Kak PWS
Kak PWS
I. PENDAHULUAN
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun
1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau yang dapat
memberikan data yang cepat sehingga pimpinan dapat memberikan respon .
Namun pelaksanaan PWS dengan indikator Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tidak
secara cepat dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) secara bermakna
walaupun cakupan pelayanan KIA meningkat, karena adanya faktor-faktor lain
sebagai penyebab kematian ibu (ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dsb).
Dengan demikian maka PWS KIA perlu dikembangkan dengan memperbaiki
mutu data, analisis dan penelusuran data. Pada akhir tahun 1990-an secara
konseptual telah diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan strategi dan
intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making Pregnancy Safer (MPS) yang
dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000. Sejak tahun 1985 pemerintah
merancang Child Survival (CS) untuk penurunan AKB. Kedua Strategi tersebut
diatas telah sejalan dengan Grand Strategi DEPKES tahun 2004. Berdasarkan
kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGs, 2000) pada tahun
2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga-perempatnya dalam
kurun waktu 1990-2015 dan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita
menurun sebesar duapertiga dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu
Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi
102/100.000 KH, Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH, dan Angka
Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015. Sehubungan dengan
penerapan sistim desentralisasi dan memperhatikan PP 38/2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan PP 41/2007 tentang Struktur
Organisasi Pemerintah di Daerah, maka pelaksanaan strategi MPS di daerahpun
diharapkan dapat lebih terarah dan sesuai dengan permasalahan setempat. Dengan
adanya variasi antar daerah dalam hal demografi dan geografi maka kegiatan
dalam program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) perlu disesuaikan.Agar
pelaksanaan program KIA dapat berjalan lancar, aspek peningkatan mutu
pelayanan program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas ditingkat
Kabupaten/Kota. Peningkatan mutu program KIA juga dinilai dari besarnya
cakupan program di masing-masing wilayah kerja. Untuk itu, besarnya cakupan
pelayanan KIA di suatu wilayah kerja perlu dipantau secara terus menerus, agar
diperoleh gambaran yang jelas mengenai kelompok mana dalam wilayah kerja
tersebut yang paling rawan.
A. LATAR BELAKANG
. Pengertian Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu
wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat
dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi
baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA
terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta
penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait
dan tindak lanjut. Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi
Surveilens. Menurut WHO, Surveilens adalah suatu kegiatan sistematis
berkesinambungan, mulai dari kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya dijadikan landasan yang esensial
dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi suatu kebijakan kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens dalam kesehatan ibu dan
anak adalah dengan melaksanakan PWS KIA. Penyajian PWS KIA Puskesmas
Situ dapat dipakai sebagai alat advokasi, informasi dan komunikasi kepada sektor
terkait yang ada diwilayah Puskesmas Situ, khususnya lintas sektor setempat yang
berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran. Dengan demikian PWS KIA
dapat digunakan untuk memecahkan masalah teknis dan non teknis. Pelaksanaan
PWS KIA harus ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan dalam pelaksanaan
pelayanan KIA, intensifikasi manajemen program, penggerakan sasaran dan
sumber daya yang diperlukan dalam rangka meningkatkan jangkauan dan mutu
pelayanan KIA. Hasil analisis PWS KIA di tingkat puskesmas dan kabupaten/kota
dapat digunakan untuk menentukan puskesmas dan desa/kelurahan yang rawan.
Demikian pula hasil analisis PWS KIA di Puskesmas Situ dapat digunakan untuk
menentukan Desa yang rawan masalah kesehatan ibu dan Anak.
B .TUJUAN
1. TujuanUmum
Dengan PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan
menjangkau seluruh sasaran secara terus menerus di wilayah kerja Puskesmas
Situ ,sehingga diharapkan seluruh kasus dengan faktor risiko atau komplikasi
dapat ditemukan sedini mungkin agar dapat memperoleh penanganan yang
memadai.
2. Tujuan khusus
a. Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort
b. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara
teratur (bulanan) dan terus menerusdi wilayah Puskesmas Situ
c. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA di
wilayah Puskesmas Situ.
d. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target yang
ditetapkanDiwilayah Puskesmas Situ.
e. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara
intensif berdasarkan besarnya kesenjangan di wilayah Puskesmas Situ.
f. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
dan yang potensial untuk digunakandi wilayah Puskesmas Situ.
g. Meningkatkan peran lintas sektor setempat dalam penggerakan sasaran dan
mobilisasi sumber daya di wilayah Puskesmas Situ
h. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan
pelayanan KIAdi wilayah Puskesmas Situ.
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu
pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan
program KIA berpedoman kepada Visi, Misi, tata nilai Puskesmas Situ ( SEHATI ).
-
V. Deteksi dini faktor risiko - Deteksi dini kehamilan Faktor risiko pada ibu hamil
dan komplikasi kebidanan dengan faktor risiko adalah :
dan neonatus oleh tenaga adalah kegiatan yang - Primigravida kurang
kesehatan maupun dilakukan untuk dari 20 tahun atau
masyarakat. menemukan ibu hamil lebih dari 35 tahun
yang mempunyai - Anak lebih dari 4
faktor risiko dan - Jarak persalinan
komplikasi kebidanan. terakhir dan
Kehamilan merupakan kehamilan sekarang
proses reproduksi kurang dari 2 tahun
yang normal , tetapi - Kurang Energi
tetap mempunyai Kronis (KEK)
risiko untuk terjadinya dengan lingkar
komplikasi. Oleh lengan atas kurang
karenanya deteksi dini dari 23,5 cm, atau
oleh tenaga kesehatan penambahan berat
dan masyarakat badan < 9 kg
tentang adanya faktor selama masa
risiko dan komplikasi, kehamilan
serta penanganan - .... Anemia dengan
yang adekuat sedini dari Hemoglobin <
mungkin, merupakan 11 g/dl
kunci keberhasilan - Tinggi badan
dalam penurunan kurang dari 145 cm,
angka kematian ibu atau dengan
dan bayi yang kelainan bentuk
dilahirkannya. panggul dan tulang
belakang Riwayat
hipertensi pada
kehamilan
sebelumnya atau
sebelum kehamilan
ini
- Sedang/pernah
menderita penyakit
kronis, antara lain :
tuberkulosis,
kelainan jantung-
ginjal-hati, psikosis,
kelainan endokrin
(Diabetes Mellitus,
Sistemik Lupus
Eritematosus, dll),
tumor dan
keganasan Riwayat
kehamilan buruk:
keguguran
berulang, kehamilan
ektopik terganggu,
mola hidatidosa,
ketuban pecah dini,
bayi dengan cacat
congenital
- Riwayat persalinan
dengan komplikasi :
persalinan dengan
seksio sesarea,
ekstraksivakum/
forseps.
- Riwayat nifas
dengan komplikasi :
perdarahan paska
persalinan, Infeksi
masa nifas, psikosis
post partum (post
partum blues).
- . Riwayat keluarga
menderita penyakit
kencing manis,
hipertensi dan
riwayat cacat
kongenital.
- . Kelainan jumlah
janin
- kehamilan ganda,
janin dampit,
monster
- Kelainan besar
janin : pertumbuhan
janin terhambat,
Janin besar
Kelainan letak dan
posisi janin
-
-
penambahan berat badan ibu - 1. Ketuban pecah dini. Sebagian besar kematian
hamil yang normal adalah 9 – 2. Perdarahan ibu dapat dicegah apabila
12 kg selama hamil. pervaginam: Ante mendapat penanganan
Komplikasi pada ibu hamil, Partum : keguguran, yang adekuat di fasilitas
bersalin dan nifas antara plasenta previa, pelayanan kesehatan.
lain : solusio plasenta.Intra Faktor waktu dan
partum : robekan jalan transportasi merupakan hal
lahir.Post partum : yang sangat menentukan
atonia uteri,retensio dalam merujuk kasus risiko
placenta,placenta tinggi. Oleh karenanya
inkarcerata,kelaianan Deteksi faktor risiko pada
pembekuan darah,sub ibu baik oleh tenaga
involution3 .Hipertensi kesehatan maupun
dalam Kehamilan: masyarakat merupakan
Tekanan darah tinggi salah satu upaya penting
(sistolik > 140 mmHg, dalam mencegah kematian
diastolik > 90 mmHg), dan kesakitan ibu.
dengan atau tanpa
edema pre-tibial.
4.Ancaman persalinan
prematur. 5. Infeksi
berat dalam kehamilan
: demam berdarah,
tifus abdominalis,
Sepsis. 6. Distosia:
Persalinan macet,
persalinan tak maju. 7.
Infeksi masa nifas
-
Penanganan Komplikasi -
Kebidanan Penanganan
komplikasi kebidanan adalah
pelayanan kepada ibu
dengan komplikasi kebidanan
untuk mendapat penanganan
definitif sesuai standar oleh
tenaga kesehatan kompeten
pada tingkat pelayanan dasar
dan rujukan. Diperkirakan
sekitar 15-20 % ibu hamil
akan mengalami komplikasi
kebidanan. Komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan
tidak selalu dapat diduga
sebelumnya, oleh karenanya
semua persalinan harus
ditolong oleh tenaga
kesehatan agar komplikasi
kebidanan dapat segera
dideteksi dan ditangani.
Untuk meningkatkan cakupan
dan kualitas penanganan
komplikasi kebidanan maka
diperlukan adanya fasilititas
pelayanan kesehatan yang
mampu memberikan
pelayanan obstetri dan
neonatal emergensi secara
berjenjang mulai dari bidan,
puskesmas mampu PONED
sampai rumah sakit PONEK
24 jam.
. Pelayanan neonatus -
dengan komplikasi
Pelayanan Neonatus dengan
komplikasi adalah
penanganan neonatus
dengan penyakit dan
kelainan yang dapat
menyebabkan kesakitan,
kecacatan dan kematian oleh
dokter/bidan/perawat terlatih
di polindes
Diperkirakan sekitar 15% dari Faktor resiko pada neonatus
bayi lahir hidup akan akan meningkatkan resiko
mengalami komplikasi terjadinya komplikasi, deteksi
neonatal. Hari Pertama dini untuk Komplikasi pada
kelahiran bayi sangat Neonatus dengan melihat
penting, oleh karena banyak tandaatau gejala sebagai
perubahan yang terjadi pada berikut:
bayi dalam menyesuaikan diri Tidak mau minum/ menyusu
dari kehidupan di dalam atau memuntahkan semua
rahim kepada kehidupan di Riwayat kejang Bergerak
luar rahim. Bayi baru lahir hanya jika dirangsang /
yang mengalami gejala sakit Letargis. Frekwensi napas ≤
dapat cepat memburuk, 30 x/menit dan ≥ 60 x/menit.
sehingga bila tidak ditangani Suhu tubuh ≤ 35,5°C dan ≥
dengan adekuat dapat terjadi 37,5°C Tarikan dinding dada
kematian. Kematian bayi ke dalam yang sangat kuat.
sebagian besar terjadi pada Merintih. Ada pustule kulit.
hari pertama, minggu Nanah banyak di mata. Pusar
pertama kemudian bulan kemerahan meluas ke dinding
pertama kehidupannya perut. Mata cekung dan
cubitan kulit perut kembali
sangat lambat. Timbul kuning
dan atau tinja berwarna pucat.
Berat badan menurut umur
rendah dan atau ada masalah
pemberian ASI. BBLR (Bayi
Berat Lahir Rendah < 2500
gram) Kelainan Kongenital
seperti ada celah di bibir dan
langit-langit.
VIII. Pelayanan Kesehatan Pemberian imunisasi dasar Tenaga kesehatan yang
Bayi. lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, dapat memberikan
Pelayanan kesehatan bayi DPT/HB 1,2,3, Campak) pelayanan kesehatan bayi
adalah pelayanan kesehatan sebelum bayi berusia 1 tahun. adalah : dokter spesialis
sesuai standar yang Stimulasi deteksi intervensi anak, dokter, bidan ,
diberikan oleh tenaga dini tumbuh kembang bayi perawat dibantu oleh
kesehatan kepada bayi (SDIDTK). Pemberian vitamin tenaga kesehatan lainnya
sedikitnya 4 kali, selama A 100.000 IU (6 – 11 bulan). seperti petugas gizi.
periode 29 hari sampai Konseling ASI eksklusif,
dengan 11 bulan setelah pemberian makanan
lahir. Pelaksanaan pelayanan pendamping ASI, tanda –
kesehatan bayi : tanda sakit dan perawatan
1. Kunjungan bayi satu kali kesehatan bayi di rumah
pada umur 29 hari – 2 bulan. menggunakan Buku KIA.
2. Kunjungan bayi satu kali Penanganan dan rujukan
pada umur 3 – 5 bulan. kasus bila diperlukan.
3. Kunjungan bayi satu kali
pada umur 6 – 8 bulan.
4. Kunjungan bayi satu kali
pada umur 9 – 11 bulan.
15
1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1) Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali
mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta
kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
X 100
Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun Jumlah sasaran ibu hamil
dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui Proyeksi,
dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus : 1,10 X
angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk Angka kelahiran kasar (CBR) yang
digunakan adalah angka terakhir CBR kabupaten/kota yang diperoleh dari kantor perwakilan
Badan Pusat Statistik (BPS) di kabupaten/kota.
Bila angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka dapat digunakan angka terakhir CBR
propinsi. CBR propinsi dapat diperoleh juga dari buku Data Penduduk Sasaran Program
Pembangunan Kesehatan 2007 – 2011 (Pusat Data Kesehatan Depkes RI, tahun 2007).
Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil di desa/kelurahan X di kabupaten Y
yang mempunyai penduduk sebanyak 2 .000 jiwa dan angka CBR terakhir kabupaten Y
27,0/1.000 penduduk, maka : Jumlah ibu hamil = 1,10 X 0,027 x 2.000 = 59,4.
1. Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4) Adalah cakupan ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali
dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali
pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
2. Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang
menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA. Rumus
yang dipergunakan adalah :
3. Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai standar
16
X 100
oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah sasaran
ibu hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun 2. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
(Pn) Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun
waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang
ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambark kemampuan manajemen
program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar. Rumus yang digunakan
sebagai berikut : Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten
disuatu wilayah X 100 kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun Jumlah sasaran ibu
bersalin dalam 1 tahun dihitung dengan menggunakan rumus : 1,05 X angka kelahiran
kasar (CBR) X jumlah penduduk Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu
bersalin di desa/kelurahan X di kabupaten Y yang mempunyai penduduk sebanyak
2.000 penduduk dan angka CBR terakhir kabupaten Y 27,0/1.000 penduduk maka :
Jumlah ibu bersalin = 1,05 X 0,027 x 2.000 = 56,7. Jadi sasaran ibu bersalin di
desa/kelurahan X adalah 56 orang. 3. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan
(KF3) Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari
pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3
hari, 8 – 14 hari dan 36 – 42 hari setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara
lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang 17
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Jumlah ibu nifas yang telah
memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar oleh X 100 tenaga kesehatan disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah sasaran ibu nifas di suatu wilayah kerja
dalam 1 tahun Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah sasaran ibu bersalin. 4.
Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1) Adalah cakupan neonatus yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam setelah lahir di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertententu. Dengan indikator ini dapat diketahui
akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal. Rumus yang dipergunakan adalah
sebagai berikut : Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6
– 48 jam X 100 setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah
seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun Jumlah sasaran bayi bisa
didapatkan dari perhitungan berdasarkan jumlah perkiraan (angka proyeksi) bayi dalam
satu wilayah tertentu dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Jumlah sasaran
bayi = Crude Birth Rate x jumlah penduduk Contoh : untuk menghitung jumlah perkiraan
bayi di suatu desa Z di Kota Y Propinsi X yang mempunyai penduduk sebanyak 1.500
jiwa dan angka CBR terakhir Kota Y 24,8/1.000 penduduk, maka : Jumlah bayi = 0,0248
x 1500 = 37,2. 18
Jadi sasaran bayi di desa Z adalah 37 bayi. 5. Cakupan pelayanan neonatus Lengkap
(KN Lengkap). Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1
kali pada hari ke 8 – hari ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Dengan indikator dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan
neonatal. Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut : Jumlah neonatus yang
telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan neonatal X 100 sesuai standar di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah
kerja dalam 1 tahun 6. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh Masyarakat Adalah
cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh kader atau
dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin,
nifas itu sendiri. Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat
dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas. Rumus
yang dipergunakan : Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau dukun
bayi atau masyarakat X 100 di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu 20% x
jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah dalam 1 tahun 7. Cakupan Penanganan
komplikasi Obstetri (PK) Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk 19
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut : Jumlah bayi yang telah
memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar X 100 di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1
tahu 10. Cakupan pelayanan anak balita (12 – 59 bulan). Adalah cakupan anak balita
(12 – 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan
pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun,
pemberian vitamin A 2 x setahun Rumus yang digunakan adalah : Jumlah anak balita
yg memperoleh pelayanan sesuai standar disuatu wilayah kerja X 100 pada kurun
waktu tertentu Jumlah seluruh anak balita disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun 11.
Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS Adalah
cakupan anak balita (umur 12 – 59 bulan) yang berobat ke Puskesmas dan
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Rumus yang digunakan adalah : Jumlah anak balita sakit yg
memperoleh pelayanan sesuai tatalaksana MTBS di X 100 Puskesmas di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung ke
Puskesmas disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun
21
Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita sakit yang datang ke
puskesmas (register rawat jalan di Puskesmas). Jumlah anak balita sakit yang
mendapat pelayanan standar diperoleh dari format pencatatan dan pelaporan MTBS 12.
Cakupan Peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate) Adalah cakupan dari
peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat
kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan
lama yang masih aktif memakai alokon terusmenerus hingga saat ini untuk menunda,
menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan. Rumus yang dipergunakan:
Jumlah peserta KB aktif di suatu wilayah kerja pada X 100 kurun waktu tertentu Jumlah
seluruh PUS di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun