Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

(BAYI BADAN LAHIR RENDAH)

Keperawatan Anak

Oleh :

Agus Arieanto
62019040127

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2019
LAPORAN PENDAHULUANBBLR
(BAYI BERAT LAHIR RENDAH)

A. PENGERTIAN
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi (berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 jam setelah lahir).(Ngastiyah, 2016)
Menurut (Supartini,2014). Berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir dengan
berat `badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam
setelah `melahirkan).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir. (Irianto, Kus. Drs. 2014).
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah (Mansjoer, Arif, dkk. 2016).
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gr sampai dengan 2499 gr.
 Berkaitan  dengan  penanganan  dan  harapan  hidupnya  bayi berat  lahir  rendah 
dibedakan  dalam  (Supartini, 2014) 
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir1.500 g - 2.500 g.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir kurang dari 1.500 g.
3. Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), berat lahir kurangdari 1.000 g.
 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang BB lahirnya kurang dari
2500 gram. Berdasarkan pengertian di atas maka bayi berat lahir rendah dapat dibagi
menjadi 2 golongan (Supartini, 2014) :
1. Prematuritas murni Bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu
dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan
atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKBSMK).
2. Dismaturitas bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam paterm, term, dan posterm.
Dismatur ini dapat juga Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan
(NKB-KMK). Neonatus Cukup Bulan – Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK),
Neonatus Lebih Bulan – Kecil Masa Kehamilan(NLB-KMK).
B. ETIOLOGI
1. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya: perdarahan
antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
Hipertensi, kelainan uterus inkopetensi cerviks, infeksi saluran kemih, ketuban pecah
dini juga dapat menjadi faktor BBLR.
2. Usia Ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia<20 tahun, dan multi gravida
yang jarak kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26-35
tahun.
3. Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya BBLR. Kejadian tertinggi terdapat
pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi kurang
baik (malnutrisi) dan pengawasan antenatal yang kurang demikian pula kejadian
prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah ternyata lebih
tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
C. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya, bayi lahir cukup
bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi BB lahirnya lebih kecil ketimbang kehamilannya,
yaitu tidak mencapai 2500 gram.
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam
kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi,
hipertensi, dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
      Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak.Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin di
dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal
ini dapat mengakibatkan morbiditas dan mortilitas ibu dan kematian perinatal secara
bermakna lebih tinggi.
Pada Bayi BBLR luas permukaan tubuhbya relative lebih luas yang dapat
mengakibatkan penguapan berlebih sehingga menjadikan kehilangan cairan berlebih dan
dapat menimbulkan Dehidrasi,dari Dehidrasi dapat mengakibatkan Berat badan Kurang
sehingga dapat ditarik diagnose Resiko Tinggi Kekurangan Volume cairan.
Jaringan lemak sub kutis pada BBLR lebih tipis dari bayi normal dan karena
pemaparan dengan suhu luar sehingga dapat mengakibatkan kehilangan panas melalui
kulit maka dapat ditarik diagnose Hipotermia.
BBLR menimbulkan prematuritas pada tubuh bayi sehingga mengakibatkan
penurunan daya tahan tubuh dan dapat ditarik diagnosa Resiko Tinggi Infeksi.
Pada BBLR mengakibatkan prematuritas dan menjadikan fungsi-fungsi organ belum
baik seperti paru-paru. Di paru-paru pertumbuhan dinding dada belum sempurna dan
vaskuler paru-paru imatur sehingga mengakibatkan Insufisiensi Pernafasan dan
mengakibatkan penyakit membrane hialin dan di otak imaturitas sentrum-sentrum vital
belum matang mempengaruhi regulasi pernafasan dan menjadikan nafas periodic
terganggu sehingga pernafasan menjadi biot dan dapat diambil diagnose Pola Nafas Tidak
Efektif. Kematangan fungsi organ juga terjadi di otak yang menjadikan immaturitas
sentrum-sentrum vital belum baik dan mempengaruhi reflek menelan yang belum
sempurna sehingga dapat ditarik diagnose Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Prematuritas juga dapat mengakibatkan fungsi organ-organ
belum baik yang mempengaruhi kulit sehingga kapiler rapuh dekat permukaan kulit dan
ditarik diagnose Resiko Tinggi Terhadap Kerusakan integritas kulit.
Disimpulkan diagnose yang dapat diambil dari BBLR adalah Resiko Tinggi
Kekurangan Volume cairan Hipotermia..Resiko Tinggi Infeksi Pola Nafas Tidak Efektif
Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Resiko Tinggi
Terhadap Kerusakan integritas kulit.(Tambayong, 2016)
D. PATHWAY KEPERAWATAN (Tambayong,2016)

Penyakit
Bahan
Keadaan sosial Persalinan kurang
Faktor Lingkungan toksik
ekonomi bulan / premature

Dk Resiko tinggi terhadap kapiler rapuh dekat


kerusakan integritas kulit permukaan kulit

Berat Badan
kurang

Dk Resiko tinggi
kekurangan
volume cairan

Dk Pola Nafas
Tidak Efektif
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Fisik
 Bayi kecil  Kepala lebih besar dari pada badan
 Pergerakan kurang dan masih  BB <2500 gr
 Lemah
2. Kulit dan Kelamin

 Kulit tipis dan transparan  Rambut halus dan tipis


 Lanugo banyak  Genitalia belum sempurn
3. Sistem saraf; Reflek menghisap, menelan, batuk belum sempurna
4. Sistem muskulus skeletal (Ngastiyah, 2016)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2.      Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3.      Titer Torch sesuai indikasi
4.      Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5.      Pemantauan elektrolit
6.      Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax ) (Supartini,2014)
G. KOMPLIKASI (Markum,2004)
Penyakit  yang  terdapat  pada  bayi BBLR antara lain :
1. Sindrom  distest  pernafasan,  disebut  juga  penyakit membrane hialin yang melapisi
alveolus  perut.
2. Aspirasi  pnemunia,  keadaan  ini  disebabkan  karena  repleks  menelan  dan  batuk 
pada bayi  prematur  belum sempurna.
3. Perdarahan  intraventrikuler,  adalah perdarahan  spontan  pada ventrikel  atau  lateral,
4. Fibroplasia  retrolintal,  keadaan  ini  disebabkan  oleh  gangguan  oksigen yang
berlebihan.
5. Hiperbillirubinemia,  keadaan  ini  disebabkan  karena  hepar  pada  bayi  prematur
belum  matang
H. PENATALAKSANAAN
1. Penayalaksanaan Medis :
 Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan
yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator\
 Pelestarian suhu tubuh
o Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan
suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal
dipertahankan antara 35,50o C s/d 37,0o C.
o Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal.
o Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga
memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhuperawatan harus
diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk
bayi dengan berat kurang dari 2000 gram.
o Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan
istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam inkubator maka suhunya
untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35°C dan untuk bayi dengan BB 2 – 2,5 kg
adalah 34°C. Bila tidak ada inkubator, pemanasan dapat dilakukan dengan
membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat yang telah dibungkus
dengan handuk atau lampu petromak di dekat tidur bayi. Bayi dalam inkubator
hanya dipakaikan popok untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan
umum, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit dapat
dikenali sedini mungkin.
 Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan,
sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi
yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.
 Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR,
akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar
30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi O 2 yang tinggi dalam masa
yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan
2. Penatalaksanaan Keperawatan :
 Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.
Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan
semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan
sakit kulit.
 Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat
diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan
menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak
kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi
sedikit. Secara perlahan-lahan dan hati-hati. Pemberian makanan dini berupa
glukosa, ASI atau PASI atau mengurangi resiko hipoglikemia, dehidrasi atau
hiperbilirubinia. Bayi yang daya isapnya baik dan tanpa sakit berat dapat dicoba
minum melalui mulut. Umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500 gram
memerlukan minum pertama dengan pipa lambung karena belum adanya
koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan.
Uraian pemberian NUTRISI :
BB<1250 gr : 24x minum/Hari
BB 1250 - 3000 gr : 12x minum/Hari
BB >2000 :8x minum/Hari
Hari I. 60cc 60 cc/Kg BB/hari
Hari II. 90cc 90 cc/Kg BB/hari
Hari III. 120cc 120 cc/Kg BB/hari
Hari IV. 150 cc 150 cc/Kg BB/hari
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
a.  Riwayat Maternal
 Umur ibu dalam resiko kehamilan ( < 16 thn atau > 35 thn)
 Kehamilan ganda ( gemeli)
 Status ekonomi rendah, malnutrisi dan ANC kurang
 Adanya riwayat kelahiran prematur sebelumnya
 Infeksi: TORCH, penyakit kelamin dll
 Kondisi kehamilan: toksemia gravidarum, KPD, plasenta previa dll
 Penggunaan Narkoba, alkohol, rokok
b.   Riwayat Kelahiran
 Gestasi : 24- 37 minggu
 BB : < 2500 gram
 APGAR SKORE
c.   Sistem kardiovaskuler
 HR : 120-160 x/menit
 Saat lahir mungkin terdapat murmur: indikasi adanya shunt ke kiri dan tekanan paru
yang masih tinggi atau adanya atelektasis
d.  Sistem gastrointestinal
 Abdomen menonjol
 Pengeluaran mekonium: 12-24 jam
 Refleks hisap lemah, koordinasi mengisap dan menelan lemah
 Anus: paten, jika tidak pertanda kelainan kongenital
 Berat badan kurang 2500(5lb 8 oz).
e.  Sistem integumen
 Kulit: pucat, sianosis, ikterik, kutis marmorata atau kemerahan
 Kulit tipis, transparan, halus dan licin
 Verniks caseosa sedikit dengan lanugo banyak
 Terdapat edema umum atau lokal
 Kuku pendek
 Rambut sedikit dan halus
 Garis tangan sedikit dan halus
f.   Sistem muskuloskeletal
 Tulang rawan telinga (Cartilago ear) belum berkembang, telinga halus dan lunak
 Tulang kepala dan tulang rusuk lunak
 Reflek kurang dan letargi
g. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar
dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin
besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin
merapat(tergantung usia gestasi).
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada gestasi
minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan bernafas biasanya
terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen pertama dari refleks Moro(ekstensi
lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke
28; komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada
gestasi minggu ke 32. Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu
24 dan 37.
h.  Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur;
pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt).  Mengorok, pernafasan
cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis
mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom
distress pernafasan (RDS).
2. Diagnosa Keperawatan
1) Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan
metabolik.
2) Risiko ketidakseimbangan Hipotermi/hipertermi berhubungan dengan BBLR, usia
kehamilan kurang, paparan lingkungan dingin/panas.
3) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan immaturitas organ tubuh.
4) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan usia dan berat badan
extreme (premature, dibawah 2.500 grm).\
5) Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kapiler rapuh
dekat permukaan kulit.\
6) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan
metabolik.
Tujuan : Menjaga dan memaksimalkan fungsi paru
INTERVENSI RASIONAL
Kumpulkan data yang berkaitan dengan kondisi tidak normal selama kehamilan dan
kegawatan nafas proses persalinan
Waspada episode apnea yang deteksi deteksi dini dalam menentukan tindakan
berlangsung lebih dari 20 detik selanjutnya
Memberi bantuan pernafasan seperti membantu mencukupi supplai oksigen
oksigen
Pantau kajian gas darah untuk deteksi dini untuk mencegah hipoksia
mengetahui asidosis pernafasan
b. Risiko hipotermi/hipertermi b/d BBLR, usia kehamilan kurang, paparan lingkungan
dingin/panas.
Tujuan : tidak terjadi hipotermia/hypertermia
INTERVENSI RASIONAL
Monitor suhu minimal tiap 2 jam Untuk memonitor suhu tbuh
Jaga temperatur ruang perawatan 25 C ruangan yang terlalu panas menyebabkan
perpindahan panas secara infeksi 
Ukur suhu rektal terlebih dulu, kemudian deteksi dini dalam menentukan tindakan
suhu aksila setiap 2 jam/setiap kali selanjutnya
diperlukan
Lakukan prosedur penghangatan setelah mencegah pengeluaran suhu lewat evaporasi
bayi lahir
Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila Menurunkan kehilangan panas melalui
basah, kepala bayi tetap tertutup evaporasi
c. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhantubuhberhubungan
dengan immaturitas organ tubuh.
Tujuan : Meningkatkan dan menjaga asupan kalori dan statusnya gizi bayi  
INTERVENSI RASIONAL
Awasi reflek menghisap bayi dan kemampuan menghisap dan menelan yang
kemampuan menelan lemah menyebabkan nutrisi tidak terpenuhi
Awasi dan hitung kebutuhan kalori bayi mengetahui kebutuhan kalori yang dibutuhkan
bayi.
Kebutuhan ASI 60/kg BB/24 jam dengan ASI mengandung zat gizi yang diperlukan
kenaikan 30 cc/hari,di pertahankan pada tubuh
hari ke-7 sampai 1 bulan
Timbang bayi setiap hari, bandingkan Mengetahui perkembangan dan kemungkinan
berat badan dengan asupan kalori yang terjadinya penurunan BB yang pathologis
diberikan.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan usia dan berat badan
extreme (premature, dibawah 2.500 grm).
INTERVENSI RASIONAL
Timbang berat badan tiap hari. Berat badan adalah indicator paling sensitive
dari keseimbangan cairan.
Bandingkan masukan dan haluaran Berat badan adalah indicator paling sensitive
caiaran setiap sip dan keseimbangan dari keseimbangan cairan.
kumulatif  setiap periode 24 jam.
Evaluasi turgor kulit, membrane mukosa, Cadangan cairan dibatasi pada bayi praterm.
keadaan fontanel anterior.
Berikan ASI/PASI tiap 2 jam sebanyak Pemberian ASI/PASI tiap 2 jam dapat
35 cc lewat sonde. memenuhi kebutuhan caiarn dalam tubuh bayi.
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas nilai
indikasi : Ht. normal (45 – 53%).
e. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kapiler rapuh
dekat permukaan kulit.
Tujuan : tidak terjadi infeksi
INTERVENSI RASIONAL
Inspeksi kulit, perhatikan area Mengidentifikasi area potensial kerusakan
kemerahan atau tekanan. dermal yang adapat mengakibatkan sepsis
Berikan perawatan mulut dengan Membantu mencegah kekeringan dan pecah
menggunakan gliserin. pada bibir berkenaan dengan tidak adanya
masukan oral.
Berikan latihan rentan gerak, perubahan Membantu mencegah kemungkinan nekrosis
posisi rutin dan bantal yang terbuat dari berhubungan dengan edema dermis.
bahan yang lembut.
Memandikan bayi dengan menggunakan Mandi sering menggunakan sabun atau
air hangat dan sabun pelembab dapat meningkatkan Ph kulit,
menurunkan plora normal dan pertahanan /
melindungi pathogen infasif.
Berikan zalp Antibiotik pada hidung, Meningkatkan pemulihan pecah – pecah iritasi
mulut dan bibir bila pecah / teriritasi. dan dapat membantu mencegah infeksi.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur.
Tujuan :selama perawatan tidak terjadi komplikasi/infeksi
Hasil yang diharapkan :tidak ada tanda tanda infeksi.
INTERVENSI RASIONAL
Tingkatkan cara mencuci tangan Mencuci tangan adalah praktik yang paling
penting untuk mencegah kontaminasi silang
serta mengontrol infeksi dalam ruangan
perawatan
Kaji bayi terhadap tanda-tanda infeksi Bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi
seperti ketidakstabilan suhu (Hipotermia
dan Hipertermia),Letargi atau perubahan
perilaku distress pernapasan
lakukan perawatan tali pusat sesuai Penggunaan bethadine dan berbagai anti
dengan protocol Rumah Sakit mikroba yang membantu mencegah klonisasi
Gunakan tehnik aseptic selama Menurunkan kesempatan untuk masuknya
penghisapan, pemasangan NGT dll. bakteri yang dapat mengakibatkan infeksi
pernafasan.
Gunakan antiseptic sebelum membantu Mencegah terjadinya infeksi nosokomial dari
dalam prosedur invasi prosedur invasi.
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai Sepsis menyebakan jumlah trombosit menurun
indikasi : jumlah trombosit tetapi pada bayi pra term rentan trombosit
normal mungkin hanya 60.000. mm3
DAFTAR PUSTAKA

A.H Markum. (2014). Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta : FKUI

Friedman, 2016. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.


Irianto, Kus. Drs. 2014. Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis.
Bandung : Yrama Widya.

Laksman, Hendra, T. Dr. 2014. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambaran.

Mansjoer, Arif, dkk. 2016. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1.Jakarta :
EGC.

Ngastiyah. 2016. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Supartini, Yupi, S.Kep, MSc. 2014.Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan


Anak.Jakarta : EGC.

Tambayong, Jan. Dr. 2016. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai