Anda di halaman 1dari 8

Hikayat

Bagaimana Cara Mengembalikan Penglihatan 100% tanpa Operasi?

Hikayat adalah karya sastra klasik yang mengisahkan lengkap tentang kekuatan, kesaktian serta
mukjizat. Hikayat ini mempunyai unsur-unsur seperti alur, tema, penokohan, sudut pandang, semua
itu merupakan unsur-unsur hikayat. Kesastraan Indonesia sungguh kaya akan berbagai hasil karya
yang dapat dibanggakan hingga saat ini. Satu diantaranya adalah hikayat. Hikayat mungkin dikenal
sebagai karya sastra lama yang saat ini sudah jarang dijumpai.

Hikayat termasuk bentuk prosa lama yang dulu banyak ditemukan dalam bahasa Melayu yang berisi
cerita, sekilas dongeng, atau kisah tentang ketakjuban, keajaiban, maupun kehebatan seseorang
atau tokoh utamanya. Jadi, secara singkat hikayat dapat dikatakan sebagai karya sastra serupa
dongeng yang disajikan dalam bahasa Melayu dengan bercerita tentang keajaiban kisah.

Tujuan Hikayat

Tujuan untuk mengetahui unsur-unsur hikayat ialah bertujuan untuk mengetahui bahwa kita telah
mengerti tentang hikayat tersebut yang kita telah baca dikarenakan kita telah dapat mengisi dari
unsur-unsur hikayat tersebut dan unsur-unsur hikayat dapat pula dijadikan sebagai pemebelajaran
untuk lebih mudah mengerti tentang hikayat tersebut dengan menentukan unsur-unsur hikayat
tersebut seperti yang ada dibawah ini. Untuk dapat mengerti dan memahami apa itu alur, tema dan
penokohan, simak ulasan berikut ini.

Unsur-unsur Hikayat

Beberapa Unsur-unsur dalam Hikayat yaitu sebagai berikut :

Alur ( Plot )

Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Secara
umum jalan ceritanya terdiri atas bagian-bagian berikut :

Pengenalan situasi cerita ( exposition ).

Pengungkapan peristiwa ( complication ).

Menuju pada adanya konflik ( rising action ).

Puncak konflik ( turning point ).

Dan Penyelesaian ( ending ).

Tema

Tema ini merupakan Inti atau ide dasar dari sebuah cerita. Dan ide dasar itulah cerita dibangun oleh
pengarangnya dengan memanfaatkan unsur-unsur intrinsic seperti plot, penokohan dan latar. Tema
merupakan pangkal tolak pengarang dalam menceritakan dunia rekaan yang diciptakannya.
Penokohan

Untuk penokohan itu sendiri ialah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter
tokoh-tokoh dalam cerita. Untuk menggambarkan karakter seorang tokoh tersebut, pengarang
dapat menggunakan teknik sebagai berikut :

Teknik AnalitikKarakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang.

Teknik DramatikKarakter tokoh dikemukakan melalui yaitu :

1. Penggambaran fisik dan perilaku tokoh.

2. Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh.

3. Penggambaran tata kebahasaan tokoh.

4. Pengungkapan jalan pikiran tokoh.

5. Penggambaran oleh tokoh lain.

Sudut Pandang ( Point Of View )

Yang merupakan posisi pengarang dalam membawakan cerita, posisi pengarang ini terdiri atas dua
macam yaitu :

Berperan langsung sebagai orang pertama atau sebagai tokoh yang terlihat dalam cerita yang
bersangkutan.

Hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat.

Latar ( Setting )

Yang merupakan keadaan tempat, waktu dan suasana berlangsungnya suatu cerita, latar tersebut
bisa bersifat factual atau imajiner.

Amanat

Amanat itu sendiri merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang ingin disampaikan pengarang
kepada pembaca melalui karyanya. Amanat biasanya tersimpan rapat dan disembunyikan
pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita. Oleh karena itu, untuk menemukannya, tidak cukup
dengan membaca dua atau tiga paragraf, melainkan harus membacanya hingga tuntas.

Jenis – Jenis Hikayat

Hikayat dibedakan menjadi dua jenis kategori yaitu berdasarkan kategori isi dan kategori asalnya.
Berdasarkan kategori isi hikayat terbagi menjadi :

Epos India

Cerita Asal Jawa


Cerita Rakyat

Sejarah dan Biografi

Cerita Islam

Cerita Bertingkat

Sedangkan menurut asalnya, hikayat terbagi menjadi empat klasifikasi, yaitu :

Pengaruh Jawa

Melayu Asli

Pengaruh Hindu

Pengaruh Persia

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa hikayat dipengaruhi dari beberapa wilayah seperti
Arab, Persia, Melayu, India, serta Jawa. Beberapa contoh hikayat yang sangat dikenal dan melegenda
hingga saat ini seperti Seribu Satu Malam, Sri Rama, Panji Semirang, Hang Tuah, dan sebagainya.

Ciri – Ciri Hikayat

Jika dilihat dari struktur kebahasaan, penulisan hikayat memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain sebagai
berikut :

Anonim, pengarangnya tidak diketahui

Statis, tidak mengandung banyak perubahan, tetap

Istana sentris, atau berlatar belakang cerita kerajaan

Kolektif dan komunal, milik bersama

Tradisional, biasanya mengandung tradisi serta budaya dari wilayah tertentu

Memakai pengulangan bahasa

Bersifat edukasi, mendidik benar

Seringkali menceritakan kisah antara kebaikan yang menang melawan keburukan Khayalan

Contoh Hikayat

Hikayat Hang Tuah

Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak dari Hang Mahmud.
Mereka tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orang di sungai Duyung mendengar kabar
Teng Raja Bintan yang baik dan sopan kepada semua rakyatnya. Ketika Hang Mahmud mendengar
kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada istrinya yang bernama Dang Merdu, “Ayo kita pergi ke
Bintan, negeri yang sungguh besar, apalagi kita ini adalah orang miskin. Lebih mudah kita mencari
pekerjaan disana.”
Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit. Cahayanya penuh
diatas kepala Hang Tuah.Hang Mahmud pun terbangun dan mengangkat anaknya serta
menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau seperti wewangian. Saing harinya, Mahmud
menceritakan mimpinya pada sang istri dan anaknya.

Usai mendengar cerita suaminya, Dang Merdu langsung memandikan dan melulurkan anaknya.
Kemudian ia memberikan anaknya kain, baju, serta ikat kepala serba putih. Lalu Dang Merdu
member Hang Tuah makan nasi kunyit dan telur ayam. Sang ibu juga memanggil pemuka agama
untuk mendoakan keselamatan Hang Tuah. Setelah selesai, dipeluknya Hang Tuah.

Hang Mahmud berkata kepada istrinya,” anak ini kita akan menjaganya baik-baik, jangan diberi
main jauh-jauh.” Esok harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untuk kebutuhan sehari-
hari.

Datanglah seorang pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orang yang terluka bahkan
mati karena ulah pemberontak. Pemilik took meninggalkan tokonya dan melarikan diri menuju
kampung.

Gemparlah negeri Bintan tersebut dan terjadi kekacauan dimana-mana. Ada seseorang yang
sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah. “Hai Hang Tuah, hendak matikah kau tidak masuk
ke kampung?” Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu, “Negeri ini memiliki prajurit yang akan
membunuh, ia pun akan mati olehnya.”saat ia sedang berbicara ibunya melihat bahwa pemberontak
itu menuju Hang Tuah sambil menghunuskan kerisnya.

Ibunya berteriak dari atas toko,”Hai anakku cepat lari ke atas toko”. Hang Tuah tidak
mendengarkan kata ibunya. Ia pun langsung berdiri dan memegang kapak menunggu amarah
pemberontak itu. Pemberontak yang datang ke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi.

Maka Hang Tuah pun melompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah mengayunkan
kapaknya ke kepala pemberontak, terbelah kepala pemberontak itu hingga mati. Maka seseorang
yang menyaksikan peristiwa itu berteriak, “Dia akan menjadi perwira besar di tanah Melayu ini.”

Terdengarlah berita hebat itu ke telinga kawannya, Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan
Hang Lekui. Mereka langsung berlari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat dan Hang Kesturi
bertanya kepadanya,”Apakah benar engkau membunuh pemberontak dengan kapak?” Hang Tuah
pun tersenyum dan menjawab, “Pemberontak itu tidak pantas dibunuh dengan keris, melainkan
dengan kapak untuk kayu.”

Kemudian karena kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sang Hang Tuah. Jika ia
tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja. Maka Tumenggung pun berdiskusi
dengan pegawai lain yang iri hati pada Hang Tuah. Datanglah mereka pada sang Raja setelah diskusi
usai.

Maka saat Baginda Raja tengah duduk di tahtanya bersama para bawahannya. Tumenggung
beserta beberapa kawannya yang lain datang sambil berlutut. Mereka menyembah sang
Raja,”Hormat Tuanku, saya mohon ampun dan berkat, ada banyak berita yang sampai ke telinga
saya tentang adanya pengkhianatan. Kabar itu sudah lama hamba dengar”.

“Hai kalian, apa yang sebenarnya kalian bicarakan?”Tanya sang Raja.

“Hormat Paduka, pegawai saya sebenarnya sungguh tidak berani untuk menghadap, namun Tuhan
berkehendak.” Jawab Tumenggung.

“Hai Tumenggung, katakana saja, kita akan membalasnya,” sahut Baginda.

Tumenggung pun menjawab,”Hormat Tuanku, mohon ampun, untuk kemari saja hamba sudah
takut, namun hamba akan menceritakannya”.

Usai Baginda mendengar cerita yang keluar dari Tumenggung, maka Baginda bertanya,”Siapakah
orang itu, Hang Tuah?”.

“Siapa lagi yang berani melakukannya selain Hang Tuah?, jawab Tumenggung sambil bercerita
bahwa kala itupegawainya melihat Hang Tuah tengah bersama seorang gadis di istana yang mereka
merencanakan sesuatu untuk kerajaan. Perempuan itu bernama Dang Setia.

Hamba takut ia akan melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hamba datang dengan
dikawal untuk mengawasi. Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya merah
padam. Lalu ia bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu,”Pergilah, singkirkan ia.”

Maka Hang Tuah tidak lagi pernah terdengar di dalam negeri itu, namun Hang Tuah tidak pernah
mati, karena selain perwira besar, ia adalah wali Allah. Kabarnya saat ini Hang Tuah berada di puncak
dulu sungai Perak. Disana dirinya duduk menjadi raja dari segala Batak dan orang hutan. Sekarang
pun raja ingin bertemu dengan seseorang, lalu ditanyakan orang itu dan dia berkata,” Tidakkah tuan
ingin mempunyai istri?

“Saya tidak ingin mempunyai istri lagi, jawabnya.

Mengutip Kemdikbud RI, hikayat adalah salah satu jenis cerita rakyat yang disajikan dengan bahasa
Melayu klasik yang menonjolkan unsur penceritaan berciri kemustahilan dan kesaktian tokoh-
tokohnya. Berikut ini penjelasan singkat tentang Hikayat: Pengertian Hikayat Dalam Karya Sastra
Melayu Riau (2017) yang ditulis oleh Fitria Rosa, Neni Hermita dan Achmad Samsudin, hikayat
berasal dari bahasa Arab hikayah, artinya kisah, cerita, atau dongeng. Dalam sastra Melayu lama,
pengertian hikayat adalah cerita rekaan berbentuk prosa panjang berbahasa Melayu, yang
menceritakan tentang kehebatan dan kepahlawanan orang ternama dengan segala kesaktian dan
keanehan yang dimiliki. Baca juga: Ciri Umum Cerita Fantasi Sebagai Salah Satu Jenis Teks Narasi
Menurut KBBI, hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-
undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu.
Hikayat biasanya dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk
meramaikan pesta. Orang ternama yang menjadi tokoh dalam hikayat biasanya raja, putera-puteri
raja, orang-orang suci, dan sebagainya. Contoh hikayat adalah antara lain: Hikayat Hang Tuah
Hikayat Perang Palembang Hikayat Seribu Satu Malam Hikayat Nabi Sulaiman Hikayat Bayan
Budiman Hikayat Bunga dan lain-lain. Baca juga: Cerpen: Sejarah, Ciri-ciri dan Jenis Karakteristik
hikayat Mengutip Kemdikbud RI, karakteristik hikayat adalah: Terdapat kemustahilan dalam cerita;
Terdapat kesaktian tokoh-tokohnya; Anonim (pengarang tidak diketahui); Istana sentris;
Menggunakan alur berbingkai (cerita berbingkai). Nilai-nilai dalam hikayat Hikayat memiliki banyak
nilai kehidupan, yaitu nilai religius (agama), moral, budaya, sosial, edukasi (pendidikan), dan estetika
(keindahan). Banyak nilai dalam hikayat masih sesuai dengan nilai kehidupan masa kini. Itu
sebabnya, hikayat mempunyai fungsi didaktis (pendidikan) dan hiburan. Baca juga: Pengertian Cerita
Fantasi Ciri kebahasaan hikayat Dari segi kebahasaan hikayat mempunyai kekhasan yaitu
menggunakan bahasa Melayu klasik. Ciri bahasa yang dominan dalam hikayat adalah ditandai
dengan: Penggunaan banyak konjungsi (kata penghubung) pada setiap awal kalimat seperti maka,
ketika. Penggunaan kata-kata arkais, yaitu kata-kata yang sudah jarang digunakan atau bahkan asing
karena hikayat lebih tua dari negara Indonesia, contoh beroleh, titah, buluh, mahligai, inang, upeti,
bejana. Persamaan hikayat dan cerpen Persamaan hikayat dan cerpen adalah antara lain: Sama-
sama teks narasi fiksi. Mempunyai unsur intrinsik yang sama, yaitu tema, tokoh dan penokohan,
sudut pandang, latar, gaya bahasa, dan alur. Penggunaan gaya bahasa (majas) dan konjungsi yang
menyatakan urutan waktu dan urutan kejadian. Baca berikutnya Apa yang Terjadi jika Salah…
Kompas.com Play Lihat Semua Ada Voucher GoPay Ratusan Ribu Untukmu! Bagikan Pengalaman
Waktu Memilih Sekolah Ada Voucher GoPay Ratusan Ribu Untukmu! Bagikan Pengalaman Waktu
Memilih Sekolah Dapatkan E-voucher dan Smartphone! Dapatkan E-voucher dan Smartphone! TTS:
Teka - teki Santuy Ep.30 Edisi Lagu Nasional Indonesia TTS: Teka - teki Santuy Ep.30 Edisi Lagu
Nasional Indonesia TTS - Teka Teki Santuy Ep. 29 Edisi keliling Indonesia TTS - Teka Teki Santuy Ep. 29
Edisi keliling Indonesia Sumber Kemdikbud,KBBI Tag: hikayat pengertian hikayat karakteristik hikayat
ciri kebahasaan hikayat materi Bahasa Indonesia kelas 11 sma Cari soal sekolah lainnya Berita Terkait
Fabel: Pengertian, Ciri dan Unsurnya Cerpen: Sejarah, Ciri-ciri dan Jenis Cara Menulis Cerpen Struktur
Teks Cerita Sejarah Teks Cerita Sejarah: Pengertian, Struktur, dan Kaidah Kebahasaan

Unsur-unsur yang ada dalam hikayat yaitu:

Tema

Tokoh

Latar

Alur

Sudut pandan

Gaya bahasa

Amanat

Adapun ciri-ciri hikayat adalah sebagai berikut:

Hikayat bersifat anonim atau tidak diketahui siapa pengarangnya;

Hikayat bersifat komunal atau milik bersama (masyarakat);

Hikayat bersifat istana sentris yaitu berkisah kehidupan istana;


Hikayat bersifat statis atau tetap, tidak berubah;

Hikayat bersifat tradisional yaitu meneruskan budaya, tradisi, dan kebiasaan yang dianggap baik.

Hikayat bersifat magis, berisi khayalan yang indah dan kekuatan-kekuatan;

Hikayat bersifat didaktis yaitu menyampaikan nilai moral, dan menghibur;

Dalam hikayat, bahasa yang digunakan adalah bahasa klise (diulang-ulang);

Bercerita kehidupan impian, tentang tokoh-tokoh baik dan jahat yang dimenangkan oleh tokoh
baik;

Hikayat memiliki akhir bahagia.

Hikayat terbagi kedalam beberapa jenis yaitu:

Cerita rakyat

Cerita Melayu asli

Cerita Jawa

Cerita berbingkai

Epos India

Hikayat keagamaan

Hikayat termasuk ke dalam karya sastra lama. Dengan demikian, penciptaan hikayat di zaman ini
sudah sangat jarang sekali ditemukan. Materi mengenai hikayat dapat kamu tonton di link berikut
ini.

Fungsi hikayat adalah sebagai pembangkit semangat, penghibur “pelipur lara”, atau juga cuma
buat meramaikan sebuah pesta.

Terkadang, hikayat tersebut mirip dengan cerita sebuah sejarah yang isinya itu banyak ada hal-hal
yang gak masuk akal dan dipenuhi dengan keajaiban.

Hikayat tersebut mulai berkembang pada masa Melayu Klasik, jadi banyak kata yang ada dalam
hikayat itu mengandung Bahasa Melayu Klasik yang terkadang susah buat dimengerti. Berikut ini,
ada beberapa ciri-ciri dari sebuah hikayat, diantaranya yaitu:

1. Bahasa

Bahasa yang dipakai pada hikayat tersebut merupakan bahasa Melayu Lama.

2. Istana Sentries

Pusat ceritanya itu ada didalam lingkungan istana, dan hikayat tersebut sering sekali bertema dan
berlatar kerajaan.

Hal tersebut bisa dibuktikan dengan tokoh yang diceritakan yaitu Raja dan Pangeran (anak raja).
Selain itu, latar tempat dalam cerita ini yaitu negeri yang dipimpin oleh raja dalam suatu kerajaan.

3. Pralogis (Kemustahilan)

Banyak cerita yang ada pada hikayat gak bisa buat diterima oleh akal pikiran kita.

Kemustahilan dalam teks, baik dari segi bahasa atau dari segi cerita. Kemustahilan ini berarti hal
yang gak logis atau juga gak bisa diterima nalar.

Contohnya: Seperti bayi lahir disertai pedang dan panah, seorang putri keluar dari gendang.

4. Bersifat Statis dan Komunal

Didalam Hikayat tersebut mempunyai sifat yang kaku dan juga tetap. Sedangkan, bersifat komunal
artinya adalah menjadi milik masyarakat.

5. Kesaktian

Pasti kamu sering sekali menemukan kesaktian pada para tokoh dalam sebuah cerita hikayat.

Contohnya: Syah Peri mengalahkan Garuda yang mampu merusak sebuah kerajaan, Raksasa
memberi sarung kesaktian buat mengubah wujud dan kuda hijau.

6. Anonim

Anonim tersebut berarti gak diketahui dengan secara jelas nama pencerita atau pengarang.

Hal tersebut disebabkan karena, cerita yang disampaikan itu secara lisan. Artinya, gak jelas siapa
yang membuat atau mengarang hikayat tersebut.

7. Arkais

Menggunakan kata arkhais, bahasa yang dipakai pada masa lampau. Jarang dipakai atau gak lazim
dipakai dalam komunikasi pada masa kini.

Contohnya: Hatta, maka, titah, upeti, bejana, syahdan, dan juga sebermula.

8. Bersifat Tradisional dan Didaktis

Hikayat bersifat tradisional atau meneruskan budaya, tradisi, kebiasaan yang dianggap baik.

Sedangkan, bersifat didaktis atau mendidik baik didaktis secara moral atau didaktis secara religi.

9. Menggunakan Bahasa Klise

Pada hal ini, didalam sebuah hikayat menggunakan bahasa yang diulang-ulang.

Anda mungkin juga menyukai