Cinta Yang Berimbas-Anekdot Trilema
Cinta Yang Berimbas-Anekdot Trilema
500 Days of summer seperti menceritakan sebuah anekdot berjudul trilema sebuah
hubungan. Entah sinis entah bercanda, anekdot tersebut memetakan susahnya
menjalani sebuah hubungan romantis yang tidak impas. Ada tiga hal yang
dipertaruhkan: kepintaran, kejujuran, dan dukungan yang tulus untuk hubungan
tersebut. Hanya dua yang bisa dipenuhi, tidak mungkin semuanya. Jika seseorang jujur
dan pintar, tidak mungkin mendukung hubungan yang tak impas. Jika seseorang jujur
dan mendukung hubungan itu, sudah pasti bukan orang yang pintar. Jika seseorang
pintar dan mendukung secara tulus, kamu tentu sedang membohongi diri. Tidak mudah
untuk mencari kata dalam bahasa Indonesia yang benar-benar ‘hubungan manusia’,
dan ada pula yang mengalihbahasakannya menjadi ‘hubungan antar manusia’. Secara
harfiah terjemahan tersebut mungkin tidak salah, tetapi kedua-duanya tidak
mengandung makna yang sebenarnya yang dikandung oleh human relations itu, seperti
penokohan dalam film 500 days of summer.
500 Days of Summer menceritakan tentang trilema tersebut. Jelas kalau film
tersebut bercerita tentang sebuah hubungan yang tidak impas antara laki-laki dan
perempuan. Ceritanya berpusat pada lima ratus hari ketika Tom Hansen dan Summer
Finn jatuh cinta, berhubungan, dan berpisah secara tiba-tiba. Mereka pertama kali
bertemu di sebuah rapat. Tom bekerja sebagai penulis di sebuah perusahaan kartu
ucapan, di mana Summer direkrut sebagai asisten baru bosnya Tom. Seusai acara
karaoke, di mana Tom dengan manisnya menyanyikan Here Comes Your Man-nya
Pixies, seorang teman kerja dalam keadaan mabuk memberi tahu Summer kalau Tom
tertarik dengannya. Sang perempuan secara mengejutkan mengakui kalau dia juga
tertarik dengan Tom. Bisa ditebak, beberapa bulan ke depan, hubungan keduanya
makin erat. Namun, di tengah perkembangan yang positif ini, Summer menegaskan ke
Tom kalau dia tidak sedang dan tidak berniat mencari pacar.
Di sisi lain, kaum perempuan semakin sadar akan potensi dirinya. Mereka tahu
mereka punya semacam kekuatan di atas para pria. Namun kekuatan tersebut hanya
efektif dalam hubungan interpersonal. Patriarki terlalu mengakar di masyarakat kita
sehingga tidak ada cukup ruang bagi perempuan untuk mendominasi pria sepenuhnya.
Akibatnya, mengutip Simone de Beauvoir, laki-laki dilihat masyarakat sebagai makhluk
hidup, sementara perempuan sebagai spesies betina. Setiap kali seorang perempuan
berperilaku layaknya makhluk hidup yang rasional, maka ia akan dianggap sedang
meniru perbuatan laki-laki. Oleh karena itu, ketika seorang perempuan menolak
memberi kepastian pada seorang laki-laki, sebenarnya ia sedang melukai ego laki-laki
tersebut. Laki-laki tidak terbiasa pada posisi didominasi, dan melalui penolakan
perempuan sebenarnya sedang mendominasi pria. Ketidakpastian akan status
kepemilikan adalah bentuk dominasi yang bisa dilakukan perempuan atas pria.
Dengan ego maskulinnya yang terluka, seorang pria hampir pasti selalu bereaksi
setelah ditolak. Dia akan berusaha menarik perhatian si perempuan kembali, dan
menjadikannya hubungannya dengan si perempuan menjadi hubungan yang berlabel.
Ditolak secara terus-menerus pada waktu yang lama, laki-laki akan menjalani siklus
penegasian dirinya — ia akan menganggap dirinya tidak penting lagi. Yang penting
hanyalah si perempuan, dan pihak laki-laki menganggap segala usahanya selama ini
sebagai pengorbanan. Namun perempuan punya pendapat lain; dia melihat aksi negasi
diri si laki-laki sebagai kesuksesan, karena pada titik itu laki-laki seperti bersedia
menyerahkan dirinya ke tangan perempuan, dan membiarkan nasibnya ditentukan oleh
si perempuan. Fenomena seperti inilah yang saya sebut sebagai hubungan yang tidak
impas.
Romansa versi modern itulah yang mengutuk hubungan Tom dan Summer.
Keduanya adalah anak muda, dengan latar belakang kultural yang kuat, dan bekerja di
industri kreatif. Terlebih lagi, keduanya cocok. Summer adalah tipenya Tom, dan Tom
adalah tipenya Summer. Tom mencari perempuan yang bisa menyamai selera
musiknya, sementara Summer mencari laki-laki yang bisa mengimbangi selera
humornya yang nyeleneh. Ketika mereka bertemu, mereka tidak mungkin tidak
berhubungan. Masalahnya, Tom menyalahartikan keterbukaan Summer sebagai
tindakan menyerahkan diri — ia tidak cukup paham kedalaman motivasi Summer. Bagi
Tom, keintiman adalah satu langkah menuju hubungan yang lebih stabil, sementara
bagi Summer keintiman hanyalah taman bermain yang bisa ditinggalkan kapan saja.
Summer tidak setertarik itu dengan Tom.
Oleh karena itu pisahnya mereka berdua menjadi momen yang sangat emosional
bagi Tom. Setiap hari dia sendirian menganalisa kembali apa saja yang pernah terjadi
dalam hubungannya, mana yang salah, mana yang tidak, dan seterusnya. Proses
penyalahan diri ini terjadi cukup lama sehingga Tom sampai lupa masalah sebenarnya
dalam hubungan dia dan Summer—iia hanya bisa mengingat kenangan-kenangan
manis bersama Summer. Sampai pembicaraan hati-ke-hati dengan sobat dan saudara,
Tom akhirnya sadar bahwa hubungannya dengan Summer tidak memiliki fondasi yang
kuat, dan bisa selesai kapan saja Summer mau. Setelahnya, Tom bisa melanjutkan
hidupnya dengan perempuan lain, sementara Summer sudah jauh lebih dulu jalan
dengan laki-laki lain.