Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIA SIMPLISIA

(TERPEN, STEROID, FENOL, SAPONIN)

AHMAD JAUHARI (K1A014001)

RABU, 2 DESEMBER 2015

LABORATORIUM BIOLOGI MIPA UNRAM – PRODI FARMASI UNRAM

1. PENDAHULUAN Pada umumnya identifikasi kandungan kimia


simplisia meliputi uji terpen, steroid, fenol,
Indonesia merupakan salah satu negara
saponin
yang terkenal mempunyai keanekaragaman
tumbuhan sebagai obat. Pemanfaatan
2. TINJAUAN PUSTAKA
tumbuhan sebagai obat di Indonesia sudah
Simplisia yaitu bahan yang dapat
lama dikenal dan diikuti perdagangan sediaan
digunakan sebagai obat yang biasanya berupa
herbal di dunia semakin memiliki nilai ekonomi
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati
yang besar. Salah satu simplisia yang sedang
dapat berupa tanaman utuh maupun bagian
naik daun adalah seledri jepang atau ashitaba.
tanaman atau eksudat tanaman. Simplisia
Tanpa adanya senyawa bioaktif dalam
hewani yaitu simplisia yang berupa hewan
tumbuhan, secara umum tumbuhan ini tidak
utuh maupun bagian hewan atau zat-zat
dapat digunakan sebagai obat. Senyawa
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan
bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan,
belum berupa zat kimia murni. Simplisia
biasanya merupakan senyawa metabolit
pelican adalah simplisia yang berupa bahan
sekunder, seperti alkaloid, flavonoid, steroid,
mineral yang belum berupa zat kimia murni
tannin, saponin dan lain-lain.
(Depkes RI, 1979).
Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan
penelitian senyawa kimia metabolit sekunder Secara kimia, terpenoid umumnya larut
pada simplisia ashitaba Maka dari itu, sebagai dalam lemak dan terdapat didalam sitoplasma
seorang farmasis kita dituntut untuk dapat sel tumbuhan. Biasanya diekstraksi memakai
mengidentifikasi kandungan kimia simplisia. petrolium eter, eter atau kloroform dan dapat
Praktikum Farmakognosi Prodi Farmasi UNRAM | 1
dipisahkan  secara  kromatografi pada silika gel sabun(bahasa latin sapo berarti sabun).
dengan pelarut. Semua terpenoid berasal dari Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang
molekul isoprena, CH2=C(CH3)-CH=CH2dan kuat yang menimbulkan busa jika dikocok
kerangka karbonya dibangun oleh dengan air Dan pada konsentrasi yang rendah
penyambungan dua atau lebih satuan C5ini. sering menyebabkan hemolisis sel darah
Walaupun demikian, secara biosintesis merah. Dalam larutan yang sangat encer
senyawa yang berperan adalah isopentil saponin sangat beracun untuk ikan, Dan
pirofosfat, CH2=C(CH3)-(CH)2OPP, yang  tumbuhan yang mengandung saponin telah
terbentuk  dari asetat  melalui asam digunakan sebagai racun ikan selama beratus-
mevalonat, CH2OHCH2C(OH,CH3)- ratus tahun. Saponin merupakan senyawa
CH2CH2COOH. Isopentil piropospat terdapat glikosida kompleks yaitu senyawa hasil
dalam sel hidup dan berkesinambungan  kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa
dengan isomernya, dimetilalil piropospat, hidroksil organic yang apabila dihidrolisis akan
(CH3)2C=CHCH2OPP. menghasilkan gula (glikon) dan non-gula
(aglikon). Saponin ini terdiri dari dua kelompok
Berdasarkan kenyataan ini, terpenoid
yaitu:
dikelompokan dalam 5 bagian:
Ø Saponin triterpenoid. Saponin ini dapat
a.  Monoterpen terdiri dari dua unit C5 atau 10
mempunyai asam oleanolat sebagai
atam karbon.
aglikonnya, Dan asam ini ditemukan juga
b.  Siskuisterpen terdiri dari tiga unit C5 atau bebas.
15 atom karbon
Ø  Saponin steroid. Saponin ini paling umum
c  Diterpen terdiri dari empat unit C5 atau 20 ditemukan dalam keluarga Liliaceae,
atom karbon Amarilidaceae, dan Dioscoreaceae. Saponin

d. Triterpen terdiri dari enam unit C5 atau 30 banyak digunakan dalam kehidupan manusia,

atom karbon salah satunya terdapat pada lerak yang dapat


digunakan untuk bahan pencuci kain (batik)
e.  Tetraterpen terdiri dari delapan unit C5 atau
Dan sebagai sampo. Saponin dapat diperoleh
40 atom karbon (Harborne, 1996).
dari tumbuhan melalui metode ekstraksi
Saponin mula-mula diberi nama (Robinson, 1995).
demikian karena sifatnya yang menyerupai

Praktikum Farmakognosi Prodi Farmasi UNRAM | 2


Senyawa fenol meliputi aneka ragam empat cincin terpadu. Senyawa ini mempunyai
senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang efek fisiologis tertentu. Sebagian besar steroid
mengandung satu atau dua gugus hidroksil. mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
Senyawa fenol cenderung larut dalam air §   Mengandung gugus fungsi oksigen (sebagai
karena umumnya mereka seringkali berikatan = O atau –OH) pada C3
dengan gula sebagai glikosida. Pada senyawa
§  Mengandung gugus samping pada C17
polifenol, aktivitas antioksidan berkaitan erat
§   Banyak yang mengandung ikatan rangkap di
dengan struktur rantai samping dan juga
antara C4-C5 atau C5-C6 (Harborne, 1996).
substitusi pada cincin aromatiknya.
Kemampuannya untuk bereaksi dengan radikal
bebas DPPH dapat mempengaruhi urutan 3. ALAT DAN BAHAN
kekuatan antioksidannya. Aktivitas peredaman Alat yang digunakan antara lain : Timbangan
radikal bebas senyawa polifenol diyakini analitik, botol timbang, gelas pengaduk, cawan
dipengaruhi oleh jumlah dan posisi hidrogen porselin, gelas ukur, pipet tetes, penangas air,
fenolik dalam molekulnya. Dengan demikian kertas saring, corong kaca, beker glass, tabung
aktivitas antioksidan yang lebih tinggi akan reaksi, dan rak.
dihasilkan pada senyawa fenolik yang Bahan yang digunakan antara lain : Serbuk
mempunyai jumlah gugus hidroksil yang lebih simplisia ashitaba, etanol, aquadest, kloroform,
banyak pada inti flavonoidnya. Senyawa fenolik 2% FeCl3, dan H2SO4 pekat.
ini mempunyai kemampuan untuk
menyumbangkan hidrogen, maka aktivitas 4. CARA KERJA
antioksidan senyawa fenolik dapat dihasilkan Pertama-tama serbuk simplisia ashitaba
pada reaksi netralisasi radikal bebas yang ditimbang sebanyak 2 gram dengan
mengawali proses oksidasi atau pada menggunakan timbangan analitik. Kemudian
penghentian reaksi radikal berantai yang dimasukkan kedalam cawan petri lalu
terjadi (Fessenden, 1982). ditambahkan 25 mL etanol dan dipanaskan
dengan penangas air kurang lebih selama 2
Secara sederhana steroid dapat diartikan
sebagai kelas senyawa organik bahan alam menit. Setelah itu langsung dilakukan
penyaringan, lalu filtrate yang dihasilkan
yang kerangka strukturnya terdiri dari
androstan (siklopentanofenanten), mempunyai diuapkan diatas penangas air sampai kering.

Praktikum Farmakognosi Prodi Farmasi UNRAM | 3


Lalu filtrate kering ditambahkan kloroform
sebanyak 10 mL. Hasil yang diperoleh
ditambahkan air hingga membentuk 2 lapisan Uji Saponin
yaitu lapisan kloroform dan air yang terpisah.
 Uji Saponin
Pada uji saponin, pertama-tama diambil
air dengan pipet sebanyak 3 mL kedalam
tabung reaksi lalu dikocok kemudian
diamati pembentukan busa yang terjadi.
 Uji Fenol
Pada uji fenol, pertama-tama dipipet air  Sebelumnya terbentuk 3 fase yaitu :
sebanyak 2 mL lalu ditambahkan tetes pada lapisan atas berwarna bening
demi tetes larutan 2% FeCl3 kemudian (air), lapisan tengah terdapat endapan
dilakukan pengamatan terhadap warna putih, lapisan bawah berwarna hijau
yang dihasilkan. kecoklatan.
 Uji Terpen  Setelah larutan bening diambil
Pada uji terpen, diambil lapisan kloroform kemudian digojog tidak terbentuk busa.
sebanyak 3 mL menggunakan pipet tetes
ke dalam cawan porselin. Kemudian Uji Fenol
ditambahkan 2 mL H2So4 pekan dan
dipanaskan pada penangas air. Lalu
diamati pembentukan warna yang terjadi.
 Uji Steroid
Pertama-tama diambil lapisan kloroform
sebanyak 2 mL lalu dilakukan penambahan
H2SO4 sebanyak 2 mL. Lalu dilakukan
pengamatan warna yang terbentuk.  Setelah larutan bening (air)
ditambahkan FeCl3 tetes demi tetes
5. HASIL DAN PEMBAHASAN warnanya menjadi kuning bening.

Praktikum Farmakognosi Prodi Farmasi UNRAM | 4


berwarna hijau pekat dan lapisan
bawah berwarna hijau muda.
Uji Terpen
Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada
pengamatan uji noda, menunjukkan hasil yang
negative (tidak terbentuk busa). Berdasarkan
teori, ketika telah dilakukan pengocokan maka
akan terbentuk atau terlihat busa yang
menunjukkan hasil positive pada uji saponin.
Kemungkinan hasil negative yang didapat pada
 Lapisan kloroform berwarna hijau uji ini dikarenakan kesalahan dalam melakukan
lumut prosedur paktikum namun dapat juga karena
 Setelah dikeringkan berwarna hijau senyawa saponin yang terdapat pada sampel
lumut hanya sedikit sehingga tidak dapat terlihat jelas
 Kloroform yang dikeringkan dan bahkan tidak terlihat sama sekali.
ditambah dengan H2SO4 berwarna Pada uji fenol, Menunjukkan hasil yang
hijau lumut negatif (berwarna kuning bening). Berdasarkan
 Setelah dipanaskan tetap berwarna teori, setelah dilakukan penetesan FeCl3 tetes
hijau lumut demi tetes maka akan terbentuk warna biru
kehijauan sampai hitam yang menunjukkan
Uji Steroid hasil positif. Kemungkinan hasil negative yang
didapat pada uji ini dikarenakan kesalahan
dalam melakukan prosedur paktikum namun
dapat juga karena kondisi dari FeCl3 yang
kurang baik seperti sudah disimpan terlalu
lama atau karena senyawa fenol yang terdapat
pada sampel hanya sedikit sehingga tidak
dapat terlihat jelas bahkan tidak terlihat sama
 Pada campuran kloroform dengan sekali.
H2SO4 terbentuk 2 lapisan atas Pada uji terpen, memperlihatkan hasil
yang negatif (berwarna hijau lumut).
Praktikum Farmakognosi Prodi Farmasi UNRAM | 5
Berdasarkan teori hasil positif ditunjukkan 6. KESIMPULAN
dengan warna keabu-abuan setelah kloroform Dari praktikum yang telah dilakukan,
kering yang ditambahkan H2SO4 dan dapat disimpulkan bahwa untuk dapat
dipanaskan dengan penangas air. mengidentifikasi kandungan kimia pada
Kemungkinan hasil negative yang didapat pada simplisia dapat dilakukan dengan melakukan
uji ini dikarenakan kesalahan dalam melakukan uji terpen, steroid, fenol, dan saponin. Dimana
prosedur paktikum namun dapat juga karena pada praktikum kali ini diperoleh hasil negatif
kondisi dari H2SO4 yang kurang baik seperti pada semua pengujian. Kemungkinan hal ini
sudah disimpan terlalu lama atau senyawa terjadi karena kesalahan dalam melakukan
terpen yang terdapat pada sampel hanya prosedur paktikum namun dapat juga karena
sedikit sehingga tidak dapat terlihat jelas kondisi pereaksi yang kurang baik ataupun
bahkan tidak terlihat sama sekali. kandungan senyawa pada sampel simplisia
Pada uji steroid, menunjukkan hasil yang yang terlalu sedikit.
negative (berwarna hijau muda sampai hijau
tua). Berdasrkan teori hasil positif ditunjukkan 7. DAFTAR PUSTAKA
dengan warna merah kecoklatan.
Depkes, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid
Kemungkinan hasil negative yang didapat pada
III. Jakarta : Departemen Kesehatan
uji ini dikarenakan kesalahan dalam melakukan
Republik Indonesia.
prosedur paktikum namun dapat juga karena
Fessenden, Fessenden. 1982 . Kimia Organik
kondisi dari H2SO4 yang kurang baik seperti
Jilid II. Jakarta : Penerbit Erlangga.
sudah disimpan terlalu lama atau senyawa
terpen yang terdapat pada sampel hanya Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia,  Edisi
II. Bandung : ITB Press.
sedikit sehingga tidak dapat terlihat jelas
bahkan tidak terlihat sama sekali. Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi. Bandung : Penerbit ITB.

Praktikum Farmakognosi Prodi Farmasi UNRAM | 6

Anda mungkin juga menyukai