Anda di halaman 1dari 19

Lingua XV (2) (2019)

LINGUA
Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Terakreditasi Sinta 3 berdasarkan Keputusan Dirjend Penguatan Riset
dan Pengembangan, Kemenristek Dikti No 21/E/KPT/2018
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/lingua

NILAI PENDIDIKAN DALAM CERITA RAKYAT DAN PERANANNYA


TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Juanda
Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Makassar

Info Artikel ABSTRAK

Sejarah artikel: Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi nilai pendidikan seperti nilai kebaikan
Diterima dan kejahatan, nilai kualitas dan nilai sosial dalam cerita rakyat. Metode penelitian
Desember 2018
yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pemaparan data secara
Disetujui
deskriptif. Penelitian ini sumber datanya dari sastra lisan yang telah dibukukan oleh
Mei 2019
Dipublikasikan Bambang Suwondo tahun 1980/1981 “Cerita Rakyat (Mite dan Legenda) Daerah
Juli 2019 Sulawesi Selatan”. Sampel dalam penelitian ini adalah cerita rakyat yang berjudul:
Kepemimpinan Batara Wajo La Tenribali, La Tungke, Burung Beo yang Setia, Sebabnya
Kata kunci: Kalelawar Menggantungkan Diri, dan La Benngo. Temuan nilai pendidikan dalam
nilai pendidikan, penelitian ini adalah terdapat nilai kebaikan yaitu: saling membantu dalam kehidupan
sosial , cerita kerajaan dan keluarga, saling memotivasi, ingat-mengingatkan, tolong-menolong
rakyat, siswa dan saling menghargai; temuan nilai kejahatan, seperti penipuan, penyiksaan,
ketidakadilan dan kelicikan; nilai kualitas adalah kejujuran, keadilan, dan kesopanan;
Keywords: nilai sosial ialah kekeluargaan, kepedulian dan kegotongroyongan. Cerita rakyat
educational, value, etnis Bugis dapat diaplikasikan dalam pembentukan karakter siswa.
social folklore,
students
ABSTRACT

The purpose of this study is to explore the value of education such as the value of
good and evil, the value of quality and social values in folklore. The research method
used is qualitative research with descriptive data presentation. This research is a
source of data from oral literature which has been recorded by Bambang Suwondo in
1980/1981 “South Sulawesi Folklore (Mite and Legend)”. The sample in this study is
a folklore entitled: The Leadership of Wajo La Tenribali Batara, La Tungke, Faithful
Parrot, The Cause of the Hanging of the Bat, and La Benngo. The findings of the value
of education in this study are that there is a good value, namely: helping each other
in royal and family life, motivating each other, remembering, helping and mutual
respect; findings of the value of crime, such as fraud, torture, injustice and cunning;
the value of quality is honesty, fairness, and politeness; social value is family, caring
and mutual cooperation. Bugis ethnic folklore can be applied in the formation of
student character.

(C) 2019 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

* Alamat korespondensi P-ISSN 1829 9342, E-ISSN 2549-3183


Juanda@unm.ac.id
161
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

PENDAHULUAN (2013); Fakihuddin (2014); Fitrianingrum


Kehidupan masyarakat pasa zaman (2016); Youpika dan Darmiyati Zuchdi
dahulu memperhatikan keharmonisan (2016); (Ratu, 2017); (Nasiru, 2017);
hubungan antar warga. Mereka sangat Suryanto (2017); Komariah (2018); dan
menjunjung tinggi rasa kebersamaan. Juanda (2018). Namun, penelitian tersebut
Mereka saling menghargai dan belum menyentuh pada cerita rakyat
menghormati. Sebaliknya Fenomena yang Bugis khususnya nilai pendidikan dalam
melanda generasi Indonesia sekarang cerita rakyat etnis Bugis yang berjudul
menyangkut masalah ahlaq, moral ataupun Kepemimpinan Batara Wajo La Tenribali, La
etika yang nyaris sirna (Anwar, 2013). Tungke, Burung Beo yang Setia, Sebabnya
Aplikasi nilai harus menjadi perhatian Kalelawar Menggantungkan Diri, dan
utama mengingat kondisi masyarakat La Benngo. Oleh karena itu, penelitian
dewasa ini dengan maraknya begal, ini penulis fokuskan eksplorasi nilai
perkelahian, perampokan korupsi, dll. pendidikan dalam cerita rakyat Bugis.
(Marta, 2014:104). Jadi, sikap kepribadian Penelitian Karyanto, Mochtar L., Bea
yang baik sangat diperlukan. Sikap mental A., Ida, N.C. (2008) mengenai pembentukan
merupakan kunci kemajuan bangsa. Peneliti karakter anak menurut teks cerita rakyat
Harvard University A.S. menyimpulkan Ranggana Putra Demang Balaraja: Kajian
kesuksesan seseorang ditentukan oleh Pragmatik Sastra. Dia menemukan
sekitar 20 % hard skill dan 80% oleh soft pembentukan karakter anak terutama
skill (Ghazali, 2013). dipengaruhi oleh cara pembimbingan
Perubahan-perubahan itulah terhadap anak harus maksimal dengan
seharusnya dibentengi oleh nilai-nilai, meperhatikan rewards dan punisment;
khususnya dalam kehidupan adat istiadat Amriani (2010) meneliti refleksi solidaritas
orang Bugis. Penanaman sikap nilai orang Bugis yang terdapat dalam cerita
budaya Bugis hingga sekarang harus tetap rakyat. Dia menemukan nilai solidaritas
dilakukan. Nilai-nilai utama dapat dikaitkan yang direfleksikan oleh sikap sependeritaan
dengan nilai-nilai pendidikan. Nilai dan saling mengasihi, menggembirakan,
pendidikan yang dimaksud adalah tolok mengingatkan dalam hal yang benar, dan
ukur yang menjadi dasar pengembangan memaafkan. Chekhov (2011) meneliti
potensi diri, landasan spiritual untuk karakter dalam karya sastra dengan
mencapai kedewasaan dalam berperilaku. menemukan tokoh dokter yang penuh
Penanaman nilai-nilai pendidikan dapat perhatian. Selanjutnya, Amin, Syahrul R.,
dilakukan melalui cerita rakyat daerah dan Ermanto (2013) meneliti cerita rakyat
Sulawesi Selatan. Penelitian mengenai yang berkaitan dengan penamaan desa di
cerita rakyat telah banyak dilakukan, Kerinci. Temunnya 11 cerita rakyat yang
antara lain: Karyanto, Mochtar L., Bea A., diteliti memiliki 5 fungsi sosial, yaitu:
Ida, N.C. (2008); Amriani (2010); Chekhov mengembangakan integritas masyarakat,
(2011); Amin, Syahrul R., dan Ermanto alat kontrol sosial, pengukuhan solidaritas,

162
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

identitas kelompok, dan harmonisasi menarasikan pembebasan perempuan


komunal terhadap berbagai aspek penekanan.
Selanjutnya Fakihuddin (2014) Suryanto (2017) mengkaji nilai-nilai Cerita
meneliti cerita rakyat Sasak. Dia rakyat sebagai materi ajar Khususnya
menemukan kandungan karakter cerita asyarakat Surakarta sudah tidak asing lagi
rakyat antara lain: religius, kerja keras, bila dihadapkan dengan cerita seperti:
pemaaf, suka bermusyawarah, patuh, dan Dewi Sri, Jaka Tarub, Legenda Rawa Pening,
sabar; Efrisal, Tengku Muhammad Sum Timun Emas, Rara endut, Jaka Kendhil,
dan Hermansyah (2014); Hasil penelitian Legenda Gunung Wurung, Aji Saka, Ki
menunjukkan bahwa cerita Hang Perkasa Ageng andanaran, dan Legenda Kawah
memiliki nilai kewiraan seperti keberanian, Si Kidang. Komariah (2018) meneliti
keteguhan hati, kemurahan hati, kekuatan mengenai pengembangan bahan ajar cerita
jasmani dan batin, serta memiliki rakyat Kuningan yang terintegrasi nilai-nilai
charisma. Fitrianingrum (2016) meneliti karakter dalam pembelajaran apresiasi
nilai pendidikan dalam cerita Batu Darah sastra di SMP. Cerita rakyat kuningan
Muning dari Kabupaten Sintang. Nilai-nilai memiliki pendidikan karakter berpikir
budaya dilihat dari hakekat hidup manusia logis, kritis, kreatif, dan inovatif, percaya
dalam cerita Batu Darah Muning dari diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun,
Kecamatan Serawai Kabupaten Sintang, dan nasionalis. Terakhir Juanda (2018)
yaitu: segera memohon ampun kepada meneliti cerita rakyat, dongeng asal Nusa
Tuhan jika melakukan dosa, manusia Tenggara Barat “Suri Ikun dan Dua Ekor
harus saling membantu, mendidik anak Burung Elang” . temuan penelitian ini yaitu
seharusnya dengan lemah lembut jangan nilai karakter dalam dongeng ini adalah:
dengan kekerasan. Youpika dan Darmiyati kreatif, kerja keras, penolong, menghargai
Zuchdi (2016) mendeskripsikan nilai-nilai prestasi, sikap positif, dan jujur.
pendidikan karakter dalam cerita rakyat Nilai merupakan sebuah unsur
pasemah, Bengkulu, yaitu; cerdik, sabar, penting dalam kebudayaan. Nilai
patuh, optimis, kerja keras, ihlas menerima membimbing manusia menentukan apakah
kekalahan, dan menepati janji; (Ratu, 2017) sesuatu itu boleh atau tidak boleh dilakukan
meneliti struktur dan fungsi sosial dari (Liliweri, 2003: 50). Nilai Budaya dan
dua cerita atau mitologi yang berasal dari karakter bangsa dicapai melalui pendidikan
Kalimantan dan Sumbawa, berjudul Tampe karakter (Aina, 2013:27). Nilai budaya
Ruma Sani dan Pesut Mahakam. Cerita yang ada pada karya sastra semestinya
rakyat ini dominan pada peran ibu tiri diaplikasikan pada pembelajaran sastra
dalam keluarga; (Nasiru, 2017) Penelitian (Yolanda, Endang S.W. dan Foroidatul H.,
mengkaji tiga karakter perempuan dalam 2018: 89). Karya sastra memiliki berbagai
cerita rakyat Kulisusu: Perselingkuhan Istri jenis pendidikan karakter (Rahman, 2017).
Lakino Lipu ; Putri yang Hilang ; Lagumba Nilai-nilai pendidikan yang mencakup nilai
dan Wa Ure-Ure Ngkamagi. Ketiganya budaya harus tetap terlihat peranannya

163
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

baik dalam individu maupun dalam seperti religius, jujur, toleransi, cinta kasih,
masyarakat. Namun, keberlangsungan keadilan, pengabdian (Ismawati, Gunawan
hidup tidak lepas dari keadaan masyarakat B.S., dan Abdul G., 2016:186). Pendidikan
yang senantiasa mengalami perubahan. karakter dapat diintegrasikan dengan
Sebagaimana yang dikemukakan oleh keterampilan menyimak, berbicara,
(Waryanti, 2015:159) bahwa karya sastra membaca, dan menulis serta nilai yang
memberikan pemahaman nilai dalam terdapat dalam karya sastra (Marysa, Iqbal
kehidupan. H., Eka S.A., 2014:1). Pembelajaran sastra
Nilai pendidikan pada karya memiliki banyak pesan moral yang dapat
sastra berkorelasi dengan penanaman membentuk karakter siswa (Isnanda, 2015,
nilai pendidikan karakter yang mampu 176).
memperluas pemahaman, perasaan, dan
Mangera (2013:69) mengatakan
sikap pembaca (Harsono, 2014:1). Mangera
bahwa nilai pendidikan sosial mengacu pada
(2013:67) membagi nilai-nilai pendidikan
hubungan individu dengan individu yang
ke dalam dua jenis yaitu: Nilai pendidikan
lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana
moral adalah nilai-nilai dan norma-norma
seseorang harus bersikap, menyelesaikan
yang menjadi pegangan bagi seseorang
masalah dan menghadapi situasi tertentu
atau kelompok dalam mengatur tingkah
merupakan nilai sosial. Sejak lahir manusia
lakunya. Jika seseorang memunyai moral
sudah hidup dan berinteraksi bersama
yang baik akan memiliki perilaku dalam
dengan manusia lainnya, setidak-tidaknya
kehidupan sehari-hari yang baik (Wahyu,
dengan ibu dan ayah yang memelihara dan
2011:141). Moral berkenaan dengan
melindunginya. Keharusan hidup bersama
kegiatan-kegiatan manusia yang dipandang
itu didasari oleh kebutuhan manusia yang
sebagai baik dan buruk, benar dan salah,
hanya dapat dipenuhi apabila berinteraksi
tepat dan tidak tepat, atau yang menyangkut
dengan atau mendapat bantuan dari
cara seseorang bertingkah laku dalam
manusia yang lain. Manusia harus hidup
hubungan dengan orang lain (Mangera,
bermasyarakat. Hidup bermasyarakat
2013:67). Nilai moral yang kokoh dan etika
artinya saling berinteraksi satu sama lain
standar yang kuat diperlukan oleh individu
dalam kelompoknya serta individu di luar
maupun masyarakat dengan proses
kelompoknya guna memperjuangkan dan
pendidikan nilai (Wening, 2012:56). Pada
memenuhi kepentingannya (Muhammad,
tingkat individual pendidikan membantu
2005: 5).
siswa mengembangkan kreativitas untuk
bersosialisasi dengan norma, nilai, dan Cerita rakyat merupakan sastra
keyakinan sosial yang baik (Juanda, 2010: tradisional yang tokohnya berkarakter baik
8) dan jahat. Kadang kala tokohnya binatang
yang mirip perilaku manusia karakternya
Melalui pengajaran sastra guru
(Barone, 2011:60). Bascom dalam
dapat merealisasikan pendidikan karakter

164
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

Dananjaya (1994: 50); Amin, Syahrul R. dan manusia yaitu nilai yang menjadikan
Ermanto (2013) membagi cerita rakyat manusia bermutu atau tidak, dan nilai
ke dalam dongeng, mite, dan legenda. yang berhubungan dengan relasi individu
Cerita rakyat menyampaikan pesan yang dengan kelompok dalam etos kerjasama.
berkaitan dengan sistem budaya seperti: Data dalam penelitian ini yaitu data
perilaku masyarakat, norma, dan nilai. tertulis tentang cerita rakyat yang berasal
Cerita rakyat dari sisi nilai moral memiliki dari masyarakat Bugis Wajo, Soppeng, dan
nilai moral religi, sosial, dan individual Sinjai yang diperoleh dari buku “Cerita
(Habsari, 2017). Rakyat (Mite dan Legenda) Daerah Sulawesi
Dari uraian latar belakang yang Selatan” karya Bambang Suwondo tahun
telah dipaparkan pada uraian sebelumnya, 1980/1981.
masalah yang dirumuskan pada penelitian Data dalam penelitian ini disajikan
ini adalah bagaimanakah nilai kebaikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif
dan kejahatan yang ditunjukkan dalam melalui teknik verifikasi data dan penarikan
kumpulan mitos dan legenda Sulawesi kesimpulan.Setelah data disajikan
Selatan; Bagaimanakah nilai kualitas selanjutnya peneliti melakukan peninjauan
manusia yang ditunjukkan dalam ulang terhadap data sebelumnya. Hasil dari
kumpulan mitos dan legenda Sulawesi tinjauan data ditarik kesimpulan berupa
Selatan dan) bagaimanakah nilai kerja deskripsi ataupun gambaran objek.
sama yang ditunjukkan dalam kumpulan
mitos dan legenda Sulawesi Selatan. Tujuan HASIL PENELITIAN
penelitian ini adalah mengeksplorasi nilai Nilai pendidikan yang dimaksud di
kebaikan dan kejahatan, nilai kualitas dan sini adalah nilai moral. Nilai moral dalam
nilai sosial dalam cerita rakyat Bugis. penelitian ini terbagi menjadi tiga macam
yaitu nilai kebaikan, nilai kejahatan, dan
METODE PENELITIAN nilai kualitas. Nilai sosial adalah kerja
Jenis penelitian ini adalah penelitian sama. Sebagaimana yang telah dijelaskan
deskriptif kualitatif mengenai nilai-nilai sebelumnya bahwa tujuan penulisan ini
pendidikan dalam cerita “Kepemimpinan adalah untuk mengungkap nilai-nilai
Batara Wajo La Tenribali, La Tungke, pendidikan pada cerita “Kepemimpinan
Burung Beo yang Setia, Sebabnya Kalelawar Batara Wajo La Tenribali, La Tungke,
Menggantungkan Diri, dan La Benngo” Burung Beo yang Setia, Sebabnya Kalelawar
yang terdapat dalam cerita rakyat daerah Menggantungkan Diri, dan La Benngo yang
Bugis Sulawesi Selatan.” Penelitian ini masing-masing cerita berasal dari daerah
menggunakan desain penelitian analisis Bugis. Adapun hasil analisis data nilai-nilai
konten. Desain penelitian ini digunakan pendidikan yang terkandung dalam cerita
untuk mengungkap nilai yang berhubungan rakyat tersebut dijabarkan pada tabel
dengan sifat dasar manusia yaitu nilai berikut ini.
kebaikan dan kejahatan, nilai kualitas

165
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

Tabel 1. Asal Daerah “Cerita Rakyat Etnis Bugis”


No. Cerita Rakyat Asal Daerah
1. Kepemimpian Batara Wajo La Tenribali Wajo
2. La Tungke Wajo
3. Burung Beo yang Setia Sinjai
4. Sebabnya Kelelawar Menggantungkan Diri Soppeng
5. La Benngo Sinjai

Tabel 2. Nilai Pendidikan Moral dan Sosial dalam Cerita Rakyat Etnis Bugis

Judul Nilai Pendidikan Moral


No. Nilai Sosial
Cerita Rakyat Baik Buruk Kualitas
1. Kepemimpian Tanggung jawab Tidak adil Adil, jujur, Kerja sama,
Batara Wajo La bijaksana gotong
Tenribali royong
2. La Tungke Berbagi, Mengumpat, Peduli Kerja sama,
penolong, memaki, gotong
pemaaf, menghina royong
sederhana
3. Burung Beo yang Penolong, kerja Penyiksaan, Peduli Gotong
Setia keras, setia, perampokan royong
tanggung jawab
4. Sebabnya Penolong, Pencurian Peduli
Kelelawar tanggung jawab
Menggantungkan
Diri
5. La Benngo Penolong Pengusiran, Jujur
persekongkolan
kejahatan
Nilai Pendidikan Moral

Nilai Kebaikan Labenngo. Nilai-nilai pendidikan tersebut


diuraikan sebagai berikut:
Nilai pendidikan moral berisi
perbuatan baik yang terlihat dari setiap Cerita berjudul “La Tungke”
tutur kata maupun tingkah laku yang menceritakan tentang seorang petani
tergambar dalam setiap cerita. Cerita yang mempunyai seorang anak lelaki.
rakyat di atas mengandung nilai pendidikan Anak tersebut hanya anak tunggal hingga
moral dan nilai pendidikan sosial. Nilai akhirnya diberi nama La Tungke. La
pendidikan terdapat dalam 4 cerita rakyat, Tungke seorang anak yang sangat baik,
yaitu: Kepemimpinan Batara Wajo LaTenri jujur dan sopan. Kadang ia pergi sendiri ke
Bali, Burung Beo yang Setia, Sebabnya sawah menjaga padinya dari burung pipit.
Kelelawar Menggantungkan diri, dan Suatu waktu, datang seekor burung pipit

166
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

memakan padinya yang keseluruhannya memberi bantuan pada badan sosial.”


sudah menguning. Karena jengkelnya, ia Dari kutipan (1) tergambar
memaki burung pipit itu. Dari makiannya kebaikan pemilik rumah untuk memberikan
membawa malapetaka bagi La Tungke. tumpangan di rumahnya. Sebagai makhluk
Hingga akhirnya ia pergi meminta maaf sosial, sebaiknya saling berbagi dan tolong
kepada raja pipit. Raja pipit sangat menolong. Jika ingin menolong seseorang,
bijaksana hingga mengubah kehidupan jangan melihat seseorang tersebut dari
La Tungke dari seorang anak petani biasa latar belakang keluarga, jabatan, atapun
menjadi orang kaya. status sosialnya, menolong seseorang
Dalam cerita La Tungke mengandung jangan memandang bulu, akan tetapi harus
banyak nilai-nilai yang dapat dijadikan selalu berpandangan bahwa manusia itu
pedoman dalam menjalani kehidupan hanya satu, yang membedakan hanyalah
sehari-hari. Nilai kebaikan yang terkandung sifat dan tingkah lakunya sebagai makhluk
dalam cerita di atas dapat dilihat pada data sosial.
(1), (2), (3), dan (4) Selanjutnya, pada (2) dan (3)
(1) “…..Kesanalah La Tungke pergi untuk tergambar pula kebaikan raja burung
meminta menumpang bermalam. pipit.Ia memaafkan La Tungke dari
Setelah menceritakan kesusahannya perbuatannya yang telah mencaci maki
maka pemilik rumah itu menerima La burung pipit. Selain itu, ia juga memberikan
tungke untuk bermalam di rumahnya. kuda kepada La Tungke yang mengubah
(2)“Mendengar pengakuannya ini, serta kehidupan keluarga La Tungke. Dalam
permohonannya untuk dikasihani maka kehidupan sehari-hari dapat dijadikan
raja burung pipit contoh, raja burung pipit dapat diandaikan
kasihan kepada La Tungke.Sekali lagi sebagai manusia bahwa jangan menyimpan
dinasihati kepada La Tungke agar dendam walaupun orang tersebut telah
menjaga mulutnya berbuat tidak baik kepada kita. Sesama
jangan sembarangan memaki.” manusia, tentulah harus saling memaafkan.
(3) “…..Raja burung pipit berpesan pula Salah satu ungkapan bahasa daerah Bugis
agar selama dalam perjalanan agar “enngeranngi duwae allupai duwae” yang
menjaga kotoran kuda itu jangan artinya “ingatlah selalu kebaikan seseorang
sampai ada yang tercecer.Setiap kuda terhadapmu dan lupakanlah kebaikanmu
itu berak maka kotorannya harus kepada seseorang”, “ingatlah selalu
dipungut dan dibungkus dalam sarung. kejahatan yang pernah kamu lakukan
Hendaklah dijaga baik-baik siapa tahu terhadap seseorang dan lupakanlah
ada kegunaannya kelak.” kejahatan seseorang yang pernah dilakukan
(4) “La Tungke namun telah menjadi kaya terhadapmu.” Dari kutipan tersebut
raya, tetapi ia tetap hidup sederhana, tergambar nilai-nilai moral dan sosial yang
sabar, dan tidak congkak. Dipakainya dapat dijadikan sebagai pegangan dan
hartanya menolong orang miskin dan tolok ukur dalam menjalani kehidupan

167
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

agar terhindar dari sifat iri hati, dengki, dan kanan…..”(11)


serakah. (8) “..Segeralah burung beo ini terbang
Nilai kebaikan tergambar pula kembali ke rumah Ambo Upe. Setelah
pada (4) bahwa walaupun La Tungke sampai ke rumah langsung ia hingga
telah menjadi kaya raya namun ia tetap di hadapan bapak Ambo Upe sambil
bertingkah sederhana dan tidak berlebih- mengibas ibaskan ekornya dan
lebihan dalam semua hal serta saling mengangguk-angguk seperti gelisah.
berbagi terhadap sesama manusia. Sikap Bersama beberapa orang tetangganya
seperti inilah yang seharusnya tetap terlihat ia pergi mengikuti terbangnya burung
dalam kehidupan sehari-hari bahwa apabila beo itu. Akhirnya sampailah mereka ke
memiliki harta yang melimpah alangkah tempat Ambo Upe sedang ditambatkan
lebih baik jika berbagi kepada orang miskin pada sebatang pohon mangga….”
ataupun yang lebih membutuhkan. Berdasarkan kutipan (5) dan (6) di
Cerita yang berjudul “Burung atas, tergambar kebaikan Ambo Upe yang
Beo yang Setia” menceritakan tentang membantu orang tuanya. Sebagai seorang
kesetiaan burung beo kepada tuannya. Ia anak yang sadar akan kebaikan, sebaiknya
melindungi tuannya dari bahaya patokan membantu orang tua dalam bekerja
ular dan perampok pada saat tuannya keras agar dapat memudahkan pekerjaan
mengembalakan kerbaunya di padang tersebut. Seperti inilah yang dapat dicontoh
rumput. Berbagai rintangan ia lalui generasi muda sekarang, bahwa seorang
bersama burung beo dan anjingnya. anak yang peduli tentang kerja keras dan
Cerita ini mengandung nilai-nilai tanggung jawab orang tua agar jangan
pendidikan yang berguna dan diamalkan hanya berpoya-poya dan melakukan hal
dalam kehidupan sehari-hari. Nilai yang tidak bermakna.
kebaikan dapat dilihat pada data (5),(6), Pada kutipan (7), dan (8) di atas,
(7), (8). Kutipan cerita dapat dilihat secara tergambar pula kebaikan burung beo yang
berturut-turut sebagai berikut: setia kepada tuannya. Ia selalu melindungi
(5) “….Di samping rajin ke sekolah ia dan menolong tuannya dari bahaya yang
tetap tekun mengembalakan kerbau menghadang. Dari kebaikan burung beo ini,
bapaknya yang berjumlah 3 pasang.” dapat dicontoh oleh manusia bahwa sebagai
(6)“….Segera Ambo Upe mengambil makhluk ciptaan Tuhan harus saling tolong
anak burung itu lalu dibersihkan menolong tanpa mengarapkan balasan.
tubuhnya dari lumuran darah akibat Menolonglah dengan ikhlas tanpa pamrih.
cengkraman kuku burung elang yang Cerita berjudul “Sebabnya Kelelawar
menyambarnya.”(4) menggantungkan diri” menceritakan
(7) “….Ia akan membangunkan tuannya tentang hukuman bagi kelelawar karena
tapi ular itu sudah sangat dekat di kaki mencuri buah. Pada saat diadakan sidang,
Ambo Upe. Maka tanpa pikir panjang kelelawar terbukti bahwa ia telah mencuri
dicotoknya mata ular itu dari sisi karena salah satu dari kelelawar ditunjuk

168
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

untuk memperagakan sikap dan caranya kebaikan akan sangat berguna jika kita
mengambil buah. Hingga diputuskan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-
bahwa semua kelelawar apabila singgah di hari. Nilai kebaikan yang terkandung dalam
suatu tempat ia bergantung dengan sikap cerita di atas dapat dilihat pada (10) dan
kepala di bawah. Dari hukuman itu, juga (11). Kutipan cerita dapat dilihat secara
menyebabkan kelelawar mencari buah bertutur-turut sebagai berikut:
pada malam hari, bukan pada siang hari. (10) “....Karena orang itu memang tidak
Berdasarkan cerita di atas, mengandung mempunyai anak sehingga diterimanya
nilai moral yang dapat dicontoh pada La Bengngo untuk tinggal di rumahnya.
kehidupan sekarang. Nilai kebaikan dapat Setelah sore mereka berdua pulang
dilihat pada (9) sebagai berikut: bersama-sama ke rumah pemilik kebun
(9)“…..Akhirnya pimpinannya mendapat itu.…”
suatu ide yang kira-kira bisa mengatasi (11) “Akhirnya raja meminta agar La
kesulitan yang mereka sedang derita.” Bengngo tinggal saja di istana dan tidak
Berdasarkan kutipan (9) di atas, pergi ke mana-mana.”
tergambar kebaikan dari pimpinan Berdasarkan kutipan kutipan di
kelelawar yang mendapat jalan keluar dari atas, tergambar kebaikan yang dilakukan
masalah yang dihadapinya. Sebagai seorang oleh raja dan pemilik kebun. Mereka
pemimpin, tentunya harus memikirkan menerima La Benngo untuk tinggal di
bawahannya yang sedang mengalami kediamannya.Sifat seperti inilah yang patut
kesusahan. Hal seperti inilah yang harus untuk dicontoh yaitu menolong sesama
dicontoh oleh para pemimpin sekarang orang yang sedang kesusahan.Seperti
bahwa jangan lari dari tanggung jawab halnya seorang raja dalam cerita di atas,
yang diberikan. Seorang pemimpin harus sangat bijaksana. Beliau tidak langsung
mampu mencari solusi atas permasalahan memberikan hukuman tanpa ada bukti dari
yang diderita oleh para bawahannya. pencurian di istananya.Setelah terbukti
Cerita “La Benngo” menceritakan bahwa La Benngo tidak bersalah akhirnya
tentang seorang anak yang sangat malas beliau meminta agar La Benngo tinggal di
dan bodoh sehingga diberi nama La Benngo. istana.
Namun karena kebodohannya sehingga
diusir oleh orang tuanya dari rumahnya. Perbuatan Jahat
Dari kemalasan dan kebodohannya
Nilai kejahatan atau tidak baik
sehingga ia menjadi pakkalawingeppu
merupakan sesuatu yang menunjukkan
(pembawa puan tempat sirih pinang raja).
hal-hal yang mengarah pada tindakan
Kemudian dididik oleh raja menjadi pintar
yang tidak baik dan juga tidak terpuji
dan kesayangan raja maupun isi istana.
secara fisik maupun secara kata-kata. Nilai
Dalam cerita di atas, mengandung
kejahatan terdapat dalam lima cerita yaitu:
nilai pendidikan seperti nilai pendidikan
Kepemimpinan Batara Wajo La Tenribali; La
moral kebaikan. Nilai pendidikan moral

169
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

Tungke, Burung Beo yang Setia, Sebabnya Adapun keputusan yang ia berikan
Kelelawar Menggantungkan Diri, dan La ialah orang yang datang kemudian
Benngo. Hal tersebut dapat dilihat dalam harus membayar kerugian kepada
uraian di bawah ini. lawannya.”
Cerita “Kepemimpinan Batara Wajo (13)“Tetapi baik wanita, istrinya maupun
La Tenribali” menceritakan tentang La pemuda itu, tetap berjalan dan tidak
Pattiroi Arung Cinnotabi mengangkat kedua menoleh sekali jua pun. “Apabila
putranya menjadi raja di Cinnotabi secara engkau nanti ditanya oleh siapa-
bersama-sama. Ia adalah La Tenribali dan La siapa saja, maka hendaklah engkau
Tenritippe. Namun, karena kedua anak raja mengaku bahwa kita ini adalah suami
berbeda pendapat pada saat memutuskan istri…..”
suatu perkara, akhirnya La Tenribali Berdasarkan kutipan (12) dan
meninggalkan Cinnotabi. Setelah kepergian (13) di atas, mendekripsikan kejahatan
La Tenribali dan melalui banyak rintangan La Tenritippe yang hanya memeriksa satu
hingga akhirnya ia diangkat sebagai arung pihak saja. Dari keputusan La Tenritippe
mataesso di Boli. Arung mataesso di Boli sebagai seorang raja kurang adil sehingga
kemudian bergelar Batara Wajo. Batara membuat orang merasa rugi.Sebagai
Wajo Cinnotabi La Tenribali memerintah seorang pemimpin harus memiliki sikap
sebagai raja di Wajo.Beliau terkenal sebagai yang adil agar bawahannya tidak merasa
raja yang adil dan bijaksana dan patut dibeda-bedakan.Dari gambaran cerita
dipuji dalam mengambil keputusan dalam tersebut, dapat dijadikan cerminan bagi
suatu perkara. para pemimpin-pemimpin pada era
Berdasarkan cerita di atas, sekarang.Temukanlah bukti yang jelas dan
menggambarkan sejarah masa lampau. akurat sebelum menjatuhkan hukuman.
Cerita seperti inilah yang harus tetap Nilai kejahatan yang terdapat dalam
dilestarikan agar generasi masa depan cerita “La Tungke” dapat dilihat (14),
tetap tahu sejarah masa lalu. Dalam (15). Kutipan cerita tersebut dapat dilihat
cerita Kepemimpinan Batara Wajo La sebagai berikut:
Tenribali mengandung beberapa nilai-nilai (14)“….La Tungke berteriak teriak
pendidikan yang dapat dijadikan pedoman mengusir burung pipit itu tetapi
bagi generasi muda yang memiliki jiwa sebentar terbang kemudian kembali
kepemimpinan. lagi. Karena jengkelnya La Tungke
Nilai kejahatan yang dimaksud memaki maki pipit itu dengan makian
dapat dilihat dalam kutipan (12), (13) sebagai berikut: “Burung pipit berparuh
secara berturut-turut sebagai berikut: melengkung, berkaki lidi, berbadan
(12)“Arung Cinnotabi la Tenritippe hanya kerdil. Pergi engkau.”Demikianlah kata-
memeriksa satu pihak saja tanpa kata makian La Tungke.”
ada saksi dan bukti-bukti, raja (15) “Setelah La Tungke tiba di rumahnya
ini memutuskan perkara mereka. dilaporkannya peristiwa yang baru

170
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

di alaminya.Karena bapaknya sangat Nilai kejahatan pada cerita


marah maka diusirnya La Tungke dan “Sebabnya Kelelawar Menggantungkan
diancamnya akan dibunuh apabila Diri” dapat dilihat pada (17). Hal ini dapat
tidak memperoleh ganti padi yang telah diketahui melalui kutipan cerita berikut:
dimakan pipit.
(17)“Pada suatu hari tiba laporan kepada
raja bahwa buah buahan yang masak
Pada kutipan (14), tergambar
di kebun seorang petani habis tercuri.
kejahatan La Tungke kepada burung pipit.
Menurut keterangan beberapa
Sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan,
saksi mata, yang kelihatan banyak
jangan memaki makhluk lain. Dari makian
beterbangan dalam kebun pada saat itu
tersebut dapat membawa petaka bagi
adalah sang kelelawar. Mereka nyata
umat manusia. Seperti yang dialami oleh
sekali kelihatan sebab badannya hitam
La Tungke yang telah memaki burung pipit
dengan mereka terbang di siang hari
sehingga ia diusir oleh bapaknya. Kejadian
bolong.
tersebut dapat dijadikan pelajaran bagi
Berdasarkan kutipan di atas,
kita, bahwa jangan menghina sesama
tergambar bahwa kejahatan kelelawar yang
makhluk hidup baik itu hewan, tumbuhan
mencuri buah di kebun pada malam hari.
atapun sesama manusia. Data (15) tentang
Dari kehidupan kelelawar bisa dijadikan
kejahatan ayah La Tungke kepada anaknya
pelajaran dalam kehidupan sehari-hari
padahal hanya masalah sepele.
bahwa janganlah mencuri karena akan
Nilai kejahatan pada cerita “Burung
mendapat ganjaran yang sesuai.
Beo yang Setia” terdapat pada data (16).
Nilai kejahatan “La Benngo” dapat
Kutipan cerita tersebut dapat dilihat
dilihat pada (18) dan (19). Kutipan cerita
sebagai berikut:
dapat dilihat secara berturut-turut sebagai
(16) “Sedang keasikan Ambo Upe
berikut:
memperhatikan kerbaunya
(18) “Ayahnya mengambil korek itu lalu
merumput, tiba-tiba muncul dari
dibukanya. Alangkah marahnya
dalam hutan dua orang berbadan
ayahnya setelah dilihatnya bahwa
tegap datang mengancam Ambo
korek itu telah habis dinyalakan
Upe. Kemudian mengikat Ambo Upe
semuanya dan tinggal kayunya saja.Ia
pada sebatang pohon manga.
memarahi La Bengngo dan diusirnya
Dari kutipan di atas, tergambar
karena tidak ada gunanya tinggal di
kejahatan dua orang tersebut yang
rumahnya.
mengikat Ambo Upe dan akan mengambil
(19) “….karena ia bodoh maka baik ia
kerbaunya. Dari perbuatan kedua pemuda
diikutkan pergi merampok. Karena
tersebut jelas tergambar bahwa mereka
ia dianggap orang bodoh, sehingga
memiliki perbuatan jahat kepada Ambo
walau kedapatan ia dikasihani dan
Upe.
tidak akan ditangkap atau dianiaya.

171
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

Dari kutipan (18), tergambar Nilai kualitas yang dimaksud


kejahatan ayah kepada anaknya. Seberapa dalam cerita berjudul “Kepemimpinan
besar amarahmu kepada anak, sebagai Batara Wajo La Tenribali” ini tergambar
orang tua tentunya tidak boleh mengusir (20). Kutipan cerita tersebut dapat dilihat
anak dari rumah. Anak yang berbuat sebagai berikut:
kesalahan, diberikan nasihat agar tidak (20) “Setelah ketiganya sudah menghadap
berbuat salah lagi dalam melaksanakan maka Batara Wajo, ketiga Padanreng
sesuatu. Mengusir anak dari rumah serta para pemuka masyarakat yang
bukanlah penyelesaian masalah yang telah melihat dan menyaksikan berak
terbaik. mereka bertiga mengambil keputusan
Selanjutnya, (19) tergambar bahwa wanita muda ini benar adalah
kejahatan perampok yang mengajak La istri sah laki-laki tua tadi.Sedangkan
Benngo untuk merampok juga. Perampok pemuda itu bukanlah suami wanita
tersebut memanfaatkan kebodohan La muda itu tadi.”
Benngo sehingga ia menjadi perampok juga.
Hal seperti inilah sangat tidak baik karena Dari kutipan teks cerita yang telah
memanfaatkan kekurangan seseorang diuraikan sebelumnya, tergambar jelas
untuk berbuat kejahatan. keadilan Batara Wajo La Tenribali dalam
Cerita yang berjudul La Benngo memecahkan masalah. Seorang pemimpin,
sangat menarik dan lucu dan tidak terlepas haruslah memiliki sikap seperti Batara Wajo
dari unsur nilai pendidikan di dalamnya. La Tenribali. Jangan mengambil keputusan
La Benngo (orang bodoh) sebenarnya dalam suatu perkara tanpa ada bukti yang
tidaklah bodoh, akan tetapi kelalaian kuat. Sikap seperti yang dimiliki Batara
dan kemalasannya untuk bersekolah dan Wajo La Tenribali harus dicontoh oleh para
kurangnya nasihat-nasihat dari orang pemimpin pada umumnya sehingga kasus-
tuanya. kasus yang ada dapat diselesaikan dengan
mudah dan memberikan hukuman yang
Nilai Kualitas sesuai. Batara Wajo La Tenribali dikenal
Nilai kualitas yang dimaksud dalam sebagai seorang raja yang adil dan bijaksana
penelitian ini menunjukkan adanya sifat dalam mengambil sebuah keputusan dan
kejujuran, keadilan, dan kesopanan. Seperti menyelesaikan perkara. Ketelitian seorang
yang terdapat dalam cerita rakyat daerah pemimpin menjadi tolok ukur dalam
Bugis, nilai kualitas tersebut ditunjukkan mengarahkan dan melaksanakan sebuah
oleh raja-raja yang selalu bersikap jujur, tanggung jawab.
adil, dan sopan atau bijaksana. Nilai Nilai kualitas pada cerita “La Bengo”
kualitas terdapat dalam dua cerita yaitu pun dapat dilihat pada kutipan (21) sebagai
Kepemimpinan Batara Wajo Latenribali berikut:
dan La Benngo. Secara jelas dapat dilihat (21)“…..Lampu dinyalakan dan terlihatlah
dalam uraian dibawa ini. La Bengngo menganga keheran-

172
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

heranan.Ia pun ditangkap lalu di bawa Secara jelas dapat dilihat dalam uraian di
menghadap raja. Ia menceritakan bawah ini.
apa yang telah dilakukannya dengan
Nilai kerja sama yang dimaksud
tak ada yang disembunyikannya.
dalam cerita “Kepemimpinan Batara Wajo
Atas petunjuk La Bengngo sarang
La Tenribali” dalam kutiapan (22) sebagai
perampok itu dikepung malam itu
berikut:
juga dan ketiga perampok itu dapat
(22)“Setelah tiba di Boli, mereka membagi
tertangkap semuanya.
tugas bertiga.Ada yang bersawah,

ada yang berkebun, menyadap tuak,
Berdasarkan kutipan (21),
menangkap ikan, dan megambil buah-
tergambar kejujuran La Bengngo pada saat
buahan di dalam hutan.
ia mencuri di istana. Dari kejujurannya
Berdasarkan kutipan (22) tersebut,
tersebut sehingga perampok itu dapat
tergambar jelas kerja sama yang dijalin
tertangkap.
oleh sepupu Arung Cinnotabi. Mereka
membagi tugas hingga masing-masing
Nilai Sosial
mendiami suatu kampung. Melihat kondisi
Nilai sosial yang dimaksud dalam
masyarakat sekarang, nilai kerja sama
penelitian ini adalah nilai kerja sama
seperti gotong royong mulai memudar
yang terjalin antara individu yang satu
bahkan tidak terlihat lagi di lingkungan
dengan yang lainnya atau antara kelompok
masyarakat Bugis pada khususnya.
yang satu dengan kelompok yang lain.
Nilai kerja sama dalam cerita “La
Nilai kerja sama yang tergambar dalam
Tungke” dapat di lihat pada (23). Kutipan
kumpulan cerita rakyat daerah Bugis
cerita dapat dilihat sebagai berikut:
adalah meningkatkan rasa kekeluargaan,
(23) “……La Tungke setiap hari ikut
kepedulian, kegotong-royongan, dan
bapaknya bekerja di sawah. Ibunya
kebersamaan warga masyarakat. Nilai
apabila tiba saatnya untuk makan
kerjasama menjadi salah satu hal yang
siang maka diantarkannya makanan
sangat pokok dalam menjalani sebuah
kepada suami dan anaknya di sawah.
tanggung jawab baik dalam lingkup
Demikianlah pekerjaan bapak, ibu,
pemerintahan maupun dalam kehidupan
dan anaknya setiap hari.”
bermasyarakat. Pengungkapan nilai kerja
Nilai kerja sama yang terdapat pada
sama dalam sebuah karya sastra sangat
cerita berjudul “Burung Beo yang Setia”
perlu untuk digali sebagai salah satu upaya
(24). Kutipan cerita tersebut dapat dilihat
dalam memperkuat hakikat pendidikan
sebagai berikut:
yaitu membangun karakter. Ada tiga cerita
(24)“….Segeralah burung beo ini terbang
rakyat yang memiliki nilai sosial yaitu:
kembali ke rumah Ambo Upe. Setelah
Kepemimimpinan Batara Wajo La Tenri
sampai ke rumah langsung ia hingga
Bali, La Tungke, dan Burung Beo yang Setia.
di hadapan bapak Ambo Upe sambil

173
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

mengibas- ibaskan ekornya dan baik itu, jika tidak kepada kita nampak
mengangguk-angguk seperti gelisah. kebaikannya.Tidak mungkin tidak diberi
Bersama beberapa orang tetangganya berakhir kebaikan oleh Allah Taala orang
ia pergi mengikuti terbangnya burung yang berbuat baik serta orang jujur.
beo itu. Akhirnya sampailah mereka ke
Seperti ada pappaseng to’riolo bahwa
tempat Ambo Upe sedang ditambatkan
“iyaritu décénngé kui mompo ri lempué.
pada sebatang pohon mangga….”
Naiya tomalempué ri pujiwi ri Allataala,
narielori ri tolinoé. Apaq nakko malempukiq,
Berdasarkan kutipan tersebut,
mangkauq madécénngé ripogauq, nakko
tergambar hubungan kerja sama yang
tattalei décénna ri aléta, kupasi ri anaqta,
terjadi antara burung beo, ayah Ambo
ri wijatta ttale décénna. Deq pura-pura
Upe, dan warga yang bersama-sama pergi
tenna pakkécappakiwi décéng Allataala
menangkap kedua penjahat tersebut.
tau mangkauq madécénngé, enrenngé
Burung Beo memperlihatkan kesetiaanya
cékoi, narékko tettaléi jana ri idiq, kupasi
kepada tuannya. Setelah kejadian itu, warga
ri anaqta, riwija-wijatta ttalé jana. Apaq
kampung hidup dengan aman, tenteram,
déq pura pura nakkulé tennacappakeng jaq
dan bebas dari penjahat.
gauq bawanngé, enrenngé cékoé.”
Ada pappaseng di atas
PEMBAHASAN
menggambarkan bahwa “adapun kebaikan
Cerita rakyat etnis Bugis memiliki
itu, kejujuranlah menjadi sebabnya. Adapun
nilai pendidikan moral yang terdiri atas
orang jujur, ia dikasihani oleh Allah Taala,
nilai kebaikan, kejahatan, dan kualitas. Nilai
serta disukai oleh sesama manusia (…).
sosial meliputi nilai kerja sama dan gotong
Salah satu ungkapan berbahasa Bugis “ajja
royong. Hal ini sesuai dengan penelitian
muala aju pura wetta wali narekko Tania
(Barone, 2011: 60) yang mengatakan cerita
iko wetta waliwi, ajja muala aju ripasanrē
rakyat berisi nilai kebaikan dan kejahatan
narēkko Tania iko pasanrēi.”
(Wahyu, 2011); (Mangena, 2013), (Habsari,
Cerita rakyat yang diteliti memiliki
2017) cerita rakyat memiliki nilai moral
aspek buruk, pelaku yang jahat, tokoh jahat
dan sosial. Pembacaan serita rakyat dapat
aspek tidak adil, pengumpat, memaki,
menjadikan pembaca senang karena
penghinaan, penyiksaan perampokan,
memiliki efek realitas (Landais, 2016).
pencurian, persekongkolan ke hal negative,
Cerita rakyat etnis Bugis memiliki
pengusiaran. Cerita rakyat ini sebenarnya
nilai kebaikan, tanggung jawab, berbagi,
memiliki sindiran (Bell, 2010) agar orang
penolong, pemaaf, sederhana, setia, kerja
hati- hati dalam kejahatan sebab dampak
keras, peduli, tanggung jawab. Hal ini
negatifnya berimbas pada individu dan
sesuai dengan penelitian Fitrianingrum
keluarganya. Mengenai kesewenang-
(2016); Youpika dan Damayanti Zuchdi
wenangan serta keculasan, jika tidak
(2016), Ratu (2017); dan Nasiru (2017)
Nampak kejelekannya kepada kita, niscaya
mengeai cerita rakyat. Adapun perbuatan

174
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

pada anak kita, turunan kita akan tampak rakyat Kepemimpinan Batara Wajo
kejelekannya. Sebab tidak mungkin Latenribali, LaTungke dan Burung Beo
berakhir dengan kejelekan. Sebab tidak yang Setia memiliki nilai ini. Amriani
mungkin tidak berakhir dengan kejelekan, (2010) meneliti refleksi solidaritas orang
perbuatan kesewenang-wenangan dan Bugis yang terdapat dalam cerita rakyat.
keculasan.” (Syamsudduha, 2014: 185). Dia menemukan nilai solidaritas yang
Ungkapan Bugis dalam Haddade (1986, 58) direfleksikan oleh sikap sependeritaan
mengatakan ‘iya mattaroka ajé rilalenna dan saling mengasihi, mengingatkan dalam
kalabbong luwanngé’, artinya saya menaruh hal yang benar, dan memaafkan. Chekhov
kaki di dalam lubang besar. Maksud dari (2011) meneliti karakter dalam karya
ungkapan tersebut bahwa ia terjerumus. sastra dengan menemukan tokoh dokter
Ungkapan Bugis tersebut sangat tepat yang penuh perhatian. Selanjutnya, Amin,
untuk orang-orang yang mencuri karena Syahrul R., dan Ermanto (2013) cerita rakyat
menjerumuskan diri sendiri ke lubang yang yang diteliti memiliki 5 fungsi sosial, yaitu:
besar. mengembangakan integritas masyarakat,
Cerita rakyat etnis Bugis memiliki alat kontrol sosial, pengukuhan solidaritas,
nilai kulitas, kebaikan yaitu:Adil, jujur, identitas kelompok, dan harmonisasi
bijaksana, peduli. Hal ini sejalan penelitian komunal.
Fakihuddin (2014 kandungan karakter Nilai kerja sama yang terjalin
cerita rakyat antara lain nilai psotif dalam keluarga La Tungke. Hal seperti ini
seperti: religius, kerja keras, pemaaf, suka dapat dijadikan pedoman bagi keluarga
bermusyawarah, patuh, dan sabar; Efrisal, bahwa tidak selamanya hanya suami
Tengku Muhammad Sum dan Hermansyah yang selalu bekerja namun dapat dibantu
(2014); cerita rakyat mengandung nilai oleh istri dan anak. Saling membantu
keberanian, keteguhan hati, kemurahan dan menjaga dalam keluarga, sehingga
hati, kekuatan jasmani dan batin, serta keharmonisan dalam keluarga tetap
memiliki charisma. Serta sejalan penelitian terjaga .Seperti ada pappaseng toriolo
Juanda (2018); Komariah (2018). Nilai- bahwa “… naia padécéngiénngi assiajinngé,
nilai kebaikan ditemukan dalam kumpulan eppai wuwangengna. Séuani, siamasénngi
cerita rakyat daerah Bugis. masseajing. Madduanna, siaqdampengeng
pulanaé. Matellunna, tessicirinnaiannge ri
Nilai Sosial, Kerja sama, gotong
sulesanaé. Maeppana, sipakaingeq é ri gauq
royong, sesuai peneltian Mangera (2013:
patujué enrenngé ri décénngé. ”Artinya “…
69) mengatakan bahwa nilai pendidikan
adapun yang memperbaiki kekeluargaan,
sosial mengacu pada hubungan individu
ada empat golongannya. Pertama, kasih
dengan individu yang lain dalam sebuah
mengasihi antara sesama anggota keluarga.
masyarakat. Bagaimana seseorang harus
Kedua, senantiasa saling memaafkan.
bersikap, menyelesaikan masalah dan
Ketiga, tidak kikir sampai batas yang wajar.
menghadapi situasi tertentu. Cerita
Keempat, saling mengingatkan tentang

175
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

kebenaran dan kebaikan.” (Syamsudduha, mendominasi. Seperti yang dijelaskan


2014: 144). Salah satu ungkapan sebelumnya bahwa nilai kebaikan yang
berbahasa Bugis “pakessingi assēddi- dimaksud adalah saling membantu dalam
sēddimmu lao ri sininna pabbanuamu memimpin suatu kerajaan, membantu
”(Arisal, 2016: 76). Ungkapan tersebut dalam keluarga, memberi semangat,
menekankan kepada manusia untuk selalu mengingatkan, menjaga, saling menolong
memperkuat persatuan dan kesatuan antar dan menghargai.
sesama kelompok masyarakat baik dalam
Nilai pendidikan moral kejahatan
mengerjakan sesuatu maupun memutuskan
yang tergambar dalam kumpulan Mitos dan
suatu perkara yang menyangkut banyak
Legenda Sulawesi Selatan adalah tindakan
orang.
kejahatan seperti menipu, membuang anak
Cerita rakyat etnis Bugis dapat
kandungnya sendiri, bersikap tidak adil,
dijadikan sebagai materi ajar sastra
menyiksa anak, mencuri, dan licik. Nilai
karena memiliki nilai pendidikan karakter
kualitas yang ditunjukkan dalam kumpulan
moral dan sosial. hal ini sesuai penelitian
cerita rakyat daerah Bugis adalah jujur,
Suryanto (2017); (Ismawati, Gunawan
adil, dan sopan.
B.S., dan Abdul G., 2016:186) guru dapat
merealisasikan pendidikan karakter Nilai sosial meliputi peningkatan
seperti religius, jujur, toleransi, cinta kasih, rasa kekeluargaan, kepedulian, kegotong-
keadilan, pengabdian. Pendidikan karakter royongan, dan kebersamaan antar warga
dapat diintegrasikan dengan nilai yang masyarakat. Nilai-Nilai Pendidikan
terdapat dalam karya sastra (Marysa, Iqbal tersebut perlu diaplikasikan. Nilai-nilai
H., Eka S.A., 2014:1). Serta Pembelajaran pendidikan seperti nilai pendidikan moral
sastra dapat membentuk karakter siswa kebaikan dan kejahatan, nilai pendidikan
(Isnanda, 2015:176). Sebagaimana yang moral kualitas dan nilai pendidikan sosial
dikemukakan oleh (Waryanti, 2015:159) seperti kerja sama dan gotong royong yang
bahwa karya sastra memberikan dapat dijadikan acuan untuk menjadi
pemahaman nilai dalam kehidupan. pribadi yang lebih baik. Selain itu, bagi
pembaca secara umum dapat mengambil
nilai-nilai positif dalam kumpulan cerita
SIMPULAN
rakyat daerah Bugis. Diharapkan peran
Berdasarkan nilai-nilai yang
Pemerintah daerah Sulawesi Selatan
terdapat di dalam cerita Kepemimpinan
khususnya lebih memberikan perhatian
Batara Wajo La Tenribali, La Tungke,
lebih mengenai sastra daerah khususnya
Burung Beo yang Setia, Sebabnya Kalelawar
cerita rakyat agar tetap eksis dan dapat
Menggantungkan Diri, dan La Benngo,
diketahui oleh generasi-generasi muda
menunjukkan bahwa nilai kebaikan yang
pada era milenial.

176
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

DAFTAR PUSTAKA Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi


Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta:
Aina, Nur, 2013. Pembentukan Karakter Gadjah Mada University Press.
melalui Pendidikan Agama Islam. Fakihuddin, Lalu. 2014. Mengungkap Sifat-
Jurnal Al-Ulum, 13(1), 25-38. Sifat Terpuji Manusia dalam Cerita
Amin, Irsal, Syahrul R., dan Ermanto Rakyat Sasak: Suatu Kajian Tematis.
(2013). Cerita Rakyat Penamaan Lingua , 11(1): 47-58. Web: lingua.
Desa di Kerinci: Kategori dan fungsi pusatbahasa.or.id
Sosial Teks. Jurnal Bahasa, sastra dan Fitrianingrum, Evi. 2017. Nilai Budaya
Pembelajaran, 1(1), 31-41. dalam Cerita Batu Darah Muning
Amriani, H. 2010. Refleksi Solidaritas dari Kecamatan Serawai Kabupaten
Orang Bugis dalam Cerita Rakyat. Sintang. JP-BSI, Jurnal Pendidikan
Sawerigading, 16(2), 295-303. Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(2),
Anwar, H.S., 2013. Membangun Karakter 45-57.
Bangsa. Jurnal At-Ta’dib, 8(1), 1-17. Ghazali, A.Syukur. 2013. Pembelajaran
Barone, Diane M.2011. Children’s Literature Bahasa dan Sastra Daerah sebagai
in the Classroom Engaging Lifelong Wahana Pendidikan Karakter Bangsa.”
Reader’s. New York: The Guildford Jurnal Bahasa dan Sastra, 3(1), 1-17.
Press. Habsari, Zakia. 2017. Dongeng sebagai
Bell, R. H. (2010). Fielding, Fooling, and Pembentuk nilai Karakter Anak.
Feeling. Literary Imagination, 13(1), Bibliotika, Jurnal Kajian Perpustakaan
1–18. doi:10.1093/litimag/imq012 dan Informsi, 1(1), 21-29).
Chekhov, A. (2011). Stereotypical Characters Haddade, Naim. 1986. Ungkapan,
in Novels, Short Stories, Etc.: A Meta- Peribahasa, dan Paseng. Jakarta:
Fiction by Anton Chekhov (1860- Depdikbud
1904). Literary Imagination, 14(1), Harsono. 2014. Pembentukan Karakter
109–110. doi:10.1093/litimag/ melalui Pembelajaran Sastra.
imr132 Interaksi, 9(1), 1-5.
Danandjaja, James. 1994. Folklor Indonesia. Ismawati, Esti, Gunawan B.S., dan Abdul
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Ghofir. 2016. Pengembangan Model
Efrizal, E., Sum, T., & Hermansyah, H. Pembelajaran Sastra Indonesia
(2014). Kajian Estetika Wira Melayu Berbasis Pendidikan Karakter di
Dalam Cerita Rakyat Hang Perkasa. SMA/SMK Kabupaten Klaten. Jurnal
Jurnal Pustaka Budaya, 1(1), 22- Metasastra, 9(2), 185-200.
33. Retrieved from https://journal. Isnanda, Romi. 2015. “Peran Pengajaran
unilak.ac.id/index.php/pb/article/ Sastra dan Budaya dalam
view/531 Pembentukan Karakter Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Gramatika,

177
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

jurnal penelitian Bahasa dan Sastra Menjadi Pintar dan Baik. Bandung:
Indonesia, 1(2), 174-182.http:// Nusa Media.
dx.doi.org/1022202/jg.2015. Liliweri-Alo.2003. Makna Budaya dalam
v1i2.1237 Komunikasi Antarbudaya.Yogyakarta:
Jayawati, dkk. 2003. Cerita Rakyat dan Objek Lkis.
Pariwisata di Indonesia: Teks dan Mangera, Elisabet. 2013. Nilai Pendidikan
Analisis Latar. Jakarta: Pusat Bahasa dalam Komunikasi Fatis Masyarakat
Departemen Pendidikan Nasional. Toraja Sa’dan Provinsi Sulawesi
Juanda, Juanda. (2010).”Peranan Selatan.Tesis. Makassar: Universitas
Pendidikan Formal dalam Proses Negeri Makassar.
Pembudayaan.” Lentera Pendidikan, Marta, R.A. 2014. Peran Sastra dalam
Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pembentukan Pendidikan Karakter
13(1), 1-15. anak Bangsa.” Wahana Didaktika,
Juanda, Juanda. (2018). “Revitalisasi Nilai 12(3), 103-113.
dalam Dongeng Sebagai Wahana Marysa, Rizki, Iqbal H., Eka S.A.,
Pembentukan Karakter Anak Usia 2014. Pendidikan Karakter pada
Dini.” Jurnal Pustaka Budaya, 5(2), Pembelajaran Bahasa dan Sastra
11-18. Idonesia di SMPN 1 Gunungsugih.”
Karyanto, Puji, Mochtar L., Bea A., dan Ida, Jurnal Kata, Bahasa, Sastra, dan
N.C. (2008). “Pembentukan Karakter Pembelajarannya, 3(2), 1-6.
Anak menurut Teks Cerita Rakyat Muhtamar, Shaff & Muhammad.2007.
Ranggana Putri Demang Balaraja: Warisan Leluhur Budaya Sulawesi
Kajian Pragmatik Sastra. Jurnal Selatan. Makassar: Pustaka Refleksi.
Penelitian Dinas Sosial 7(10), 45-53. Nasiru, La Ode Gusman. 2017. Transformasi
Komariah, Yoyo, 2018. “Pengemanan Perempuan dari “Liyan ke “Diri”
Bahan Ajar Cerita Rakyat Kuningan dalam Tiga Cerita Rakyat Kalisusu:
Terintegrasi Nilai Karakter dalam Analisis Wacana Feminisme.” Poetika:
Pembelajaran Apresiasi Sastra di Jurnal Ilmu Sastra, 5(1), 26-35.DOI:
SMP.” Deiksis, Jurnal Pendidikan 1022146/poetika.25996.
Bahasa dan Sastra Indonesia, 5(1), Rahim, Rahman. 1985. Nilai-nilai Utama
100-110. Kebudayaan Bugis. Makassar:
Landais, C. (2016). Challenges and Lembaga Penerbitan Universitas
Strategies for Analysing the Hasanuddin
Translation of Fear in Horror Fiction. Rahman, A.A. 2017. Pembelajaran Sastra
Literary Imagination, 18(3), 242–254. Berkarakter di Perguruan Tinggi.”
doi:10.1093/litimag/imw018 Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra,
Lickona, Thomas. 2014. Pendidikan karakter dan Pendidikan Bahasa, dan Sastra
Panduan Lengkap Mendidik Siswa Indonesia 4(2), 189-204. Doi: http://

178
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

dx.doi.org/10.15408/dialektika. Jurnal Komunitas, 3(2), 138-149.


v4i2.7452 Doi.10.152944/komunitas.v312.2310
Ratu, Aurelius. 2017. “Karakter Ibu Tiri Waryanti, Endang. 2015. “Pembelajaran
Selalu Jahat, Studi Perbandingan Sastra Berbasis Karakter.” Jurnal
Cerita Rakyat Indonesia. Jurnal Sosial Buana Sastra, 2(2), 157-164.
Humaniora (JSH) , 10(1), 1-8., 17(2), Wening, Sri. 2012. Pembentukan Karakter
253-265. Bangsa Melalui Pendidikan Nilai.
Suryanto, Edy. 2017. Model Pendidikan Jurnal Pendidikan Karakter. Fakultas
Karakter Berbasis Pembeljaran Teknik UNY: Yokyakarta.
Apresiasi cerita Rakyat dengan Yolanda, Yoga, Endang S.W., dan Foroidatul
Menggunakan Meida Wayang Kancil. H. Nilai Karakter Bangsa dalam Serat
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Bratayuda Saduran Karel Fredrik
17(2), 253-265. Winter.” Retorika, Jurnal Bahasa,
Suwondo, Bambang. 1980/1981.Cerita Sastra, dan Pengajarannya, 11(1), 89-
Rakyat (Mite dan Legenda) Daerah 99, Doi:10.26858/retorika.v1lil.4959
Sulawesi Selatan. Departemen Youpika, Fitra dan Darmiyati Zuchdi
Pendidikan dan Kebudayan. (2016). Nilai Pendidikan Karakter
Syamsudduha, 2013. Dimensi Kewacanaan cerita Rakyat Suku Pasmah
Pappaseng. Disertasi. Tidak Bengkulu dan Releansinya sebagai
diterbitkan. Materi Pembelajaran Sastra. Jurnal
Wahyu.(2011). Masalah dan Usaha Pendidikan Karakter, 6(1), 48-58.
Membangun Karakter Bangsa.

179

Anda mungkin juga menyukai