Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PEMERIKSAAN SIMPLISIA

AHMAD JAUHARI (K1A014001)

RABU, 11 NOVEMBER 2015

LABORATORIUM BIOLOGI MIPA UNRAM – PRODI FARMASI UNRAM

PENDAHULUAN alam khususnya dari tumbuh-tumbuhan yang


khasiatnya teruji berdasarkan pengalaman
Indonesia merupakan negara kepulauan
secara turun temurun. Dalam usaha tersebut,
yang terletak di zona khatulistiwa dan terkenal
maka kita dituntut untuk dapat
mempunyai kekayaan alam dengan
mengidentifikasi dan ciri khas dari masing-
beranekaragam jenis tumbuhan, hal ini
masing simplisia.
dimanfaatkan sebagai bahan industri
khususnya tumbuhan berkhasiat obat dalam
TINJAUAN PUSTAKA
bentuk simplisia maupun jamu. Sebagai
Simplisia yaitu bahan yang dapat
seorang farmasis, kita dituntut untuk dapat
digunakan sebagai obat yang biasanya berupa
mengidentifikasi secara organoleptis,
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati
makroskopis maupun mikroskopis dari sediaan
dapat berupa tanaman utuh maupun bagian
simplisia yang ada. Kita dituntut untuk dapat
tanaman atau eksudat tanaman. Simplisia
mengenali bentuk morfologi ataupun anatomi
hewani yaitu simplisia yang berupa hewan
serta kandungan kimia dari jamu.
utuh maupun bagian hewan atau zat-zat
Dengan diketahuinya kandungan
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan
simplisia dari sediaan jamu tersebut, maka kita
belum berupa zat kimia murni. Simplisia
dapat menganalisis kandungan zat serta lebih
pelican adalah simplisia yang berupa bahan
lanjut dapat mempelajari kemampuan efek
mineral yang belum berupa zat kimia murni
terapi dari kandungan simplisia dari jamu
(Depkes RI, 1979).
tersebut dan dapat menjadi bahan untuk
melakukan penelitian lebih lanjut. Secara Identifikasi simplisia dilakukan secara
umum kandungan dari jamu merupakan bahan Organoleptik yang meliputi merasakan bau,
melihat warna dan dan merasakan rasa dari simplisia yakni ukuran, warna dan bentuk
simplisia. Makroskopik yaitu pengujian yang simplisia dan merupakan salah satu cara dalam
dilakukan secara langsung dengan mata memperkenalkan tanaman karena mengingat
terhadap sampel simplisia. Mikroskopik adalah tanaman yang sama belum tentu mempunyai
pengamatan potongan bahan atau serbuk dari bentuk morfologi yang sama pula (Depkes RI,
sampel simplisia yang diamati (Depkes RI, 1979).
1977).
ALAT DAN BAHAN
Simplisia nabati harus bebas dari
Alat yang digunakan yaitu : Objek glass dan
serangga, fragmen, atau kotoran hewan, tidak
penutup gelas, lampu spiritus, pinset,
boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak
miskroskop cahaya, silet, kaca pembesar, dan
boleh mengandung lendir dan cendawan atau
tissue/lap.
menunjukkan tanda-tanda pengotoran lain,
Bahan yang digunakan yaitu : Aquadestilata,
tidak boleh mengandung bahan lain yang
larutan kloralhidrat, rimpang temulawak,
beracun dan berbahaya. Simplisia hewani
rimpang kencur, kulit kayu manis, daun seledri,
harus bebas dari fragmen hewan asing atau
daun papaya, bunga cengkeh,buah lada hitam,
kotoran hewan, tidak boleh menyimpang bau
biji pala, dan biji kopi.
dan warnanya, tidak boleh mengandung
cendawan atau tanda-tanda pengotor
CARA KERJA
lainnnya, tidak boleh mengandung bahan lain
Pada identifikasi simplisia dengan
yang beracun dan berbahaya. Simplisia pelican
pengujian organoleptik dilakukan pengamatan
harus bebas dari pengotoran oleh tanah, batu,
warna dengan mata secara langsung, mencium
hewan, fragmen hewan, dan bahan asing
bau, dan merasakan rasa simplisia secara
lainnya (Depkes RI, 1977).
langsung dengan lidah. Pada metode
Beberapa parameter yang dilakukan
makroskopik dilakukan dengan mengukur
sebagai standar mutu tanaman, meliputi
ukuran simplisia dengan menggunakan
pemeriksaan organoleptis, pengamatan
millimeter block. Pada metode mikroskopik,
terhadap morfologi dan anatomi, serta
sediaan simplisia diletakkan diatas objek glass
identifikasi kandungan kimia. Berdasarkan hal
dan ditambahkan air lalu sedikit dipanaskan
tersebut, untuk Pengamatan morfologi
dengan lampu spiritus dan ditutup dengan
dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari
gelas penutup. Setelah dingin, dilakukan
pengamatan dengan mikroskop menggunakan Biji kopi memiliki warna coklat krem, memiliki
perbesaran lemah dan jika perlu dengan bau khas kopi, dan rasa yang pahit.
perbesaran yang lebih kuat. Mikroskopik :
Memiliki ukuran partikel yang cukup besar
HASIL DAN PEMBAHASAN namun tertutup oleh air.

Kaempferia Rhizoma Curcuma Rhizoma


Organoleptik : Organoleptik :
Rimpang kencur memiliki warna coklat muda, Memiliki warna kuning langsat, bau yang
memiliki bau seperti jamu, memiliki rasa menyengat, dan rasa yang pahit.
pedas. Makroskopik :
Mikroskopik : Memiliki panjang 1-2 cm dan lebar 1-2 cm.
Rimpang kencur terlihat banyak dan tersebar Mikroskopik :
dengan ukuran yang kurang lebih sama. Terlihat memiliki ukuran dan bentuk yang
bervariasi namun memiliki warna yang sama.

Dari hasil yang diperoleh, dapat terlihat


jika masing-masing sediaan simplisia memiliki
karakteristik dan ciri khas yang bervariasi dan
cenderung berbeda satu sama lain. Namun
terdapat beberapa kendala yang dihadapi pada
pemeriksaan makroskopik dan organoleptis.
Coffea Fructus Simplisia satu dengan yang lainnya memiliki
bentuk, warna, dan bau yang hampir mirip
Organoleptik : pada sebagian besar simplisia. Sedangkan
kendala pada pemeriksaan mikroskopis adalah KESIMPULAN
pada saat pemanasan, terkadang air pada Dari praktikum yang telah dilakukan,
objek gelas mendidih, sehingga pada saat dapat disimpulkan bahwa identifikasi simplisia
diamati dibawah mikroskop, objek menjadi dapat dilakukan dengan metode organoleptik,
tidak jelas. Kendala lain pada pemeriksaan makroskopik, dan mikroskopik. Dan diketahui
mikroskopis adalah ketidaktelitian praktikan jika antara satu simplisia dan simplisia yang
dalam menggunakan alat sehingga antara lain memiliki ciri khas masing-masing yang
pengamatan simplisia satu dengan yang bervariatif.
lainnya dapat tercampur dan dapat
mempengaruhi pemeriksaan. DAFTAR PUSTAKA
Tentunya banyak simplisia yang memiliki
Depkes, 1977. Materia Medika Indonesia, Jilid
perbedaan yang jelas jika dibandingkan dengan
II. Jakarta : Departemen Kesehatan
simplisia yang lain. Hal ini disebabkan simplisia
Republik Indonesia.
tersebut memiliki ciri khas yang diakibatkan
Depkes, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid
oleh adanya perbedaan anatomi dan morfologi
III. Jakarta : Departemen Kesehatan
yang jelas. Namun ciri khas tersebut dapat pula
Republik Indonesia.
tidak nampak kerena kesalahan dalam
melakukan pemeriksaan dan penyimpanan
simplisia yang relatif lama. Sehingga terjadi
perbedaan antara literatur dan hasil
pengamatan yang didapat.

Anda mungkin juga menyukai