Anda di halaman 1dari 23

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT

(EPO)

1. NIDIA GITA PRAMESWARI (2004026200)


2. REZKI AMYSHA (2004026214)
3. RIKA PRATIWI(2004026216)
4. RIMA DWI SETIANI (2004026217)
5. RIMA KUSUMA CAHYANI (2004026218)
6. RISKA NIMAS PRAMESTI (2004026219)
Definisi . . . . .

• Definisi EPO adalah evaluasi berkelanjutan penggunaan


obat yang akan dapat memastikan penggunaan obat
yang sesuai.
• EPO menurut WHO (1977) meliputi penggunaan,
peresepan, pendistribusian dan pemasaran obat oleh
masyarakat, dengan penekanan pada dampak medis,
sosial dan ekonomi.
• Sedangkan EPO menurut para ahli di Amerika Utara
meliputi peresepan, dispensing dan penggunaan obat.

(Kemenkes 2017)
Jenis EPO. . . . .


metode untuk menilai ketepatan penggunaan obat
berdasarkan kriteria penggunaan obat yang telah
kualitatif ditetapkan terlebih dahulu.

contoh: kerasionalan penggunaan dan farmakoeonomi


metode untuk mengukur jumlah dan pola
kuantitatif ●
penggunaan obat.
pola peresepan obat, pola penggunaan obat
Tujuan Pelaksanaan EPO:
Memperoleh pola penggunaan obat

Memperoleh gambaran kuantitas dan kualitas pengunaan obat

Identifikasi masalah terkait penggunaan obat


Penetapan intervensi untuk penyelesaian masalah
penggunaan obat

Penilaian dampak intervensi penggunaan obat


Sasaran EPO secara umum adalah sebagai berikut:

Mengadakan Pengkajian penggunaan obat yang efisien dan terus menerus


Meningkatkan pengembangan standar penggunaan terapi obat


Mengidentifikasi bidang yang perlu untuk materi edukasi lanjutan



Menyempurnakan pelayanan pasien yang diberikan


Mengurangi resiko tuntutan hukum pada rumah sakit

Mengurangi biaya rumah sakit dan perawatan pasien sebagai akibat dosis akurat, efek samping

yang lebih sedikit, dan waktu hospitalisasi yang lebih


Unsur-Unsur Dasar EPO
• Kriteria / standar penggunaan obat,
• Mengidentifikasi masalah penting dan yang mungkin, memantau dan
menganalisis penggunaan obat secara terus menerus, direncanakan secara
sistematik untuk mengidentifikasi masalah nyata atau masalah yang mungkin.
Secara ideal, kegiatan ini sebaiknya diadakan secara prospektif
• Menetapkan prioritas untuk menginvestigasi dan solusi masalah.
• Mengkaji secara objektif, penyebab, dan lingkup masalah dengan Menggunakan
kriteria yang absah secara klinik
• Solusi masalah.
• Menyanangkan dan menerapkan tindakan untuk memperbaiki atau meniadakan
masalah.
• Memantau solusi masalah dan keefektifan.
• Mendokumentasi serta melaporkan secara terjadwal temuan, rekomendasi,
tindakan yang diambil, dan hasilnya. Tindakan yang diambil dapat berupa
pengaturan atau edukasi yang cocok dengan keadaan dan kebijakan rumah
sakit.
Peran dan tanggung jawab Apoteker
dalam EPO :
1. Mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi data penggunaan pasien
2. Mengindentifikasi, menyelesaikan dan mencegah masalah terkait penggunaan
obat
3. Melakukan tinjauan ulang perintah pengobatan disesuaikan dengan kriteria
penggunaan obat dan berkonsultasi dengan dokterdan nakes lain jika
diperlukan
4. mengelola program EPO dan proses EPO
5. mengembangkan rencana operasional program dan melaksanakan proses EPO
yang konsisten dengan keseluruhan tujuan sistem kesehatan dan disesuaikan
dengan kemampuan sumber daya yang ada
6. Memberikan edukasi terkait teori dan praktik EPO kepada staf lain
7. Bekerja kolaborasi dengan dokter dan nakes lain mengembangkan kriteria
pengobatan tertentu dan mendesain proses penggunaan obat yang efektif
8. Merekomendasikan dan meningkatkan sasaran dan tujuan pelaksanaan EPO
Evaluasi penggunaan obat dapat dilakukan

1. Desain Studi Retrospektif

2. Desain Studi Konkuren

3. Desain Studi Prospektif


Tahap-tahap Pelaksanaan Evaluasi Penggunaan
Obat (EPO):

1. Menetapkan ruang lingkup


2. Menetapkan kriteria dan standar
3. Mendapatkan persetujuan dari pimpinan
4. Sosialisasi kegiatan di depan klinisi
5. Mengumpulkan data
6. Mengevaluasi data
7. Melakukan tindakan koreksi/perbaikan
8. Melakukan evaluasi kembali
9. Merevisi kriteria/standar (jika diperlukan)

Juknis 2019
ATC/DDD
Metode ATC/DDD (ATC = Anatomical Therapeutic Chemical,
DDD = Defined Daily Dose) merupakan sistem klasifikasi dan
evaluasi penggunaan obat yang saat ini menjadi salah satu
pusat perhatian dalam pengembangan penelitian penggunaan
obat. Metode ATC/DDD dapat digunakan untuk
membandingkan hasil evaluasi penggunaan obat dengan
mudah.
Sehingga dapat dilakukan evaluasi lebih lanjut ketika
ditemukan adanya perbedaan bermakna yang mengarah pada
identifikasi masalah dan perbaikan sistem penggunaan obat.
Obat dalam struktur ATC dikelompokkan berdasarkan zat
aktif dalam beberapa kelompok sesuai dengan
organ/sistem tempat obat tersebut bekerja, tujuan terapi,
sifat farmakologi dan kimia obat. Obat diklasifikasi dalam
5 kelompok

• Tingkat 1: pembagian obat dalam 14 kelompok utama


tempat kerja obat
• Tingkat 2: Subkelompok Terapi
• Tingkat 3: Subkelompok Farmakologi
• Tingkat 4: Subkelompok Kimia
• Tingkat 5: Senyawa Kimia
Contoh:

• J anti-infeksi untuk penggunaan sistemik, (Tingkat pertama:


kelompok anatomi)
• J01 antibakteri untuk penggunaan sistemik, (Tingkat kedua:
kelompok terapi/farmakologi)
• J01C beta-lactam antibacterial, penicillins, (Tingkat ketiga:
subkelompok farmakologi)
• J01C A penisilin berspektrum luas, (Tingkat keempat:
subkelompok kimiawi obat)
• J01C A01 ampisilin, (Tingkat kelima: substansi kimiawi obat)
• J01C A04 amoksisilin, (Tingkat kelima: substansi kimiawi
obat)
Tujuan. . . . .

1. Tujuan utama dari metode ATC/DDD adalah sebagai


sarana untuk menyajikan data statistik penggunaan obat
2. Untuk mengumpulkan dan mempublikasi statistic
penggunaan obat karena merupakan suatu proses yang
penting dalam meningkatkan peresepan dan
pengeluaran obat.
3. Untuk mengklasifikasi obat dimana senyawa aktif yang
berbeda berdasarkan karakteristik farmakologi, terapetik
dan kimia
Keuntungan Kerugian

Keuntungan metode kerugian dari metode


ATC/DDD adalah merupakan ATC/DDD adalah belum
unit tetap yang tidak lengkap untuk semua obat
dipengaruhi oleh perubahan (Vaksin, topikal, anastesi),
harga atau nilai mata uang belum ada untuk
serta bentuk sediaan dan penggunaan pediatri
mudah dibandingkan dalam
lingkup institusi, nasional,
regional dan internasional
PENGELOLAAN DATA
Berikut adalah langkah-langkah dalam
pengerjaan EPO yang meliputi pengisian 4 kolom
baru yaitu kolom nama generik, ATC, DDD dan
total DDD
1. Kolom nama generik
Membuat kolom nama generik. Kolom ini
ditujukan bagi nama obat bermerk dagang. Nama
generik ditulis berdasarkan nama pada
Farmakope Indonesia atau acuan resmi lainnya.
2. Kolom ATC Mengisi kelas terapi mengacu
pada Anatomical Therapeutic
Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD).
3. Kolom DDD Pada kolom DDD diisi jenis
satuan yang sesuai dengan informasi yang
terdapat pada website tersebut. Kolom DDD
diisi dengan membagi kuantitas obat dengan
nilai DDD yang telah ditetapkan.
Perhitungan DDD dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus:

•  

Keterangan: Satuan kekuatan dan DDD berupa


gram, milligram atau unit internasional
 Kolom total DDD
•   DDD didapatkan dengan menjumlahkan nilai DDD dari
Total
beberapa jenis sediaan obat dan memperhitungkan lamanya hari
rawat (untuk obat pada pasien rawat inap) dan jumlah pasien
untuk obat pada pasien rawat jalan.
 DDD per 100 hari rawat
•Untuk
  data penggunaan obat pada pasien rawat
inap, dilakukan perhitungan DDD per 100 hari
rawat, yang dapat dihitung dengan rumus berikut:

DDD Per 100 hari rawat = x 100


 DDD per 1000 pasien

Untuk data penggunaan obat


  pada pasien rawat
jalan atau komunitas, dilakukan perhitungan DDD
per 1000 pasien, yang dapat dihitung dengan
rumus berikut:
DDD Per 1000 pasien = x 1000
KESIMPULAN

Pelaksanaan EPO di fasyankes seharusnya dilaksanakan


secara periodik dan berkelanjutan, Hasil EPO
diharapkan dapat memberikan masukan bagi perbaikan
pelayanan kesehatan di fasyankes serta menjadi bahan
perumusan kebijakan obat.
LAMPIRAN
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai