Anda di halaman 1dari 9

Penculikan Aktivis Tahun 1998

Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu :
Dr. Ridwan R.T, SH, SE, MHSi

Disusun oleh :

Nabiilah Rizky Auliya (2005413090)

Kelas MICE 2C

Pendidikan Pancasila
Admnistrasi Niaga
MICE
Politeknik Negeri Jakarta
2020
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmatnya,
karunia serta kasih sayang-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah
menganalisis mengenai “Penculikan Aktivis pada tahun 1998” ini dengan sebaik
mungkin. Sholawat serta salam semoga terus tercurah kepada Nabi terakhir, yaitu Nabi
Muhammad SAW. tidak pula saya ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada Bapak Dr. Ridwan R.T, SH, SE, MHSi. Selaku dosen mata kuliah Pendidikan
Pancasila.

Dalam penulisan makalah ini saya menyadari bahwa saya manusia biasa yang
tidak luput dari salah dan tidak sempurna, serta masih banyak kekeliruan yang dapat
saya lakukan. Di dalam makalah ini pun saya berusaha semaksimal mungkin untuk
memberikan yang terbaik atas tugas yang telah diberikan.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang dapat membangun dari para pembaca guna
memperbaiki makalah saya yang terdapat kesalahan tsb, sebagaimana mestinya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. 3

A. Latar Belakang Kasus…………………………………………………4


B. Deskripsi Kasus……………………………………………………….. 4
C. Permasalahan atau Isu Utama……………………………………….6
D. Langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus………….8
E. Kesimpulan dan saran………………………………………………...9

3
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Penculikan aktivis 1997/1998 adalah peristiwa penghilangan orang secara
paksa atau penculikanterhadap para aktivis pro-demokrasi yang terjadi
menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1997 dan Sidang
Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1998.

Peristiwa penculikan ini dipastikan berlangsung dalam tiga tahap:


Menjelang pemilu Mei 1997, dalam waktu dua bulan menjelang sidang MPR
bulan Maret, sembilan di antara mereka yang diculik selama periode kedua
dilepas dari kurungan dan muncul kembali. Beberapa di antara mereka berbicara
secara terbuka mengenai pengalaman mereka. Tapi tak satu pun dari mereka
yang diculik pada periode pertama dan ketiga muncul.

Selama periode 1997/1998, KONTRAS (Komisi untuk Orang Hilang dan


Korban Tindak Kekerasan) mencatat 23 orang telah dihilangkan oleh alat-alat
negara. Dari angka itu, 1 orang ditemukan meninggal (Leonardus Gilang), 9
orang dilepaskan penculiknya, dan 13 lainnya masih hilang hingga hari ini. dan
penculikan itu terjadi saat masa kepemimpinan Jenderal tertinggi ABRI, Wiranto.

B. Deskripsi Kasus
Penculikan aktivis itu dilakukan oleh Tim Mawar, yang merupakan
bentukan Kopassus TNI AD. Sekitar sembilan aktivis sempat dilepaskan oleh
pelaku penculikan, dan tiga belas lainnya hingga kini masih belum jelas
rimbanya. Prabowo dalam wawancaranya pada majalah Tempo mengakui
tindakan Tim Mawar hanyalah semata-mata menjalankan tugas. Pernyataan itu
kemudian memicu reaksi keluarga korban penculikan, dan Komisi Untuk Orang
Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras).

Kasus penculikan ini menyeret 11 anggota tim mawar ke pengadilan


Mahkamah Milter Jakarta pada bulan April 1999, lima orang bawahan Prabowo
dipecat dan dipenjara. Sedangkan lima orang lainnya hanya dipenjara tanpa
dipecat. Latar belakang penyeretan nama Prabowo di kasus penculikan kata

4
Fadli berawal dari peledakan bom di rumah susun Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.
Kata dia Kopassus sempat melakukan penangkapan yang tidak prosedural
terhadap nama-nama yang diduga terlibat pengeboman itu.

Sembilan aktivis yang dilepaskan adalah ;

1. Desmond Junaidi Mahesa, diculik di Lembaga Bantuan Hukum Nusantara,


Jakarta, 4 Februari 1998
2. Haryanto Taslam,
3. Pius Lustrilanang, diculik di panpan RSCM, 2 Februari 1998
4. Faisol Reza, diculik di RSCM setelah konferensi pers KNPD di YLBHI,
Jakarta, 12 Maret 1998
5. Rahardjo Walujo Djati, diculik di RSCM setelah konferensi pers KNPD di
YLBHI, Jakarta, 12 Maret 1998
6. Nezar Patria, diculik di Rumah Susun Klender, 13 Maret 1998
7. Aan Rusdianto, diculik di Rumah Susun Klender, 13 Maret 1998
8. Mugianto, diculik di Rumah Susun Klender, 13 Maret 1998
9. Andi Arief, diculik di Lampung, 28 Maret 1998

Ke-13 aktivis yang masih hilang dan belum kembali berasal dari berbagai
organisasi, seperti Partai Rakyat Demokratik, PDI Pro Mega, Mega Bintang, dan
mahasiswa.

1. Petrus Bima Anugrah (mahasiswa Universitas Airlangga dan STF


Driyakara, aktivis SMID. Hilang di Jakarta pada 30 Maret 1998)
2. Herman Hendrawan (mahasiswa Universitas Airlangga, hilang setelah
konferensi pers KNPDdi YLBHI, Jakarta, 12 Maret 1998)
3. Suyat (aktivis SMID. Dia hilang di Solo pada 12 Februari 1998)
4. Wiji Thukul (penyair, aktivis JAKER. Dia hilang diJakarta pada 10 Januari
1998)
5. Yani Afri (sopir, pendukung PDI Megawati, ikut koalisi Mega Bintang
dalam Pemilu 1997, sempat ditahan di Makodim Jakarta Utara. Dia hilang
di Jakarta pada 26 april 1997)
6. Sonny (sopir, teman Yani Afri, pendukung PDI Megawati. Hilang diJakarta
pada 26 April 1997)
7. Dedi Hamdun (pengusaha, aktif di PPP dan dalam kampanye 1997 Mega-
Bintang. Hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997)
8. Noval Al Katiri (pengusaha, teman Deddy Hamdun, aktivis PPP. Dia
hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997)
9. Ismail (sopir Deddy Hamdun. Hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997)
10. Ucok Mundandar Siahaan (mahasiswa Perbanas, diculik saat kerusuhan
14 Mei 1998 di Jakarta)

5
11. Hendra Hambali (siswa SMU, raib saat kerusuhan di Glodok, Jakarta, 15
Mei 1998)
12. Yadin Muhidin (alumnus Sekolah Pelayaran, sempat ditahan Polres
Jakarta Utara. Dia hilang di Jakarta pada 14 Mei 1998)
13. Abdun Nasser (kontraktor, hilang saat kerusuhan 14 Mei 1998, Jakarta)

Mugiyanto, Nezar Patria, Aan Rusdianto (korban yang dilepaskan) tinggal


satu rumah di rusun Klender bersama Bimo Petrus (korban yang masih hilang).
Faisol Reza, Rahardjo Walujo Djati (korban yang dilepaskan), dan Herman
Hendrawan (korban yang masih hilang) iculik setelah ketiganya menghadiri
konferensi pers KNPD di YLBHI pada 12 Maret 1998.

Kasus ini diselidiki oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia berdasar UU
No 26/2000 Tentang Pengadilan HAM dan hasilnya telah diserahkan ke Jaksa
Agung pada 2006. Tim penyelidik Komnas HAM untuk kasus penghilangan
orang secara paksa ini bekerja sejak 1 Oktober 2005 hingga 30 Oktober 2006.
Adapun jumlah korban atas penghilangan orang tersebut adalah 1 orang
terbunuh, 11 orang disiksa, 12 orang dianiaya, 23 orang dihilangkan secara
paksa, dan 19 orang dirampas kemerdekaan fisiknya secara sewenang-wenang.

C. Permasalahan atau Isu Utama


Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan
masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin
Presiden Suharto selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dan konsekuen
dalam melaksanakan cita-cita Orde Baru. Pada awal kelahirannya tahun 1966,
Orde Baru bertekad untuk menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Namun dalam
pelaksanaannya, pemerintahan Orde Baru banyak melakukan penyimpangan
terhadap nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam UUD
1945 yang sangat merugikan rakyat kecil. Bahkan, Pancasila dan UUD 1945
hanya dijadikan legitimasi untuk mempertahankan kekuasaan. Komnas HAM
menyimpulkan ada bukti permulaan pelanggaran HAM berat dalam kasus
penghilangan orang secara paksa selama 1997-1998. Kesimpulan ini didasarkan
penyelidikan dan kesaksian 58 korban dan warga masyarakat, 18 anggota dan
purnawirawan Polri, serta seorang purnawirawan TNI.

Selain itu banyak penyimpangan yang menjadikan masalah utama dalam


penculikan paksa aktivis pada tahun 1998 tsb. Penyimpangan-penyimpangan itu
melahirkan krisis multidimensional yang menjadi penyebab umum lahirnya
gerakan reformasi, seperti berikut ini:

6
 Krisis Politik
Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari
berbagai kebijakan politik pemerintahan Orde Baru. Berbagai kebijakan politik
yang dikeluarkan pemerintahan Orde Baru selalu dengan alasan dalam kerangka
pelaksanaan demokrasi Pancasila. Namun yang sebenarnya terjadi adalah
dalam rangka mempertahankan kekuasaan Presiden Suharto dan kroni-
kroninya. Artinya, demokrasi yang dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan
demokrasi yang semestinya.
 Krisis Hukum
Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak
terbatas pada bidang politik. Dalam bidang hukumpun, pemerintah melakukan
intervensi. Artinya, kekuasaan peradilan harus dilaksanakan untuk melayani
kepentingan para penguasa dan bukan untuk melayani masyarakat dengan
penuh keadilan. Bahkan, hukum sering dijadikan alat pembenaran para
penguasa. Kenyataan itu bertentangan dengan ketentuan pasa 24 UUD 1945
yanf menyatakan bahwa kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan
terlepas dari kekuasaan pemerintah (eksekutif).
 Krisis Ekonomi
Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak Juli
1996 mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Ternyata,
ekonomi Indonesia tidak mampu menghadapi krisis global yang melanda dunia.
Krisis ekonomi Indonesia diawali dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat. Pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah terus melemah
dan mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00 per dollar Krisis ekonomi yang
melanda Indonesia tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi, seperti: hutang
luar negeri Indonesia yang sangat.
 Krisis Sosial
Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab terjadinya krisis
sosial. Pelaksanaan politik yang represif dan tidak demokratis menyebabkan
terjadinya konflik politik maupun konflik antar etnis dan agama. Semua itu
berakhir pada meletusnya berbagai kerusuhan di beberapa daerah.
 Krisis Kepercayaan
Krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi
kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Suharto.
Ketidakmampuan pemerintah dalam membangun kehidupan politik yang
demokratis, menegakkan pelaksanaan hukum dan sistem peradilan, dan
pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berpihak kepada rakyat banyak telah
melahirkan krisis kepercayaan.

7
D. Langkah Yang Dilakukan Untuk Menyelesaikan Kasus
Mencermati kondisi dan perkembangan sosial-politik Indonesia saat ini,
tentunya kekerasan dan pelanggaran HAM masih sangat mendominasi sebagai
suatu agenda nasional yang harus diselesaikan dengan segera. Langkah yang
diperlihatkan kebinet persatuan nasional (Gus Dur) dalam menuntaskan
persoalan kekerasan dan pelanggaran HAM, ternyata masih belum menyentuh
subtansi yang sebenarnya. Hal ini mungkin disebabkan belum kuatnya kemauan
politik dari kabinet Gus Dur untuk secara sungguh-sungguh menyelesaikan
persoalan tersebut, sehingga resistensi masyarakat menuntut proses peradilan
baik para pelaku kekerasan dan pelanggaran HAM masih dan tetap akan
mewarnai perkembangan sosial-politik Indonesia .
Politik kekerasan khususnya tindakan penghilangan secara paksa
(penculikan) yang digunakan rezim otoriter Soeharto sebagai upaya menjawab
dinamika dan gejolak politik yang berkembang di masyarakat (termasuk di
daerah) selama berkuasa, sama sekali tidak dapat dibenarkan. Sehingga proses
penyelesaian melalui pertanggungjawaban negara baik secara moral, politik
maupun secara hukum tidak boleh diabaikan. Tragedy Aceh, Lampung, Tanjung
Priok, Penghilangan secara paksa (Penculikan aktivis) dan lain-lain merupakan
pelanggaran HAM yang sangat serius yang pernah terjadi di Indonesia dan
tentunya politik kekerasan semacam ini tidak boleh terjadi lagi dalam situasi yang
bagaimanapun.
Berbagai upaya maksimal telah dilakukan oleh keluarga korban melalui
pendampingan beberapa lembaga masyarakat. Namun hingga saat ini upaya-
upaya tersebut belum membawa hasil yang riil. Persoalan ini adalah persoalan
kita semua yang tentunya negara harus mempertanggungjawabkanya. Sekali
lagi, hal ini tentunya kembali pada political will pemerintah saat ini. Ketegasan,
kesungguhan dan komintmen pemerintah dalam menjalankan kewajiban benar-
benar sedang diuji, terutama dalam menyelesaikan seluruh persoalan yang ada.
Serta beberapa pernyataan yang perlu kami sampaikan sebagai protes
keras terhadap negara atas belum terselesaikannya pelanggaran HAM yang
terjadi di Indonesia . Semoga bangsa Indonesai mampun membangun Indonesia
baru, Indonesia yang bebas dari tekanan, dan segala bentuk kekerasan.

8
E. Kesimpulan dan Saran
 Kesimpulan
Komnas HAM menyimpulkan ada bukti permulaan pelanggaran HAM
berat dalam kasus penghilangan orang secara paksa selama 1997-1998.
Kesimpulan ini didasarkan penyelidikan dan kesaksian 58 korban dan warga
masyarakat, 18 anggota dan purnawirawan Polri, serta seorang
purnawirawan TNI. Penderitaan masyarakat Indonesia timbul karena
kebijakan-kebijakan pemerintah Orde Baru yang kurang tepat dalam
menghadapi krisis yang terjadi. Perubahan sosial dalam bentuk gerakan
reformasi dimana perubahan sosial yang terjadi adalah upaya untuk
memajukan masyarakat tanpa mengubah struktur dasar yang telah ada.
Hikmah yang dapat dipetik dari Penculikan Paksa Aktivis 98 adalah,
walaupun harus memakan korban, tetapi kita dapat merasakan nikmatnya
reformasi hingga sekarang.

 Saran
Indonesia merupakan Negara hukum harus menjunjung tinggi keadilan
dalam penegakan hak asasi manusia serta tanggung jawab negara atas
korban pembunuhan, perkosaan dan kekerasan lainnya yang terjadi. Adapun
korban atas tragedi tersebut yang sampai saat ini belum ada kejelasan atas
tindakan hukum dan keadilan, semoga peristiwa ini bisa menjadi
pembelajaran yang serius bagi pemerintah atau penegak hukum di Negara ini
dalam melindungi korban yang tidak mendapatkan perlakuan
perikemanusiaan dan semoga peristiwa yang memilukan ini tidak terulang
kembali.

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai