Anda di halaman 1dari 11

https://journal.unilak.ac.id/index.

php/SIKLUS

sIKLUs : Jurnal Teknik Sipil


p- ISSN 2443- 1729 e- ISSN 2549- 3973 Vol 6, No. 1, April 2020, pp 56 - 66

Identifikasi Lapisan Bawah Permukaan dan Bidang Gelincir Lereng


Kelurahan Muara Lembu Metode Geolistrik

Zakiyul Fuadi*1, Muhardi2, Muhammad Yusa3


1,2,3
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jalan HR. Soebrantas KM. 12,5 Pekanbaru, Kode Pos 28293

Submitted : 29, Februari, 2020; Accepted: 26, Maret, 2020

Abstrak

Tanah longsor sangat berkaitan dengan bidang gelincir lereng. Tanah longsor pernah
terjadi pada tahun 2015 di jalan lintas Pekanbaru-Kuansing Km.128 di Desa Muara
Lembu, Kec. Singingi, Kab. Kuantan Singingi. Pencegahan dan mitigasi tanah longsor
ini perlu dilakukan di daerah yang memiliki potensi longsor untuk mengurangi resiko
yang akan terjadi. Salah satu upaya menanggulanginya adalah dengan cara mendeteksi
kondisi dan struktur geologi bawah permukaan sehingga bidang gelincir lereng dapat
diprediksi kedalamannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lapisan bawah
permukaan dan menentukan kedalaman serta jenis lapisan bidang gelincir lereng Desa
Muara Lembu dengan menggunakan metode geolistrik 2D konfigurasi wenner-
schlumberger. Hasil interpretasi geolistrik menunjukkan lapisan penyusun bawah
permukaan di area penelitian didominasi oleh batu pasir, tanah aluvium dan tanah
lempung. Bidang gelincir diperkirakan berada pada kedalaman 14 m dari atas lereng dan
2,5 m – 7,5 m di bawah permukaan jalan dengan jenis lapisan batu napal, tanah aluvium,
dan tanah lempung dan digolongkan menjadi bidang gelincir yang dalam dengan jenis
kelongsoran luncuran.

Kata Kunci : bidang gelincir; geolistrik ; longsor

Abstract

Landslides are closely related to areas of slope slip. A landslide occurred in 2015 on the
Pekanbaru-Kuansing Km. 128 road in Kelurahan Muara Lembu, Kecamatan Singingi,
Kabupaten Kuantan Singingi. Prevention and mitigation of this landslide needs to be
done in areas that have potential landslides to reduce the risk that will occur. One effort
to overcome this is by detecting subsurface geological structures and conditions so that
the depth of the slip surface can be predicted. This study aims to identify the subsurface
layers and determine the depth and type of slope slip surface in Kelurahan Muara Lembu
using the geoelectrical 2D with wenner-schlumberger configuration. The results of
geoelectric interpretation show that the subsurface layers in the study area are
dominated by sandstone, alluvium and clay. The slip surface estimated at a depth of 14
m from above the slope and 2.5 m - 7.5 m under the road surface with a type of marlite,
aluvium, and clay and is classified into a deep slip surface with a sliding type.

Keywords : slope slip surface; geoelectrical ; landslide


*Corresponding author : zakiyul.fuadi@student.unri.ac.id
56 | doi : 10.31849/ siklus.v6i1.3744 Another author : muhardi@eng.unri.ac.id,
m.yusa@eng.unri.ac.id
Fuadi, Z., Muhardi, Yusa, M./ Identifikasi Lapisan Bawah Permukaan dan Bidang Gelincir
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol 6, No. 12, April 2020, pp 56 - 66

A. PENDAHULUAN Berdasarkan permasalahan yang


Kelurahan Muara lembu terletak di telah dipaparkan di atas, maka dilakukan
Kecamatan Singingi dimana banyak penelitian untuk mengidentifikasi lapisan
terdapat lereng dengan kemiringan bawah permukaan dan bidang gelincir
berkisar antara 5 - 40% dan merupakan lereng Desa Muara Lembu dengan
daerah yang berpotensi longsor. Tanah metode geolistrik 2D konfigurasi wenner-
longsor pernah terjadi di Jalan lintas schlumberger sehingga didapatkan
Kuantan Singingi- Pekanbaru di Bukik kedalaman bidang gelincir (slip surface)
Cokiak Kelurahan Muara Lembu lereng dan lapisan penyusunnya.
Kecamatan Singingi tanggal 20
November 2015 (Susandi, 2015). B. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu faktor yang sangat 1. Longsor
mempengaruhi terjadinya longsor adalah Gerakan tanah atau tanah longsor
bidang gelincir (slip surface) lereng. merupakan keruntuhan massa tanah yang
Bidang gelincir adalah bidang yang terletak di bawah sebuah lereng yang
menjadi dasar bergeraknya longsoran
mengakibatkan pergerakan massa tanah
tanah (Sugito, Irayani, & Jati, 2010). Pada atau batuan, ataupun percampuran
saat terjadi hujan, air hujan akan meresap keduanya ke arah bawah lereng (Terzaghi
ke dalam tanah menuju lapisan kedap air. & Ralph, 1987). Gerakan massa tanah
Lapisan inilah yang akan berperan terjadi karena adanya gangguan terhadap
sebagai bidang gelincir yang bersifat licin kesetimbangan gaya penahan (shear
sehingga menyebabkan tanah longsor (Sy strength) dan gaya peluncur (shear stress)
& Budiman, 2013). yang bekerja pada suatu lereng
Pencegahan dan mitigasi tanah (Naryanto, 2013).
longsor ini perlu dilakukan di daerah Longsor dapat diklasifikasikan
yang memiliki potensi longsor untuk menjadi beberapa jenis berdasarkan tipe
mengurangi resiko yang akan terjadi. pergerakan tanah dan tipe material
Salah satu upaya menanggulanginya longsor. Tipe pergerakan longsor
adalah dengan cara mendeteksi kondisi menunjukkan mekanisme aktual
dan struktur geologi bawah permukaan bagaimana material tanah atau batuan
sehingga bidang gelincir (slip surface) dipindahkan. Menurut (Highland &
lereng dapat diprediksi kedalamannya Bobrowsky, 2008), tipe longsor adalah
(Sulaksana & Yasir, 2013). Oleh karena sebagai berikut: tipe runtuhan, tipe
itu, dibutuhkan pendekatan menggunakan
jatuhan, tipe luncuran, tipe sebaran, dan
metode geofisika. tipe aliran
Salah satu metode geofisika yang Faktor lain yang sangat
dapat digunakan adalah metode geolistrik berpengaruh adalah bidang gelincir (slip
tahanan jenis dua dimensi (2D). Metode surface) atau bidang geser (shear
geolistrik tahanan jenis dua dimensi (2D) surface). Pada umumnya tanah yang
merupakan salah satu metode geofisika mengalami longsor akan bergerak di atas
yang dapat menghasilkan citra lapisan bidang gelincir tersebut (Sugito et al.,
batuan bawah permukaan bumi 2010) Curah hujan yang tinggi juga
berdasarkan nilai tahanan jenis batuan menjadi faktor terbesar dalam terjadinya
penyusun lapisan tersebut (Telford, tanah longsor. Tanah yang memiliki sifat
Geldart, & Sheriff, 1990). lolos air akan membentuk aliran air
menuju bidang kontak yang bertindak

p- ISSN 2443- 1729 e- ISSN 2549- 3973, doi : 10.31849/ siklus.v6i1.3744 57


Fuadi, Z., Muhardi, Yusa, M./ Identifikasi Lapisan Bawah Permukaan dan Bidang Gelincir
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol 6, No. 12, April 2020, pp 56 - 66

sebagai bidang gelincir (Jufriadi & Ayu, resistansi. George Simon Ohm
2014) yang bersifat jenuh air dan licin menyatakan bahwa resistansi material
(Herlin & Budiman, 2012). berbanding lurus dengan panjang
Bidang gelincir biasanya terdiri material dan berbanding terbalik dengan
dari dua lapisan tanah yang keras dan luas penampang material itu sendiri yang
lunak serta berperan sebagai bidang yang digambarkan dengan rumus:
bersifat menahan air (permeabilitas l
R = ρA (1)
rendah) dan bersifat padat yang
menyebabkan tanah lapuk bergerak Besaran nilai ρ disebut dengan nilai
diatasnya (Dona, Akmam, & Sudiar, resistivitas suatu material dengan satuan
2015). Secara umum bidang gelincir ohm.meter. Konduktor yang baik seperti
memiliki ciri-ciri, yaitu bidang antar aluminium memiliki nilai resistivitas
lapisan batuan, bidang kontak antara yang rendah. Sebaliknya material isolator
tanah penutup dengan batuan dasar, seperti kertas dan mika memiliki nilai
bidang kontak antara batuan yang retak- resistivitas yang (Alexander & Sadiku,
retak dengan batuan yang kuat, bidang 2013). Parameter yang digunakan untuk
kontak antara batuan yang bersifat menentukan resistivitas dapat dilihat pada
permeabel dan impermeabel, dan bidang Gambar 1.
kontak antara tanah yang lunak dengan
tanah yang padat (Departemen Energi
dan Sumber Daya Mineral, 2010).
Kedalaman bidang gelincir dari
permukaan tanah sangat penting bagi
deskripsi tanah longsor. Kedalaman
bidang gelincir diukur dari permukaan.
Terdapat empat kelas kedalaman bidang
gelincir, yaitu sangat dangkal (<1,5
meter), dangkal (1,5 meter – 5 meter), Gambar 1. Parameter untuk
dalam (5 meter – 20 meter) dan sangat menentukan resistivitas
dalam (>20 meter) (Zulfiadi, 2011). Sumber : (Kearey et al., 2002)
2. Konsep Dasar Resistivitas Resistivitas suatu medium adalah
Prinsip dasar pada metode tahanan atau hambatan yang diberikan
resistivitas adalah mengukur perbedaan oleh medium tersebut terhadap arus
beda potensial di permukaan yang listrik yang melaluinya dimana besar
dihasilkan dari hasil injeksi arus ke dalam hambatan yang dberikan berbanding
tanah. Deviasi yang dihasilkan dari pola lurus dengan nilai resistivitasnya.
perbedaan potensial pada tanah homogen Persamaan hambatan pada suatu medium
diharapkan memberikan informasi dapat dilihat pada persamaan di bawah
tentang bentuk dan sifat listrik dari bawah ini:
permukaan yang tidak homogen (Kearey, I
R= A (2)
Brooks, & Hill, 2002)
Resistivitas tanah dan batuan
Secara umum, material alami
terkait dengan berbagai hal parameter
memiliki karakteristik menolak aliran
geologis seperti kandungan mineral dan
muatan listrik. Sifat fisik ini disebut juga
cairan, porositas, dan derajat kejenuhan
sebagai kemampuan material dalam
pada material. Survey resistivitas listrik
menahan arus atau dikenal dengan
telah digunakan selama beberapa dekade

58 doi : 10.31849/ siklus.v6i1.3744, p- ISSN 2443- 1729 e- ISSN 2549- 3973


Fuadi, Z., Muhardi, Yusa, M./ Identifikasi Lapisan Bawah Permukaan dan Bidang Gelincir
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol 6, No. 12, April 2020, pp 56 - 66

di Indonesia untuk keperluan investigasi searah yang diinjeksikan ke bawah


hidrogeologis, pertambangan, dan permukaan bumi dengan bantuan
geoteknis (Loke, 2004). sepasang elektroda arus. Aliran arus
listrik akan menimbulkan tegangan listrik
3. Tahanan Jenis Tanah dan Batuan di dalam tanah. Perbedaan potensial yang
Survey tahanan jenis bertujuan terukur merefleksikan keadaan di bawah
untuk menampilkan gambar sebaran permukaan bumi. Perbedaan potensial
tahanan jenis tanah dan batuan di bawah diukur melalui sepasang elektroda
permukaan bumi. Material-material di potensial. Susunan elektroda metode
alam memiliki tahanan jenis yang geolistrik dapat dilihat pada Gambar 3.
spesifik, sehingga dapat diukur dengan
alat geolistrik. Tahanan jenis batuan
umumnya meningkat seiring dengan
berkurangnya porositas. Namun, batuan
yang terbentuk dari proses pengkristalan
dengan porositas intergranular yang
diabaikan bersifat konduktif di sepanjang
retakan dan celah (Kearey et al., 2002). Gambar 3. Susunan elektroda metode
geolistrik
Nilai resistivitas material alam Sumber : (Kearey et al., 2002)
dapat dilihat pada Gambar 2.

Di dalam metode geolistrik


resistivitas ini terdapat 2 macam metode
dalam pengambilan datanya, yaitu :
metode geolistrik resistivitas mapping
dan metode geolistrik resistivitas
sounding. Metode resistivitas mapping
merupakan metode resistivitas yang
bertujuan untuk mempelajari variasi
resistivitas lapisan tanah bawah
permukaan secara horizontal. Sedangkan
Gambar 2. Resistivitas material alam metode geolistrik resistivitas sounding
Sumber : (Loke, 2004) bertujuan untuk mempelajari variasi
resistivitas batuan di dalam permukaan
4. Metode Geolistrik bumi secara vertikal.
Prinsip metode geolistrik pertama Nilai yang didapat dari pengukuran
kali dilakukan oleh Conrad Schumberger geolistrik pada pembacaan alat yaitu
pada tahun 1912. Metode geolistrik berupa nilai arus yang diinjeksikan dan
adalah metode dalam geofisika yang nilai potensial yang dihasilkan. Nilai k
mempelajari dan memanfaatkan sifat untuk setiap konfigurasi berbeda-beda.
aliran listrik di bawah permukaan bumi Tahanan jenis bumi secara umum
dan cara mendeteksinya di permukaan tidaklah homogen, berarti nilai tahanan
bumi. Metode ini dilakukan melalui jenis yang terhitung adalah tahanan jenis
pengukuran beda potensial yang semu (apparent resitivity). Secara teoritis
ditimbulkan akibat arus listrik dari tahanan jenis yang terukur pada metode
sumber DC (Direct Current) atau arus geolistrik bukanlah tahanan jenis yang

p- ISSN 2443- 1729 e- ISSN 2549- 3973, doi : 10.31849/ siklus.v6i1.3744 59


Fuadi, Z., Muhardi, Yusa, M./ Identifikasi Lapisan Bawah Permukaan dan Bidang Gelincir
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol 6, No. 12, April 2020, pp 56 - 66

sesungguhnya, melainkan tahanan jenis C. METODE PENELITIAN


semu. Nilai tahanan jenis semu dapat
1. Lokasi Penelitian
dihitung menggunakan :
∆V
Penelitian ini berlokasi di Kelurahan
a=K I (3) Muara Lembu, Kecamatan Singingi,
Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi
dimana: Riau tepatnya pada jalan lintas Pekanbaru
a = Tahanan Jenis Semu (ohm.m) – Kuantan Singingi KM.128. Lokasi
K = Faktor geometri konfigurasi Penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
∆V = Beda Potensial (volt)
I = Arus listrik (ampere)
Metode geolistrik resistivitas
memiliki beberapa kelebihan yaitu
bersifat tidak merusak lingkungan,
pengoperasian mudah dan cepat,
biayanya murah, dan dapat
mengidentifikasi kedalaman sampai
beberapa meter sehingga banyak dipakai
dalam survei lingkungan seperti
diantaranya untuk menentukan stabilitas Gambar 5. Lokasi Penelitian
lereng, survei daerah rawan dan
investigasi pergerakan massa (mass 2. Alat Penelitian
movement) (Supeno, Priyantari, & Halik,
2005) Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Geolistrik
5. Konfigurasi Wenner - (resistivity meter) GeoResist-RS505.
Schlumberger Peralatan lainnya yang digunakan adalah:
kabel arus 2 gulungan (500
Konfigurasi wenner-schlumberger meter/gulung), kabel potensial 2
cukup sensitif dalam memetakan struktur gulungan (100 meter/gulung), elektroda
baik secara horizontal maupun vertikal. potensial (tembaga) 2 buah, elektroda
Konfigurasi ini memiliki cakupan arus (stainless) 2 buah, baterai Kering 12
horizontal yang lebih baik dibandingkan Volt 3 buah, palu, laptop, meteran dengan
konfigurasi wenner. Susunan elektroda panjang 100 m, walkie talkie 3 buah, paku
konfigurasi wenner-schlumberger dapat dan tali.
dilihat pada Gambar 4.
3. Prosedur Penelitian
a. Kajian Literatur
Kajian literatur adalah tahapan awal
Gambar 4. Susunan Elektroda dalam penelitian ini untuk mencari
Konfigurasi Wenner-Schlumberger referensi yang akan menjadi landasan
Sumber : (Loke, 2004) dalam melakukan penelitian. Kajian
literatur bertujuan untuk memperoleh
Faktor geometri untuk konfigurasi
gambaran masalah yang akan diteliti dan
wenner-schlumberger adalah k = π n (n +
tahapan yang akan dilakukan dalam
1) a.
penelitian. Referensi yang digunakan
berasal dari berbagai sumber seperti
buku, jurnal nasional maupun

60 doi : 10.31849/ siklus.v6i1.3744, p- ISSN 2443- 1729 e- ISSN 2549- 3973


Fuadi, Z., Muhardi, Yusa, M./ Identifikasi Lapisan Bawah Permukaan dan Bidang Gelincir
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol 6, No. 12, April 2020, pp 56 - 66

internasional yang berhubungan dengan c. Pengumpulan Data Primer


bidang geoteknik, geolistrik, dan Pengumpulan data primer dimulai
resistivitas. Kajian literatur akan dengan observasi awal untuk menentukan
membantu dalam pemecahan masalah jumlah lintasan, letak lintasan, arah
dan memperoleh tujuan dari penelitian. lintasan, panjang lintasan dan spasi yang
akan digunakan pada saat pengambilan
b. Pengumpulan Data Sekunder
data. Observasi awal diperlukan untuk
Pengumpulan data sekunder memperoleh kondisi aktual di lapangan
diperlukan untuk memperkuat hasil sebelum dilakukan proses pengambilan
penelitian. Nilai resistivitas material data. Banyak lintasan yang digunakan
alam menunjukkan bahwa ada banyak adalah sebanyak 3 lintasan dengan spasi
tumpang tindih tahanan jenis antara 2,5 m dan 5 m. Panjang lintasan 1 dan 3
berbeda batuan. Akibatnya, untuk adalah 80 m dan panjang lintasan 2 adalah
mengidentifikasi jenis batuan tidak 37,5 m. Lintasan 1 terletak pada atas
mungkin jika hanya berdasarkan data lereng sedangkan Lintasan 2 dan 3
resistivitas. Untuk itu, diperlukan data terletak pada bawah lereng. Peta situasi
sekunder lainnya dalam menentukan jenis letak lintasan dapat dilihat pada Gambar
batuan seperti informasi sebaran batuan 5.
pada suatu wilayah dan data pengujian
pengeboran.

Lintasan 1
Lintasan 2

Cross Section 1

Lintasan 3

Gambar 5. Peta situasi letak lintasan

d. Interpretasi Data Micrsoft Excel. Data yang digunakan


Interpretasi data menggunakan adalah nilai tahanan jenis semu (apparent
software RES2DINV. Sebelum resistivity) yang telah dikali dengan
melakukan running dengan software ini, faktor geometri konfigurasi yang
dilakukan perhitungan nilai tahanan jenis digunakan.
semu dengan menggunakan software

p- ISSN 2443- 1729 e- ISSN 2549- 3973, doi : 10.31849/ siklus.v6i1.3744 61


Fuadi, Z., Muhardi, Yusa, M./ Identifikasi Lapisan Bawah Permukaan dan Bidang Gelincir
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol 6, No. 12, April 2020, pp 56 - 66

e. Analisis Data berdasarkan tabel nilai resistivitas dan


Hasil output dari software sebaran batuan yang dapat dilihat dari
RES2DINV berupa lapisan bawah peta geologi.
permukaan yang dicitrakan dengan warna
f. Kesimpulan
tertentu yang menunjukkan besaran nilai
resistivitas material penyusun hingga Penarikan kesimpulan merupakan
kedalaman tertentu. Gambar inilah yang tahap akhir dari penelitian ini untuk
dianalisis untuk diketahui jenis material mendapatkan informasi material
penyusun bawah permukaan dan lapisan penyusun bawah permukaan dan
yang diduga menjadi bidang gelincir kedalaman lapisan yang diduga sebagai
lereng di lokasi penelitian. Material bidang gelincir jika terjadi longsor.
penyusun bawah permukaan ditentukan

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Lintasan 1

Gambar 6. Hasil interpretasi lintasan 1

Pada Gambar 6 terlihat variasi Lintasan 1 bernilai tinggi dengan


dari nilai tahanan jenis tanah dan batuan pendugaan lapisan penyusun adalah batu
oleh skala warna yang berbeda. Setiap pasir, batu kuarsit, batu serpih, batu
warna mempresentasikan jenis material gamping, dan tanah aluvium hingga
yang berbeda. Range nilai tahanan jenis kedalaman ± 14 m di bawah permukaan
pada Lintasan 1 berkisar antara 497 Ωm tanah.
hingga 2873 Ωm. Tahanan jenis pada

2. Lintasan 2

Gambar 7. Hasil interpretasi lintasan 2

Pada Gambar 8 terlihat variasi Lintasan 2 sangat rendah dibandingkan


dari nilai tahanan jenis tanah dan batuan dengan lintasan 1. Lapisan penyusun
oleh skala warna yang berbeda. Setiap pertama diduga adalah jenis batu pasir,
warna mempresentasikan jenis material batu napal, tanah lempung dan tanah
yang berbeda. Range nilai tahanan jenis aluvium dengan nilai tahanan jenis
pada Lintasan 2 berkisar antara 0,07 Ωm sebesar 17,9 Ωm – 45,3 Ωm yang terletak
hingga 45,3 Ωm. Tahanan jenis pada hingga kedalaman ± 2,5 m di bawah

62 doi : 10.31849/ siklus.v6i1.3744, p- ISSN 2443- 1729 e- ISSN 2549- 3973


Fuadi, Z., Muhardi, Yusa, M./ Identifikasi Lapisan Bawah Permukaan dan Bidang Gelincir
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol 6, No. 12, April 2020, pp 56 - 66

permukaan tanah. Lapisan kedua diduga adalah lapisan lunak yang terdeteksi
adalah jenis material batu napal, tanah dengan material penyusun adalah tanah
lempung, dan tanah aluvium yang terletak lempung yang memiliki kadar air tinggi.
pada kedalaman ± 2,5 m – 4 m dengan Lapisan tanah lunak ini dimulai pada
nilai tahanan jenis berkisar antara 2,82 kedalaman ± 4 m – 7 m di bawah
Ωm – 17,9 Ωm. Lapisan dengan nilai permukaan tanah.
tahanan jenis 0,07 Ωm – 2,82 Ωm diduga

3. Lintasan 3

Gambar 8. Hasil interpretasi lintasan 3

Pada Gambar 9 terlihat variasi 4. Potongan Melintang Lereng


dari nilai tahanan jenis tanah dan batuan Dugaan bidang gelincir dapat dilihat
oleh skala warna yang berbeda. Setiap pada Gambar 9 yang menampilkan
warna mempresentasikan jenis material potongan melintang lereng dan dugaan
yang berbeda. Range nilai tahanan jenis lapisan penyusun bawah permukaan yang
pada Lintasan 4 berkisar antara 1,34 Ωm menjadi bidang gelincir.
hingga 25,3 Ωm. Tahanan jenis pada
Lintasan 3 sangat rendah mendekati
tahanan jenis pada Lintasan 2. Pendugaan
lapisan pertama adalah jenis material batu Dugaan Bidang Gelincir
pasir, batu napal, tanah lempung, dan
tanah aluvium dengan nilai tahanan jenis
sebesar 16,6 Ωm – 25,3 Ωm yang terletak
hingga kedalaman ± 4,5 m di bawah
permukaan tanah. Lapisan kedua adalah
jenis material batu napal, tanah lempung,
dan tanah aluvium yang diduga terletak
Gambar 9. Hasil interpretasi lintasan 3
pada kedalaman ± 4,5 m – 7,5 m dengan
nilai tahanan jenis berkisar antara 7,17
Ωm – 16,6 Ωm. Lapisan ketiga dengan Gambar 9 menunjukkan bahwa
nilai tahanan jenis berkisar antara 1,34 dugaan bidang gelincir berada pada
Ωm – 7,17 Ωm diduga adalah lapisan lapisan kedua dimana menjadi lapisan
lunak yang terdeteksi dengan material peralihan antara lapisan yang keras dan
penyusun adalah tanah lempung yang lunak. Dugaan bidang gelincir
memiliki kadar air tinggi. Lapisan tanah diperkirakan berada pada kedalaman ±
lunak ini dimulai pada kedalaman ± 7,5 m 2,5 m – 7,5 m jika diukur dari permukaan
– 14 m di bawah permukaan tanah. jalan raya di bawah lereng. Lapisan
penyusun bidang gelincir diduga adalah

p- ISSN 2443- 1729 e- ISSN 2549- 3973, doi : 10.31849/ siklus.v6i1.3744 63


Fuadi, Z., Muhardi, Yusa, M./ Identifikasi Lapisan Bawah Permukaan dan Bidang Gelincir
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol 6, No. 12, April 2020, pp 56 - 66

lapisan batu napal, tanah aluvium dan pendugaan material penyusun bawah
tanah lempung. permukaan pada area penelitian. Selain
itu, hasil pendugaan geolistrik juga akan
5. Perbandingan Jenis Lapisan dibuktikan kebenarannya berdasarkan
Tanah Berdasarkan Hasil hasil pengujian pengeboran. Lintasan
Geolistrik dan Pengeboran yang dibandingkan adalah Lintasan 2 dan
Lintasan 3 sesuai dengan letak yang
Perbandingan hasil pengujian berdekatan dengan lubang bor.
pengeboran dengan hasil interpretasi Perbandingan penampang antara titik
geolistrik diperlukan untuk mengetahui BH-01 dan BH-02 dengan potongan cross
apakah hasil geolistrik memiliki korelasi section hasil interpretasi geolistrik
dengan hasil pengeboran pada daerah Lintasan 2 dan 3 dapat dilihat pada
penelitian. Hal ini akan memperkuat Gambar 10 dan Gambar 11.

Gambar 10. Penampang hasil pengeboran (kiri) dan hasil interpretasi geolistrik
(kanan) lintasan 2

Gambar 11. Penampang hasil pengeboran (kiri) dan hasil interpretasi geolistrik
(kanan) lintasan 3

64 doi : 10.31849/ siklus.v6i1.3744, p- ISSN 2443- 1729 e- ISSN 2549- 3973


Fuadi, Z., Muhardi, Yusa, M./ Identifikasi Lapisan Bawah Permukaan dan Bidang Gelincir
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol 6, No. 12, April 2020, pp 56 - 66

Herlin, H. S., & Budiman, A. (2012).


E. KESIMPULAN
Aplikasi Geolistrik Metode Tahanan
Berdasarkan hasil analisis yang Jenis Dua Dimensi Konfigurasi
telah dilakukan pada penelitian ini, maka Wenner-Schlumberger. Jurnal
dapat diambil kesimpulan sebagai Fisika Unand, 1(1), 19–24.
berikut: Highland, L. M., & Bobrowsky, P.
1. Interpretasi geolistrik dan hasil (2008). The Landslide Handbook —
pengeboran terdapat kesesuaian pada A Guide to Understanding
jenis lapisan bawah permukaan akan Landslides (Circular 1). Reston,
tetapi kedalaman lapisan berbeda Virginia: U.S. Geological Survey.
dengan hasil pengeboran. Jufriadi, A., & Ayu, H. D. (2014).
2. Lapisan bawah permukaan di daerah Aplikasi Geolistrik Resistivitas
penelitian didominasi oleh batu pasir, untuk Mengetahui Distribusi
tanah aluvium, batu napal, dan tanah Tahanan Jenis dalam Investigasi
lempung. Potensi Bencana Longsor di
3. Bidang gelincir pada area penelitian Perbukitan Ampelgading Kabupaten
dimulai pada kedalaman ± 14 m dari Malang. FOTON, Jurnal Fisika Dan
atas lereng dan kedalaman ± 2,5 m – Pembelajarannya, 18(2), 15–20.
7,5 m pada sisi kiri dan kanan jalan di Kearey, P., Brooks, M., & Hill, I. (2002).
bawah lereng dengan ketegori dalam An Introduction to Geophysical
(5 m - 20 m). Exploration. (O. Mead, Ed.) (Third
4. Jenis lapisan yang menjadi bidang Edit). Oxford: Blackwell Science
gelincir adalah lapisan batu napal, Ltd.
tanah aluvium, dan tanah lempung Loke, M. . (2004). Tutorial : 2-D and 3-D
dimana menjadi bidang kontak antara electrical imaging surveys By.
tanah pasir batu dengan dengan Retrieved from
lempung yang mengandung kadar air www.geoelectrical.com
tinggi. Jenis kelongsoran adalah tipe Naryanto, H. S. (2013). Analisis Kondisi
luncuran. Bawah Permukaan Dan Risiko
Bencana Tanah Longsor Untuk
DAFTAR PUSTAKA Arahan Penataan Kawasan Di Desa
Tengklik Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar Jawa
Alexander, C. K., & Sadiku, M. N. O.
Tengah. Jurnal Sains Dan Teknologi
(2013). Fundamentals of Electric
Indonesia, 13(2), 74–81.
Circuits (fifth edit). New York:
https://doi.org/10.29122/jsti.v13i2.8
McGraw-Hill.
81
Departemen Energi dan Sumber Daya
Sugito, Irayani, Z., & Jati, I. P. (2010).
Mineral. (2010). Pengenalan
Investigasi Bidang Gelincir Tanah
Gerakan Tanah. Retrieved from
Longsor Menggunakan Metode
https://www.esdm.go.id/assets/medi
Geolistrik Tahanan Jenis di Desa
a/content/Pengenalan_Gerakan_Tan
Kebarongan Kec. Kemranjen Kab.
ah.pdf
Banyumas. Berkala Fisika, 13(2),
Dona, I. R., Akmam, & Sudiar, N. Y.
49–54.
(2015). Kecamatan Padang Selatan
Sulaksana, N., & Yasir, I. Z. (2013).
Staf Pengajar Jurusan Fisika ,
Survey Geofisika Metode
FMIPA Universitas Negeri Padang.
Resistivitas 2-D untuk Mitigasi
Pillar Of Physics, 5, 1–8.

p- ISSN 2443- 1729 e- ISSN 2549- 3973, doi : 10.31849/ siklus.v6i1.3744 65


Fuadi, Z., Muhardi, Yusa, M./ Identifikasi Lapisan Bawah Permukaan dan Bidang Gelincir
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol 6, No. 12, April 2020, pp 56 - 66

Bencana Longsor di Lintasan Kereta Kasus : Kelurahan Lumbung Bukit


Api Purwakarta - Padalarang. Kecamatan Pauh Padang )
Bulletin of Scientific Contribution, Muhammad Iqbal Sy , Arif
11(3), 153–167. Budiman. Jurnal Fisika Unand,
Supeno, Priyantari, N., & Halik, G. 2(2), 88–93.
(2005). Penentuan Struktur Bawah Telford, W. M., Geldart, L. P., & Sheriff,
Permukaan Daerah Rawan Longsor R. E. (1990). Applied Geophysics.
Berdasarkan Interpretasi Data Cambridge University Press.
Resistivitas Determination of https://doi.org/10.1017/CBO978113
Subsurface Structure of Landslide 9167932
Area According to Interpretation of Terzaghi, K., & Ralph, P. B. (1987).
Resistivity Data, 48–55. Mekanika Tanah dalam Praktek
Susandi, W. (2015). Bukik Cokiak Muara Rekayasa. Penerbit Erlangga.
Lembu Longsor, Arus Lalu Lintas Zulfiadi, Z. (2011). Analisis Kestabilan
Telukkuantan-Pekanbaru macet. Lereng Tanah. Bandung:
Retrieved from Universitas Padjajaran.
https://www.goriau.com/berita/baca © 2020 Siklus Jurnal Teknik
/bukik-cokiak-muara-lembu- Sipil All rights reserved. This is
longsor-arus-lalu-lintas- an open access article distributed
under the terms of the CC BY Licens
telukkuantanpekanbaru-macet.html (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)
Sy, M. I., & Budiman, A. (2013). ( Studi

66 doi : 10.31849/ siklus.v6i1.3744, p- ISSN 2443- 1729 e- ISSN 2549- 3973

Anda mungkin juga menyukai