Anda di halaman 1dari 6

Analisis Film Pendek “The Lift”

MK Psikologi Komunikasi
Kelas C

Tiara Febriani 1810411095

Program Studi Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“Jakarta
2019
Sinopsis

Bianco, perusahaan outfit yang berfokus pada sepatu membuat film pendek yang
menceritakan “kisah percintaan terhebat yang pernah diceritakan” kata-kata ini dilansir dari
deskripsi box channel milik Bianco itu sendiri. Film pendek “The Lift” berlatar di suatu gedung
perkantoran, yang dimana di dalam kisah ini menceritakan ketidaksengajaan seorang pria dan
seorang wanita bertemu di dalam lift. Cerita film pendek “The Lift” diawali dari masuknya seorang
pria dengan pakaian yang rapih (menggunakan jas) kedalam lift, yang akhirnya disusul oleh
seorang wanita yang berpakaian model casual dengan mantel panjang berwarna coklat memasuki
Lift tersebut.

Ketika Lift mulai menutup pintu secara otomatis, pria tersebut menoleh ke arah wanita
disamping kanannya. Pria tersebut mulai menganalisa wanita tersebut, apakah mereka pernah
bertemu sebelumnya atau tidak. Hasil analisis singkat yang ia lakukan memunculkan persepsi
bahwa wanita tersebut trelihat seperti ibunya ketika masih muda. Wanita tersebut juga mulai
menganalisa pria tersebut, ia melihat pria tersebut terlihat manis, dan memiliki aroma keringat
yang baik. Selain mengamati pria, wanita tersebut juga mengamati angka lantai yang ditekan oleh
pria disampingnya. Wanita tersebut memiliki berfikir bahwa pada lantai 19 tersebut merupakan
perusahaan arsitektur sehingga ia menarik persepsi bahwa pria tersebut seorang yang kreatif,
namun ia mulai ragu dan memikirkan bahwa pada lantai 19 merupakan perusahaan akuntan, ia
menarik persepsi lagi pria tersebut memiliki keuangan yang baik, ayahnya pasti akan menyukai
pria tersebut. Dalam perjalanan lift mencapai tujuan mereka masing-masing pria tersebut
berkeinginan untuk mengajak wanita tersebut untuk memulai percakapan. Namun, karena lift
tersebut sudah sampai tujuan pria ke lantai 19, pria tersebut mengurungkan niatnya. Wanita yang
menyadari sikap pria yang menimbulkan persepsi kalau pria tersebut tidak memperhatikan wanita
tersebut sama sekali.

Setelah pertemuan ketidaksengajaan antara pria dan wanita, mereka mulai saling
memperhatikan, dan memulai kesengajaanan agar dapat bertemu lagi. Pada kesempatan pertama
(hari selanjutnya), suasana di dalam Lift sangat ramai sehingga mereka terpisah jauh. Meskipun
begitu, mereka saling memperhatikan. Pada kesempatan kedua, pria tersebut memiliki niatan
kembali untuk memulai percakapan dengan “kita tidak bisa bertemu dengan cara yang seperti ini”
dan mengharapkan ekspresi tertawa dari wanita, namun apabila wanita tersebut tidak tertawa juga
tidak apa-apa setidaknya si pria sudah berusaha. Sayangnya, pada kesempatan kedua si pria tidak
bertemu dengan si wanita, ia malahan bertemu dengan seorang pria yang lebih tua daripadanya.
Pada kesempatan ketiga, suasana lift ramai dan cuaca diluar gedung hujan yang mengakibatkan
keduanya basah kuyup. Wanita sedang memakai mascara namun karena mascara yang dipakai
tidak tahan air, akhirnya membuat area bawah matanya terlihat gelap. Wanita tersebut menoleh ke
arah pria, dengan harapan pria tersebut tidak melihat wanita tersebut dengan keadaan mascara yang
berantakan. Namun, pria tersebut melihatnya dan merasakan wanita tersebut memperhatikannya.
Pada kesempatan keempat wanita tersebut memiliki keinginan untuk bertemu sampai ia merelakan
pekerjaannya tertinggal. Keadaan ini juga disusul si pria yang menyiapkan rangkaian mawar
merah. Sayangnya, mereka tidak bertemu pada kesempatan keempat. Pada kesempatan kelima,
pria menggunakan sepeda untuk datang ke kantornya sehingga ia menggunakan pakaian yang
didesain khusus untuk pengendara sepeda, sedangkan si wanita yang terburu-buru untuk memasuki
lift melihat tampilan pria tersebut, membuat persepsi bahwa pria tersebut merupakan tipe orang
yang suka berolahraga, sedangkan pria merasa malu untuk bertemu dengan pakaian yang
dikhususkan untuk pengendara sepeda tersebut.

Mereka terus mencoba untuk saling bertemu didalam lift, namun yang mereka lakukan
hanya sekedar menoleh maupun bertatap mata saja, tidak ada tindakan yang mereka lakukan untuk
saling berinteraksi, walaupun dari dalam diri mereka terdapat keinginan untuk saling berinteraksi.
Sampai akhirnya, mereka hanya memiliki kesempatan terakhir yang dikarenakan wanita tersebut
dipecat dari pekerjaanya. Seperi pertemuan pertama secara tidak sengaja, ketika wanita tersebut
membawa barang-barang perlatan pekerjaanya dalam box, ia bertemu dengan si pria. Si pria
berpikir bahwa wanita tersebut telah dipecat, wanita tersebut juga berpikir ia memulai percakapan
bahwa dirinya baru saja dipecat. Fikiran-fikiran tersebut akhirnya menjadi fantasi singkat yang
dipikirkan keduanya, bahwa akan menjadi romantis serta sempurna apabila dihari wanita tersebut
dipecat, ia menemukan tambatan hatinya, lalu mungkin saja wanita dan pria tersebut akan menikah
musim panas ini, dan mereka akan tertawa. Namun mereka sadar untuk menyapa saja belum
pernah, dan tindakan yang seharusnya dilakukan ialah mulai menoleh dan memulai percakapan.
Namun keadaan menjadi canggung ketika keduanya saling bertatapan, dan pria tersebut tersenyum
kecil, sedangkan wanita terlihat kaget. Dengan keadaan yang canggung, wanita tersebut akhirnya
meninggalkan lift, sedangkan pria tertahan di dalam lift dengan masukna banyak orang kedalam
lift. Film pendek ini diakhiri oleh slogan merek perusahaan Bianco yaitu “Step Out Of Your Head”.

Analisis
Dari sinopsis yang telah dipaparkan mengenai film “The Gift” yang dibuat oleh perusahaan
Binaco, dapat dianalisis sebagai berikut:

Dalam Pendekatan Psikologi

Pada pandangan pendekatan psikoanalisis, Saya menganalisis dari teori kepribadian


(struktur mind) yang dikemukakan oleh Sigmund Freud dimana saat bertemu seorang pria di dalam
lift, wanita tersebut dalam keadaan sadar (consciousness) dimana ia memiliki persepsi kepada pria
tersebut. Sedangkan, pria tersebut juga dalam keadaan sadar ketika melihat pertama kali melihat
wanita tersebut, hal yang membedakan ialah disaat ia teringat wanita tersebut terlihat seperti
ibunya saat masih muda, hal ini menyebabkan pria tersebut berada dalam keadaan setengah sadar
(preconsciousness). Selain itu, Perilaku pria dan wanita tersebut menghasilkan interaksi antara tiga
subsistem yang sama, dimana Id dominan libido memiliki keinginan untuk bertukar sapa terhadap
lawan jenisnya karena mereka sama sama memiliki perasaan ketertarikan, namun ego yang
menjadi mediator menyikapi untuk tidak melakukannya, akibatnya ketika ego menyerah pada
tuntutan Id maka ia akan dihukum oleh ego dengan perasaan rasa bersalah (gultiy) hal ini memang
tidak terlihat didalam film pendek tersebut karena di akhir film si pria tetap berada di dalam lift
yang dimasuki oleh banyak orang, namun hal ini kemungkinan dapat terjadi apabila film ini
memiliki durasi tambahan untuk menceritakan perasaan wanita dan pria tersebut mengetahui
kesempatan terakhirnya tidak dapat terealisasikan untuk saling bertukar sapa.

Dalam pendekatan behaviorisme, saya menganalisis pertemuan pria dan wanita tersebut
tergolong konsekuensi yang menyenangkan, sehingga antara pria maupun wanita tersebut
memiliki keinginan untuk bertemu kembali di dalam lift. Dalam Pendekatan humanistik, keduanya
memiliki keinginan untuk menjadi diri yang lebih baik didepan lawan jenisnya, dengan berpakaian
yang lebih rapih daripada biasanya maupun membeli rangakaian mawar merah. Walaupun pada
kesempatan kelima si pria merasa malu karena berpakaian olahraga karena mengendarai sepeda,
wanita tersebut merasa lebih tertarik karena mengetahui si pria merupakan seseorang yang
menyukai olahraga.

Dalam Sikap

Pria dan wanita yang berada di Film pendek tersebut memiliki sikap perasaan positif
mengenai kognisinya, sehingga pria dan wanita tersebut cenderung mendekati objek sikap
tersebut. Dalam pengukuran sikap saya menganalisis bahwa keduanya memiliki sikap senang
karena dapat berdampingan didalam lift.

Dalam Komunikasi Intrapersonal

Pria dan wanita dalam film pendek tersebut saling memberikan persepsi
interpersonal terhadap lawan jenisnya dengan petunjuk wajah yang terjadi saat
kesempatan terakhir untuk bertukar sapa, dimana saat mereka ingin memulai
percakapan mereka sama-sama bertatap muka, pria tersebut tampak tersenyum kecil
sedangkan wanita tersebut terlihat kaget hal ini akhirnya membuat wanita tersebut
keluar dari lift dan meninggalkan pria tersebut. Selain itu mereka saling menilai
lawan jenisnya dengan petunjuk artifaktual yang terjadi pada saat pertemuan
pertama kali, pertemuan kelima saat pria memakai baju sporty, serta saat pertemuan
terakhir disaat wanita dipecat dari pekerjaanya.

Pada saat wanita melihat tombol lift yang ditekan oleh pria, wanita tersebut
melakukan stereotyping terhadap pria tersebut dimana apabila dilantai 19
merupakan perusahaan arsitektur maka pria tersebut merupakan orang yang kreatif,
sedangkan apabila dilantai 19 merupakan perusahaan akuntan maka pria tersebut
merupakan orang yang dapat mengelola uang dengan baik sehingga ayahnya
mungkin akan menyukai pria tersebut.

Dalam Komunikasi Interpersonal

Baik pria maupun wanita saat berada didalam lift berdua, mereka memiliki sensasi yang
dimana mata serta hidung (wanita) mengubah informasi menjadi bahasa yang dipahami otak,
dimana keduanya memiliki persepsi-persepsi positif antara lawan jenisnya sehingga menimbulkan
ketertarikan dan berkeinginan untuk bertukar sapa. Tindakan perhatian terjadi pada pertemuan pria
dan wanita yang kelima, dimana pria memakai baju sporty yang belum pernah ia kenakan saat
bertemu dengan si wanita, hal ini membuat wanita lebih memperhatikan pria dan memberikan
perasaan ketertarikan lebih daripada sebelumnya. Karena keduanya sama-sama memiliki
ketertarikan, hal ini menyebabkan memori yang dibentuk pada proses short-term memory
mengkoding dan menghasilkan long-term memory sehingga, saat mereka kembali bertemu mereka
saling mengenali satu sama lain. Dalam pola pikir, antara pria dan wanita sama-sama berpikir
secara autistik, dimana saat kesempatan terakhirnya mereka berkhayal untuk saling menjalin kasih,
lalu merencanakan pernikahan pada musim panas.

Sedangkan dalam cara berpikir realistik pria memiliki pola pikir deduktif saat pertama kali
bertemu, dimana ia mencoba mengingat apakah ia pernah menemui wanita disampingnya, lalu
dilanjutkan bahwa wanita tersebut terlihat seperti ibunya saat masih muda, dalam pandangan
wanita ia berpola pikir deduktif dimana ia berpikir pria disampingnya terlihat manis dan memiliki
aroma keringat yang baik, lalu dilanjutkan dengan berpikir pekerjaan yang dilakukan oleh pria
tersebut saat melihat tombol lift yang ditekan oleh pria tersebut. Mereka sama-sama berpikir
dengan pola evaluative mengenai gagasan (persepsi) yang dibentuk oleh keduanya menyimpulkan
bahwa lawan jenisnya merupakan seseorang yang baik. Mereka sama-sama menentukan keputusan
untuk saling bertukar sapa pada kesempatan yang terakhir disaat wanita dipecat dari pekerjaanya,
namun keinginan tersebut tidak dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai