Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN INSTALASI FARMASI DAN OBAT RS melaksanakan praktek kerja sebagai tuntutan kurikulum 1) Unit Gawat Darurat;

dan melaksanakan pelatihan. 2) Intensive Care Unit (ICU)/Intensive Cardiac Care Unit
Instalasi Farmasi RS (IFRS)  Litbang mempunyai tugas memfasilitasi penelitian dan (ICCU)/Neonatus Intensive Care Unit (NICU)/Pediatric
 Suatu unit di RS yang menyelenggarakan semua kegiatan pengabdian pada masyarakat. Intensive Care Unit (PICU);
pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan  Pimpinan dan Tenaga Farmasi Instalasi Farmasi Rumah 3) Pelayanan Informasi Obat;
RS dan pasien Sakit harus berjuang, bekerja keras dan berkomunikasi  Mengingat kekhususan Pelayanan Kefarmasian pada
 Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud adalah kegiatan efektif dengan semua pihak agar pengembangan fungsi unit rawat intensif dan unit gawat darurat, maka
yang menyangkut pembuatan, pengendalian mutu Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang baru itu dapat diperlukan pedoman teknis mengenai Pelayanan
sediaan farmasi, pengelolaan perbekalan farmasi diterima oleh pimpinan dan staf medik rumah sakit. Kefarmasian pada unit rawat intensif dan unit rawat
(perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, darurat yang akan diatur lebih lanjut oleh Direktur
distribusi, pencatatan, pelaporan, pemusnahan Sumberdaya manusia di instalasi farmasi Jenderal
/penghapusan), pelayanan resep, pelayanan informasi  Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi harus memiliki Pengembangan staf dan program pendidikan
obat, konseling, farmasi klinik di ruangan Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang sesuai  Setiap staf di Rumah Sakit harus diberi kesempatan
 IFRS merupakan suatu organisasi pelayanan di rumah dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.
sakit yang memberikan pelayanan produk yaitu sediaan tercapai sasaran dan tujuan Instalasi Farmasi Rumah Peran Kepala Instalasi Farmasi dalam pengembangan
farmasi, perbekalan kesehatan dan gas medis habis Sakit. staf dan program pendidikan meliputi:
pakai serta pelayanan jasa yaitu farmasi klinik (PIO,  Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker dan Tenaga Teknis 1) Menyusun program orientasi staf baru, pendidikan
Konseling, Meso, Monitoring Terapi Obat, Reaksi Kefarmasian di Rumah Sakit dipenuhi sesuai dengan dan pelatihan berdasarkan kebutuhan pengembangan
Merugikan Obat) bagi pasien atau keluarga pasien ketentuan klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit yang kompetensi sdm.
 IFRS adalah fasilitas pelayanan penunjang medis, di ditetapkan oleh Menteri. 2) Menentukan dan mengirim staf sesuai dengan
bawah pimpinan seorang Apoteker yang memenuhi  Uraian tugas tertulis dari masing-masing staf Instalasi spesifikasi pekerjaan (tugas dan tanggung jawabnya)
persyaratan peraturan perundang-undangan yang Farmasi harus ada dan sebaiknya dilakukan peninjauan untuk meningkatkan kompetensi yang diperlukan.
berlaku dan kompeten secara professional kembali paling sedikit setiap tiga tahun sesuai kebijakan 3) Menentukan staf sebagai
dan prosedur di Instalasi Farmasi Rumah Sakit narasumber/pelatih/fasilitator sesuai dengan
Tugas IFRS Kualifikasi SDM kompetensinya.
 Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi dan  Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari : Penelitian dan Pengembangan
pengelolaan perbekalan kesehatan. - Apoteker  Apoteker harus didorong untuk melakukan penelitian
 Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang - Tenaga Teknis Kefarmasian mandiri atau berkontribusi dalam tim penelitian
dimaksud adalah obat, bahan obat, gas medis dan alat  Untuk pekerjaan penunjang terdiri dari : mengembangkan praktik Pelayanan Kefarmasian di
kesehatan, mulai dari pemilihan, perencanaan, - Operator Komputer/Teknisi yang memahami Rumah Sakit. Apoteker yang terlibat dalam penelitian
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, kefarmasian harus mentaati prinsip dan prosedur yang ditetapkan
pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan - Tenaga Administrasi dan sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian yang
serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan - Pekarya/Pembantu pelaksana berlaku. Instalasi Farmasi harus melakukan
rawat jalan dan rawat inap  Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan pengembangan Pelayanan Kefarmasian sesuai dengan
aman, maka dalam penentuan kebutuhan tenaga harus situasi perkembangan kefarmasian terkini.
Tanggung jawab IFRS mempertimbangkan kompetensi yang disesuaikan
 Mengembangkan pelayanan farmasi yang luas dan dengan jenis pelayanan, tugas, fungsi, wewenang dan Standar pelayanna kefarmasian di RS
terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi tanggung jawabnya.  Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang
kebutuhan unit pelayanan yang bersifat diagnosis dan Persyaratan SDM dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
terapi untuk kepentingan pasien yang lebih baik  Pelayanan Kefarmasian harus dilakukan oleh Apoteker kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis kefarmasian. Praktek pelayanan kefarmasian merupakan
Fungsi IFRS Kefarmasian yang melakukan Pelayanan Kefarmasian kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
 IFRS berfungsi sebagai unit pelayanan dan unit produksi. harus di bawah supervisi Apoteker. Apoteker dan mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah
 Unit pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan yang Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
bersifat manajemen (nonklinik) adalah pelayanan yang persyaratan administrasi seperti yang telah ditetapkan  Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit bertujuan
tidak bersentuhan langsung dengan pasien dan tenaga dalam peraturan perundang-undangan yang untuk :
kesehatan lain. Pelayanan IFRS yang menyediakan unsur berlaku.Ketentuan terkait jabatan fungsional di Instalasi 1. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian
logistik atau perbekalan kesehatan dan aspek Farmasi Rumah Sakit diatur menurut kebutuhan 2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
administrasi. organisasi dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan
 IFRS yang berfungsi sebagai pelayanan non manajemen  Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus dikepalai oleh obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan
(klinik) pelayanan yang bersentuhan langsung dengan seorang Apoteker yang merupakan Apoteker pasien (patientsafety).
pasien atau kesehatan lainnya. Fungsi ini berorientasi penanggung jawab seluruh Pelayanan Kefarmasian di  Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit harus menjamin
pasien sehingga membutuhkan pemahaman yang lebih Rumah Sakit. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
luas tentang aspek yang berkaitan dengan penggunaan diutamakan telah memiliki pengalaman bekerja di Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu,
obat dan penyakitnya serta menjunjung tinggi etika dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit minimal 3 (tiga) tahun. bermanfaat, dan terjangkau. Untuk menjamin mutu
perilaku sebagai unit yang menjalankan asuhan Beban kerja Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, harus dilakukan
kefarmasian yang handal dan professional  Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan Pengendalian Mutu Pelayananan Kefarmasian yang
faktor-faktor yang berpengaruh pada kegiatan yang meliputi monitoring dan evaluasi (monev)
Strukutr IFRS dilakukan, yaitu:
 Kepala IFRS : Apoteker yang bertanggungjawab secara 1) Kapasitas tempat tidur dan Bed Occupancy Rate Tujuan pelayanna kefarmasian
keseluruhan terhadap semua aspek penyelenggaraan (BOR); a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik
pelayanan kefarmasian dan pengelolaan sediaan farmasi 2) Jumlah dan jenis kegiatan farmasi yang dilakukan dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat
dan pengelolaan perbekalan kes di rumah sakit (manajemen, klinik dan produksi); darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun
 Panitia Farmasi dan Terapi adalah salah satu bagian yang 3) Jumlah Resep atau formulir permintaan Obat (floor fasilitas yang tersedia.
tidak terpisahkan dari IFRS sehingga tidak mempunyai stock) per hari; dan b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional
jalur fungsional terhadap IFRS melainkan jalur koordinasi 4) Volume Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi.
dan bertanggung jawab kepada pimpinan rumah sakit. Bahan Medis Habis Pakai c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi)
Tugas PFT adalah melakukan monitoring dan evaluasi Perhitungan Beban Kerja mengenai obat.
terhadap pelayanan dan pengelolaan sediaan farmasi  Penghitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan beban d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-
dan pengelolaan perbekalan kesehatan di rumah sakit. kerja pada Pelayanan Kefarmasian di rawat inap yang aturan yang berlaku.
Panitia ini terdiri unsur tenaga kesehatan profesional meliputi pelayanan farmasi manajerial dan pelayanan e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui
(Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Ners) sehingga farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian resep, analisa, telaah dan evaluasi pelayanan.
kredibilitas dan akuntabilitas terhadap monitoring dan penelusuran riwayat penggunaan Obat, rekonsiliasi f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui
evaluasi pelayanan dan pengelolaan sediaan farmasi dan Obat, pemantauan terapi Obat, pemberian informasi analisa, telaah dan evaluasi pelayanan.
pengelolaan perbekalan kesehatan dapat Obat, konseling, edukasi dan visite, idealnya dibutuhkan g. Mengadakan penelitian di bidangfarmasi dan
dipertanggungjawabkan tenaga Apoteker dengan rasio 1 Apoteker untuk 30 peningkatan metoda.
 Farmasi Klinik membidangi aspek yang menyangkut pasien.
asuhan kefarmasian terutama pemantauan terapi obat.  Penghitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan beban Fungsi pelayanan kefarmasian
Bidang ini membawahi konseling pasien, pelayanan kerja pada Pelayanan Kefarmasian di rawat jalan yang a.Pengelolaan perbekalan farmasi
informasi obat dan evaluasi penggunaan obat baik meliputi pelayanan farmasi menajerial dan pelayanan 1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan
pasien di ruangan maupun pasien ambulatory farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian Resep, pelayanan rumah sakit.
 Logistik mempunyai tugas dalam hal menyiapkan dan penyerahan Obat, Pencatatan Penggunaan Obat (PPP) 2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara
memantau perlengkapan perbekalan kesehatan, dan konseling, idealnya dibutuhkan tenaga Apoteker optimal.
perencanaan dan pengadaan, sistem penyimpanan di dengan rasio 1 Apoteker untuk 50 pasien. 3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada
gudang, dan produksi obat dalam kapasitas rumah sakit  Kebutuhan tenaga Apoteker juga diperlukan untuk perencanaan yang telah dibuatsesuai ketentuan yang
nonsteril dan aseptik. pelayanan farmasi yang lain seperti di unit logistik berlaku.
 Distribusi mempunyai tugas bertanggung jawab medik/distribusi, unit produksi steril/aseptic dispensing, 4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi
terhadap alur distribusi sediaan farmasi dan pengelolaan unit pelayanan informasi Obat dan lain-lain tergantung kebutuhan pelayanan kesehatan di rumahsakit.
perbekalan kesehatan (obat, bahan baku obat, alat pada jenis aktivitas dan tingkat cakupan pelayanan yang 5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan
kesehatan dan gas medis) kepada pasien rawat jalan, dilakukan oleh Instalasi Farmasi. spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.
IRD, ICU/ICCU, kamar operasi, bangsal atau ruangan.  Selain kebutuhan Apoteker untuk Pelayanan 6) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan
 Diklat mempunyai tugas dalam memfasilitasi tenaga Kefarmasian di rawat inap dan rawat jalan, diperlukan spesifikasi dan persyaratankefarmasian.
pendidikan kesehatan dan nonkesehatan yang akan juga masing-masing 1 (satu) orang Apoteker untuk 7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit
kegiatan Pelayanan Kefarmasian di ruang tertentu, yaitu: pelayanan di rumah sakit.
b.Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,  Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan
alkes jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang dengan cara :
1) Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien. terjangkau dan sesuai standar mutu 1. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan  Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah a. Pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan
penggunaan obat dan alat kesehatan. kekosongan stok obat yang secara normal tersedia di kesehatanuntuk persediaan di ruang rawat
3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan Rumah Sakit dan mendapatkan Obat saat Instalasi disiapkan dan dikelola oleh Instalasi Farmasi.
dengan obat danalat kesehatan. Farmasi tutup. Pengadaan dapat dilakukan melalui : b. Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatanyang
4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan 1. Pembelian disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan
obat dan alat kesehatan.  Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian jumlah yang sangat dibutuhkan.
5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, adalah: c. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas
pasien/keluarga. - Kriteria Sediaan Farmasi,Alat Kesehatan, dan Bahan farmasi yang mengelola (di atas jam kerja) maka
6) Memberi pelayanan informasi obatkepada Medis Habis Pakai, yang meliputi kriteria umum pendistribusiannya didelegasikan kepada
pasien/keluarga. dan kriteria mutu obat. penanggung jawab ruangan.
7) Melaporkan setiap kegiatan - Persyaratan pemasok. d. Setiap hari dilakukan serah terima kembali
- Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan pengelolaan obat floor stockkepada petugas
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis farmasi dari penanggung jawab ruangan.
 Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) Habis Pakai. e.Menyediakan informasi, peringatan dan
kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa - Pemantauan rencanapengadaan sesuai jenis, kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan jumlah dan waktu. yang disediakan di floor stock.
Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan 2. Produksi Sediaan Farmasi 2. Sistem Resep Perorangan (Individual Prescription)
farmasi klinik  Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat memproduksi  Pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan
Pengelolaan sediaan farmasi dan pembekalan kes sediaan tertentu apabila : kesehatan berdasarkan resep perorangan/pasien
 Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan - Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran. rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
kesehatanmerupakan suatu siklus kegiatan dariInstalasi - Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi 3. Sistem Unit Dosis
Farmasi Rumah Sakit dalam menyediakan obat, bahan sendiri.  Pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan
obat, alat kesehatan, gas medis, yang dimulai dari : - Sediaan Farmasidengan formula khusus. kesehatan berdasarkan resep perorangan yang
a) Pemilihan - Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk
 Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari kecil/repacking. penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis
meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah - Sediaan Farmasi untuk penelitian dan. ini digunakan untuk pasien rawat inap. Sistem unit
sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, - Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam dosis dapat menggunakan metode unit dose
menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan penyimpanan/harus dibuat baru (recenter paratus). dispensing (UDD) untuk satu unit dosis penggunaan
obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan  Sediaan yang dibuat di Rumah Sakit harus memenuhi (sekali pakai) atau once daily dose (ODD) untuk dosis
memperbaharui standar obat. Penentuan pemilihanobat persyaratan mutu dan terbatas hanya untuk satu hari diberikan.
merupakan peran aktif tenga farmasi yang berada dalam memenuhi kebutuhan pelayanan di Rumah Sakit  Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat
organisasi panitia farmasi dan terapi untuk menetapkan tersebut. dianjurkan untuk pasien rawat inap mengingat
kualitas dan efektivitas, serta jaminan purna transaksi 3. Sumbangan/Dropping/Hibah dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat
pembelian.  Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatan dan dapat diminimalkan sampai kurang dari 5%
 Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis pelaporan terhadap penerimaan dan penggunaan dibandingkan dengan sistem floor stock atau resep
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis individu yang mencapai 18%.
pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan Sediaan Habis Pakai sumbangan/dropping/hibah. Seluruh 4. Sistem Kombinasi
Farmasi, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat  Sistem pendistribusian sediaan farmasi dan
ini berdasarkan : Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan cara perbekalan kesehatanbagi pasien rawat inap dengan
- Formularium dan standar pengobatan/pedoman sumbangan/dropping/hibah harus disertai dokumen menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c.
diagnosa dan terapi. administrasi yang lengkap dan jelas
- Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan d) Penerimaan Pelayanan Farmasi Klinik
medis habis pakai yang telah ditetapkan.  Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin  Pelayanan farmasi klinik adalah pelayanan langsung
- Pola penyakit. kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu yang diberikan tenaga farmasi kepada pasien dalam
- Efektivitasdan keamanan. penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau rangka meningkatkan outcome terapi dan
- Pengobatan berbasis bukti. surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena
- Mutu. dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan obat. Pelayanan farmasi klinik terbukti efektif dalam
- Harga. dengan baik. menangani terapi pada pasien.Selain itu, pelayanan
- Ketersediaan di pasaran  Standar Operasional Prosedur penerimaan obat adalah: tersebut juga efektif untuk mengurangi biaya pelayanan
b) Perencanaan 1) Periksa keabsahan faktur meliputi nama dan alamat kesehatan dan meningkatkan kualitas pelayanan
 Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk Pedagang Besar Farmasi (PBF) serta tanda tangan kesehatan. Hal itu terutama diperoleh dengan
menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan penanggung jawab dan stempel PBF. melakukan pemantauan resep dan pelaporan efek
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai 2) Mencocokkan faktur dengan obat yang datang samping obat. Pelayanan ini terbukti dapat menurunkan
sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin meliputijenis dan jumlah serta nomorbatch sediaan. angka kematian di rumah sakit secara signifikan.
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat 3) Memeriksa kondisi fisik obat meliputi kondisi wadah  Karakteristik pelayanan farmasi klinik di rumah sakit
waktu dan efisien. dan sediaan serta tanggal kadaluwarsa. Bila rusak adalah :
 Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan maka obat dikembalikan dan minta diganti. a. Berorientasi kepada pasien.
obat dengan menggunakan metode yang dapat 4) Setelah selesai diperiksa, faktur ditandatangani dan b. Terlibat langsung di ruang perawatan di rumah sakit
dipertanggungjawabkan dan dasarperencanaan yang diberi tanggal serta distempel. Faktur yang asli (bangsal).
telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, diserahkan kepada sales, sedangkan salinan faktur c. Bersifat pasif, dengan melakukan intervensi setelah
kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disimpan oleh apotek sebagai arsip. pengobatan dimulai dan memberi informasi bila
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman  Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat diperlukan.
perencanaan harus mempertimbangkan : disimpan secara benar dan diinspeksi secara periodik. d. Bersifat aktif, dengan memberimasukan kepada
- Anggaran yang tersedia. Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang harus dokter sebelum pengobatan dimulai, atau
- Penetapan prioritas. disimpan terpisah yaitu : menerbitkan buletin informasi obat atau pengobatan.
- Sisa persediaan. - Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang e. Bertanggung jawab atas semua saran atau tindakan
- Data pemakaian periode yang lalu. tahan api dan diberi tanda khusus bahan berbahaya. yang dilakukan.
- Waktu tunggu pemesanan. - Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan f. Menjadi mitra dan pendamping dokter.
- Rencana pengembangan. diberi penandaan untuk menghindari kesalahan  Landasan hukum berkaitan dengan pelayanan farmasi
 Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas klinik yang dilakukan di rumah sakit adalah Peraturan
mencapai tujuan perencanaan tersebut yaitu: medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada Menteri Kesehatan No. 58 tentang Standar Pelayanan
- Mengenal dengan jelas rencana jangka panjang isinya. Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus Kefarmasian di Rumah Sakit. Pelayanan farmasi klinik
apakah program dapat mencapai tujuan dan sasaran. menggunakan tutup demi keselamatan. yang dilakukan meliputi :
- Persyaratan barang meliputi: kualitas barang, fungsi  Ada beberapa macam sistem penataan obat, antara a. Asuhan kefarmasian yang berkaitan dengan obat
barang, pemakaian satu merk dan untuk jenis obat lain : identifikasikan drug related problems (DRPs) yang
narkotika harus mengikuti peraturan yang berlaku. 1. First In First Out (FIFO) yaitu obat yang datang potensial dan aktual, memecahkan DRP yang aktual
- Kecepatan peredaran barang dan jumlah peredaran kemudian diletakkan di belakang obat yang terdahulu. dan mencegah terjadinya DRP yang potensial.
barang. 2. Last in First Out (LIFO) yaitu obat yang datang b. Pengkajian dan pelayanan resep.
- Pertimbangan anggaran dan prioritas. kemudian/terakhir diletakkan di depan obat yang c. Pemantauan dan evaluasi penggunaan obat yang
 Prinsip perencanaan ada 2 cara yang digunakan dalam datang dahulu. dapat dilihat dari catatan rekam farmasi dan data
menetapkan kebutuhan yaitu berdasarkan : 3. First Expired First Out (FEFO) yaitu obat yang laboratorium serta dikaitkan dengan kepatuhan
- Data statistik kebutuhan dan penggunaanperbekalan mempunyai tanggal kadaluwarsa lebih dahulu pasien dan kejadian efek samping obat (ESO).
farmasi, dari data statistik berbagai kasus pasien diletakkan di depan obat yang mempunyai tanggal d. Pelayanan informasi obat.
dengan dasar formularium rumah sakit, kebutuhan kadaluwarsa kemudian.
disusun menurut data tersebut. f) Pendistribusian.
- Data kebutuhan obat disusun berdasarkan data  Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
pengelolaan sistem administrasi atau akuntansi rangka menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasidan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. perbekalan kesehatan dari tempat penyimpanan sampai
c) Pengadaan kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin
 Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan.
MANAJEMEN ADMINISTRASI GIZI RUMAH SAKIT penyelenggaranya dan apabila tidak dilakukan
perencanaan menu maka tidak tersedianya siklus menu
Pengertian yang sesuai dengan klasifikasi pelayanan yang ada di
 Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik dan rumah sakit.
pelayanan penunjang medik. Salah satu pelayanan 2. Pengorganisasian pelayanan gizi
penunjang medik yang harus ada di rumah sakit adalah  Pengorganisasian merupakan suatu proses
pelayanan gizi. Pelayanan gizi di rumah sakit melakukan pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas,
empat kegiatan pokok yaitu asuhan gizi pasien rawat tanggung jawab atau wewenang dengan sedemikian
jalan, asuhan gizi pasien rawat inap, penyelenggaraan rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
makanan, penelitian dan pengembangan gizi terapan. digerakkan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang
Pelayanan gizi di rumah sakit bertugas memberikan telah ditetapkan. Sebagai seorang manajer, kepala
makanan kepada pasien rawat jalan dan rawat inap yang instalasi gizi harus terus melaksanakan fungsi
disesuaikan dengan standar diet masing-masing pasien manajemen dengan baik yaitu dengan merencanakan,
dan juga harus disesuaikan dengan unit pelayanan mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinir,
kesehatan yang lain agar dapat mencapai pelayanan gizi mengawasi kegiatan di instalasi gizi dengan
yang optimal. meningkatkan mutu secara keseluruhan dan dapat
 Pelayanan gizi merupakan pelayanan yang menjadi tolak meningkatkan kepuasan kepada tenaga kesehatan
ukur mutu pelayanan di rumah sakit karena makanan lainnya maupun kepada pasien secara keseluruhan.
termasuk kebutuhan dasar manusia dan merupakan 3. Pelaksanaan pelayanan gizi
faktor pencegah serta membantu penyembuhan  Pelaksanaan merupakan tahapan implementasi dari
penyakit. Pelayanan gizi di rumah sakit dilakukan dengan keseluruhan rantaimanajemen. Kegiatan asuhan gizi
tujuan untuk memberikan makanan yang bermutu, untuk pasien rawat inap dilakukan untuk memenuhi
bergizi yang sesuai standar kesehatan pasien dan untuk kebutuhan gizi pasien dan terapi diet. Konsultasi gizi
mempercepat proses penyembuhan pasien. Untuk untuk pasien rawat jalan yang memerlukan konsultasi. 1. Pelayanan Gizi Rawat Jalan
mencapai tujuan tersebut perlu diterapkan manajemen Sedangkan penyelenggaraan makanan dimulai dari  Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses
pelayanan gizi di rumah sakit. Manajemen pelayanan gizi perencanaan anggaran belanja sampai dengan kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai
sangat dibutuhkan karena tanpa manajemen semua pendistribusian makanan ke pasien. dari asesmen/pengkajian, pemberian diagnosis,
usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih 4. Pengawasan pelayanan gizi intervensi gizi dan monitoring evaluasi kepada
sulit.  Pengawasan dilakukan dengan tujuan agar pelaksanaan klien/pasien di rawat jalan. Mekanisme pasien
 Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijakan yang berkunjung untuk mendapatkan asuhan gizi di rawat
diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien ditetapkan, mengetahui sedini mungkin kemajuan dan jalan berupa konseling gizi untuk pasien
berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan dan dankeluargasertapenyuluhan gizi untuk kelompok
metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat apabila ada penyimpangan, melaksanakan perbaikan adalah sebagai berikut:
berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, secara dini dan apabila ada penyimpangan dan a. Konseling Gizi
sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat memperoleh bahan yang baru dapat digunakan untuk  Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering penyusunan program selanjutnya. membawa surat rujukan dokter dari poliklinik yang
terjadi kondisi pasien yang semakin buruk karena tidak  Pengawasan pelayanan gizi dilakukan untuk mengetahui ada di rumah sakit atau dari luar rumah sakit.
tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ apakah kegiatan pelaksanaan di instalasi gizi sudah  Dietisien melakukan pencatatan data pasien dalam
tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dan untuk buku registrasi.
memburuk dengan adanya penyakit dan kekurangan mengetahui sedini mungkin kemajuan maupun  Dietisien melakukan asesmen gizi dimulai dengan
gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan, pengukuran antropometri pada pasien yang belum
hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti kemudian melaksanakan perbaikan-perbaikan secara ada data TB, BB. Kemudian menganalisa semua data
diabetes melitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, dini dan apabila ditemukan penyimpangan dan asesmen gizi.
dan penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk memperolah bahan yang baru dapat digunakan untuk  Dietisien menetapkan diagnosis gizi.
membantu penyembuhannya penyusunan program selanjutnya. Pengawasan yang  Dietisien memberikan intervensi gizi berupa
dilakukan berdampak positif pada pelayanan gizi yaitu edukasi dan konseling dengan langkah menyiapkan
Tujuan tercapainya tujuan yang telah ditentukan, pelaksanaan dan mengisi leaflet flyer/brosur diet sesuai penyakit
 Tujuan umum : Terciptanya sistem pelayanan gizi yang pelayanan gizi sesuai dengan yang direncanakan dan dan kebutuhan gizi pasien.
bermutu dan paripurna sebagai bagian dari pelayanan minimnya kesalahan atau penyimpangan yang terjadi.  Dietisien menganjurkan pasien melakukan
kesehatan di rumah sakit. 5. Evaluasi pelayanan gizi kunjungan ulang, untuk mengetahui keberhasilan
 Tujuan khusus :  Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan intervensi (monev) dilakukan monitoring dan
Tujuan khusus meningkatkan : yang dilaksanakan telah tercapai tujuannya atau tidak. evaluasi gizi.
 Menyelenggarakan Asuhan Gizi terstandar pada Tujuan evaluasi adalah untuk menilai pelakasanaan  Pencatatan hasil konseling gizi dimasukkan ke
pelayanan gizi rawat jalan dan rawat inap kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang dalam rekam medik pasien atau disampaikan ke
 Menyelenggarakan Makanan sesuai standar kebutuhan disusun sehingga dapat mencapai tujuan yang dokter melalui pasien untuk pasien di luar rumah sakit
gizi dan aman dikonsumsi dikehendaki. Fokus utama dari evaluasi adalah mencapai dan diarsipkan di ruang konseling.
 Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada perkiraan yang sistematis dari dampak program b. Penyuluhan Gizi
klien/pasien dan keluarganya tersebut. Persiapan penyuluhan:
 Menyelenggarakan penelitian aplikasi di bidang gizi dan  Menentukan materi sesuai kebutuhan
dietetik sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan Standar pelayanan minimal pelayanan gizi RS  Membuat susunan/outlinemateri yang akan
teknologi  Sasaran mutu dalam pelayanan gizi yang berdasarkan disajikan
standar pelayanan minimal rumah sakit meliputi tiga  Merencanakan media yang akan digunakan
Manajemen pelayanan gizi rumah sakit indikator yaitu :  Pengumuman jadwal dan tempat penyuluhan
 Manajemen pelayanan gizi sangat penting dilakukan 1) Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien:  Persiapan ruangan dan alat bantu/media yang
agar dapat menghasilkan makanan yang bermutu dan ≥ 90%. dibutuhkanb.
dapat mempercepat proses penyembuhan pasiennya. 2) Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien: ≤ Pelaksanaan penyuluhan :
Tujuan manajemen pelayanan gizi yaitu untuk menjamin 20%.  Peserta mengisi daftar hadir (absensi).
agar instalasi gizi senantiasa dapat berfungsi dengan 3) Tidak adanya kesalahan pemberian diet: 100%  Dietisien menyampaikan materi penyuluhan.
baik, efisien, ekonomis, sesuai dengan spesifikasi atau  Tanya jawab
kemampuan awalnya. Mekanisme pelayanan gizi rumah sakit
 Manajemen pelayanan gizi di rumah sakit meliputi  Pengorganisasian Pelayanan Gizi Rumah Sakit
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
pengawasan, dan evaluasi. Manajemen pelayanan gizi 983 Tahun 1998 tentang Organisasi Rumah Sakit dan
sangat dibutuhkan oleh suatu rumah sakit karena tanpa Peraturan Menkes Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006
manajemen pencapaian tujuannya akan lebih sulit. tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Permasalahan yang terdapat di instalasi gizi yaitu : lingkungan Departemen Kesehatan. Kegiatan Pelayanan
kurangnya tenaga juru masak, ahli gizi, dan pramusaji Gizi Rumah Sakit, meliputi:
sehingga tenaga merangkap pekerjaannya yang tidak  Asuhan Gizi Rawat Jalan
sesuai dengan tugasnya, terhambatnya perawatan  Asuhan Gizi Rawat Inap
peralatan dan kegiatan pelaksanaan asuhan gizi yang  Penyelenggaraan Makanan
tidak rutin yang dikarenakan kurangnya pegawai.  Penelitian dan Pengembangan.
 Fungsi-fungsi manajemen pelayanan gizi rumah sakit,
meliputi:
1. Perencanaan pelayanan gizi
 Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen
kesehatan yang berperan penting dalam
2. Pelayanan Gizi Rawat Inap
mempersiapkan secara sistematis kegiatan yang akan
 Tujuannya adalah memberikan pelayanan gizi kepada
dilakukan untuk mecapai tujuan tertentu.
pasien rawat inap agar memperoleh asupan makanan
Perencananaan yang baik menuntut danya sistem
yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya
monitoring dan evaluasi yang memadai dan berfungsi
mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan,
umpan balik untuk tindakan pengendalian.
dan meningkatkan status gizi. Sasaran pelayanan gizi
 Tahap dalam penyelenggaraan makanan perlu dilakukan
rawat inap adalah pasien dan keluarga. Mekanisme
perencanaan menu dan perencanaan anggaran agar
kegiatan mekanisme pelayanan gizi rawat inap adalah
menghasilkan output yang maksimal bagi konsumen dan
sebagai berikut:
a. Skrining gizi Pengertian  Linen infeksius adalah linen yang terkena cairan tubuh
 Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali  Linen adalah bahan/ alat yang terbuat dari kain tenun. pasien seperti feses, muntahan, darah, dan air seni.
dengan skrining/penapisan gizi oleh perawat Menurut bidang laundry, ada linen kotor (soiled linen)  Linen non infeksius adalah linen yang tidak terkena
ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi dan linen terinfeksi (fouled dan infected linen) serta cairan tubuh manusia.
diet awal) oleh dokter. Skrining gizi bertujuan linen yang terkontaminasi hepatitis (Djojodibroto,
untuk mengidentifikasi pasien/klien yang berisiko, 1997). Linen juga dapat diartikan sebagai bahan- Peran dan fungsi manajemen linen
tidak berisikomalnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi bahan dari kain yang digunakan dalam fasilitas  Peran pengelolaan manajemen linen di rumah sakit
khusus yang dimaksud adalah pasien dengan perawatan kesehatan oleh staf rumah tangga (kain cukup penting. Diawali dari perencanaan, salah satu
kelainan metabolik; hemodialisis; anak; geriatrik; tempat tidur dan handuk), staf pembersih (kain subsistem pengelolaan linen adalah proses pencucian.
kanker dengan kemoterapi/radiasi; luka bakar; pembersih, gaun, dan kap), personel bedah (kap, Alur aktivitas fungsional dimulai dari penerimaan
pasien dengan imunitas menurun; sakit kritis dan masker, baju cuci, gaun bedah, drapes dan linen koror, penimbangan, pemilahan, proses
sebagainya. pembungkus), serta staf di unit khusus seperti ICU pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir noda,
b. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) dan unit-unit lain yang melakukan prosedur medic penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan, merepikan,
 Proses Asuhan gizi Terstandar dilakukan pada invasive (seperti anestesiologi, radiologi atau mengepak atau mengemas, menyimpan, dan
pasien yang berisiko kurang gizi, sudah mengalami kardiologi) (Tietjen dkk, 2004). mendistribusikan ke unit-unir yang memburuhkannya,
kurang gizi dan atau kondisi khusus dengan  Semua ruangan di rumah sakit memerlukan dan sedangkan linen yang rusak dikirim ke kamar jahit.
penyakit tertentu, proses ini merupakan menggunakan linen. Manajemen linen yang baik di Untuk melaksanakan aktivitas tersebut dengan lancar
serangkaian kegiatan yang berulang. rumah sakit merupakan salah satu aspek penunjang dan baik, maka diperlukan alur yang terencana
medik, yang berperan dalam upaya meningkatkan dengan baik. Peran sentral lainnya adalah
mutu layanan di rumah sakit. Manajemen dimaksud perencanaan, pengadaan, pengelolaan, pemusnahan,
dimulai dari perencanaan, penanganan linen bersih, kontrol dan pemeliharaan fasilitas kesehatan, dan
penanganan linen kotor/pencucian hingga lain-lain, sehingga linen dapat tersedia di unit-unit
pemusnahan. Secara khusus penanganan linen kotor yang membutuhkan.
sangat penting guna mengurangi risiko infeksi
nosokomial. Proses pennganan tersebut mencakup Prinsip pengelolaan
pengumpulan, pesortiran, pencucian, penyimpanan
hingga distribusi ke ruangan-ruangan di rumah sakit.
 Peran linen sangat penting bagi nilai jual ruangan.
Selain itu pengelolaan linen yang kurang baik dapat
menyebabkan timbulnya infeksi. Jenis linen menurut
3. Penyelenggaraan Makanan kontaminasinya ada dua, yaitu linen infeksius dan
 Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan linen non infeksius. Linen infeksius adalah linen yang
rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, terkena cairan tubuh pasien seperti feses, muntahan,
perencanaan kebutuhan bahan makanan, darah, dan air seni. Linen non infeksius adalah linen
perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan yang tidak terkena cairan tubuh manusia. Menurut
makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan nodanya, linen terbagi menjadi tiga, linen noda berat,
bahan makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan sedang, dan ringan.
serta evaluasi.  Meskipun linen tidak digunakan secara langsung
Strukutr orgaisasi manajemen linen
 Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit dalam proses pengobatan namun dapat dilihat
pengaruhnya jika penanganan linen tidak dikelola  Pengelolaan linen di rumah sakit merupakan tanggung
terutama pasien rawat inap. Sesuai dengan kondisi jawab dari penunjang medik. Saat ini struktur
rumah sakit dapat juga dilakukan penyelenggaraan dengan baik akan mengakibatkan terjadinya
penularan penyakit yaitu infeksi nosokomial atau yang pengelolaan linen sangat beragam. Pada umumnya
makanan bagi karyawan. Ruang lingkup diserahkan pada bagian rumah tangga atau bagian
penyelenggaraan makanan rumah sakit meliputi sekarang lebih sering disebut Health-care Associated
Infections (HAIs). HAIs merupakan infeksi yang pencucian dan sterilisasi bagian sanitasi, bahkan
produksi dan distribusi makanan. Alur pencucian linen dapat dikontrakkan pada pihak ketiga
penyelenggaraan makanan, sebagai berikut: didapat pasien selama menjalani prosedur perawatan
dan tindakan medis di pelayanan kesehatan setelah (di luar rumah sakit) atau yang kita kend dengan metode
48 jam dan 30 hari setelah keluar dari fasilitas out sourcing. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa:
pelayanan kesehatan (WHO, 2011) a. Beban kerja berbeda di setiap nrmah sakit
b. Adanya keterbatasan Iahan di rumah sakit.
Jenis-jenis linen c. Adanya keterbatasan renaga kesehatan
d. Manajemen perlu berkonsentrasi pada core bisnis
 Ada bermacam-macam jenis linen yang digunakan di
yaitu jasa layanan kesehatan yang artinya adalah
rumah sakit. Jenis linen dimaksud antara lain
perawatan dan pengobatan. Kewenangan,
Perlengkapan alas kasur, sprei, sarung guling, selimut,
pengaturan dan struktur organisasi unit pengelolaan
4. Penelitian dan Pengembangan dll.
iinen diserahkan sepenuhnya kepada direktur rumah
 Tujuan penelitian dan pengembangan gizi  Perlengkapan baju pasien serta semua perlengkapan
sakit, disesuaikan dengan kondisi di rumah sakit
terapan adalah untuk mencapai kualitas pelayanan baju operasi, berbagai macam doek, dan peralatan
masing-masing
gizi rumah sakit secara berdaya guna dan berhasil baju bayi. (DepKes RI, 2004) atau lengkap nya seperti
guna dibidang pelayanan gizi, penyelenggaraan dibawah ini : 
Penatalaksanaan pengelolaan linen
makanan rumah sakit, penyuluhan, konsultasi,  Sprei/ laken, Steek laken, Perlak/ zeil, Sarung bantal,
 Dalam Buku Pedoman Manajemen Linen Rumah Sakit,
konseling dan rujukan gizi sesuai kemampuan Sarung guling, Selimut, Boven laken, Alas Kasur, Bed
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI
institusi. Hasil penelitian dan pengembangan gizi cover, Tirai/ gorden, Vitage, Kain penyekat/ scherm,
(2004), tata laksana dalam pengelolaan linen terdiri
terapan berguna sebagai bahan masukan bagi Kelambu, Taplak, Barak schort (tenaga kesehatan dan
dari:
perencanaan kegiatan, evaluasi, pengembangan pengunjung), Celemek, topi, lap, Baju pasien, Baju
1. Perencanaan
teori, tatalaksana atau standar pelayanan gizi operasi, Kain penutup (tabungan gas, troli dan alat
2. Penerimaan linen kotor
rumah sakit. Sasaran kegiatan adalah pelayanan gizi kesehatan lainnya), Macam-macam dock, Popok bayi,
3. Penimbangan
di ruang rawat inap dan rawat jalan, baju bayi, kain bedong, gurita bayi, Topi kain, Wash
4. Pensortiran/ pemilahan
penyelenggaraan makananrumah sakit, penyuluhan, lap, Handuk, Linen operasi (baju, celana, jas, macam-
5. Proses pencucian
konsultasi, konseling dan rujukan gizi. macam laken, topi, masker, doek, sarung kaki, sarung
6. Pemerasan
Mekanisme kegiatan: meja mayo, alas meja instrument, mitela, barak
7. Pengeringan
a. Menyusun proposal penelitian schort).
8. Sortir noda
 Untuk melaksanakan penelitian Menurut nodanya, linen terbagi menjadi tiga yaitu :
9. Penyetrikaan
pengembangan gizi terapan, diperlukan  Linen Bersih (clean linen) Menurut Peninsula
10. Sortir linen rusak
proposal penelitian yang berisi judul penelitian, Community Health (2012), linen bersih adalah linen
11. Pelipatan
latar belakang, tujuan, tinjauan pustaka dan yang tidak digunakan sejak terakhir di laundry.
12. Merapikan, pengepakan/ pengemasan
referensi, hipotesa, metode, personalia, biaya  Linen Kotor (soiled used linen) Linen kotor yang sudah
13. Penyimpanan
dan waktu. digunakan baik terkena darah ataupun cairan tubuh
14. Distribusi
b. Melaksanakan penelitian lain dan semua linen yang digunakan oleh pasien yang
15. Perawatan kualitas linen
 Pelaksanaan penelitian dapat dilakukan sesuai terkena infeksi (baik kotor/ternoda ataupun tidak)
16. Pencatatan dan pelaporan
dengan metode yang telah ditetapkan. (Peninsula Community Health, 2012). Ada penjelasan
c. Menyusun laporan penelitian lain menurut Laundry Management Policy (2013),
 Pada umumnya laporan berisikan judul linen kotor adalah linen yang sudah digunakan tetapi
penelitian, latar belakang, tujuan, tinjauan tetap digunakan.
pustaka dan referensi, hipotesa, metode, hasil  Linen Kotor Terinfeksi (fouled and infected linen)
dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran Adalah linen yang terkominasi dengan darah/ cairan
tubuh yang masih basah atau linen yang sudah
digunakan oleh pasien dari sumber isolasi (Laundry
Management Policy, 2013). Menurut Depkes RI
(2004), linen kotor terinfeksi adalah linen yang
terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dan feses
terutama yang berasal dari infeksi TB Paru, infeksi
Salmonella dan Shigella (sekresi dan eksresi), HBV dan
HIV (jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya
MANAJEMEN LINEN DAN LAUNDRY DI RS yang spesifik (SARS)
Jenis linen menurut kontaminasinya ada dua, yaitu:
house dengan steam boiler dan penunjang lainnya. 10. Rumah Sakit melakukan pencucian secara terpisah
Sarana fisik instalansi pencucian terdiri dari beberapa antara linen infeksius dan noninfeksius.
ruang antara lain: 11. Khusus untuk pencucian linen infeksius dilakukan
1.Ruang Penerimaan Linen diruangan khusus yang tertutup dengan dilengkapi
2.Ruang Pemisahan Linen sistem sirkulasi udara sesuai dengan ketentuan.
3.Ruang Pencucian dan Pengeringan Linen 12. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah
4.Ruang Penyetrikaan Linen tertutup yang dilengkapi dengan pengolahan awal
5.Ruang Penyimpanan Linen (pre-treatment) sebelum dialirkan ke unit
6.Ruang Distribusi Linen pengolahan air limbah.
13. Bangunan laundry terdiri dari ruang-ruang terpisah
Perlatanan dan bahan cucian sesuai kegunaannya yaitu ruang linen kotor dan
 Peralatan pada instalasi pencucian menggunakan bahan ruang linen bersih harus dipisahkan dengan dinding
pencuci kimiawi dengan komposisi dan kadar tertentu, yang permanen, ruang untuk perlengkapan
agar tidak merusak bahan yang dicuci/linen, mesin kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang kereta
pencuci, kulit petugas yang melaksanakan dan limbah linen, kamar mandi dan ruang peniris atau
buangannya tidak merusak lingkungan. pengering untuk alat-alat termasuk linen.
a. Peralatan pada instalasi pencuci antara lain: 14. Laundry harus dilengkapi “ruang antara” untuk
 Mesin cuci/ washing machine tempat transit keluarmasuk petugas laundry untuk
 Mesin peras/ washing extractor mencegah penyebaran mikroorganisme.
 Mesin pengering/ drying tumbler 15. Alur penanganan proses linen mulai dari linen kotor
 Mesin penyetrika/ flatwork ironer sampai dengan linen bersih harus searah (Hazard
 Mesin penyetrika press/ presser ironer Analysis and Critical Control Point).
 Mesin jahit/ sewing machine 16. Dalam area laundry tersedia fasilitas wastafel,
Penyelengaraan linen
b.Produk bahan kimia pembilas mata (eye washer) dan atau pembilas
 Bahan kimia yang dipakai secara umum terdiri dari: badan (body washer) dengan dilengkapi petunjuk
 Alkali arahnya.
 Detergen= sabun pencuci 17. Proses pencucian laundry yang dilengkapi dengan
 Emulsifier suplai uap panas (steam), maka seluruh pipa steam
 Bleach = pemutih yang terpasang harus aman dengan dilengkapi
 Sout/ penetral steam trap atau kelengkapan pereduksi panas pipa
lainnya.
 Softener
18. Ruangan laundry dilengkapi ruangan menjahit,
 Starch/ kanji
gudang khusus untuk menyimpan bahan kimia
untuk pencucian dan dilengkapi dengan
Kendala dalam Pengelolaan Linen Rumah Sakit penerangan, suhu dan kelembaban serta
 Kendala yang sering ditemui dalam pengelolaan linen di tanda/simbol keselamatan yang memadai.
rumah sakit, seperti: 19. Perlakuan terhadap linen:
 kualitas linen yang tidak baik a. Pengumpulan
 kualitas hasil pencucian sulit menghilangkan noda berat  Pemilahan antara linen infeksius dan non
seperti darah dan bahan kimia infeksius dimulai dari sumber dan
 Unit-unit pengguna linen tidak melakukan pembasahan memasukkan linen kedalam kantong plastik
terhadap noda sesuai jenisnya serta diberi label.
Laundry RS  Ruangan tidak memisahkan linen kotor terinfeksi  Menghitung dan mencatat linen diruangan.
 Laundry Rumah Sakit Salah satu upaya untuk dengan linen kotor tidak terinfeksi  Dilarang melakukan perendaman linen kotor
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah  kurang kurangnya pemahaman dan kemampuan dalam di ruangan sumber.
melalui pelayanan penunjang non medik, khususnya pengelolaan linen b. Penerimaan
dalam pengelolaan linen di rumah sakit (DepKes RI,  Mencatat linen yang diterima dan telah dipilah
2004). Laundry rumah sakit adalah tempat penyucian Penyelengaraan pengawasan linen (laundry) antara infeksius dan non infeksius.
linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya  Pengawasan linen adalah upaya pengawasan  Linen dipilah berdasarkan tingkat
berupa mesin cuci, alat dan bahan desinfektan, mesin terhadap tahapan-tahapan pencucian linen di rumah kekotorannya.
uap, pengering, meja dan meja setrika. Unit laundry sakit untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan c. Pencucian
merupakan unit yang melakukan pengolahan linen dan lingkungan hidup yang ditimbulkan. Linen  Menimbang berat linen untuk menyesuaikan
rumah sakit, khususnya linen yang merupakan merupakan salah satu kebutuhan pasien dirumah dengan kapasitas mensin cuci dan kebutuhan
kelengkapan tempat tidur pasien rawat inap sakit yang dapat memberikan dampak kenyamanan deterjen dan disinfektan.
(Jumadewi, 2014). dan jaminan kesehatan. Pengelolaan linen yang buruk  Membersihkan linen kotor dari tinja, urin,
Persyaratan Umum Laundry akan menyebabkan potensi penularan penyakit bagi darah dan muntahan dengan menggunakan
 Persyaratan umum untuk laundry di rumah sakit pasien, staf dan pengguna linen lainnya. Untuk mesin cuci infeksius.
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor mewujudkan kualitas linen yang sehat dan nyaman  Mencuci dikelompokan berdasarkan tingkat
1204 Tahun 2004 adalah: serta aman, maka dalam pengelolaan linen di rumah kekotorannya.
 Di tempat laundry tersedia kran air bersih dengan sakit harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:  Pengeringan linen dengan mesin pengering
kualitas dan tekanan aliran yang memadai, air panas 1. Suhu air panas untuk pencucian 70°C dalam waktu sehingga didapat hasil pengeringan yang baik.
untuk desinfeksi dan tersedia desinfektan 25 menit atau 95°C dalam waktu 10 menit.  Penyeterikaan dengan mesin seterika uap,
 Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan 2. Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk mesin flat ironer sehingga didapat hasil
dekat dengan saluran pembuangan air limbah serta proses pencucian dilengkapi Informasi Data seterikaan yang baik.
tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis Keamanan Bahan (MSDS) agar penanganan risiko  Linen bersih harus ditata sesuai jenisnya dan
linen yang berbeda paparannya dapat tertangani secara cepat dan sistem stok linen (minimal 4 bagian) dengan
 Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk tepat. sistem first in first out.
linen infeksius dan non infeksius 3. Standar kuman bagi linen dan seragam tenaga d. Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima
 Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup medis bersih setelah keluar dari proses cuci tidak dari petugas penerima, kemudian petugas
yang dilengkapi dengan pengolahan awal (pre- mengandung 20 CFU per 100 cm persegi. menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan
treatment) sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan 4. Pintu masuk linen kotor dan pintu keluar linen sesuai kartu tanda terima.
air limbah bersih harus berbeda atau searah. e. Pengangkutan
 Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai 5. Jarak rak linen dengan plafon : 40 cm.  Kantong untuk membungkus linen bersih
dengan kegunaannya yaitu ruang linen kotor, ruang 6. Dilakukan identifikasi jenis B3 yang didigunakan harus dibedakan dengan kantong yang
linen bersih, ruang untuk perlengkapan kebersihan, laundry dengan membuat daftar inventori B3 dapat digunakan untuk membungkus linen kotor.
ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar berupa tabel yang berisi informasi jenis B3,  Menggunakan kereta yang berbeda dan
mandi dan ruang peniris atau pengering untuk alat- karakteritiknya, ketersediaan MSDS, cara tertutup antara linen bersih dan linen kotor.
alat termasuk linen pewadahan, cara penyimpanan dan simbol limbah Untuk kereta linen kotor didesain dengan
 Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry B3. pintu membuka keatas dan untuk linen bersih
tersendiri, pencuciannya dapat bekerja sama dengan 7. Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk dengan pintu membuka ke samping, dan pada
pihak lain dan pihak lain tersebut harus mengikuti proses pencucian dilengkapi Informasi Data setiap sudut sambungan permukaan kereta
persyaratan tata laksana yang telah ditetapkan. Keamanan Bahan (MSDS) agar penanganan risiko harus ditutup dengan pelapis (siller) yang kuat
paparannya dapat tertangani secara cepat dan agar tidak bocor.
Saranan fisik dan peralatan sarana fisik tepat.  Kereta dorong harus dicuci dengan disinfektan
 Sarana fisik untuk instalasi pencucian mempunyai 8. Ditempat laundry tersedia keran air keperluan setelah digunakan mengangkut linen kotor.
persyaratan tersendiri, terutama untuk pemasangan higiene dan sanitasi dengan tekanan cukup dan  Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor
peralatan pencucian yang baru. Sebelum kualitas air yang memenuhi persyaratan baku tidak boleh dilakukan bersamaan.
pemasangan, data lengkap SPA (sarana, prasarana, mutu, juga tersedia air panas dengan tekanan dan  Linen bersih diangkut dengan kereta dorong
alat) diperlukan untuk memudahkan koordinasi dan suhu yang memadai. yang berbeda warna.
jejaring selama pengoperasiannya. Tata letak dan 9. Bangunan laundry dibuat permanen dan memenuhi  Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry
hubungan antar ruangan memerlukan perencanaan persyaratan pedoman teknis bangunan laundry tersendiri, pengangkutannya dari dan
teknik yang matang, untuk memudahkan penginstalan rumah sakit atau sesuai dengan ketentuan ketempat laundry harus menggunakan mobil
termasuk instalan listrik, uap, air panas dan peraturan perundang-undangan. khusus.
penunjang lainnya, misalnya mendekatkan power
f. Petugas yang bekerja dalam pengelolan laundry d. Pemanfaatan Ruangan  terminal uap
linen harus menggunakan alat pelindung diri e. Desain tata ruangan dan komponen bangunan
seperti masker, sarung tangan, apron, sepatu boot, Desain tata Ruang dan desain komponen bangunan 5. Intslasi pengelolaan limbah
penutup kepala, selain itu dilakukan pemeriksaaan harus dapat meminimalisir risiko penyebaran  Instalasi pengelolaan limbah padat;
kesehatan secara berkala, serta harus memperoleh infeksi serta memperhatikan alur kegiatan petugas  Instalasi pengelolaan limbah cair;
imunisasi hepatitis B setiap 6 (enam) bulan sekali. dan pengunjung Rumah Sakit.  Instalasi pengelolaan limbah gas;
g. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry  Instalasi pengelolaan limbah radioaktif; dan
tersendiri, pencuciannya dapat bekerjasama Prasarana RS  Instalasi pengolahan limbah bahan beracun dan
dengan pihak lain dan pihak lain tersebut harus 1. Instalasi air berbahaya.
memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan a. Instalasi air minum/bersih 6. Pencegahan dna penanggulangan kebakaran
perundang-undangan, serta dilakukan pengawasan  perencanaan sistem distribusi air minum/bersih  Sistem proteksi pasif
penyelenggaraan linen secara rutin oleh pihak dalam Bangunan Rumah Sakit harus memenuhi Penerapan sistem proteksi pasif yang didasarkan pada
rumah sakit. debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan fungsi/klasifikasi risiko kebakaran, geometri Ruang,
 penampungan air minum/bersih dalam Bangunan bahan bangunan terpasang, dan/atau jumlah dan
Rumah Sakit diupayakan sedemikian rupa agar kondisi penghuni dalam Bangunan Rumah Sakit.
menjamin kualitas air Sistem proteksi pasif sebagaimana dimaksud pada
MANAJEMEN ADMINISTRASI SARANA DAN PRASARANA b. Instalasi air kotor/limbah harus memenuhi:
RUMAH SAKIT  sistem Instalasi air kotor/limbah harus - persyaratan kinerja;
direncanakan dan dipasang dengan - tingkat ketahanan api dan stabilitas;
Pengertian mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya - tipe konstruksi tahan api;
 Sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat  pertimbangan jenis air kotor/limbah diwujudkan - tipe konstruksi yang diwajibkan;
tervisualisasi oleh mata maupun teraba oleh panca- dalam bentuk pemilihan sistem - kompartemenisasi kebakaran 6) perlindungan pada
indera dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien pengaliran/pembuangan dan penggunaan bukaan.
dan (umumnya) merupakan bagian dari suatu peralatan yang dibutuhkan  Sistem Proteksi Aktif
bangunan gedung ataupun bangunan gedung itu  pertimbangan tingkat bahaya air kotor/limbah Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada
sendiri (Permenkes RI, 2008). Sedangkan prasarana diwujudkan dalam bentuk sistem pengolahan dan fungsi, klasifikasi, luas, ketinggian, volume bangunan,
adalah merupakan seperangkat alat yang berfungsi pembuangannya dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam
secara tidak langsung untuk mencapai tujuan. Sarana  air kotor/limbah yang mengandung bahan beracun Bangunan Rumah Sakit. Sistem proteksi aktif meliputi:
prasarana memiliki arti yang sama dengan fasilitas dan berbahaya tidak boleh digabung dengan air 1) sistem pemadam kebakaran;
yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kotor/limbah domestik 2) sistem deteksi dan alarm kebakaran
kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan. Prasarana  air kotor/limbah yang berisi bahan beracun dan  3) sistem pengendalian asap kebakaran
Rumah Sakit adalah utilitas yang terdiri atas alat, berbahaya (B3) harus diproses sesuai dengan 7. Petunjuk
jaringan dan sistem yang membuat suatu bangunan ketentuan peraturan perundang-undangan  persyaratan teknis dan sarana evakuasi saat terjadi
Rumah Sakit bisa berfungsi  air kotor/limbah domestik sebelum dibuang ke keadaan darurat Setiap Bangunan Rumah Sakit harus
saluran terbuka harus diproses sesuai dengan menyediakan sarana evakuasi yang meliputi sistem
Tujuan pengaturan persyaratan teknis bangunan dan pedoman dan standar teknis yang berlaku. c. peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar
prasarana rs Instalasi air hujan darurat, dan jalur evakuasi, yang dapat menjamin
 mewujudkan Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit c. Instalasi air hujan pengguna Bangunan Rumah Sakit untuk melakukan
yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan dan  sistem Instalasi air hujan harus direncanakan dan evakuasi dari dalam Bangunan Rumah Sakit secara
prasarana yang serasi dan selaras dengan dipasang dengan mempertimbangkan ketinggian aman apabila terjadi bencana atau keadaan darurat
lingkungannya; permukaan air tanah, permeabilitas tanah, dan 8. Istalasi tata udara
 mewujudkan tertib pengelolaan bangunan dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota  Instalasi ventilasi, terdiri atas ventilasi alami dan/atau
prasarana yang menjamin keandalan teknis bangunan  bangunan Rumah Sakit dan pekarangannya harus ventilasi mekanik/buatan yang memenuhi syarat
dan prasarana dari segi keselamatan, kesehatan, dilengkapi dengan sistem Instalasi air hujan; sesuai dengan fungsinya.
kenyamanan, dan kemudahan;  untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan  Instalasi sistem pengkondisian udara
 meningkatkan peran serta pemerintah, pemerintah ke dalam tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke 9. Sistem informais dna komunikasi
daerah, dan masyarakat dalam pengelolaan Rumah sumur resapan sebelum dialirkan ke jaringan  Sistem informasi di Rumah Sakit harus didesain
Sakit yang sesuai dengan persyaratan teknis drainase lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan dengan sistem keamanan yang optimal untuk
peraturan perundang-undangan menjamin aplikasi hanya dapat diakses oleh petugas
sarana prasarana atau sistem utilisasi rs  bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun yang berwenang. Sistem komunikasi sebagai
 Air bersih dan listrik tersedia 24 jam sehari, tujuh hari sebab lain yang dapat diterima, maka penyaluran penyediaan sistem komunikasi baik untuk keperluan
dalam seminggu air hujan harus dilakukan dengan cara lain yang internal bangunan maupun untuk hubungan ke luar
 Rumah Sakit mengidentifikasi area dan layanan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang pada saat terjadi kebakaran dan/atau kondisi darurat
memiliki risiko terbesar jika terjadi pemadaman listrik  sistem Instalasi air hujan harus dipelihara untuk lainnya
atau kontaminasi atau gangguan air mencegah terjadinya endapan dan penyumbatan 10. Ambulans
 Rumah Sakit merencanakan sumber-sumber listrik pada saluran  Ambulans meliputi ambulans air, darat, dan udara.
dan air alternatif dalam keadaan darurat 2. Instalasi mekanikal dan elektrikal Ambulans darat meliputi ambulans transport,
 Tata udara, gas medis, sistim kunci, sistim perpipaan  Instalasi transportasi vertikal, terdiri atas lift, ambulans gawat darurat, dan kereta jenazah
limbah, lift, boiler dan lain lain berfungsi sesuai eskalator, dan/atau lift pelayan (dumbwaiter). Luas lift
dengan ketentuan yang berlaku. pasien dan pengunjung sebagaimana dimaksud pada Persyaratan teknis ruang dalam bangunan rumah sakit
paling kecil berukuran 1,50 x 2,30 meter dengan lebar 1.Ruang Rawat Jalan
Persyaratan bangunan rs pintu tidak kurang dari 1,20 meter untuk  Letak ruang rawat jalan harus mudah diakses dari pintu
 Administratif; memungkinkan lewatnya tempat tidur dan masuk utama rumah sakit dan memiliki akses yang
 Teknis bangunan gedung brankar/tempat tidur pasien bersama-sama dengan mudah ke ruang rekam medis, ruang farmasi, ruang
- aspek tata bangunan, meliputi peruntukan dan pengantarnya. radiologi, dan ruang laboratorium.
intensitas bangunan, arsitektur bangunan, dan  Instalasi sistem pencahayaan, terdiri atas sistem  Ruang rawat jalan harus memiliki ruang tunggu dengan
pengendalian dampak lingkungan pencahayaan alami, pencahayaan buatan, dan kapasitas yang memadai dan sesuai kajian kebutuhan
- Aspek keandalan bangunan, meliputi persyaratan pencahayaan darurat. pelayanan.
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan  Instalasi sistem kelistrikan, harus memenuhi  Desain ruangan pemeriksaan pada ruang rawat jalan
kemudahan, sesuai fungsi Rumah Sakit. persyaratan yang meliputi harus dapat menjamin privasi pasien.
 Teknis Bangunan Rumah Sakit 1. sumber daya listrik;  Dalam hal terdapat ruangan pemeriksaan untuk pasien
a. Rencana Blok Bangunan; 2. panel hubung bagi; menular pada ruang rawat jalan, letak dan desain
Rencana Blok Bangunan harus sesuai peruntukan 3. jaringan distribusi listrik; ruangan pemeriksaan untuk pasien menular harus dapat
dan intensitas Bangunan Rumah Sakit yang 4. perlengkapan serta Instalasi listrik untuk mengontrol penyebaran infeksi.
dilaksanakan berdasarkan ketentuan tentang tata memenuhi kebutuhan Bangunan Rumah Sakit 2.Ruang Rawat Inap
Ruang wilayah daerah, rencana tata bangunan dan yang terjamin terhadap aspek keselamatan  Letak ruang rawat inap harus di lokasi yang tenang,
lingkungan yang ditetapkan, dan peraturan manusia; aman, dan nyaman.
bangunan daerah setempat. Rencana Blok 5. keamanan Instalasi listrik beserta  Ruang rawat inap harus memiliki akses yang mudah ke
Bangunan Rumah Sakit harus memenuhi perlengkapannya; ruang penunjang pelayanan lainnya.
persyaratan: 6. keamanan Rumah Sakit serta isinya;  Ruangan perawatan pasien di ruang rawat inap harus
- peruntukan lokasi bangunan; 7. perlindungan lingkungan dari bahaya listrik dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan jenis
- kepadatan bangunan;  Instalasi proteksi petir, bertujuan untuk mengurangi penyakit.
- ketinggian bangunan; dan secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan oleh 3. Ruang Gawat Darurat
- jarak bebas bangunan. petir terhadap Bangunan Rumah Sakit, termasuk  Letak ruang gawat darurat harus memiliki akses
b. Massa Bangunan; manusia, peralatan, dan perlengkapan bangunan langsung dari jalan raya dan tanpa hambatan.
Masa bangunan harus memenuhi syarat sirkulasi lainnya dalam Bangunan Rumah Sakit.  Letak ruang gawat darurat harus memiliki akses yang
udara dan pencahayaan, kenyamanan, keselarasan, 3. Instalasi gas medik dan vakum medik cepat dan mudah ke ruang operasi, ruang kebidanan,
dan keseimbangan dengan lingkungan.  sumber gas medik dan vakum medik ruang radiologi, laboratorium, ruang farmasi dan bank
c. Tata letak bangunan (site plan);  jaringan pemipaan sistem gas medik dan vakum darah rumah sakit.
Tata letak bangunan harus memenuhi syarat zonasi medik  Akses masuk ruang gawat darurat harus dilengkapi
berdasarkan tingkat risiko penularan penyakit,  terminal sistem gas medik dan vakum medik. dengan tanda penunjuk jalan, rambu-rambu, dan
zonasi berdasarkan privasi, dan zonasi berdasarkan 4. Instalasi uap elemen pengarah sirkulasi yang jelas.
pelayanan atau kedekatan hubungan fungsi antar  sumber uap yang diperoleh dari boiler (katel uap).  Desain tata ruang gawat darurat harus dapat
Ruang pelayanan.  distribusi uap mendukung kecepatan pemberian pelayanan.
 sistem proteksi pasif. Penerapan sistem proteksi pasif
didasarkan pada fungsi/klasifikasi risiko kebakaran,
4.Ruang Operasi geometri Ruang, bahan bangunan terpasang,
 Jenis ruangan operasi di rumah sakit terdiri dari ruangan dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam
operasi minor, ruangan operasi umum, dan ruangan Bangunan Rumah Sakit. harus memenuhi sistem
operasi mayor. proteksi pasif:
 Desain tata ruang operasi harus memenuhi ketentuan 1) persyaratan kinerja
zona berdasarkan tingkat sterilitas ruangan yang terdiri 2) tingkat ketahanan api dan stabilitas
dari: 3) tipe konstruksi tahan api
- zona steril rendah 4) tipe konstruksi yang diwajibkan
- zona steril sedang 5) kompartemenisasi kebakaran
- zona steril tinggi; 6) perlindungan pada bukaan
- zona steril sangat tinggi; dan  Sistem proteksi aktif. Penerapan sistem proteksi aktif
 Dalam hal ruang operasi menyatu dengan ruang lain didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas, ketinggian,
dalam satu bangunan, ruang operasi harus merupakan volume bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi
satu kompartemen. penghuni dalam Bangunan Rumah Sakit. Sistem
 Sistem ventilasi di ruang operasi harus tersaring dan proteksi aktif harus meliputi sistem pemadam
terkontrol serta terpisah dari sistem ventilasi lain di kebakaran, sistem deteksi dan alarm kebakaran dan
rumah sakit untuk kepentingan pengendalian dan sistem pengendalian asap kebakaran
pencegahan infeksi.
 Selain memenuhi ketentuan, sistem ventilasi harus
terpisah antara satu ruangan operasi dengan ruangan Sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat
operasi lainnya.  Setiap Bangunan Rumah Sakit harus menyediakan
5.Ruang Perawatan Intensif sarana evakuasi yang meliputi sistem peringatan
 Letak ruang perawatan intensif harus memiliki akses bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur
yang mudah ke ruang operasi, ruang gawat darurat, dan evakuasi, yang dapat menjamin pengguna Bangunan
ruang penunjang medik lainnya. Rumah Sakit untuk melakukan evakuasi dari dalam
 Luas lantai untuk setiap tempat tidur pasien pada ruang Bangunan Rumah Sakit secara aman apabila terjadi
perawatan intensif harus cukup untuk meletakan bencana atau keadaan darurat. Sarana evakuasi
peralatan dan ruang gerak petugas yang berhubungan harus dapat digunakan oleh semua orang termasuk
dengan pasien. penyandang cacat dan lanjut usia
 Dalam hal ruang perawatan intensif menyatu dengan
ruang lain dalam satu bangunan, ruang perawatan Petunjuk, persyaratan teknis dan sarana evakuasi saat
intensif harus merupakan satu kompartemen. terjadi keadaan darurat
 Dalam hal ruang perawatan intensif memiliki ruang  Setiap Bangunan Rumah Sakit harus menyediakan
perawatan isolasi untuk pasien dengan penyakit  Sarana evakuasi yang meliputi sistem peringatan
menular, desain tata ruang dan alur sirkulasi petugas bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur
dan pasien harus dapat meminimalkan risiko evakuasi, yang dapat menjamin pengguna Bangunan
penyebaran infeksi. Rumah Sakit untuk melakukan evakuasi dari dalam
6.Ruang Laboratorium Bangunan Rumah Sakit secara aman apabila terjadi
 Letak ruang laboratorium harus memiliki akses yang bencana atau keadaan darurat.
mudah ke ruang gawat darurat dan ruang rawat jalan.  Sarana evakuasi harus dapat digunakan oleh semua
 Desain tata ruang dan alur petugas dan pasien pada orang termasuk penyandang cacat dan lanjut usia.
ruang laboratorium harus terpisah dan dapat  Sarana evakuasi merupakan sarana keselamatan jiwa
meminimalkan risiko penyebaran infeksi. pada Bangunan Rumah Sakit
 Ruang laboratorium harus memiliki:
- saluran pembuangan limbah cair yang dilengkapi Pemeliharaan bangunan dan prasarana RS
dengan pengolahan awal (pre-treatment) khusus  Pemeliharaan promotif.Merupakan kegiatan
sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan air Pemeliharaan yang bersifat memberikan petunjuk
limbah rumah sakit; penggunaan atau pengoperasian bangunan dan
- fasilitas penampungan limbah padat medis yang Prasarana
kemudian dikirim ke tempat penampungan  Rumah Sakit
sementara limbah bahan berbahaya dan beracun.  Pemeliharaan pemantauan fungsi/inspeksi (testing)
7.Ruang Farmasi merupakan kegiatan Pemeliharaan yang bersifat
 Ruang farmasi terdiri atas ruang kantor/administrasi, melakukan pemantauan fungsi/testing pada setiap
ruang penyimpanan, ruang produksi, laboratorium bangunan dan prasarana yang akan digunakan atau
farmasi, dan ruang distribusi. dioperasionalkan
 Ruang farmasi harus menyediakan utilitas bangunan  Pemeliharaan preventif merupakan kegiatan
yang sesuai untuk penyimpanan obat yang menjamin Pemeliharaan yang bersifat pembersihan,
terjaganya keamanan, mutu, dan khasiat obat. penggantian komponen/suku cadang yang masa
 Ruang produksi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan waktunya harus diganti
bahan medis habis pakai dan ruang proses kimia lainnya
yang dapat mencemari lingkungan, pembuangan
 Pemeliharaan korektif/perbaikan merupakan kegiatan
pemeliharaan yang bersifat penggantian suku cadang
udaranya harus melalui penyaring untuk menetralisir
sampai dilakukan overhaull
bahan yang terkandung di dalam udara buangan
tersebut sesuai ketentuan yang berlaku.
8.Ruang Rekam Medis
 Letak ruang rekam medik harus memiliki akses yang
mudah dan cepat ke ruang rawat jalan dan ruang gawat
darurat.
 Desain tata ruang rekam medis harus dapat menjamin
kemanan penyimpanan berkas rekam medis.
9.Ruang Dapur Dan Gizi
 Ruang dapur dan gizi merupakan tempat
pengolahan/produksi makanan yang meliputi
penerimaan bahan mentah atau makanan terolah,
pembuatan, pengubahan bentuk, pengemasan,
pewadahan, penyimpanan bahan makanan serta
pendistribusian makanan siap saji di rumah sakit.
 Letak ruang dapur dan gizi harus memiliki akses yang
mudah ke ruang rawat inap dan tidak memiliki akses
yang bersilangan dengan akses ke laundri, tempat
pembuangan sampah, dan ruang jenazah.
10.Laundry
 Letak laundry harus memiliki akses yang mudah ke ruang
rawat inap dan ruang sterilisasi.
 Laundry harus memiliki akses yang terpisah untuk linen
kotor dan linen bersih.
 Laundry harus memiliki saluran pembuangan limbah cair
yang dilengkapi dengan pengolahan awal (pre-
treatment) khusus sebelum dialirkan ke instalasi
pengolahan air limbah rumah sakit

Pencegahan dan penanggulangan kebakaran

Anda mungkin juga menyukai