PENGEMBANGAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
1|P age
Page |2
IDENTITAS SEKOLAH
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Kendal
NPSN : 20321847.
ALAMAT SEKOLAH : Mangga Utara Jl. Soekarno – Hatta Barat Kendal Telp. (0294)
381163
Fax. (0294) 384892
e-mail : stmkendal@yahoo.com
Daftar Isi
Identitas Sekolah
Lembar/Surat Pengesahan
Surat Keputusan (SK) Tim Pengembangan Sekolah
Daftar Isi
Kata Pengantar
BAB I Refokus Bidang/Program dan Kompetensi Keahlian
A. Kajian Kesesuaian Kompetensi Keahlian terhadap Kebutuhan Tenaga Kerja
B. Daftar ranking kesesuain Kompetensi Keahlian dengan kebutuhan tenaga kerja
BAB II Komponen Pembenahan (alasan dan tujuan secara umum dan ringkas)
A. SDM (Penguatan Kapasitas)
B. Kurikulum/Pembelajaran (strategi penerapan)
C. Tatakelola/Manajemen (pemanfaatan media bnelajar TeFa)
D. Bangunan (penataan dan lingkungan)
E. Peralatan (pemutakhiran dan modernisasi)
BAB III Uraian Program Kegiatan Pembenahan
A. SDM (Penguatan Kapasitas)
1. Pengembangan soft skill guru
2. Pengembangan ketrampilan guru
3. Pengembangan ketrampilan tenaga kependidikan
4. Evaluasi program kegiatan
B. Kurikulum/Pembelajaran (strategi penerapan)
1. Pengembangan kurikulum sesuai dengan revolusi industry 4.0
2. Penerapan proses KBM secara Blok
3. Pengembangan proses KBM berbasis teaching factory
4. Evaluasi program kegiatan kurikulum
C. Tatakelola/Manajemen (pemanfaatan media belajar TeFa)
1. Sinkronisasi KBM dengan kebutuhan TeFa
2. Sosialisi penerapan Tefa pada KBM
3. Pengembangan dan penerapan KBM berbasis TeFa
4. Evaluasi program kegiatan TeFa
D. Bangunan (penataan dan lingkungan)
1. Penataan Gedung dan lingkungan
2. Perbaikan Gedung dan lingkungan
3. Pengadaan Gedung dan lingkungan
E. Peralatan (pemutakhiran dan modernisasi)
1. Inventarisir peralatan dan bahan praktik sesuai kebutuhan KBM berbasi TeFa
2. Pengadaan peralatan dan bahan praktik
3. Evaluasi keberadaan peralatan dan bahan praktik
BAB IV Kebutuhan dan Sumber Dana Pengembangan (dalam matrik)
BAB V Rencana Jadwal Pelaksanaan Pengembangan (paling dalam 5 tahun)
Lampiran
1. Detil program dan kegiatan Pengembangan (RAB dan Gambar)
2. Dokumen lainnya
KATA PENGANTAR
Peta Jalan Pengembangan SekolahSMK Negeri 2 Kendal ini disusun berdasarkan petunjuk dan
acuan yang telah ditetapkan Direktorat SMK serta sesuai dengan arah dan tujuan program
pengembangan pendidikan Propinsi Jawa Tengah yang telah dituangkan dalam Peta Jala atau
“Road Map” Pengembangan Pendidikan Vokasi tingkat provinsi. Keselarasan dan konsistensi
program kegiatan antara pusat dan daerah terkait dengan pengembangan pendidikan menengah
kejuruan (SMK) menjadi landasan utama dalam menetapkan dan menguraikan komponen
Pengembangan sekolah berikut strategi pelaksanaan dan perhitungan pembiayannya. Dengan
Peta Jalan ini daharapkan semua pelaksanaan program kegiatan Pengembangan Sekolah dapat
dilakukan dengan efektif dan efisien berhasil sesuai harapan.
“Refokus” atau Analisa kesesuaian bidang, program dan kompetensi keahlian terhadap kebutuhan
tenaga baik tingkat Global (Internasional/ASEAN), Nasional, regional maupun local telah dilakukan
dan menghasilkan skala atau tingkat kesesuaian kompetensi kehalian yang ada dari yang paling
sesuai hingga tidak sesuai.
“Redesain atau Pembenahan’ fisik secara tuntas dilakukan terhadap semua komponen –
komponen pembelajaran dengan memprioritaskan kompetensi keahlian yang paling sesuai
dengan kebutuhan tenaga kerja atau yang kompetensi keahliannya telah diusulkan akan
dikembangkan sebagai pusat keunggulan atau COE, dan kompetensi keahlian lainnya tetap
dilakukan pembenahannya namun bukan menjadi prioritas.
Peta Jalan pengembangan sekolahini digunakan sebagai acuan semua stakeholder yang terlibat
dalam perencanaan, pelaksanaan, supervisi dan evaluasi program Pengembangan Pusat
Keunggulan.
BAB I
REFOKUS ATAU KAJIAN KOMPETENSI KEAHLIAN
A. Kajian Kesesuaian Kompetensi Keahlian terhadap Kebutuhan Tenaga Kerja
Sebagai bagian dari upaya merealisasikan pendidikan kejuruan yang berprinsip “demand –
driven”, semua kompetensi yang ada telah dikaji tingkat kesesuaiannya terhadap kebutuhan
tenaga kerja dengan pendekatan atau konsep “luber” lulusan berikut seperti contoh
format/dummy dibawah ini:
Kajian dilakukan dengan melihat potret tingkat kebekerjaan lulusan 5 (lima) tahun kebelakang
dari setiap kompetensi keahlian mulai tahun 2015 sampai tahun 2020 dengan penyerapan
habis ideal selama 3 (tahun). Dari hasil kajian diperkirakan akan terdapat 3 (tiga) gambaran
kecenderungan tingkat kebekerjaan lulusan yaitu:
1) Meningkat
2) Stabil dan
3) Menurun
Dengan menggunakan skor sedemikia rupa, setiap kompetensi akan memperoleh skor tingkat
kesesuaian dari yang tertinggi 100 % kelulusan sampai dengan dibawah 50 % sebagai ambang
terbawah.
Tabel 1. Hasil Kajian Kesesuaian Kompetensi dengan Kebutuhan Tenaga Kerja (dummy)
Catatan:
- Lulusan habis terserap ideal 3 (tiga) tahun, warna hijau;
- Tingkat kebekerjaan yang cenderung menurun dan pada akhir tahun ke 5, tingkat
kebekerjaannya dibawah 50 % perlu mendapat perhatian.
Jika sekolah ingin membuka kompetensi baru, dengan prinsip yang sama melakukan kajian
kesesuaian kompetensi dengan kebutuhan tenaga kerja, sekolah harus mempunyai informasi
kebutuhan tenaga kerja sedikitnya proyeksi untuk 5 (tahun) mendatang. Data dan informasi
dapat bersumber dari Peta Jalan Provinsi, BPS, atau hasil Kerjasama kemitraan antara sekolah
dengan IDUKA yang dapat dituangkan dalam format contoh seperti dibawah ini.
Tabel 1. Hasil Kajian Kesesuaian Kompetensi dengan Kebutuhan Tenaga Kerja 5 (lima) tahun
mendatang (dummy)
PERKIRAAN LULUSAN
NO BIDANG, PROGRAM DAN KOMPETENSI Jumlah Tahapan Penyerapan Total SKOR
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
1 Bidang Studi …............................
1.1 Program Studi …................
1.1.1 Kompetensi Keahlian …..............
- Lulusan 2020 32 32 32 100%
- Lulusan 2021 32 32 32 100%
- Lulusan 2022 32 32 32 100%
- Lulusan 2023 32 32 32 100%
- Lulusan 2024 32 32 32 100%
160 32 32 32 32 32 160 100%
1.1.2 Komopetensi Keahlian
- Lulusan 2020 32 32 32 100%
- Lulusan 2021 32 32 32 100%
- Lulusan 2022 32 32 32 100%
- Lulusan 2023 32 32 32 100%
- Lulusan 2024 32 32 32 100%
160 32 32 32 32 32 160 100%
Dengan menggunakan hasil kajian re-fokus bidang/program dan kompetensi keahlian yang
dilakukan dengan menganalisa tingkat kesesuaian komopetensi lulusan dengan kebutuhan tenaga
kerja yang ada di lapangan seperti tertuang pada tabel 1 diatas, perolehan nilai setiap kompetensi
keahlian secara urut dapat dilihat pada table 3. dibawah ini. Pada baris dengan nomer urut 1
adalah kompetensi yang paling banyak mendapatkan skor atau yang paling sesuai dengan
kebutuhan tenaga kerja sehingga layak menjadi prioritas pembenahan agar mampu dibebani
tugas tambahan sebagai prinsip atau ciri ‘pusat keunggulan’.
1 2 3 4
1 Teknik Pendingin dan Tata Udara Teknik Ketenagalistrikan Teknologi dan Rekayasa
2 Desain Interior dan Teknik Furnitur Seni Rupa Seni dan Industri Kreatif
3 Teknik Bisnis Sepeda Motor Teknik Otomotif Teknologi dan Rekayasa
4 Desain Pemodelan dan Informasi Teknologi Kontruksi dan Teknologi dan Rekayasa
Bangunan Properti
5 Teknik Kendaraan Ringan Otomotif Teknik Otomotif Teknologi dan Rekayasa
Dalam hal adanya alasan tertentu yang sangat kuat dan mendasar, dimungkinkan untuk memilih
kompetensi keahlian dengan skor atau nilai bukan yang tertinggi untuk diprioritaskan
pembenahannya sebagai calon ‘pusat keunggulan’.
BAB II
KOMPONEN PEMBENAHAN
Sesuai dengan prinsip revitalisasi, pembenahan dilakukan terhadap semua komponen dengan
landasan dan tujuan secara umum dan garis besar dijelaskan dibawah ini (detil terlampir).
1. Sumberdaya Manusia
1.1 Penguatan Kapasitas Unsur Pimpinan;
a. Latar belakang
Menurut data data dari UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan
Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian
pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per-kepala yang menunjukkan bahwa indeks
pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia,
Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998) dan ke-109
(1999).
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di
Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia.Posisi Indonesia berada di
bawah Vietnam.Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000),
Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari
57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survei dari lembaga yang sama,
Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari
53 negara di dunia.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003)
bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang
mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari
20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat
pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA
ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori
The Diploma Program (DP).
Penyebab rendahnya kualitas Pendidikan tidak terlepas dari peran guru dalam proses
belajara mengajar di kelas maupun di bengkel (laboratorium). Guru sebagai garda
depan dalam proses Pendidikan mengalami beberapa kendala diantaranya kurang
kreatifnya guru dalam mentranformasikan ilmu pengetahuan ke peserta didiknya,
kurangnya kemampuan menguasai beberapa media pembelajaran dll. Dengan
persolan tersebut peran kepala sekolah sangat dibutuhkan dalam rangka
meningkatkan kinerja guru dan semua unsur didalamnya. Pada dasarnya jabatan
kepala sekolah dianggap top karier sehingga tidak sedikit setelah menjadi kepala
sekolah seolah-olah tidak ada lagi karier yang lebih tinggi sehingga jabatan kepala
sekolah hanya sebagai formalitas, sehingga tidak sedikit sekolah yang berjalan stagnan
dan bahkan mengalami kemunduran.
b. Tujuan
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya ikut merambah dunia
pendidikan, sehingga menuntut seorang kepala sekolah yang professional. Untuk itu
kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan
pendidikan secara terarah dan berkesinambungan. Peningkatan profesionalisme kepala
sekolah perlu dilaksanakan secara berkeinambungan dan terencana dengan melihat
permasalahan-permasalahan dan keterbatasan yang ada, sebab kepala sekolah
merupakan pemimpin pendidikan yang juga bertanggung jawab dalam meningkatkan
profesionalisme pendidik (guru) serta tenaga kependidikan lainnya. Kepala sekolah
yang professional akan mengetahui kabutuhan dunia pendidikan. Dengan begitu kepala
sekolah akan melakukan penyesuaian-penyesuaian agar pendidikan berkembang dan
maju sesuai dengan kebutuhan pembangunan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Melalui strategi perbaikan mutu inilah diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya
mutu pendidikan yang mengoptimalkan segala sumber daya yang terdapat di sekolah.
Upaya peningkatan profesionalisme kepala sekolah merupakan proses keseluruhan dan
organisasi sekolah serta harus dilakukan secara berkesinambungan karena perubahan
yang terjadi selalu dinamis serta tidak bisa diprediksi sehingga kepala sekolah maupun
tenaga kependidikan harus selalu siap dihadapkan pada kondisi perubahan. Ada istilah
seorang tenaga pendidik yang tadinya professional belum tentu akan terus profesional,
bergitupun sebaliknya, tenaga kependidikan yang tadinya tidak professional belum
tentu akan selamanya tidak professional. Dari pernyataan itu jelas kalau perubahan
akan selalu terjadi dan menuntut adanya penyasuaian sehingga kita dapat mengatasi
perubahan tersebut dengan penuh persiapan.
Dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan profesionalisme kepala sekolah harus ada
pihak yang berperan dalam peningkatan mutu tersebut. Dan yang berperan dalam
peningkatan profesionalisme kepala sekolah adalah pengawas sekolah yang juga
merupakan pemimpin pendidikan yang bersama-sama kepala sekolah memiliki
tanggung jawab terhadap perkembangan sekolah.
Upaya peningkatan keprofesionalan kepala sekolah tidak akan terwujud begitu saja
tanpa adanya motivasi dan adanya kesadaran dalam diri kepala sekolah tersebut serta
semangat mengabdi yang akan melahirkan visi kelembagaan maupun kemampuan
konsepsional yang jelas. Dan ini merupakan faktor yang paling penting sebab tanpa
adanya kesadaran dan motivasi semangat mengabdi inilah semua usaha yang dilakukan
tidak akanmemberikan hasil maksimal dan realisasinya juga tidak akan optimal.
c. Sasaran
1. Kepala Sekolah
2. Wakil Kepala Sekolah
d. Strategi Pelaksanaan
1. Pemaparan visi dan misi yang jelas, terukur dengan menyesuaikan kondisi di
sekolah.
2. Pengembangan komitmen, partisipasi, kerjasama, dan dukungan dari semua pihak.
manajemen
3. Mengembangkan komitmen, partisipasi, kerjasama, dan dukungan dari pihak
semua pihak yang terlibat dalam setiap perubahan sekolah yang dilakukan.
4. Melakukan stabilisasi, integrasi, dan konsolidasi atas perubahan sekolah yang
berjalan dan telah dirasakan manfaatnya oleh warga sekolah
Pendidikan merupakan proses yang berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat.
Pendidikan harus diselenggarakan dengan sistem terbuka yang memungkinkan
fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program secara lintas satuan dan jalur
pendidikan. Untuk mendukung proses pendidikan tersebut, peningkatan
profesionalisme guru dan tenaga kependidikan secara berkelanjutan dan
diselenggarakan dengan sistem terbuka yang dapat diakses oleh semua guru dan
tenaga kependidikan.
b. Tujuan
1. Meningkatkan kemampuan SDM yang komunikatif dan memiliki kemampuan yang
handal dalam mengakses informasi.
2. Meningkatkan SDM yang memiliki mobilitas tinggi
3. Meningkatkan SDM dengan kemampuan adaptasi yang kuat
4. Menciptakan SDM yang berkualitas, kreatif, dan inovatif
5. Mewujudkan SDM yang memiliki keunggulan pada bidangnya
c. Sasaran
Tenaga pendidik dan Kependidikan
d. Strategi Pelaksanaan
1. Saling Kerjasama antar kepala sekolah beserta bawahannya yang saling
berkesinambungan
2. Pendidik dan tenaga kependidikan dianggap sebagai partner yang saling mengisi
kekurangan
3. Reward dan panisme
Pada kenyataannya, masih banyak guru SMK yang belum memiliki pengalaman magang
di dunia usaha dan industri sehingga kompetensi yang diajarkan ada yang belum sesuai
dengan kebutuhan kompetensi di dunia usaha dan industri itu sendiri. Padahal, magang
guru itu sangat banyak manfaatnya bagi guru apalagi bagi seorang guru produktif di
SMK.
b. Tujuan
Guru dan siswa dapat mengetahui kompotensi mana yang harus dipertajam dalam
pembelajaran agar dapat melahirkan peserta didik yang kompeten sesuai dengan
kompetensi yang dibutuhkan. Dalam hal ini guru bisa memulainya dari langkah
pertama, yaitu menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan
dipelajari. Kemudian indikator apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai
kompetensi dasar dan standar kompetensi tersebut. Berikutnya, guru dapat merancang
persiapan mengajar dan mengatur strategi serta metode pembelajaran yang cocok
untuk diberikan kepada peserta didik. Hal ini agar peserta didik dapat dengan mudah
c. Sasaran
Guru dan siswa
d. Strategi Pelaksanaan
Tersusunnya schedule magang guru dan siswa secara sistematis
2. Kurikulum/Pembelajaran
2.1 Penguatan Kemitraan Industri
a. Latar belakang
Pendidikan dasar dan menengah di Indonesia mempunyai satuan tingkatan pendidikan,
yakni dimulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), dan banyak ragam jenis sekolah yang ada, salah
satunya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah, yang menyatakan bahwa
pendidikan kejuruan adalah pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan
pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. SMK
merupakan sekolah yang dibentuk untuk mengasah kemampuan peserta didik (hard
skills), bertujuan untuk menyediakan lulusan yang siap untuk bekerja. Lembaga
pendidikan untuk mencetak lulusan yang unggul, perlu melakukan upaya, seperti
melihat aspek aspek manajemen pendidikan, salah satunya yaitu manajemen
pembelajaran yang terselenggara di dalam Pendidikan.
b. Tujuan
Pembelajaran industri (teaching industry) adalah suatu bentuk usaha memberikan
pengalaman nyata kepada peserta didik dengan melibatkan peserta didik dalam lini
produksi atau jasa di industri atau di sekolah dengan melibatkan peserta didik secara
langsung (Sutiana, 2014). Pembelajaran industri tentunya berbeda dengan
pembelajaran lainnya, dimana pembelajaran industri peserta didik memperoleh
pengalaman langsung atau nyata sesuai dengan kebutuhan industri. Kegiatan
pembelajaran industri peserta didik bertujuan mengkondisikan peserta didik kedalam
situasi proses produksi yang sebenarnya pada industri, dengan menyajikan materi-
materi yang dikombinasikan materi kurikulum yang ada dengan materi dari pihak
industri, sehingga terjadi sinkronisasi antara kedua materi tersebut.
c. Sasaran
Siswa dan Industri
d. Strategi Pelaksanaan
1. Kerjasama dengan IDUKA yang ada di Kawasan Industri Kendal (KIK) dan sekitarnya.
2. Mengadakan MOU dengan IDUKA
3. Adanya dokumen kurikulum berbasis industry
b. Tujuan
Meningkatkan soft skill dan hard skill siswa yang berjiwa wirausaha
c. Sasaran
Siswa, guru dan IDUKA
d. Strategi Pelaksanaan
Melalui model pembelajaran Teaching Factory Langkah Tefa siswa SMK akan memiliki
kecakapan personal, sosial, akademik dan vokasional yang terpadu pada satu siklus
pembelajaran. Enam langkah dari satu siklus model ini, yaitu menerima pemberi order,
menganalisis order, menyatakan kesiapan mengerjakan order, mengerjakan order,
melakukan quality control, dan menyerahkan order. Model Tefa menghadirkan dunia
industri/kerja yang sesungguhnya dalam lingkungan.
b. Tujuan
Tercapainya kelas Industri untuk program keahlian Teknik Bisnis Sepeda Motor (Astra
Honda Motor), Teknik Pendingin dan Tata Udara (PT. DENSO Indonesia)
c. Sasaran
Program Keahlian Teknik Bisnis Sepeda Motor, Teknik Pendingin dan Tata Udara
d. Strategi Pelaksanaan
Sekolah untuk membangun kerjasama dengan industri mulai dari pra kerjasama sampai
evaluasi kerjasama belum ter-publish secara jelas dan otentik. Oleh karena itu, perlu
dilakukan beberapa langkah (1) menjelaskan persiapan pelaksanaan membentuk kerja
sama kelas industri yang disepakati di SMK Negeri 2 Kendal, (2) menjelaskan
penyusunan dan model kurikulum kelas industri yang digunakan di SMK Negeri 2
Kendal, (3) menjelaskan persyaratan instruktur atau guru yang ada di kelas industri
SMK Negeri 2 Kendal, (4) menjelaskan sistem pembelajaran yang dilaksanakan pada
kelas industri di SMK Negeri 2 Kendal, dan (5) menjelaskan pelaksanaan uji kompetensi
pada kelas industri di SMK Negeri 2 Kendal.
3. Tatakelola/Manajemen
3.1 Peningkatan Kapasitas Manajemen Sekolah Berbasis ICT
a. Latar belakang
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan topik penting yang berkembang
dalam berbagai kebijakan publik, tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Integrasi TIK
dalam kehidupan sehari-hari mengubah hubungan kita dengan informasi dan
pengetahuan. Peluang yang ditawarkan oleh penggunaan TIK dalam pendidikan begitu
banyak jumlahnya, sehingga dapat mengarah pada pengalaman belajar yang lebih baik
dan lebih menarik. Efek ini tidak hanya terbatas pada ruang kelas, tetapi juga
transformasi model pendidikan, contohnya seperti model jarak jauh ke model e-
learning atau blanded e-learning yang menawarkan pilihan baru dalam penyampaian,
serta peluang baru dalam layanan pelatihan guru dan dukungan lain. Kapasitas TIK
untuk membangun jaringan tanpa batas merupakan kemungkinan pembelajaran
inovatif yang setara di seluruh wilayah dan negara. Kemampuan siswa untuk
memanfaatkan TIK sudah menjadi kebutuhan baru untuk sistem pendidikan yang
efektif.
Banyak negara menghadapi tantangan yang signifikan dalam mengubah apa yang
dijanjikan teknologi menjadi kenyataan untuk pembelajaran. Kebanyakan tantangan ini
terkait dengan biaya atau masalah infrastruktur dan teknis, seperti kurangnya akses
terhadap teknologi atau buruknya konektivitas. Tantangan lainnya adalah kurangnya
konten yang relevan dalam bahasa yang dimengerti oleh pengguna dan terbatasnya
akses untuk sumber daya pendidikan terbuka. Namun tantangan utama, termasuk
pada sistem pendidikan yang paling canggih sekalipun, terletak pada kapasitas guru
untuk menggunakan TIK secara efektif di dalam kelas. Dengan disadarinya kontribusi
TIK dalam membangun hubungan baru antara sekolah dan masyarakat, serta
menjembatani kesenjangan antara pendidikan formal, non-formal dan informal, maka
para pembuat kebijakan dituntut untuk menyiapkan strategi untuk menghasilkan
keterampilan dan kapasitas yang diperlukan dalam masyarakat berbasis pengetahuan
b. Tujuan
Terciptanya sistem manajemen sekolah berbasis IT
c. Sasaran
Seluruh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, Siswa, orang tua, dan masyarakat
d. Strategi Pelaksanaan
1. Sosialisasi melalui media social
2. Menciptakan aplikasi system manajemen sekolah yang ringan, simple dan familier
b. Tujuan
Dapat meningkatkan pelayanan, efisiensi anggaran, sekolah dapat mengembangkan
seluruh potensi yang dimiliki sesuai dengan bidang keahlian sekolah dengan otonomi
pengelolaan keuangan sekolah, dapat mendorong siswa untuk terus berkarya sehingga
menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, dan dapat
meningkatkan kesejahteraan guru maupun infrastruktur sekolah dengan adanya
remunerasi dari pendapatan yang diterima sekolah
c. Sasaran
Seluruh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, Siswa, orang tua, dan masyarakat
d. Strategi Pelaksanaan
Pemasaran awal dilakukan oleh siswa ke masyarakat melalui jejaring social, pembuatan
aplikasi e-katalog produk
3.3 Peningkatan Pemanfaatan Aset/Sumber Daya Sekolah (guru, kantin, aula dls) atau UP
a. Latar belakang
Pendidikan merupakan aset terpenting untuk mencapai kemajuan bangsa dan akan
berlangsung dengan baik apabila didukung oleh manajemen terhadap keseluruhan
faktor yang salah satunya adalah dengan pengelolaan terhadap aset atau sarana
prasarana yang dimiliki. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengelola asset
namun ada salah satu konsep yang dapat digunakan untuk pengelolaan aset yaitu
dengan menerapkan konsep manajemen aset. Konsep manajemen aset sendiri
pertama kali dicetuskan oleh industri privat yang mengintegrasikan beragam
pemikiran.
Pada dasarnya sekolah tidak lagi hanya menjadi sarana atau tempat pembelajaran bagi
siswanya, namun konsepnya sudah beralih kepada pelayanan mutu baik dari segi
operasional (administrating for excellence) maupun pengajaran Pendidikan yang
diberikan kepada pelanggannya yaitu siswa, sebagaimana dijelaskan pada UU Sisdiknas
No.20/2003 Bab XII pasal 45 ayat 1. Peraturan lainnya mengenai sarana prasarana
pendidikan tercantum dalam Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No.19 tahun
2005 Bab VII Pasal 42 mengenai kewajiban terkait sarana prasarana sebagai aset yang
perlu dimiliki oleh sekolah dan diperkuat oleh Peraturan Mentri No.24 Tahun 2007
mengenai Standar Sarana dan Prasarana Sekolah. Sarana Prasarana sebenarnya
merupakan bagian dari aset tetap, yang mana dalam pengertian akutansi, aset tetap
merupakan aset berwujud atau tangible asset. Layaknya makhluk hidup, aset pun
memiliki siklus mulai dari perencanaan, inventarisasi, pemeliharaan, penghapusan,
hingga pelaporan hal ini serupa dengan pernyataan yang ada pada Peraturan Mentri
Dalam Negeri No.17 Tahun 2007 Pasal 4 Ayat 2.
Siregar (2004) menyatakan bahwa terdapat suatu masalah terkait dengan pengelolaan
aset yakni ketidaktertiban dalam pengelolaan data atau barang dan inventarisasi belum
mampu memberikan informasi yang relevan . Hal ini penting untuk diperhatikan karena
ketidakteraturan dalam penginventarisasian aset dapat menyebabkan ketidak
relevanan antara aset yang ada dilapangan dengan yang didokumentasikan. Ketidak
relevanan tersebut dapat berkaitan dengan data kondisi aset dan nilai aset saat ini
serta untuk menjaga agar tidak ada kerugian material yang besar nantinya. Kondisi dan
b. Tujuan
1) Menjamin pengembangan kapasitas yang berkelanjutan dari pengurus sekolah
didalah mengembangkan atau mengoptimalkan pemanfaatan asset sekolah melalui
pengelolaan dan pemeliharaan yang benar.
2) Menjamin kesiapan operasional sarana-prasarana Pendidikan dalam mendukung
kelancaran proses pembelajaran di sekolah.
3) Menjamin keselamatan dan kenyamanan semua orang terutama peserta didik yang
menggunakan asset sekolah tersebut, termasuk didalamnya aman terhadap bahaya
yang dapat ditimbulkan oleh bahan yang mengandung bahaya.
4) Mengoptiamalkan usia pakai asset sekolah, mengingat pemeliharaan dan
pengelolaan yang baik lebih murah daripada perbaikan.
c. Sasaran
Seluruh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, Siswa, orang tua, dan masyarakat
d. Strategi Pelaksanaan
Menyusun manajemen pengelolaan asset sekolah, pemeliharaan bangunan, dan
pemeliharaan asset non bangunan.
4. Bangunan
4.1 Penataan dan Penyegaran Bangunan
a. Latar belakang
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu institusi pendidikan formal
tingkat menengah dengan tujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan sifat spesialisasi kejuruan
dan persyaratan dunia industri dan dunia usaha. Di dalam menghadapi era
industrialisasi dan persaingan bebas dibutuhkan tenaga kerja yang produktif, efektif,
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pihak sekolah harus mempunyai metode atau
cara dalam meningkatkan mutu dan kualitas siswa. Selain menyiapkan system
pembelajaran yang sesuai, lembaga pendidikan, dalam hal ini sekolah kejuruan, perlu
menyediakan fasilitas ruang pembelajaran yang kondusif, nyaman, aman, dan
menyenangkan. Aspek-aspek ruang, Perabot dan segala perlengkapan juga perlu
dirancang secara tepat bukan sekedar fungsi melainkan perlu mempertimbangkan
aspek-aspek lain seperti kenyamanan, fleksibilitas, pemanfaatan teknologi komunikasi,
yang diperlukan guna meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Aspek lainnya yang sangat mendukung terhadap proses kegiatan belajar mengajar
siswa yaitu perlu diperhatikannya interior ruangan yang menyangkut dimensi dan
bentuk ruang, sistem pencahayaan ruang, ventilasi, dan warna dalam ruang. Hal ini
dimaksudkan agar tercipta suasana dan fungsi ruang yang mampu memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional bagi pemakai atau penghuninya secara maksimal,
kondusif-nyaman, aman, dan menyenangkan ( Suptandar,1995).
b. Tujuan
penataan bangunan dan lingkungan untuk suatu lingkungan/Kawasan tertentu supaya
memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan
meliputi:
1) Pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan;
2) Peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan
ruang publik;
3) Perwujudan pelindungan lingkungan, serta;
4) Peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan.
c. Sasaran
Bangunan Sekolah
d. Strategi Pelaksanaan
Strategi penataan bangunan yang beradaptasi dengan lingkungan fisik mengacu pada
industry.
Jadi pengadaan terhadap bangunan sekolah harus lebih di fasilitasi dalam lembaga
pendidikan seperti sekolah. Dan harus ada yang mengelola dalam pengadaan
bangunan sekolah tersebut. Dengan pengelolaan bangunan sekolah yang ada di
sekolah kepala sekolah dapat merencanakan dan mendata apa saja bangunan sekolah
yang harus digunakan di sekolah tersebut dan mana sarana dan sarana yang belum
ada. Jika semua langkah-langkah pengadaan pengelolaan telah berjalan dengan baik
seperti yang diharapkan maka akan berdampak positif terhadap siswa-siswa dalam
proses belajar mengajar dan tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Maka penyelenggara pendidikan baik itu pemerintah, kepala sekolah, guru, personil
sekolah yang lainnya maupun masyarakat perlu terus berusaha untuk meningkatkan
kualitas pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman.
b. Tujuan
Meningkatkan fasilitas pendidikan di sekolah sehingga meningkatkan kualitas
pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman
c. Sasaran
Infrastruktur sekolah
d. Strategi Pelaksanaan
Pengadaan bangunan dapat dilaksanakan dengan beberapa cara yaitu membangun
bangunan baru, membeli bangunan, menyewa bangunan, menerima hibah bangunan,
dan menukar bangunan.
b. Tujuan
1) Mendorong SMK mewujudkan pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, atau
ekstrakurikuler yang kontekstual dengan keunggulan wilayah;
2) Meningkatkan kualitas pengelolaan pembelajaran di SMK sesuai tuntutan standar
industri;
3) Membangun pola kemitraan dengan industri dalam rangka mengatasi kesenjangan
kebutuhan tenaga guru, fasilitas praktik, dan keterserapan lulusan di dunia kerja;
4) Menyelenggarakan model pembelajaran yang dirancang Bersama industri/asosiasi
untuk pemenuhan kompetensi khusus lulusan yang diminta oleh industri;
5) Memberdayakan SMK untuk peningkatkan peran serta dalam pertumbuhan
ekonomi masyarakat sesuai potensi daerah.
6) Menyediakan wahana eksplorasi pembelajaran berwirausaha untuk pembekalan
kerja mandiri.
c. Sasaran
Lingkungan SMKN 2 Kendal
d. Strategi Pelaksanaan
Pendidikan dan proses belajar di pendidikan vokasi harus dirancang agar menyerupai
tempat kerja di dunia industri dan atau dunia usaha, baik peralatannya, sarana
prasarana pendukungnya, keterampilan penggunaan alat kerja dan mesin produksi,
maupun budaya kerjanya.
5. Peralatan
5.1 Melengkapi Peralatan Praktek
a. Latar belakang
Peralatan praktek mempunyai peranan yang sangat penting keberadaannya dalam
pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya selain sumber daya
manusia itu sendiri. Dengan sarana dan prasarana yang lengkap didukung dengan
sumber daya manusia yang berkualitas akan memberikan hasil pendidikan yang baik
pula. Pernyataan diatas sesuai penelitian yang pernah dilakukan oleh Darmawan
(2014), tentang manajemen peralatan praktek dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan sarana prasarana sekolah yang
baik akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
b. Tujuan
Memudahkan siswa dalam praktikm sehingga meningkatkan hasil pengetahuan,
keterampilan praktik dan motivasi belajar siswa serta untuk meminimalkan gap
teknologi dan kompetensi dengan dunia kerja dan serta memberikan penjaminan
mutu;
c. Sasaran
Sarana dan prasarana sekolah
d. Strategi Pelaksanaan
Menggunakan Analisa kebutuhan peralatan sehingga dapat melengapi peralatan secara
efisien.
Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan pekerjaan perawatan terbagi menjadi dua
cara perawatan mesin yang lebih mendekati kenyataan yang ada dalam suatu
perusahaan yaitu: (1) Perawatan yang direncanakan (Planned Maintenance); (2)
Perawatan yang tidak direncanakan (Unplanned Maintenance) (Sofjan, 2004: 96).
Menurut Sukardi (2013: 7) menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan perawatan dan perbaikan mesin atau alat yaitu: (1)
Pelaksanaan dan pembudayaan perawatan rutin (routin maintenance), pemanasan
mesin/alat (running maintenance); (2) Pelaksanaan inspeksi mesin/alat secara rutin; (3)
Implementasi dari perawatan pencegahan (priventive maintenance) yang meliputi,
inspeksi secara periodik, laporan inspeksi secara periodik, mengganti komponen secara
periodik, setting dan pengetesan secara periodik, dan lain sebagainya. Dengan adanya
perawatan dan perbaikan peralatan yang dilakukan Industri, menyebabkan industri
menuntut adanya penyesuaian dalam sistem pendidikan yang selaras sehingga terjadi
sinkron. Hal tersebut juga disebutkan dalam UU No. 20 Tahun 2003, SMK bertujuan
menyiapkan lulusan untuk dapat terjun ke dunia kerja. Output yang baik tentunya ada
strategi yang baik untuk memberikan kepuasan terhadap pengguna fasilitas.
Menurut (Rani, Baharum, Akbar, & Nawawi, 2015: 272) mengemukakan bahwa
kepuasan pengguna dengan kinerja perawatan memiliki hubungan dengan jenis
strategi perawatan yang digunakan oleh manajemen. Oleh karena itu, system
manajemen perawatan dan perbaikan dalam penerapannya merupakan hal yang
sangat penting terhadap seluruh efesiensi peralatan fasilitas (Slaichova, E., dan
Marsikova, K, 2013: 60). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga
pendidikan yang berpotensi untuk mempersiapkan SDM dan menekankan proses
pembelajarannya pada upaya memberikan keterampilan kepada anak didik dalam
kehidupan agar dapat dengan mudah terserap oleh dunia kerja. Salah satu cara yang
dilakukan pemerintah untuk menyesuaikan perkembangan tersebut adalah membuat
sekolah menengah kejuruan (SMK) yang dirancang untuk menyiapkan lulusannya agar
siap menghadapi dunia usaha maupun dunia industri.
Menurut PP No. 19 tahun 2005 pasal 26 tentang standar nasional pendidikan (SNP)
disebutkan Pendidikan menengah kejuruan adalah jenjang pendidikan menengah yang
mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan tertentu. Hal
ini juga diatur dalam Permendiknas Nomor 40 Tahun 2008 menjelaskan tentang
standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan yang harus dicapai sebagai ruang pembelajaran praktik. Menurut Sukardi
(2013: 1), menunjukkan bahwa permasalahan mendasar yang dihadapi oleh SMK
khususnya rumpun teknologi saat ini adalah belum tercapainya kemampuan
kompetensi minimal untuk penguasaan prinsip dasar dan ketrampilan manual bagi
siswanya.
Berdasarkan hasil analisis Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M) ada
tiga standar yang pencapaiannya rendah, yaitu standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, serta standar pengelolaan, hal tersebut
menjadi permasalahan yang harus segera diatasi menyangkut dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
b. Tujuan
Pemeliharaan menekankan pada usaha menjaga agar fasilitas bengkel dapat berfungsi
dengan baik sehingga tercapai penghematan biaya dan efisiensi.
c. Sasaran
Sarana dan Prasarana peralatan praktik
d. Strategi Pelaksanaan
Dalam kegiatan perawatan peralatan praktik diperlukan manajemen yang baik, agar
dengan kerbatasan dana yang ada peralatan praktik tetap terawat sehingga kegiatan
pembelajaran praktik tetap dapat terlaksana dengan lancar serta tujuan pembelajaran
dapat tercapai secara maksimal.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bagian dari Pendidikan vokasi pada jenjang
menengah diharapkan mampu menghasilkan tenaga teknis industri yang relevan
dengan kebutuhan dunia kerja saat ini dan masa depan. Untuk meningkatkan kualitas
dan daya saing SDM pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 9 tahun
2016 tentang Revitalisasi SMK. Untuk semakin menguatkan program peningkatan
kualitas lulusan SMK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan
Standar Nasional Pendidikan SMK melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2018 (SNP SMK). Dalam SNP SMK
standar kompetensi lulusan SMK meliputi 9 area kompetensi yang mencakup aspek
karakter (soft skills), kompetensi teknis dan kewirausahaan.
Prosser & Quigley (1950) menyatakan pendidikan kejuruan akan efektif jika peralatan,
mesin, dan tugas kerja sesuai dengan lingkungan dimana lulusan akan bekerja.
Dukungan peralatan yang relevan dengan industri, penataan lingkungan belajar sesuai
dengan lingkungan kerja di industri dan program pembelajaran yang sesuai dengan
tugas-tugas yang akan dikerjakan di industri menjadi faktor penting dalam pencapaian
kompetensi lulusan SMK. Menghadapi era revolusi industri 4.0, kemajuan teknologi di
berbagai bidang akan mengubah kebutuhan SDM di dunia kerja. Untuk itu diperlukan
dukungan dan pengembangan peralatan praktik yang mendukung penyiapan lulusan
SMK sebagai tenaga kerja yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi SDM di era
revolusi industri 4.0. Diperlukan pembaharuan terus-menerus peralatan praktik SMK,
kompetensi guru, dan kurikulum menyesuaikan dengan dinamika yang ada di industri.
b. Tujuan
memberikan panduan bagi para pemangku kepentingan dalam pengembangan sarana
dan prasarana SMK yang relevan dengan tuntutan pasar kerja nasional dan global.
Norma dan standar peralatan praktik ini dirancang berlandaskan pada kebutuhan
kurikulum, kerangka kualifikasi dan standar kompetensi kerja nasional Indonesia,
relevan dengan jabatan lulusan SMK di industri, kebutuhan pedagogis dan berorientasi
industri 4.0 memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Sasaran
Sarana dan prasarana di sekolah
d. Strategi Pelaksanaan
Norma, standar, prosedur, dan kriteria peralatan praktik SMK ini dikembangkan
berlandaskan dokumen standar sarana prasarana dalam SNP SMK 2018 dan struktur
kurikulum SMK 2018 untuk menjabarkan lebih spesifik seperangkat peralatan praktik
yang menunjang kompetensi keahlian. Untuk memenuhi kebutuhan SDM di era
revolusi 4.0 diperlukan meng-upgrade peralatan sesuai dengan spesifikasi terbaru dan
atau menambah ruang praktik baru sebagai pengembangan dari SNP SMK 2018.
BAB III
KEBUTUHAN DAN SUMBER BIAYA
PENGEMBANGAN PUSAT KEUNGGULAN
Sumber Dana
No Komponen
Pusat Pemprov Pemda Lainnya
1 SDM Rp. Rp. Rp.
250.000.000
2 Kurikulum dan Pembelajaran Rp. Rp. Rp.
4.000.000.000
3 Tatakelola/ Manajemen Rp. Rp. Rp.
1.000.000.000
4 Bangunan Rp. Rp. Rp.
18.050.000.000
5 Peralatan Rp. Rp. Rp.
7.450.000.000
Total Biaya/Sumber dana Rp. Rp. Rp.
30.750.000.000
Total Biaya Seluruhnya
30.750.000.000
BAB IV
RENCANA JADWAL PELAKSANAAN
Tahun
No Komponen
Ke I Ke 2 Ke 3 Ke 4 Ke 4
1 SDM 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000
2 Kurikulum dan 800.000.000 800.000.000 800.000.000 800.000.000 800.000.000
Pembelajaran
3 Tatakelola/ Manajemen 200.000.000 200.000.000 200.000.000 200.000.000 200.000.000
Lampiran
1. Detil program kegiatan (Uraian rinci setiap kegiatan, RAB dan Gambar)
2. Dokumen pendukung lainnya
2.1 Detail rancangan program dan kegiatan pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
(program-program dan kegiatan yang terkait dengan lingkup pengembangan kurikulum dan
pembelajaran berikut perhitungan biaya (RPD dan RAB))
2.2 Detail rancangan program dan kegiatan pengembangan SDM
(program-program dan kegiatan yang terkait dengan lingkup pengembangan SDM sekolah berikut
perhitungan biaya (RPD dan RAB))
2.3 Detail rancangan program dan kegiatan pengembangan bangunan
(rancangan-rancangan dan kegiatan yang terkait dengan lingkup pengembangan bangunan sekolah
berikut perhitungan biaya (DED, dan RAB))
2.4 Detail rancangan program dan kegiatan pengembangan peralatan
(rancangan-rancangan dan kegiatan yang terkait dengan lingkup pengembangan peralatan termasuk
penggantian, penambahan pengadaan baru berikut perhitungan biaya (spesifikasi, jumlah, harga
satuan dan nilai total)
2.5 Detail rancangan program dan pengembangan manajemen sekolah (BLUS)
(program-program dan kegiatan yang terkait dengan lingkup pengembangan manajemen sekolah atau
BLUD/S berikut perhitungan biaya (RPD dan RAB))