A. Struktur Organisasi
Administrasi
B. UraianTugas
C. StandarKetenagaan
SumberDayaManusiaFarmasiRumahSakit
Personalia Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah sumber daya
manusia yang melakukan pekerjaan kefarmasian di rumahsakit yang
termasuk dalam bagan organisasi rumah sakit dengan persyaratan :
• Terdaftar di Departeman Kesehatan
• Terdaftar di AsosiasiProfesi
• Mempunya iizin kerja
• Mempunyai SK penempatan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.
1332/Menkes/SK/X/2002 yang dimaksud dengan :
1. Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di
Indonesia sebagai Apoteker.
Persyaratan Apoteker dirumah sakit adalah
· Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan (DepKes).
· Telah mengucapkan Sumpah / Janji sebagai Apoteker.
· Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri Kesehatan (MenKes)
· Memenuhi syarat – syarat kesehatan fisik dan mental untuk
melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker.
· Tidak bekerja disuatu Perusahaan Farmasi dan tidak menjadi
Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Apotek lain.
Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit, Apoteker
dibantu oleh Asisten Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Kerja
(SIK). Keputusan Menteri Kesehatan No. 679/MENKES/SK/V/2003,
tentang Peraturan Registrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker, yaitu :
a. Surat Izin Asisten Apoteker adalah bukti tertulis atas kewenangan
yang diberikan kepada pemegang Ijazah Sekolah Asisten Apoteker
atau Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi dan Jurusan
Farmasi, Politeknik Kesehatan, Akademi Analis Farmasi dan
Makanan, Jurusan Analis Farmasi serta Makanan Politeknik
Kesehatan untuk menjalankan Pekerjaan Kefarmasian sebagai
Asisten Apoteker.
b. Surat Izin Kerja Asisten Apoteker adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada pemegang Surat Izin Asisten Apoteker untuk melakukan
pekerjaan Kefarmasian disarana kefarmasian.
Distribusi Ketenagaan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mutiara Bunda di dalam
melaksanakan pelayanan farmasi dibagi menjadi 3 (tiga) shift pelayanan
dalam waktu 24 jam. Distribusi tenaga farmasi ditempatkan pada 2 ( dua )
depo pelayanan yaitu depo farmasi IGD dan rawat jalan dan depo farmasi
rawat inap serta pelayanan gudang farmasi. Masing-masing depopelayanan
dan gudang farmasi di pimpin oleh apoteker.
JenisPelayanan
Pelayanan IGD (InstalasiGawatDarurat)
Pelayananrawatinap
Pelayananrawatjalan
pelayanangudangfarmasi
Analisa Kebutuhan Tenaga di IFRS
Analisa kebutuhan tenaga disusun bersama-sama oleh panitia
penyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja RS. Jumlah tenaga
yang dibutuhkan tergantung pada jenis pelayanan, komposisi shift jaga dan
jumlah pasien yang dilayani. Jumlah ketenagaan Instalasi Farmasi disusun
setahun sekali berdasarkan data tahun berjalan dan perkiraan
perkembangan tahun yang dianggarkan.
Evaluasi Kinerja Tenaga IFRS
Evaluasi kinerja tenaga Instalasi farmasi Rumah Sakit Mutiara
Bunda mengacu pada evaluasi kinerja karyawan RS sesuai dengan uraian
tugas dan tanggung jawabnya yang meliputi penilaian terhadap :
Kualitas Kerja
Kuantitas Kerja
Disiplin Kerja
Kecakapan
Tanggung Jawab
Loyalitas
Inisiatif
Kejujuran
Motivasi
Kerjasama
Komunikasi
Absensi
Evaluasi kinerja tersebut dilakukan setiap akhir tahun dan bersifat terbuka dan
diharapkan dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja yang bersangkutan
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA
Nomor : 176/SK/RSMB/TB/I/2017
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
PERTAMA : Keputusan Direktur Rumah Sakit Mutiara Bunda
tentang Kebijakan pelayanan Farmasi Rumah Sakit
Mutiara Bunda.
KEDUA : Rumah Sakit mewajibkan penggunaan obat sesuai
dengan Undang-Undang, dan peraturan yang berlaku
dan diorganisir untuk memenuhi kebutuhan pasien.
KETIGA : Rumah Sakit wajib melakukan pelayanan farmasi dan
pengelolaan perbekalan farmasi meliputi kegiatan
pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpaan,pendistribusian,pengendaliaa, penghapusan,
administrasi,pelaporan dan evaluasi . Pelayanan
kefarmasian meliputi pengkajian resep, dispensing obat,
pemantauan dan pelaporan efek samping obat,
pelayanan informasi obat, dan konseling sebagaimana
mana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
KEEMPAT : Rumah Sakit melakukan pelayanan Instalasi Farmasi 24
Jam
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
DIREKTUR
RS. MUTIARA BUNDA
Tembusan :
1. Ketua komite medik
2. Ketua komite keperawatan
3. Ketua bidang pelayanan
4. Ketua bidang keperawatan
5. Ketua tim akreditasi RSMB
5. Produksi
Instalasi farmasi RS Mutiara Bunda belum melakukan kegiatan
produksi.
6. Pendistribusian :
a. Distribusi obat dilakukan secara tersentralisasi di Instalasi
Farmasi untuk pasien rawat jalan dan rawat inap.
b. Pendistribusian perbekalan farmasi di rumah sakit terdiri atas:
1) Distribusi untuk pasien rawat jalan
a) Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan
dilakukan berdasarkan resep dan penjualan bebas untuk
obat tertentu.
b) Penyerahan perbekalan farmasi rawat jalan dilakukan
oleh apoteker atau asisten apoteker yang diberi
wewenang.
c) Penyerahan perbekalan farmasi pasien rawat jalan
dilakukan dengan memberikan informasi obat kepada
pasien.
2) Distribusi untuk pasien rawat inap
a) Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap
dilakukan dengan sistemkombinasi resep individual dan
persediaan ruang minimal. Penyerahan perbekalan
farmasi rawat inap dilakukan oleh apoteker atau
petugas yang diberi wewenang.
3) Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja
a. Sistem unit dosis (One Day Dose)
Pendistribusian obat-obatan melalui resep perorangan
yang disiapakan, diberikan atau digunakan dan dibayar
dalam dosis harian, yang berisi obat dalam jumlah yang
telah ditetapkan untuk penggunaan obat dalam satu hari.
c. Penyerahan
Pada saat di distribusikan, petugas yang melakukan serah
terima memeriksa kesesuaian pengeluaran perbekalan farmasi
baik dari jumlah, jenis, dan kondisi fisik, kemudian di ruangan
disimpan sesuai dengan stabilitas perbekalan farmasi.Petugas
yang menyerahkan perbekalan farmasi adalah apoteker atau
tenaga teknik kefarmasian yang kompeten sesuai dengan
kredensialnya.
d. Bentuk Distribusi
1) Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dan
rawat inap dilakukan dalam bentuk paling siap digunakan
untuk diberikan pada pasien.
2) Bentuk paling siap digunakan adalah seluruh perbekalan
farmasi yang diberikan sudah dikemas, diberi label mulai
dari identitas pasien , yaitu nama pasien, nomor CM, dan
nomor registrasi, nama obat, dosis, jumlah dan cara pakai.
3) Waktu pelayanan obat yang ditetapkan adalah obat jadi 7
menit, sedangkan obat racikan 15 menit. Waktu tersebut
dihitung setelah resep selesai diberi harga.
4) Untuk resep pasien rawat jalan, dilakukan proses telaah
resep terlebih dahulu oleh apoteker sebelum dilaksanakan
pelayanan resep selanjutnya.
5) Untuk resep rawat inap, petugas farmasi mengisi formulir
pemberian obat untuk terapi pertama, kemudian obat
diserahkan kepada petugas ruang perawatan.
6) Setiap hari, apoteker farmasi klinik melakukan visite ke
ruang perawatan untuk mengawasi pemberian obat kepada
pasien rawat inap untuk memastikan bahwa pasien
mendapatkan obat dan menggunakan obat pada waktu
yang tepat dengan mencocokan antara Daftar Pemberian
Obat, obat pasien dan etiket obat tersebut.
7) Apoteker farmasi klinik mengawasi penggunaan obat yang
dibawa sendiri oleh pasien dengan menggunakan Formulir
Rekonsiliasi Obat Yang Dibawa Sendiri Oleh Pasien yang
merupakan bentuk koordinasi antara dokter, apoteker dan
perawat.
7. Pemusnahan :
a. Pengelolaan perbekalan farmasi rusak dan kadaluarsa berada di
bawah pengawasan Manajer Penunjang Medis dan
dikoordinasikan dengan Kepala Instalasi Farmasi agar tidak
disalah gunakan. Pemusnahan perbekalan farmasi rusak atau
kadaluarsa bekerja sama dengan bagian Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, dimana perbekalan farmasi yang rusak tersebut
di inventaris kemudian dibuatkan berita acara pemusnahan dan
diserah terima kan pada bagian Kesehatan Lingkungan RS
untuk dimusnahkan.
b. Untuk obat-obat narkotika dan psikotopika, apabila rusak atau
kadaluarsa, kegiatan pemusnahan nya harus disaksikan oleh
petugas Dinas Kesehatan setempat.
c. Resep dimusnahkan setelah disimpan selama 3 tahun oleh
Apoteker dengan disaksikan oleh Manajer Penunjang Medis
dan Asisten Apoteker dan dilaporkan Berita Acara
Pemusnahannya kepada Direktur RS Mutiara Bunda.
A. Pengkajian resep
Setiap resep yang diterima untuk dilayani harus dikaji terlebih dahulu oleh
Apoteker dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang kompeten yang dapat
melakukan konfirmasi dengan dokter penulis resep bila ditemukan
persyaratan resep tidak tepat atau ketidakjelasan tetap dalam pengawasan
Apoteker.
1.Penulisan Resep yang lengkap :
a. Data identifikasi pasien yang akurat
b. Elemen-elemen dari pemesanan / penulisan Resep
c. Bilamana nama generic atau nama dagang adalah akseptabel atau
diperlukan
d. Bilamana indikasi untuk penggunaan diperlukan pada suatu PRN (
Pro Re Nata ,”bila perlu” ) atau pesananan obat yang lain.
e. Prosedur khusus untuk pemesanan obat LASA/NORUM.
f. Tindakan yang diambi bila pemesanan obat tidak lengkap, tidak
terbaca, atau tidak jelas.
g. Jenis pemesanan tambahan yang diijinkan seperti pada pesanan dan
setiap elemen yang dibutuhkan dalam pesanan yang emergency,
dalam daftar tunggu ( standing, automatic stock dan seterusnya )
h. Pesanan obat secara verbal atau melalui telfon : Tulis lengkap,baca
ulang dan konfirmasi.
i. jenis pesanan yang berdasarkan berat, seperti untuk kelompok
pasien anak.
2. Aspek yang ditelaah dalam pengkajian resep:
a. Persyaratan administrasi
1. Tanggal Resep
2. Nama Pasien dan No. Rekam Medis
3. Berat Badan
4. Nama Dokter
5. Nama Obat
6. Paraf Dokter
7. Tulisan Dokter Tidak Terbaca
b. Persyaratan farmaseutika
1. Bentuk sediaan
2. Kekuatan sediaan
3. Stabilitas sediaan
4. Dosis dan jumlah obat
5. Waktu dan frekuensi pemberian
6. Cara pemberian
c. Persyaratan klinis
1. Indikasi
2. Waktu penggunaan
3. Duplikasi pengobatan
4. Interaksi obat
5. Data alergi obat pasien
6. Polifarmasi
B. DispensingObat
Seluruh resep yang masuk ke Instalasi akan dilayani sesuai dengan
prosedur mulai dari penerimaan, peracikan, pengemasan sampai
penyerahan kepada pasien rawat jalan atau pasien rawat inap oleh seluruh
petugas farmasi yang dinas sesuai dengan wewenangnya masing-masing.