Anda di halaman 1dari 18

PELESTARIAN CERITA RAKYAT DI KABUPATEN BIREUEN DAN ACEH UTARA

SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Masithah Mahsa1, Trisfayani2, Syahriandi3, Munifatul Zahara4, dan Amna5


1,2,3,4,5Universitas Malikussaleh

Email: 1masithahmahsa@unimal.ac.id, 2trisfayani@unimal.ac.id, 3syahriandi@unimal.ac.id,


4munifatul.170740014@mhs.unimal.ac.id, 5amna.170740042@mhs.unimal.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeksripsikan cerita rakyat di Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara
serta nilai-nilai karakter yang terkandung dalam cerita rakyat tersebut. Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh: (1) semakin punahnya cerita rakyat di Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara;
(2) adanya perbedaan versi cerita rakyat di Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara; serta (3)
banyaknya nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat di Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara.
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah
cerita rakyat dan nilai-nilai karakter yang terkandung dalam cerita rakyat tersebut. Sumber data
dalam penelitian ini adalah dokumentasi terkait cerita rakyat dan wawancara dengan masyarakat di
Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat dua
puluh cerita rakyat, delapan cerita rakyat berasal dari Kabupaten Bireuen dan dua belas cerita
rakyat berasal dari Kabupaten Aceh Utara. Secara keseluruhan cerita rakyat tersebut mengandung
nilai-nilai karakter nilai religius, tolong menolong, peduli sosial, kerja keras, jujur, berani, adil,
amanah dan bertanggung jawab.

Kata Kunci: cerita rakyat, Bireuen, Aceh Utara, nilai-nilai karakter.

Abstract

This study aims to describe the folklore in Bireuen and North Aceh regencies and the character
values contained in the folklore. This study is based on: (1) the extinction folklore in Bireuen and
North Aceh regencies; (2) there are different versions of folklore in Bireuen and North Aceh
regencies; and (3) the many values in folklore in Bireuen and North Aceh districts. The type of this
study is descriptive qualitative research. The data in this study are folklore and character values
in the folklore. Sources of data in this study are documentation related to folklore and interviews
with local peoples in Bireuen and North Aceh regencies. Based on the results of the study, it was
found that there were twenty folk tales, eight folk tales from Bireuen regency and twelve folk tales
from North Aceh regency. Overall, the character values in folklore such as religious, mutual help,
social care, hard work, honesty, courage, fairness, trusty and responsibility.

Keywords: folklore, Bireuen, North Aceh, character values.

PENDAHULUAN Sudjiman (2006:67) menyebutkan cerita rakyat


Cerita rakyat tersebar di seluruh wilayah merupakan kisah yang beredar secara lisan di
Indonesia. Di setiap provinsi, bahkan di masyarakat yang tidak terikat oleh ruang dan
kabupaten daerah memiliki cerita rakyatnya waktu baik berupa kisah khayalan maupun kisah
masing-masing. Jika dihitung, tentu jumlah cerita yang benar-benar terjadi.
rakyat di Indonesia sangat banyak. Endraswara Provinsi Aceh, khususnya Kabupaten
(2013:1) menyebutkan bahwa cerita rakyat Bireuen dan Aceh Utara memiliki beragam cerita
merupakan sebagian kebudayaan yang rakyat. Safriandi (2022) menemukan bahwa
diwariskan secara turun temurun. Pelestarian cerita rakyat yang terdapat di Kabupaten Aceh
cerita rakyat ini dianggap mampu menggali dan Utara berjumlah sepuluh. Namun, dari ketiga
menghidupkan kembali kearifan lokal. Hal jenis cerita rakyat hanya legenda saja yang
tersebut sejalan dengan Danandjaya (2007:23) ditemukan di Kabupaten Aceh Utara. Tidak
menyebutkan bahwa cerita rakyat merupakan hanya itu, penelitian sebelumnya juga pernah
kebudayaan yang diwariskan turun temurun dilakukan oleh Sopyan Sauri & Purlilaiceu
secara lisan, seperti mite, legenda, dan dongeng. (2019) yang menyimpulkan bahwa pelestarian

© FIP Universitas Trunojoyo Madura


105
Volume 7 No. 2 METALINGUA
Oktober 2022 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

cerita rakyat di Kabupaten Pandeglang perlu sembilan pilar dalam pendidikan karakter, yaitu:
dilakukan karena dapat menginventarisasi cerita (1) cinta tuhan serta mencintai alam dan isinya;
rakyat di Kabupaten tersebut serta sebagai bahan (2) tanggung jawab, kedisiplinan, dan
pembelajaran apresiasi sastra di semua jenjang kemandirian; (3) kejujuran; (4) menghormati dan
pendidikan baik SD, SMP, SMA, bahkan santun; (5) kasih saying, setia, dan kepedulian;
perguruan tinggi. (6) percaya diri, kreatif, pentang menyerah; (7)
Berdasarkan beberapa temuan di atas, keadilan dan kepemimpinan; (8) baik dan rendah
dapat dikatakan bahwa pelestarian cerita rakyat hati; (9) toleransi, cinta damai dan persatuan.
di kabupaten daerah merupakan hal yang penting Nilai-nilai tersebut termuat dalam cerita-cerita
dilakukan untuk mengeksplorasi, mengumpulkan, rakyat yang ada di Indonesia, khususnya cerita
serta menginventarisasi kebudayaan di daerah rakyat di Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara.
tersebut agar tidak mengalami kepunahan. Cerita Ada beberapa penelitian terkait nilai yang
rakyat Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara terkandung dalam cerita rakyat di Provinsi Aceh,
memiliki ciri khasnya masing-masing. Bahkan, yakni sebagai berikut. Pertama, penelitian yang
karena terlalu banyak cerita tersebut memiliki dilakukan oleh Nurfitri SA (2018) dengan judul
versi yang berbeda-beda walaupun inti ceritanya “Analisis Nilai Karakter dalam Kumpulan Cerita
tetap sama. Hal tersebutlah yang menarik peneliti Rakyat Aceh Bernuansa Damai” yang
untuk melakukan penelitian ini. menyimpulkan bahwa terdapat empat nilai
Nilai pada dasarnya merupakan acuan karakter dalam kumpulan cerita rakyat Aceh
atau pedoman manusia dalam bertutur dan bernuansa damai yakni: (1) nilai karakter dalam
bertingkah laku. Nurhaliza (2021) menyatakan hubungannya dengan tuhan yang meliputi
bahwa nilai pada kenyataannya berhubungan pikiran, perkataan, dan tindakan; (2) nilai
dengan benar atau salah, apa yang perlu karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
dilakukan dan ditinggalkan atas sebab-sebab meliputi jujur, bertanggung jawab, disiplin, kerja
tertentu yang mengakibatkan timbulnya keras, percaya diri, berjiwa usaha, berpikir logis,
pengadilan dari masyarakat mengenai tindakan kritis, kreatif, inovatif, mandiri, ingin tahu dan
yang telah dilakukan oleh seorang individu. Nilai cinta ilmu; (3) nilai karakter yang hubungannya
selalu berhubungan dengan kebaikan, kebijakan, dengan sesama meliputi sadar akan hak dan
dan peluruhan budi yang menjadi sesuatu yang kewajiban diri dan orang lain, menghargai karya
dihargai, dijunjung tinggi, serta dikejar seseorang dan prestasi orang lain, santun, dan demokratis;
sehingga ia merasakan adanya suatu kepuasan (4) nilai kebangsaan yang meliputi nasionalis dan
dan merasa menjadi manusia sebenarnya (Dhien, menghargai keberagaman. Kedua, penelitian
2022). Sementara karakter merupakan perilaku Muhammad Aidil Akbar, Radhiah, dan Safriandi
maupun watak yang ada dalam diri manusia. (2021) dengan judul “Analisis Pesan Moral
Sejalan dengan itu, Nurgiyantoro (2002:165) dalam Legenda Mon Seuribee di Gampong
menyebutkan karakter merupakan pelaku cerita Parang IX Kecamatan Matangkuli Kabupaten
dan perwatakan. Karakter merupakan pondasi Aceh Utara” menemukan bahwa ada tiga jenis
utama dalam menjalankan sebuah kehidupan, wujud pesan moral yang terkandung dalam
baik dalam bersosial, politik, budaya, agama dan legenda Mon Seuribee yakni: (1) hubungan
lain sebagainya (Waningyun dan Aqilah, 2022). manusia dan tuhannya dalam wujud beriman dan
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa berdoa; (2) hubungan manusia dan dirinya sendiri
nilai-nilai karakter merupakan prinsip-prinsip dalam wujud kejujuran, bertanggung jawab,
serta tujuan-tujuan yang dipakai, diterima, dan kemandirian, kerendahan hati; (3) hubungan
melekat dalam diri individu yang mengatur hal- manusia dan manusia lain dalam wujud
hal baik dalam kehidupan. kekeluargaan, kerukunan, tolong menolong,
Menurut Depdiknas (2011) ada delapan menghargai dan menghormati.
belas nilai-nilai pendidikan karakter yaitu: Berdasarkan latar belakang di atas, maka
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, tujuan penelitian ini adalah mendesripsikan cerita
kreatif, mandiri, demokratis, ingin tahu, semangat rakyat yang ada di Kabupaten Bireuen dan Aceh
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, Utara serta menggali nilai-nilai karakter yang ada
bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli pada cerita tersebut sehingga dapat digunakan
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. sebagai sarana pembentukan karakter bagi anak
Sejalan dengan itu, Iswahuningtyas dalam serta menghidupkan kembali kearifan lokal yang
Himawan (2021) menuturkan bahwa ada ada di Indonesia.

UTM JOURNALS E-ISSN 2528-6684, ISSN 2528-4371


106
PELESTARIAN CERITA RAKYAT DI KABUPATEN BIREUEN DAN ACEH UTARA SEBAGAI
SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL

METODE A. Cerita Rakyat di Kabupaten Bireuen


Penelitian ini dilakukan di dua 1. Paya Nie
kabupaten, yaitu kabupaten Bireuen dan Paya Nie bercerita tentang sebuah rawa
kabupaten Aceh Utara pada Juli sampai Oktober yang terletak di desa Kulu Kuta. Dulunya di rawa
2022. Pendekatan yang dilakukan dalam tersebut bukanlah rawa melainkan sebuah rumah
penelitian ini adalah pendekatan deskriptif sederhana yang ditinggali oleh seorang ibu yang
kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, bernama Cut Nie dan seorang putri yang bernama
2017:4) mendefinisikan bahwa metode kualitatif Putroe Nie. Ketika Putroe Nie tersebut sudah
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan beranjak dewasa, Cut Nie akan melangsungkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan pernikahan anaknya. Tempo satu minggu
dan orang-orang serta perilaku yang dapat menjelang pernikahan Putroe Nie, Cut Nie
diamati. Pendekatan ini dipilih karena data-data hendak menyebarkan undangan pada sanak
penelitian ini berupa cerita rakyat di Kabupaten keluarga yang berada di desa sebrang. Pada hari
Bireuen dan Aceh Utara. Data dalam penelitian yang cerah tersebut, Cut Nie menjemur padi
ini adalah cerita rakyat di Kabupaten Bireuen dan untuk pesta pernikahan anaknya nanti. Tinggallah
Aceh Utara. Sumber data dalam penelitian ini Putroe Nie seorang di rumah karena ibunya telah
adalah masyarakat dan dokumentasi terkait cerita berangkat menyebarkan undangan. Sebelum Cut
rakyat di Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara. Nie berangkat, ia berpesan pada anaknya “kamu
Teknik pengumpulan data dalam jangan kemana-mana, di rumah saja. Jangan
penelitian ini terdiri atas dua, yaitu studi pustaka menginjakkan kaki selangkah pun keluar rumah”
dan wawancara. Studi pustaka dilakukan untuk pesan Cut Nie pada anaknya. “Baik, Ibu” jawab
mengumpulkan data dari buku maupun jurnal- Putroe Nie. Setelah berpesan seperti itu, Cut Nie
jurnal yang relevan dengan penelitian. Sementara pun berangkat.
itu, teknik wawancara digunakan untuk Tidak lama setelah Cut Nie pergi,
mengumpulkan data dari masyarakat pemilik datanglah ayam-ayam yang mendekati padi yang
cerita rakyat tersebut, yakni tokoh masyarakat sedang dijemur oleh Cut Nie. Melihat ayam-
maupun masyarakat itu sendiri. Tidak hanya itu, ayam yang sedang mematuk padi, Putroe Nie dari
wawancara juga dilakukan kepada orang tua yang dalam rumah mencoba mengusir ayam tersebut
memiliki anak dengan rentang usia 7-17 tahun, dengan melempar kayu bakar yang berada di
karena pada usia tersebut adalah usia yang tepat dapur. Namun, bukan hanya ayam saja yang
dalam penanaman nilai-nilai karakter. datang, setelahnya juga datang burung-burung
dan itik hingga tidak ada lagi benda yang bisa
HASIL DAN PEMBAHASAN dilemparkan, karena kehabisan akal Putro Nie
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan keluar rumah untuk mengusir hewan-hewan
bahwa terdapat dua puluh cerita rakyat yang tersebut. Bersamaan dengan kaki Putroe Nie yang
berasal dari Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara. menyentuh tanah, suara petir pun terdengar
Cerita rakyat di Kabupaten Bireuen berjumlah sangat keras. Langit langsung terlihat gelap,
delapan cerita, yakni (1) Paya Nie; (2) Pocut di angin kencang bertiupan, lalu hujan deras pun
tanjong; (3) Mesjid jin; (4) Teungku Chik Awe turun hanya di kawasan rumah Putroe Nie
Geutah; (5) Batee raya; (6) Gle kapai; (7) Batee sehingga menenggelamkan semua benda yang
sembahyang; dan (8) Sulo bayoeng. Sedangkan, berada ditempat tersebut, termasuk juga Putroe
cerita rakyat di Kabupaten Aceh Utara berjumlah Nie menghilang dalam air yang telah menjadi
dua belas cerita, yaitu (1) Jugi tapa; (2) Abeuk rawa. Tidak lama setelah kejadian itu
leungkap; (3) Mon seuribee; (4) Trien pantang; berlangsung, Cut Nie pun tiba dirumahnya dan
(5) Jeurat manyang; (6) Lung masyik; (7) 99 melihat rumah dan seisinya telah menjadi sebuah
Syuhada; (8) Baleum Bilie; (9) Guci Tuha Ajaib; rawa. Cut Nie berusaha mencari putrinya sampai
(10) Rimeung mancang dan rimeung kumbang; akhirnya dia pun ikut tenggelam. Atas kejadian
(11) Raja Bakoi; dan (12) Paya terbang. Berikut tersebut, nama tempat itu dikenal dengan sebutan
ini akan dijabarkan cerita rakyat di Kabupaten “Paya Nie”, kata “Paya” berarti “Rawa” dan Nie
Bireuen dan Aceh Utara serta nilai-nilai yang diambil dari nama Putroe Nie. Sekarang Paya Nie
terkandung dalam cerita tersebut. tersebut telah dijadikan tempat mata pencaharian
uang oleh masyarakat setempat dan sempat
dijadikan tempat wisata di Kecamatan Kutablang.
Nilai yang bisa diambil dari cerita tersebut adalah

E-ISSN 2528-6684, ISSN 2528-4371 UTM JOURNALS


107
Volume 7 No. 2 METALINGUA
Oktober 2022 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

jangan pernah melanggar perintah orang tua, jujur, putrinya yang taat agama, putrinya yang
karena sesuatu yang telah diperintahkan adalah sangat ia cintai. Semua telah terjadi, penyesalan
untuk kebaikan diri kita. Perintah dari orang tua raja tidak ada artinya lagi. Setelah beberapa hari
merupakan amanah yang harus dijaga dan Pocut dikuburkan tercium bau harum yang
dipertanggungjawabkan. berasal dari makam Pocut. Wangi harum tersebut
2. Pocut di Tanjong tercium di seluruh wilayah kerajaan. Masyarakat
Pada zaman dahulu, di sebuah desa kagum akan keshalihan yang dimiliki oleh Pocut.
bernama Namploh Blang Garang hiduplah Dari dulu hingga sekarang banyak sekali orang-
sebuah keluarga kerajaan. Raja tersebut dikenal orang yang berziarah ditempat tersebut.
sangat alim dan memiliki seorang putri yang Dari cerita di atas terlihat bagaimana
dikenal dengan nama Pocut. Pocut dan ayahnya keikhlasan Pocut menerima keputusan ayahnya
tinggal disebuah kerajaan bersama dengan untuk menghukum dirinya. Pocut merupakan
keluarga dan saudara-saudaranya. Pocut dikenal orang yang sangat religius. Hal tersebut terlihat
sebagai putri yang alim. Dia tidak pernah keluar dari ketaatannya dalam beribadah serta
rumah, Pocut menghabiskan waktunya hanya di kejujurannya dalam bertutur. Di samping itu,
dalam kamar dan melakukan ibadah. Pocut bahkan tidak pernah keluar rumah untuk
Suatu hari, Pocut terkena penyakit seperti menjaga kehormatannya. Dalam cerita ini juga
kanker hingga membuat perutnya membesar terlihat bagaimana keadilan seorang raja terhadap
seperti orang hamil. Namun, pada saat itu belum rakyatnya walaupun itu anaknya sendiri.
ada alat untuk memeriksa penyakit dalam tubuh. 3. Masjid Jin
Tersebarlah rumor bahwa Pocut telah hamil Masjid jin terletak di desa Lueng Angen
diluar nikah, hingga membuat masyarakat murka Kecamatan Samalanga. Masjid ini didesain oleh
akan kejadian ini. Datanglah warga berbondong- T. Syekh Abdul Jalil yang baru saja pulang dari
bondong menuju kerajaan dan meminta keadilan Makkah. Beliau adalah ulama yang memiliki dari
untuk menegakkan hukum, meski hukuman itu kaum jin. Pada masa itu, di gampong Lueng
dijatuhkan pada keluarga kerajaan sekalipun. Angen tidak memiliki sebuah masjid. Warga
Pocut telah bersumpah bahwa dia tidak pernah yang hendak pergi ke masjid harus menempuh
berbuat zina dan tidak pernah keluar rumah. Dia jarak yang jauh. Beliau diminta oleh masyarakat
selalu beribadah di dalam kamarnya. Dia tidak untuk membangun sebuah masjid di desa Lueng
mengetahui mengapa perutnya membesar. Meski Angen. Permintaan masyarakat disetujui oleh T.
Pocut telah bersumpah dihadapan semua orang, Syekh Abdul Jalil. Setelah itu, beliau berpikir
masyarakat tetap meminta pada raja untuk untuk mendesain sebuah masjid yang unik yang
menghukum cambuk putrinya. Setelah berpikir belum pernah ada pada masa itu, karena melihat
panjang, akhirnya raja mengambil keputusan dan gurunya kebingungan, ketua dari kelompok jin
mengatakan bahwa “untuk membuktikan mengajak T. Syekh Abdul Jalil untuk memasuki
kebenarannya, saya akan membelah perut Pocut alamnya. Dibawalah T. Syekh Abdul Jalil ke
di hadapan kalian semua”. Mendengar hal itu, alam jin, di sana beliau melihat beberapa bentuk
Pocut merasa sedih dan kecewa karena ayahnya masjid dan menggambarkannya pada secarik
sendiri tidak mempercayai dirinya walau dia kertas hingga beliau memutuskan untuk
sudah bersumpah dengan menyebut nama Allah. mendesain masjid dengan bentuk demikian.
Namun, Pocut juga mengerti bahwa ayahnya Kembalinya beliau dari alam jin, beliau
adalah seorang Raja yang harus mendengarkan segera menemui masyarakat dan memperlihatkan
rakyatnya agar berlaku adil. desainnya pada masyarakat. Masyarakat sangat
Tibalah dihari Pocut akan dihukum. setuju dengan masjid yang akan dibangun
Seluruh masyarakat berbondong-bondong tersebut karena bentuk masjid yang diperlihatkan
mendatangi kerajaan untuk menyaksikan belum pernah ada di masa itu. T. Syekh Abdul
hukuman atas Pocut yang telah hamil diluar Jalil bersama masyarakat bergotong royong
nikah. Setelah semua masyarakat berkumpul, membangun masjid tersebut, Konon katanya, di
maka dibelahlah perut Pocut. Betapa terkejutnya masjid tersebut T. Syekh Abdul Jalil mengajari
orang-orang disana, setelah perut Pocut dibelah umat manusia dan bangsa jin. Bangsa jin duduk
bukan bayi yang ditemukan melainkan nanah tepat di sebelah umat manusia. Tidak ada yang
penyakit yang menjijikkan. Melihat hal itu raja dapat melihat bangsa jin tersebut selain T. Syekh
sangat terpukul dan menyesal karena telah Abdul Jalil. Setelah T. Syekh Abdul Jalil
membunuh putrinya sendiri yang selalu berkata meninggal, bangsa Jin tersebut pun menghilang.

UTM JOURNALS E-ISSN 2528-6684, ISSN 2528-4371


108
PELESTARIAN CERITA RAKYAT DI KABUPATEN BIREUEN DAN ACEH UTARA SEBAGAI
SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Nilai religius tergambar jelas dalam buah kurma tidak dijual dimana pun selain di
cerita tersebut. Hal ini dibuktikan dari ketaatan T. Arab. Dibawa pulanglah kurma-kurma itu ke
Syekh Abdul Jalil yang rajin beribadah. Bahkan Aceh oleh pemuda tersebut. Dengan cara yang
muridnya tidak hanya berasal dari bangsa sama Tgk Chik Awe Geutah membawa kembali
manusia, tetapi juga bangsa jin. Selain itu, nilai pemuda tersebut ke Aceh. Setibanya di Aceh,
peduli sosial juga digambarkan T. Syekh Abdul pemuda tersebut hendak pulang ke rumah.
Jalil karena bersedia mendesain masjid di Diperjalanan pulang, ia bertemu dengan salah
kampung tersebut. Terakhir, nilai kerja keras seorang warga. Orang tersebut bertanya pada
yang dibuktikan dari semangat gotong royong pemuda tersebut kenapa dia tidak salat Jumat hari
masyarakat dalam membangun masjid tersebut. ini. “Kemana kamu? kenapa tidak salat Jumat
4. Teungku Chik Awe Geutah hari ini?” tanya orang tersebut. “Aku salat Jumat
Tgk Chik Awe Geutah bernama asli di Arab hari ini” jawab pemuda itu. “Kenapa
Syekh Abdurrahim Bawarith Al-Asyi anak dari disana? kapan kamu perginya dan kenapa cepat
Syekh Jamaluddin Al-Bawaris. Dahulu, beliau sekali sampai disini lagi?” tanya orang tersebut.
ingin membangun sebuah dayah. Tempat yang “Dibawa oleh Tgk Chik Syekh Awe Geutah.
akan dibangun dayah tersebut merupakan hutan Lihatlah, ini oleh-oleh dari sana” jawab pemuda
yang penuh dengan rotan. Rotan dalam bahasa itu meyakinkan. Semenjak hari itu, barulah
Aceh adalah awe. Tgk Chik Awe menebang orang-orang mengetahui bahwa Tgk Chik Awe
pohon tersebut, seketika pohon rotan yang tidak Geutah salat Jumat di Arab selama ini.
memiliki getah pada saat itu mengeluarkan getah Konon katanya, sebelum Tgk Chik Awe
dan memancarkan cahaya. Maka, di lokasi Geutah meninggal. Beliau pernah berpesan
tersebut dibangunlah sebuah dayah dan Syekh bahwa ketika beliau meninggal nanti, letakkan
Abdurrahim Bawarith Al-Asyi dijuluki dengan tiga benda ke dalam kain kafannya yaitu cincin,
nama Teungku Chik Awe Geutah. Suatu hari, Al-Quran, dan pedang. Cincin sebagai amanah
Tgk Chik Awe Geutah mengajak masyarakat untuk harta yang beliau tinggalkan tidak pernah
untuk membangun sebuah masjid. Setelah masjid habis, Al-Quran agar keturunan beliau menjadi
dibangun, banyak jamaah yang salat disana. orang yang alim, dan pedang agar kaum kafir
Namun, setiap hari Jumat Tgk Chik Awe Geutah tidak dapat memasuki wilayah Aceh. Namun,
tidak pernah terlihat hadir di masjid untuk amanah tersebut tidak dijalankan sepenuhnya,
melakukan salat Jumat hingga beredar kabar hanya cincin yang dapat diletakkan di dalam
bahwa Tgk Chik Awe Geutah tidak pernah salat kafan beliau.
Jumat. Mendengar hal buruk tentangnya, pada Cerita lainnya adalah pada masa itu tidak
hari Jumat Tgk Chik Awe Geutah mengajak ada sumur terdekat untuk para orang yang
seorang pemuda untuk ikut beliau menunaikan berkhalud. Pada malam itu pula, Tgk Chik Awe
salat Jumat di Arab. “Kamu mau ikut dengan Geutah berdoa kepada Allah. Tiba-tiba dalam
saya ke Arab?” tanya Tgk Chik Awe Geutah. semalam atas izin Allah muncul sebuah sumur di
“Bagaimana kita bisa pergi kesana, sedangkan lokasi tempat orang-orang berkhalud, sehingga
uang pun tidak punya” jawab pemuda tersebut. memudahkan bagi orang khalud untuk berwudhu,
“Saya tanya, Anda mau ikut?” tanya kembali bersuci, dan lainnya.
oleh Tgk Chik Awe Geutah. “Saya ikut Abu” Nilai religius tergambar jelas dalam
bergegas pemuda itu langsung menjawab. “Jika cerita di atas. Hal ini bisa dilihat dari tokoh Tgk
kamu mau ikut, pegang baju saya, tutup mata Chik Awe Geutah yang selalu taat kepada Allah.
jangan dibuka sebelum saya memerintahkan Tidak hanya itu, beliau juga peduli terhadap
untuk buka mata” perintah Tgk Chik Awe lingkungannya dengan berdoa agar ada sumur di
Geutah. “Baik, Abu” jawab pemuda itu. lokasi tempat orang berkhalud. Nilai kejujuran
Sesampainya di Arab, Tgk Chik Awe dan keberanian juga digambarkan tokoh warga
Geutah memerintahkan pemuda tersebut untuk yang mengatakan bahwa dia salat Jumat di
membuka matanya. Betapa terkejutnya dia Masjidil Haram ketika ditanya warga lainnya.
melihat dirinya sudah berada di Arab. Tgk Chik Dia tidak takut dikatakan berbohong oleh warga.
Awe Geutah dan pemuda tersebut pun salat 5. Batee Raya
Jumat berjamaah di Masjidil Haram. Sesudah Dahulu kala, di sebuah desa yang
selesai salat, Tgk Chik Awe Geutah mengajak bernama Batee Raya memiliki sebuah batu besar.
pemuda tersebut untuk membeli oleh-oleh dari Konon katanya, batu besar tersebut bisa terbuka
Arab untuk dibawa pulang ke Aceh. Dahulu, dan berisi peralatan makan untuk acara kenduri.

E-ISSN 2528-6684, ISSN 2528-4371 UTM JOURNALS


109
Volume 7 No. 2 METALINGUA
Oktober 2022 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Setiap orang yang berkenduri mendatangi batu menunggu anaknya pulang. Suatu hari datanglah
tersebut untuk meminjam peralatan makan itu sebuah kapal yang megah ke desa tempat tinggal
dengan syarat peralatan tersebut harus ibu tersebut. Orang-orang beramai-ramai
dikembalikan dan jangan ada yang tertukar. melihatnya. Sang Ibu mendengar kabar bahwa
Suatu hari, seorang warga membuat acara anaknya juga ada di dalam kapal tersebut. Betapa
kenduri pesta anaknya. Ia pergi mendatangi batu senangnya ibu tersebut mengetahui anaknya akan
besar itu dan meminta izin untuk meminjam pulang. Untuk menyambut kepulangan anaknya,
peralatan kenduri di batu besar itu. Batu besar disiapkannya nasi yang dibungkus (istilah aceh
tersebut terbuka dan mengeluarkan peralatan bu kulah) dengan lauknya telur bebek dan sambal
kenduri seperti piring, gelas, sendok, mangkuk, kesukaan anaknya. Ternyata memang benar
dan sebagainya. Diambilah semua peralatan bahwa anaknya berada di kapal tersebut. Dengan
tersebut untuk melaksanakan acara pesta gembira dan penuh rindu, ibu tersebut
anaknya. menghampiri anaknya. Namun, sangat
Dalam kenduri tersebut, orang-orang disayangkan bahwa anaknya tidak mengakui ibu
sibuk dengan tugasnya masing-masing. Ada yang tersebut sebagai ibunya karena terlihat kotor dan
bertugas memasak, merajang-rajang, menerima miskin. Dia malu terhadap konsdsi ibunya.
tamu, dan ada juga yang bertugas mencuci piring. Sang ibu sedih dan kecewa, anak yang
Pada saat piring dicuci, ada beberapa piring yang disayang dan ditunggu untuk pulang malah tidak
pecah lalu dibuang. Ketika semua tamu sudah mengakuinya. Tiba-tiba terjadi angin kencang,
pulang, para warga melakukan bersih-bersih di akibat angin tersebut kapal terangkat dan
rumah kenduri. Mereka menghitung peralatan menghempas pemuda tersebut. Lalu, tiba-tiba
kenduri yang diambil dari batu besar, tetapi ada kapal tersebut menjadi sebuah bukit yang
beberapa piring yang hilang. sekarang dikenal dengan sebutan Glee Kapai.
Keesokan harinya, piring yang diambil Nasi yang dibawa oleh ibunya pun berubah
dari batu besar akan dikembalikan. Piring yang menjadi Glee Bu Kulah, dan telur bebek yang
sudah pecah lalu dibuang digantikan dengan dibawa dikenal dengan sebutan Glee Boh Manok.
piring baru yang serupa oleh orang yang Cerita tersebut memiliki kemiripan
berkenduri tersebut. Setelah semuanya dengan cerita Malin kundang, tentang seorang
dimasukkan kembali ke dalam batu besar itu, anak yang durhaka kepada ibunya. Sebagai anak,
maka tertutuplah batu besar itu dan tidak pernah tentu kita harus mematuhi, menyayangi dan
terbuka lagi sampai sekarang. Hal tersebut terjadi menghormati orang tua kita. Jangan membuat
karena syarat dari batu besar itu telah dilanggar. orang tua sakit hati, terlebih ibu karena dia yang
Pesan yang bisa diambil dari cerita ini adalah melahirkan kita. Alam pun murka jika kita
jangan melanggar aturan yang telah ditetapkan. melakukannya. Jangan pula sombong ketika
Bertanggung jawablah terhadap apa yang sudah menjadi kaya, selalu ingat bahwa apa yang
diamanahkan kepada kita agar tidak merugikan kita miliki adalah kepunyaan Allah yang kapan
orang lain. Selain itu, terdapat nilai tolong saja bisa diambilNya.
menolong yang terlihat dari kerja sama para 7. Batee Sembahyang
warga dalam membantu kegiatan kenduri. Di desa Alue Unoe Kecamatan Juli
6. Gle Kapai terdapat satu batu yang dikenal dengan batu
Pada zaman dahulu, di desa Matang sembahyang. Menurut cerita yang beredar di
hiduplah seorang pemuda bersama ibunya. masyarakat, batu tersebut adalah seorang
Pemuda tersebut tumbuh sebagai pemuda yang perempuan yang sedang salat. Konon, ada sebuah
penurut dan sangat menyayanginya ibunya. keluarga yang damai. Sampai pada suatu hari,
Ibunya pun sangat memanjakannya. Seiring keluarga tersebut diganggu oleh komplotan
berjalan waktu, ibunya semakin tua dan tidak musuh. Akhirnya, demi menyelamatkan diri
dapat bekerja seperti sebelumnya. Saat pemuda mereka kabur dan berpencar untuk mengecoh
itu dewasa, dia memohon untuk merantau agar para musuh tersebut. Perempuan terus berlari dan
dapat merubah nasibnya dan ibunya. Ibu pemuda berdoa agar para musuh tidak menemukannya.
tersebut mengizinkan anaknya untuk merantau Saat itu, perempuan tersebut sudah merasa lelah.
dan berdoa untuk kesuksesan anaknya. Dia pun beristirahat dan melaksanakan salat.
Selama di perantauan, pemuda tersebut Selesai salat, dia meminta perlindungan dari
tidak pernah memberi kabar. Padahal ibunya Allah agar terhindar dari para musuh.
selalu menantikan kabar anaknya dan bahkan

UTM JOURNALS E-ISSN 2528-6684, ISSN 2528-4371


110
PELESTARIAN CERITA RAKYAT DI KABUPATEN BIREUEN DAN ACEH UTARA SEBAGAI
SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Pada saat melarikan diri, beliau bingung Langsung diambilnya kayu tersebut dan
ingin bersembunyi di mana. Akhirnya beliau diletakkan di mesjid Cot Bada. Sekarang mesjid
meminta sama Allah untuk dijadikan batu agar tersebut terkenal keramat karena terdapat kayu
selamat dari kejaran para musuh. “Ya Allah, keramat berasal dari Arab. Nilai yang terkandung
tolonglah hamba dari kejaran orang-orang jahat dalam cerita ini adalah nilai religius. Hal ini
itu. Hamba sudah lelah berlari ya Allah, ubahlah dibuktikan dari sikap pemuda tersebut yang
hamba menjadi batu agar mereka tidak lagi bertanya kepada para ustaz terkait mimpinya.
mengejar hamba ya Allah” pinta wanita itu pada
Allah. Tidak lama setelah itu, orang-orang jahat B. Cerita Rakyat di Kabupaten Aceh Utara
itu melihat keberadaan wanita itu. Ternyata doa 1. Jugi Tapa
wanita itu dijabah oleh Allah. Beliau berubah Pada zaman dahulu di suatu desa
menjadi batu dengan bentuk seperti orang salat, hiduplah seorang guru dan murid. Sang guru
karena bentuknya seperti orang salat maka batu bernama Teungku Drien dan muridnya bernama
tersebut dinamakan Batee sembahyang. Suatu Leubee Muda. Suatu hari, sang guru meminta
hari setelah merasa aman, suami dari perempuan muridnya untuk mengantarkan sebuah kitab
tersebut mencari istrinya. Sudah beberapa tempat kepada Teungku Jambo yang berada di desa lain.
yang didatangi, tetapi tetap dia tidak menemukan Gurunya berpesan agar Leubee Muda jangan
istrinya. Dia terus berusaha mencari istrinya membuka dan membaca kitab tersebut. Namun,
berharap istrinya selamat dari kejaran musuh. karena rasa penasarannya Leubee muda
Sampai beliau meninggal beliau tidak membuka kitab itu dan mempelajarinya. Teungku
menemukan keberadaan istrinya. Dari cerita ini Drien pun sangat marah karena mengetahui
terlihat bagaimana kereligiusan wanita tersebut. muridnya membuka kitab tersebut. Namun,
Dia tidak henti-hentinya berdoa kepada Allah. karena rasa sayangnya yang besar terhadap
Bahkan, dalam situasi terdesak sekali pun, dia muridnya, beliau pun memaafkannya. Hari
tetap menjalankan salatnya. berganti hari dan bulan berganti bulan, Leubee
8. Sulu Bayong Muda terus mempraktikkan isi dari kitab tersebut.
Di masjid desa Cot Bada, terdapat sebuah Dia pun semakin angkuh, dia merasa mampu
kayu yang bertuliskan kaligrafi. Konon katanya mengalahkan gurunya. Dia pun menantang
kayu tersebut adalah kayu keramat yang berasal gurunya untuk mengadu ilmu. Mereka pun saling
dari Arab. Orang yang menemukan kayu tersebut berubah wujud menjadi ular, naga, pohon, air,
termasuk orang yang berilmu. Beliau memiliki dan sebagainya. Rupanya, isi kitab tersebut
seorang guru dari Arab. Pada suatu malam beliau adalah mantra-mantra untuk mengubah dari
bermimpi bertemu dengan gurunya. Isi dari manusia menjadi benda maupun hewan yang
mimpi tersebut yaitu “Pulanglah kamu ke Aceh, dikehendaki. Karena ilmu yang dimiliki Teungku
kamu ambil kayu yang saya hanyutkan di laut Drien jauh lebih kuat, maka Leubee Muda pun
merah, sekarang sudah sampai di laut Jangka” menyerah dan melarikan diri ke Kabupaten Bener
perintah gurunya. “Kayu apa guru?” tanya murid Meriah. Dia pun digelar ‘Jugi Tapa” yang berarti
tersebut. “Kayu ini adalah kayu keramat, ada jahat dan tidak baik karena kedurhakaannya
tulisan kaligrafi pada kayu tersebut.” kata sang kepada gurunya.
guru. “Baik, guru” jawab si murid. Setelah Setibanya di Kabupaten Bener Meriah,
menerima pesan tersebut, murid itu terbangun Jugi mendirikan istana dengan kekuatan mantra
dari mimpinya. Dia sempat berpikir apakah ajaibnya. Di istana tersebut Jugi tinggal bersama
mimpi tersebut nyata atau hanya bunga tidur. Ni Kubayan. Ni Kubayan yang mengurus segala
Untuk memastikannya, dia bertanya pada para keperluan Jugi. Ada sembilan puluh delapan
ustaz yang paham akan arti mimpi tersebut. Saran wanita-wanita cantik di dalam istana tersebut.
dari para ustaz yaitu agar si murid langsung saja Wanita-wanita itu didapatkan Jugi dengan
ke laut Jangka untuk memastikan apakah benar mencuri istri-istri raja dari kerajaan lain. Tidak
ada kayu yang bertuliskan kaligrafi hanyut di laut hanya itu, Jugi juga menyimpan nyawanya pada
Jangka. Mendengar saran tersebut, sang murid seekor burung murai yang terletak di atas pohon
langsung bersiap-siap untuk ke laut Jangka. sibon-bon di tengah rawa-rawa. Rawa-rawa
Sesampainya disana, dia melihat cahaya dari tersebut diisi berbagai macam binatang berbisa
tengah laut. Bersama awak kapal dia mendekati yang dibuat oleh Jugi Tapa melalui mantranya.
cahaya tersebut. Benar saja, ternyata itu adalah Jugi Tapa juga meminta seorang lelaki tua untuk
kayu yang dikatakan gurunya dalam mimpi. menjaga burung tersebut agar tidak dimangsa

E-ISSN 2528-6684, ISSN 2528-4371 UTM JOURNALS


111
Volume 7 No. 2 METALINGUA
Oktober 2022 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

binatang lain maupun diburu oleh manusia, merugikan diri sendiri, seperti Jugi Tapa yang
karena jika burung tersebut mati, maka ia pun sombong dan angkuh berbuat sesuka hatinya
akan mati. Menurut kitab sakti tersebut, ada bahkan melawan guru yang telah mendidiknya.
beberapa hal yang harus dilakukan oleh Jugi Ingatlah selalu jasa orang yang baik kepada kita.
Tapa untuk menyempurnakan kesaktiannya, Di samping itu, nilai keberanian dan kerja keras
diantaranya Jugi Tapa harus beristrikan 100 juga diperlihatkan tokoh Amat Banta yang
wanita. Jugi Tapa harus mencari dua wanita lagi dengan gigih mencari keberadaan ibunya serta
untuk dijadikan istri. Dia pun mulai melakukan bersusah payah pergi ke tengah rawa untuk
penerawangan terkait wanita mana yang bisa membunuh burung murai yang menyimpan
dijadikannya istri. Sampai pada satu malam, dia nyawa Jugi Tapa.
mendapat penglihatan Putri Bungsu, yaitu 2. Abeuk Leuengkap
seorang istri dari kerajaan di Kuala Diwa. Dia Dahulu kala, di Kecamatan Matangkuli
pun bergegas kesana dan memantrai putri hiduplah seorang pemuda bernama Husein.
tersebut agar menurut perintahnya untuk Husein memelihara sebuah kerbau jantan. Setiap
dijadikan istri. Raja yang mengetahui istrinya pagi pemuda tersebut menggembalakan
dibawa Jugi Tapa, kemudian menyusulnya ke kerbaunya untuk mencari rumput. Sorenya beliau
istana Jugi yaitu di Blang Laka. Jugi yang menggiring kerbaunya ke dalam kandang. Pada
mengetahui bahwa ia diikuti oleh raja tersebut, satu waktu, ketika pemuda tersebut ingin
kemudian mengubah raja dan pasukannya membawa kembali kerbaunya ke dalam kandang,
menjadi pohon besar. Inilah kenapa di daerah kerbau tersebut hilang. Beliau pun bergegas
tersebut dinamakan Kecamatan Sawang. Sawang mencari, bertanya kesana-kemari hingga satu
artinya ‘sawak’ yang dalam bahasa Indonesia Kecamatan Matangkuli ditelusurinya, tetapi
diartikan ‘menyangkut’, maksudnya adalah raja kerbau tersebut tidak dapat ditemukan. Tibalah
yang menyangkut di pohon besar tersebut. beliau di salah satu desa bernama Peurelak.
Selanjutnya, Amat Banta yaitu anak raja Kemudian beliau bertanya pada salah seorang
tersebut yang mendengar kondisi ayahnya dan warga di sana, “Ada nampak kerbau saya tidak?”
pasukan kerajaan yang berubah menjadi pohon tanya Husein. “Oh, Ada di sana! Ke arah abeuk
besar pun marah. Dia pun segera menuju istana leuengkap” (sambil menunjuk ke arah kubangan)
Jugi Tapa untuk membunuhnya. Sesampainya di sahut warga tersebut. Kemudian, pergilah beliau
sana, dia pun bertemu dengan ibunya. Amat ke arah abeuk leuengkap. Saat itu sudah hampir
Banta menyampaikan maksudnya untuk maghrib. Sesampainya di sana, Husein tidak
membunuh Jugi Tapa. Namun, ibunya melarang melihat kerbaunya. Husein pun menyusuri
karena sangat berbahaya. Ibunya kemudian kubangan tersebut pelan-pelan, tidak lama
mencari cara bagaimana membunuh Jugi Tapa berselang tampaklah ekor kerbau muncul di atas
tanpa sepengetahuannya. Putri Bungsu pun permukaan. Dalam hati dia bergumam “Ini
bertanya kepada Jugi Tapa apa rahasianya dia seperti kerbauku” kata Husein. Benar saja ketika
bisa sekuat ini, sehingga sulit untuk mati. Karena diperiksa ternyata itu memang kerbau Husein.
kecintaannya terhadap Putri Bungsu, dia pun Kerbau tersebut tenggelam karena ditutupi oleh
menceritakan rahasianya bahwa selama ini dia ikan lele. Melihat hal tersebut, seketika Husein
menyimpan nyawanya di seekor burung murai. marah karena kerbau kesayangannya telah mati.
Setelah mendapatkan rahasia tersebut, Putri Dia pun mengucapkan sumpah “Siapapun
Bungsu kemudian memberitahu Amat Banta. keturunanku dari pihak laki-laki yang memakan
Amat Banta pun bergegas menuju rawa untuk kalian akan buta selamanya” ucap Husein.
mencari burung murai di atas pohon sibon-bon di Hingga saat ini, tidak satupun keturunan laki-laki
tengah rawa. Setelah mengalahkan lelaki tua Husein yang berani memakan ikan lele, karena
penjaga burung murai serta binatang-binatang takut melanggar sumpah yang telah diucapkan.
berbisa di sekitarnya, Amat Banta segera Pesan moral yang bisa diambil dari cerita
membunuh burung murai tersebut. Bersamaan ini adalah jangan terlalu berlebihan mencintai
dengan terbunuhnya burung murai, Jugi Tapa pun makhluk Allah. Contohnya Husein yang sangat
ikut terbunuh. menyayangi kerbaunya, bahkan ketika kerbaunya
Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita hilang dia sangat terpukul hingga mengucapkan
di atas adalah jangan pernah melanggar apa yang sumpah yang berdampak pada seluruh
telah diamanahkan kepada kita. Selain itu, jangan keturunannya.
bertindak melampaui batas karena akan

UTM JOURNALS E-ISSN 2528-6684, ISSN 2528-4371


112
PELESTARIAN CERITA RAKYAT DI KABUPATEN BIREUEN DAN ACEH UTARA SEBAGAI
SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL

3. Mon Seuribee tidak ditemukan. Tiba-tiba di tengah perjalanan


Pada zaman dahulu, ada sembilan beliau melihat sekerumunan orang. Kemudian,
pengembara yang berasal dari Arab, Turki, dan beliau mendekati kerumunan tersebut “ada apa
India datang ke daerah Blang Lubuk Kecamatan ini ramai-ramai?” tanya Teungku Batee Puteh
Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara. Dari kepada salah satu warga di sana. “Oh ada
kesembilan pengembara tersebut, hanya dua sayembara” sahut warga. “Sayembara apa?”
orang yang menetap di sana yaitu Teungku Batee lanjut Teungku Batee Puteh. “Oh ini raja dari
Puteh dan adiknya. Setelah cukup lama tinggal di kerajaan padang bulan mengadakan sayembara,
desa tersebut, Teungku Batee Puteh pun barang siapa yang dapat menyembuhkan anaknya
membuka ladang dan menanam banyak sayuran apabila dia laki-laki maka akan dijadikan
dan buah-buahan. Seperti biasanya, saat musim menantu dan apabila dia perempuan maka akan
panen tiba Teungku Batee Puteh pun menuju dijadikan anak angkat” kata warga. Mendengar
ladangnya. Sesampainya di ladang, beliau kaget hal tersebut, terbesitlah keinginan dari Teungku
karena seluruh tanamannya rusak padahal di sana Batee Puteh untuk mengikuti sayembara itu.
tidak ada hewan liar. Hal tersebut juga terjadi Dalam hatinya, biarlah dia mengikuti sayembara
pada musim-musim panen berikutnya. Ini tentu tersebut untuk menyembuhkan putri sang raja
membuat Teungku Batee Puteh kesal. Kemudian, sambil mencari mata tombak emas adiknya.
pada satu malam dia pun menuju ladang untuk Datanglah beliau ke kerajaan padang bulan,
mencari tahu apa yang membuat dia selalu gagal kemudian bertemulah dia dengan sang raja yaitu
panen. Ternyata setelah diselidiki gajahlah Raja Lipah. “Apa tujuan kamu kesini?” kata raja
penyebab tanamannya rusak. Dia pun bergegas Lipah. “Maaf tuan, tujuan saya datang ke sini
pulang ke rumah untuk mengambil alat mengusir saya melihat sayembara yang ada di sana
gajah tersebut. Teungku Batee Puteh bahwasanya tuan sedang mencari seseorang yang
menceritakan hal tersebut kepada adiknya, bisa menyembuhkan putri tuan” balas Teungku
“Abang sudah tahu apa yang merusak tanaman Batee Puteh. “Oh iya saya memang mengadakan
kita” kata Teungku Batee Puteh. “Apa bang?” sayembara tersebut, apakah kamu yakin bisa
sahut adiknya. “Gajah, gajah telah merusak menyembuhkan putri saya?” jawab Raja Lipah.
sayuran dan buah-buahan di ladang kita. Untuk “Insha Allah atas izin Allah saya bisa, tetapi saya
itu, pinjamkan abang alat untuk mengusir gajah harus melihat dulu apa keluhan sang putri” balas
tersebut” balas Teungku Batee Puteh. “Ini ambil Teungku Batee Puteh.
tombak kesayanganku bang, usir gajah itu dengan Sesaat kemudian, raja memerintahkan
tombak emas ini” kata adiknya. “Baik, terima sang putri untuk keluar dari kamarnya dan
kasih adikku” balas Teungku Batee Puteh. menemui Teungku Batee Puteh. Teungku Batee
Teungku Batee Puteh pun kembali ke Puteh kaget, beliau tanpa sengaja langsung
ladang dengan membawa tombak emas tersebut. melihat ke paha sang putri yang terluka seperti
Pelan-pelan dia melangkah, kemudian bekas tusukan benda tajam. Setelah beliau amati
menancapkan tombak tersebut ke paha gajah. lebih jelas, beliau berkata kepada sang raja,
Gajah tersebut kaget kemudian lari. Saat gajah “Ampun tuanku, saya tidak bisa mengobati sang
tersebut lari, ternyata tombaknya patah yang putri” kata Teungku Batee Puteh. “Loh kenapa,
tersisa hanya gagang tombaknya saja. Sedangkan, katanya kamu bisa” balas Raja Lipah. “Ya maaf
mata tombaknya masih menancap di paha si tuanku, berhubung sang putri bukan muhrim saya
gajah. Gagang tombak tersebut pun dibawa tidak bisa mengobati beliau. Saya harus
pulang Teungku Batee Puteh dan diserahkan dinikahkan dengan sang putri agar saya bisa
kepada adiknya. “Ini tombak kamu sudah patah” mengobatinya” balas Teungku Batee Puteh.
kata Teungku Batee Puteh. “Aduh, itu tombak “Baiklah, kalau memang begitu saya nikahkan
kesayangan saya apapun caranya mata tombak itu kamu dengan putri saya” sahut Raja Lipah.
harus abang temukan” sahut adiknya. “Baiklah Keesokan harinya, pernikahan Teungku Batee
kalau memang begitu besok saya akan cari mata Puteh pun digelar dengan mahar seratus kali
tombak ini, karena saya sudah sangat lelah dan pengucapan surat Al-Ikhlas.
ingin istirahat” kata Teungku Batee Puteh. Pada malam setelah pernikahan, Teungku
Keesokan harinya Teungku Batee Puteh Batee Puteh mulai mengobati istrinya yang dalam
kembali menyusuri ladang di tempat dia keadaan tidur. Tanpa sepengetahuan sang putri,
menombak gajah tersebut. Disusurinya jalanan beliau mencabut mata tombak yang ada di paha si
bekas kaki gajah tersebut, tetapi gajah tersebut putri. “Oh ini ujung tombak yang saya cari” kata

E-ISSN 2528-6684, ISSN 2528-4371 UTM JOURNALS


113
Volume 7 No. 2 METALINGUA
Oktober 2022 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Teungku Batee Puteh dalam hati. Setelah harus meninggalkan istri dan anaknya, serta
diselidiki, ternyata masyarakat kerajaan Padang khawatir karena meninggalkan anaknya dengan
Bulan memiliki kelebihan yaitu barang siapa kawanan gajah. Sesampainya di rumah, dia pun
yang keluar dari kerajaan ini, mereka akan bercerita kepada adiknya tentang apa yang sudah
menjelma menjadi gajah. Mata tombak tersebut dia alami selama ini. Sementara itu, istrinya,
dimasukkan Teungku Batee Puteh ke dalam tas anaknya, serta rombongan gajah berusaha terus
anyaman bambunya. Keesokan harinya sang putri keliling kampung untuk mencari keberadaan
sudah sembuh. Teungku Batee Puteh pun berkata Teungku Batee Puteh.
pada sang raja “anak tuan sudah saya sembuhkan. Beberapa tahun kemudian pada musim
Alhamdulillah tidak ada luka fatal” ucap panen, tanaman warga kembali rusak. Mereka
Teungku Batee Puteh. “Alhamdulillah” jawab pun bertanya pada Teungku Batee Puteh “Apa
Raja Lipah. Bulan berganti bulan setelah yang harus kita lakukan, gajah sudah merusak
pernikahan tersebut, Teungku Batee Puteh pun tanaman kita. Apa kita bunuh saja gajah-gajah
rindu kepada adiknya dan kampung halamannya. itu?” kata warga. Rupanya para warga telah
Kemudian, dia bertanya pada istrinya “Saya mengetahui bahwa gajah telah merusak tanaman
rencana mau balik kampung apa kamu mau mereka. “Beri aku waktu malam untuk berpikir
ikut?” kata Teungku Batee Puteh. “Baik, saya apa yang harus kita lakukan pada gajah-gajah itu”
ikut, saya kan sudah jadi istri kamu sekarang” balas Teungku Batee Puteh. Pada malamnya,
jawab putri. “Baik, kalau begitu besok kita siap- Teungku Batee Puteh bermimpi dia harus
siap kemasi baju dan minta izin sama ayah untuk membuat 1000 sumur untuk menyelesaikan
berangkat ke kampung saya” balas Teungku masalah ini. Keesokan harinya, Teungku Batee
Batee Puteh. Puteh meminta warga untuk menggali 1000
Keesokan harinya Teungku Batee Puteh sumur dari Parang Sikureng sampai Tanah Pasir
menemui raja. “Sebelumnya saya minta maaf agar gajah-gajah tersebut tidak merusak tanaman
raja, bolehkah saya membawa Putri ke kampung warga lagi. Warga pun mengiyakan saran dari
saya? Sudah lama saya tidak pulang kampung, Teungku Batee Puteh dan mulai bergotong-
tuan” kata Teungku Batee Puteh. “Oh begitu, royong menggali 1000 sumur. Penggalian sumur
boleh. Untuk berjaga-jaga bawalah beberapa tersebut memakan waktu hampir 3 tahun
prajurit agar tidak terjadi sesuatu yang tidak lamanya.
diinginkan. Apalagi, putri sedang hamil” balas Setelah 1000 sumur itu jadi, sumur-
raja. “Baik, terima kasih Tuan” sahut Teungku sumur tersebut ditutupi dedaunan agar gajah
Batee Puteh. “Oh iya, nanti ketika pulang jangan tidak melihatnya. Sumur itu dibuat sebagai
pernah kamu istirahat di bambu terlarang itu. jebakan untuk gajah-gajah tersebut. Kemudian,
Pokoknya jangan pernah beristirahat di sana” masyarakat menggiring gajah-gajah itu untuk
kata Raja Lipah. “Baik Tuan, kami berangkat masuk ke dalam sumur tersebut. Satu persatu
dulu” jawab Teungku Batee Puteh. sumur tersebut dilihat oleh Teungku Batee Puteh,
Dalam perjalanan, Putri merasa pusing ternyata dia menemukan satu sumur berisi gajah
dan kelelahan seakan-akan ingin pingsan. dan anak laki-laki. Dalam hatinya “Oh, inilah
“Kenapa dik, kamu lelah?” kata Teungku Batee istri dan anakku” ucap Teungku Batee Puteh.
Puteh. “Iya, saya pusing dan sangat Lelah” jawab Beliau pun bergegas mencari batang pohon agar
Putri. “Baik, kita istirahat dulu di pohon bambu dia bisa turun dan membawa anak laki-lakinya ke
sana” kata Teungku Batee Puteh. Mereka pun atas. Setelah dia mengambil anaknya, dia
beristirahat di pohon bambu tersebut, karena membawa anak tersebut pulang ke rumah.
terlalu lelah Teungku Batee Puteh tidak ingat lagi Beberapa bulan berlalu, Teungku Batee
pesan raja untuk tidak beristirahat di pohon Puteh berniat membawa lari anaknya dari desa
bambu tersebut. Semua tertidur dengan lelapnya. tersebut. Kemudian, di tengah perjalanan dia
Tiba-tiba Teungku Batee Puteh terbangun, dia menemukan sayembara dari kerajaan Kutaraja.
merasa ada yang bergerak-gerak di pahanya. Bahwasanya, kerajaan tersebut ingin mencari raja
Betapa kagetnya Teungku Batee Puteh bahwa dia baru. Syaratnya, barang siapa yang berhasil
dikelilingi kerumunan gajah dan di pahanya ada menundukkan seekor gajah putih yang ada di
seorang anak kecil. situ, dia akan menjadi raja baru di kerajaan
Teungku Batee Puteh pun pergi Kutaraja. Munculah keinginan Teungku Batee
meninggalkan istri dan rombongan gajah tersebut Puteh mengikuti sayembara tersebut. Beliau pun
dengan perasaan yang campur aduk. Sedih karena melakukan perjalanan menuju Kutaraja. Sampai

UTM JOURNALS E-ISSN 2528-6684, ISSN 2528-4371


114
PELESTARIAN CERITA RAKYAT DI KABUPATEN BIREUEN DAN ACEH UTARA SEBAGAI
SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL

di daerah Tanah Pasir, dia merasa ada yang kelelahan dan merasa pusing. Pada saat itu,
mengikuti. Kemudian pas dilihat ke belakang Teungku Batee Puteh melihat bambu kemudian
ternyata gajah Putri mengejar mereka. Ketika mengajak sang Putri dan rombongan untuk
beliau dan anaknya ingin naik perahu, sang gajah beristirahat di sana. Karena terlalu lelah, mereka
berteriak “Teungku, jangan tinggalkan aku” kata semua pun tertidur hingga pulas. Tiba-tiba, ada
gajah Putri. “Siapa itu ayah?” jawab anak sesuatu yang bergerak-gerak di paha Teungku
Teungku Batee Puteh. “Itu ibumu, Nak. Pergilah Batee Puteh. Dia pun terbangun dari tidurnya dan
temui ibumu” sahut Teungku Batee Puteh. melihat ada seorang anak bayi berada di pahanya.
Kemudian anaknya pun berlari mendekati gajah Betapa kagetnya dia, ketika sang Putri dan
Putri. Gajah putri pun memeluk anak tersebut rombongan prajurit berubah jadi gajah. Itulah
dengan belalainya sambil menangis. Ketika mengapa dikatakan ‘trien pantang’, karena jika
Teungku Batee Puteh mendekati istrinya, dia berada di sana pasti sesuatu terjadi. Saat ini,
melihat bahwa gajah tersebut sudah tidak warga desa ‘trien pantang’ selalu mengadakan
bergerak. Ternyata gajah tersebut sudah mati. kenduri setahun sekali di ‘trien pantang’ tersebut.
Kemudian, dipanggilnya warga di sana untuk Mereka berdoa agar desanya selalu aman dan
dimintai tolong menguburkan gajah Putri tadi. tentram. Masing-masing dari penduduk
Gajah tersebut dibawa kembali ke salah satu membawa perbekalannya untuk dimakan
sumur dari 1000 sumur yang telah dibuat tadi dan bersama-sama di pekarangan bambu tersebut.
dikuburkan di sana. Dari cerita di atas dapat dilihat
Nilai yang terkandung dari cerita di atas bagaimana kereligiusan Teungku Batee Puteh
yaitu nilai religius. Hal tersebut terlihat saat yang sangat menghormati orang tuanya dengan
Teungku Batee Puteh yang tidak ingin mengobati meminta izin kepada ayahnya terlebih dulu
putri Raja Lipah jika belum dinikahkan, karena sebelum membawa istrinya pulang ke kampung
luka pada sang putri berada di pahanya. halaman, Namun, di sisi lain hal ini bertolak
Selanjutnya nilai kerja keras dan saling belakang dengan apa yang Teungku Batee Puteh
membantu. Hal tersebut tergambar saat warga lakukan, seperti melanggar larangan untuk tidak
matangkuli secara bergotong-royong menggali tidur di pohon bambu terlarang. Pesan yang
1000 sumur yang digunakan sebagai perangkap disampaikan Raja, dilupakan begitu saja oleh
gajah serta mengangkat gajah putri yang sudah Teungku Batee Puteh karena beliau kelelahan.
mati ke dalam sumurnya. 5. Jeurat Manyang
4. Trien Pantang Legenda Jeurat Manyang pada dasarnya
Trien pantang merupakan salah satu memiliki hubungan dengan legenda Mon
nama desa di Kecamatan Lhoksukon. ‘Trien’ Seuribee. Dikisahkan pada zaman dahulu warga
artinya bambu dan ‘pantang’ artinya terlarang. desa Matangkuli kesal karena tanaman di
Dikisahkan, dahulu kala ada seorang Teungku ladangnya selalu rusak dan mereka gagal panen.
yang bernama Teungku Batee Puteh. Beliau Suatu ketika, mereka mencari tahu makhluk apa
menikahi putri dari Kerajaan Padang Bulan. yang menyebabkan itu semua. Betapa kagetnya
Bertahun-bertahun beliau menetap di kerajaan ketika mengetahui bahwa ternyata rombongan
sang putri, kemudian beliau pun rindu kampung gajahlah yang menyebabkan rusaknya tanaman
halamannya di Matangkuli. Beliau pun ingin mereka. Mereka pun meminta nasihat kepada
mengajak istrinya pulang ke kampung seorang Teungku yang bernama Teungku Batee
halamannya. Keesokan harinya, beliau meminta Puteh tentang apa yang harus dilakukan kepada
izin kepada sang raja untuk membawa sang putri gajah-gajah ini. Teungku Batee Puteh pun
pergi. Sang raja pun mengizinkan dengan syarat meminta waktu satu malam untuk berpikir apa
membawa beberapa prajurit untuk berjaga-jaga yang harus dilakukan.
agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Keesokan harinya Teungku Batee Puteh
Terlebih lagi, pada saat itu kondisi sang putri meminta masyarakat desa untuk menggali 1000
sedang hamil. Selain itu, raja juga berpesan sumur sebagai perangkap gajah-gajah tersebut.
jangan pernah berhenti maupun beristirahat di Mereka pun menuruti nasihat Teungku Batee
pohon bambu terlarang atau ‘trien pantang’. Puteh dengan menggali 1000 sumur, karena
Keesokan harinya, Teungku Batee Puteh, jumlah sumur yang terlalu banyak penggalian
Putri dan beberapa prajurit berangkat menuju tersebut memakan waktu hampir 3 tahun.
kampung Matangkuli. Sudah hampir beberapa Lokasinya pun tersebar dari Kecamatan
hari mereka di perjalanan, sang putri pun Matangkuli hingga Tanah Luas. Setelah sumur-

E-ISSN 2528-6684, ISSN 2528-4371 UTM JOURNALS


115
Volume 7 No. 2 METALINGUA
Oktober 2022 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

sumur tersebut selesai digali, masyarakat desa terakhirnya. Sang nenek dimakamkan di dekat
diminta untuk menutupi sumur-sumur tersebut telaga tersebut. Wasiat sang nenek pun
dengan daun-daun kering, kemudian menggiring disampaikan warga tersebut ke warga sekitar.
gajah-gajah tersebut ke dalam sumur-sumur Suatu ketika, ada salah satu warga yang ingin
tersebut. Sesampainya di sana, gajah-gajah itu mengadakan hajatan. Namun, peralatan masak
jatuh ke dalam lubang tersebut. dan peralatan makan untuk hajatannya tersebut
Gajah-gajah yang telah terperosok itu tidak memadai. Beliau pun segera pergi ke
berusaha untuk keluar, tetapi mereka tetap tidak samping telaga dan berdoa di depan telaga agar
bisa keluar. Pada akhirnya mereka mati di dalam dipinjamkan peralatan untuk kenduri. Beberapa
sumur tersebut. Bangkai-bangkai gajah tersebut menit setelah dia berdoa, peralatan tersebut
pun diangkat, ditumpuk dan dikumpulkan muncul di samping telaga. Satu hal yang menarik
menjadi satu kemudian ditutup dengan tanah. adalah semua peralatan tersebut berasal dari
Tanah itu sangat tinggi karena tumpukan gajah emas. Setelah hajatannya selesai, beliau pun
tersebut. Setelah beberapa waktu, di atas tanah mengembalikan peralatan tersebut ke samping
tersebut muncul sarang rayap yang sangat besar. telaga.
Itulah kenapa tempat itu dikatakan ‘Jeurat Bulan berikutnya, salah seorang warga
Manyang’. dari kampung sebelah ingin melakukan hajatan.
Cerita jeurat manyang, trien pantang, Dia pun berdoa di samping telaga untuk
dan mon seuribee memiliki keterkaitan satu sama meminjam peralatan masak dan peralatan makan
lain. Tentunya nilai yang terkandung dalam cerita tersebut. Namun, ketika hajatannya selesai dia
hampir sama. Dalam cerita ‘jeurat mayang’ ada tidak mengembalikan peralatan tersebut.
nilai kerja keras yang tergambar dari warga yang Seminggu kemudian, ada warga lainnya yang
bergotong-royong untuk memindahkan gajah- ingin melakukan hajatan kemudian berdoa di
gajah yang telah mati di mon seuribee ke jeurat samping telaga, tetapi peralatan masak dan
manyang. peralatan makan tersebut tidak muncul. Ternyata
6. Lung masyik ketika dicari tahu ada salah satu warga yang tidak
Dahulu kala, di desa Matangkuli mengembalikan peralatan tersebut secara
hiduplah seorang nenek tua. Beliau hidup lengkap.
sebatang kara. Anak dan cucunya tidak pernah Cerita Lung Masyik memiliki kemiripan
menjenguknya. Tidak ada satupun warga di sana dengan cerita Paya Nie. Sama-sama bercerita
yang tahu keberadaan keluarga nenek tersebut. tentang suatu tempat yang dapat meminjamkan
Beliau tinggal di samping sebuah telaga yang peralatan kenduri kepada siapa pun yang
tidak terlalu besar. Setiap harinya, dimulai dari memintanya. Nilai-nilai yang terkandung dalam
mandi, menyuci, hingga memasak semua beliau cerita ini adalah peduli sosial dan mandiri. Nilai
lakukan di samping telaga tersebut. Telaga itu peduli sosial terlihat ketika salah seorang warga
bentuknya sangat aneh, berliku-liku seperti ular melihat nenek yang sedang sakit kemudian
sedang bergerak. Hanya sang nenek sajalah yang membawanya langsung ke bidan desa.
menggunakan telaga tersebut. Nenek itu terkenal Sementara, nilai mandiri tergambar oleh sosok
ramah di desanya. Dia selalu menyapa warga nenek yang sudah renta tetapi mampu melakukan
sekitar ketika berpapasan maupun tidak sengaja semuanya sendiri, mulai dari memasak, mencuci,
lewat di depan rumahnya. serta mencukupi kebutuhannya sendiri.
Suatu ketika, sang nenek sakit keras. 7. 99 Syuhada
Warga desa sudah membawanya ke bidan Sultan Malikussaleh merupakan Sultan
kampung, tetapi beliau tidak kunjung sembuh. pertama di kerajaan Samudra Pasai. Sultan
Nenek seperti sudah punya firasat bahwa dia Malikussaleh memiliki banyak pengikut yang
akan pergi, kemudian dia pun berpesan kepada setia, diantaranya adalah 99 syuhada yang gugur
salah satu warga desa di sana “Seandainya saya dalam medan perang. Pada suatu masa terjadi
meninggal, kalau mau mengadakan kenduri, tidak peperangan yang hebat dalam melawan orang
usah pinjam di meunasah. Ambil di sini saja. kafir. Awalnya mereka kekurangan jumlah dalam
Namun, syaratnya minta izin kepada telaga ini bertarung, tetapi karena kegigihan dan
dan ketika selesai digunakan barang yang pertolongan dari Allah mereka berhasil melawan
dipinjam dikembalikan lagi, jangan ditukar” kata orang kafir yang jumlahnya mencapai ribuan.
nenek. “Baik, nek” balas warga. Tidak lama Konon katanya, walaupun mereka
berselang nenek pun menghembuskan nafas berhasil menaklukkan para kafir tersebut ada juga

UTM JOURNALS E-ISSN 2528-6684, ISSN 2528-4371


116
PELESTARIAN CERITA RAKYAT DI KABUPATEN BIREUEN DAN ACEH UTARA SEBAGAI
SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL

beberapa pasukan dari mereka yang gugur dalam kedua temannya tidak berani untuk menolongnya
peperangan itu. Mereka yang gugur tersebut karena tahu itu ulah baleum billie. Sesaat
berjumlah 99 orang yang kemudian dinamakan kemudian anak itu sudah tidak terlihat lagi.
dengan 99 syuhada. Dikatakan syuhada karena Kedua temannya langsung panik dan pulang
mereka dianggap mati syahid dalam peperangan menuju rumah masing-masing. Mereka tidak
demi melawan para kafir untuk mempertahankan berani mengatakan kejadian ini pada orang tua
kerajaan Samudra Pasai. Untuk mengenang mereka dan orang tua temannya karena takut
perjuangan mereka dalam membela dan akan dimarahi. Waktu terus berjalan, hari
mempertahankan kerajaan, Sultan Malikussaleh semakin gelap. Orang tua anak tersebut sangat
memberi perintah agar memakamkan 99 syuhada khawatir karena anaknya tidak kunjung pulang
ini dalam satu tempat di pinggir laut yang dari tadi pagi saat minta izin bermain dengan
berbentuk seperti pulau kecil. Anehnya, temannya. Bergegaslah orang tua anak tersebut
walaupun jarak pulau tempat 99 syuhada ini menuju ke rumah anak yang lain. Sesampainya di
dimakamkan 100 meter dengan daratan, pulau itu sana, mereka pun menceritakan kejadian yang
tidak pernah hilang meski terus disapu oleh menimpa temannya itu. Selanjutnya orang tua
ombak. Makam 99 syuhada ini terdapat di tersebut melapor kepada kepala desa dan
Geudong kabupaten Aceh Utara. dikumpulkanlah warga untuk mencari anak
Nilai yang terkandung dari cerita 99 tersebut. Hingga pukul 23.00 anak tersebut tidak
syuhada adalah nilai religius. Nilai ini tergambar kunjung ditemukan. Orang tua anak itu terus
melalui kesembilan puluh sembilan syuhada yang berdoa sepanjang malam agar anaknya segera
melakukan perang terhadap musuh yang ditemukan.
berjumlah ribuan. Tanpa keyakinan dan Keesokan harinya, semua warga
keimanan mereka terhadap Allah tentu mereka berkumpul dan melanjutkan kembali pencarian
tidak akan berani melawan musuh dengan jumlah anak tersebut. Sesampainya di tepi sungai, salah
yang begitu banyak. seorang warga melihat ada sesosok yang sedang
8. Baleum Bilie berbaring di seberang sungai. Mereka pun
Pada suatu hari, di desa Bukit Padang bergegas menuju ke seberang sungai tersebut.
terlihat tiga orang anak laki-laki yang sedang asik Benar saja, itu adalah anak yang hilang yang
bermain di sawah. Setelah kelelahan bermain, selama ini dicari. Anak tersebut telah meninggal,
salah satu dari mereka mengajak yang lain untuk warna tubuhnya sangat pucat berwarna putih
mandi di sungai tepat pada siang hari, tetapi ada berbeda dari jasad manusia pada umumnya,
yang tidak setuju karena takut diambil baluem darahnya seolah dihisap oleh baleum bilie. Warga
bilie. Di desa tersebut ada larangan tidak boleh segera membawa pulang jasad anak tersebut ke
mandi di sungai pada siang hari. Namun, karena rumah. Warga disana mempercayai bahwa di
dua dari mereka bersikeras untuk pergi akhirnya sungai tersebut ada baluem bilie yang merupakan
ketiganya pun pergi ke sungai dengan syarat akan jin penguasa sungai. Dia dapat merubah
pulang sebelum jam 12. Berangkatlah mereka bentuknya menjadi apa saja. Sampai saat ini, di
dari sawah menuju sungai. Sesampainya di sana siang hari tidak ada orang yang berani mandi di
mereka langsung lompat ke dalam sungai sambil sungai di desa tersebut. Cerita ini memberi nilai
bermain. Mereka sangat asyik berenang sambil moral bahwa jangan melanggar apa yang sudah
bermain di dalam air. Tanpa mereka sadari, menjadi aturan di desa tersebut, karena
waktu sudah menunjukkan pukul 12:15. Mereka dampaknya akan merugikan kita sendiri. Selain
masih asyik berenang dengan berbagai macam itu, nilai religius juga diperlihatkan oleh orang
gaya. Kemudian, salah satu dari mereka melihat tua si anak yang terus berdoa sepanjang malam
jam dan menyadari sudah pukul 12 lewat. Anak agar anaknya segera ditemukan. Terakhir, nilai
ini kemudian mengajak temannya untuk segera kerja keras dan saling membantu yang
naik karena sudah siang hari. diperlihatkan oleh warga ketika mencari anak
Dua dari mereka sudah berada di daratan. yang hilang tersebut.
Ketika menunggu satu orang lagi yang sedang 9. Guci Tuha Ajaib
berenang menuju ke tepi sungai, tiba-tiba air Sebuah guci kuno berwarna hitam
sungai itu mengalir deras tidak seperti kecoklatan yang terbuat dari batu ditemukan di
sebelumnya. Kemudian menggulung anak sebuah sungai yang berada di desa Krueng
tersebut dan membawanya ke tengah sungai. Matee, Kec. Seunuddon. Konon katanya, guci
Anak itu sontak berteriak meminta tolong, tetapi kuno ini merupakan peninggalan pada masa

E-ISSN 2528-6684, ISSN 2528-4371 UTM JOURNALS


117
Volume 7 No. 2 METALINGUA
Oktober 2022 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

perdagangan gujarat, Pasai, dan orang Malaka dalam sumur tersebut. Akan tetapi, tali tersebut
yang menuju ke Pegu, Bandar Martavan. Guci tidak dapat menyentuh dasar sumur. Sampai
kuno ini merupakan guci yang diperdagangkan sekarang sumur tersebut masih ada dan tidak ada
oleh orang Martavan yang masih ada sampai satu orang pun yang bisa mengukur kedalaman
sekarang karena guci tersebut terbuat dari batu sumur tersebut.
sehingga dapat bertahan lama dan ditemukan Rimueng Mancang berwarna loreng
masih utuh di dalam sungai Kreung Matee. sedangkan Rimueng Kumbang berwarna hitam.
Suatu hari, seorang warga Krueng Matee Harimau-harimau tersebut selalu setia kepada
hendak menuju ladangnya dan melewati sebuah Teungku Chik Paloh. Masyarakat mempercayai
sungai. Ketika dia berjalan ditepi sungai, terlihat bahwa harimau-harimau tersebut masih ada
sebuah guci yang berukuran lumayan besar di sampai sekarang dan masih setia kepada Teungku
dalam sungai. Orang tersebut mengajak para Chik Paloh. Walaupun Teungku Chik Paloh
warga untuk melihat guci itu dan mengambil sudah meninggal hariamu tersebut masih setia
gucinya untuk dibawa pulang. Sebelum dibawa menjaga makam beliau dari orang-orang yang
pulang ke rumah, warga melakukan upacara berniat jahat. Anehnya makam Teungku Chik
tepung tawar dan berdoa dahulu untuk berjaga- Paloh selalu bersih padahal tidak ada orang yang
jaga bahwa guci tersebut tidak dihuni oleh membersihkannya. Tidak semua orang bisa
makhluk halus seperti jin. Setelah upacara tepung melihat harimau-harimau tersebut, hanya orang-
tawar selesai, guci tersebut dibawa ke kantor orang tertentu yang bisa melihatnya. Jika terjadi
geuchik desa Krueng Matee. pencurian di wilayah tersebut maka harimau-
Setibanya di kantor geuchik, guci harimau itu akan menampakkan diri dengan mata
tersebut diisi dengan air laut yang diambil yang merah dan besar kepada pencuri tersebut.
langsung dari laut desa Krueng Matee. Sebuah Jika ada orang yang berniat jahat datang ke desa
keanehan terjadi, air laut yang asin menjadi tawar tersebut, maka akan dikejar oleh harimau-
setelah dimasukkan ke dalam guci ini. Hal ini harimau tersebut. Kebiasaan penduduk setempat
membuat warga terkejut dan tidak percaya, setiap hari Senin akan diadakan kenduri daging
dicoba lagi dengan air yang dilarutkan garam dan kambing. Daging itu juga nantinya akan di bawa
dimasukkan ke dalam guci tersebut. Setelah ke hutan untuk dihidangkan kepada harimau-
dimasukkan ke dalam guci itu, air yang asin harimau tersebut. Hidangan itu pun akan habis
tadipun menjadi tawar. Karena kejadian tersebut, dengan sendirinya padahal tidak terlihat siapa
masyarakat menamakan guci kuno ini dengan yang memakannya. Cerita di atas
sebutan “Guci Kuno Ajaib” atau warga disitu menggambarkan nilai kesetiaan yang besar dari
menyebut “Guci Tuha Ajaib”. Nilai yang harimau-harimau milik Teungku Chik Paloh.
terkandung dalam cerita di atas adalah nilai Walaupun, Teungku Chik Paloh sudah tidak ada,
religius. Hal ini terlihat dari upacara tepung tawar tetapi mereka masih menjaga desa tersebut dari
dan berdoa yang dilakukan warga sebelum bahaya yang mengancam.
membawa pulang guci tersebut ke desa Krueng 11. Raja Bakoi
Matee. Dulu ada seorang pelaut yang bernama
10. Rimueng Mancang dan Rimueng Kumbang Ahmad Permadala yang berasal dari kampung
Pada zaman dahulu ada seorang ulama Bakoi. Pada masa itu, kerajaan mengumumkan
yang berasal dari Yaman yang dikenal dengan sayembara siapa yang bisa memenangkan
Teungku Chik Paloh kemudian menetap di Aceh sayembara tersebut bisa menikah dengan Ratu.
dan mendirikan dayah tepatnya di desa Cot Akhirnya, Ahmad Permadala tertarik untuk
Tring. Dinamakan Teungku Chik Paloh karena mengikuti sayembara tersebut dan beliau
beliau tinggal di Paloh. Konon katanya Teungku memenangkannya. Ahmad Permadala pun
Chik Paloh memiliki dua harimau yang selalu menikah dengan seorang ratu. Ratu tersebut
mengawal beliau kemanapun beliau pergi. bernama Nahrisyah. Mereka dikaruniai seorang
Harimau itu dikenal dengan Rimueng Mancang putri yang memiliki paras yang cantik. Keluarga
dan Rimueng Kumbang. Konon katanya beliau kecil mereka hidup dengan penuh kebahagiaan.
juga membuat sumur yang terhubung langsung Pada suatu hari, Nahrisyah meninggal. Sebelum
dengan laut, akan tetapi anehnya air tersebut meninggal beliau menitipkan pesan kepada
sama sekali tidak asin. Pernah ada orang yang suaminya Raja Bakoi. Jika Raja Bakoi suatu
mengukur kedalaman sumur tersebut dengan cara waktu ingin menikah lagi, maka cincin yang
memasukkan tali sepanjang seratus meter ke ditinggal oleh Nahrisyah harus muat ditangan

UTM JOURNALS E-ISSN 2528-6684, ISSN 2528-4371


118
PELESTARIAN CERITA RAKYAT DI KABUPATEN BIREUEN DAN ACEH UTARA SEBAGAI
SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL

istrinya kelak. Jadi, pada suatu waktu Raja Bakoi “Hukum menikahi putri kandung adalah haram”
ingin menikah lagi, beliau mencari calon istri balas ulama. Setelah mendengar jawaban ulama,
yang sesuai dengan amanah alm. Ratu Nahrisyah. raja sangat marah dan mengancam akan
Namun, sudah beberapa calon yang dia temui, membunuh ulama, jika ulama tersebut masih
tidak ada yang muat untuk memakai cincin mengatakan haram untuk menikahi putrinya.
tersebut. “Saya tidak mau tahu, saya harus bisa menikahi
Suatu ketika anaknya mencoba cincin putri saya dan hukumnya harus halal” kata sang
peninggalan ibunya dan ditunjukkan pada raja pada ulama tersebut. “Tidak bisa, haram
ayahnya. Ternyata cincinnya muat dijari putrinya. hukumnya menikahi putri kandung” balas ulama.
Dengan sangat terkejut Raja Bakoi langsung Kemudian, raja menjadi sangat marah dan
menemui para ulama dan meminta pendapat membunuh ulama tersebut. Setelah itu, raja
bagaimana hukum menikah dengan anak mencari ulama lain dan jawabannya tetap sama,
kandung sendiri. Para ulama pun bingung karena tetap haram menikahi anak kandung. Sampai 99
tidak ada hukum untuk menikah dengan anak ulama ditanya oleh raja, dan semua jawabannya
kandung. Raja Bakoi marah dan membunuh siapa sama. Semuanya pun dibunuh oleh raja karena
saja yang mengatakan bahwa tidak ada hukum tidak terima akan jawaban para ulama tersebut.
untuk menikah dengan anak sendiri. Berita Pada suatu hari sampailah raja di sebuah
bahwa Raja Bakoi ingin menikahi putrinya sudah dayah di daerah Sumbok. Beliau langsung
menyebar ke mana-mana. Putrinya pun merasa menjumpai pimpinan dayah tersebut dan
takut dan malu dengan masyarakat. Akhirnya langsung bertanya “Bagaimana ini Teungku?
putri Raja Bakoi dibawa lari oleh pamannya ke saya ingin menikahi putri kandung saya tapi
Paya Terbang. Mendengar bahwa putrinya sudah 99 ulama yang saya tanya semua
dibawa lari, Raja Bakoi semakin murka dan jawabannya haram. Mungkin Teungku memiliki
menjadi seorang raja yang kejam. Tahun berganti jawaban yang berbeda” kata sang raja. “Oh, kalau
tahun, Raja Bakoi pun meninggal. Ketika dia permasalahannya seperti itu saya minta waktu 1
meninggal, bumi seolah tidak menerima hari untuk mencari jawabannya. Lebih baik raja
jasadnya. Semasa hidupnya, dia merupakan raja besok kembali lagi ke sini” kata sang Teungku.
yang zalim. Raja yang tega membunuh 44 ulama. “Baiklah kalau begitu Teungku, saya pamit
Pada akhirnya, salah satu ulama mendapat mimpi pulang dulu” ucap sang raja. Setelah raja pulang,
agar jasad Raja Bakoi dimakamkan di kaki Teungku langsung mengumpulkan semua santri-
makam Ratu Nahrisyah. Kemudian, jasad Raja santrinya “Saya harap sore ini jangan ada yang
Bakoi pun dimakamkan di kaki Ratu Nashrisyah. keluar dari lingkungan dayah ini” kata Teungku.
Cerita ini memberikan pesan bahwa jangan Para santri pun menuruti perkataan Teungku.
pernah menentang apa yang menjadi larangan Namun, ternyata ada dua orang santri yang
Tuhan, seperti Raja Bakoi yang zalim dan sedang mencari bebek di luar dayah sehingga
berusaha mentang aturan agama sehingga mereka tidak mendengar apa yang sudah
jasadnya tidak diterima bumi. disampaikan oleh Teungku. Menjelang maghrib,
12. Paya Terbang Teungku langsung berdoa kepada Allah “Ya
Alkisah pada jaman dahulu di daerah Allah Ya Tuhanku saya hanya hambamu yang
Samudra, Aceh Utara ada seorang raja yang lemah, lindungilah saya dari kekejaman raja yang
memiliki seorang putri. Putri tersebut menjadi zalim ya Allah”. Setelah Teungku berdoa, tiba-
seorang anak yang cantik jelita, karena tiba tanahnya bergerak dan terangkat sedikit demi
kecantikannya tersebut raja jadi kepikiran sedikit ke atas. Dalam sekejap dayah tersebut
bagaimana caranya agar putrinya tidak dapat menghilang.
dimiliki oleh orang lain. Lama raja berpikir Setelah dayah tersebut menghilang,
akhirnya raja menemukan ide bahwa salah satu pulanglah dua santri yang mencari bebek tadi.
cara agar putrinya tidak dimiliki oleh orang lain Mereka pun bingung, kenapa sudah tidak ada
beliau harus menikahi putrinya sendiri. Setelah dayah lagi di sini, kenapa hanya tinggal tanah
itu raja mulai berpikir lagi, apa boleh seorang kosong? kemana dayahnya pergi? Akhirnya
ayah kandung menikahi putrinya sendiri? pergilah mereka dari sana. Keesokan harinya
Akhirnya pergilah raja pada seorang ulama datanglah rombongan raja untuk menuntut
“Teungku, saya ingin menikahi putri kandung jawaban atas pertanyaan yang sudah diajukan
saya sendiri apakah boleh?” tanya raja pada kemarin pada Teungku. Ketika sampai di dayah,
ulama tersebut. Ulama tersebut menjawab raja pun terkejut bahwa di sana sudah tidak ada

E-ISSN 2528-6684, ISSN 2528-4371 UTM JOURNALS


119
Volume 7 No. 2 METALINGUA
Oktober 2022 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

dayah lagi, hanya tinggal tanah kosong. Raja pun (7) 99 Syuhada; (8) Baleum Bilie; (9) Guci Tuha
sangat marah dan murka, raja merasa sudah Ajaib; (10) Rimeung mancang dan rimeung
dibohongi. Kemudian, raja memerintahkan kumbang; (11) Raja Bakoi; dan (12) Paya
kepada pengawalnya untuk mencari Teungku terbang. Cerita-cerita tersebut juga banyak
tersebut. Menurut informasi yang beredar, dayah mengandung nilai-nilai karakter seperti nilai
tersebut pindah ke Gunung Asee Grah di daerah religius, tolong menolong, peduli sosial, kerja
timur Aceh Utara. Daerah bekas dayah tersebut keras, jujur, berani, adil, menjaga amanah dan
sering terdengar suara bebek ketika menjelang bertanggung jawab.
magrib padahal waktu dilihat tidak ada bebek di
sana. Alhasil, karena kejadian itu daerah tersebut UCAPAN TERIMA KASIH
sekarang dikenal dengan desa Paya Terbang. Penulis mengucapkan terima kasih
Cerita ini mengandung nilai religius yang terlihat kepada LPPM Universitas Malikussaleh yang
dari sosok ulama yang berdoa meminta telah mendanai kegiatan ini melalui hibah
pertolongan dari Allah agar diberi perlindungan penelitian yang bersumber dari Pendapatan
dari raja yang zalim. Negara Bukan Pajak (PNBP) Universitas
Berdasarkan kedua puluh cerita di atas, Malikussaleh tahun 2022.
dapat dikatakan bahwa cerita rakyat di
Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara terdiri atas DAFTAR RUJUKAN
legenda dan dongeng. Dari kedua puluh cerita Cut Nyak Dhien, S. N. (2022, April). Analisis
tersebut, beberapa cerita memiliki keterkaitan Nilai-nilai Edukatif dalam Novel Selamat
antara satu dan lainnya. Contohnya cerita mon Tinggal Karya Tere Liye. Jurnal Kande,
seuribee, trien pantang, dan jeurat manyang. 3(1), 79-92. Diakses dari
Bahkan, ada juga yang memiliki kesamaan https://ojs.unimal.ac.id/kande
seperti cerita Paya Nie dan Lung Masyik serta
Danandjaya, J. (2007). Folklor Indonesia Ilmu
Gle Kapai dan Malin Kundang. Hal ini
Gosip, Dongeng dan Lain-lain. Jakarta:
membuktikan bahwa cerita rakyat di beberapa
Grafiti.
provinsi memiliki ide cerita yang sama. Selain
itu, cerita rakyat di Kabupaten Bireuen dan Aceh Endraswara, S. (2013). Folklor Nusantara:
Utara juga banyak mengandung nilai-nilai Hakikat, Bentuk, dan Fungsi.
karakter yang bisa diajarkan pada anak-anak, Yogyakarta: Ombak.
seperti nilai religius, tolong menolong, peduli Kemendiknas. (2011). Panduan Pendidikan
sosial, kerja keras, jujur, berani, adil, menjaga Karakter. Jakarta: Sai Global.
amanah dan bertanggung jawab. Tidak heran
mengapa cerita rakyat banyak dijadikan orang tua Moleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian
dalam menyampaikan nasehat serta sarana Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
pembentukan karakter bagi anak-anak. Muhammad Aidil Akbar, R. S. (2021, April).
Analisis Pesan Moral dalam Legenda
SIMPULAN Mon Seuribee di Gampong Parang IX
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka Kecamatan Matangkuli Kabupaten Aceh
dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat di Utara. Jurnal Kande, 2(1), 139-149.
Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara berjumlah Diakses dari
dua puluh, yakni delapan cerita rakyat berasal https://ojs.unimal.ac.id/kande
dari Kabupaten Bireuen dan dua belas cerita
rakyat berasal dari Kabupaten Aceh Utara. Nurgiyantoro, B. (2002). Teori Pengkajian Fiksi.
Beberapa cerita rakyat tersebut memiliki Yogyakarta: Gadjah Mada University
kemiripan dan keterkaitan antara satu dan Press.
lainnya. Cerita rakyat di Kabupaten Bireuen, Prisillia Prahesta Waningyun, S. (2022, April).
yaitu: (1) Paya Nie; (2) Pocut di tanjong; (3) Analisis Psikologi Sastra dan Tokoh
Mesjid jin; (4) Teungku Chik Awe Geutah; (5) Utama dan Nilai Pendidikan Karakter
Batee raya; (6) Gle kapai; (7) Batee sembahyang; dalam Novel Hati Suhita Karya Khilma
dan (8) Sulo bayoeng. Sedangkan, cerita rakyat di Anis. Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Kabupaten Aceh Utara, yaitu: (1) Jugi tapa; (2) Sastra Indonesia Metalingua, 7(1), 25-33
Abeuk leungkap; (3) Mon seuribee; (4) Trien
pantang; (5) Jeurat manyang; (6) Lung masyik; Riswanda Himawan, R. A. (2021, Maret). Nilai
Pendidikan Karakter dalam Cerita Rakyat
UTM JOURNALS E-ISSN 2528-6684, ISSN 2528-4371
120
PELESTARIAN CERITA RAKYAT DI KABUPATEN BIREUEN DAN ACEH UTARA SEBAGAI
SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Asal-Usul Upacara Bekakak di Provinsi Sopyan Sauri, P. (2019). Pelestarian Cerita


Daerah Istimewa Yogyakarta. Imajeri: Rakyat Kabupaten Pandeglang dan
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Pemanfaatannya sebagai Bahaan
Indonesia, 3(2), 168-175. Pembelajaran Apresiasi Sastra.
Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3(2), 31-
SA, N. (2018, Januari). Analisis Nilai Karakter
40.
dalam Kumpulan Cerita Rakyat
Bernuansa Damai (CRBD). Jurnal Sudjiman, P. (2006). Kamus Istilah Sastra.
Master Bahasa, 6(1), 56-66. Jakarta: Universitas Indonesia.
Safriandi, R. A. (2022). Sastra Lisan Aceh
Ragam Prosa di Kabupaten Aceh Utara.
Jurnal Bahasa dan Sastra, 16(1), 52-29.
Siti Nurhaliza, R. M. (2021, April). Bentuk
Penyampaian Moral dalam Novel Bulan
Kertas Karya Arafat Nur. Jurnal Kande,
2(1), 173-194. Diakses dari
https://ojs.unimal.ac.id/kande

E-ISSN 2528-6684, ISSN 2528-4371 UTM JOURNALS


121
Volume 7 No. 2 METALINGUA
Oktober 2022 Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

UTM JOURNALS E-ISSN 2528-6684, ISSN 2528-4371


122

Anda mungkin juga menyukai