajaran dengan tujuan penanaman karakter pada siswa, kedua,
BUAH adalah kegiatan Budayakan dan Amati Hasilnya. Budayakan yaitu
semua kegiatan yang termasuk dalam Pelaksanaan PPK harus merupakan
kegiatan yang tertanam pada semua warga sekolah sehingga dapat menjiwai
dalam kehidupan di sekolah. Tentu saja hal itu perlu dibudayakan. PPK
tdaklah sekedar pengetahuan tentang baik dan buruk. PPK bukan sekedar
transfer pengetahuan kepada siswa tentang hal-hal yang boleh dilaksanakan
atau yang harus dijauhi dalam rangka penanaman karakter,ketiga, CERRI
merupakan akronim dari Cermati dan Revisi. Jadi dalam kegiatan ini yang
dimaksud dengan Cermati dan Revisi adalah kegiatan untuk mencermati
pelaksanaan SOP. Kendala maupun pendukung dari kegiatan tersebut kita
inventaris dan akhirnya sebagai bahan untuk melakukan perbaikan (revisi)
sehingga kegiatan dapat berjalan lebih baik dan memperoleh hasil yang
optimal.
Pemilihan strategi SOP BUAH CERRI sebagai salah satu alternatif untuk
mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan PPK didasarkan atas pertimbangan
hal-hal sebagai berikut: tingkat pemahaman untuk melaksanakan program
PPK guru SD Negeri Sembungan masih kurang, rendahnya kemampuan dan
kemauan guru untuk tetap konsisten terhadap pelaksanaan Penguatan
Pendidikan Karakter masih kurang.
Menurut Permadi (2017:72) motivasi adalah dorongan dari dalam untuk
melakukanperbuatan baik yang positif maupun yang negatif. Jadi seroang
guru dapat memberi motivasi kepada siswa agar dapat berbuat baik atau lebih
baik terkait dengan pelaksanaan program PPK. Apabila guru memilki motivasi
tinggi dalam pelaksanaan program ini maka siswa juga akan termotivasi untuk
melakukan hal yang sama.
Program PPK dapat berjalan dengan baik jika tersedia sarana dan
prasarana yang memadai. SD Negeri Sembungan dengan jumlah siswa
kurang dari 100 tentu akan berimbas pula dengan dana BOS yang diterima.
Padahal untuk mendukung program PPK sarana dan prasarana yang minimal
akan menghambat pelaksanaan program tersebut. Sarana dan prasarana
yang menjadi kendala utama antara lain: pertama, sarana air di SD Negeri
Sembungan yang terletak di daerah pegunungan di musim kemarau
merupakan permasalahan tersendiri yang harus diatasi. Air sangat dibutuhkan
terutama dalam pembiasaan cuci tangan serta untuk wudlu pada saat hendak
194
Success Story
Kepala Sekolah SD

menjalankan sholat, kedua, yaitu sarana tempat wudlu yang belum adaserta
belum memnuhi syarat dan belum terpisah antara siswa putra dan putri.
Ketiga, untuk penanaman nilai nasionalisme diperlukan sarana antara lain
tiang bendera di setiap kelas yang selama ini belum ada. Selain itu Pedoman
Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang dikeluarkan oleh Bupati Kulon Progo
mensyaratkan di setiap kelas diwajibkan untuk memasang gambar: Pancasila,
Presiden dan wakil presiden, Gubernur dan wakil gubernur, Bupati dan wakil
bupati, Gambar Pahlawan Nasional R.A Kartini,Ki Hajar Dewantoro, dan Nyi
Ageng Serang, Sri Sultan Hamengkubuwono IX (selaku tokoh pramuka),
serta Gambar tokoh wayang di setiap kelas. Untuk pemenuhan sarana dan
prasarana ini dapat ditempuh dengan mengoptimalkan anggaran yang ada
dan bekerjasama dengan komite dan melibatkan wali murid.
Permasalahan kurangnya pemahaman, kemampuan dan kemauan guru
untuk melaksanakan kegiatan Penguatan PPK di SD Negeri Sembungan dapat
diatasi dengan penerapan teknik SOP BUAH CERRI.

Tahap Penerapan SOP


Pada tahap penerapan SOP ini dilaksanakan dengan melaksanakan
tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut: pagi hari di awal masuk sekolah
siswa secara rapi berbaris di depan kelas. Dan dilanjutkan siswa masuk kelas
berjabat tangan dengan guru kelas. Kegitan berikutnya siswa menyanyikan
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya yang dipimpin oleh salah satu siswa.
Kemudian siswa melakukan kegiatan membaca hafalan surat-surat pendek
dalam Al-Quran yang sudah ditentukan untuk setiap jemjang kelas. Tujuan
dari kegiatan ini agar siswa memilki karakter religius. Yang tak kalah penting
siswa melaksanakan kegiatan literasi agar siswa mempunyai kemampuan
membaca dan menulis yang selama ini menjadi kelemahan pada siswa.
Pada saat istirahat pertama siswa diarahkan untuk melakukan budaya
melaksanakan shalat Dhuha. Kegiatan ini diutamakan untuk siswa kelas 4, 5,
dan 6.
Sedangkan untuk kegiatan di akhir pembelajaran meliputi: berdoa
sebelum mengakhiri pelajaran, menyanyikan lagu nasional dan lagu daerah,
memberikan salam dan melakukan jabat tangan dengan guru kelas.
195
Penerapan Sop Buah Cerri dalam Pelaksanaan
Penguatan Pendidikan Karakter

Tahap Penerapan BUAH


Pada tahap ini sekolah melakukan kegiatan pembudayaan beberapa
kegiatan seperti: budaya piket kelas, budaya cuci tangan, budaya untuk
melaksanakan sholat dhuha dan shalat berjamaah pada saat isoma, budaya
5 S (senyum, sapa, salam, sopan dan santun), serta budaya untuk mencintai
kebudayaan daerah melalui ekstra tari dan batik.
Kegiatan pembudayaan
ini masih ada beberapa
kegiatan yang berjalan
dengan hasil yang maksimal.
Salah satu penyebabnya
apabila guru pembimbing
kegiatan ekstra tidak
hadir guru kelas tidak
mempunyai kemampuan
untuk menggantikannya.

Tahapan CERRI
Tahapan CERRI Cermati
Gambar 1. Kegiatan pembudayaan
dan Revisi) ini merupakan
di sekolah
tahapan untuk evaluasi
sekaligus menentukan
langkah tindak lanjut sebagai upaya penyempurnaan SOP tersebut. Setelah
dilakukan pencermatan dan pengamatan dalam pelaksanaan SOP terdapat
beberapa kendala. Kendala atau permasalahan tersebut antara lain: pertama,
tingkat pemahaman guru terhadap SOP pelaksanaan PPK belum sama hal ini
dapat diatasi dengan pemberian pembinaan baik itu secara individu maupun
kelompok. untuk memahami pedoman pelaksanaan PPK, kedua, keterbatasan
sarana dan prasarana. Bahwa dalam pelaksanaan PPK mewajibkan sekolah
untuk menyediakan sarana dan prasarana yang berupa pemasangan gambar
pahlawan dan wayang.Terpasangnya gambar Presiden dan wakil Presiden,
Gubernur dan Wakil, Bupati dan wakil, gambar pahlaawan Nyi Ageng Serang,
Ki Hajar Dewantoro, dan Ra Kartini serta gambar Sri Sultan HB IX selaku tokoh
Gerakan Pramuka. Selain itu juga di setiap ruang kelas juga dipasang tokoh
pewayangan. Pemasangan gambar ini dimaksudkan agar siswa mempunyai
jiwa nasionalis untuk mengenal pimpinan maupun pahlawan nasional.
196
Success Story
Kepala Sekolah SD

Pengenalan tohoh
wayang merupakan langkah
pengenalan terhadap
kebudayaan lokal sehingga
siswa memiliki kecintaan
terhadap kebudayaan dan
mempunyai sikap estetis.
Selain itu juga
diperlukan penempatan
tempat sampah di tempat-
tempat strategis guna
mendukung kebiasaan
untuk tidak buang sampah
sembarangan. Di samping
itu di setiap kelas juga
Gambar.2 Gambar Pahlawan Nasional harus terpasang Bendera
Merah Putih.
Sedangkan untuk belajar keagamaan diperlukan sarana berupa Al-Quran,
Buku Iqro guna mendukung kegiatan TPA (Taman Pendidikan Alquran).
Setelah dilakukan pencermatan ternyata sarana tersebut Kekurangan
fasilitas maupun sarana prasarana tersebut di atas dapat diatasi dengan
mengoptimalkan anggaran sekolah yang bersumber dari BOS Pusat maupun
Bos Kabupaten.
Pencapaian hasil dari pernerapan SOP BUAH CERRI di SD Negeri
Sembungan adalahguru-guru menjadi lebih memahami pedoman pelaksanaan
PPK. Guru menjadi lebih terarah dan mudah untuk di monitoring maupun
di evaluasi. Diharapkan guru melaksanakan PPK di kelasnya sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.

Kendala Penerapan SOP BUAH CERRI


Meskipun ada peningkatan pemahaman, kemampuan dan kemauan
guru dalam melaksanakan kegiatan pelaksanaan PPK namun masih terdapat
kendala yang harus dihadapi, yaitu: perubahan pola pikir (mindset) guru
maupun siswa membutuhkan waktu terlebih dalam pelaksanaan program
PPK SD Negeri Sembungan memilih 5 hari sekolah, kemampuan dan
kemauan guru masih kurang terlebih belum adanya dukungan motivasi dari
197
Penerapan Sop Buah Cerri dalam Pelaksanaan
Penguatan Pendidikan Karakter

guru itu sendiri. Mereka masih menganggap pelaksanaan SOP ini meberikan
tambahan beban, kurangnya motivasi sebagian guru untuk melaksanakan
kegiatan pelaksanaan program PPK karena mereka beranggapan terlalu
merepotkan dan membutuhkan waktu dan tenaga, kurangnya sarana dan
prasarana untuk mendukung pelaksanaan programPPK.

Faktor Pendukung Penerapan SOP BUAH CERRI


Faktor pendukung yang mampu dijadikan pendorong dalam penerapan
SOP BUAH CERRI adalah tingginya semangat dari semua warga sekolah dalam
upaya melaksanakan kegiatan PPK.
Dukungan dan keterlibatan stakeholder dalam hal ini Dinas Pendidikan
Kulon Progo, Komite Sekolah dan wali murid dalam pelaksanaan program
PPK khususnya dalam pelaksanaan 5 hari sekolah. Hali ini dapat terlihat
dengan kepedulian wali murid untuk selalu menyiapkan bekal makan siang
bagi putra-putirnya ke sekolah,
Perhatian dan dukungan pengawas sekolah dalam memberikan
bimbingan dan arahan kepada guru SD Negeri Sembungan dalam kegiatan
pelaksanaan PPK yang terlihat dari keseriusan pengawas sekolah untuk
melakukan pemantauan terhadap keterlaksanaan program ini.
Kegiatan penerapan SOP BUAH CERRI dilaksanakan dengan menjalin
kerjasama dengan berbagai pihak yaitu dengan: wali murd, komite sekolah,
pengawas pembina, dan Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo.
Dampak dari penerapan SOP BUAH CERRI mampu meningkatkan
pemahaman, kemampuan dan kemauan guru untuk menjalankan kegiatan PPK
karena guru merasakan adanya kemudahan dalam praktek pelaksanaannya.
Ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan PPK
sangatlah mutlak guna mendukung keberhasilan program tersebut.
Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan pada Direktorat
Pembinaan Tenaga Kependidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan yang telah memberikan bimbingan sehingga
tulisan ini dapat terwujud.
198
Success Story
Kepala Sekolah SD

Daftar Pustaka
Barnawi, 2017. Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kulon Progo. 2017.
Buku Pedoman Pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter. Wates.
Dikpora
Peratuaran Bupati Kulon Progo. Nomor 67 Tahun 2017. Pedoman Pelaksanaan
Penguatan Pendidikan Karakter Pada Satuan Pendidikan.
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017. Tentang Penguatan Pendidikan
Karakter.
Permadi, Dadi. 2017. Kepemimpinan Madiri (Profesional) Kepala Sekolah.
Bandung: PT Sarana Pnaca Karya Nusa.
Success Story
Kepala Sekolah
SD

Edisi-1

KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
Pendidikan
www.kemdikbud.go.id ISBN : 978-602-52537-0-6
Kementerian
Pendidikan dan Kebuudayaan RI
@Kemendikbud_RI

Anda mungkin juga menyukai