Anda di halaman 1dari 12

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER CERITA RAKYAT SUKU PASEMAH BENGKULU

DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA

Fitra Youpika dan Darmiyati Zuchdi


Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
email: fitrayoupika@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis cerita rakyat masyarakat Suku Pasemah
Bengkulu, nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam cerita, dan untuk mengetahui rele-
vansinya sebagai materi pembelajaran sastra di sekolah dasar. Data penelitian ini adalah cerita rakyat
yang diperoleh dari hasil merekam dan dokumentasi tertulis. Penelitian ini merupakan penelitian
analisis konten inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerita rakyat masyarakat Suku Pase-
mah Bengkulu terdiri atas dua jenis, yaitu legenda dan dongeng. Nilai pendidikan karakter yang di-
temukan dalam legenda, yaitu pemberani, tanggung jawab, peduli sosial, disiplin, rendah hati, dan
religius. Nilai pendidikan karakter yang ditemukan dalam dongeng, yaitu cerdik, sabar, patuh, opti-
mis, kerja keras, ikhlas menerima kekalahan, dan menepati janji. Berdasarkan 12 cerita rakyat yang
di- temukan, ada 9 cerita yang relevan sebagai materi pembelajaran sastra di sekolah dasar dan ada 3
ce- rita rakyat yang tidak relevan.

Kata Kunci: cerita rakyat, nilai pendidikan karakter, relevansi, materi ajar

THE CHARACTER EDUCATION VALUES IN THE FOLKLORE OF PASEMAH TRIBE


BENGKULU AND ITS RELEVANCE AS LITERARY LEARNING MATERIALS

Abstract: This study aims at describing the kinds of folklores, the character education values
contained in the folklore of society of Pasemah Tribe Bengkulu, as well as determining their relevance
as literary learning materials for the primary school. The data of this research were the folklores
collected from recordings and written documents. This research used inferential content analysis
technique to analyse the data. The results showed that the folklores of the Pasemah tribe in Bengkulu
consisted of two kinds, i.e. urban legends and fairy tales. The character education values found in the
urban legends were courage, responsibility, social care, discipline, humbleness, and religiousity. The
character educa- tion values found in the fairy tales were smartness, patience, obedience, optimism,
hard working, sin- cerity in accepting defeat, and keeping promises. Among the 12 folklores found,
there were 9 folklores which were relevant for use as literary learning materials for the primary
school and three folklores were not relevant.

Keywords: folklores, character education values, relevance, teaching materials

PENDAHULUAN Pendidikan yang baik adalah pendi-


Pendidikan bukan suatu istilah yang dikan yang dapat mempersiapkan anak di-
asing lagi di tengah-tengah masyarakat dik agar mampu mengakses perannya di
saat ini. Hal itu karena kegiatan pendidikan masa yang akan datang. Artinya, pendidik-
ti- dakdapat dipisahkan dengan kehidupan an hendaknya dapat membekali siswa de-
se- hari-hari, bahkan di seluruh lapisan ngan berbagai macam keterampilan yang
kehi- dupan manusia. Dengan kata lain, dibutuhkan sesuai dengan keadaan zaman,
bahwa pendidikan begitu penting, sehingga ia dapat menjalankan dan meme-
sebagaimana pentingnya kebutuhan lain, nuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.
seperti sandang (pakaian), pangan Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa
(makanan), dan papan (perumahan). pendidikan merupakan upaya untuk me-

Nilai Pendidikan Karakter Cerita Rakyat Suku Pasemah


4

majukan budi pekerti, pola pikiran, dan salahan yang dilakukan. Berdasarkan rasa
jasmani anak yang selaras dengan alam dan persaudaraan, masih banyak ditemukan
masyarakatnya (Wibowo, 2013:2). siswa yang bertengkar baik di dalam kelas
Upaya untuk memajukan budi peker- ataupun di luar kelas. Kemudian, mengenai
ti dari penjelasan di atas menegaskan bah- ketataatan beribadah, ketaatan beribadah
wa pendidikan karakter merupakan kebu- dalam hal ini adalah kesediaan anak untuk
tuhan yang sangat penting. Oleh karena itu, saling menghormati, baik dengan teman
penanaman nilai-nilai pendidikan karakter yang seagama maupun yang berbeda. Hal
harus dimulai sejak dini baik di rumah, di ini menunjukkan bahwa pendidikan karak-
masyarakat, maupun di sekolah. Pendidik- ter sangat penting untuk diajarkan kepada
an karakter diharapkan dapat menjadikan siswa.
siswa terampil, berwawasan luas, dan ber- Selain apa yang telah dijelaskan di
akhlak mulia. Siswa diharapkan tidak ha- atas, Lickona (2013:20) mengemukakan ada
nya memiliki kemampuan intelektual saja, sepuluh indikasi moral anak kurang baik
lebih dari itu anak didik juga diharapkan yang perlu diperbaiki dan mendapatkan
me- miliki karakter yang baik. Kemampuan perhatian lebih agar berubah menjadi lebih
in- telektual yang baik harus diimbangi de- baik. Sepuluh indikasi tersebut, yaitu keke-
ngan pendidikan karakter yang baik pula. rasan dan tindakan anarkis, pencurian, tin-
Dengan demikian, pendidikan karakter dakan curang, pengabaian terhadap aturan
akan menghasilkan siswa yang pintar dan yang berlaku, tawuran antarsiswa, peng-
ber- akhlak mulia. gunaan bahasa yang tidak baik, kematang-
Melihat keadaan yang ada di tengah- an seksual yang terlalu dini dan penyim-
tengah masyarakat, dalam dunia pendidik- pangannya, dan sikap perusakan diri.
an baru-baru ini masih banyak ditemukan Untuk mengatasisi atau mencegah ter-
kasus pelajar yang menunjukkan masih ku- jadinya pemerosotan nilai-nilai karakter
rangnya karakter baik yang dimilikinya. Se- anak seperti yang dikemukakan di atas, pen-
bagai contoh, masih banyak terjadi penya- didikan karakter memiliki peran yang sa-
lahgunaan media elektronik, seperti: inter- ngat penting. Sehubungan dengan penting-
net, menonton film-film yang belum sesuai nya pendidikan karakter tersebut, Muslich
dengan usia anak, bermain game yang ber- (2013:15) mengatakan bahwa “pendidikan
lebihan, dan lain sebagainya. Selain itu, jika karakter harus ditanamkan sejak dini da-
dilihat dari tiga aspek hasil pengembangan lam pendidikan formal, mulai dari tingkat
kultur sekolah tahun 2010 terlihat bahwa TK, SD, SMP, SMA, sampai perguruan ting-
masih kurangnya karakter baik yang ada gi”. Salah satu upaya untuk mewujudkan
pada siswa, terutama dari segi pendidikan karakter tersebut dapat dilaku-
kedisiplinan, kejujuran, persaudaraan, dan kan dengan mengintegrasikannya dalam
ketaatan ber- ibadah (Zuchdi, dkk., mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu da-
2013:114). lam pembelajaran sastra.
Dilihat dari segi kedisiplinan, masih Banyak pilihan genre sastra yang da-
banyak anak yang tidak mengerjakan tugas pat dijadikan sebagai sarana atau sumber
rumah atau PR yang ditugaskan oleh guru- pendidikan karakter. Namun, yang terpen-
nya. Dilihat dari kejujuran, masih banyak ting dalam hal ini adalah melihat kesesuai-
ditemukan siswa yang meminjam atau an atau relevansi karya sastra tersebut de-
mengambil barang milik temanya, curang ngan materi, kurikulum, dan jenjang siswa
dalam permainan, dan tidak mengakui ke-

Nilai Pendidikan Karakter Cerita Rakyat Suku Pasemah


5

yang diajarkan. Tentunya, sastra yang di- Khususnya dalam hal ini pembelajaran sas-
maksud dalam hal ini tidak hanya terbatas tra di sekolah dasar.
pada sastra-sastra yang sifatnya modern, Kajian tentang nilai pendidikan karak-
namun juga sastra-sastra yang bersifat ke- ter yang terkandung dalam cerita dan rele-
daerahan (lokal) atau sastra daerah. Salah vansinya sebagai materi pembelajaran sas-
satunya adalah sastra lisan yang berupa ce- tra di sekolah dasar perlu dilakukan karena
rita rakyat. merupakan salah satu langkah untuk mem-
Cerita rakyat Suku Pasemah Bengku- bentuk karakter siswa sekaligus sebagai per-
lu termasuk salah satu jenis karya sastra wujudan kecintaan dan pembinaan terha-
daerah, sekaligus merupakan kebudayaan dap kebudayaaan asli nusantara. Dalam hal
nusantara yang masih dianut, tumbuh, dan ini adalah cerita rakyat asli milik masyara-
berkembang di tengah-tengah masyarakat- kat Suku Pasemah Bengkulu.
nya. Cerita rakyat Suku Pasemah Bengkulu Agung (2011:394) mengatakan ada tiga
adalah genre sastra lisan yang disampaikan fokus pendidikan karakter, yaitu berfokus
dan diwariskan secara turun-temurun dari pada nilai-nilai ajaran, nilai klarifikasi, dan
generasi ke generasi yang harus dilestari- pengembangan moral. Sejalan dengan tiga
kan atau dipertahankan keberadaannya di fokus pendidikan karakter tersebut, Sugirin
tengah-tengah masyarakat. (2011:1) menyatakan bahwa pendidikan ka-
Terkait dengan pembinaan dan pe- rakter merupakan sesuatu yang sangat
ngembangan sastra daerah seperti yang te- pen- ting dengan tujuan untuk menerapkan
lah disebutkan di atas, dalam Peraturan Pe- ni- lai-nilai kebaikan dalam kehidupan
merintah RI No. 57 Tahun 2014 tentang sehari- hari. Pendidikan yang dimaksud
Pengembangan, Pembinaan, dan dalam hal ini adalah pendidikan nilai,
Pelindung- an Bahasa dan Sastra, serta pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,
Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia Pasal dan pendidikan watak yang tujuannya
24 ayat 2 di- nyatakan bahwa pembinaan adalah untuk mem- beri keputusan baik
Sastra Daerah dilakukan melalui: (1) buruk, memelihara apa yang baik, dan
pendidikan sastra; mewujudkan kebaikan ter- sebut dalam
(2) pelatihan sastra; (3) penyediaan fasilitas kehidupan sehari-hari. Wiyani (2013:27-
untuk mendorong berkembangnya komu- 28) menegaskan bahwa pendidik- an
nitas sastra; (4) penyediaan fasilitas untuk karakter adalah proses pemberian tun-
menyajikan karya sastra; dan (5) penciptaan tunan kepada peserta didik untuk menjadi
suasana yang kondusif untuk bersastra. manusiaseutuhnya, yang berkarakter dalam
Dilihat dari Peraturan Pemerintah RI dimensi hati, pikir, raga, rasa, dan karsa.
No. 57 Tahun 2014 di atas, salah satu Pendidikan karakter dalam hal ini da-
wujud pembinaan dan pengembangan pat dikatakan sebagai suatu sistem pena-
sastra lisan, khususnya cerita rakyat naman nilai-nilai karakter atau pengem-
masyarakat Suku Pasemah adalah dengan bangan etika melalui olah pikir, olah hati,
menjadikannya se- bagai materi ajar dalam olahraga, olah rasa, dan karsa yang meli-
pembelajaran sastra di sekolah. Namun, puti komponen pengetahuan, kesadaran,
yang harus diperhati- kan, yaitu nilai dan tindakan untuk melaksanakan nilai-
pendidikan karakter apa sajakah yang nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
terkandung dalam cerita dan apakah cerita Olah pikir, olah hati, olahraga, olah rasa,
rakyat tersebut relevan atau tidak sebagai dan karsa dalam hal ini memiliki keterkait-
materi pembelajaran sastra? an dan saling melengkapi satu sama lain,

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun VI, Nomor 1, April


5

yang tujuan akhirnya akan bermuara pada Cerita rakyat terdiri dari berbagai je-
pembentukan karakter dan menjadi wujud nis. Bascom menggolongkan cerita rakyat
nilai-nilai budi pekerti luhur. menjadi tiga golongan besar, yaitu mite, le-
Jika dilihat dari berbagai pihak, nilai genda, dan dongeng (Danandjaja, 1994:50).
karakter sangat banyak. Secara umum Nur- Kaitannya dengan pendidikan karakter, Wi-
giyantoro (2013a:441-442) mengatakan bah- bowo (2013:131) mengemukakan empat ni-
wa semua persoalan hidup dan kehidupan lai dalam suatu karya sastra yang baik se-
manusia, termasuk dalam hal ini mengenai bagai materi pembelajaran sastra. Empat
nilai-nilai karakter yang penting dalam ke- ni- lai tersebut, yaitu nilai estetis, nilai
hidupan digolongkan menjadi tiga golong- huma- nis, nilai etis, dan nilai religius.
an. Ketiga golongan tersebut adalah (1) ni-
lai yang terkait antara manusia dan diri METODE
sendiri; (2) hubungan manusia dengan ma- Metode yang digunakan dalam pene-
nusia lain dalam lingkup sosial dan alam; litian ini adalah metode analisis konten in-
dan (3) hubungan manusia dengan Tuhan. ferensial. Penelitian dilakukan didaerah Pa-
Beraitan dengan sastra, secara umum dang Guci Kecamatan Kelam Tengah dan
dikenal ada dua jenis sastra, yaitu sastra li- Tanjung Kemuning Kabupaten Kaur Pro-
san dan sastra tulis. Sastra lisan sering di- vinsi Bengkulu. Subjek penelitian adalah
kenal dengan istilah folklore atau cerita rak- anggota masyarakat asli Suku Pasemah.
yat yang telah mentradisi hidup dan diper- Instrumen penelian adalah peneliti sendiri
tahankan oleh masyarakat pemiliknya (Nur- (human instrument). Data penelitian diper-
giyantoro, 2013b:10). Dengan demikian, oleh dari hasil merekam dan dokumentasi
da- pat dikatakan bahwa cerita rakyat tertulis. Data dari dokumen tertulis seba-
salah satu bagian dari folklor. nyak 1 cerita dan data yang diperoleh dari
Barone (2011:60) mengemukakan bah- hasil wawancara dan merekam sebanyak
wa cerita rakyat merupakan bagian dari 11 cerita. Langkah-langkah pengadaan data
sastra tradisional. Ceritanya pendek dan ja- me- liputi: (1) penentuan sampel; (2)
lan cerita atau peristiwanya sering kali de- perekam- an/pencatatan; dan (3)
ngan karakter yang baik atau jahat. Selain penentuan satuan unit. Keabsahan data
itu, tokoh dalam cerita yang berupa bina- dilakukan dengan cara mengonsultasikan
tang biasanya memiliki kesamaan karakter data kepada pihak ahli (masyarakat).
dengan manusia. Teknik analisis data yang di- gunakan, yaitu
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat mengklasifikasikan, me- maknai, dan
disimpulkan bahwa cerita rakyat merupa- menyimpulkan.
kan salah satu bentuk sastra lisan dari za-
man dahulu yang diwariskan secara turun- HASIL DAN PEMBAHASAN
temurun dari generasi ke generasi, Jenis Cerita
berkem- bang di kalangan rakyat, tidak Secara umum cerita rakyat ada tiga
diketahui nama pengarangnya. Kemudian je- nis. Ketiga jenis cerita tersebut, yaitu
cerita rak- yat juga dianggap sebagai mite, legenda, dan dongeng.
kepercayaan yang telah mentradisi dalam Adapun cerita yang ditemukan dalam
masyarakat, dipertahankan oleh penelitian ini berjumlah 12 cerita. Dari 12
masyarakat pemilik- nya, dan merupakan cerita tersebut, 1 cerita merupakan jenis le-
salah satu bagian dari folklor. genda dan 11 cerita jenis dongeng. Cerita
jenis legenda tersebut adalah cerita yang

Nilai Pendidikan Karakter Cerita Rakyat Suku Pasemah


5

berjudul “Bujang Remalun”. Kemudian, ce- Karakter Tokoh Cerita


rita jenis dongeng, yaitu cerita yang berju- Ada beberapa tokoh dalam cerita rak-
dul: (1) Sang Kancil; Siput, dan Lengkukup; yat masyarakat Suku Pasemah Bengkulu
(2) Si Miskin; (3) Sang Beruk Besan dengan berdasarkan masing-masing cerita. Setiap
Kura-kura; (4) Pak Andir; (5) Sang Kancil tokoh cerita itu memiliki karakter yang
dan Sang Harimau; (6) Sang Piatu Berdua ber- beda-beda. Dalam cerita yang berjudul
dengan Nenek; (7) Elang Besan dengan “Bu- jang Remalaun” tokohnya adalah
Kura-kura; (8) Janji Kerbau; (9) Pak Beluk; Bujang Remalun. Dikisahkan Bujang
(10) Sang Piatu; dan (11) Sang Setue dan Remalun me- miliki karakter yang
Sang Kancil. pemberani, tanggung jawab, rendah hati,
Berdasarkan data di atas, dalam disiplin, rela berkorban, iman, takwa,
pene- litian ini tidak semua jenis cerita melayani, memiliki visi kepe- mimpinan,
rakyat di- temukan. Hasil penelitian dan setia pada misinya.
menunjukkan ti- dak ditemukan cerita Dalam cerita “Sang Kancil, Siput, dan
yang jenisnya berupa mite. Jenis cerita Lengkukup´ada dua tokoh, yaitu kancil, siput,
rakyat yang ditemukan hanya legenda dan
dan lengkukup. Tokoh kancil dalam cerita
dongeng.
ini memiliki karakter sombong, angkuh,
Dasar bahwa mite tidak ditemukan da- dan berambisi. Tokoh siput memiliki
lam cerita masyarakat Suku Pasemah Beng- karakter yang pemberani, bisa bekerja
kulu Padang Guci karena dari semua data sama dengan teman, dan cerdik. Kemudian,
yang ada tidak satu pun cerita yang meme- lengkukup me- miliki karakter cerdik.
nuhi unsur-unsur cerita jenis mite. Unsur- Dalam cerita “Si Miskin” ada dua to-
unsur suatu cerita yang tergolong mite ter- koh, yaitu Ibu dan Anak. Si Ibu dalam ce-
sebut berdasarkan pendapat yang dikemu- rita memiliki karakter yang kerja keras, se-
kakan oleh Bascom di antaranya adalah to- mentara Si Anak memiliki karakter sabar.
koh cerita berupa dewa atau makhluk se- Kemudian, tokoh dalam cerita “Sang Beruk
tengah dewa. Selain itu, peristiwa ceritanya Besan dengan Kura-kura”, yaitu beruk dan
bukan terjadi di alam dunia dan peristiwa kura-kura. Beruk dalam cerita ini memiliki
itu terjadi pada masa lampau (Danandjaja, karakter yang rakus, tidak sabar, dan tidak
1994:50). tahu terima kasih. Sementara itu, kura-kura
Cerita rakyat masyarakat Suku Pase- memiliki karakter yang suka berbagi dan
mah Bengkulu yang paling banyak ditemu- sabar.
kan adalah jenis cerita dongeng. Dilihat, Cerita lainnya adalah cerita yang ber-
dari jenis dongeng tersebut yang paling ba- judul “Pak Andir”. Dalam cerita ini terda-
nyak ditemukan adalah dongeng jenis fabel
pat dua tokoh, yaitu Pak Andir dan Nduk
atau dongeng binatang. Fabel atau dongeng
Andir. Pak Andir dalam kisahnya memiliki
binatang tersebut ada 6 cerita, yaitu: (1) Sang
karakter yang pemalas dan pamrih,
Kancil, Siput, dan Lengkukup; (2) Sang Be-
sedang- kan Nduk Andir berkarakter
ruk Besan dengan Sang Kura; (3) Sang Kan-
cerdik. Kemu- dian, dalam kisah “Sang
cil dan Sang Harimau; (4) Elang Besan de- Kancil dan Sang Harimau ada dua tokoh
ngan Kura-kura; (5) Janji Sang Kerbau; dan juga. Tokoh utama adalah Kancil. Kancil
(6) Sang Setue dan Sang Kancil. dalam cerita ini me- miliki karakter yang
cerdik. Kemudian, to- koh lain adalah
Harimau. Harimau di sini memiliki sifat
ganas, pemaksa, tanpa mem-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun VI, Nomor 1, April


5

pedulikan teman sekelilingnya, ceroboh, dan juga karakter buruk. Kenyataan ini
dan tidak mau dilarang. juga ditemukan oleh Nurgiyantoro (2011)
Ada empat tokoh dalam cerita “Sang dalam penelitiannya yang menyatakan bah-
Piatu Berdua sama Nenek”. Keempat tokoh wa secara umum cerita wayang terdiri dari
tersebut, yaitu Sang Piatu, Nenek, Raja, dan
dua kelompok karakter tokoh, yaitu karak-
Kancil Sepiak. Sang Piatu dalam cerita ini ter baik dan jahat.
memiliki karakter sabar, optimis, dan tole- Karakter baik atau karakter positif
ransi. Tokoh Nenek berkarakter sabar dan yang ditemukan dalam penelitian ini me-
pandai bersyukur. Tokoh Raja memiliki ka-
rupakan karakter tokoh yang patut untuk
rakter iri hati, Kemudian, tokoh Kancil Se- dijadikan sebagai pembelajaran atau ditela-
piak memiliki karakter penolong. Kemudi- dani, sedangkan karakter buruk atau nega-
an, dalam cerita “Elang Besan dengan Ku- tif patut ditinggalkan. Namun, bukan ber-
ra-kura” ada dua tokoh. Tokoh tersebut ada- arti karakter negatif tidak perlu diketahui.
lah Elang dan Kura-kura. Elang memiliki Karakter negatif penting juga untuk dike-
karakter pengasih dan baik hati, sementara tahui karena hal itu merupakan sifat yang
Kura-kura memiliki karakter patuh (penu- dapat merugikan diri sendiri dan juga
rut) dan mudah terpengaruh. orang lain. Dengan demikian, hal itu harus
Karakter tokoh cerita selanjutnya dihindari.
ada- lah karakter tokoh dalam cerita “Janji Hasil penelitian yang ada menunjuk-
Sang Kerbau”. Dalam cerita ini ada empat kan bahwa dari 12 cerita yang ditemukan
tokoh yang memiliki karakter berbeda- terdapat 45 karakter tokoh cerita. Dari 45
beda. Ker- bau memiliki karakter menepati karakter tokoh tersebut 10 karakter yang
janji, pa- tuh, dan kerja keras. Setue bersifat ada dalam cerita BR dan ini sekaligus me-
toleransi. Kancil memiliki karakter rupakan karakter yang paling banyak dite-
penolong dan cer- dik. Kemudian, Beruang mukan dari 12 cerita yang ada. Kemudian,
berkarakter peng- hasut. masing-masing sebanyak 6 karakter tokoh
Tiga karakter berikutnya adalah ka- dari cerita Sang Kancil; Siput, dan Lengku-
rakter yang ada dalam cerita “Pak Beluk”,
kup (SKSL) dan Sang Kancil dan Sang Hari-
“Sang Piatu”, dan “Sang Setue dan Sang mau (SKSH), 3 karakter tokoh dalam cerita
Kancil”. Dalam cerita “Pak Beluk” terdapat Si Miskin (SM) dan Pak Andir (PA), 5 ka-
satu tokoh, yaitu Pak Beluk. Pak Beluk da-
rakter dalam cerita Sang Setue dan Sang
lam cerita ini memiliki karakter pemalas.
Kancil (SBBSK), 7 karakter tokoh dalam ce-
Kemudian, dalam cerita “Sang Piatu” juga
rita Sang Piatu Berdua dengan Nenek
terdapat satu tokoh yaitu Pak Beluk. Pak
(SPBDN) dan Janji Sang Kerbau (JSK), 4
Beluk memiliki karakter licik. Terakhir, ka-
karakter tokoh dalam cerita Elang Besan
rakter tokoh dalam cerita “Sang Setue dan dengan Kura-kura (EBDK), dan masing-
Sang Kancil”. Dalam cerita ini ada dua ce- masing 1 karakter tokoh dalam cerita Pak
rita, yaitu Sang Setue dan Sang Kancil. Sang Beluk (PB), Sang Piatu (SP), dan Sang Setue
Setua memiliki karakter sombong dan Sang dan Sang Kancil (SSSK).
Kancil memiliki karakter munafik.
Cerita rakyat masyarakat Suku Pase- Nilai Pendidikan Karakter dalam Cerita
mah Bengkulu Padang Guci memiliki ka- Nilai pendidikan karakter dalam pe-
rakter tokoh yang bermacam-macam. Karak- nelitian ini diambil dari karakter tokoh da-
ter tokoh tersebut bisa berupa karakter lam cerita yang bersifat baik (positif). Ada-
baik

Nilai Pendidikan Karakter Cerita Rakyat Suku Pasemah


5

pun nilai pendididikan karakter tersebut, hanan. Dari ketiga nilai tersebut, nilai yang
yaitu: (1) religius (iman, takwa, dan
syukur);
(2) tanggung jawab; (3) peduli sosial (me-
mentingkan kepentingan umum, penolong,
rela berkorban, kerja sama, suka berbagi, dan
pengasih); (4) disiplin; (5) rendah hati; (6)
pemberani; (7) cerdik; (8) sabar; (9) patuh;
(10); optimis; (11) kerja keras; (12) ikhlas
menerima kekalahan; dan (13) menepati
janji. Nilai pendidikan karakter tersebut
adalah nilai pendidikan karakter yang ter-
kandung dari semua cerita yang ada.
Nilai pendidikan karakter yang dite-
mukan dalam penelitian ini kemudian di-
golongkan berdasarkan tiga kategori. Tiga
kategori tersebut, yaitu (1) nilai
pendidikan karakter terkait dengan diri
sendiri; (2) nilai pendidikan karakter
terkait dengan orang lain/makhluk lain;
dan (3) nilai pendidikan karakter terkait
dengan ketuhanan.
Sastra merupakan sarana yang baik
sabagai penanaman karakter anak. Hal ini
sesuai dengan tujuan dan fungsi karya sas-
tra itu sendiri, yaitu sebagai media peng-
hibur sekaligus sebagai sarana pendidikan.
Sastra yang dimaksud baik sastra yang si-
fatnya baru ataupun sastra yang lama. Ter-
masuk dalam hal ini adalah karya sastra
lama yang berupa cerita rakyat. Dengan de-
mikian, secara tidak langsung ini menjadi
penting untuk dianalisis tentunya dalam
hal ini yang berkaitan dengan nilai-nilai
pendidikan karakter dalam suatu karya
sas- tra.
Sastra memiliki banyak nilai
pendidik- an karakter. Nilai-nilai positif
dalam suatu karya sastra tentunya
diidentifikasi sebagai sarana untuk
mendidik. Secara umum, nilai pendidikan
karakter dalam suatu karya sas- tra dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) nilai yang
berkaitan dengan diri sendiri; (2) nilai yang
berkaitan dengan orang/makhluk lain; dan
(3) nilai yang berkaitan dengan ketu-
Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun VI, Nomor 1, April
5
paling banyak ditemukan dalam penelitian dalam
ini adalah nilai yang terkait dengan orang/
makhluk lain. Hal ini juga terjadi pada pe-
nelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Rosyiidah (2013), hasilnya menunjukkan
bahwa dari pengelompokan nilai karakter
yang dilakukan, hubungan karakter yang
terkait antara manusia dengan diri sendiri
dan manusia dengan sesama paling domi-
nan ditemukan.
Berdasarkan nilai pendidikan karak-
ter di atas nilai yang terkait dengan diri sen-
diri adalah pemberani, sifat tanggung ja-
wab, disiplin, rendah hati, cerdik, sabar,
pa- tuh, optimis, kerja keras, ikhlas
menerima kekalahan, dan menepati janji.
Nilai yang terkait dengan diri sendiri
yang berupa sifat pemberani dapat
ditemu- kan dalam cerita yang berjudul
Bujang Re- malun (BR), berjudul Sang
Kancil, Siput, dan Lengkukup (SKSL), dan
Sang Kancil dan Sang Harimau (SKSH).
Sifat tanggung ja- wab, disiplin, dan
rendah hati terdapat da- lam cerita Bujang
Remalun. Kemudian, ni- lai yang terkait
dengan diri sendiri lainnya adalah sifat
cerdik. Cerdik dalam hal ini di- artikan
sebagai cara atau ide yang dilaku- kan
dalam menghadapi masalah yang ada. Sifat
cerdik tersebut terdapat dalam cerita
yang berjudul Sang Kancil, Siput, dan Leng-
kukup (SKSL), Pak Andir (PA), Sang Kancil
dan Sang Harimau (SKSH), dan Janji Sang
Kerbau (JSK).
Nilai pendidikan karakter yang
terka- it dengan diri sendiri berikutnya
adalah si- fat ikhlas menerima kekalahan.
Sifat ini ter- dapat dalam cerita “Sang
Kancil, Siput, dan Lengkukup (SKSL)”.
Kemudian, sifat sabar terdapat dalam
cerita Si Miskin (SM), Sang Beruk Besan
dengan Kura-kura (SBBSK), dan Sang Piatu
Berdua sama Nenek (SPBN). Si- fat optimis
tercermin dari cerita yang berju- dul Sang
Piatu Berdua sama Nenek (SPBN).
Terakhir, sifat kerja sama terdapat
Nilai Pendidikan Karakter Cerita Rakyat Suku Pasemah
5

cerita Si Miskin (SM) dan Janji Sang Kerbau melakukan pengembaraan panjang yang ti-
(JSK). dak tahu kapan akhirnya. Pengembaraan
Selain nilai pendidikan karkter yang panjang itu dilakukannya untuk mencari
terkait dengan diri sendiri, nilai berikutnya kebenaran adanya Tuhan Yang Maha Kua-
adalah nilai pendidikan karakter yang ter- sa, yang menguasai alam semesta, yang
kait dengan orang/makhluk lain. Adapun berkuasa atas langit dan bumi, dan ter-
nilai pendidikan karakter yang terkait de- masuk yang berkuasa terhadap dirinya
ngan orang/makhluk lain yang ditemukan sen- diri, seperti yang ada pada kutipan
dalam penelitian ini, yaitu: mementingkan berikut.
kepentingan umum di atas kepentingan pri-
badi, penolong, rela berkorban, kerja sama, Dalam pengembaraan panjang yang sudah ia
suka berbagi, dan pengasih. putuskan, tujuan yang hendak dicapainya
Nilai yang terkait dengan orang/ adalah mencari kebenaran atas wasiat yang
diterima. Benarkah adanya Tuhan Yang
makhluk lain yang berupa sifat senang Maha Kuasa, yang menguasai alam semesta,
membantu/penolong dapat ditemukan da- yang berkuasa atas langit dan bumi, dan
lam cerita Sang Piatu Berdua sama Nenek, termasuk yang berkuasa terhadap dirinya
sendiri (BR/B.6/173/Kthn).
Elang Besan dengan Kura-kura, Janji Ker-
bau, dan Bujang Remalun. Nilai yang ter-
Kutipan tersebut menunjukkan bah-
kait dengan orang/makhluk lain berikut-
wa Bujang Remalun bisa mengimbangi hu-
nya adalah sifat toleransi, kerja sama, dan
bungan dengan manusia dan juga hubung-
peduli. Sifat toleransi ini dapat ditemukan
an dengan Sang Pencipta atau sering dise-
dalam cerita yang berjudul “Sang Piatu Ber-
but dengan istilah habblumminnas dan habb-
dua sama Nenek” dan “Janji Kerbau”. Sifat
lumminallah.
kerja sama terdapat dalam cerita “Sang Kan-
Nilai yang terkait dengan ketuhan-
cil, Siput, dan Lengkukup”. Sifat peduli ada
an lainnya yang dimiliki oleh Bujang Re-
pada cerita yang berjudul “Sang Beruk Be-
malun adalah ketakwaannya terhadap Tu-
san dengan Kura-kura”. Selanjutnya, sifat
han Yang Maha Kuasa. Ketakwaan terse-
“pemurah” dapat ditemukan dalam cerita
but terlihat pada kutipan berikut.
“Sang Beruk Besan dengan Kura-kura”. Si-
fat “peduli” ada pada cerita “Sang Kancil
Selama itu pula ia berpuasa, tiada makan dan
dan Sang Harimau”. tiada minum (BR/B.10/174/Kthn).
Selanjutnya, nilai yang terkait dengan
ketuhanan. Nilai ketuhanan ini yaitu sifat Berdasarkan kutipan di atas terlihat
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan bahwa Bujang Remalun memiliki sifat tak-
Yang Maha Esa. Nilai yang ditemukan da- wa. Ketakwaan tersebut tercermin ketika ia
lam penelitian ini, yaitu iman, takwa, dan berpuasa tidak makan dan tidak minum.
syukur. Nilai tersebut terdapat dalam cerita Hal ini mencerminkan bahwa Bujang Re-
yang berjudul Bujang Remalun. Dalam ki- malun bersikap taat dan menjalankan pe-
sahnya diceritakan Bujang Remalun adalah rintah Tuhan.
seorang raja yang bijaksana sakti mandra- Dilihat dari keterkaitan cerita rakyat
guna. Ia merupakan seorang pemimpin masyarakat Suku Pasemah Bengkulu Pa-
yang berhasil membuat masyarakatnya dang Guci, baik yang terkait dengan diri
aman, da- mai, dan sejahtera. Setelah sendiri, terkait dengan orang/makhluk la-
rakyatnya aman, damai, dan sejahtera ia in, maupun yang terkait dengan ketuhanan
memutuskan untuk tidak hanya mengandung nilai yang positif,
tetapi juga mengandung nilai yang negatif.
Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun VI, Nomor 1, April
5

Dari nilai positif dan negatif itu, nilai po- dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan
sitiflah yang harus dicontoh atau diterap- moral atau karakter.
kan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan Adapun cerita yang relevan sebagai
kata lain, nilai pendidikan karakter yang materi pembelajaran sastra, yaitu cerita yang
baik untuk dijadikan sebagai contoh, se- berjudul: (1) Bujang Remalun; (2) Sang Kan-
mentara nilai negatif harus ditinggalkan. cil, Siput, dan Lengkukup; (3) Si Miskin; (4)
Namun, bukan berarti nilai negatif tidak Sang Beruk Besan dengan Kura-kura; (5)
penting untuk diketahui. Nilai negatif pen- Pak Andir; (6) Sang Kancil dan Sang Hari-
ting juga diketahui dengan tujuan untuk mau; (7) Sang Piatu Berdua dengan Nenek;
mengetahui bahwa nilai negatif itu tidak (8) Elang Besan dengan Kura-kura; (9) Janji
baik untuk dicontoh atau ditiru oleh anak, Kerbau. Kemudian, cerita yang tidak rele-
baik di sekolah maupun di masyarakat. van, yaitu: (1) Pak Beluk; (2) Sang Piatu; dan
Terkait dengan pendidikan di sekolah (3) Sang Setue dan Sang Kancil.
yang ada di Padang Guci, penemuan nilai- Berdasarkan analisis karakter tokoh
nilai yang ada dalam cerita rakyat masya- dan nilai pendidikan karakter yang terkan-
rakat Suku Pasemah Bengkulu Padang Guci dung di dalamnya, masing-masing cerita
dapat dijadikan sebagai referensi dalam rakyat dalam penelitian ini banyak memi-
pendidikan karakter. Hal tersebut menun- liki kandungan nilai karakter yang positif,
jukkan bahwa cerita rakyat Suku Pasemah tetapi ada juga nilai yang negatif. Cerita
Bengkulu dapat dijadikan sebagai materi rakyat Suku Pasemah Bengkulu yang ba-
ajar dalam pembelajaran sastra di Sekolah nyak mengandung nilai pendidikan karak-
Dasar khususnya yang ada di Padang Guci ter positif tersebut dapat dijadikan sebagi
Kabupaten Kaur. Namun, untuk itu tentu- contoh dan yang negatif supaya ditinggal-
nya harus melalui proses pemilihan dan kan, sehingga cerita rakyat Suku Pasemah
memperhatikan kriteria-kriteria cerita yang Bengkulu ini memungkinkan untuk dijadi-
baik untuk dijadikan sebagai bahan ajar kan sebagai materi pembelajaran sastra.
sastra. Pembelajaran Sastra dalam hal ini tentunya
pembelajaran sastra yang ada di Sekolah
Relevansi Cerita sebagai Materi Pembe- Dasar, khususnya Sekolah Dasar yang ber-
lajaran Sastra ada di Padang Guci. Hal ini sejalan dengan
Cerita rakyat masyarakat Suku Pase- penelitian yang pernah dilakukan oleh Mu-
mah Bengkulu memuat nilai-nilai nasihat naris (2011), yang mengemukakan bahwa
yang dapat dijadikan sebagai materi ajar, pendidikan karakter dapat diintegrasikan
sehingga memiliki relevansi sebagai materi pada pembelajaran sastra dalam mata pe-
pembelajaran sastra. Hal ini disebabkan lajaran Bahasa Indonesia untuk tingkat se-
oleh adanya kesesuaian antara cerita yang kolah dasar. Kemudian, kandungan nilai
ada dan kriteria materi pembelajaran sastra yang terdapat dalam cerita rakyat Suku
khususnya di kelas V Sekolah Dasar. Kenya- Pasemah Bengkulu Padang Guci ini sekali-
taan tersebut memiliki kesamaan dengan gus merupakan wujud dari pembelajaran
penelitian yang dilakukan oleh Widiyono kontekstual dan berkarakter yang penting
(2013). Dalam penelitian tersebut hasilnya diajarkan kepada siswa.
menyatakan relevan apabila disampaikan Dilihat dari Kurikulum Tingkat Satu-
dalam pendidikan formal dan nonformal an Pedidikan (KTSP), materi sastra tentang
cerita rakyat ini diajarkan di kelas V semes-

Nilai Pendidikan Karakter Cerita Rakyat Suku Pasemah


5

ter satu. Adapun standar kompetensinya yaitu cerita: (1) Bujang Remalun; (2) Sang
(SK) adalah “Memahami penjelasan nara- Kancil, Siput, dan Lengkukup; (3) Si Miskin;
sumber dan cerita rakyat secara lisan” dan (4) Sang Beruk Besan dengan Kura-kura;
kompetensi dasarya (KD) adalah “Meng- (5) Pak Andir; (6) Sang Kancil dan Sang
identifikasi unsur cerita tentang cerita rak- Harimau; (7) Sang Piatu Berdua sama
yat yang didengarnya”. Nenek; (8) Elang Besan dengan Kura-kura;
Dari 12 cerita rakyat yang ditemukan dan (9) Janji Sang Kerbau. Kemudian, ada 3
dalam penelitian ini, ada 9 cerita yang rele- cerita rakyat yang tidak relevan, yaitu ce-
van sebagai materi pembelajaran dan se- rita yang berjudul: (1) Pak Beluk; (2) Sang
banyak 3 cerita yang tidak relevan. Cerita-
Piatu; dan (3) Sang Setue dan Sang Kancil.
cerita yang tidak relevan itu karena hanya
Keempat, dilihat dari kurikulum
memenuhi satu kriteria yang sudah diten-
2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan
tukan yaitu hanya mengandung nilai estetis
Pendidik- an (KTSP), hasil penelitian ini
saja, sehingga cerita ini hanya memberikan
dapat diim- plikasikan dalam
hiburan saja, tanpa memberikan unsur pen-
pembelajaran sastra, khu- susnya di Kelas
didikan di dalamnya. Padahal, suatu karya
V SD.
sastra yang baik sebagai materi pembelajar-
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
an itu paling tidak mengandung dua krite-
dimanfaatkan sebagai sarana untuk mem-
ria, yaitu menghibur dan juga mendidik.
perkaya khazanah pengetahuan tentang
Oleh karena itu, 3 cerita PB, SP, dan SSSK
kesastraan, khususnya sastra lisan. Kemu-
dinyatakan tidak relevan sebagai materi
dian, bagi guru, hasil penelitian ini dapat
pembelajaran sastra, dalam hal ini pembe-
dijadikan sebagai materi ajar dalam pem-
lajaran sastra di sekolah dasar.
belajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
lembaga-lembaga pendidikan terutama di
PENUTUP
SD.
Berdasarkan hasil penelitian dan pem-
bahasan yang telah dilakukan, dapat di-
UCAPAN TERIMA KASIH
ambil simpulan sebagai berikut.
Ucapan terima kasih disampaikan ke-
Pertama, cerita rakyat masyarakat
pada Prof. Darmiyati Zuchdi, Ed.D. selaku
Suku Pasemah Bengkulu terdiri atas dua
pembimbing. Bapak Inul Asri dan Bapak
jenis, yaitu dongeng dan legenda. Berda-
Marlan selaku validator ahli. Nursida,
sarkan jenis dan jumlah cerita yang dite- Yunah, Satidah, Darwan, dan Abran selaku
mukan, terdapat 11 dongeng dan 1 legen- narasumber, serta semua pihak yang telah
da. membantu dalam penelitian ini. Selain itu,
Kedua, nilai pendidikan karakter yang ucapan terima kasih juga saya sampaikan
ditemukan dalam cerita, antara lain: (1) re-
kepada Redaktur Jurnal Pendidikan
ligius; (2) tanggung jawab; (3) peduli sosial,
Karakter atas saran perbaikan yang
(4) disiplin; (5) rendah hati; (6) pemberani;
diberikan. Se- moga berbagai amal
(7) cerdik; (8) sabar; (9) patuh; (10), optimis;
kebaikan dari ber- bagai pihak tersebut
(11) kerja keras; (12) ikhlas menerima keka-
mendapat pahala dari Allah SWT.
lahan; dan (13) menepati janji.
Ketiga, berdasarkan 12 cerita rakyat
DAFTAR PUSTAKA
yang ditemukan, ada 9 cerita yang relevan
Agung, Leo. 2011. “Character Education In-
sebagai materi pembelajaran sastra di SD,
tegration in Social Studies Learning”.

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun VI, Nomor 1, April


5

International Journal of History Educa- Peraturan Pemerintah RI. Nomor 57 Tahun


tion, Th. XII, No.2, Dec., hlm. 392-403. 2014, tentang Pengembangan, Pembina-
an, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra,
Barone, Diane M. 2011. Children’s Literature
Serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indo-
inthe Classroom Engaging Lifelong Read-
nesia.
er,s. New York: The Guilford Press.
Rosyiidah, Afiifah A. 2013. “Pendidikan Ka-
Danandjaja, James. 1994. Folklor Indonesia. rakter pada Classic Fairy Tales”.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Jurnal Pendidikan Karakter, Th.III,
No.3, Ok- tober, hlm.250-265.
Lickona, Thomas. 2013. Education for Cha-
racter: Mendidik untuk Membentuk Ka- Sugirin. 2011. “Character Education for the
rakter (Terjemahan Juma Abdu Wa- Efl Student-teachers”. Cakrawala Pen-
maungo). New York: Catherine Ga-
didikan, Th.XXX Edisi Khusus Dies
fell. Natalis UNY, hlm.15-27.

Munaris. 2011. “Pemanfaatan Buku Kecil- Wibowo, Agus. 2013. Pendidikan Karakter
Kecil Punya Karya sebagai Bahan Pem- Berbasis Satra: Internalisasi Nilai-Nilai
belajaran Sastra untuk Pengembang- Karakter melalui Pengajaran Sastra.
an Karakter”. Jurnal Pendidikan Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Karak- ter, Th.I, No.1, Oktober, hlm.
87-109. Widiyono, Yuli. 2013. “Nilai Pendidikan
Karakter Tembang Campursari Karya
Muslich, Masnur. 2013. Pendidikan Karakter:
Manthous”. Jurnal Pendidikan Karakter.
Menjawab Tantangan Krisis Multidi-
Th.III, No.2, Juni, hlm. 231-239.
mensional. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wiyani, Novan A. 2013. Membumikan Pen-
Nurgiyantoro, Burhan. 2011. “Wayang dan
didikan Karakter di SD: Konsep, dan
Pengembangan Karakter Bangsa”. Jur- Strategi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
nal Pendidikan Karakter, Th.I, No.1,
Oktober, hlm.18-34. Zuchdi, Darmiyati, dkk. 2013. Model Pen-
didikan Karakter: Terintegrasi dalam
Nurgiyantoro, Burhan. 2013a. Teori Peng- Pembelajaran dan Pengembangan Kultur
kajian Fiksi. Yogyakarta: Gadja Mada Sekolah. Yogyakarta: CV. Multi Pre-
University Press. sindo MP.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013b. Sastra Anak:


Pengantar Pemahaman Dunia Anak.
Yog- yakarta: Gadja Mada University
Press.

Nilai Pendidikan Karakter Cerita Rakyat Suku Pasemah

Anda mungkin juga menyukai