Dosen Pengampu:
Elsy Zuriyani, S.Si, M.Pd
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Hapidz Nurrahman
19.14201.30.20
Pratikum Hidrodinamika
Tujuan percobaan : Adalah untuk mengetahui kadar hemoglobin dengan suatu metode
1. Homometer
2. Standar warna
3. Larutan HCL 0,1 N
4. Pipet tetes
5. Tabung Sahli
6. Batang pengaduk
7. Pipet sahli
8. Askiator
9. Sempel yang akan digunakan untuk hemoglobin
Prosedur Kerja :
1. Pertama-tama kita meneteskan HCL 0,1 N sampai angka 2
2. Setelah itu kita pipet darah ,sebelum kita memipet darah kita menghemogenkan terlebih
dahulu
3. Kemudian kita pipet menggunakan pipet sahli dan askiator yang sudah terpasang seperti
ini ,celupkan pipet salhi kedalam darah
4. Kemudian Hisap dengan cara selang di pencet sampai angka 20 seperti ini.
5. Setelah itu kita lap dengan tisu
6. Kemudian kita masukan kedalam tabung sahli,kita homogenkan
7. Kemudian kita membilas pipet sahli dengan cara menghisap berulang-ulang sampai darah
pada pipet sahli tidak ada seperti ini
8. Kemudian sempel kita homogenkan dengan cara di putar-putra seperti ini
9. Setelah sempel dan HCl tercampur kedalam tabung sahli kita homogenkan terlebih
dahulu dengan cara di putar-putar
10. Setelah itu kita ingkobasi selama 5 menit setelah kita ingkobasi selama 5 meni.kemudian
kita tambahkan aquades tetes demi tetes . Penambahan aquades dihentikan apabila warna
yang ada pada tabung sahli sesuai dengan standar yang ada pada standar pembanding
11. Untuk mempermuda pengiritan aquades, tempatkan tabung sahli kedalam tabung standar
12. Lalu masukan batang pengaduk didalamnya
13. Setelah itu kita masukan aquades tetes demi tetes kita alirkan pada batang pengaduk
seperti ini.
14. Apabila warna pada tabung sahli belum menunjukan sesuai dengan standar pembanding
kita tambahkan lagi aquades tetes demi tetes, kemudian kita homogenkan
15. Setelah penambahan aquades kita cek apakah warna yang ada pada tabung sahli sudah
sesuai atau belum dengan zat warna pembanding kita angkat kemudian kita lihat apakah
sudah sesuai apa belum
16. Jika warna sudah sesuai dengan standar pembanding lalu kita angkat.lalu kita baca skala
yang ada pada tabung sahli
17. Pada tabung ini nenunjukan skala 12 artinya hemoglobin pasien menunjukan kadar 12
gram perdesiliter
18. Kemudian kita cocokan rens normal hemoglobin, pada laki-laki rens hemoglobin
berkisar 13,5- 17,5, pada wanita berkisar antara 11,5-15,5 perdesiliter
DASAR TEORI
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua mahkluk hidup yang berfungsi mengirimkan zat-
zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
Hemoglobin adalah metaloprotein di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, pada mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin juga
pengusung karbon dioksida kembali menuju paru-paru untuk dihembuskan keluar tubuh.
FORMAT LAPORAN
CAIRAN TUBUH
30. Untuk menguji kandungan amilum masukan 5 tetes lugol kedalam tabung reaksi 4
31. Kocok amati perubahannya
32. Tidak terjadi perubahan warna , artinya tidak ada kandungan amilum dalam urine
DASAR TEORI
Cairan adalah fluida tak termampatkan yang menyesuaikan dengan bentuk wadahnya tetapi
mempertahankan volume yang (hampir) konstan tidak tergantung pada tekanan. Cairan terdiri
dari partikel materi dengan vibrasi halus, seperti atom, yang disatukan oleh gaya antarmolekul.
Urine adalah cairan sisa hasil metabolisme yang diesksresikan oleh ginja dan kemudian
dikerluarkan dari dalam tubuh. Kandung dikeluarkan dari dalam tubuh.kandungan urin terdiri
dari air dengan tubuh. Kandungan urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa
metabolisme garam terlarut dan materi organik.
FORMAT LAPORAN
Konsep Asam
DASAR TEORI
Asam adalah molekul atau ion yang dapat memberikan proton, atau, alternatifnya, dapat
membentuk ikatan kovalen dengan pasangan elektron. Kategori pertama asam adalah donor
proton atau asam Brønsted. Pada kasus khusus dalam larutan berair, donor proton membentuk
ion hidronium H₃O⁺ dan dikenal sebagai asam Arrhenius
FORMAT LAPORAN
PERTEMUAN: IV
4. Prosedur Kerja:
√ Letakkan kertas lakmus pada lubang plat tetes yang berbeda
√ Masukkan 2 tetes larutan yang akan di uji pada lubang palt tetes yang ada kertas
lakmus merah dan biru
√ 2 tetes larutan HCL dan amati perubahan warna, yang dimana kertas lakmus biru
berwarna merah yang artinya bersifat asam
√ 2 tetes larutan NaOH dan amati perubahannya, dimana kertas lakmus merah berwarna
biru yang dimana bersifat basa
√ 2 tetes larutan aquades dan amati perubahannya, dimana kertas lakmus merah dan biru
tidak berubah yang artinya bersifat netral
√ 2 tetes larutan deterjen dan amati, dimana lakmus merah menjadi lakmus biru artinya
bersifat basa
5. Dasar Teori
a) Teori Asam Basa Arrhenius
Teori ini pertama kalinya dikemukakan pada tahun 1884 oleh Svante August Arrhenius.
Menurut Arrhenius, definisi dari asam dan basa, yaitu:
o Asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion H+.
o Basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion OH−.
Gas asam klorida (HCl) yang sangat larut dalam air tergolong asam Arrhenius,
sebagaimana HCl dapat terurai menjadi ion H+dan Cl− di dalam air. Berbeda halnya
dengan metana (CH4) yang bukan asam Arrhenius karena tidak dapat menghasilkan ion
H+ dalam air meskipun memiliki atom H. Natrium hidroksida (NaOH) termasuk basa
Arrhenius, sebagaimana NaOH merupakan senyawa ionik yang terdisosiasi menjadi ion
Na+ dan OH− ketika dilarutkan dalam air. Konsep asam dan basa Arrhenius ini terbatas
pada kondisi air sebagai pelarut.
Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa (1) asam Brønsted–Lowry harus mempunyai
atom hidrogen yang dapat terlepas sebagai ion H+; dan (2) basa Brønsted–Lowry harus
mempunyai pasangan elektron bebas yang dapat berikatan dengan ion H+.
Kelebihan definisi oleh Brønsted–Lowry dibanding definisi oleh Arrhenius adalah dapat
menjelaskan reaksi-reaksi asam–basa dalam fase gas, padat, cair, larutan dengan pelarut
selain air, ataupun campuran heterogen. Sebagai contoh, reaksi antara gas NH3 (basa) dan
gas HCl (asam) membentuk asap NH4Cl.
NH3(g) + HCl(g) → NH4Cl(s)
Beberapa zat dapat bertindak sebagai asam, namun juga dapat sebagai basa pada reaksi
yang lain, misalnya H2O, HCO3−, dan H2PO4−. Zat demikian disebut amfiprotik. Suatu zat
amfiprotik (misalnya H2O) akan bertindak sebagai asam bila direaksikan dengan zat yang
lebih basa darinya (misalnya NH3) dan bertindak sebagai basa bila direaksikan dengan zat
yang lebih asam darinya (misalnya HCl).
Kelebihan definisi asam basa Lewis adalah dapat menjelaskan reaksi-reaksi asam–basa
lain dalam fase padat, gas, dan medium pelarut selain air yang tidak melibatkan transfer
proton. Misalnya, reaksi-reaksi antara oksida asam (misalnya CO2 dan SO2) dengan
oksida basa (misalnya MgO dan CaO), reaksi-reaksi pembentukan ion kompleks seperti
[Fe(CN)6]3−, [Al(H2O)6]3+, dan [Cu(NH3)4]2+, dan sebagian reaksi dalam kimia organik.
Contoh Soal dan Pembahasan
Tentukan manakah asam dan basa dalam reaksi asam–basa berikut dengan memberikan
alasan yang didasarkan pada teori asam basa Arrhenius, Brønsted–Lowry, atau Lewis.
FORMAT LAPORAN
PERTEMUAN: V
4. Prosedur Kerja:
√ Menyiapkan alat dan baahan
√ Menggambil larutan yang di sediakan menggunakan gelas ukur masing-masing 5
ml dengan pipet tetes
√ Meneteskan setiap larutan kedalam indicator universal dan amati perubahan
√ Mengklasifikasikan dan mengidentifikasi larutan garam sesuai dengan tabel
√ Membuang sampah yang telah digunakan
√ Membersihkan alat-alat yang sudah digunakan
√ Kemudian Kembalika alat ketempatnya
5. Dasar Teori
Pengertian
Hidrolisis garam adalah reaksi peruraian suatu garam dalam air. Reaksi hidrolisis terjadi
antara ion – ion garam (dalam air) dengan air sehingga ion ( + ) dan ion ( - ) dari garam
bereaksi dengan air membentuk asam dan basa asalnya. Hidrolisis garam pada dasranya
merupakan reaksi asam basa Bronsted-Lowry.
Pencampuran larutan asam dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air.
Namun demikian, garam dapat bersifat asam, basa maupun netral. Sifat garam bergantung
pada jenis komponen asam dan basanya. Garam dapat terbentuk dari asam kuat dengan
basa kuat, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, atau asam lemah
dengan basa lemah. Jadi, sifat asam basa suatu garam dapat ditentukan dari kekuatan
asam dan basa penyusunnya. Sifat keasaman atau kebasaan garam ini disebabkan oleh
sebagian garam yang larut bereaksi dengan air. Proses larutnya sebagian garam bereaksi
dengan air ini disebut hidrolisis (hidro yang berarti air dan lisis yang berarti penguraian).
Catatan : garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis dan
bersifat netral.
Beberapa jenis garam berdasarkan komponen asam basa pembentuknya. Di dalam air
garam ini mengalami ionisasi sempurna menjadi anion dan kation.
Contoh :
- Larutan KCl berasal dari basa kuat KOH terionisasi sempurna membentuk kation dan
anionnya. KOH terionisasi menjadi H+ dan Cl- . Masing – masing ion tidak bereaksi
dengan air, reaksinya dapat ditulis sebagai berikut.
Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian
(parsial) dalam air. Garam ini mengandung kation asam yang mengalami hidrolisis.
Larutan garam ini bersifat asam, pH < 7.
Contoh :
- Amonium klorida (NH4Cl) merupakan garam yang terbentuk dari asam kuat, HCl
dalam basa lemah NH3. HCl akan terionisasi sempurna menjadi H+ dan Cl- sedangkan
NH3 dalam larutannya akan terionisasi sebagian membentuk NH4+ dan OH- . Anion
Cl- berasal dari asam kuat tidak dapat terhidrolisis, sedangkan kation NH4+ berasal dari
basa lemah dapat terhidrolisis.
Reaksi hidrolisis dari ammonium (NH4+) merupakan reaksi kesetimbangan. Reaksi ini
menghasilkan ion oksonium (H3O+) yang bersifat asam (pH < 7). Secara umum reaksi
ditulis :
BH+ + H2O → B+ H3O+
Contoh :
- Natrium asetat (CH3COONa) terbentuk dari asam lemah CH3COOH dan basa kuat
NaOH. CH3COOH akan terionisasi sebagian membentuk CH3COO- dan Na+. Anion
CH3COO- berasal dari asam lemah yang dapat terhidrolisis, sedankan kation Na+ berasal
dari basa kuat yang tidak dapat terhidrolisis.
CH3COONa(aq) → CH3COO-(aq) + Na+(aq)
Na+(aq) + H2O(l) → Tidak terjadi reaksi
CH3COO-(aq) + H2O(l) → CH3COOH(aq) + OH-(aq)
Asam lemah dengan basa lemah dapat membentuk garam yang terhidrolisis total
(sempurna) dalam air. Baik kation maupun anion dapat terhidrolisis dalam air. Larutan
garam ini dapat bersifat asam, basa, maupun netral. Hal ini bergantung dari perbandingan
kekuatan kation terhadap anion dalam reaksi dengan air.
Contoh :
- Suatu asam lemah HCN dicampur dengan basa lemah NH3 akan terbentuk garam
NH4CN. HCN terionisasi sebagian dalam air membentuk H+ dan CN- sedangkan
NH3 dalam air terionisasi sebagian membentuk NH4+ dan OH- . Anion basa CN- dan
kation asam NH4+ dapat terhidrolisis di dalam air.
Sifat larutan bergantung pada kekuatan relative asam dan basa penyusunnya (Ka dan Kb).
- Jika Ka < Kb (asam lebih lemah daripada basa) maka anion akan terhidrolisis lebih
banyak dan larutan bersifat basa.
- Jika Ka > Kb (asam lebih kuat daripada basa) maka kation akan terhidrolisis lebih
banyak dan larutan bersifat asam.
- Jika Ka = Kb (asam sama lemahnya dengan basa) maka larutan bersifat netral.
FORMAT LAPORAN
PERTEMUAN: VI
4. Prosedur Kerja:
√ Siapkan alat dan bahan
√ Celupkan kertas pH Indikator disetiap larutan air putih dan larutan air sabun
√ diamkan sebentar
√ lalu amati perubahan warna dan cocokan dengan indicator pH
√ Larutan air putuh menunjukan pH 6 mendekati 7
√ Sedangkan larutan air sabun menunjukan pH 11 mendekati 12
5. Dasar Teori
Besarnya konsentrasi H+ dalam suatu larutan menentukan tingkat keasaman suatu larutan.
Tetapan keseimbangan air (Kw) dapat dinyatakan dengan rumus Kw = [H+] [OH-]. Pada
suhu kamar (25oC) harga Kw adalah 1,0 x 10-14, sehingga [H+] = 1,0 x 10-7. Jika dalam air
murni ditambahkan zat yang bersifat asam atau basa, maka akan merubah kesetimbangan
air. Artinya [H+] dan [OH-] akan berubah. Pada penambahan basa, [OH -] akan meningkat.
(Brady, 1999)
Untuk menyatakan tingkat atau derajat keasaman suatu larutan, pada tahun 1910, seorang
ahli dari Denmark, Soren Lautiz Sorensen memperkenalkan bilangan pH atau yang kita
kenal dengan skala pH. Harga pH berkisar 1-14 dan ditulis:
pH = - log [H+] dan pOH = - log [OH-]
Jika [H+] = [OH-] = 10-7, maka larutan bersifat netral. Maka pH dan pOH = 7. Jika [H +] >
[OH-], berarti larutan bersifat asam, maka pH<7. Dan jika [H +] < [OH-], ini berarti larutan
bersifat basa, maka pH>7. Karena pH dan konsentrasi ion H + dihubungkan dengan tanda
negatif, maka makin besar [H+], maka makin kecil pH, dank arena bilangan dasar
logaritma adalah 10, maka larutan yang nilai pHnya berada sebesar n mempunyai
perbedaan ion H+ sebesar 10n. (Poppy, 2006)
Asam dan basa mempunyai sifat-sifat tertentu yang dapat mempermudah kita untuk
mengenalnya. Namun sifat-sifat lain dari asam dan basa adalah pengaruhnya pada
indikator, suatu zat kimia yang warnanya tergantung dari keasaman atau kebasaan
larutan. Contoh yang khas adalah lakmus. Bila lakmus merah dicelupkan ke dalam
larutan basa, warna kertas lakmus merah akan berubah menjadi biru. Sedangkan jika
lakmus biru dicelupkan dalam larutan asam, maka warna kertas lakmus biru akan berubah
menjadi pink.
Alat yang sering digunakan dalam laboratorium adalah kertas indikator universal.
Penggunaan kertas indikator universal dilakukan dengan meneteskan larutan yang akan
diukur pHnya. Kemudian warna yang timbul pada kertas indikator dibandingkan dengan
suatu kode warna untuk menentukan pH larutan tersebut. (Rahayu, 2009)
FORMAT LAPORAN
PERTEMUAN: VII
2. Tujuan Percobaan: Mengetahui Cara membuat indicator asam basa dari bahan alami
Mengetahui Sifat asam basa suatu zat dengan menggunakan
indicator alami
4. Prosedur Kerja:
√ Siapkan alat dan bahan
√ Masukan 5 tetes Indikator alami Buah naga di setiap larutan lalu aduk perhatikan
perubahan warna
√ Masukan 5 tetes Indikator alami bayam merah disetiap larutan dan aduk
perhatikan perubahan warna
√ Masukan 5 tetes Indikator alami bunga sepatu disetiap larutan dan di aduk
perhatikan perubahan warna
√ Masukan 5 tetes Indikator alami kunyit disetiap larutan dan aduk perhatikan
perubahan warna
5. Dasar Teori
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan
menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Asam adalah suatu zat yang dapat
memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima
pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam
reaksi penetralan untuk membentuk garam.
Contoh asam adalah asam asetat secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:
Kaustik
Rasanya pahit
Licin seperti sabun
Nilai pH lebih dari air suling
Mengubah warna lakmus merah menjadi biru
Dapat menghantarkan arus listrik
Indikator Asam dan Basa
Dalam laboratorium kimia, indikator asam-basa yang biasa di gunakan adalah indikator
buatan dan indikator alami, Berikut ini penjelasan tentang indikator asam-basa buatan dan
indikator asam-basa alami.
1. Indikator Buatan
Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium atau
pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus yang terdiri dari
lakmus merah dan lakmus biru, kertas lakmus kertas yang diberi senyawa kimia sehingga
akan menunjukkan warna yang berbeda setelah dimasukkan pada larutan asan maupun
basa. Warna kertas lakmus akan berubah sesuai dengan larutannya. Perubahan warna
yang mampu dihasilkan oleh kertas lakmus sebenarnya disebabkan karena adanya orchein
(ekstrak lichenes) yang berwarna biru di dalam kertas lakmus.
Lakmus biru dibuat dengan menambahkan ektrak lamus yang berwarna biru ke dalam
kertas putih. Kertas akan menyerap ekstrak lakmus yang selanjutnya dikeringkandalam
udara terbuka, sehingga dihasilkan kertas nlakmus biru.kertas lakmus biru pada larutan
yang bersifat basa akan tetap biru , karena orchein merupakan anion, sehingga tidak akan
bereaksi dengan anion (OH-).
Kertas lakmus merah dibuat dengan proses yang sama dengan pembuatan kertas lakmus
biru, tetapi ditambahkan sedikit asam sulfat atau asam klorida agar warnanya menjadi
merah.
Sehingga mekanisme reaksi orchein pada suasana asam akan kembali terjadi. Apabila
kertas lakmus merah dimasukkan kedalam larutan yang bersifat asam, warnanya akan
tetap merah karena lakmus merah memang merupakan orchein dalam suasana asam.
Sedangkan, apabila kertas lakmus merah ditambahkan larutan yang bersifat basa, maka
orchein yang berwarna biru akan kembali terbentuk.
2. Indikator Alam
Indikator alam merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah warnanya dalam larutan
asam, basa, dan netral. Indikator alam yang biasanya dilakukan dalam pengujian asam
basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa bunga-bungaan, umbi-umbian,
kulit buah, dan dedaunan.
Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis tanamannya, misalnya kembang
sepatu merah di dalam larutan asam akan berwarna merah dan di dalam larutan basa akan
berwarna hijau, kol ungu di dalam larutan asam akan berwarna merah keunguan dan di
dalam larutan basa akan berwarna hijau.
DAFTAR PUSTAKA
https://coretandiichan.wordpress.com/2017/08/11/laporan-praktikum-membuat-indikator-
alami/
http://zuliafitri.blogspot.com/2016/08/laporan-praktikum-derajat-
keasaman.htmlhttp://erisa11.blogspot.com/2015/02/laporan-praktikum-hidrolisis-
garam.html
https://www.studiobelajar.com/teori-asam-basa/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/asam
https://id.m.wikpedia.org
www.wikipedia.id