Disusun Oleh:
Nathiratun Ni’mah 1504015254
Nia Khairani Sholeh 1504015261
Nidia Gita Prameswari 1504015262
Kelompok : 5
Kelas : F2
Platelet Mengalami
170.00 0- 380.000/mm3 480.000/µL
(Trombosit) Kenaikan
Postive anti- Mengalami
<20 unit/mL 82 unit
CCP Kenaikan
Positive RF Mengalami
<1 : 80 1 : 320
perform Kenaikan
a. ESR (Erithrocyte Sedimentation Rate) atau LED (Laju Endap Darah) adalah
ukuran kecepatan endap eritrosit, menggambarkan komposisi plasma serta
perbandingan eritrosit dan plasma. LED dipengaruhi oleh berat sel darah dan luas
permukaan sel serta gravitasi bumi. nilai meningkat terjadi pada: kondisi infeksi
akut dan kronis, misalnya tuberkulosis, arthritis reumatoid, infark miokard akut,
kanker, penyakit Hodkin’s, gout, Systemic Lupus Erythematosus (SLE), penyakit
tiroid, luka bakar, kehamilan trimester II dan III. Peningkatan nilai LED >
50mm/jam harus diinvestigasi lebih lanjut dengan melakukan pemeriksaan terkait
infeksi akut maupun kronis, yaitu: kadar protein dalam serum dan protein,
immunoglobulin, Anti Nuclear Antibody (ANA) Tes, reumatoid factor (Kemenkes
2011 Interpretasi Data Klinik hal.24).
b. C-reactive protein (CRP) merupakan penanda peradangan nonspesifik, CRP
meningkat pada pasien dengan RA (DiPiro et al. 2008 Pharmacotherapy
principles and practice hal.869). CRP merupakan rotein abnormal diproduksi di
hati sebagai respons terhadap peradangan dan infeksi. Berguna dalam
mengevaluasi penyakit autoimun dan infeksi dan dalam memantau keefektifan
perawatan (Hopkins TB 2005 Lab Notes Guide to Lab & Diagnostic Test hal.11).
c. Pemeriksaan hematologi sering menunjukkan anemia ringan sampai sedang
dengan indeks normositik dan normokromik. Hematokrit bisa turun serendah
30%. Anemia biasanya berbanding terbalik dengan aktivitas penyakit inflamasi
dan disebut sebagai anemia penyakit kronis. Jenis anemia ini tidak menanggapi
terapi besi dan dapat menimbulkan dilema diagnostik karena NSAID dapat
menginduksi gastritis dan kehilangan darah kronis, yang menyebabkan anemia
defisiensi besi (DiPiro et al. 2014 Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Approach 9th edition hal.3225).
d. Trombositosis adalah temuan hematologi umum lainnya dengan RA aktif. Jumlah
trombosit meningkat dan menurun dalam korelasi langsung dengan aktivitas
penyakit pada banyak pasien. Trombositopenia dapat terjadi akibat toksisitas
terapi imunosupresif. Trombositopenia juga dapat diamati pada sindrom Felty
atau vaskulitis. Meskipun leukopenia dikaitkan dengan sindrom Felty, itu juga
dapat diakibatkan oleh toksisitas methotrexate, emas, sulfasalazine, penicillamine,
dan obat-obat imunosupresif. Leukositosis umumnya terlihat sebagai hasil dari
perawatan kortikosteroid (DiPiro et al. 2014 Pharmacotherapy A
Pathophysiologic Approach 9th edition hal.3225).
e. Anti-CCP (Anti-citrullinated peptide) memiliki spesifisitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan RF, itu lebih umum digunakan untuk diagnosis RA dan
telah mengambil bagian dalam kriteria klasifikasi baru. Tes anti-PKC generasi
pertama (anti-CCP1) memiliki 96% spesifisitas dan 53% sensitivitas untuk RA.
Tes anti-PKC generasi kedua (anti-CCP2) memiliki spesifisitas 99% dan
sensitivitas 61,6% untuk RA awal, 75,2% untuk RA akhir dan 71,7% untuk
semua pasien RA. Jadi tes dengan sensitivitas serupa sebagai RF tetapi dengan
spesifitas yang lebih tinggi diperoleh (Birtane M et al. 2017 Laboratory
Evaluation In Rheumatic Diseases).
f. Rheumatoid factor (RF) digunakan dalam diagnosis rheumatoid arthritis. RF
adalah antibodi yang menempel pada immunoglobulin G (IgG). RF juga
meningkat pada penyakit vaskular kolagen, infeksi, kanker, dan MI (Hopkins TB
2005 Lab Notes Guide to Lab & Diagnostic Test hal.49).
3. Terapi nonfarmakologi pada pasien RA yaitu istirahat yang cukup, pengurangan
berat badan jika obesitas, terapi okupasi, terapi fisik, dan penggunaan alat bantu
dapat memperbaiki gejala dan membantu mempertahankan fungsi sendi. Pasien
dengan penyakit berat dapat mengambil manfaat dari prosedur bedah seperti
tenosynovectomy, perbaikan tendon, dan penggantian sendi. Edukasi pasien
tentang penyakit dan manfaat serta keterbatasan terapi obat (DiPiro et al. 2015
Pharmacotherapy Handbook 9th edition hal.27).
4. Tujuan perawatan RA: tujuan utamanya adalah untuk menimbulkan remisi
lengkap atau aktivitas penyakit yang rendah. Tujuan tambahan adalah untuk
mengontrol aktivitas penyakit dan nyeri sendi, mempertahankan kemampuan
untuk berkegiatan dalam kegiatan sehari-hari, perubahan sendi destruktif yang
lambat, dan menunda kecacatan (DiPiro et al. 2015 Pharmacotherapy Handbook
9th edition hal.27).
5. DRP dari obat-obat di atas yaitu:
Tepat Lama
Nama Obat Komposisi Tepat Obat Tepat Dosis
Pemberian
Forneuro Vit B1 100 mg, Vit
S.1.d.d.1 B6 50 mg, Vit B12
100 mcg, Vit E 200
iu, folic acid 400
mcg
(ISO Vol.50 hal
490)
Prednicort Methylprednisolon
S.1.d.d.1 4 mg; 8 mg Dosis 2 - 60
(ISO Vol.50 hal mg/hari (DIH
266) edisi 17)
Rocer Omeprazole 20mg
S.1.d.d.1 (ISO Vol. 50 hal.
400)
Bonepatit Microcrystalline
S.1.d.d.1 hydroxyapatite
(MIMS edisi 2015)
Forneuro digunakan untuk mencegah dan mengobati defisiensi vitamin B1, B6,
B12, E dan anemia (ISO 2016). Metilprednisolon merupakan obat golongan
kortikosteroid yang memiliki sifat antiinflamasi dan imunosupresif (DiPiro et al.
2015 Pharmacotherapy Handbook 9th Edition hal.35). Penggunaan Omeprazole
dapat digunakan pada pasien RA untuk mencegah dan mengatasi efek samping
yang timbul dari penggunaan obat (Febriana 2007 Studi Penggunaan Obat Pada
Pasien Rheumatoid Arthritis Di RSU Dr. Soetomo Surabaya).
Microcrystalline hydroxyapatite adalah bentuk kalsium yang sangat baik untuk
membangun tulang (Upadhyay RK 2017 Role of Calcium Bio-Minerals in
Regenerative Medicine and Tissue Engineering). Penggunaan Microcrystalline
hydroxyapatite digunakan untuk mencegah osteoporosis pada pasien RA,
terutama yang diobati dengan glukokortikoid. Karena glukokortikoid memiliki
efek samping osteoporosis terutama pada lanjut usia dapat terjadi fraktur
osteoporotik pada tulang pinggul dan belakang (BPOM 2014).
6. Rekomendasi obat yang diberikan untuk pasien yaitu Metotreksat. Metotreksat
merupakan obat golongan DMARD (Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs)
yang memiliki potensi untuk mengurangi kerusakan sendi, mempertahankan
integritas dan fungsi sendi dan pada akhirnya mengurangi biaya perawatan dan
meningkatkan produktivitas pasien RA (Perhimpunan Reumatologi Indonesia
2014 Diagnosis dan Perawatan Artritis Reumatoid hal.9). Metotreksat
menghambat produksi sitokin, menghambat biosintesis purin, dan dapat
merangsang pelepasan adenosin, yang semuanya dapat menyebabkan sifat
antiinflamasi (DiPiro et al. 2015 Pharmacotherapy Handbook 9th edition hal.32).
7. Penggunaan asam folat digunakan untuk mencegah dan mengatasi anemia yang
timbul. Jika pasien menggunakan metotreksat, penggunaan asam folat dapat
mengurangi beberapa efek samping tanpa kehilangan kemanjuran (DiPiro et al.
2015 Pharmacotherapy Handbook 9th edition hal.32).
Pasien dengan RA rentan terhadap osteoporosis yang diinduksi steroid dan
penyakit. Selain itu, kortikosteroid, digunakan dalam pengobatan RA,
mengganggu penyerapan kalsium usus. Pengeroposan tulang terjadi secara cepat
dalam 6-12 bulan pertama dari terapi kortikosteroid, sehingga diperlukan
profilaksis kalsium untuk perlindungan minimal dari kerusakan tulang belakang
yang diinduksi oleh kortikosteroid (Rennie KL et al. 2003 Nutritional
management of rheumatoid arthritis: a review of the evidence).
Vitamin D dapat menghambat monosit maupun makrofag untuk mengeluarkan
sitokin proinflamasi (TNF-ɑ, IL-1, dan IFN-γ), juga mengahmbat limfosit T
dalam produksi sitokin proinflamsi. Semakin rendah kadar vitamin D pada pasien
RA, semakin tinggi kadar TNF-ɑ dan semakin berat aktivitas penyakit, derajat
nyeri serta keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Ruliani H dkk.
2014 Korelasi Kadar Vitamin D, dengan TNF-ɑ dan Manifestasi Klinis pada
Pasien Artritis Rematoid). Sehingga penggunaan vitamin D diperlukan pada
pasien RA untuk menghambat pengeluaran sitokin proinflamasi.
8. Perbedaan DMARD dan TNF inhibitor
DMARD TNF Inhibitor
Bersifat relatif slow acting yang Waktu timbulnya respon 2 - 12
memberikan efek setelah 1 - 6 bulan minggu2
pengobatan1
Setiap DMARD mempunyai toksisitas
masing-masing yang memerlukan
persiapan dan monitor dengan cermat3
1,2,3
Perhimpunan Reumatologi Indonesia 2014 Diagnosis dan Perawatan Artritis Reumatoid hal.9, 12
24
Burke R.A. et al. 2014 Biologic Disease-Modifying Antirheumatic Drugs
3
4
Harga DMARD lebih murah Harga TNF inhibitor mahal
dibandingkan dengan TNF inhibitor
5
Perhimpunan Reumatologi Indonesia 2014 Diagnosis dan Perawatan Artritis Reumatoid hal.9
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit autoimun, dimana pelapis sendi
mengalami peradangan sebagai bagian dari aktivitas sistem imun tubuh. Tanda dan
gejala yang mendukung diagnosa pada pasien tersebut mengalami RA yaitu kekakuan
pada sendi dan rasa terbakar di pagi hari yang berlangsung beberapa jam,
pembengkakan (simetris bilateral), nyeri saat ditekan dan juga terasa panas.
Rekomendasi obat yang diberikan yaitu Prednicort, Forneuro, dan Metotreksat. Rocer
dan Bonepatit dapat diberikan untuk mencegah efek samping yang timbul dari
penggunaan obat-obat RA.
DAFTAR PUSTAKA