Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Matriks penelitian Evidence Based Practice in Nursing Parctice


Evidence Based Practice (EBP) merupakan suatu kerangka kerja yang
menguji, mengevaluasi dan menerapkan temuan-temuan penelitian dengan
tujuan untuk memperbaiki pelayanan keperawatan kepada pasien (Carlson
dalam Harun dkk, 2019).
Tujuan dari penerapan Based Nursing Practice (EBNP)
mengidentifikasi solusi dari pemecahan masalah dalam perawatan serta
membantu penurunan bahaya pada pasien (Almaskari dalam Irmayanti dkk,
2019).
Berikut merupakan intisari yang diambil dari penelitian: judul, nama
peneliti, tahun publikasi, tujuan, metode/alat ukur yang yang digunakan
selama penelitian, subyek penelitian, hasil dan simpulan penelitian lengkap
dengan nilai signifikansinya. Intisari yang diambil kemudian dimasukkan ke
dalam sebuah tabel agar hasil ekstraksi mudah dibaca.
Tabel 4.1 Ekstraksi Data Hasil Penelitian

Metode/alat Subyek
No Studi/penulis Tujuan Hasil Simpulan
ukur Penelitian

1. Pengaruh Untuk Jenis 20 responden Terjadi perubahan rasa Rata-rata selisih nilai rasa haus
Mengunyah mengetahui penelitian yang dengan 10 haus pada 10 responden pada kelompok perlakuan dan
Permen Karet pengaruh digunakan kelompok penelitian yang dilakukan kontrol (p=0,000) yang berarti
Xylitol terhadap mengunyah adalah quasy perlakuan dan 10 pengukuran postest nilai ada pengaruh yang signifikan
Rasa Haus pada permen ekperiment kelompok kontrol rasa haus setelah mengunyah permen karet
Pasien CKD karet xylitol dengan mengunyah permen karet xylitol terhadap rasa haus pada
dengan Terapi terhadap rasa rancangan xylitol sebanyak dua butir pasien CKD dengan terapi
Hemodialisa di haus pada pasien non equivalen (3 gram) setiap empat jam hemodialisis
Ruang CKD dengan control group. sekali selama satu hari
Hemodialisa/ Ni terapi Metode pada kelompok perlakuan
Putu Eka Ariani, I hemodialisis di pengambilan dan tidak terjadi
Dewa Putu Gede ruang sampel pada perubahan rasa haus pada
Putra Yasa dan I hemodialisis penelitian ini 10 responden penelitian
Made Arisusana BRSU adalah non yang dilakukan
(2014) Tabanan propability pengukuran akhir nilai
sampling rasa haus tanpa intervensi
dengan tehnik mengunyah permen karet
purposive xylitol pada kelompok
sampling/ kontrol
Pengumpulan
data dilakukan
dengan
mengukur rasa
haus
menggunakan
Dialysis Thirst
Inventory
(DTI) yang
pengukurannya
dilakukan
sebelum
mengunyah
permen karet
xylitol dan
setelah
mengunyah
dua butir
(3 gram)
permen karet
xylitol oleh
pasien dengan
terapi
hemodialisis
selama lima
menit dengan
interval waktu
empat jam
sekali selama
satu hari
2. Pengaruh Untuk Desain Sampel penelitian Rata-rata rasa haus Hasil uji statistik mann
Mengunyah mengetahui penelitian 30 responden sebelum mengunyah whitney u-test didapati nilai p
Permen Karet pengaruh quasi- dibagi atas 15 permen karet pada value 0,000<0,05 dimana
terhadap mengunyah eksperimental responden kelompok intervensi terdapat pengaruh yang
Rasa Haus pada permen karet dengan kelompok (24,40) berada pada rasa signifikan mengunyah permen
Pasien terhadap rasa pendekatan perlakuan dan 15 haus berat, setelah karet terhadap rasa haus pada
Hemodialisa/ haus pada pasien pre and responden diberikan intevensi pasien hemodialisa
Andreas hemodialisa di posttest kelompok kontrol permen karet selama 2
Rantepadang & Rumah Sakit nonequivalent minggu rasa haus pasien
Gracela Advent Manado control group menurun menjadi (11,47)
Gwendolin design. Metode rasa haus ringan.
Taebenu (2019) sampling Sedangkan pada
adalah kelompok kontrol rasa
purposive haus pada hari
sampling pertama (23,20) berada
pada rasa haus berat,
setelah 2 minggu, tetap
berada pada haus berat
(23,07)
3. Pengaruh Permen Untuk melakukan - Pasien Chronic Mengunyah permen karet Ditemukan penurunan
Karet terhadap analisa terhadap Kidney Disease dengan kadar rendah gula penurunan rasa haus yang
Rasa Haus pada pengaruh permen (CKD) yang efektif dapat menurunkan dirasakan pasien CKD yang
Pasien Chronic karet terhadap menjalani terapi rasa haus pada pasien menjalani hemodialisa
Kidney Disease rasa haus pada hemodialisa di GGK yang sedang
(CKD) yang pasien Chronic RSUD dr. menjalani hemodialisa
Menjalani Terapi Kidney Disease Soehadi
Hemodialisa Di (CKD) yang Prijonegoro
RSUD dr. menjalani terapi Sragen
Soehadi hemodialisa di
Prijonegoro RSUD dr.
Sragen/ Alis Soehadi
Hanggraini, dkk Prijonegoro
(2019) Sragen
Penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian deskriptif menggunakan
metode pendekatan studi kasus. Studi kasus ini dilakukan untuk
mengeksplorasikan masalah asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronis
dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman. Adapun subyek dalam studi
kasus ini berjumlah dua pasien laki-laki. Dengan inisial Tn. De…tahun dan Tn.
Dj…tahun, mereka merupakan pasien Pav. Seruni RSUD Kabupaten Tangerang
dengan diagnosa medis CKD on HD. Dalam hal ini peneliti menggali informasi
pada subyek dengan cara wawancara dan observasi, adapun data yang
dikumpulkan oleh peneliti yaitu mengenai banyaknya minum yang dihabiskan dan
jumlah urine yang dikeluarkan dalam 24 jam, pembatasan cairan pada pasien,
masalah yang dialami selama pembatasan cairan serta cara pasien dalam
mengatasi rasa haus.
Hasil yang diperoleh yaitu: pada Tn De dalam 24 jam pasien dianjurkan
untuk minum 600 ml dan pasien mengikuti anjuran. Pasien mengeluh merasa haus
karena minumnya dibatasi, pasien mengatakan cara mengatasi rasa haus dengan
cara berpuasa saat haus. Pasien mengeluh mulut terasa kering dan terlihat mukosa
bibir tampak kering. Pasien buang air kecil dengan frekuensi 5-6x sehari, jumlah
urine ±800 ml, warna kuning dan tidak ada keluhan saat berkemih.
Hasil pada Tn Dj: dalam 24 jam pasien dianjurkan untuk minum 600 ml dan
pasien mengikuti anjuran. Pasien mengeluh merasa haus karena minumnya
dibatasi, pasien mengatakan cara mengatasi rasa haus dengan menahan saat haus
dan pasien lebih banyak istirahat. Mukosa bibir pasien tampak kering. Pasien
buang air kecil dengan frekuensi 6-7x sehari, jumlah urine ±1000 ml, warna
kuning dan tidak ada keluhan saat berkemih.
Pasien Cronic Kidney Desease yang menjalani terapi hemodialisa
umumnya mengeluh haus dan mulut kering karena penurunan sekresi saliva yang
disebabkan oleh peningkatan kadar urea dalam darah dan pembatasan cairan (Ni
Putu Eka Ariani1, 2014). Diperkirakan 68 - 86% dari pasien yang menjalani
hemodialisa mengungkapkan pengalaman rasa haus atau mulut kering, yang
menyebabkan ketidaknyamanan dan penderitaan pada pasien hemodialisa
sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup (Fan & Zhang (2013) dalam
Andreas, 2019). Rasa haus adalah keluhan subjektif yang didapatkan karena
faktor penurunan sekresi saliva sedangkan xerostomia adalah istilah medis untuk
masalah keluhan subjektif mulut kering (dry mouth). Mulut kering salah satu
faktor yang dapat menstimulasi munculnya rasa haus. Keadaan mulut kering dan
rasa haus dikarenakan penurunan sekresi saliva yang diperkirakan terjadi
sebanyak 11-15% pada pasien GGK dengan terapi hemodialisa (Bots et al, (2005)
dalam Ni Putu Eka Ariani1, 2014).
Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk merawat mulut kering
dan mengurangi rasa haus pada pasien yang menjalani hemodialisa adalah
mengunyah permen karet (xylitol) (Ariani, Yasa & Arisusana (2014) dalam
Andreas, 2019). Permen karet xylitol merupakan permen yang mengandung
pemanis buatan yang digunakan sebagai bahan pengganti gula yang sama
manisnya dengan sukrosa (Andreas, 2019). Seluruh permen karet jenis gula
alkohol dapat digunakan untuk meningkatkan produksi saliva, namun salah satu
permen karet jenis xylitol lebih sesuai karena mengandung kadar gula lebih
rendah, mampu meningkatkan kuantitas saliva dan meningkatkan pH mukosa
mulut lebih tinggi dibandingkan permen karet non xylitol (Corsello et al (1994)
dalam Ni Putu Eka Ariani1, 2014). Selain itu permen karet xylitol dapat dibawa
kemana-mana serta cara mengkonsumsi yang praktis (Arfany, Armiyati &
Kusuma (2015) dalam Andreas, 2019).
Studi kasus ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
mengunyah permen karet terhadap rasa haus pada pasien CKD on HD di RSUD
Kabupaten Tangerang.
Setelah mendapatkan data, pasien dibagi menjadi dua kategori yaitu 1
pasien mendapat perlakuan atau intervensi dan 1 pasien hanya dilakukan kontrol
tanpa diberikan perlakuan. Tn. De sebagai pasien yang diberikan intervensi
mengunyah permen karet xylitol dengan anjuran jika pasien merasa haus pasien
dapat mengunyah permen karet satu atau dua butir selama ±10 menit, sementara
Tn. Dj hanya sebagai pasien kontrol, pasien tidak diberikan intervensi mengunyah
permen karet xylitol tetapi hanya mendapat standar perawatan sehari-hari di
ruangan.
Setelah 4 hari peneliti melakukan evaluasi terhadap rasa haus pada pasien
baik yang dilakukan intervensi maupun kontrol. Evaluasi akhir tanggal 21
Februari 2021 pukul 12.50 WIB didapatkan hasil:
Pada Tn De: pasien minum sebanyak 600 ml dalam 24 jam sesuai dengan anjuran
dokter. Dalam 4 hari ini, saat merasa haus, sesuai anjuran pasien mengunyah
permen karet xylitol satu atau dua butir selama ±10 menit. Pasien mengatakan
keluhan rasa haus pasien berkurang setelah mengunyah permen karet. Pasien
tampak segar. Pasien mengatakan mulut terkadang masih merasa kering tetapi
mukosa bibir terlihat lembab. Pasien mengatakan buang air kecil dengan frekuensi
5-6x sehari, jumlah urine ±1000 ml, warna kuning dan tidak ada keluhan saat
berkemih.
Pada Tn Dj: pasien minum sebanyak 600 ml dalam 24 jam sesuai dengan anjuran
dokter. Dalam 4 hari ini pasien mengatakan tidak mengalami penurunan rasa haus.
Pasien hanya mendapat standar perawatan sehari-hari, sehingga tidak terjadi
penurunan rasa haus karena tidak diberikan intervensi untuk mengunyah permen
karet. Jika haus pasien menahannya dan lebih banyak istirahat. Pasien mengatakan
mulut masih merasa kering dan mukosa bibir terlihat masih kering. Pasien
mengatakan buang air kecil dengan frekuensi 6-7x sehari, jumlah urine ±1100 ml,
warna kuning dan tidak ada keluhan saat berkemih.
Hasil studi kasus ini sejalan dengan penelitian pada jurnal pertama yang
dilakukan oleh Ni Putu Eka Ariani1 (2014) dengan judul “Pengaruh Mengunyah
Permen Karet Xylitol terhadap Rasa Haus pada Pasien CKD dengan Terapi
Hemodialisa” didapatkan hasil bahwa terjadi perubahan rasa haus pada 10
responden penelitian yang dilakukan pengukuran postest nilai rasa haus setelah
mengunyah permen karet xylitol sebanyak dua butir (3 gram) setiap empat jam
sekali selama satu hari pada kelompok perlakuan dan tidak terjadi perubahan rasa
haus pada 10 responden penelitian yang dilakukan pengukuran akhir nilai rasa
haus tanpa intervensi mengunyah permen karet xylitol pada kelompok kontrol.
Rata-rata selisih nilai rasa haus pada kelompok perlakuan dan kontrol (p=0,000)
yang berarti ada pengaruh yang signifikan mengunyah permen karet xylitol
terhadap rasa haus pada pasien CKD dengan terapi hemodialisis.
Selain itu penelitian juga dilakukan oleh Andreas (2019) pada jurnal kedua
dengan judul “Pengaruh Mengunyah Permen Karet terhadap Rasa Haus pada
Pasien Hemodialisa” didapatkan hasil rata-rata rasa haus sebelum mengunyah
permen karet pada kelompok intervensi (24,40) berada pada rasa haus berat,
setelah diberikan intevensi permen karet selama 2 minggu rasa haus pasien
menurun menjadi (11,47) rasa haus ringan. Sedangkan pada kelompok kontrol
rasa haus pada hari pertama (23,20) berada pada rasa haus berat, setelah 2
minggu, tetap berada pada haus berat (23,07). Hasil uji statistik mann whitney u-
test didapati nilai p value 0,000<0,05 dimana terdapat pengaruh yang signifikan
mengunyah permen karet terhadap rasa haus pada pasien hemodialisa.
Studi kasus ini juga sejalan dengan penelitian pada jurnal ketiga yang
dilakukan oleh Alis dkk (2019) dengan judul “Pengaruh Permen Karet terhadap
Rasa Haus pada Pasien Chronic Kidney Disease yang Menjalani Terapi
Hemodialisa Di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen” didapatkan hasil bahwa
mengunyah permen karet dengan kadar rendah gula efektif dalam menurunkan
rasa haus pada pasien GGK yang sedang menjalani hemodialisa. Mengunyah
permen karet dengan rendah gula akan menstimulasi saraf simpatis dan
parasimpatis sehingga meningkatkan produksi dan laju aliran saliva selanjutnya
menstimulasi osmoreseptor yang memantau kebutuhan cairan impuls ke
hipotalamus sehingga kebutuhan cairan dapat terpenuhi (Potter & Perry (2010)
dalam Alis dkk, 2014). Hasil analisis ditemukan adanya penurunan penurunan
rasa haus yang dirasakan pasien CKD yang menjalani hemodialisa.
Dari hasil studi kasus ini dapat disimpulkan bahwa dengan mengunyah
permen karet xylitol dapat menurunkan rasa haus pada pasien CKD on HD.
Penurunan rasa haus ini diakibatkan oleh peningkatan sekresi saliva yang terjadi
sebagai hasil dari rangsangan mekanik berupa pengunyahan dan rangsang kimia
berupa kandungan rasa manis pada permen karet xylitol yang menyebabkan
berkurangnya sensasi mulut kering dan rasa haus. Hasil studi kasus ini dapat
digunakan perawat dalam melakukan tindakan mandiri dengan cara edukasi
kepada pasien CKD on HD untuk manajemen rasa haus dengan cara mengunyah
permen karet xylitol untuk mencegah terjadinya kelebihan cairan.

Anda mungkin juga menyukai