Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA PROFESIONAL KLINIK


(MPKP) DAN KOMUNITAS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3 – (5H KEPERAWATAN)

1. ACHMAD BAIHAQI (191030100277)

2. AFIFAH TYAS UTAMI (191030100272)

3. MEGA SUSILAWATI (191030100262)

4. MUHAMMAD FARHAN P (191030100270)

5. RAHAYU DEVI NOVI R (191030100283)

6. SEPTI MIRNAWATI (191030100273)

7. WIDYA ANANDA PUTRI (191030100274)

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunianya
kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu meskipun masih jauh dari kata
sempurna. Makalah ini kami susun untuk memenuhi nilai tugas pada mata kuliah
Keperawatan Jiwa II.

Dalam menyelesaikan makalah ini kami telah berusaha semaksimal dan sebaik
mungkin, namun kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam makalah ini
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari ibu
Ns.Tria Monja Mandira, M.Kep selaku dosen pada mata kuliah Keperawatan Jiwa II guna
penyempurnaan makalah ini dan agar dilain waktu kami tidak mengulanginya lagi

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya
diri kami sendiri dan dapat menjadi refensi belajar bagi semua.

Tangerang Selatan, 05 Desember 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A Definisi MPKP..........................................................................................................................3
B Langkah – Langkah MPKP........................................................................................................3
C Uraian Tugas.............................................................................................................................8
D Manajemen MPKP....................................................................................................................8
E Asuhan Keperawatan MPKP.....................................................................................................8
F Situasi Kesehatan Jiwa Saat Ini.................................................................................................8
G Fokus Pelayanan Kesehatan Jiwa..............................................................................................9
H Tiga Tipe Target Populasi........................................................................................................12
I CMHN (Community Mental Health Nursing).........................................................................13
J Pengembangan CMHN............................................................................................................14
K Desa Siaga...............................................................................................................................14
L Desa Siaga Sehat Jiwa.............................................................................................................15
M Karakteristik DS Dan DSSJ.....................................................................................................15
N TUM Dan TUK DSSJ..............................................................................................................16
O Pelaksanaan DSSJ....................................................................................................................16
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................18
A. Kesimpulan..............................................................................................................................18
B. Saran........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Model Praktik Keperawatan Jiwa (MPKP) Praktek Keperawatan professional
merupakan perwujudan pelayanan dan asuhan keperawatan yang bertanggung jawab
dan bertanggung gugat. (Keliat, 2010).
Pelayanan dan asuhan yag diberikan didasari oleh ilmu dan teknologi keperawatan
yang diberikan oleh perawat yang mempunyai kemampuan intelektual, teknikal,
interpersonal, dan dasar etik yang kuat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi MPKP?
2. Apa Langkah – Langkah MPKP?
3. Bagaimana Uraian Tugas?
4. Bagaimana Manajemen MPKP?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan MPKP?
6. Bagaimana Situasi Kesehatan Jiwa Saat Ini?
7. Apa Fokus Pelayanan Kesehatan Jiwa?
8. Apa saja Tiga Tipe Target Populasi?
9. Apa itu CMHN?
10.Bagaimana Pengembangan CMHN?
11.Apa itu Desa Siaga?
12.Apa itu Desa Siaga Sehat Jiwa?
13.Bagaimana Karakteristik DS Dan DSSJ?
14.Apa saja TUM Dan TUK DSSJ?
15.Bagaimana Pelaksanaan DSSJ?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan Memahami Definisi MPKP
2. Mengetahui dan Memahami Langkah – Langkah MPKP
3. Mengetahui dan Memahami Uraian Tugas
4. Mengetahui dan Memahami Manajemen MPKP
5. Mengetahui dan Memahami Asuhan Keperawatan MPKP

1
6. Mengetahui dan Memahami Situasi Kesehatan Jiwa Saat Ini
7. Mengetahui dan Memahami Fokus Pelayanan Kesehatan Jiwa
8. Mengetahui dan Memahami Tiga Tipe Target Populasi
9. Mengetahui dan Memahami CMHN
10. Mengetahui dan Memahami Pengembangan CMHN
11. Mengetahui dan Memahami Desa Siaga
12. Mengetahui dan Memahami Desa Siaga Sehat Jiwa
13. Mengetahui dan Memahami Karakteristik DS Dan DSSJ
14. Mengetahui dan Memahami TUM Dan TUK DSSJ
15. Mengetahui dan Memahami Pelaksanaan DSSJ

2
BAB II

PEMBAHASAN

A Definisi MPKP

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,


proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan. (Ratna sitorus & Yulia, 2006).
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur,
proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut
(Hoffart & Woods, 1996).

B Langkah – Langkah MPKP


1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yaitu: (Sitorus, 2011).
1) Pembentukan Tim
Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang digunakan sebagai
tempat proses belajar bagi mahasiswa keperawatan, sebaiknya kelompok kerja
ini melibatkan staf dari institusi yang berkaitan sehingga kegiatan ini
merupakan kegiatan kolaborasi antara pelayanan/rumah saklit dan institusi
pendidikan. Tim ini bisa terdiri dari seorang koordinator departemen, seorang
penyelia, dan kepala ruang rawat serta tenaga dari institusi pendidikan.
(Sitorus, 2011).
2) Rancangan Penilaian Mutu
Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan klien/keluarga
kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai dari dokumentasi
keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi noksomial (Sitorus, 2011).
3) Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil penilaian mutu
asuhan kepada pimpinan rumah sakit, departemen, staf keperawatan, dan staf
lain yang terlibat. Pada presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang rawat

3
tempat implementasi MPKP akan dilaksanakan (Sitorus, 2011).
a) Penentuan Tempat Implementasi MPKP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan tempat implementasi
MPKP, antara lain (Sitorus, 2011) :
 Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang tersebut. Hal ini
diperlukan sehingga dari awal tenaga perawat tersebut akan mendapat
pembinaan tentang kerangka kerja MPKP
 Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri dari 1
swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan dikembangkan sebagai pusat
pelatihan bagi perawat dari ruang rawat lain.
b) Penetapan Tenaga Keperawatan
Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan dari
klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan. Untuk menetapkan
jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat didahului dengan menghitung
jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan dalam waktu tertentu,
minimal selama 7 hari berturut-turut. (Sitorus,
2011).
c) Penetapan Jenis Tenaga
Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
metode modifikasi keperawatan primer. Dengan demikian, dalam suatu ruang
rawat terdapat beberapa jenis tenaga, meliputi (Sitorus, 2011):
 Kepala ruang rawat
 Clinical care manager
 Perawat primer
 Perawat asosiate
d) Pengembangan Standar Rencana Asuhan Keperawatan
Pengembangan standar rencana asuhan keperawatan bertujuan untuk
mengurangi waktu perawat menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih
banyak dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien.
Adanya standar rencana asuhan keperawatan menunjukan asuhan keperawatan
yang diberikan berdasarkan konsep dan teori keperawatan yang kukuh, yang
merupakan salah satu karakteristik pelayanan profesional. Format standar rencana
asuhan keperawatan yang digunakan biasanya terdiri dari bagian-bagian tindakan
keperawatan: diagnosa keperawatan dan data penunjang, tujuan, tindakan

4
keperawatan dan kolom keterangan (Sitorus, 2011).
e) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan
Selain standar rencana asuhan keperawatan, format dokumentasi keperawatan lain
yang diperlukan adalah (Sitorus, 2011) :
 Format pengkajian awal keperawatan
 Format implementasi tindakan keperawatan
 Format kardex
 Format catatan perkembangan
 Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter
 Format laporan pergantian shif
 Resume perawatan
f) Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama dengan fasilitas
yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun fasilitas tambahan yang di
perlukan adalah (Sitorus, 2011) :
 Badge atau kartu nama tim
Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim yang berisi nama PP
dan PA dalam tim tersebut. Kartu ini digunakan pertama kali saat melakukan
kontrak dengan klien/keluarga.
 Papan MPKP
Papan MPKP berisi daftar nama-nama klien, PP, PA, dan timnya serta dokter
yang merawat klien.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini
(Sitorus, 2011):
1) Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang yang
sudah ditentukan.
2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi
dilakukan setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan
jadwal dinas PP. Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga
dapat mengurangi gangguan dari luar (Sitorus, 2011).

5
3) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan ronde
dengan porawat asosiate (PA).
Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap hari.
Ronde ini penting selain untuk supervisi kegiatan PA, juga sarana bagi PP
untuk memperoleh tambahan data tentang kondisi klien (Sitorus, 2011).
4) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar rencana
asuhan keperawatan
Standar rencana asuhan keperawatan merupakan acuan bagi tim dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Semua masalah dan tindakan yang
direncenakan mengacu pada standar tersebut (Sitorus, 2011).
5) Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi
dengan klien/keluarga.
Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan kesepakatan antara
perawat dan klien/keluarganya dalam pemberian asuhan keperawatan. Kontrak
ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan klien dapat
terbina. Kontrak diawali dengan pemberian orientasi bagi klien dan
keluarganya (Sitorus, 2011).
6) Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus
dalam tim.
PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus klien yang
dirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA dapat lebih mempelajari kasus yang
ditanganinya secara mendalam. (Sitorus, 2011).
7) Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam
membimbing PP dan PA.
Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan implementasi MPKP
dilakukan melalui supervisi secara berkala. Agar terdapat kesinambungan
bimbingan, diperlukan buku komunikasi CCM. Buku ini menjadi sangat
diperlukan karena CCM terdiri dari beberapa orang yaitu anggota tim/panitia
yang diatur gilirannya untuk memberikan bimbingan kepada PP dan PA. Bila
sudah ada CCM tertentu untuk setiap ruangan, buku komunikasi CCM tidak
diperlukan lagi (Sitorus, 2011).
8) Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan.
Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat kepada
klien. Oleh karena itu, pengisisan dokumentasi secara tepat menjadi penting.

6
3. Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen evaluasi
MPKP oleh CCM. Evaluasi proses dilakukan oleh CCM dua kali dalam
seminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini masalah-
masalah yang ditemukan dan dapat segera diberi umpan balik atau bimbingan.
Evaluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan (Sitorus, 2011) :
1) Memberikan instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap klien
pulang.
2) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai berdasarkan

dokumentasi.
3) Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat).
4) Penilaian rata-rata lama hari rawat.

4. Tahap Lanjut
MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan
keperawatan. Agar implementasi MPKP memberikan dampak yang lebih
optimal, perlu disertai dengan implementasi substansi keilmuan keperawatan.
Pada ruang MPKP diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah
ada sistem yang tepat untuk menerapkannya (Sitorus, 2011).
1) MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini, PP
pemula diberi kesempatan meningkatkan pendidikan sehingga mempunyai
kemampuan sebagai SKep/Ners. Setelah mendapatkan pendidikan tambahan
tersebut berperan sebagai PP (bukan PP pemula) Sitorus, 2011).
2) MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP
tingkat I, PP adalah SKep/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan
keperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi mutakhir, diperlukan
kemampuan seorang Ners spesialis yang akan berperan sebagai CCM. Oleh
karena itu, kemampuan perawat SKep/Ners ditingkatkan menjadi ners
spesialis (Sitorus, 2011).
3) MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III.
Pada tingkat ini perawat dengan kemampuan sebagai ners spesialis
ditingkatkan menjadi doktor keperawatan. Perawat diharapkan lebih banyak

7
melakukan penelitian keperawatan eksperimen yang dapat meningkatkan
asuhan keperawatan sekaligus mengembangkan ilmu keperawatan (Sitorus,
2011).

C Uraian Tugas

Tugas pokok memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.


Pelayanan kesehatan ini dilaksanakan dalam bentuk tindakan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif yang menyeluruh dan berkesinambungan.

D Manajemen MPKP
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi yang jelas
antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. Dengan
demikian, PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP
harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat
menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.

E Asuhan Keperawatan MPKP


Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi
keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP, PP akan
mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra sesuai
kebutuhan klien.

F Situasi Kesehatan Jiwa Saat Ini


Salah satu ukuran beban penyakit adalah Disability Adjust Life Years (DALYs).
DALYs dihitung dari penjumlahan kematian prematur ( Years of life lost due to prematur
death/YLLs) dan tahun hidup dengan kondisi disabilitas (Years lived with
disability/YLDs).

Saat ini, perkiraan jumlah pederita gangguan jiwa di dunia adalah sekitar 450 juta
jiwa termasuk skizofrenia (WHO,2017). Secara global kontributor terbesar beban
penyakit (DALYs) dan penyebab kematian saat ini adalah penyakit kardivaskuler
(31,8%). Namun jika dilihat dari YLDs (tahun hilang akibat kesakitan atau kecacatan),
maka presetase kontributor lebih besar pada gangguan mental (14,4%). Kondisi untuk
asia tenggara tidak berbeda dengan kondisi global dimana penyebab kematian terbesar

8
adalah penyakit kardiovaskuler (31,5%) tapi dilihat dari YLDs kontributor lebih besar
pada gangguan mental (13,5%).

Menurut perhitungan beban penyakit pada tahun 2017 beberapa jenis gangguan jiwa
yang diprediksi dialami oleh penduduk di indonesia diantaranya gangguan depresi,
cemas, skizofrenia, bipolar, gangguan perilaku, autis, gangguan perilaku makan, cacat
intelektual, ADHD. Dalam masa tiga dekade (1990-2017) terjadi perubahan pola penyakit
mental, dimana yang mengalami peningkatan DALYs diantaranta skizofrenia, bipolar,
autis, dan gangguan perilaku makan. Gangguan depresi tetap menduduki urutan pertama
dalam tiga dekade. Gangguan depresi dapat dialami oleh semua kelompok usia, hasil
riskesdas 2018 menunjukan gangguan depresi sudah mulai terajdi sejak rentang usia
remaa 15-24 tahun, dengan prevalensi 6,2%. Pola prevalensi depresi semakin meningkat
seiring dengan peningkatan usia, tertinggi pada umur 75+tahun sebesar 8,9%, 65-74
tahun sebesar 8,0% dan 55-64tahun sebesar 6,5 %

Kasus gangguan jiwa di indonesia berdasarkan hasil riskesdas 2018 meningkat.


Peningkatan ini terlihat dari kenaikan prevalensi rumah tangga yang mengalami ODGJ di
indonesia. Ada peningkatan jumlah menjadi 7 permili rumah tangga. Artinya per 1000
rumah tangga terdapat 7 rumah tangga dengan ODGJ, sehingga jumlahnya diperkirakan
sekitar 450 ribu ODGJ berat.

Berdasarkan hasil prevalensi (permili) rumah tangga dengan ART gangguan jiwa
skizofrenia/psikosis yang pernah dipasung 3 bulan terakhir menurut tempat tinggal
sebesar 31,1 % perkotaan dan 31,8% perdesaan. Sikap keluarga dan masyarakat yang
masih menganggap sebagai aib keluarga apabila salah seorang anggota keluarga
menderita skizofrenia sering kali membuat penderita skizofrenua disembuyikan,
dikucilkan, bahkan sampai dipasung.

G Fokus Pelayanan Kesehatan Jiwa

Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang komprehensif mencakup 3 tingkat


pencegahan, yaitu:

1. Pencegahan Primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
terjadinya gangguann jiwa Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya

9
gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa. Target
pelayanan yaitu anggota masyarakat yang sehat jiwa dan belum mengalami
gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu anak-anak, remajam dewasa,
dan usia lanjut
Aktivitas pada pencegahan primer adalah:
a. Program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan, program
sosialisai, manajemen stress, persiapan orang tua. Beberapa kegiatan yang
dilakukan adalah:
1) Pendidikan kesehatan orang tua
2) Pendidikan menjadi orang tua
3) Perkembangan anak sesuai usia
4) Memantau dan menstimulasi perkembangan
5) Mensosialisasikan anak dengan lingkungan
b. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim, kehilangan pasangan,
kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah/tempat tinggal, yang semua ini
memungkinkan terjadi akibat bencana. Beberapa kegiatan yang dilakukan
adalah:
1. Memberikan informasi cara mengatasi kehilangan
2. Menggerakkan dukungab masyarakat seperti menjadi orang tua asuh bagi
anak yatim piatu
3. Melatih keterampilan sesuai keahlian masing-masing untuk mendapatkan
pekerjaan
4. Mendapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk memperoleh tempat
tinggal

2. Pencegahan Sekunder

Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada tingkat pencegahan sekunder adalah


deteksi dini masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan segera.
Tujuan Pelayanan adalah mencegah dan menurunkan kejadian gangguan jiwa.
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang beresiko/gangguan jiwa (telah
memiliki faktor risiko) dan memperlihatkan tanda-tanda masalah psikososial dan
gangguan jiwa.

Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah:


10
a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informadi dari
berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain, penemuan langsung

b. Melakukan  penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah sebagai


berikut:

1) Melakukan pengkajian dua menit untuk memperoleh data fokus pada semua
pasien yang berobat (pasien dengan keluhan fisik) di Puskesmas

2) Jika ditemukan tanda-tanda berkaitan dengan kecemasan, depresi maka lanjutkan


pengkajian dengan menggunakan pengkajisn keperawaran kesehatan jiwa.

3)Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini  gangguan jiwa (d tempat-


tempat umum)

4) Memberikan perawatan dan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang


ditemukan sesuai standat pendelegasian  program pengobatab (bekerjasama dengan
dokter) serta meminitor efek samping obat, gejala dan kepatuhan pasien minum obat

5) Bekerjasama dengan perawat komunitas dalam pemberian perawatan dan


pengobatan lain yang dibutuhkan pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang
dialami (jika ada gangguan fisik yang memerlukan pengobatan bekerjasama dengan
dokter)

3. Pencegahan Tersier

Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan fungsi dan sosialisasi


serta pencegahan kekambuhan pada pasien gsngguan jiwa. Tujuan Pelayanan adalah
mengurangi kecacatan/ketidakmampuan akibat gangguan jiwa dan pemulihan
optimal. Target Pelayanan yaitu anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa
pada tahap pemulihan.

Aktivitas pada pencegahan tersier adalah:

a. Program dukungan sosial dengan menggerakkan sumber-sumber di masyarakat


(tetangga, teman dekat, tokoh masyarakat), pelayanan terdekat yang terjangkau
masyarakat

11
Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah:

1) Pendidikan kesehatan tentang perillaku dan sikap masyarakat terhadap


penerimaan pasien gangguan  jiwa

2) Pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dan penanganan pasien yang


mengalami kekambuhan

b. Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri


dan produktif. Fokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan keluarga denfan
cara:

1) Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan dan


menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat

2) Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan keluarga dan


masyarakat

3) Menyediakan pelatihan kemampuan dan potensi yang perlu dikembangkan

4) Menyediakan lapangan kerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

5) Membantu pasien dan kekuarga merencanakan masa depan pasien

c. Program Sosialisasi

1) Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi

2) Mengembangkan keterampilan hidup: kegiatan sehari-hari (ADL), mengelola


rumah tangga, mengembangkan hobi

3) Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke tempat rekreasi

4) Kegiatan sosial dan keagamaan, contoh: arisan bersama, pengajian, majelis


taklim.

H Tiga Tipe Target Populasi


1. Universal

12
Target : kelompok populasi umum tanpa memperhatikan faktor resiko
2. Selektif
Target : kelompok / individu yg memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena gangguan
3. Indikasi
Target : individu yg beresiko tinggi & telah terindentifikasi memeliki gejala yg
menandakan telah terjadi gagguan mental spesifik
I CMHN (Community Mental Health Nursing)
Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah layanan keperawatan yang
komprehensif, holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa,
rentan terhadap stres (resiko gangguan jiwa) dan dalam tahap pemulihan serta
pencegahan kekambuhan (gangguan jiwa). Pelayanan keperawatan komprehensif adalah
pelayanan yang difokuskan pada pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat
jiwa, pencegahan sekunder pada anggota masyarakat yang mengalami masalah
psikososial (resiko gangguan jiwa) dan pencegahan tersier pada pasien gangguan jiwa
dengan proses pemulihan (Keliat et al, 2012).

Pelayanan keperawatan holistik adalah pelayanan menyeluruh pada semua aspek


kehidupan manusia yaitu aspek bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual. Sebagai berikut:

a. Aspek (bio-fisik) dikaitkan dengan masalah masalah kesehatan fisik seperti


kehilangan organ tubuh yang dialami anggota masyarakat akibat bencana yang
memerlukan pelayanan dalam rangka adaptasi mereka terhadap kondisi fisiknya.
Demikian pula dengan penyakit fisik lain baik yang akut, kronis maupun terminal yang
memberi dampak pada kesehatan jiwa

b. Aspek psikologis dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang di alami


masyarakat seperti ketakutan, trauma, kecemasan maupun kondisi yang lebih berat yang
memerlukan pelayanan agar mereka dapat beradaptasi dengan situasi tersebut

c. Aspek sosial dikaitkan dengan kehilangan suami/isteri/anak, keluarga dekat,


kehilangan pekerjaan, tempat tinggal, dan harta benda yang memerlukan pelayanan dari
berbagai sektor terkait agar mereka mampu mempertahankan kehidupan sosial yang
memuaskan.

13
d. Aspek kultural dikaitkan dengan budaya tolong menolong dan kekeluargaan yang
dapat digunakan sebagai sistem pendukung sosial dalam mengatasi berbagai permasalahan
yang ditemukan

e. Aspek spiritual dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat yang dapat
diberdayakan sebagai potensi masyarakat dalam mengatasi berbagai konflik dan masalah
kesehatan yang terjadi (Keliat et al, 2012).
Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan pada semua jenjang pelayanan
yaitu dari pelayanan kesehatan jiwa spesialis, pelayanan kesehatan jiwa integratif dan
pelayanan kesehatan jiwa yang bersumber daya masyarakat. Pemberdayaan seluruh
potensi dan sumber daya yang ada dimasyarakat diupayakan akan terwujud masyarakat
yang mandiri dalam memelihara kesehatannya. Pelayanan keperawatan paripurna akan
diuraikan lebih mendalam dalam modul pengorganisasian masyarakat. Pelayanan
keperawatan diberikan secara terus menerus (Continuity of care) dari kondisi sehat
maupun sakit dan sebaliknya, baik di rumah maupun di rumah sakit, (di mana saja orang
berada), dari dalam kandungan sampai lanjut usia (Keliat et al, 2012).
Tujuan dari Community Mental Health Nursing (CMHN) adalah memberikan
pelayanan, konsultasi dan edukasi, atau memberikan informasi mengenai prinsip-prinsip
kesehatan jiwa kepada para age n komunitas lainnya. Tujuan lainnya adalah menurunkan
angka resiko terjadinya gangguan jiwa dan meningkatkan penerimaan komunitas terhadap
praktek kesehatan jiwa melalui edukasi (Yosep & Titin, 2014).

J Pengembangan CMHN
Pengembangan berfokus pada konsep CMHN dengan pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam kondisi sehat mental, beresiko
gangguan jiwa dan mengalami gangguan jiwa tanpa melibatkan rumah sakit (Yosep, Iyus,
dkk, 2014).

K Desa Siaga
Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan. Desa siaga lahir sebagai
respon pemerintah terhadap masalah kesehatan di Indonesia yang tak kunjung selesai.
Tingginya angka kematian ibu dan bayi, munculnya kembali berbagai penyakit lama
seperti tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat pandemik
seperti SARS, HIV/AIDS dan flu burung serta belum hilangnya penyakit endemis seperti
diare dan demam berdarah merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia. Bencana
alam yang sering menimpa bangsa Indonesia seperti gunung meletus, tsunami, gempa
bumi, banjir, tanah longsor dan kecelakaan massal menambah kompleksitas masalah
kesehatan di Indonesia.

14
Desa siaga merupakan salah satu bentuk reorientasi pelayanan kesehatan dari
sebelumnya bersifat sentralistik dan top down menjadi lebih partisipatif dan bottom up.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
564/MENKES/SK/VI II/2006, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa siaga,
desa siaga merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa siaga adalah suatu konsep
peran serta dan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa, disertai dengan pengembangan
kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara kesehatannya secara mandiri.

Desa yang dimaksud di sini dapat berarti kelurahan atau nagari atau istilah-istilah lain
bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asalusul
dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (Depkes, 2007).

Konsep desa siaga adalah membangun suatu sistem di suatu desa yang bertanggung
jawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, di bawah bimbingan dan interaksi
dengan seorang bidan dan 2 orang kader desa. Di samping itu, juga dilibatkan berbagai
pengurus desa untuk mendorong peran serta masyarakat dalam program kesehatan seperti
imunisasi dan posyandu (Depkes 2009).

L Desa Siaga Sehat Jiwa


Desa Siaga Sehat Jiwa merupakan sebuah program yang mengajak masyarakat untuk
ikut berperan serta dalam mendeteksi penyakit serta siaga terhadap munculnya masalah
kesehatan jiwa di masyarakat (Apsari,2010)

Desa Siaga Sehat Jiwa merupakan pengembangan kesehatan mental berbasis


masyarakat bertujuan agar masyarakat didesa binaan tanggap terhadap masalah kesehatan
jiwa masyarakat, dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan serta dapat
menanggulangi masalah kesehatan jiwa dimasyarakat (Yuni,2010)

Desa Siaga Sehat Jiwa merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan
mampu untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. (Dinkes UPTD
Puskesmas Bantur, 2013).

M Karakteristik DS Dan DSSJ


1. Karakteristik DS

Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria berikut (Depkes,
2006) :

a) Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap di desa tersebut dan sekurang-
kurangnya 2 orang kader desa.

15
b) Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta peralatan dan
perlengkapannya. Poskesdes tersebut dikembangkan oleh masyarakat yang dikenal
dengan istilah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang
melaksanakan kegiatan-kegiatan minimal :

1. Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian


luar biasa serta faktor-faktor risikonya.
2. Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB serta
kekurangan gizi.
3. Kesiapsiagaan    penanggulangan    bencana    dan kegawatdaruratan kesehatan.
4. Pelayanan    kesehatan    dasar,    sesuai    dengan kompetensinya.
5. Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS, penyehatan
lingkungan dan lain-lain.

2. Karakteristik DSSJ

1. Memiliki kader kesehatan jiwa

2. Memiliki kelompok tokoh agama, pengobat tradisional, guru, petugas, keamanan

3. Memiliki kantor DSSJ

4. Mempunyai survei keluarga kondisi kesehatan jiwa keluarga

5. Memiliki sistem rujukan kesehatan jiwa

6. Memiliki dana masyarakat

7. Menerapkan perilaku sehat jiwa

N TUM Dan TUK DSSJ


TUM :

Dengan tujuan mewujudkan desa/kelurahan sehat jiwa, maka perlu pembentukan


DSSJ sebagai upaya pencegahan dan pengendalian kesehatan jiwa yang paripurna
menuju Indonesia Sehat Jiwa.

TUK :

Tujuan Desa Siaga Sehat Jiwa : Agar masyarakat ikut berperan serta dalam : a.
Mendeteksi pasien gangguan jiwa yang belum terdeteksi

b. Membantu pemulihan pasien yang telah dirawat di rumah sakit.

c. Siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat melalui kegiatan


keperawatan kesehatan jiwa masyarakat atau komunitas (Community Mental Healt
Nursing /CMHN)

16
O Pelaksanaan DSSJ
Pelaksanaan DSSJ di Indonesia pada 2006 sampai sekarang yaitu :

1. Nanggroe Aceh Darussalam :

 6 Kabupaten : Bireuen, Aceh besat, Aceh jaya, Aceh barat, Pidie, Aceh
utara
 1 kota : Banda Aceh

2. Jawa Barat :

 KOTA BOGOR : 1 kelurahan : Sindang Barang


 KABUPATEN BANDUNG : 1 Kecamatan : Cimahi Selatan

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut perhitungan beban penyakit pada tahun 2017 beberapa jenis gangguan
jiwa yang diprediksi dialami oleh penduduk di indonesia diantaranya gangguan depresi,
cemas, skizofrenia, bipolar, gangguan perilaku, autis, gangguan perilaku makan, cacat
intelektual, ADHD.

Pelayanan keperawatan komprehensif adalah pelayanan yang difokuskan pada


pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat jiwa, pencegahan sekunder pada
anggota masyarakat yang mengalami masalah psikososial (resiko gangguan jiwa) dan
pencegahan tersier pada pasien gangguan jiwa dengan proses pemulihan (Keliat et al,
2012).

Tujuan dari Community Mental Health Nursing (CMHN) adalah memberikan


pelayanan, konsultasi dan edukasi, atau memberikan informasi mengenai prinsip-prinsip
kesehatan jiwa kepada para age n komunitas lainnya.

Desa Siaga Sehat Jiwa merupakan sebuah program yang mengajak masyarakat untuk
ikut berperan serta dalam mendeteksi penyakit serta siaga terhadap munculnya masalah
kesehatan jiwa di masyarakat (Apsari,2010)

B. Saran
Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung pada fungsi yang
terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar dan dapat melakukan
fungsinya dengan baik, sanggup menjelaskan tugasnya sehari-hari sebagaimana
mestinya, Dalam mengembangkan upaya pelayanan keperawatan jiwa, perawat sangat

18
penting untuk mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya, serta memahami
beberapa konsep dasar yangf berhubungan denga asuhan keperawatan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.umm.ac.id/41883/3/jiptummpp-gdl-hartatikus-47374-3-bab2.pdf
https://promkes.kemkes.go.id/pengertian-tujuan-indikator-dan-kegiatan-pokok-desa-siaga
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-Kesehatan-
Jiwa.pdf
http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/model-praktik-keperawatan-profesional-mpkp/
https://simdos.unud.ac.id

https://jurnal.unismuhpalu.ac.id

http://eprints.umm.ac.id

https://pdfcoffee.com/

https://www.scribd.com/document/384811807/Desa-Siaga-Sehat-Jiwa

19

Anda mungkin juga menyukai