LINGUA
Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Terakreditasi Sinta 3 berdasarkan Keputusan Dirjend Penguatan Riset
dan Pengembangan, Kemenristek Dikti No 21/E/KPT/2018
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/lingua
Juanda
Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Makassar
Sejarah artikel: Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi nilai pendidikan seperti nilai kebaikan
Diterima dan kejahatan, nilai kualitas dan nilai sosial dalam cerita rakyat. Metode penelitian
Desember 2018
yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pemaparan data secara
Disetujui
deskriptif. Penelitian ini sumber datanya dari sastra lisan yang telah dibukukan oleh
Mei 2019
Dipublikasikan Bambang Suwondo tahun 1980/1981 “Cerita Rakyat (Mite dan Legenda) Daerah
Juli 2019 Sulawesi Selatan”. Sampel dalam penelitian ini adalah cerita rakyat yang berjudul:
Kepemimpinan Batara Wajo La Tenribali, La Tungke, Burung Beo yang Setia, Sebabnya
Kata kunci: Kalelawar Menggantungkan Diri, dan La Benngo. Temuan nilai pendidikan dalam
nilai pendidikan, penelitian ini adalah terdapat nilai kebaikan yaitu: saling membantu dalam kehidupan
sosial , cerita kerajaan dan keluarga, saling memotivasi, ingat-mengingatkan, tolong-menolong
rakyat, siswa dan saling menghargai; temuan nilai kejahatan, seperti penipuan, penyiksaan,
ketidakadilan dan kelicikan; nilai kualitas adalah kejujuran, keadilan, dan kesopanan;
Keywords: nilai sosial ialah kekeluargaan, kepedulian dan kegotongroyongan. Cerita rakyat
educational, value, etnis Bugis dapat diaplikasikan dalam pembentukan karakter siswa.
social folklore,
students
ABSTRACT
The purpose of this study is to explore the value of education such as the value of
good and evil, the value of quality and social values in folklore. The research method
used is qualitative research with descriptive data presentation. This research is a
source of data from oral literature which has been recorded by Bambang Suwondo in
1980/1981 “South Sulawesi Folklore (Mite and Legend)”. The sample in this study is
a folklore entitled: The Leadership of Wajo La Tenribali Batara, La Tungke, Faithful
Parrot, The Cause of the Hanging of the Bat, and La Benngo. The findings of the value
of education in this study are that there is a good value, namely: helping each other
in royal and family life, motivating each other, remembering, helping and mutual
respect; findings of the value of crime, such as fraud, torture, injustice and cunning;
the value of quality is honesty, fairness, and politeness; social value is family, caring
and mutual cooperation. Bugis ethnic folklore can be applied in the formation of
student character.
162
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019
163
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019
baik dalam individu maupun dalam seperti religius, jujur, toleransi, cinta kasih,
masyarakat. Namun, keberlangsungan keadilan, pengabdian (Ismawati, Gunawan
hidup tidak lepas dari keadaan masyarakat B.S., dan Abdul G., 2016:186). Pendidikan
yang senantiasa mengalami perubahan. karakter dapat diintegrasikan dengan
Sebagaimana yang dikemukakan oleh keterampilan menyimak, berbicara,
(Waryanti, 2015:159) bahwa karya sastra membaca, dan menulis serta nilai yang
memberikan pemahaman nilai dalam terdapat dalam karya sastra (Marysa, Iqbal
kehidupan. H., Eka S.A., 2014:1). Pembelajaran sastra
Nilai pendidikan pada karya memiliki banyak pesan moral yang dapat
sastra berkorelasi dengan penanaman membentuk karakter siswa (Isnanda, 2015,
nilai pendidikan karakter yang mampu 176).
memperluas pemahaman, perasaan, dan
Mangera (2013:69) mengatakan
sikap pembaca (Harsono, 2014:1). Mangera
bahwa nilai pendidikan sosial mengacu pada
(2013:67) membagi nilai-nilai pendidikan
hubungan individu dengan individu yang
ke dalam dua jenis yaitu: Nilai pendidikan
lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana
moral adalah nilai-nilai dan norma-norma
seseorang harus bersikap, menyelesaikan
yang menjadi pegangan bagi seseorang
masalah dan menghadapi situasi tertentu
atau kelompok dalam mengatur tingkah
merupakan nilai sosial. Sejak lahir manusia
lakunya. Jika seseorang memunyai moral
sudah hidup dan berinteraksi bersama
yang baik akan memiliki perilaku dalam
dengan manusia lainnya, setidak-tidaknya
kehidupan sehari-hari yang baik (Wahyu,
dengan ibu dan ayah yang memelihara dan
2011:141). Moral berkenaan dengan
melindunginya. Keharusan hidup bersama
kegiatan-kegiatan manusia yang dipandang
itu didasari oleh kebutuhan manusia yang
sebagai baik dan buruk, benar dan salah,
hanya dapat dipenuhi apabila berinteraksi
tepat dan tidak tepat, atau yang menyangkut
dengan atau mendapat bantuan dari
cara seseorang bertingkah laku dalam
manusia yang lain. Manusia harus hidup
hubungan dengan orang lain (Mangera,
bermasyarakat. Hidup bermasyarakat
2013:67). Nilai moral yang kokoh dan etika
artinya saling berinteraksi satu sama lain
standar yang kuat diperlukan oleh individu
dalam kelompoknya serta individu di luar
maupun masyarakat dengan proses
kelompoknya guna memperjuangkan dan
pendidikan nilai (Wening, 2012:56). Pada
memenuhi kepentingannya (Muhammad,
tingkat individual pendidikan membantu
2005: 5).
siswa mengembangkan kreativitas untuk
bersosialisasi dengan norma, nilai, dan Cerita rakyat merupakan sastra
keyakinan sosial yang baik (Juanda, 2010: tradisional yang tokohnya berkarakter baik
8) dan jahat. Kadang kala tokohnya binatang
yang mirip perilaku manusia karakternya
Melalui pengajaran sastra guru
(Barone, 2011:60). Bascom dalam
dapat merealisasikan pendidikan karakter
164
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019
Dananjaya (1994: 50); Amin, Syahrul R. dan manusia yaitu nilai yang menjadikan
Ermanto (2013) membagi cerita rakyat manusia bermutu atau tidak, dan nilai
ke dalam dongeng, mite, dan legenda. yang berhubungan dengan relasi individu
Cerita rakyat menyampaikan pesan yang dengan kelompok dalam etos kerjasama.
berkaitan dengan sistem budaya seperti: Data dalam penelitian ini yaitu data
perilaku masyarakat, norma, dan nilai. tertulis tentang cerita rakyat yang berasal
Cerita rakyat dari sisi nilai moral memiliki dari masyarakat Bugis Wajo, Soppeng, dan
nilai moral religi, sosial, dan individual Sinjai yang diperoleh dari buku “Cerita
(Habsari, 2017). Rakyat (Mite dan Legenda) Daerah Sulawesi
Dari uraian latar belakang yang Selatan” karya Bambang Suwondo tahun
telah dipaparkan pada uraian sebelumnya, 1980/1981.
masalah yang dirumuskan pada penelitian Data dalam penelitian ini disajikan
ini adalah bagaimanakah nilai kebaikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif
dan kejahatan yang ditunjukkan dalam melalui teknik verifikasi data dan penarikan
kumpulan mitos dan legenda Sulawesi kesimpulan.Setelah data disajikan
Selatan; Bagaimanakah nilai kualitas selanjutnya peneliti melakukan peninjauan
manusia yang ditunjukkan dalam ulang terhadap data sebelumnya. Hasil dari
kumpulan mitos dan legenda Sulawesi tinjauan data ditarik kesimpulan berupa
Selatan dan) bagaimanakah nilai kerja deskripsi ataupun gambaran objek.
sama yang ditunjukkan dalam kumpulan
mitos dan legenda Sulawesi Selatan. Tujuan HASIL PENELITIAN
penelitian ini adalah mengeksplorasi nilai Nilai pendidikan yang dimaksud di
kebaikan dan kejahatan, nilai kualitas dan sini adalah nilai moral. Nilai moral dalam
nilai sosial dalam cerita rakyat Bugis. penelitian ini terbagi menjadi tiga macam
yaitu nilai kebaikan, nilai kejahatan, dan
METODE PENELITIAN nilai kualitas. Nilai sosial adalah kerja
Jenis penelitian ini adalah penelitian sama. Sebagaimana yang telah dijelaskan
deskriptif kualitatif mengenai nilai-nilai sebelumnya bahwa tujuan penulisan ini
pendidikan dalam cerita “Kepemimpinan adalah untuk mengungkap nilai-nilai
Batara Wajo La Tenribali, La Tungke, pendidikan pada cerita “Kepemimpinan
Burung Beo yang Setia, Sebabnya Kalelawar Batara Wajo La Tenribali, La Tungke,
Menggantungkan Diri, dan La Benngo” Burung Beo yang Setia, Sebabnya Kalelawar
yang terdapat dalam cerita rakyat daerah Menggantungkan Diri, dan La Benngo yang
Bugis Sulawesi Selatan.” Penelitian ini masing-masing cerita berasal dari daerah
menggunakan desain penelitian analisis Bugis. Adapun hasil analisis data nilai-nilai
konten. Desain penelitian ini digunakan pendidikan yang terkandung dalam cerita
untuk mengungkap nilai yang berhubungan rakyat tersebut dijabarkan pada tabel
dengan sifat dasar manusia yaitu nilai berikut ini.
kebaikan dan kejahatan, nilai kualitas
165
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019
Tabel 2. Nilai Pendidikan Moral dan Sosial dalam Cerita Rakyat Etnis Bugis
166
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019
167
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019
168
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019
untuk memperagakan sikap dan caranya kebaikan akan sangat berguna jika kita
mengambil buah. Hingga diputuskan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-
bahwa semua kelelawar apabila singgah di hari. Nilai kebaikan yang terkandung dalam
suatu tempat ia bergantung dengan sikap cerita di atas dapat dilihat pada (10) dan
kepala di bawah. Dari hukuman itu, juga (11). Kutipan cerita dapat dilihat secara
menyebabkan kelelawar mencari buah bertutur-turut sebagai berikut:
pada malam hari, bukan pada siang hari. (10) “....Karena orang itu memang tidak
Berdasarkan cerita di atas, mengandung mempunyai anak sehingga diterimanya
nilai moral yang dapat dicontoh pada La Bengngo untuk tinggal di rumahnya.
kehidupan sekarang. Nilai kebaikan dapat Setelah sore mereka berdua pulang
dilihat pada (9) sebagai berikut: bersama-sama ke rumah pemilik kebun
(9)“…..Akhirnya pimpinannya mendapat itu.…”
suatu ide yang kira-kira bisa mengatasi (11) “Akhirnya raja meminta agar La
kesulitan yang mereka sedang derita.” Bengngo tinggal saja di istana dan tidak
Berdasarkan kutipan (9) di atas, pergi ke mana-mana.”
tergambar kebaikan dari pimpinan Berdasarkan kutipan kutipan di
kelelawar yang mendapat jalan keluar dari atas, tergambar kebaikan yang dilakukan
masalah yang dihadapinya. Sebagai seorang oleh raja dan pemilik kebun. Mereka
pemimpin, tentunya harus memikirkan menerima La Benngo untuk tinggal di
bawahannya yang sedang mengalami kediamannya.Sifat seperti inilah yang patut
kesusahan. Hal seperti inilah yang harus untuk dicontoh yaitu menolong sesama
dicontoh oleh para pemimpin sekarang orang yang sedang kesusahan.Seperti
bahwa jangan lari dari tanggung jawab halnya seorang raja dalam cerita di atas,
yang diberikan. Seorang pemimpin harus sangat bijaksana. Beliau tidak langsung
mampu mencari solusi atas permasalahan memberikan hukuman tanpa ada bukti dari
yang diderita oleh para bawahannya. pencurian di istananya.Setelah terbukti
Cerita “La Benngo” menceritakan bahwa La Benngo tidak bersalah akhirnya
tentang seorang anak yang sangat malas beliau meminta agar La Benngo tinggal di
dan bodoh sehingga diberi nama La Benngo. istana.
Namun karena kebodohannya sehingga
diusir oleh orang tuanya dari rumahnya. Perbuatan Jahat
Dari kemalasan dan kebodohannya
Nilai kejahatan atau tidak baik
sehingga ia menjadi pakkalawingeppu
merupakan sesuatu yang menunjukkan
(pembawa puan tempat sirih pinang raja).
hal-hal yang mengarah pada tindakan
Kemudian dididik oleh raja menjadi pintar
yang tidak baik dan juga tidak terpuji
dan kesayangan raja maupun isi istana.
secara fisik maupun secara kata-kata. Nilai
Dalam cerita di atas, mengandung
kejahatan terdapat dalam lima cerita yaitu:
nilai pendidikan seperti nilai pendidikan
Kepemimpinan Batara Wajo La Tenribali; La
moral kebaikan. Nilai pendidikan moral
169
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019
Tungke, Burung Beo yang Setia, Sebabnya Adapun keputusan yang ia berikan
Kelelawar Menggantungkan Diri, dan La ialah orang yang datang kemudian
Benngo. Hal tersebut dapat dilihat dalam harus membayar kerugian kepada
uraian di bawah ini. lawannya.”
Cerita “Kepemimpinan Batara Wajo (13)“Tetapi baik wanita, istrinya maupun
La Tenribali” menceritakan tentang La pemuda itu, tetap berjalan dan tidak
Pattiroi Arung Cinnotabi mengangkat kedua menoleh sekali jua pun. “Apabila
putranya menjadi raja di Cinnotabi secara engkau nanti ditanya oleh siapa-
bersama-sama. Ia adalah La Tenribali dan La siapa saja, maka hendaklah engkau
Tenritippe. Namun, karena kedua anak raja mengaku bahwa kita ini adalah suami
berbeda pendapat pada saat memutuskan istri…..”
suatu perkara, akhirnya La Tenribali Berdasarkan kutipan (12) dan
meninggalkan Cinnotabi. Setelah kepergian (13) di atas, mendekripsikan kejahatan
La Tenribali dan melalui banyak rintangan La Tenritippe yang hanya memeriksa satu
hingga akhirnya ia diangkat sebagai arung pihak saja. Dari keputusan La Tenritippe
mataesso di Boli. Arung mataesso di Boli sebagai seorang raja kurang adil sehingga
kemudian bergelar Batara Wajo. Batara membuat orang merasa rugi.Sebagai
Wajo Cinnotabi La Tenribali memerintah seorang pemimpin harus memiliki sikap
sebagai raja di Wajo.Beliau terkenal sebagai yang adil agar bawahannya tidak merasa
raja yang adil dan bijaksana dan patut dibeda-bedakan.Dari gambaran cerita
dipuji dalam mengambil keputusan dalam tersebut, dapat dijadikan cerminan bagi
suatu perkara. para pemimpin-pemimpin pada era
Berdasarkan cerita di atas, sekarang.Temukanlah bukti yang jelas dan
menggambarkan sejarah masa lampau. akurat sebelum menjatuhkan hukuman.
Cerita seperti inilah yang harus tetap Nilai kejahatan yang terdapat dalam
dilestarikan agar generasi masa depan cerita “La Tungke” dapat dilihat (14),
tetap tahu sejarah masa lalu. Dalam (15). Kutipan cerita tersebut dapat dilihat
cerita Kepemimpinan Batara Wajo La sebagai berikut:
Tenribali mengandung beberapa nilai-nilai (14)“….La Tungke berteriak teriak
pendidikan yang dapat dijadikan pedoman mengusir burung pipit itu tetapi
bagi generasi muda yang memiliki jiwa sebentar terbang kemudian kembali
kepemimpinan. lagi. Karena jengkelnya La Tungke
Nilai kejahatan yang dimaksud memaki maki pipit itu dengan makian
dapat dilihat dalam kutipan (12), (13) sebagai berikut: “Burung pipit berparuh
secara berturut-turut sebagai berikut: melengkung, berkaki lidi, berbadan
(12)“Arung Cinnotabi la Tenritippe hanya kerdil. Pergi engkau.”Demikianlah kata-
memeriksa satu pihak saja tanpa kata makian La Tungke.”
ada saksi dan bukti-bukti, raja (15) “Setelah La Tungke tiba di rumahnya
ini memutuskan perkara mereka. dilaporkannya peristiwa yang baru
170
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019
171
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019
172
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019
heranan.Ia pun ditangkap lalu di bawa Secara jelas dapat dilihat dalam uraian di
menghadap raja. Ia menceritakan bawah ini.
apa yang telah dilakukannya dengan
Nilai kerja sama yang dimaksud
tak ada yang disembunyikannya.
dalam cerita “Kepemimpinan Batara Wajo
Atas petunjuk La Bengngo sarang
La Tenribali” dalam kutiapan (22) sebagai
perampok itu dikepung malam itu
berikut:
juga dan ketiga perampok itu dapat
(22)“Setelah tiba di Boli, mereka membagi
tertangkap semuanya.
tugas bertiga.Ada yang bersawah,
ada yang berkebun, menyadap tuak,
Berdasarkan kutipan (21),
menangkap ikan, dan megambil buah-
tergambar kejujuran La Bengngo pada saat
buahan di dalam hutan.
ia mencuri di istana. Dari kejujurannya
Berdasarkan kutipan (22) tersebut,
tersebut sehingga perampok itu dapat
tergambar jelas kerja sama yang dijalin
tertangkap.
oleh sepupu Arung Cinnotabi. Mereka
membagi tugas hingga masing-masing
Nilai Sosial
mendiami suatu kampung. Melihat kondisi
Nilai sosial yang dimaksud dalam
masyarakat sekarang, nilai kerja sama
penelitian ini adalah nilai kerja sama
seperti gotong royong mulai memudar
yang terjalin antara individu yang satu
bahkan tidak terlihat lagi di lingkungan
dengan yang lainnya atau antara kelompok
masyarakat Bugis pada khususnya.
yang satu dengan kelompok yang lain.
Nilai kerja sama dalam cerita “La
Nilai kerja sama yang tergambar dalam
Tungke” dapat di lihat pada (23). Kutipan
kumpulan cerita rakyat daerah Bugis
cerita dapat dilihat sebagai berikut:
adalah meningkatkan rasa kekeluargaan,
(23) “……La Tungke setiap hari ikut
kepedulian, kegotong-royongan, dan
bapaknya bekerja di sawah. Ibunya
kebersamaan warga masyarakat. Nilai
apabila tiba saatnya untuk makan
kerjasama menjadi salah satu hal yang
siang maka diantarkannya makanan
sangat pokok dalam menjalani sebuah
kepada suami dan anaknya di sawah.
tanggung jawab baik dalam lingkup
Demikianlah pekerjaan bapak, ibu,
pemerintahan maupun dalam kehidupan
dan anaknya setiap hari.”
bermasyarakat. Pengungkapan nilai kerja
Nilai kerja sama yang terdapat pada
sama dalam sebuah karya sastra sangat
cerita berjudul “Burung Beo yang Setia”
perlu untuk digali sebagai salah satu upaya
(24). Kutipan cerita tersebut dapat dilihat
dalam memperkuat hakikat pendidikan
sebagai berikut:
yaitu membangun karakter. Ada tiga cerita
(24)“….Segeralah burung beo ini terbang
rakyat yang memiliki nilai sosial yaitu:
kembali ke rumah Ambo Upe. Setelah
Kepemimimpinan Batara Wajo La Tenri
sampai ke rumah langsung ia hingga
Bali, La Tungke, dan Burung Beo yang Setia.
di hadapan bapak Ambo Upe sambil
173
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019
mengibas- ibaskan ekornya dan baik itu, jika tidak kepada kita nampak
mengangguk-angguk seperti gelisah. kebaikannya.Tidak mungkin tidak diberi
Bersama beberapa orang tetangganya berakhir kebaikan oleh Allah Taala orang
ia pergi mengikuti terbangnya burung yang berbuat baik serta orang jujur.
beo itu. Akhirnya sampailah mereka ke
Seperti ada pappaseng to’riolo bahwa
tempat Ambo Upe sedang ditambatkan
“iyaritu décénngé kui mompo ri lempué.
pada sebatang pohon mangga….”
Naiya tomalempué ri pujiwi ri Allataala,
narielori ri tolinoé. Apaq nakko malempukiq,
Berdasarkan kutipan tersebut,
mangkauq madécénngé ripogauq, nakko
tergambar hubungan kerja sama yang
tattalei décénna ri aléta, kupasi ri anaqta,
terjadi antara burung beo, ayah Ambo
ri wijatta ttale décénna. Deq pura-pura
Upe, dan warga yang bersama-sama pergi
tenna pakkécappakiwi décéng Allataala
menangkap kedua penjahat tersebut.
tau mangkauq madécénngé, enrenngé
Burung Beo memperlihatkan kesetiaanya
cékoi, narékko tettaléi jana ri idiq, kupasi
kepada tuannya. Setelah kejadian itu, warga
ri anaqta, riwija-wijatta ttalé jana. Apaq
kampung hidup dengan aman, tenteram,
déq pura pura nakkulé tennacappakeng jaq
dan bebas dari penjahat.
gauq bawanngé, enrenngé cékoé.”
Ada pappaseng di atas
PEMBAHASAN
menggambarkan bahwa “adapun kebaikan
Cerita rakyat etnis Bugis memiliki
itu, kejujuranlah menjadi sebabnya. Adapun
nilai pendidikan moral yang terdiri atas
orang jujur, ia dikasihani oleh Allah Taala,
nilai kebaikan, kejahatan, dan kualitas. Nilai
serta disukai oleh sesama manusia (…).
sosial meliputi nilai kerja sama dan gotong
Salah satu ungkapan berbahasa Bugis “ajja
royong. Hal ini sesuai dengan penelitian
muala aju pura wetta wali narekko Tania
(Barone, 2011: 60) yang mengatakan cerita
iko wetta waliwi, ajja muala aju ripasanrē
rakyat berisi nilai kebaikan dan kejahatan
narēkko Tania iko pasanrēi.”
(Wahyu, 2011); (Mangena, 2013), (Habsari,
Cerita rakyat yang diteliti memiliki
2017) cerita rakyat memiliki nilai moral
aspek buruk, pelaku yang jahat, tokoh jahat
dan sosial. Pembacaan serita rakyat dapat
aspek tidak adil, pengumpat, memaki,
menjadikan pembaca senang karena
penghinaan, penyiksaan perampokan,
memiliki efek realitas (Landais, 2016).
pencurian, persekongkolan ke hal negative,
Cerita rakyat etnis Bugis memiliki
pengusiaran. Cerita rakyat ini sebenarnya
nilai kebaikan, tanggung jawab, berbagi,
memiliki sindiran (Bell, 2010) agar orang
penolong, pemaaf, sederhana, setia, kerja
hati- hati dalam kejahatan sebab dampak
keras, peduli, tanggung jawab. Hal ini
negatifnya berimbas pada individu dan
sesuai dengan penelitian Fitrianingrum
keluarganya. Mengenai kesewenang-
(2016); Youpika dan Damayanti Zuchdi
wenangan serta keculasan, jika tidak
(2016), Ratu (2017); dan Nasiru (2017)
Nampak kejelekannya kepada kita, niscaya
mengeai cerita rakyat. Adapun perbuatan
174
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019
pada anak kita, turunan kita akan tampak rakyat Kepemimpinan Batara Wajo
kejelekannya. Sebab tidak mungkin Latenribali, LaTungke dan Burung Beo
berakhir dengan kejelekan. Sebab tidak yang Setia memiliki nilai ini. Amriani
mungkin tidak berakhir dengan kejelekan, (2010) meneliti refleksi solidaritas orang
perbuatan kesewenang-wenangan dan Bugis yang terdapat dalam cerita rakyat.
keculasan.” (Syamsudduha, 2014: 185). Dia menemukan nilai solidaritas yang
Ungkapan Bugis dalam Haddade (1986, 58) direfleksikan oleh sikap sependeritaan
mengatakan ‘iya mattaroka ajé rilalenna dan saling mengasihi, mengingatkan dalam
kalabbong luwanngé’, artinya saya menaruh hal yang benar, dan memaafkan. Chekhov
kaki di dalam lubang besar. Maksud dari (2011) meneliti karakter dalam karya
ungkapan tersebut bahwa ia terjerumus. sastra dengan menemukan tokoh dokter
Ungkapan Bugis tersebut sangat tepat yang penuh perhatian. Selanjutnya, Amin,
untuk orang-orang yang mencuri karena Syahrul R., dan Ermanto (2013) cerita rakyat
menjerumuskan diri sendiri ke lubang yang yang diteliti memiliki 5 fungsi sosial, yaitu:
besar. mengembangakan integritas masyarakat,
Cerita rakyat etnis Bugis memiliki alat kontrol sosial, pengukuhan solidaritas,
nilai kulitas, kebaikan yaitu:Adil, jujur, identitas kelompok, dan harmonisasi
bijaksana, peduli. Hal ini sejalan penelitian komunal.
Fakihuddin (2014 kandungan karakter Nilai kerja sama yang terjalin
cerita rakyat antara lain nilai psotif dalam keluarga La Tungke. Hal seperti ini
seperti: religius, kerja keras, pemaaf, suka dapat dijadikan pedoman bagi keluarga
bermusyawarah, patuh, dan sabar; Efrisal, bahwa tidak selamanya hanya suami
Tengku Muhammad Sum dan Hermansyah yang selalu bekerja namun dapat dibantu
(2014); cerita rakyat mengandung nilai oleh istri dan anak. Saling membantu
keberanian, keteguhan hati, kemurahan dan menjaga dalam keluarga, sehingga
hati, kekuatan jasmani dan batin, serta keharmonisan dalam keluarga tetap
memiliki charisma. Serta sejalan penelitian terjaga .Seperti ada pappaseng toriolo
Juanda (2018); Komariah (2018). Nilai- bahwa “… naia padécéngiénngi assiajinngé,
nilai kebaikan ditemukan dalam kumpulan eppai wuwangengna. Séuani, siamasénngi
cerita rakyat daerah Bugis. masseajing. Madduanna, siaqdampengeng
pulanaé. Matellunna, tessicirinnaiannge ri
Nilai Sosial, Kerja sama, gotong
sulesanaé. Maeppana, sipakaingeq é ri gauq
royong, sesuai peneltian Mangera (2013:
patujué enrenngé ri décénngé. ”Artinya “…
69) mengatakan bahwa nilai pendidikan
adapun yang memperbaiki kekeluargaan,
sosial mengacu pada hubungan individu
ada empat golongannya. Pertama, kasih
dengan individu yang lain dalam sebuah
mengasihi antara sesama anggota keluarga.
masyarakat. Bagaimana seseorang harus
Kedua, senantiasa saling memaafkan.
bersikap, menyelesaikan masalah dan
Ketiga, tidak kikir sampai batas yang wajar.
menghadapi situasi tertentu. Cerita
Keempat, saling mengingatkan tentang
175
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019
176
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019
177
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019
jurnal penelitian Bahasa dan Sastra Menjadi Pintar dan Baik. Bandung:
Indonesia, 1(2), 174-182.http:// Nusa Media.
dx.doi.org/1022202/jg.2015. Liliweri-Alo.2003. Makna Budaya dalam
v1i2.1237 Komunikasi Antarbudaya.Yogyakarta:
Jayawati, dkk. 2003. Cerita Rakyat dan Objek Lkis.
Pariwisata di Indonesia: Teks dan Mangera, Elisabet. 2013. Nilai Pendidikan
Analisis Latar. Jakarta: Pusat Bahasa dalam Komunikasi Fatis Masyarakat
Departemen Pendidikan Nasional. Toraja Sa’dan Provinsi Sulawesi
Juanda, Juanda. (2010).”Peranan Selatan.Tesis. Makassar: Universitas
Pendidikan Formal dalam Proses Negeri Makassar.
Pembudayaan.” Lentera Pendidikan, Marta, R.A. 2014. Peran Sastra dalam
Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pembentukan Pendidikan Karakter
13(1), 1-15. anak Bangsa.” Wahana Didaktika,
Juanda, Juanda. (2018). “Revitalisasi Nilai 12(3), 103-113.
dalam Dongeng Sebagai Wahana Marysa, Rizki, Iqbal H., Eka S.A.,
Pembentukan Karakter Anak Usia 2014. Pendidikan Karakter pada
Dini.” Jurnal Pustaka Budaya, 5(2), Pembelajaran Bahasa dan Sastra
11-18. Idonesia di SMPN 1 Gunungsugih.”
Karyanto, Puji, Mochtar L., Bea A., dan Ida, Jurnal Kata, Bahasa, Sastra, dan
N.C. (2008). “Pembentukan Karakter Pembelajarannya, 3(2), 1-6.
Anak menurut Teks Cerita Rakyat Muhtamar, Shaff & Muhammad.2007.
Ranggana Putri Demang Balaraja: Warisan Leluhur Budaya Sulawesi
Kajian Pragmatik Sastra. Jurnal Selatan. Makassar: Pustaka Refleksi.
Penelitian Dinas Sosial 7(10), 45-53. Nasiru, La Ode Gusman. 2017. Transformasi
Komariah, Yoyo, 2018. “Pengemanan Perempuan dari “Liyan ke “Diri”
Bahan Ajar Cerita Rakyat Kuningan dalam Tiga Cerita Rakyat Kalisusu:
Terintegrasi Nilai Karakter dalam Analisis Wacana Feminisme.” Poetika:
Pembelajaran Apresiasi Sastra di Jurnal Ilmu Sastra, 5(1), 26-35.DOI:
SMP.” Deiksis, Jurnal Pendidikan 1022146/poetika.25996.
Bahasa dan Sastra Indonesia, 5(1), Rahim, Rahman. 1985. Nilai-nilai Utama
100-110. Kebudayaan Bugis. Makassar:
Landais, C. (2016). Challenges and Lembaga Penerbitan Universitas
Strategies for Analysing the Hasanuddin
Translation of Fear in Horror Fiction. Rahman, A.A. 2017. Pembelajaran Sastra
Literary Imagination, 18(3), 242–254. Berkarakter di Perguruan Tinggi.”
doi:10.1093/litimag/imw018 Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra,
Lickona, Thomas. 2014. Pendidikan karakter dan Pendidikan Bahasa, dan Sastra
Panduan Lengkap Mendidik Siswa Indonesia 4(2), 189-204. Doi: http://
178
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019
179