Anda di halaman 1dari 16

JASA PELAYANAN DOKTER DAN DOKTER

SPESIALIS DI RUMAH SAKIT (SEBUAH


SKEMATIS)
May 14, 2021 Healthcare and Hospital Consultant (IKKESINDO Batch 4) Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Leave a comment
Definisi

1. BLUD, adalah Sistem yang diterapkan oleh unit pelaksana teknis


dinas/badan daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan sebagai pengecualian
dari ketentuan pengelolaan daerah pada umumnya.
2. Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah, yang
selanjutnya disingkat BLUD RSUD adalah unit pelaksana teknis daerah yang
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
3. Dokter adalah dokter spesialis konsultan, dokter spesialis, dokter umum,
dokter gigi spesialis, dan dokter gigi yang merupakan karyawan organik
dikecualikan dokter mitra.
4. Dokter Mitra adalah dokter yang bukan pegawai organik RSUD tetapi
diperkenankan merawat atau melakukan tindakan medis di RSUD.
5. Residen adalah dokter peserta Program Pendidikan Spesialis I dan
Spesialis II.
6. Insentif adalah tambahan pendapatan berbasis kinerja bagi seluruh
pegawai yang dananya bersumber dari jasa pelayanan, farmasi dan/atau dari
sumber penerimaan sah lainnya.
7. Honorarium adalah upah yang dananya bersumber dari jasa pelayanan
rumah sakit yang diberikan atas pekerjaan tertentu
8. Jasa Pelayanan adalah imbalan atas pelayanan yang diberikan oleh tenaga
dokter spesial, dokter umum, dokter gigi, keperawatan, tenaga administrasi dan
tenaga penunjang lainnya.
9. Jasa Medis adalah pendapatan individu yang dihasilkan akibat pelayanan
tenaga medis dan bagian dari jasa pelayanan rumah sakit yang tercantum dalam
komponen tarif rumah sakit dan bersifat individu, meliputi dokter umum dan
spesialis, dokter subspesialis, konsulen, dokter gigi, dokter gigi spesialis, dan
dokter tamu.
10. Jasa Keperawatan dan Jasa Tenaga Administratif adalah pendapatan
kelompok yang dihasilkan akibat pelayanan keperawatan dan administrasi secara
kelompok merupakan bagian dari jasa pelayanan rumah sakit yang tercantum
dalam komponen tarif rumah sakit.
11. Tarif adalah imbalan atas barang dan/atau jasa yang diberikan oleh BLUD
termasuk imbalan hasil yang wajar dari investasi dana, dapat bertujuan untuk
menutup seluruh atau sebagian dari biaya perunit layanan
12. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada seseorang dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan dan
atau rehabilitasi medis.
13. Pelayanan Medico-Legal  adalah pelayanan kesehatan yang diberikan yang
berkaitan dengan kepentingan hukum.
14. Pelayanan Eksekutif adalah pasien yang dibawa oleh masing masing
dokter atau pasien yang berobat ke poliklinik eksekutif baik pagi maupun sore,
pasien yang dengan sengaja datang ke RSUD dan meminta pelayanan melalui
jalur pelayanan eksekutif, dan pasien yang berobat ke poliklinik eksekutif dan
dirawat di Ruang VIP A.
15. Pelayanan Ambulance (Ambulance Service)  adalah pelayanan transportasi
terhadap penderita gawat- darurat, evakuasi medis, jenazah dan/atau pelayanan
rujukan pasien dari tempat tinggal atau tempat kejadian pasien ke rumah sakit
atau sebaliknya dan/atau pelayanan rujukan pasien dari RSUD ke rumah sakit
lain atau sebaliknya.
16. Pelayanan Rawat Darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus
diberikan secepatnya untuk mencegah/menanggulangi risiko kematian atau
kecacatan
17. Jasa Sarana adalah imbalan yang diterima oleh RSUD atas pemakaian
sarana, fasilitas, alat kesehatan, bahan medis habis pakai, bahan non-medis
habis pakai, dan bahan lainnya yang digunakan langsung maupun tak langsung
dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi serta
merupakan pendapatan fungsional rumah sakit.

Azas Jasa Pelayanan RSUD terdiri dari:

1. proporsionalitas diukur dengan besarnya beban aset yang dikelola dan


besaran pendapatan rumah sakit;
2. kesetaraan yang memperhatikan industri pelayanansejenis; dan
3. Kepatutan yang melihat kemampuan rumah sakit dalammemberikan upah
kepada pegawai.

Kelompok penerima Jasa Pelayanan adalah sebagai berikut:

1. tenaga medis;
2. kelompok keperawatan yang terdiri dari
1. perawat instalasi gawat darurat, 
2. intensive care unit  (ICU),
3. perinatal dan
4. instalasi bedah sentral;
3. kelompok perawat rawat jalan, perawat gigi, hemodialisa dan medical
check up;
4. kelompok perawat rawat inap dan bidan kamar bersalin;
5. kelompok apoteker dan asisten apoteker;
6. kelompok dokter patologi klinis dan analis laboratorium;
7. kelompok dokter radiologi dan radiografer;
8. kelompok dokter rehab medik, fisioterafis dan tenaga teknis rehab medik;
9. kelompok administrasi (seluruh tenaga administrasi pada jajaran struktural
dan fungsional yang tidak memiliki jabatan);
10. kelompok jabatan struktural dan fungsional pada pusat biaya (cost
centre);  dan
11. direksi.

Proporsi Besaran Jasa Dalam Tarif Rumah Sakit

1. Proporsi jasa pelayanan dalam komponen tarif rumah sakit berdasarkan


ketentuan yang diatur melalui kebijakan direktur.
2. Proporsi jasa yang bersumber dari tarif paket Jaminan Kesehatan Nasional
sesuai dengan perhitungan proporsi jasa pelayanan umum yang dikonversikan
kedalam jasa Jaminan Kesehatan Nasional dengan besaran jasa pelayanan 40%
(empat puluh persen) dari tarif paket INA- CBGs setelah dipotong biaya farmasi
dan biaya habis pakai pelayanan penunjang.

Tata Laksana

1. Setiap penghasil jasa pelayanan diwajibkan memberikan kontribusi yang


diatur dalam Jasa Pelayanan.
2. Distribusi insentif terdiri dari insentif langsung dan insentif tidak langsung.
3. Insentif langsung diberikan kepada penghasil jasa pelayanan baik tenaga
medis,
1. kelompok tenaga keperawatan/setara dan kelompok administrasi
sesuai dengan proporsi yang telah ditentukan dalam Jasa Pelayanan sebesar
65% (enam puluh lima persen) dari proporsi jasa yang diterima dan
2. sebesar 35% (tiga puluh lima persen) sisanya didistribusikan ke pos
kebersamaan, direksi dan pejabat struktural selain direksi dan pejabat
fungsional non penghasil.
4. Sebesar 35% (tiga puluh lima persen) sisa didistribusikan ke:
1. pos kebersamaan sebesar 23% (dua puluh tiga persen);
2. insentif langsung direksi sebesar 8% (delapan persen);
3. insentif pejabat struktural selain direksi dan pejabat fungsional non
penghasil sebesar 4% (empat persen).
5. Insentif langsung
1. pelayanan farmasi ditetapkan sebesar 50% (lima puluh persen) dari
proporsi jasa yang diterima, dan
2. sebesar 50% (lima puluh persen) sisanya didistribusikan ke pos
kebersamaan, direksi, pejabat struktural selain direksi dan pejabat fungsional
non penghasil.
6. Sebesar 50% (lima puluh persen) sisa didistribusikan ke:
1. pos kebersamaan sebesar 38% (tiga puluh delapan persen);
2. direksi sebesar 8% (delapan persen);
3. pejabat struktural selain direksi dan pejabat fungsional non
penghasil sebesar 4% (empat persen).
7. Insentif tidak langsung diberikan kepada seluruh pegawai berdasarkan
indikator penilaian (indexing) yang sumberdananya berasal dari pos
kebersamaan.
8. Insentif pelayanan medical check up  dan pemeriksaannarkoba
didistribusikan ke:
1. direksi sebesar 10% (sepuluh persen);
2. pejabat struktural selain direksi dan pejabat fungsionalnon penghasil
sebesar 5% (lima persen);
3. tim medical chek up  dan tim pemeriksa narkoba sebesar 20% (dua
puluh persen);
4. pelaksana sebesar 65% (enam puluh lima persen).
9. Insentif pelayanan ambulance didistribusikan ke:
1. direksi sebesar 10% (sepuluh persen);
2. pejabat struktural selain direksi dan pejabat fungsional non
penghasil sebesar 5% (lima persen);
3. tim ambulance sebesar 85% (delapan puluh limapersen).
10. Insentif langsung pelayanan forensik ditetapkan sebesar 85% (delapan
puluh lima persen) dari proporsi jasa yang diterima dan sebesar 15% (lima belas
persen) sisanya didistribusikan ke direksi dan pejabat struktural selain direksi dan
pejabat fungsional non penghasil.
11. Sebesar 15% (lima belas persen) sisa sebagaimana dimaksud pada ayat
(10) didistribusikan ke:
1. direksi sebesar 10% (sepuluh persen);
2. pejabat struktural selain direksi dan pejabat fungsionalnon penghasil
sebesar 5% (lima persen).
12. Insentif langsung pelayanan eksekutif ditetapkan sebesar 85% (delapan
puluh lima persen) dari proporsi jasa yang diterima dan sebesar 15% (lima belas
persen) sisanya didistribusikan ke direksi dan pejabat struktural selaindireksi dan
pejabat fungsional non penghasil.
13. Sebesar 15% (lima belas persen) sisa didistribusikan ke:
1. direksi sebesar 10% (sepuluh persen);
2. pejabat struktural selain direksi dan pejabat fungsionalnon penghasil
sebesar 5% (lima persen).
14. Distribusi insentif langsung pelayanan poliklinikeksekutif sebesar 100%
(seratus persen) tanpa memberikan kontribusi ke direksi, pejabat struktural
selain direksi dan pejabat fungsional non penghasil dan pos kebersamaan.

Distribusi Insentif Direksi


1. insentif langsung direksi 8% (delapan persen) dari total jasa pelayanan
rumah sakit.
2. Distribusi insentif direktur adalah 4 (empat) kali insentif kepala bidang
atau kepala bagian.

Distribusi Insentif Pejabat Struktural Selain Direksi dan Pejabat


Fungsional Non Penghasil

1. Insentif langsung pejabat struktural selain direksi dan pejabat fungsional


non penghasil ditetapkan 5% (lima persen) dari total jasa pelayanan rumah
sakit.
2. Distribusi insentif pejabat struktural selain direksi adalah 3 (tiga) kali
insentif pejabat fungsional non penghasil.

Proporsi Jasa Medik Rawat Jalan

1. proporsi jasa medis pada rawat jalan adalah 65% (enam puluh lima
persen) dari total jasa pelayanan;
2. proporsi tindakan medis pada rawat jalan,
1. jasa medis 65% (enam puluh lima persen),
2. jasa keperawatan/setara 27% (dua puluh tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
3. tindakan kolaborasi keperawatan,
1. jasa keperawatan 65% (enam puluh lima persen),
2. jasa medis 27% (dua puluh tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
4. tindakan bedah minor ditetapkan proporsi jasa pelayanan,
1. dokter 85% (delapan puluh lima persen),
2. perawat 7% (tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
5. tindakan asisten bedah minor ditetapkan proporsi jasa pelayanan,
1. perawat 85% (delapan puluh lima persen),
2. dokter 7% (tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen).

Proporsi Jasa Medik Rawat Inap

1. Visite Rawat Inap


1. proporsi jasa medis pada visite di ruang perawatan adalah 65%
(enam puluh lima persen) dari total jasa pelayanan yang tercantum dalam
tarif,
2. jasa pelayanan keperawatan/setara 27% (dua puluh tujuh persen)
dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
2. tindakan kolaborasi keperawatan,
1. jasa keperawatan/setara 65% (enam puluh lima persen),
2. jasa medis 27% (dua puluh tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
3. asuhan keperawatan,
1. jasa keperawatan 85% (delapan puluh lima persen),
2. jasa medis 7% (tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
4. tindakan persalinan dokter ditetapkan proporsi jasa pelayanan,
1. dokter 85% (delapan puluh lima persen),
2. bidan 7% (tujuh persen) dan jasa pelayanan
3. administrasi 8% (delapan persen);
5. tindakan asisten persalinan ditetapkan proporsi jasa pelayanan,
1. bidan 85% (delapan puluh lima persen),
2. dokter 7% (tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
6. tindakan resusitasi bayi baru lahir ditetapkan proporsi jasa pelayanan,
1. dokter 85% (delapan puluh lima persen),
2. perawat 7% (tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
7. tindakan asisten resusitasi bayi baru lahir ditetapkan proporsi jasa
pelayanan,
1. perawat/bidan 85% (delapan puluh lima persen),
2. dokter 7% (tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen).
Proporsi instalasi gawat darurat:

1. proporsi Jasa tindakan dokter


1. jasa dokter untuk pemeriksaan atau tindakan adalah 65% (enam
puluh lima persen) dari jasa pelayanan yang tercantum dalam tarif,
2. jasa pelayanan keperawatan/setara 27% (dua puluh tujuh persen)
dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
2. tindakan kolaborasi keperawatan,
1. proporsi jasa tindakan tersebut 65% (enam puluh lima persen)
2. jasa keperawatan/setara, jasa medik 27% (dua puluh tujuh persen)
dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
3. asuhan keperawatan gawat darurat,
1. jasa keperawatan/setara 85% (delapan puluh lima persen),
2. jasa medik 7% (tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
4. tindakan bedah minor ditetapkan proporsi jasa pelayanan,
1. dokter 85% (delapan puluh lima persen),
2. perawat 7% (tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
5. tindakan asisten bedah minor ditetapkan proporsi jasa pelayanan,
1. perawat 85% (delapan puluh lima persen),
2. dokter 7% (tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
6. tindakan persalinan dokter ditetapkan proporsi jasa pelayanan,
1. dokter 85% (delapan puluh lima persen),
2. perawat 7% (tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
7. tindakan asisten persalinan ditetapkan proporsi jasa pelayanan,
1. bidan 85% (delapan puluh lima persen),
2. dokter 7% (tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
8. tindakan resusitasi bayi baru lahir ditetapkan proporsi jasa pelayanan,
1. dokter 85% (delapan puluh lima persen),
2. perawat 7% (tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
9. tindakan asisten resusitasi bayi baru lahir ditetapkan proporsi jasa
pelayanan,
1. perawat/bidan 85% (delapan puluh lima persen),
2. perawat 7% (tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen)

instalasi penunjang:

1. instalasi radiologi,
1. proporsi jasa medis 85% (delapan puluh lima persen) dari jasa
pelayanan medis,
2. radiografer 7% (tujuh persen) dan
3. pelayanan administrasi 8% (delapan persen)
4. Apabila dokter tidak melakukan pemeriksaan proporsi jasa
pelayanan radiografer 85% (delapan puluh lima persen) dari jasa pelayanan
paramedis, perawat ruang pengirim 7% (tujuh persen) dan jasa pelayanan
administrasi 8% (delapan persen);
2. instalasi laboratorium patologi klinik,
1. proporsi jasa medis 42,5% (empat puluh dua koma lima persen)
dari jasa pelayanan dan
2. proporsi analis sebesar 42,5% (empat puluh dua koma lima persen),
3. perawat ruang pengirim 7% (tujuh persen) dan
4. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
3. instalasi rehabilitasi medik,
1. proporsi jasa medis 46% (empat puluh enam persen) dari jasa
pelayanan dan
2. proporsi fisioterapis sebesar 46% (empat puluh enam persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen)
4. apabila dokter rehabilitasi medik tidak hadir hadir, dan
1. proporsi jasa medis 27% (dua puluh tujuh persen) dari jasa
pelayanan dan
2. proporsi fisioterapis sebesar 65% (enam puluh lima persen)
dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen) r;
4. instalasi gizi,
1. proporsi jasa pelayanan konsultasi gizi adalah 85% (delapan puluh
lima persen) dari total jasa pelayanan medis/nutrisionis,
2. jasa perawat 7% (tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen)
4. sedangkan proporsi jasa pelayanan asuhan gizi adalah 85%
(delapan puluh lima persen) jasa pelayanan nutrisionis, perawat 7% (tujuh
persen) dan pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
5. instalasi farmasi,
1. proporsi jasa apoteker adalah 40% (empat puluh persen),
2. jasa pelayanan asisten apoteker secara kelompok 52% (lima puluh
dua persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
6. instalasi pemulasaraan jenazah,
1. pelayanan visum luar jenazah dan bedah jenazah, proporsi jasa
medis forensik adalah 65% (enam puluh lima persen),
2. jasa pelayanan tenaga lain pada lingkungan pemulasaraan jenazah
27% (dua puluh tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen) dan
7. untuk pelayanan sewa ruang jenazah,
1. proporsi jasa pelayanan petugas pemulasaraan jenazah 85%
(delapan puluh lima persen),
2. jasa pelayanan kelompok keperawatan 7% (tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
8. Khusus untuk jenazah dari luar rumah sakit, jasa pelayanan penitipan
jenazah, sewa lemari pendingin dan perawatan jenazah, proporsi jasa pelayanan
ditetapkan
1. petugas pemulasaraan jenazah 92% (sembilan puluh dua persen)
dan
2. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
9. instalasi hemodialisa,
1. proporsi jasa pelayanan medis adalah 46% (empat puluh enam
persen) dari jasa tindakan,
2. jasa pelayanan kelompok perawat 46% (empat puluh enam persen)
dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
10. pelayanan pendidikan dan pelatihan, jasa pelayanan diklat ditetapkan 50%
(lima puluh persen) dari tarif diklat dengan
1. proporsi pembagian untuk instalasi diklat 92 (sembilan puluh dua
persen) dan
2. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
11. pelayanan mobil jenazah dan ambulance,
1. proporsi jasa pelayanan mobil jenasah dan ambulance adalah sopir
92% (sembilan puluh dua persen) dan
2. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen) dari jasa
pelayanan RSUD.

instalasi bedah sentral:

1. proporsi tindakan operasi


1. jasa medis operator 85% (delapan puluh lima persen),
2. perawat kamar operasi 7% (tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen);
2. proporsi apabila dokter anestesi hadir
1. jasa medis anestesi 46% (empat puluh enam),
2. perawat anestesi 46% (empat puluh enam) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen)
3. apabila dokter anestesi tidak hadir,
1. jasa medis anestesi 65% (enam puluh lima persen),
2. perawat anestesi 27% (dua puluh tujuh persen) dan
3. jasa pelayanan administrasi 8% (delapan persen) apabila dokter
anestesi hadir;

insentif langsung pelaksana dari jasa pelayanan medical check


up  adalah sebagai berikut:

1. dokter spesialis penyakit dalam sebesar 10%(sepuluh persen);


2. dokter spesialis kesehatan jiwa sebesar 28% (duapuluh delapan persen);
3. dokter spesialis radiologi sebesar 13,5% (tiga belas koma lima persen);
4. dokter spesialis patologi klinik sebesar 19,5%(Sembilan belas koma lima);
5. kelompok perawat sebesar 4,5% (empat koma limapersen);
6. kelompok analis sebesar 19,5% (Sembilan belas komalima persen);dan
7. kelompok paramedis radiologi 5% (lima persen).

insentif langsung pelaksana dari jasapelayanan medical check


up  komplit adalah sebagai berikut:

1. dokter spesialis penyakit dalam sebesar 31% (tigapuluh satu persen);


2. dokter spesialis radiologi sebesar 8,5% (delapankoma lima persen);
3. dokter spesialis patologi klinik sebesar 20% (duapuluh persen);
4. kelompok perawat sebesar 12% (dua belas persen);
5. kelompok analis sebesar 20% (dua puluh persen);dan
6. kelompok paramedis radiologi sebesar 8,5% (delapankoma lima persen).

Insentif pelayanan pemeriksaan narkoba digolongkan sebagai pelayanan


eksekutif, dengan insentif langsung pelaksana dari

1. jasa pelayanan pemeriksaan narkoba sebesar 30% (tiga puluh persen)


untuk dokter kesehatan jiwa,
2. 35% (tiga puluh lima persen) untuk dokter spesialis patologi klinik dan
3. 35% (tiga puluh lima persen) untuk kelompok analis.
Share this:

 Twitter

 Facebook

 LinkedIn

 Telegram

 WhatsApp

 Print

 Email


Tata Kelola SDM Klinik sesuai Permenkes No 14 Tahun 2021May 19, 2021In "Fasilitas Pelayanan
Kesehatan"

Kewenangan Klinis dokter, Dokter Spesialis di IndonesiaApril 13, 2021In "Perumahsakitan"

Tunjangan Kelangkaan Bagi DokterMay 13, 2021In "Fasilitas Pelayanan Kesehatan"

AKREDITASIDOKTERDOKTER GIGIDOKTER
SPESIALISGAJIINSENTIFJASAKESEJAHTERAANKOMITE MEDIKKOMITE
MUTUPELAYANANRUMAH SAKITSTAF
Post navigation
Previous Post: Tunjangan Kelangkaan Bagi Dokter
Next Post:Tata Kelola SDM Kesehatan di Rumah Sakit UPDATE Permenkes No 14
Tahun 2021
LEAVE A REPLY

RECENT POSTS

o Standar Laboratorium Medis dalam Permenkes No 14 tahun 2021  May 26,


2021
o Standar dan Fasilitas Unit Tranfusi darah dalam Permenkes No 14 Tahun
2014 May 25, 2021
o Penyederhanaan Perijinan Wisata Medis, upaya Mendorong Medical
Tourism di Indonesia May 25, 2021
o Tata Kelola SDM Klinik sesuai Permenkes No 14 Tahun 2021  May 19, 2021
o Standar Fasilitas Klinik Pratama dalam Permenkes No 14 Tahun 2021  May
19, 2021
o Ijin Pendirian dan Ijin Operasional Rumah Sakit, dalam Permenkes No 14
Tahun 2021 May 19, 2021
o Tata Kelola SDM Kesehatan di Rumah Sakit UPDATE Permenkes No 14
Tahun 2021 May 19, 2021
o Jasa Pelayanan Dokter dan Dokter Spesialis di Rumah Sakit (sebuah
skematis) May 14, 2021
o Tunjangan Kelangkaan Bagi Dokter May 13, 2021
o Panduan Kemahkamahan dalam MKEK 2018 May 12, 2021
o Perubahan Manajemen Rsud Pasca Pemberlakukan Pp No 72 Tahun 2019
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang
Perangkat Daerah May 7, 2021
o Alur Penanganan Pasien Pada Masa Bencana (Pandemi)  May 7, 2021
o Pembiayaan Pemeriksaan Kedokteran Forensik di Indonesia  May 6, 2021
o Pencabutan Sip Dokter Dan Dokter Spesialis May 6, 2021
o Desain Bangunan Instalasi Kedokteran Forensik di Rumah Sakit
Indonesia April 27, 2021
o Layak di tahan, Layak di pemeriksa dan layak di Sidang  April 27, 2021
o Kumpulan Pertanyaan dan Jawaban Seputar Rekam Medik April 23, 2021
o Pendekatan Kewilayahan dalam upaya Menurunkan Defisit ANggaran BPJS
Kesehatan April 19, 2021
o Kebutuhan Kesehatan Dasar dalam Pelayanan Kesehatan BPJS
Kesehatan April 16, 2021
o Prosedur Pelayanan kesehatan akibat tindak pidana penganiayaan,
kekerasan seksual, korban terorisme, dan tindak perdagangan yang ditanggung
LPSK April 16, 2021
o Pelayanan Kesehatan Peserta JKN KIS yang DItanggung di FKTP April 15,
2021
o Anggota Keluarga yang ditanggung BPJS Kesehatan April 15, 2021
o Pelayanan Kesehatan yang Ditanggung BPJS Kesehatan April 15, 2021
o Pelayanan Kesehatan yang tidak ditanggung BPJS Kesehatan dan
Bagaimana solusi nya April 15, 2021
o Hak dan Kewajiban Pasien serta Dokter dalam UU No 29 Tahun 2004
tentang praktek Kedokteran April 15, 2021
o Hak dan Kewajiban Pasien dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan April 15, 2021
o Hak dan Kewajiban Tenaga Kesehatan di Indonesia dalam UU No 36
Tahun 2014 tentang Tenaga kesehatan April 15, 2021
o Keputusan Etik DOkter di Indonesia April 15, 2021
o Hak Pasien dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia  April 15, 2021
o Standar Fasilitas Ruang Otopsi di Instalasi Forensik dan medikolegal  April
14, 2021
o PENUGASAN KLINIS (Clinical Appointment) April 14, 2021
o Implementasi Regulasi-regulasi Komite Medik April 14, 2021
o Kewenangan Klinis dokter, Dokter Spesialis di Indonesia  April 13, 2021
o Penyusunan Buku Putih ‘WHITE BOOK’ dalam Peraturan KKI No 42 tahun
2016 April 13, 2021
o Panduan Penyusunan Buku Putih ‘white paper’ DOKTER di Indonesia  April
13, 2021
o Analisis Medikolegal untuk Pelayanan Kedokteran April 10, 2021
o Cara Pemasangan Rambu Keselamatan di Rumah Sakit April 10, 2021
o Hospital Safety Index (HSI) April 10, 2021
o Hazard and Vulnerability Analysis (HVA) April 10, 2021
o Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining Control
(HIRADC) April 10, 2021

ARCHIVES

o May 2021
o April 2021
o March 2021
o February 2021
o January 2021
o December 2020
o March 2020
o February 2020
o January 2020
o December 2019
o November 2019
o October 2019
o September 2019
o August 2019
o July 2019
o June 2019
o May 2019
o April 2019
o March 2019
o February 2019
o December 2018
o November 2018
o July 2018
o June 2018
o May 2018
o April 2018
o February 2018
o September 2017
o August 2017
o June 2017
o May 2017
o April 2017
o March 2017
o May 2016
o April 2016
o January 2016
o October 2015
o July 2015
o April 2015
o March 2015

CATEGORIES

o Etika Kedokteran (11)
o Fasilitas Pelayanan Kesehatan (70)
o Kebangsaan (12)
o Perumahsakitan (302)
o Uncategorized (3)

META

o Register
o Log in
o Entries feed
o Comments feed
o WordPress.com
BLOG STATS

o 2,262,415 hits

DR GALIH ENDRADITA M

o Healthcare and Hospital Consultant (IKKESINDO


Batch 4)

Website Powered by WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai