Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN
“PENCULIKAN AKTIVIS MAHASISWA 1998”

Dosen pengampu: Taufik Faturohman, S.S.,M.Pd

Disusun Oleh:
Gita Suciati
NIM: 18.44238.1006

AKADEMI FARMASI YPF


JL. CISARANTEN KULON NO. 105 BANDUNG
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat,

berkah dan karunia-Nya yang sudah diberikan saya dapat menyelesaikan makalah

yang berjudul “Penculikan Aktivis Mahasiswa 1998”. Penulisan makalah ini

disusun guna memberikan informasi tambahan mengenai kasus penculikan yang

terjadi pada tahun 1998 dan juga untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam

mata kuliah Kewarganegaraan Di Akademi Farmasi YPF.

Dalam penulisan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan

baik dari teknis penulisan ataupun materi, mengingat akan kemampuan dan

pengalaman yang saya miliki belum cukup banyak. Maka dari itu, segala kritik

dan saran dari semua pihak saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan

makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini saya ucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan

makalah ini, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Bandung, 07 Mei 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Latar Belakang Kasus Penculikan Aktivis Mahasiswa 1998......................3
2.2 Siapa saja yang menjadi korban penculikan aktivis mahasiswa 1998.......4
2.3 Siapa yang bertanggungjawab terhadap kasus penculikan aktivis
mahasiswa 1998 ini.......................................................................................13
BAB III
PENUTUP.............................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................17
3.2 Saran................................................................................................................18
DAFTAR SUMBER.............................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan undang-

undang tetapi juga bertentangan dengan nilai moral, nilai agama dan rasa keadilan

masyarakat, contohnya mencuri, membunuh, berzina, memperkosa dan

sebagainya, termasuk juga penculikan.

Penculikan adalah penyimpangan yang melanggar hukum dan

pengurungan seseorang terhadap kehendaknya. Dengan demikian, penculikan

adalah kejahatan gabungan. Ini juga dapat didefinisikan sebaga penjara palsu

dengan cara penculikan, keduanya merupakan kejahatan terpisah yang ketika

dilakukan secara bersamaan pada orang yang sama bergabung sebagai satu-

satunya kejahatan penculikan.unsur penculikan biasanya tetapi tidak harus

dilakukan dengan kekuatan atau ketakutan. Artinya, pelaku dapat menggunakan

senjata untuk memaksa korban masuk ke dalam kendaraan, tetapi masih menculik

jika korban tertarik untuk memasuki kendaraan dengan sukarela, misalnya,

dengan keyakinan itu adalah taksi.

Penculikan dapat dilakukan untuk menuntut tebusan sebagai ganti

melepaskan korban, atau untuk tujuan illegal lainnya. Penculikan dapat disertai

1
dengan cidera tubuh yang meningkatkan kejahatan untuk penculikan yang

diperburuk.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana latar belakang kasus penculikan aktivis mahasiswa 1998

2. Siapa saja yang menjadi korban penculikan aktivis mahasiswa 1998

3. Siapa yang bertanggungjawab terhadap kasus penculikan aktivis

mahasiswa 1998 ini

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang kasus penculikan

aktivis mahasiswa 1998.

2. Untuk mengetahui siapa saja yang menjadi korban penculikan aktivis

mahasiswa 1998.

3. Untuk mengetahui siapa yang bertanggungjawan terhadap kasus

penculikan aktivis mahasiswa 1998 ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Kasus Penculikan Aktivis Mahasiswa 1998

Beberapa puluh tahun yang lalu, tepatnya pada Februari – April 1998,

puluhan aktivis mahasiswa hilang satu per satu. Sebagian dari mereka kembali,

sebagian yang lain tidak ditemukan hingga hari ini, alias hilang.

Peristiwa hilangnya aktivis mahasiswa, yang kemudian disebut sebagai

insiden penghilangan dan penculikan paksa tersebut, terjadi pada masa pemilihan

presiden Republik Indonesia periode 1998-2003. Pada masa itu, terdapat dua

agenda politik besar yang sedang digelar di tanah air, yakni Pemilihan Umum

1997 dan Sidang umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada bulan

Maret 1998, yang dimana calon terkuat presiden RI saat itu adalah Suharto.

Kasus penculikan ini juga dapat diartikan yaitu sebagai peristiwa

penghilangan orang secara paksa atau penculikan terhadap para aktivis pro-

demokrasi yang terjadi menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun

1997 dan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1998.

Peristiwa penculikan ini dipastikan berlangsung dalam tiga tahap:

Menjelang pemilu Mei 1997, dalam waktu dua bulan menjelang sidang MPR

bulan Maret, dan dalam periode tepat menjelang pengunduran diri Soeharto pada

21 Mei. Pada bulan Mei 1998, Sembilan di antara mereka yang diculik selama

periode kedua dilepas dari kurungan dan muncul kembali. Beberapa di antara

3
mereka berbicara secara terbuka mengenai pengalaman mereka. Tetapi tidak ada

satu pun dari mereka yang diculik pada periode pertama dan ketiga muncul.

2.2 Siapa saja yang menjadi korban penculikan aktivis mahasiswa 1998

Selama periode 1997/1998, KONTRAS (Komisi untuk Orang Hilang dan

Korban Tindak Kekerasan) mencatat 23 orang telah dihilangkan oleh alat-alat

negara. Dari angka itu, 1 orang ditemukan meninggal (Leonardus Gilang), 9 orang

dilepaskan penculiknya, dan 13 lainnya masih hilang hingga hari ini.

Sembilan aktivis yang dilepaskan atau berhasil kembali adalah :

1. Desmond Junaidi Mahesa, hilang pada 3 Februari 1998. Saat itu, ia

terakhir terlihat di Salemba, Jakarta Pusat.

2. Haryanto Taslam, hilang pada 8 Maret 1998. Ia dikejar saat mengendarai

mobil dikejar dan ditangkap di pintu Taman Mini Indonesia Indah.

3. Pius Lustrilanang, Hilang pada 4 Februari 1998. Ia terakhir terlihat di

RSCM, Jakarta Pusat.

4. Faisol Reza, hilang pada 12 Maret 1998. Ia dikejar dan ditangkap di

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat.

5. Rahardjo Walujo Djati, hilang pada 12 Maret 199. Ia dikejar dan

ditangkap di RSCM, Jakarta Pusat.

4
6. Nezar Patria, hilang pada 13 Maret 1998. Ia diambil paksa di rumah susun

klender, Jakarta Timur.

7. Aan Rusdianto, hilang pada 13 Maret 1998. Ia diambil saat berada di

rumah susun klender, Jakarta Timur.

8. Mugianto, hilang pada 13 Maret 1998. Ia diambil paksa di rumah susun

klender, Jakarta Timur.

9. Andi Arief, hilang pada 28 Maret. Ia diambil paksa di Lampung.

Ke-13 aktivis yang masih hilang dan belum kembali diantaranya adalah :

 Petrus Bima Anugrah, hilang pada 1 April 1998. Ia terlihat di grogol,

Jakarta Barat.

Petrus Bima Anugrah atau biasa dipanggil juga dengan nama Bimo Petrus

merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi dari Universitas Airlangga

Surabaya. Kemudian dia melanjutkan pendidikannya di Jakarta sebagai

mahasiswa dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyakarya. Pria kelahiran Malang

24 September 1973 ini memang dikenal aktif berpolitik seperti Suyat di

SMID dan PRD.

5
Bimo hilang pada minggu ketiga di bulan Maret tahun 1998. Sebelum

hilang, dia sempat mengirim surat kepada orang tuanya di Malang dan

berjanji akan pulang saat Paskah 1998.

 Herman Hendrawan, hilang pada 12 Maret 1998. Ia terahir terlihat di

gedung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI).

Sebagai aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD), Hermawan (Herman)

memang dikenal paling tegas dan berani menentang pemerintahan otoriter

Soeharto. Bahkan dia sampai menghentikan kuliahnya demi

memperjuangkan keadilan dan aktif mengikuti berbagai organisasi politik.

Pria kelahiran Pangkal Pinang 29 Mei 1971 ini pernah bergabung dengan

PRD, FKMS, UKM, HMI, SMID, KBM/KSM, serta PPBI.

Herman hilang usai konferensi pers Komite Nasional Penyelamat

Demokrasi (KNPD) di Jakarta pada taggal 12 Maret 1998.

6
 Suyat, hilang pada 13 Februari 1998. Ia terakhir terlihat di Solo, Jawa

Tengah.

Pria kelahiran Jawa Tengah pada tanggal 1 Oktober 1975 bernama Suyat

ini baru berusia 23 tahun saat dihilangkan paksa. Suyat merupakan aktivis

Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) dan juga Partai

Rakyat Demokratik (PRD). Pada tanggal 12 Februari 1998 saat suyat

sedang berada dirumah temannya di Solo, ada sekitar 10 orang yang

menjemput, atau lebih tepatnya membawa kabur Suyat menggunakan

mobil Kijang.

Penculikan ini dipercaya ada kaitannya dengan kasus peledakan bom

dikompleks rusun Tanah Tinggi, Jakarta.

7
 Wiji Thukul, hilang pada akhir 1998. Ia terakhir di Utan Kayu, Matraman,

Jakarta Timur.

Wiji Thukul lahir di Solo pada tanggal 3 November 1967 dan hilang pada

tanggal 10 Januari 1998. Wiji dikenal sebagai penyair revolusioner dan

juga aktivis di Jaker (Jaringan Kerja Kesenian Rakyat). Dia juga dikenal

akan puisi-puisinya yang luar biasa tajam mengkritik kediktatoran rezi

Soeharto.

Sebelum menghilang, Wiji sempat berpindah-pindah kota untuk

menghindari kejaran aparat sejak Juni 1996. Dalam pelariannya pun Wiji

masih sempat menulis puisi-puisi yang terus membakar semangat revolusi.

 Yani Afri, ia hilang pada 26 April 1997. Ia terakhir terlihat di Kelapa

Gading, Jakarta Utara.

8
Yani Afri adalah seorang sopir angkutan umum yang juga aktif berpolitik

dan ikut mendukung koalisi Mega Bintang dalam Pemilu 1997. Pria

kelahiran Jakarta 26 April 1971 ini menjadi korban penculikan oleh

sejumlah aparat Komando Distrik Militer Jakarta Utara pada hari ulang

tahunnya, yakni tanggal 26 April 1997 di Jakarta. Setelah itu tidak ada

kabar lagi dari Yani hingga saat ini.

 Sonny, hilang pada 26 Apil 1997. Ia terakhir terlihat di Kelapa Gading,

Jakarta Utara.

Selain bekerja sebagai supir, ternyata Sonny juga aktif di dunia politik

yaitu menjabat sebagai fungsionaris Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Parta

Demokrasi Indonesia (PDI) Jakarta Utara. Hilang pada tanggal 26 April

1997 di Jakarta, Sonny diduga ditangkap karena mendukung kegiatan-

kegiatan PDI Megawati.

9
 Dedi Umar Hamdun, hilang pada 29 Mei 1997. Ia terakhir terlihat di

Tebet, Jakarta Selatan.

Dedi adalah seorang pengusaha dan juga politikus yang aktif menjabat

sebagai kader di Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Saat sedang

kampanye di Jakarta pada tanggal 29 Mei 1997, suami dari artis Eva

Arnaz ini hilang begitu saja. Diduga aparat telah lama mengincar dirinya

karena dia aktif mengusung Mega-Bintang. Namun ada dugaan lain yang

mengaitkan peristiwa menghilangnya Dedi dengan pekerjaannya sebagai

pengusaha dalam masalah sengketa tanah.

 Noval Al Katiri, hilang pada 7 Mei 1997. Ia terakhir terlihat di Jakarta.

Pengusaha dan direktur PT. Sangkuriang Tour & Travel bernama Noval

(atau Nova) Alkatiri hilang bersama dengan BMW putih miliknya. Noval

10
juga adalah pendukung berat pasangan Mega-Bintang pada kampanye

Pemilu 1997. Noval sedang berada satu mobil dengan Dedi saat mereka

diculik pada tanggal 29 Mei 1997.

 Ismail, hilang pada 29 Mei 1997. Ia terakhir terlihat di Tebet, Jakarta

Selatan.

 Ucok Munandar Siahaan, hilang pada 14 Mei 1998. Ia terakhir terlihat di

ciputat, Tangerang Selatan.

Ucok M. Siahaan lahir di Jkaarta tanggal 17 Mei 1976 dan merupakan

mahasiswa Perbanas. Meski aktifitas politiknya tidak begitu diketahui,

Ucok sempat mengatakan kepada ibunya bahwa rezim Soehartp akan

jatuh. Beberapa hari sebelum hilang (diduga diculik saat kerusuhan 14 Mei

1998), Ucok minta ibunya untuk membuatkan gurame goreng

kegemarannya, lalu tidur bersama dengan ibunya. Sepertinya Ucok tahu

apa yang akan terjadi pada dirinya.

 Hendra Hambali, hilang pada 14 Mei 1998. Ia terakhir terlihat di Glodok

Plaza, Jakarta Pusat.

11
 Yadin Muhidin, ia hilang pada 14 Mei 1998. Ia terakhir terlihat di Sunter

Agung, Jakarta Utara.

Yadin Muhidin lahir di Jakarta pada tanggal 11 September 1976 dan

merupakan alumnus sekolah pelayaran. Yadin bukanlah seorang politikus,

bahkan dia lebih memilih mengisi hari-harnya dengn berkumpul bersama

teman-teman di sekitar rumahnya. Entah karena alasan apa, Yadin

menjadi salah satu korban penculikan saat kerusuhan tanggal 14 Mei

1998. Berdasarkan laporan polisi, Yadin sempat ditahan selama dua hari

di Mapolres Jakarta Utara sebelum dia hilang.

 M Yusuf, hilang pada 7 Mei 1997. Ia terakhir terlihat di Tebet, Jakarta

Selatan.

Mereka berasal dari berbagai organisasi, seperti Parta Rakyat

Demokratik, PDI Pro Mega, Mega Bintang, dan Mahasiswa. Dalam

penculikan tersebut, Leonardus Nugroho alias Gilang, seorang aktivis

yang berprofesi sebagai pengamen jalanan dan sering terlibat dalam

kegiatan bersama mahasiswa di Yogyakarta dan Solo, akhirnya ditemukan

12
di Magetan, Jawa Timur, dalam keadaan tewas dengan luka tembak di

tubuhnya.

Dari daftar diatas, masih ada satu aktivis yang tercatat di Komisi

Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang juga masih hilang,

bernama Abdul Nasser. Ia hilang pada 14 Mei 1998, dan terakhir terlihat

di Karawaci, Tangerang.

2.3 Siapa yang bertanggungjawab terhadap kasus penculikan aktivis

mahasiswa 1998 ini

Kasus ini diselidiki oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia berdasar

UU No. 26/2000 Tentang Pengadilan HAM dan hasilnya telah diserahkan ke

Jaksa Agung pada 2006. Tim penyelidik Komnas HAM untuk kasus penghilangan

orang secara paksa ini bekerja sejak 1 Oktober 2005 hingga 30 Oktober 2006.

Adapun jumlah korban atas penghilangan orang tersebut adalah 1 orang

terbunuh, 11 orang disiksa, 12 orang dianiaya, 23 orang dihilangkan secara paksa,

dan 19 orang dirampas kemerdekaan fisiknya secara sewenang-wenang.

Abdul Hakim Garuda Nusantara (Ketua Komnas HAM pada 2006)

meminta agar hasil penyelidikan yang didapat dilanjutkan olek Kejaksaan Agung

untuk membentuk tim penyelidik, karena telah didapat bukti permulaan yang

cukup untuk menyimpulkan terjadinya kejahatan terhadap kemanusiaan.

Sementara itu, asisten tim ad hoc penyidik peristiwa penghilangan orang secara

paksa pada 1997-1998, Lamria, menyatakan ada beberapa orang dari 13 aktivis

13
yang masih dinyatakan hilang tersebut diketahui berada di Pos Komando Taktis

(Poskotis) Kopassus yang terletak di Cijantung, Jakarta.

Komnas HAM menyimpulkan ada bukti permulaan pelanggaran HAM

berat dalam kasus penghilangan orang secara paksa selama 1997-1998.

Kesimpulan ini didasarkan penyelidikan dan kesaksian 58 korban dan warga

masyarakat, 18 anggota dan purnawirawan Polri, serta seorang purnawirawan

TNI.

Pada 22 Desember 2006 Komnas HAM meminta DPR agar mendesak

Presiden mengerahkan dan memobilisasi semua aparat penegak hukum atau

menuntaskan persoalan. Ketua DPR Agung Laksono pada 7 Februari 2007 juga

meminta Presiden Yudhoyono memerintahkan Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh

melakukan penyelidikan dan penyidikan berdasarkan temuan Komnas HAM

untuk menuntaskan kasus penculikan 13 aktivis.

Menurut laporan tim ad HOC Komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM

Berat Penghilangan Orang Secara Paksa (PPOSP) periode 1997-1998, Tim Mawar

adalah yang paling bertanggungjawab atas peristiwa penculikan puluhan aktivis

ini.

Tim Mawar merupakan sebuah tim yang dibentuk dibawah Grup IV

Komando Pasukan Khusus (Kopassus) berdasar perintah langsung dan tertulis

dari Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayjen TNI prabowo Subianto.

14
Perintah tersebut diberikan kepada Komandan Grup 42 kopassus Kolonel

Chairawan, yang selanjutnya dilanjutkan kepada Komandan Batalyon 42 Mayor

Bambang Kristiono.

Kebijakan dan praktik penghilangan paksa dilanjutkan pada

kepemimpinan Mayjen TNI Muchidi Purwoprandjono di mana penculikan tetap

berlangsung. Dalam halaman 302 laporan tersebut, juga disebutkan bahwa

berdasar waktu dibentuknya Tim Mawar, yaitu Juli 1997, dimungkinkan adanya

tim lainnya atau personel yang telah dibentuk atau ditunjuk secara intstitusional

oleh Kopassus.

’Terjadinya penahanan baik sebelum dibentuknya Tim Mawar dan dalam

dua kepemimpinan dari Mayjen TNI Prabowo kepada Mayjen TNI Muchidi Pr.

Hal ini menunjukkan bahwa tindakan penghilangan orang secara paksa atau

penculikan merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan sebuah kebijakan

secara institusional di bawah tanggungjawab Danjen Kopassus”, bukti laporan

tersebut.

Panitia Khusus Penghilangan Orang Secara Paksa (Pansus Orang Hilang)

Mendekati Pemilihan Umum 2009, Panitia Khusus Dewan Perwakilan Rakyat

tentang penculikan Aktivis1997/1998 hidup lagi. Pansus juga berencana

memanggil Wiranto, Prabowo Subianto, Sutiyoso, dan Susilo Bambang

Yudhoyono yang diduga terlibat dalam kasus itu.

Saat kasus ini terjadi, Jenderal TNI (Purn) Wiranto menjabat Panglima

ABRI/TNI, Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto sebagai Komandan Jenderal

15
Kopassus, Letjen TNI (Purn) Sutiyoso sebagai Panglima Kodam Jaya, dan

Jenderal TNI Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Assospol Kassospol ABRI.

28 September 2009 Panitia Khusus Penghilangan Orang Secara Paksa (Pansus

Orang Hilang) merekomendasikan pemerintah, dalam hal ini Kejaksaan Agung,

segera membentuk Pengadilan HAM Ad Hoc untuk mengadili aktor-aktor di balik

penculikan aktivis pro demokrasi di tahun 1995-1998.

Isi rekomendasi

 Merekomendasikan kepada Presiden untuk membentuk Pengadilan HAM

Ad Hoc;

 Merekomendasikan kepada Presiden serta segenap institusi pemerintah

serta pihak-pihak terkait untuk segera melakukan pencarian terhadap 13

orang yang oleh Komnas HAM masih dinyatakan hilang;

 Merekomendasikan kepada Pemerintah untuk merehabilitasi dan

memberikan kompensasi terhadap keluarga korban yang hilang;

 Merekomendasikan kepada pemerintah agar segera meratifikasi Konvesi

Anti Penghilangan Paksa sebagai bentuk komitmen dan dukungan untuk

menghentikan praktik Penghilangan Paksa di Indonesia.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Peristiwa hilangnya aktivis mahasiswa, yang kemudian disebut sebagai

insiden penghilangan dan penculikan paksa tersebut, terjadi pada masa pemilihan

presiden Republik Indonesia periode 1998-2003.

Kasus penculikan ini juga dapat diartikan yaitu sebagai peristiwa

penghilangan orang secara paksa atau penculikan terhadap para aktivis pro-

demokrasi yang terjadi menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun

1997 dan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1998.

Kasus ini diselidiki oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia berdasar

UU No. 26/2000 Tentang Pengadilan HAM dan hasilnya telah diserahkan ke

Jaksa Agung pada 2006. Tim penyelidik Komnas HAM untuk kasus penghilangan

orang secara paksa ini bekerja sejak 1 Oktober 2005 hingga 30 Oktober 2006.

Adapun jumlah korban atas penghilangan orang tersebut adalah 1 orang

terbunuh, 11 orang disiksa, 12 orang dianiaya, 23 orang dihilangkan secara paksa,

dan 19 orang dirampas kemerdekaan fisiknya secara sewenang-wenang.

17
3.2 Saran

Demikian makalah ini saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada

saya. Apabila terdapat suatu kesalahan mohon dapat dimaafkan dan

memakluminya.

18
DAFTAR SUMBER

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Penculikan (Diakses Tanggal 07 Mei 2019

Pukul 21.28 WIB)

2. https://nidyanurhasanah.blogspot.com/2011/10/kejahatan-dan-

pelanggraran.html (Diakses Tanggal 07 Mei 2019 Pukul 23.09 WIB)

3. https://panjiades.blogspot.com/2016/11/kasus-pelanggaran-ham-

penculikan-para.html (Diakses Tanggal 07 Mei 2019 Pukul 23.36 WIB)

4. https://id.wikipedia.org/wiki/Penculikan_aktivis_1997/1998 (Diakses

Tanggal 07 Mei 2019 Pukul 23.40 WIB)

5. https://arifrohmansocialworker.blogspot.com/2011/02/penculikan-aktivis-

19971998.html (Diakses Tanggal 08 Mei 2019 Pukul 00.00 WIB)

6. https://panjiades.blogspot.com/2016/11/kasus-pelanggaran-ham-

penculikan-para.html (Diakses Tanggal 08 Mei 2019 Pukul 00.15 WIB)

7. http://www.tentik.com/10-kasus-penculikan-aktivis-tahun-19971998/

(Diakses Tanggal 08 Mei 2019 Pukul 00.51 WIB)

19

Anda mungkin juga menyukai