Anda di halaman 1dari 19

KERANGKA ACUAN PWS KIA UPTD PUSKESMAS SITU

I. PENDAHULUAN
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun
1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau yang dapat
memberikan data yang cepat sehingga pimpinan dapat memberikan respon .
Namun pelaksanaan PWS dengan indikator Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tidak
secara cepat dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) secara bermakna
walaupun cakupan pelayanan KIA meningkat, karena adanya faktor-faktor lain
sebagai penyebab kematian ibu (ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dsb).
Dengan demikian maka PWS KIA perlu dikembangkan dengan memperbaiki
mutu data, analisis dan penelusuran data. Pada akhir tahun 1990-an secara
konseptual telah diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan strategi dan
intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making Pregnancy Safer (MPS) yang
dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000. Sejak tahun 1985 pemerintah
merancang Child Survival (CS) untuk penurunan AKB. Kedua Strategi tersebut
diatas telah sejalan dengan Grand Strategi DEPKES tahun 2004. Berdasarkan
kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGs, 2000) pada tahun
2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga-perempatnya dalam
kurun waktu 1990-2015 dan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita
menurun sebesar duapertiga dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu
Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi
102/100.000 KH, Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH, dan Angka
Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015. Sehubungan dengan
penerapan sistim desentralisasi dan memperhatikan PP 38/2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan PP 41/2007 tentang Struktur
Organisasi Pemerintah di Daerah, maka pelaksanaan strategi MPS di daerahpun
diharapkan dapat lebih terarah dan sesuai dengan permasalahan setempat. Dengan
adanya variasi antar daerah dalam hal demografi dan geografi maka kegiatan
dalam program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) perlu disesuaikan.Agar
pelaksanaan program KIA dapat berjalan lancar, aspek peningkatan mutu
pelayanan program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas ditingkat
Kabupaten/Kota. Peningkatan mutu program KIA juga dinilai dari besarnya
cakupan program di masing-masing wilayah kerja. Untuk itu, besarnya cakupan
pelayanan KIA di suatu wilayah kerja perlu dipantau secara terus menerus, agar
diperoleh gambaran yang jelas mengenai kelompok mana dalam wilayah kerja
tersebut yang paling rawan.
A. LATAR BELAKANG
. Pengertian Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu
wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat
dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi
baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA
terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta
penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait
dan tindak lanjut. Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi
Surveilens. Menurut WHO, Surveilens adalah suatu kegiatan sistematis
berkesinambungan, mulai dari kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya dijadikan landasan yang esensial
dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi suatu kebijakan kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens dalam kesehatan ibu dan
anak adalah dengan melaksanakan PWS KIA. Penyajian PWS KIA Puskesmas
Situ dapat dipakai sebagai alat advokasi, informasi dan komunikasi kepada sektor
terkait yang ada diwilayah Puskesmas Situ, khususnya lintas sektor setempat yang
berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran. Dengan demikian PWS KIA
dapat digunakan untuk memecahkan masalah teknis dan non teknis. Pelaksanaan
PWS KIA harus ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan dalam pelaksanaan
pelayanan KIA, intensifikasi manajemen program, penggerakan sasaran dan
sumber daya yang diperlukan dalam rangka meningkatkan jangkauan dan mutu
pelayanan KIA. Hasil analisis PWS KIA di tingkat puskesmas dan kabupaten/kota
dapat digunakan untuk menentukan puskesmas dan desa/kelurahan yang rawan.
Demikian pula hasil analisis PWS KIA di Puskesmas Situ dapat digunakan untuk
menentukan Desa yang rawan masalah kesehatan ibu dan Anak.
B .TUJUAN
1. TujuanUmum
Dengan PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan
menjangkau seluruh sasaran secara terus menerus di wilayah kerja Puskesmas
Situ ,sehingga diharapkan seluruh kasus dengan faktor risiko atau komplikasi
dapat ditemukan sedini mungkin agar dapat memperoleh penanganan yang
memadai.
2. Tujuan khusus
a. Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort
b. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara
teratur (bulanan) dan terus menerusdi wilayah Puskesmas Situ
c. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA di
wilayah Puskesmas Situ.
d. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target yang
ditetapkanDiwilayah Puskesmas Situ.
e. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara
intensif berdasarkan besarnya kesenjangan di wilayah Puskesmas Situ.
f. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
dan yang potensial untuk digunakandi wilayah Puskesmas Situ.
g. Meningkatkan peran lintas sektor setempat dalam penggerakan sasaran dan
mobilisasi sumber daya di wilayah Puskesmas Situ
h. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan
pelayanan KIAdi wilayah Puskesmas Situ.

C . PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA

Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu
pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan
program KIA berpedoman kepada Visi, Misi, tata nilai Puskesmas Situ ( SEHATI ).

Pemantapan pelayanan KIA a. Peningkatan pelayanan


dewasa ini diutamakan pada antenatal sesuai
kegiatan pokok sebagai standar bagi seluruh
berikut : ibu hamil di semua
fasilitas kesehatan.
b. Peningkatan
pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan
kompeten diarahkan ke
fasilitas kesehatan.
c. Peningkatan
pelayanan bagi seluruh
ibu nifas sesuai standar
di semua fasilitas
kesehatan.
d. d. Peningkatan
pelayanan bagi seluruh
neonatus sesuai
standar di semua
fasilitas kesehatan
ataupun melalui
kunjungan rumah.
e. Peningkatan deteksi
dini faktor risiko dan
komplikasi kebidanan
dan neonatus oleh
tenaga kesehatan
maupun masyarakat.
f. Peningkatan
penanganan
komplikasi kebidanan
dan neonatus secara
adekuat dan
pengamatan secara
terus-menerus oleh
tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan.
g. Peningkatan
pelayanan kesehatan
bagi seluruh bayi
sesuai standar di
semua fasilitas
kesehatan.
h. Peningkatan
pelayanan kesehatan
bagi seluruh anak
balita sesuai standar di
semua fasilitas
kesehatan.
i. Peningkatan
pelayanan KB sesuai
standar. Peningkatan
pelayanan antenatal
sesuai standar bagi
seluruh ibu hamil di
semua fasilitas
kesehatan.
j. Peningkatan
pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan
kompeten diarahkan ke
fasilitas kesehatan.
k. Peningkatan
pelayanan bagi seluruh
ibu nifas sesuai standar
di semua fasilitas
kesehatan.
l. d. Peningkatan
pelayanan bagi seluruh
neonatus sesuai
standar di semua
fasilitas kesehatan
ataupun melalui
kunjungan rumah.
m. Peningkatan deteksi
dini faktor risiko dan
komplikasi kebidanan
dan neonatus oleh
tenaga kesehatan
maupun masyarakat.
n. Peningkatan
penanganan
komplikasi kebidanan
dan neonatus secara
adekuat dan
pengamatan secara
terus-menerus oleh
tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan.
o. Peningkatan
pelayanan kesehatan
bagi seluruh bayi
sesuai standar di
semua fasilitas
kesehatan.
p. Peningkatan
pelayanan kesehatan
bagi seluruh anak
balita sesuai standar di
semua fasilitas
kesehatan.

I. PelayananAntenatal Dalam penerapannya - Standar waktu


- Pelayanan terdiri atas : pelayanan
antenatal adalah a. Timbang berat badan antenatal
pelayanan dan ukur tinggi badan tersebut
kesehatan oleh b. Ukur tekanan darah dianjurkan
tenaga kesehatan c. Nilai Status Gizi (ukur untuk menjamin
untuk ibu selama lingkar lengan atas ) perlindungan
masa d. Ukur tinggi fundus kepada ibu
kehamilannya, uteri hamil, berupa
dilaksanakan e. Ukur tinggi fundus deteksi dini
sesuai dengan uteri faktor risiko,
standar pelayanan f. Tentukan presentasi pencegahan dan
antenatal yang janin dan denyut penanganan
ditetapkan dalam jantung janin (DJJ) komplikasi.
Standar Pelayanan g. Skrining status Tenaga
Kebidanan (SPK). imunisasi Tetanus dan kesehatan yang
- Pelayanan berikan imunisasi berkompeten
antenatal sesuai Tetanus Toksoid (TT) memberikan
standar meliputi h. Pemberian Tablet zat pelayanan
anamnesis, besi minimal 90 tablet antenatal
pemeriksaan fisik selama kehamilan kepada Ibu
(umum dan i. Test laboratorium hamil adalah :
kebidanan), (rutin dan khusus dokter spesialis
pemeriksaan j. Tatalaksana kasus kebidanan,
laboratorium rutin Temu wicara dokter, bidan
dan khusus, serta (konseling termasuk dan perawat.
intervensi umum Perencanaan
dan khusus Persalinan dan
(sesuai risiko Pencegahan
yang ditemukan Komplikasi (P4K)
dalam serta KB pasca
pemeriksaan). persalinan.

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan


golongan darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah
puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi
tinggi dan atau kelompok berrisiko, pemeriksaan yang
dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria,
tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.

Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan - Pertama


antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga Minimal 1 kali
kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula pada triwulan
bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali - Kedua
selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian Minimal 1 kali
pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut : pada triwulan
- Ketiga
Minimal 2 kali
pada triwulan

II. Pertolongan Persalinan 1. Pencegahan infeksi - Tenaga


Pertolongan persalinan oleh 2. Metode pertolongan kesehatan yang
tenaga kesehatan adalah persalinan yang sesuai berkompeten
pelayanan persalinan yang standar memberikan
aman yang dilakukan oleh 3. Manajemen Aktip Kala III pelayanan
pertolongan
tenaga kesehatan yang 4. Manajemen Merujuk
persalinan
kompeten. Pada kenyataan di kasus adalah : dokter
lapangan, masih terdapat yang tidak dapat ditangani spesialis
penolong persalinan yang ke tingkat pelayanan yang kebidanan,
bukan tenaga kesehatan dan lebih tinggi dokter dan
dilakukan di luar fasilitas 5. Melaksanakan Inisiasi bidan.
pelayanan kesehatan. Oleh Menyusu Dini (IMD).
karena itu secara bertahap 6. Memberikan Injeksi Vit K
seluruh persalinan akan 1 dan salep mata pada
ditolong oleh tenaga bayi baru lahir.
kesehatan kompeten dan
diarahkan ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Pada
prinsipnya, penolong
persalinan harus
memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :

II. Pelayanan Kunjungan nifas pertama Tenaga kesehatan yang


Kesehatan Ibu pada masa 6 jam sampai dapat memberikan
Nifas. dengan 3 hari setelah pelayanan kesehatan ibu
Pelayanan persalinan. Kunjungan nifas nifas adalah : dokter
kesehatan ibu nifas ke dua dalam waktu 2 minggu spesialis kebidanan,
adalah pelayanan setelah persalinan (8 – 14 dokter, bidan dan perawat.
kesehatan sesuai hari). Kunjungan nifas ke tiga
standar pada ibu dalam waktu 6 minggu
mulai 6 jam sampai setelah persalinan (36 – 42
42 hari pasca hari). Pelayanan yang
bersalin oleh tenaga diberikan adalah :
kesehatan. Untuk 1.Pemeriksaan tekanan
deteksi dini darah, nadi, respirasi dan
komplikasi pada ibu suhu
nifas diperlukan 2. Pemeriksaan tinggi fundus
pemantauan uteri (involusi uterus).
pemeriksaan 3. Pemeriksaan lokhia dan
terhadap ibu nifas pengeluaran per vaginam
dengan melakukan lainnya.
kunjungan nifas 4. . Pemeriksaan payudara
minimal sebanyak 3 dan anjuran ASI eksklusif 6
kali dengan bulan
ketentuan waktu : 5. Pemberian kapsul Vitamin
A 200.000 IU sebanyak dua
kali , pertama segera setelah
melahirkan, kedua diberikan
setelah 24 jam pemberian
kapsul Vitamin A pertama
6. Pelayanan KB pasca salin

III. Pelayanan Pelaksanaan pelayanan Kunjungan neonatal


Kesehatan kesehatan neonatus : 1. bertujuan untuk
Neonatus Kunjungan Neonatal ke-1 (KN meningkatkan akses
Pelayanan 1) dilakukan pada kurun neonatus terhadap
kesehatan neonatus waktu 6 – 48 Jam setelah pelayanan kesehatan
adalah pelayanan lahir. 2. Kunjungan Neonatal dasar, mengetahui sedini
kesehatan sesuai ke-2 (KN 2) dilakukan pada mungkin bila terdapat
standar yang kurun waktu hari ke 3 sampai kelainan/masalah
diberikan oleh tenaga dengan hari ke 7 setelah lahir. kesehatan pada neonatus.
kesehatan yang 9 Risiko terbesar kematian
kompeten kepada neonatus terjadi pada 24
neonatus sedikitnya 3 3. Kunjungan Neonatal ke-3 jam pertama kehidupan,
kali, selama periode 0 (KN 3) dilakukan pada kurun minggu pertama dan bulan
sampai dengan 28 waktu hari ke 8 sampai pertama kehidupannya.
hari setelah lahir, baik dengan hari ke 28 setelah Sehingga jika bayi lahir di
di fasilitas kesehatan lahir. fasilitas kesehatan sangat
maupun melalui dianjurkan untuk tetap
kunjungan rumah. tinggal di fasilitas
kesehatan selama 24 jam
pertama.
Pelayanan Kesehatan - Pemeriksaan Bayi Tenaga kesehatan yang
Neonatal dasar dilakukan Baru Lahir Anamnesa dapat memberikan
secara komprehensif dengan dan Pemeriksaan Fisik pelayanan kesehatan
melakukan pemeriksaan dan : Lihat postur, tonus, neonatus adalah : dokter
peraw  atan Bayi baru aktifitas , kulit bayi, spesialis anak, dokter,
Lahir dan pemeriksaan hitung pernafasan dan bidan dan perawat
menggunakan pendekatan lihat tarikan dinding
Manajemen Terpadu Bayi dada saat bayi tidak
Muda (MTBM) untuk menangis, hitung
memastikan bayi dalam detak jantung dengan
keadaan sehat, yang meliputi stetoskop, lakukan
: pengukuran suhu
ketiak dengan
thermometer, lihat dan
raba bagian kepala,
lihat pada mata, Lihat
bagian dalam mulut
(lidah, selaput
lendir),jika bayi
menangis masukkan
satu jari yang
menggunakan sarung
tangan ke dalam dan
raba langit-langit, lihat
dan raba pada bagian
perut,lihat pada tali
pusat, ihat pada
punggung dan raba
tulang belakang lihat
pada lubang anus,
hindari untuk
memasukkan alat atau
jari dalam melakukan
pemeriksaan anus,
tanyakan pada ibu
apakah bayi sudah
buang air besar, lihat
dan raba pada alat
kelamin bagian luar,
tanyakan pada ibu
apakah bayi sudah
buang air kecil,
timbang bayi.Tibang
bayi dengan
menggunakan selimut,
hasil timbangan
dikurangi selimut,
mengukur panjang
dan lingkar kepala
bayi, minta ibu untuk
menyusui bayinya dan
nilai cara menyusui.
Pemeriksaan
menggunakan
pendekatan MTBM
- Pemeriksaan tanda
bahaya seperti
kemungkinan infeksi
bakteri, ikterus, diare,
berat badan rendah
dan Masalah
pemberian ASI.
Pemberian Vitamin
K1, Imunisasi Hepatitis
B-0 bila belum
diberikan pada waktu
perawatan bayi baru
lahir Konseling
terhadap ibu dan
keluarga untuk
memberikan ASI
eksklusif, pencegahan
hipotermi dan
melaksanakan
perawatan bayi baru
lahir di rumah
termasuk perawatan
tali pusat dengan
menggunakan Buku
KIA.
- Penanganan dan
rujukan kasus bila
diperlukan

-
V. Deteksi dini faktor risiko - Deteksi dini kehamilan Faktor risiko pada ibu hamil
dan komplikasi kebidanan dengan faktor risiko adalah :
dan neonatus oleh tenaga adalah kegiatan yang - Primigravida kurang
kesehatan maupun dilakukan untuk dari 20 tahun atau
masyarakat. menemukan ibu hamil lebih dari 35 tahun
yang mempunyai - Anak lebih dari 4
faktor risiko dan - Jarak persalinan
komplikasi kebidanan. terakhir dan
Kehamilan merupakan kehamilan sekarang
proses reproduksi kurang dari 2 tahun
yang normal , tetapi - Kurang Energi
tetap mempunyai Kronis (KEK)
risiko untuk terjadinya dengan lingkar
komplikasi. Oleh lengan atas kurang
karenanya deteksi dini dari 23,5 cm, atau
oleh tenaga kesehatan penambahan berat
dan masyarakat badan < 9 kg
tentang adanya faktor selama masa
risiko dan komplikasi, kehamilan
serta penanganan - .... Anemia dengan
yang adekuat sedini dari Hemoglobin <
mungkin, merupakan 11 g/dl
kunci keberhasilan - Tinggi badan
dalam penurunan kurang dari 145 cm,
angka kematian ibu atau dengan
dan bayi yang kelainan bentuk
dilahirkannya. panggul dan tulang
belakang Riwayat
hipertensi pada
kehamilan
sebelumnya atau
sebelum kehamilan
ini
- Sedang/pernah
menderita penyakit
kronis, antara lain :
tuberkulosis,
kelainan jantung-
ginjal-hati, psikosis,
kelainan endokrin
(Diabetes Mellitus,
Sistemik Lupus
Eritematosus, dll),
tumor dan
keganasan Riwayat
kehamilan buruk:
keguguran
berulang, kehamilan
ektopik terganggu,
mola hidatidosa,
ketuban pecah dini,
bayi dengan cacat
congenital
- Riwayat persalinan
dengan komplikasi :
persalinan dengan
seksio sesarea,
ekstraksivakum/
forseps.
- Riwayat nifas
dengan komplikasi :
perdarahan paska
persalinan, Infeksi
masa nifas, psikosis
post partum (post
partum blues).
- . Riwayat keluarga
menderita penyakit
kencing manis,
hipertensi dan
riwayat cacat
kongenital.
- . Kelainan jumlah
janin
- kehamilan ganda,
janin dampit,
monster
- Kelainan besar
janin : pertumbuhan
janin terhambat,
Janin besar
Kelainan letak dan
posisi janin
-
-
penambahan berat badan ibu - 1. Ketuban pecah dini. Sebagian besar kematian
hamil yang normal adalah 9 – 2. Perdarahan ibu dapat dicegah apabila
12 kg selama hamil. pervaginam: Ante mendapat penanganan
Komplikasi pada ibu hamil, Partum : keguguran, yang adekuat di fasilitas
bersalin dan nifas antara plasenta previa, pelayanan kesehatan.
lain : solusio plasenta.Intra Faktor waktu dan
partum : robekan jalan transportasi merupakan hal
lahir.Post partum : yang sangat menentukan
atonia uteri,retensio dalam merujuk kasus risiko
placenta,placenta tinggi. Oleh karenanya
inkarcerata,kelaianan Deteksi faktor risiko pada
pembekuan darah,sub ibu baik oleh tenaga
involution3 .Hipertensi kesehatan maupun
dalam Kehamilan: masyarakat merupakan
Tekanan darah tinggi salah satu upaya penting
(sistolik > 140 mmHg, dalam mencegah kematian
diastolik > 90 mmHg), dan kesakitan ibu.
dengan atau tanpa
edema pre-tibial.
4.Ancaman persalinan
prematur. 5. Infeksi
berat dalam kehamilan
: demam berdarah,
tifus abdominalis,
Sepsis. 6. Distosia:
Persalinan macet,
persalinan tak maju. 7.
Infeksi masa nifas
-

Komplikasi pada neonatus - Prematuritas dan


antara lain : BBLR (bayi berat lahir
rendah < 2500 gr)
Asfiksia Infeksi Bakteri
Kejang Ikterus Diare
Hipotermia Tetanus
neonatorum Masalah
pemberian ASI
Trauma lahir,
sindroma gangguan
pernapasan, kelainan
kongenital, dll.

Penanganan Komplikasi -
Kebidanan Penanganan
komplikasi kebidanan adalah
pelayanan kepada ibu
dengan komplikasi kebidanan
untuk mendapat penanganan
definitif sesuai standar oleh
tenaga kesehatan kompeten
pada tingkat pelayanan dasar
dan rujukan. Diperkirakan
sekitar 15-20 % ibu hamil
akan mengalami komplikasi
kebidanan. Komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan
tidak selalu dapat diduga
sebelumnya, oleh karenanya
semua persalinan harus
ditolong oleh tenaga
kesehatan agar komplikasi
kebidanan dapat segera
dideteksi dan ditangani.
Untuk meningkatkan cakupan
dan kualitas penanganan
komplikasi kebidanan maka
diperlukan adanya fasilititas
pelayanan kesehatan yang
mampu memberikan
pelayanan obstetri dan
neonatal emergensi secara
berjenjang mulai dari bidan,
puskesmas mampu PONED
sampai rumah sakit PONEK
24 jam.
. Pelayanan neonatus -
dengan komplikasi
Pelayanan Neonatus dengan
komplikasi adalah
penanganan neonatus
dengan penyakit dan
kelainan yang dapat
menyebabkan kesakitan,
kecacatan dan kematian oleh
dokter/bidan/perawat terlatih
di polindes
Diperkirakan sekitar 15% dari Faktor resiko pada neonatus
bayi lahir hidup akan akan meningkatkan resiko
mengalami komplikasi terjadinya komplikasi, deteksi
neonatal. Hari Pertama dini untuk Komplikasi pada
kelahiran bayi sangat Neonatus dengan melihat
penting, oleh karena banyak tandaatau gejala sebagai
perubahan yang terjadi pada berikut:
bayi dalam menyesuaikan diri Tidak mau minum/ menyusu
dari kehidupan di dalam atau memuntahkan semua
rahim kepada kehidupan di Riwayat kejang Bergerak
luar rahim. Bayi baru lahir hanya jika dirangsang /
yang mengalami gejala sakit Letargis. Frekwensi napas ≤
dapat cepat memburuk, 30 x/menit dan ≥ 60 x/menit.
sehingga bila tidak ditangani Suhu tubuh ≤ 35,5°C dan ≥
dengan adekuat dapat terjadi 37,5°C Tarikan dinding dada
kematian. Kematian bayi ke dalam yang sangat kuat.
sebagian besar terjadi pada Merintih. Ada pustule kulit.
hari pertama, minggu Nanah banyak di mata. Pusar
pertama kemudian bulan kemerahan meluas ke dinding
pertama kehidupannya perut. Mata cekung dan
cubitan kulit perut kembali
sangat lambat. Timbul kuning
dan atau tinja berwarna pucat.
Berat badan menurut umur
rendah dan atau ada masalah
pemberian ASI. BBLR (Bayi
Berat Lahir Rendah < 2500
gram) Kelainan Kongenital
seperti ada celah di bibir dan
langit-langit.
VIII. Pelayanan Kesehatan Pemberian imunisasi dasar Tenaga kesehatan yang
Bayi. lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, dapat memberikan
Pelayanan kesehatan bayi DPT/HB 1,2,3, Campak) pelayanan kesehatan bayi
adalah pelayanan kesehatan sebelum bayi berusia 1 tahun. adalah : dokter spesialis
sesuai standar yang Stimulasi deteksi intervensi anak, dokter, bidan ,
diberikan oleh tenaga dini tumbuh kembang bayi perawat dibantu oleh
kesehatan kepada bayi (SDIDTK). Pemberian vitamin tenaga kesehatan lainnya
sedikitnya 4 kali, selama A 100.000 IU (6 – 11 bulan). seperti petugas gizi.
periode 29 hari sampai Konseling ASI eksklusif,
dengan 11 bulan setelah pemberian makanan
lahir. Pelaksanaan pelayanan pendamping ASI, tanda –
kesehatan bayi : tanda sakit dan perawatan
1. Kunjungan bayi satu kali kesehatan bayi di rumah
pada umur 29 hari – 2 bulan. menggunakan Buku KIA.
2. Kunjungan bayi satu kali Penanganan dan rujukan
pada umur 3 – 5 bulan. kasus bila diperlukan.
3. Kunjungan bayi satu kali
pada umur 6 – 8 bulan.
4. Kunjungan bayi satu kali
pada umur 9 – 11 bulan.

Kunjungan bayi bertujuan


untuk meningkatkan akses
bayi terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui
sedini mungkin bila terdapat
kelainan pada bayi sehingga
cepat mendapat pertolongan,
pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit melalui
pemantauan pertumbuhan,
imunisasi, serta peningkatan
kualitas hidup bayi dengan
stimulasi tumbuh kembang.
Dengan demikian hak anak
mendapatkan pelayanan
kesehatan terpenuhi.
IX. Pelayanan kesehatan dan yang sering merupakan Pelayanan anak balita sakit
anak balita Lima tahun kombinasi dari keadaan sesuai standar dengan
pertama kehidupan, tersebut. Pelayanan menggun 6. akan
pertumbuhan mental dan kesehatan anak balita meliputi pendekatan MTBS.
intelektual berkembang pelayanan pada anak balita
pesat. Masa ini merupakan sakit dan sehat. Pelayanan
masa keemasan atau golden yang diberikan oleh tenaga
period dimana terbentuk kesehatan sesuai standar
dasar-dasar kemampuan yang meliputi : 1. Pelayanan
keindraan, berfikir, berbicara pemantauan pertumbuhan
serta pertumbuhan mental minimal 8 kali setahun yang
intelektual yang intensif dan tercatat dalam Buku
awal pertumbuhan moral. KIA/KMS. Pemantauan
Pada masa ini stimulasi pertumbuhan adalah
sangat penting untuk pengukuran berat badan anak
mengoptimalkan fungsi- balita setiap bulan yang
fungsi organ tubuh dan tercatat pada Buku KIA/KMS.
rangsangan pengembangan Bila berat badan tidak naik
otak. Upaya deteksi dini dalam 2 bulan berturut-turut
gangguan pertumbuhan dan atau berat badan anak balita
perkembangan pada anak di bawah garis merah harus
usia dini menjadi sangat dirujuk ke sarana pelayanan
penting agar dapat dikoreksi kesehatan. 2. Stimulasi
sedini mungkin dan atau Deteksi dan Intervensi Dini
mencegah gangguan ke arah Tumbuh Kembang (SDIDTK)
yang lebih berat . Bentuk minimal 2 kali dalam setahun.
pelaksanaan tumbuh Pelayanan SDIDTK meliputi
kembang anak di lapangan pemantauan perkembangan
dilakukan dengan mengacu motorik kasar, motorik halus,
pada pedoman Stimulasi, bahasa, sosialisasi dan
Deteksi dan Intervensi kemandirian minimal 2 kali
Tumbuh Kembang Anak pertahun (setiap 6 bulan).
(SDIDTK) yang dilaksanakan Pelayanan SDIDTK diberikan
oleh tenaga kesehatan di di dalam gedung (sarana
puskesmas dan jajarannya pelayanan kesehatan)
seperti dokter, bidan perawat, maupun di luar gedung. 3.
ahli gizi, penyuluh kesehatan Pemberian Vitamin A dosis
masyarakat dan tenaga tinggi (200.000 IU), 2 kali
kesehatan lainnya yang dalam setahun. 4.
peduli dengan anak. Kepemilikan dan
Kematian bayi dan balita pemanfaatan buku KIA oleh
merupakan salah satu setiap anak balita 14
parameter derajat
kesejahteraan suatu negara.
Sebagian besar penyebab
kematian bayi dan balita
dapat dicegah dengan
teknologi sederhana di
tingkat pelayanan kesehatan
dasar, salah satunya adalah
dengan menerapkan
Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS), di tingkat
pelayanan kesehatan dasar.
Bank Dunia, 1993
melaporkan bahwa MTBS
merupakan intervensi yang
cost effective untuk
mengatasi masalah kematian
balita yang disebabkan oleh
Infeksi Pernapasan Akut
(ISPA), diare, campak,
malaria, kurang gizi
X . Pelayanan KB Bagi Pasangan Usia Subur
Berkualitas yang ingin menjarangkan
Pelayanan KB berkualitas dan/atau menghentikan
adalah pelayanan KB sesuai kehamilan, dapat
standar dengan menghormati menggunakan metode
hak individu dalam kontrasepsi yang meliputi :
merencanakan kehamilan
sehingga diharapkan dapat KB alamiah (sistem kalender,
berkontribusi dalam metode amenore laktasi,
menurunkan angka kematian coitus interuptus). Metode KB
Ibu dan menurunkan tingkat hormonal (pil, suntik, susuk).
fertilitas (kesuburan) bagi Metode KB non-hormonal
pasangan yang telah cukup (kondom, AKDR/IUD,
memiliki anak (2 anak lebih vasektomi dan tubektomi).
baik) serta meningkatkan
fertilitas bagi pasangan yang Sampai saat ini di Indonesia
ingin mempunyai anak. cakupan peserta KB aktif
Pelayanan KB bertujuan (Contraceptive Prevalence
untuk menunda Rate/CPR) mencapai 61,4%
(merencanakan) kehamilan. (SDKI 2007) dan angka ini
merupakan pencapaian yang
cukup tinggi diantara negara-
negara ASEAN. Namun
demikian metode yang
dipakai lebih banyak
menggunakan metode jangka
pendek seperti pil dan suntik.
Menurut data SDKI 2007
akseptor KB yang
menggunakan suntik sebesar
31,6%, pil 13,2 %, AKDR
4,8%, susuk 2,8%, tubektomi
3,1%, vasektomi 0,2% dan
kondom 1,3%. Hal ini terkait
dengan tingginya angka putus
pemakaian (DO) pada metode
jangka pendek sehingga perlu
pemantauan yang terus
menerus. Disamping itu
pengelola program KB perlu
memfokuskan sasaran pada
kategori PUS dengan “4
terlalu” (terlalu muda, tua,
sering dan banyak). Untuk
mempertahankan dan
meningkatkan cakupan
peserta KB perlu diupayakan
pengelolaan program yang
berhubungan dengan
peningkatan aspek kualitas,
teknis dan aspek manajerial
pelayanan KB. Dari aspek
kualitas perlu diterapkan
pelayanan yang sesuai
standard dan variasi pilihan
metode KB, sedangkan dari
segi teknis perlu dilakukan
pelatihan klinis dan non-klinis
secara berkesinambungan.
Selanjutnya aspek manajerial,
pengelola program KB perlu
melakukan revitalisasi dalam
segi analisis situasi program
KB dan sistem pencatatan
dan pelaporan pelayanan KB.
Tenaga kesehatan yang
dapat memberikan pelayanan
KB kepada masyarakat
adalah : dokter spesialis
kebidanan, dokter, bidan dan
perawat. D . INDIKATOR
PEMANTAUAN Indikator
pemantauan program KIA
yang dipakai untuk PWS KIA
meliputi indikator yang dapat
menggambarkan keadaan
kegiatan pokok dalam
program KIA, seperti dibawah
ini. Sasaran yang digunakan
dalam PWS KIA berdasarkan
kurun waktu 1 tahun dengan
prinsip konsep wilayah
(misalnya: Untuk provinsi
memakai sasaran provinsi,
untuk kabupaten memakai
sasaran kabupaten).

15

1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1) Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali
mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.

Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta
kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.

Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

X 100

Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun Jumlah sasaran ibu hamil
dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui Proyeksi,

dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus : 1,10 X
angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk Angka kelahiran kasar (CBR) yang
digunakan adalah angka terakhir CBR kabupaten/kota yang diperoleh dari kantor perwakilan
Badan Pusat Statistik (BPS) di kabupaten/kota.

Bila angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka dapat digunakan angka terakhir CBR
propinsi. CBR propinsi dapat diperoleh juga dari buku Data Penduduk Sasaran Program
Pembangunan Kesehatan 2007 – 2011 (Pusat Data Kesehatan Depkes RI, tahun 2007).
Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil di desa/kelurahan X di kabupaten Y
yang mempunyai penduduk sebanyak 2 .000 jiwa dan angka CBR terakhir kabupaten Y
27,0/1.000 penduduk, maka : Jumlah ibu hamil = 1,10 X 0,027 x 2.000 = 59,4.

Jadi sasaran ibu hamil di desa/kelurahan X adalah 59 orang.

1. Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4) Adalah cakupan ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali
dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali
pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
2. Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang
menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA. Rumus
yang dipergunakan adalah :
3. Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai standar
16

X 100

oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah sasaran
ibu hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun 2. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
(Pn) Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun
waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang
ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambark kemampuan manajemen
program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar. Rumus yang digunakan
sebagai berikut : Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten
disuatu wilayah X 100 kerja pada kurun waktu tertentu

Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun Jumlah sasaran ibu
bersalin dalam 1 tahun dihitung dengan menggunakan rumus : 1,05 X angka kelahiran
kasar (CBR) X jumlah penduduk Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu
bersalin di desa/kelurahan X di kabupaten Y yang mempunyai penduduk sebanyak
2.000 penduduk dan angka CBR terakhir kabupaten Y 27,0/1.000 penduduk maka :
Jumlah ibu bersalin = 1,05 X 0,027 x 2.000 = 56,7. Jadi sasaran ibu bersalin di
desa/kelurahan X adalah 56 orang. 3. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan
(KF3) Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari
pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3
hari, 8 – 14 hari dan 36 – 42 hari setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara
lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang 17

menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, di samping


menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Jumlah ibu nifas yang telah
memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar oleh X 100 tenaga kesehatan disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah sasaran ibu nifas di suatu wilayah kerja
dalam 1 tahun Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah sasaran ibu bersalin. 4.
Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1) Adalah cakupan neonatus yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam setelah lahir di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertententu. Dengan indikator ini dapat diketahui
akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal. Rumus yang dipergunakan adalah
sebagai berikut : Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6
– 48 jam X 100 setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah
seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun Jumlah sasaran bayi bisa
didapatkan dari perhitungan berdasarkan jumlah perkiraan (angka proyeksi) bayi dalam
satu wilayah tertentu dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Jumlah sasaran
bayi = Crude Birth Rate x jumlah penduduk Contoh : untuk menghitung jumlah perkiraan
bayi di suatu desa Z di Kota Y Propinsi X yang mempunyai penduduk sebanyak 1.500
jiwa dan angka CBR terakhir Kota Y 24,8/1.000 penduduk, maka : Jumlah bayi = 0,0248
x 1500 = 37,2. 18

Jadi sasaran bayi di desa Z adalah 37 bayi. 5. Cakupan pelayanan neonatus Lengkap
(KN Lengkap). Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1
kali pada hari ke 8 – hari ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Dengan indikator dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan
neonatal. Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut : Jumlah neonatus yang
telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan neonatal X 100 sesuai standar di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah
kerja dalam 1 tahun 6. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh Masyarakat Adalah
cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh kader atau
dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin,
nifas itu sendiri. Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat
dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas. Rumus
yang dipergunakan : Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau dukun
bayi atau masyarakat X 100 di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu 20% x
jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah dalam 1 tahun 7. Cakupan Penanganan
komplikasi Obstetri (PK) Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk 19

menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan. Indikator ini


mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara professional kepada ibu hamil bersalin dan nifas dengan komplikasi.
Rumus yang dipergunakan : Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan
penanganan definitif di suatu X 100 wilayah kerja pada kurun waktu tertentu 20% x
jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun 8. Neonatus dengan
komplikasi yang ditangani Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani
secara definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penanganan definitif adalah
pemberian tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya
dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh
kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati. Indikator ini menunjukkan
kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani kasus – kasus
kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan
kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Rumus yang
dipergunakan adalah sebagai berikut : Jumlah neonatus dengan komplikasi yang
mendapat penanganan definitif di suatu X 100 wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
15 % x jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun 9. Cakupan kunjungan
bayi (29 hari – 11 bulan) Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna
minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari – 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan,
dan satu kali pada umur 6 – 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan sesuai standar
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui
efektifitas, continuum of care dan kualitas pelayanan kesehatan bayi. 20

Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut : Jumlah bayi yang telah
memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar X 100 di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1
tahu 10. Cakupan pelayanan anak balita (12 – 59 bulan). Adalah cakupan anak balita
(12 – 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan
pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun,
pemberian vitamin A 2 x setahun Rumus yang digunakan adalah : Jumlah anak balita
yg memperoleh pelayanan sesuai standar disuatu wilayah kerja X 100 pada kurun
waktu tertentu Jumlah seluruh anak balita disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun 11.
Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS Adalah
cakupan anak balita (umur 12 – 59 bulan) yang berobat ke Puskesmas dan
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Rumus yang digunakan adalah : Jumlah anak balita sakit yg
memperoleh pelayanan sesuai tatalaksana MTBS di X 100 Puskesmas di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung ke
Puskesmas disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

21

Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita sakit yang datang ke
puskesmas (register rawat jalan di Puskesmas). Jumlah anak balita sakit yang
mendapat pelayanan standar diperoleh dari format pencatatan dan pelaporan MTBS 12.
Cakupan Peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate) Adalah cakupan dari
peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat
kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan
lama yang masih aktif memakai alokon terusmenerus hingga saat ini untuk menunda,
menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan. Rumus yang dipergunakan:
Jumlah peserta KB aktif di suatu wilayah kerja pada X 100 kurun waktu tertentu Jumlah
seluruh PUS di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

E.CARA PENGISIAN KOHORT. 1.Cara pengisian kohort ibu. 

Anda mungkin juga menyukai