Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN KESEHATAN REPRODUKSI PADA BENCANA

“Assesment, Monitoring dan Evaluasi”

Disusun oleh:

Kelompok 6

1. Nadella Maharani 1811211009


2. Novrida Yanti 1811211038
3. Namira Salsabila 1811212007
4. Tiara Agustin 1811212034
5. Hadisty Aisyah Putri 1811212045
6. Khalda Atikah 1811212049
7. Lia Citra Dewi 1811212054
8. Kaisa Salsabila 1811213021

Dosen Pengampu:
Siti Nurhasanah S. ST, M.Kes

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Assesment,
Monitoring dan Evaluasi”

Penyusunaan makalah ini ditujukan kepada Fakultas Kesehatan Masyarakat sebagai


pemenuhan syarat untuk menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Manajemen Kesehatan
Reproduksi pada Bencana. Penyusunan makalah ini dilaksanakan atas kerja sama antar anggota
kelompok serta bimbingan dari dosen pengampu mata kuliah ini. Serta kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan materi
dalam pembelajaran sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan masih jauh dari katan
sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar
kelompok dapat mengoreksi kekurangan tersebut. Demikianlah makalah ini kami buat semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Padang, 21 Maret 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii

BAB I .............................................................................................................................................. 2

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 2

1. Latar belakang...................................................................................................................... 2

2. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 3

3. Tujuan .................................................................................................................................. 3

BAB II ............................................................................................................................................. 4

PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 4

1. Perencanaan Program Kesehatan Reproduksi ..................................................................... 4

2. Assessment ........................................................................................................................... 4

3. Monitoring ........................................................................................................................... 7

4. Evaluasi .............................................................................................................................. 10

BAB III ......................................................................................................................................... 13

PENUTUP..................................................................................................................................... 13

1. Kesimpulan ........................................................................................................................ 13

2. Saran .................................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Berbagai kemajuan signifikan dalam penanggulangan bencana selama beberapa tahun
terakhir telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat progresif dalam
upaya penanggulangan bencana untuk membangun ketangguhan masyarakatnya. Sebagai salah
satu negara yang paling rentan terhadap bencana serta adanya ancaman yang relatif cukup jelas
yang disebabkan kondisi geografis dan komposisi demografi, Indonesia masih akan terus
mengalami dan mengelola bencana.

Bencana yang sering terjadi di Indonesia adalah banjir, kebakaran, angin topan, longsor,
kekeringan dan gempa bumi. Tercatat 2.836 kejadian bencana antara tahun 2008-2010 yang
menyebabkan 4.216 orang meninggal, 999 orang hilang, 1.067.103 orang mengungsi,dan
653.876 rumah rusak, serta 14.526 unit sarana dan prasarana rusak. (data pusdatin BNPB 2011)
Dalam rangka meringankan beban masyarakat yang terkena bencana, pemerintah melalui
BNPB memobilisasi logistik dari berbagai sumber daya untuk menghadapi berbagai bencana
yang terjadi di Indonesia. Peralatan dibutuhkan di setiap tahapan kegiatan penanggulangan
bencana (PB) baik kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi.
Sejak tahun 2009 BNPB telah memberikan dukungan Logistik dan Peralatan bagi BPBD
Provinsi untuk penguatan kelembagaan dalam rangka kesiapsiagaan dan memberikan bantuan
logistik dan peralatan bagi kabupaten / kota yang terkena bencana pada masa tanggap darurat
atas usulan BPBD Provinsi. Bantuan kemanusiaan juga diberikan kepada negara yang terkena
bencana seperti Pakistan, Haiti dan Jepang.

Dalam upaya mengukur pencapaian keberhasilan pelaksanaan Manajemen Peralatan PB


dan menganalisa manfaat bantuan peralatan yang diberikan, diperlukan monitoring dan evaluasi
secara komprehensif dimulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, pergudangan,
penyaluran, pengangkutan, pendistribusian, pemeliharaan sampai dengan penghapusan. Untuk
itu dipandang perlu menyusun Pedoman Monitoring dan Evaluasi Manajemen Peralatan.

Monitoring dan Evaluasi (M&E) merupakan dua kegiatan terpadu dalam rangka
pengendalian suatu program. Meskipun merupakan satu kesatuan kegiatan, Monitoring dan

2
Evaluasi memiliki fokus yang berbeda satu sama lain. Assesment adalah proses untuk
menentukan dan mengatasi kebutuhan atau “kesenjangan” antara kondisi saat ini dan kondisi
yang diinginkan. Tujuan assessment adalah untuk secara cepat mengumpulkan informasi serta
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan kesehatan reproduksi penduduk dan kapasitas sistem
kesehatan yang ada untuk merespon kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Perencanaan, monitoring (dan pengendalian) dan evaluasi merupakan kegiatan yang


berkaitan. Berdasarkan perencanaan yang telah disusun,serta lokakarya mini Puskesmas,
pelaksanaan kegiatan perlu dimonitor dan dikendalikan agar selalu disiplin mengikuti rencana
yang telah ditetapkan serta keputusan-keputusan dalam lokakarya mini. Perlu pula dilakukan
monitoring terhadap perubahan lingkungan organisasi yang mungkin dapat mendasari perlunya
dilakukan koreksi atau penyesuaian terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan (seperti misal
pemotongan anggaran, adanya perubahan pola penyakit akibat terjadinya wabah, adanya
bencana alam, diberlakukanya aturan perundangan yang baru dsb).Hasil monitoring dan
pengendalian harus dikemas dalam bentuk informasi yang jelas, lengkap dan mudah dipahami
bagi semua yang terlibat dalam kegiatan (pimpinan sampai staf pelaksana/
pendukung) sehingga dapat dipakai untuk melakukan koreksi (bila diperlukan) atau
penyesuaian kegiatan atau bahkan juga replaning. Monitoring dan pengendalian dilakukan
terhadap kegiatan program atau pelayanan kesehatan yang sedang berjalan, sehingga koreksi
(bia ditemukan penyimpangan) dapat dilaksanakan segera saat itu untuk lebih dapat menjamin
pencapaian tujuan Puskesmas atau tujuan yang telah disesuaikan

2. Rumusan Masalah
1. Apa itu assesment, dan bagaimana melakukan assesment?
2. Apa itu monitoring,dan bagaimana melakukan monitoring?
3. Apa itu evaluasi, dan bagaimana melakukan evaluasi ?

3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui apa itu assesment, dan bagaimana cara melakukan assessment
2. Untuk mengetahui apa itu monitoring, dan bagaimana cara melakukan monitoring
3. Untuk mengetahui apa itu evaluasi, dan bagaimana cara melakukan evaluasi

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Perencanaan Program Kesehatan Reproduksi


Tujuan ke-lima dari PPAM mensyaratkan bahwa perencanaan untuk program
kesehatan reproduksi komprehensif dimulai dari fase awal respon bencana. Begitu target
layanan PPAM telah dicapai dan dapat berlanjut , maka komponen-komponen layanan
kesehatan reproduksi komprehensif dapat dilaksanakan. Para petugas dan manajer program
kesehatan reproduksi harus bekerja dalam mekanisme sektor/cluster kesehatan untuk
memastikan bahwa proses perencanan ini selaras dengan perencanaan kesehatan serta kegiatan
mobilisasi sumber daya kesehatan lainnya dan bahwa layanan-layanan kesehatan reproduksi
komprehensif diintegrasikan ke dalam pengembangan program pelayanan kesehatan dasar.

Saat merencanakan program kesehatan reproduksi komprehensif, adalah penting untuk


memahami kebutuhan-kebutuhan penduduk yang terdampak dan untuk mempertimbangkan
sumber-sumber daya yang ada serta prioritasprioritas yang telah ditetapkan dalam sistem
kesehatan yang ada. Pendekatan sistem kesehatan menetapkan sejumlah “unit pembangun
(building block)” yang membangun sistem kesehatan dan menawarkan kerangka penyusunan
program yang berguna di mana komponen-komponen kesehatan reproduksi dapat
direncanakan, dinilai, dipantau dan dievaluasi.

2. Assessment
Assesment adalah proses untuk menentukan dan mengatasi kebutuhan atau
“kesenjangan” antara kondisi saat ini dan kondisi yang diinginkan. Tujuan assessment adalah
untuk secara cepat mengumpulkan informasi serta mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
kesehatan reproduksi penduduk dan kapasitas sistem kesehatan yang ada untuk merespon
kebutuhan-kebutuhan tersebut. Assesment dilakukan pada fase awal respon bencana,
assessment awal yang cepat dilakukan oleh para mitra kemanusiaan. Dalam sistem koordinasi
sektor/ cluster kesehatan, para petugas kesehatan reproduksi harus memastikan bahwa mereka
memperoleh informasi mengenai:

1) Jumlah dan lokasi penduduk yang memerlukan akses ke layanan kesehatan reproduksi
minimum;

4
2) Jumlah dan lokasi staf pelayanan kesehatan yang memberikan, atau mampu memberikan
komponen-komponen layanan ppam;
3) Kesempatan-kesempatan supply logistik medis kesehatan reproduksi;
4) Kemungkinan-kemungkinan pendanaan PPAM.

Strategi dan rencana disesuaikan dengan itu, berdasarkan informasi yang diperoleh.
Penyebab dari kesakitan dan kematian yang paling penting terkait dengan kesehatan reproduksi
telah diagendakan oleh PPAM dan tidak perlu dinilai pada fase awal respon bencana .Ketika
tujuan 2, 3 dan 4 PPAM tercapai, assessment yang lebih mendalam dilaksanakan sebagai bagian
dari tujuan 5, perencanaan untuk pelaksanaan layanan kesehatan reproduksi komprehensif.
Disepanjang waktu program, assessment berkala dapat digunakan untuk mengevaluasi
perkembangannya menuju pencapaian tujuan.

Empat metode penting untuk mengumpulkan data dalam assessment mencakup:

a. Pengkajian informasi yang ada


Sebagai bagian dari assessment untuk merencanakan pengenalan komponen-
komponen layanan kesehatan reproduksi komprehensif, suatu kajian yang menyeluruh
atas sumber-sumber data sekunder harus dilakukan untuk mengumpulkan informasi
kesehatan reproduksi tentang populasi yang terdampak. Data tersebut akan tersedia
dari Kementrian Kesehatan, lembaga-lembaga PBB dan LSM-LSM.
Contoh data tersebut termasuk:
1) Survei Demografi dan Kesehatan atau Demographic and Health Survey (DHS)
ataupun data survei lain yang tersedia;
2) Ketersediaan layanan-layanan kesehatan reproduksi, distribusi geografis serta
fungsi mereka;
3) Data pengawasan/surveilans rutin atau data fasilitas kesehatan seperti apa yang
dilaporkan kepada sistem informasi kesehatan tingkat kabupaten atau nasional;
4) Rencana strategis nasional dan/atau assessment oleh UN Development Assistance
Framework/Kerangka Kerja Pembangunan UN (UNDAF).

5
b. Wawancara informan kunci
Tujuan wawancara informan kunci adalah untuk mengumpulkan informasi dari
banyak kalangan masyarakat –termasuk para pimpinan masyarakat, profesional atau
penduduk– yang memiliki pengetahuan langsung mengenai populasi yang terdampak.
Informasi yang dikumpulkan selama assessment harus mencakup pandangan informan
kunci mengenai kondisi dan praktek sebelumnya, situasi saat ini, perubahan dalam
praktek sejak permulaan keadaan darurat, kecukupan layanan-layanan kesehatan
reproduksi saat ini dan kebutuhan-kebutuhan prioritas kesehatan reproduksi penduduk.
Wawancara informan kunci bisa dalam bentuk terstruktur (terdiri dari seperangkat
pertanyaan yang ditanyakan dalam suatu urutan khusus) atau tidak terstruktur (terdiri
sebagian besar dari pertanyaan terbuka yang dapat diubah atau disesuaikan selama
pelaksanaan wawancara).
c. Diskusi kelompok berfokus
Tujuan diskusi kelompok berfokus adalah untuk memperoleh informasi
mengenai kepercayaan dan sikap kelompok terhadap suatu persoalan atau masalah
kesehatan tertentu. Diskusi kelompok berfokus berbeda dari wawancara informan
kunci karena memungkinkan interaksi di antara semua anggota kelompok. Jika diskusi
dilakukan pada suatu sub-kelompok dalam populasi –seperti wanita usia subur atau
remaja laki-laki– maka hasilnya dapat memberikan informasi yang berguna yang
mewakili kelompok khusus tersebut.
d. Assessment fasilitas kesehatan
Assessment fasilitas kesehatan merupakan inventarisasi tempat-tempat dimana
layanan kesehatan dapat diberikan beserta layananlayanan yang ada di tempat tersebut.
Daftar-periksa yang terstruktur mengenai topik-topik dapat membantu memberikan
gambaran tentang fasilitas kesehatan itu, termasuk inventaris layanan-layanan
kesehatan reproduksi yang diberikan; data staf dan cakupan; serta inventaris peralatan
dan supply kesehatan reproduksi. Assessment ini dapat juga mencakup kajian statistik
rutin mengenai layanan-layanan kesehatan reproduksi untuk menentukan apakah
protokol standar telah diikuti untuk menjamin kualitas layanan.

6
e. Survei cepat
Survei cepat dapat berguna untuk mengumpulkan informasi berbasis penduduk
secara cepat selama assessment. Survei tersebut harus singkat dan memuat pertanyaan-
pertanyaan hanya mengenai informasi yang diperlukan untuk mengidentifikasikan
kebutuhan-kebutuhan kesehatan reproduksi dasar. Survei berbeda dari diskusi
kelompok berfokus, karena survei tidak mengijinkan peserta untuk memberikan rincian
opini mengenai topik.
Yang Bertanggung jawab melakukan Assesment adalah Tim assessment dapat
terdiri dari satu atau tiga orang dengan keahlian klinis, riset, manajemen dan kesehatan
masyarakat. Jumlah tim yang diperlukan akan bergantung pada besarnya area yang
dicakup, akses yang ada serta situasi keamanan dan metode assessment yang akan
digunakan. Ketika memilih tim, harus memperhatikan gender, usia, suku dan status
sosial para anggotanya harus dipertimbangkan. Contohnya, di beberapa negara bisa jadi
tidak pantas bagi laki-laki untuk bertanya kepada perempuan yang sudah menikah
mengenai riwayat reproduksinya. Jika sesuai, sebaiknya mengikutsertakan anggota
penduduk yang terdampak di dalam tim assessment.

3. Monitoring
Monitoring adalah pengumpulan, pelaporan maupun analisa data secara teratur dan
bersinambungan selama durasi pelaksanaan program dan merupakan bagian sangat penting
dari setiap program kesehatan reproduksi. Monitoring ditujukan pada pengukuran kemajuan
proyek ke arah pencapaian tujuan-tujuan program Monitoring mencakup diseminasi hasil-
hasil secara tepat waktu sehingga tindakan dapat diambil.

a. Kapan melakukan monitoring?

Sistem informasi yang sederhana dan rutin yang mengumpulkan data kesehatan
reproduksi minimum diperlukan sejak permulaan respon bencana hingga pelaksanaan
PPAM. Ketika respon berkembang dan lebih banyak komponen layanan kesehatan
reproduksi diperkenalkan, kebutuhan monitoring program-program kesehatan reproduksi
harus disesuaikan untuk mencerminkan perubahan kebutuhankebutuhan atas komponen-
komponen yang direncanakan, diatur dan dilaksanakan, Data kesehatan dapat dikumpulkan
sebagai bagian dari sistem informasi kesehatan nasional (SIK) yang ada. Bila sistem ini

7
tidak ada atau tidak berjalan karena krisis, makasektor / cluster kesehatan akan
melaksanakan suatu sistem monitoring darurat untuk membantu pengelolaan dan
koordinasi program. Monitoring berkala di dalam sistem tersebut (mis. harian, mingguan
atau bulanan) bergantung pada perkembangan respon bencana dan kebutuhan masing-
masing organisasi. Setidaknya, data bulanan harus tersedia untuk menginformasikan
keputusankeputusan penyusunan program secara reguler.

b. Alat bantu apakah yang digunakan untuk monitoring?

Sangat penting untuk memiliki alat bantu dan metode pengumpulan yang
digunakan oleh semua mitra kesehatan untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan telah
terstandarisasi dan memiliki kualitas yang baik. Saat digunakan dalam cara yang sistematik
dan terkoordinasi oleh semua mitra, sumbersumber daya ini membantu memastikan bahwa
data dikumpulkan hingga tingkat kerincian yang sama dan dapat diperbandingkan di
seluruh lokasi. Data kesehatan reproduksi rutin harus dikumpulkan dari kombinasi sumber-
sumber fasilitas kesehatan dan masyarakat sebagai bagian dari Sistem Informasi Kesehatan
(SIK) yang lebih luas.

Sumber-sumber data rutin mencakup:

1) Rekam medis pasien perorangan dan kartukartu (seperti partograf, kartu antenatal,
kartu keluarga berencana);
2) Register harian dan lembar perhitungan jumlah (seperti register kelahiran, lembar
perhitungan jumlah antenatal);
3) Formulir laboratorium (seperti tes HIV atau hasil skrining sifilis);
4) Formulir kajian kematian ibu (lihat Kotak 18);
5) Laporan tenaga kesehatan berbasismasyarakat/bidan
6) Formulir pelaporan mingguan dan/atau bulanan.

Daftar alat bantu di atas bukan daftar lengkap. Sumber-sumber data dan metode
lain untuk pelaporan rutin (misalnya pengawasan sentinel*) mungkin perlu juga
dipertahankan di samping SIK, menurut kebutuhan masingmasing program dan/atau
lembaga. Di beberapa kondisi, survei berbasis populasi dapat juga digunakan sebagai alat
bantu yang efektif untuk memandu penyelenggaraan program. Bila diulangi dari waktu ke

8
waktu, alat ini dapat merupakan sumber data monitoring kesehatan reproduksi yang
berguna.

c. Data apa yang diperlukan untuk monitoring?

Data yang diperlukan untuk memonitor suatu program kesehatan reproduksi


ditentukan oleh pemilihan indikator-indikator yang akan digunakan untuk memonitor
perkembangan program ke arah pencapaian seperangkat tujuan. untuk definisi dan
masalah yang harus dipertimbangkan ketika memilih dan menggunakan indikator-
indikator kesehatan reproduksi. merekomendasikan indikator-indikator kunci yang
digunakan untuk memonitor setiap komponen program kesehatan reproduksi
komprehensif.

d. Siapa yang bertanggungjawab untuk monitoring?

Perawat, bidan dan penyedia layanan kesehatan reproduksi lainnya yang bekerja di
fasilitas kesehatan bertanggungjawab untuk pengumpulan dan pelaporan rutin data
layanan. Selain itu, staf kesehatan berbasis masyarakat harus juga terlibat dalam
pengumpulan data di tingkat masyarakat. Untuk memastikan bahwa data dapat
diperbandingkan pada programprogram yang berbeda, semua staf tersebut harus menerima
pelatihan yang memadai mengenai penggunaan dan aplikasi alat bantu pengumpulan data
secara tepat di lapangan.

Supervisor klinik ditunjuk untuk bertanggungjawab atas rekapitulasi laporan


mingguan atau bulanan. Laporan ini pada gilirannya dikirimkan kepada manajerkesehatan
reproduksi atau manajer program kesehatan untuk dimasukkan ke komputer untuk
dianalisa.

e. Bagaimana menganalisa, menggunakan dan mendesiminaikan hasil monitoring

Analisa data layanan kesehatan dan data berbasis populasi yang dikumpulkan
secara rutin penting untuk monitoring kinerja dan kualitas penyelenggaraan layanan
kesehatan dan dalam mengidentifikasi perubahanperubahan pada status kesehatan populasi
yang terdampak. Di tingkat fasilitas, statistik dapat dianalisa secara manual dengan

9
memasang hasil-hasil pada bagan yang menunjukkan penggunaan statistik di area
penerimaan pasien klinik.

Di tingkat organisasi dan sektor/cluster kesehatan, cara pengelolaan data yang lebih
efisien diperlukan untuk memastikan bahwa hasil-hasil dianalisa, didesiminasikan dan
digunakan dengan cara yang tepat waktu dan efektif. Lembar kerja computer sederhana
atau software database berguna untuk membantu mengelola volume data yang besar dari
waktu ke waktu dan pada lokasi yang berbeda-beda.

Penggunaan data dan umpan balik hasil merupakan hal utama untuk memastikan
bahwa informasi diterjemahkan ke dalam praktik kesehatan masyarakat dan peningkatan
yang dapat diukur dalam status kesehatan reproduksi penduduk. Seringkali para manajer
di tingkat yang lebih rendah diwajibkan melaporkan jumlah data yang sangat banyak
kepada tingkat yang lebih tinggi, tetapi mereka amat jarang menerima umpan balik apapun.
Pada saat yang sama, informasi berlimpah di tingkat yang lebih tinggi adalah sedemikian
rupa sehingga pada praktiknya data tersebut jarang digunakan secara efektif. Para manajer
program kesehatan reproduksi harus memberikan umpan balik secara rutin kepada para
stafnya dan juga mendiskusikan temuan-temuan utama serta rekomendasi untuk program
kesehatan reproduksi, berdasarkan hasil terakhir pada rapat koordinasi sektor/cluster
kesehatan. Bila dianggap tepat, jadikan kesehatan reproduksi tersedia bagi penduduk yang
dilayani oleh fasilitas kesehatan.

4. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk menganalisa efisiensi dan efektivitas program. Evaluasi
membandingkan kegiatan program dan layanan (keluaran/output) dengan manfaat
(hasil/outcome) dan dampak kesehatan masyarakat serta membantu para petugas kesehatan
reproduksi untuk menentukan hal-hal tersebut memenuhi tujuan yang telah ditetapkan.

a. Kapankah waktu untuk mengevaluasi ?


Adalah penting untuk menjadwalkan dan merencanakan evaluasi sejak permulaan
pelaksanaan program. Evaluasi berlangsung disepanjang waktu proyek, bukan hanya di
akhir proyek, dan dijadwalkan menurut tahapan pelaksanaan proyek dan kebutuhan
organisasi.

10
b. Apa alat bantu untuk evaluasi?
Evaluasi menggunakan metode-metode assessment sistematik dan mengukur baik
aspek kualitatif maupun kuantitatif dari penyelenggaraan layanan. Evaluasi dapat juga
menggunakan metode yang serupa dengan yang digunakan pada assessment. Wawancara
informan kunci dengan pimpinan atau anggota masyarakat yang terdampak dapat
mengumpulkan data untuk mengevaluasi kualitas program dan penerimaan masyarakat
terhadap program.

Evaluasi terhadap kualitas atau akses ke layanan mencakup kajian terhadap


dokumendokumen operasional (seperti laporan lokasi, laporan perjalanan, laporan
supervisi, catatan pelatihan) dan daftar-periksa untuk layanan kesehatan kualitatif.
Pengkajian data yang dikumpulkan dari sistem monitoring juga harus dilihat sebagai
bagian dari proses evaluasi. Data berbasis populasi dapat dikumpulkan untuk melengkapi
dan/atau memvalidasi data yang dikumpulkan secara rutin.

c. Data apa yang diperlukan untuk evaluasi?


Adalah penting untuk menetapkan secara jelas tujuan setiap evaluasi dan secara
jelas menetapkan pertanyan-pertanyaan yang harus dijawab oleh evaluasi. Pertanyaan-
pertanyaan lazim yang harus dipertimbangkan dalam mengevaluasi keluaran proyek dan
proyek itu sendiri adalah:
1) Apa yang telah kita lakukan?
2) Apa yang telah kita capai?
3) Apakah kita mencapai apa yang diinginkan?
4) Apa yang dapat kita pelajari?
5) Apa lagi yang dibutuhkan?

d. Siapa yang bertanggungjawab untuk evaluasi?


Evaluasi harus seobyektif mungkin dan tidak mengandung bias. Jika orang yang
melakukan evaluasi juga terlibat dalam koordinasi atau pengelolaan program, terkadang
sulit bagi orang tersebut untuk tetap menjadi peserta yang netral dan melihat program
dengan tidak memihak atau berat sebelah. Untuk alasan ini, akan bermanfaat jika evaluasi
dilakukan oleh evaluator eksternal.

11
e. Bagaimana menganalisa, menggunakan dan menyebarkan hasil evaluasi?
Evaluasi harus mencerminkan apa yang berjalan dengan baik maupun apa yang
tidak berjalan dengan baik, agar hasilnya dapat membawa pada peningkatan/perbaikan
dalam perencanaan dan rancangan program. Umpan balik di awal harus diberikan kepada
manajer program dan para penyedia layanan.

12
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Assesment adalah proses untuk menentukan dan mengatasi kebutuhan atau
“kesenjangan” antara kondisi saat ini dan kondisi yang diinginkan. Tujuan assessment adalah
untuk secara cepat mengumpulkan informasi serta mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
kesehatan reproduksi penduduk dan kapasitas sistem kesehatan yang ada untuk merespon
kebutuhan-kebutuhan tersebut. Assesment dilakukan pada fase awal respon bencana,
assessment awal yang cepat dilakukan oleh para mitra kemanusiaan.

Monitoring adalah pengumpulan, pelaporan maupun analisa data secara teratur dan
bersinambungan selama durasi pelaksanaan program dan merupakan bagian sangat penting
dari setiap program kesehatan reproduksi. Monitoring ditujukan pada pengukuran kemajuan
proyek ke arah pencapaian tujuan-tujuan program Monitoring mencakup diseminasi hasil-
hasil secara tepat waktu sehingga tindakan dapat diambil.

Tujuan evaluasi adalah untuk menganalisa efisiensi dan efektivitas program. Evaluasi
membandingkan kegiatan program dan layanan (keluaran/output) dengan manfaat
(hasil/outcome) dan dampak kesehatan masyarakat serta membantu para petugas kesehatan
reproduksi untuk menentukan hal-hal tersebut memenuhi tujuan yang telah ditetapkan

2. Saran
Dari penulisan makalah ini, kelompok berharap agar pembaca agar dapat memahami
pembelajaran tentang masalah keluarga berencana sewaktu bencana agar makalah ini dapat
menjadi suatu acuan. Dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan, untuk itu dibutuhkan
kritik dan saran yang membimbing kelompok kami daari pembaca

13
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pedoman Lapangan Antar-lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana.
2010.

Buku Pedoman Lapangan Antar-lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana”,
2010 Revisi untuk Peninjauan Lapangan. Diakses pada 20 Maret 2021, pukul : 23:00 WIB

14

Anda mungkin juga menyukai