Namun ada permasalahan yang dirasakan kaum muslim yang berhalangan puasa
pada bulan Ramadhan, yaitu bagaimana takaran dalam membayar fidyah. Ada yang
mengatakan boleh dibayar sesuai harga nominal makan kita untuk satu porsi
dikalikan jumlah puasa yang harus diganti, ada pula yang menyarankan dengan
memberi makan orang miskin sebanyak 1 mud (1,25 kilogram cerealia, seperti
gandum, beras dan lainnya).
Membayar fidyah ditetapkan berdasarkan jumlah hari yang ditinggalkan untuk
berpuasa. Setiap 1 hari seseorang meninggalkan puasa, maka dia wajib membayar
fidyah kepada 1 orang fakir miskin.
Sedangkan teknis pelaksanaannya, apakah mau perhari atau mau sekaligus sebulan,
kembali kepada keluasan masing-masing orang. Bila seseorang nyaman memberikan
fidyah setiap hari, silahkan dilakukan. Sebaliknya, bila lebih nyaman untuk diberikan
sekaligus untuk puasa 1 bulan, silakan saja. Yang penting jumlah takarannya tidak
kurang dari yang telah ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fidyah hanya
diberikan kepada fakir miskin seperti zakat fitrah.
Menurut Nabi Muhammad saw, bentuk fidyah berupa makanan, biasanya adalah
makanan pokok yang di setiap negeri berbeda satu dengan yang lainnya. Makanan
pokok dapat dalam bentuk siap santap atau hanya berupa bahan mentah,
keduanya boleh, karena memang tidak ada aturan khusus yang mengikat.
UKURAN FIDYAH
Untuk ukuran fidyah, seberapa banyak jumlahnya yang harus dikeluarkan, para
ulama memiliki beberapada perbedaan pandangan. Berikut ini penjelasannya:
Satu Mud
Sebagian ulama seperti Imam As-Syafi’I, Imam Malik dan Imam An-Nawawi
menetapkan bahwa ukuran fidyah yang harus dibayarkan kepada setiap 1 orang
fakir miskin adalah 1 mud gandum sesuai dengan ukuran mud Nabi
shalallahu‘alaihi wasallam. Maksudnya mud adalah telapak tangan yang
ditengadahkan ke atas untuk menampung makanan (mirip orang berdoa). Mud
adalah istilah yang menunjuk ukuran volume, bukan ukuran berat. Dalam kitab Al-
Fiqhul Islami Wa Adillatuhu disebutkan bila diukur dengan ukuran zaman
sekarang, 1 mud setara dengan 675 gram atau 0,688 liter.
Dua Mud atau Setengah Sha’
Sebagian ulama yang lain seperti Abu Hanifah berpendapat ½ sha’ atau 2 mud
gandum dengan ukuran mud Rasulullah shalallahu‘alaihi wasallam atau setara
dengan setengah sha‘ kurma atau tepung. Setara dengan memberi makan siang dan
makan malam hingga kenyang 1 orang miskin. Sebagian ulama yang kira-kira ½ sha’
beratnya 1,5 kg dari makanan pokok.
Telah disebutkan dalam fatwa Lajnah Daimah: “Kapan saja dokter memutuskan
bahwa penyakit yang diderita seseorang yang karenanya tidak berpuasa tidak bisa
diharapkan kesembuhannya, maka dia boleh tidak berpuasa dan wajib memberi
makan untuk setiap harinya 1 orang miskin sejumlah setengah sha’ dari makanan
pokok suatu negeri seperti kurma atau yang lainnya, jika telah memberi makan
seorang miskin sejumlah hari-hari yang ditinggalkan maka itu telah mencukupi”.
Satu Sha’
Ini adalah pendapat dari kalangan Hanafiyah, seperti Imam Al-Kasani dalam
Bada’i’i wa As-Shana’i’. Satu sha’ itu setara dengan 4 mud, sama dengan jumlah
zakat fitrah yang dibayarkan. Bila ditimbang, 1 sha‘ itu beratnya 2.176 gram. Bila
diukur volumenya, 1 sha‘ setara dengan 2,75 liter.
Dari perbedaan ulama diatas kadar fidyah paling sedikit adalah satu mud, tetapi
yang paling utama kita mengeluarkan setengah sha' atau memberi satu porsi
makanan masak kepada setiap miskin. Nah, siapa sajakah yang punya kewajiban
membayar fidyah tersebut? Simak urain berikut ini:
ORANG YANG HARUS MEMBAYAR FIDYAH
Berikut ini adalah orang yang harus membayar fidyah, karena tidak bisa berpuasa:
1. Orang yang sakit dan secara umum ditetapkan sulit untuk sembuh lagi,
2. Orang tua atau lemah yang sudah tidak kuat lagi berpuasa,
3. Wanita yang hamil dan menyusui apabila ketika puasa mengkhawatirkan anak
yang dikandung atau disusuinya. Mereka wajib membayar fidyah saja menurut
sebagian ulama, namun menurut Imam Syafi’i selain wajib membayar fidyah juga
wajib mengqadha’ puasanya. Sedangkan menurut pendapat lain, tidak membayar
fidyah tetapi cukup mengqadha’.
4. Orang yang menunda kewajiban mengqadha’ puasa Ramadhan tanpa uzur
syar’i hingga Ramadhan tahun berikutnya telah menjelang. Mereka wajib
mengqadha’nya sekaligus membayar fidyah, menurut sebagian ulama.
Adapun tata cara membayar fidyah dijelaskan dalam uraian berikut ini: