PENDAHULUAN alam khususnya dari tumbuh-tumbuhan yang
khasiatnya teruji berdasarkan pengalaman Indonesia merupakan negara kepulauan secara turun temurun. Dalam usaha tersebut, yang terletak di zona khatulistiwa dan terkenal maka kita dituntut untuk dapat mempunyai kekayaan alam dengan mengidentifikasi dan ciri khas dari masing- beranekaragam jenis tumbuhan, hal ini masing simplisia. dimanfaatkan sebagai bahan industri khususnya tumbuhan berkhasiat obat dalam TINJAUAN PUSTAKA bentuk simplisia maupun jamu. Sebagai Simplisia yaitu bahan yang dapat seorang farmasis, kita dituntut untuk dapat digunakan sebagai obat yang biasanya berupa mengidentifikasi secara organoleptis, bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati makroskopis maupun mikroskopis dari sediaan dapat berupa tanaman utuh maupun bagian simplisia yang ada. Kita dituntut untuk dapat tanaman atau eksudat tanaman. Simplisia mengenali bentuk morfologi ataupun anatomi hewani yaitu simplisia yang berupa hewan serta kandungan kimia dari jamu. utuh maupun bagian hewan atau zat-zat Dengan diketahuinya kandungan berguna yang dihasilkan oleh hewan dan simplisia dari sediaan jamu tersebut, maka kita belum berupa zat kimia murni. Simplisia dapat menganalisis kandungan zat serta lebih pelican adalah simplisia yang berupa bahan lanjut dapat mempelajari kemampuan efek mineral yang belum berupa zat kimia murni terapi dari kandungan simplisia dari jamu (Depkes RI, 1979). tersebut dan dapat menjadi bahan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Secara Identifikasi simplisia dilakukan secara umum kandungan dari jamu merupakan bahan Organoleptik yang meliputi merasakan bau, melihat warna dan dan merasakan rasa dari simplisia yakni ukuran, warna dan bentuk simplisia. Makroskopik yaitu pengujian yang simplisia dan merupakan salah satu cara dalam dilakukan secara langsung dengan mata memperkenalkan tanaman karena mengingat terhadap sampel simplisia. Mikroskopik adalah tanaman yang sama belum tentu mempunyai pengamatan potongan bahan atau serbuk dari bentuk morfologi yang sama pula (Depkes RI, sampel simplisia yang diamati (Depkes RI, 1979). 1977). ALAT DAN BAHAN Simplisia nabati harus bebas dari Alat yang digunakan yaitu : Objek glass dan serangga, fragmen, atau kotoran hewan, tidak penutup gelas, lampu spiritus, pinset, boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak miskroskop cahaya, silet, kaca pembesar, dan boleh mengandung lendir dan cendawan atau tissue/lap. menunjukkan tanda-tanda pengotoran lain, Bahan yang digunakan yaitu : Aquadestilata, tidak boleh mengandung bahan lain yang larutan kloralhidrat, rimpang temulawak, beracun dan berbahaya. Simplisia hewani rimpang kencur, kulit kayu manis, daun seledri, harus bebas dari fragmen hewan asing atau daun papaya, bunga cengkeh,buah lada hitam, kotoran hewan, tidak boleh menyimpang bau biji pala, dan biji kopi. dan warnanya, tidak boleh mengandung cendawan atau tanda-tanda pengotor CARA KERJA lainnnya, tidak boleh mengandung bahan lain Pada identifikasi simplisia dengan yang beracun dan berbahaya. Simplisia pelican pengujian organoleptik dilakukan pengamatan harus bebas dari pengotoran oleh tanah, batu, warna dengan mata secara langsung, mencium hewan, fragmen hewan, dan bahan asing bau, dan merasakan rasa simplisia secara lainnya (Depkes RI, 1977). langsung dengan lidah. Pada metode Beberapa parameter yang dilakukan makroskopik dilakukan dengan mengukur sebagai standar mutu tanaman, meliputi ukuran simplisia dengan menggunakan pemeriksaan organoleptis, pengamatan millimeter block. Pada metode mikroskopik, terhadap morfologi dan anatomi, serta sediaan simplisia diletakkan diatas objek glass identifikasi kandungan kimia. Berdasarkan hal dan ditambahkan air lalu sedikit dipanaskan tersebut, untuk Pengamatan morfologi dengan lampu spiritus dan ditutup dengan dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari gelas penutup. Setelah dingin, dilakukan pengamatan dengan mikroskop menggunakan Biji kopi memiliki warna coklat krem, memiliki perbesaran lemah dan jika perlu dengan bau khas kopi, dan rasa yang pahit. perbesaran yang lebih kuat. Mikroskopik : Memiliki ukuran partikel yang cukup besar HASIL DAN PEMBAHASAN namun tertutup oleh air.
Kaempferia Rhizoma Curcuma Rhizoma
Organoleptik : Organoleptik : Rimpang kencur memiliki warna coklat muda, Memiliki warna kuning langsat, bau yang memiliki bau seperti jamu, memiliki rasa menyengat, dan rasa yang pahit. pedas. Makroskopik : Mikroskopik : Memiliki panjang 1-2 cm dan lebar 1-2 cm. Rimpang kencur terlihat banyak dan tersebar Mikroskopik : dengan ukuran yang kurang lebih sama. Terlihat memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi namun memiliki warna yang sama.
Dari hasil yang diperoleh, dapat terlihat
jika masing-masing sediaan simplisia memiliki karakteristik dan ciri khas yang bervariasi dan cenderung berbeda satu sama lain. Namun terdapat beberapa kendala yang dihadapi pada pemeriksaan makroskopik dan organoleptis. Coffea Fructus Simplisia satu dengan yang lainnya memiliki bentuk, warna, dan bau yang hampir mirip Organoleptik : pada sebagian besar simplisia. Sedangkan kendala pada pemeriksaan mikroskopis adalah KESIMPULAN pada saat pemanasan, terkadang air pada Dari praktikum yang telah dilakukan, objek gelas mendidih, sehingga pada saat dapat disimpulkan bahwa identifikasi simplisia diamati dibawah mikroskop, objek menjadi dapat dilakukan dengan metode organoleptik, tidak jelas. Kendala lain pada pemeriksaan makroskopik, dan mikroskopik. Dan diketahui mikroskopis adalah ketidaktelitian praktikan jika antara satu simplisia dan simplisia yang dalam menggunakan alat sehingga antara lain memiliki ciri khas masing-masing yang pengamatan simplisia satu dengan yang bervariatif. lainnya dapat tercampur dan dapat mempengaruhi pemeriksaan. DAFTAR PUSTAKA Tentunya banyak simplisia yang memiliki Depkes, 1977. Materia Medika Indonesia, Jilid perbedaan yang jelas jika dibandingkan dengan II. Jakarta : Departemen Kesehatan simplisia yang lain. Hal ini disebabkan simplisia Republik Indonesia. tersebut memiliki ciri khas yang diakibatkan Depkes, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid oleh adanya perbedaan anatomi dan morfologi III. Jakarta : Departemen Kesehatan yang jelas. Namun ciri khas tersebut dapat pula Republik Indonesia. tidak nampak kerena kesalahan dalam melakukan pemeriksaan dan penyimpanan simplisia yang relatif lama. Sehingga terjadi perbedaan antara literatur dan hasil pengamatan yang didapat.