Anda di halaman 1dari 14

2.

4 BILANGAN GENAP, GANJIL DAN HUBUNGAN KETERBAGIAN

DEFINISI BILANGAN GENAP

𝑁 bilangan bulat genap jika 𝑁 = 2𝑘, dengan k bilangan bulat

DEFINISI BILANGAN GANJIL

𝑁 bilangan bulat ganjil jika 𝑁 = 2𝑘 + 1, dengan k bilangan bulat

TEOREMA 2.1

a. Jumlah dari dua bilangan genap adalah bilangan genap.


b. Jumlah dari dua bilangan ganjil adalah bilangan genap.
c. Hasil perkalian dari dua bilangan ganjil adalah bilangan ganjil.
d. Jika bilangan genap dikalikan dengan bilangan bulat apapun, maka hasilnya bilangan genap.

Bukti

a. Misalkan 𝑀, 𝑁 bilangan genap, maka c. Misalkan 𝑀, 𝑁 bilangan ganjil, maka


berdasarkan definisi, 𝑀 = 2𝑘, 𝑁 = 2𝑙, berdasarkan definisi, 𝑀 = 2𝑘 + 1, 𝑁 =
dengan 𝑘, 𝑙 bilangan bulat. 2𝑙 + 1, dengan 𝑘, 𝑙 bilangan bulat.
𝑀 + 𝑁 = 2𝑘 + 2𝑙 𝑀𝑁 = (2𝑘 + 1)(2𝑙 + 1)
= 2(𝑘 + 𝑙) = 4𝑘𝑙 + 2𝑘 + 2𝑙 + 1
= 2(2𝑘𝑙 + 𝑘 + 𝑙) + 1
∴ TERBUKTI
∴ TERBUKTI

b. Misalkan 𝑀, 𝑁 bilangan ganjil, maka d. Misalkan 𝑀 bilangan genap, maka


berdasarkan definisi, 𝑀 = 2𝑘 + 1, 𝑁 = berdasarkan definisi, 𝑀 = 2𝑘, dengan 𝑘
2𝑙 + 1, dengan 𝑘, 𝑙 bilangan bulat. bilangan bulat.
𝑀 + 𝑁 = 2𝑘 + 1 + 2𝑙 + 1 𝑎 bilangan bulat
= 2𝑘 + 2𝑙 + 2 𝑀𝑎 = (2𝑘)𝑎
= 2(𝑘 + 𝑙 + 1) = 2𝑎𝑘

∴ TERBUKTI ∴ TERBUKTI

CONTOH 2.2

Dari pasangan (𝑥, 𝑦) berikut, hanya satu yang tidak memenuhi persamaan 187𝑥 − 104𝑦 = 41

Berikut pasangannya: (107,192), (211,379), (314,565), (419,753)


Jawab

187𝑥 − 104𝑦 = 41

187𝑥 = 41 + 104𝑦

Didapat ruas kanan adalah bilangan ganjil karena ganjil ditambah genap adalah ganjil, sehingga ruas
kiri adalah bilangan ganjil. Agar didapat ruas kiri bilangan ganjil, maka x harus ganjil.

∴ Pasangan yang tidak memenuhi persamaan 187𝑥 − 104𝑦 = 41 adalah (314,565).

CONTOH 2.3

Beritahu temanmu untuk meletakkan koin nilai genap disalah satu tangannya dan koin nilai ganjil di
tangan lainnya tanpa kamu ketahui. Katakan padanya untuk mengalikan nilai koin ditangan kanannya
dengan 8 dan 3 untuk tangan kirinya serta memberitahumu jumlahnya. Jika dia memberitahumu
bilangan genap, maka 10 sen di tangan kirinya. Jelaskan triknya!

Jawab

Misalkan 𝑅 = koin dikanan dan 𝐿 = koin dikiri, maka

8𝑅 + 3𝐿 = 𝑋

8𝑅 = 𝑋 − 3𝐿

Menurut teorema 2.1 poin d, 8𝑅 pasti genap

Jika 𝑋 genap maka 3𝐿 genap. Karena 3𝐿 genap, maka 𝐿 genap. Karena 𝐿 genap, maka koin nilai genap
dikiri.

Jika 𝑋 ganjil maka 3𝐿 ganjil. Karena 3𝐿 ganjil, maka 𝐿 ganjil. Karena 𝐿 ganjil, maka koin nilai ganjil dikiri.

DEFINISI HUBUNGAN KETERBAGIAN

Bilangan bulat 𝑁 yang habis dibagi 𝑎 ≠ 0 jika 𝑁 = 𝑎𝑘, dengan 𝑘 bilangan bulat

𝑎|𝑁 artinya a membagi 𝑁

CONTOH 2.4

Tunjukkan bahwa untuk sebarang bilangan bulat k, (2𝑘 + 1)2 − (2𝑘 − 1)2 habis dibagi 8!

Jawab

(2𝑘 + 1)2 − (2𝑘 − 1)2 = (4𝑘 2 + 4𝑘 + 1) − (4𝑘 2 − 4𝑘 + 1) = 8𝑘


∴ 8 merupakan faktor dari 8 sehingga terbukti benar bahwa (2𝑘 + 1)2 − (2𝑘 − 1)2 habis dibagi 8.

CONTOH 2.5

Seorang pria membeli apel dengan harga 3 sen per buah dan jeruk dengan harga 6 sen per buah. Ia
menyerahkan $5 dan mendapat kembalian $4.12, apakah kembaliannya benar?

Jawab

Misalkan 𝑎 = apel, 𝑏 = jeruk

3𝑎 + 6𝑏 = 500 − 412

3𝑎 + 6𝑏 = 88

3(𝑎 + 2𝑏) = 88

∴ Karena ruas kiri habis dihabis 3 sedangkan ruas kanan tidak, maka kembaliannya bukan $4.12.

CONTOH 2.6

Ingat! Poligon beraturan memiliki sisi dan sudut yang sama. Jika
diambil empat persegi, lalu mengaturnya disatu titik sehingga tidak
ada ruang yang tersisa. Jika diambil enam segitiga sama sisi dan
kongruen, lalu mengaturnya disatu titik sehingga tidak ada ruang
yang tersisa. Tunjukkan bahwa hanya ada tiga poligon beraturan
yang dapat kita lakukan ini.

Jawab
180(𝑛−2)
Setiap sudut interior poligon beraturan adalah 𝑛
dengan 𝑛 jumlah sisinya

Jika k poligon disatukan di satu titik sehingga tidak ada ruang yang tersisa, maka jumlah sudut di pusat
harus 360°.
180(𝑛−2) Karena ruas kiri bilangan bulat, maka ruas kanan
𝑘( 𝑛
) = 360
4
juga bilangan bulat. Karena 𝑘−2
bilangan bulat,
𝑛−2
𝑘( 𝑛
)=2 maka 𝑘 − 2 harus membagi 4. Karena 𝑘 − 2
membagi 4, maka 𝑘 − 2 harus 1, 2 atau 4
𝑛𝑘 − 2𝑘 = 2𝑛
sehingga didapatkan 𝑘 = 3, 4 atau 6.
2𝑘 4
𝑛 = 𝑘−2 = 2 + 𝑘−2 Disubstitusikan ke 𝑛, didapat 𝑛 = 6, 4 atau 3.

∴ Terbukti benar bahwa hanya ada tiga poligon beraturan yang dapat dilakukan hal ini, yaitu segienam,
segiempat dan segitiga.
TEOREMA 2.7

Jika 𝑎|𝑀 dan 𝑎|𝑁, maka 𝑎|𝑀 + 𝑁 dan 𝑎|𝑀 − 𝑁

Bukti: Berdasarkan definisi, 𝑀 = 𝑎𝑘, 𝑁 = 𝑎𝑙, dengan 𝑘, 𝑙 bilangan bulat

𝑀 + 𝑁 = 𝑎𝑘 + 𝑎𝑙 𝑀 − 𝑁 = 𝑎𝑘 − 𝑎𝑙

= 𝑎(𝑘 + 𝑙) = 𝑎(𝑘 − 𝑙)

∴ TERBUKTI

CONTOH 2.8

Tunjukkan bahwa satu-satunya bilangan bulat positif n yang membagi bilangan bulat 𝑎 dan 𝑎 + 1
adalah 1

Jawab

Dengan menggunakan teorema 2.7, didapatkan (𝑎 + 1) − 𝑎 = 1

∴ Terbukti benar bahwa satu-satunya bilangan bulat positif n yang membagi bilangan bulat 𝑎 dan 𝑎 +
1 adalah 1.

TEOREMA 2.9

Jika 𝑎|𝑀 dan 𝑁 bilangan bulat apapun, maka 𝑎|𝑀𝑁

Bukti: Berdasarkan definisi, 𝑀 = 𝑎𝑘, dengan 𝑁, 𝑘 bilangan bulat Catatan!


𝑀𝑁 = (𝑎𝑘)𝑁  Jika suatu bilangan memiliki puluhan digit 𝑡
dan satuan digit 𝑢, maka nilainya 10𝑡 + 𝑢.
= 𝑎(𝑁𝑘)  Jika suatu bilangan memiliki ratusan h,
∴ TERBUKTI puluhan digit 𝑡 dan satuan digit 𝑢, maka
nilainya 100ℎ + 10𝑡 + 𝑢.
 Dan seterusnya.

CONTOH 2.10

Jika digit dari dua digit angka dibalik, maka angka yang dihasilkan 9 satuan lebih besar dari bilangan
aslinya. Jumlah dari bilangan asli dan bilangan yang dibalik adalah 55. Temukan bilangan aslinya!

Jawab

Misalkan bilangan asli nilainya 10𝑡 + 𝑢, dengan 𝑡 digit puluhan , 𝑢 digit satuan

bilangan dibalik nilainya 10𝑢 + 𝑡, dengan 𝑢 digit puluhan , 𝑡 digit satuan


Diketahui bilangan dibalik 9 satuan lebih besar Diketahui jumlah dari bilangan asli dan dibalik
dari bilangan aslinya. adalah 55.

10𝑡 + 𝑢 = (10𝑢 + 𝑡) + 9 (10𝑡 + 𝑢) + (10𝑡 + 𝑢) = 55

9𝑢 − 9𝑡 = 9 11𝑢 + 11𝑡 = 11(5)

9(𝑢 − 𝑡) = 9 𝑢 + 𝑡 = 5 ……… (ii)

𝑢 − 𝑡 = 1 ……… (i)

Menjumlahkan persamaan (i) dan (ii)

(𝑢 − 𝑡) + (𝑡 + 𝑢) = 1 + 5

2𝑢 = 6

𝑢=3 𝑡=2

∴ Bilangan yang dibalik adalah 23 sehingga bilangan aslinya adalah 32 artinya 23 + 9 = 32 dan 23 +
9 = 32

CONTOH 2.11

Tunjukkan bahwa jika diambil 3 digit dan mengacak digitnya, maka hasil dari selisihnya habis dibagi 9

Jawab

Misal bilangan asli = 100ℎ + 10𝑡 + 𝑢, dengan ℎ digit ratusan, 𝑡 digit puluhan, 𝑢 digit satuan

bilangan diacak = 100𝑢 + 10𝑡ℎ + 𝑡, dengan 𝑢 digit ratusan, ℎ digit puluhan, 𝑡 digit satuan

Asumsikan bilangan diacak lebih besari dari bilangan asli, maka

100𝑢 + 10𝑡ℎ + 𝑡 − (100ℎ + 10𝑡 + 𝑢) = 99𝑢 − 90ℎ − 9𝑡

= 9(11𝑢 − 10ℎ − 𝑡)

∴ Terbukti bahwa jika diambil 3 digit dan mengacak digitnya, maka hasil dari selisihnya habis dibagi 9

2.4 BILANGAN PRIMA

Bilangan prima merupakan sebuah bilangan yang memiliki tepat dua pembagi positif, yaitu 1 dan dirinya
sendiri dan lebih dari 1, Misalkan:
2 merupakan bilangan prima karena jika difaktorkan, 2= 2x1, sehingga memiliki dua pembagi positif yakni
1 dan bilangan itu sendiri yakni 2.
Bilangan komposit adalah bilangan asli lebih dari 1 yang bukan merupakan bilangan prima. Bilangan
komposit dapat dinyatakan sebagai faktorisasi bilangan bulat, atau hasil perkalian dua bilangan prima atau
lebih.
Misalkan 10 adalah bilangan komposit sebab: 10=2x5 , 2 dan 5 adalah bilangan prima hasil faktorisasi dari
10.

TEOREMA 2.1
Setiap bilangan komposit N dapat difaktorkan menjadi bilangan-bilangan prima

Setiap kali melakukan faktorisasi misalkan bilangan N, akan difaktorkan dengan bilangan prima, jika
hasilnya merupakan bilangan prima maka proses pemfaktoran dihentikan, Yang terjadi apabila dilakukan
pemfaktoran kembali sebuah bilangan prima dengan bilangan prima bisa maka hasilnya bukan bilangan
prima lagi. Misalkan 2 dibagi dengan 2 hasilnya 1 yang bukan bilangan prima. Maka oleh karena itu
bilangan komposit N bisa dinyatakan menjadi bilangan-bilangan prima

LEMMA 2.15
Setiap bilangan bulat N> 1 adalah bilangan prima, atau dapat difaktorkan menjadi bilangan prima.

Dengan menggunakan definisi bilangan prima dan bilangan komposit, dapat disimpulkan bahwa untuk
bilangan bulat N>1 ,jika punya dua pembagi namun hanya 1 dan bilangan komposit merupakan bilangan
prima,sedangkan bilangan komposit merupakan bilangan yang merupakan hasil perkalian-perkalian
bilangan prima atau kata lainya dapat difaktorkan dengan bilangan prima, sehingga tidak mungkin ada
bilangan bulat yang lebih dari 1 namun bukan bilangan prima atau bilangan komposit.

TEOREMA 2.16
Jika 𝑝 bilangan prima, dan (𝑝|𝑎𝑏) maka (𝑝|𝑎) atau (𝑝|𝑏)

Misalkan (p│a) Karena p merupakan bilangan prima sehingga p hanya bisa difaktorkan oleh 1 dan p itu
sendiri sehingga untuk sembarang bilangan a, maka FPB(p,a)=1, Karena (p│ab) dan FPB (p,a) = 1 sehingga
disimpulkan (p│b). Untuk kasus p tidak habis membagi b maka berlaku (p│a)

Jika kita mulai membuat daftar bilangan prima secara berurutan, kita memiliki: 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19,
dan seterusnya dan tampaknya tidak ada perbedaan yang sangat besar antara bilangan prima berurutan.
Misalnya, 2 dan 3 berbeda 1; 3 dan 5 berbeda dua, seperti halnya 5 dan 7; 7 dan 11 berbeda 4. Bagaimana
kalau 10000?
Jawabannya, bisa, kita bisa menemukan 10.000 bilangan yang berurutan, yakni: (10.001)! + 2, (10.001)! +
3, (10.001)! + 4, ..., (10.001)! + 10.001!. (Ingat bahwa 10.001! Adalah hasil dari semua bilangan bulat dari
1 hingga 10.001.)

Kunci untuk membuktikan bahwa ini semua komposit adalah 10.001! habis dibagi oleh masing-masing
angka, seterusnya hingga 10.001. Pertama (10.001)! + 2, adalah hasil penjumlahan dari dua bilangan yang
masing-masing habis dibagi 2 sehingga habis dibagi 2. Bilangan kedua dalam himpunan tersebut, (10,001)!
+ 3, adalah jumlah dari dua bilangan, yang masing-masing habis dibagi 3, sehingga habis dibagi tiga.
Demikian pula seterusnya Dengan cara ini, kita melihat bahwa setiap 10.000 bilangan dalam himpunan ini
adalah komposit. Teorema berikutnya akan memberi fakta terkait hal ini.

TEOREMA 2.17
Jika 𝑁 adalah bilangan bulat positif, kita dapat menemukan deret 𝑁 bilangan komposit yang berurutan.

Andaikan N, (N + 1)! + 2, (N + 1)! + 3, (N + 1)! + 4, ... (N + 1)! + (N + 1). Kesemua bilangan dalam deret
merupakan komposit, yang bilangan pertama karena merupakan hasil penjumlahan dari 2 bilangan yang
habis dibagi 2. Yang kedua karena merupakan hasil penjumlahan dari dua bilangan yang habis dibagi tiga,
dan seterusnya, Ini menunjukkan bahwa akan muncul deret bilangan N yang berurutan yang semakin
besar dan hasil penjumlahanya merupakan komposit.

TEOREMA 2.18
Ada tak terhingga banyak bilangan prima.

Bukti: Andaikan ada berhingga banyak bilangan prima, misalkan p1, p2, ..., pn adalah semua bilangan prima.
Dibentuk M=p1p2p3.......pn+1. Berdasarkan Lemma 2.15, maka M memiliki suatu pembagi prima, yaitu
terdapat suatu bilangan prima Pi sedemikian hingga (pi│M) Diketahui pi │ p1p2p3.......pn dan 1 = M −
p1p2p3.......pn, akibatnya pi |1. Hal ini tidak mungkin terjadi karena pi > 1. Oleh karena itu terbukti banyak
bilangan prima tak terhingga jumlahnya

LEMMA 2.19
Jika ada bilangan terkecil, N, yang dapat difaktorkan menjadi bilangan prima dengan dua cara berbeda,
maka bilangan prima apapun dalam satu faktorisasi N tidak akan terjadi pada faktorisasi N. lainnya.

Dengan kontradiksi, misalkan N merupakan bilangan terkecil yang dapat difaktorkan dengan dua cara,
andaikan N= p1p2p3.......pn dan N= q1q2q3.......qn maka kita dapat berasumsi bahwa p1=q1 sehingga N=
𝑁 𝑁
p1p2p3.......pn dan N= p1q2p3.......qk Jika dibagi dengan p1 menghasilkan 𝑃 = p2p3.......pn dan 𝑃 = q2p3.......qk
1 1
𝑁
Sehingga 𝑃 dapat difaktorkan dengan dua cara yakni p2p3.......pn q2p3.......qk, namun ternyata lebih kecil
1
dari N. Ini bertentangan dengan fakta bahwa N adalah angka terkecil yang dapat difaktorkan dengan cara
yang berbeda. Terbukti bahwa jika ada bilangan terkecil yang dapat difaktorkan menjadi bilangan prima
dengan dua cara berbeda, mereka tidak dapat memiliki faktor persekutuan.

TEOREMA 2.20
Setiap bilangan asli yang lebih dari satu dapat difaktorkan menjadi bilangan-bilangan prima hanya
dengan satu cara.

Ini memperkuat lemma 2.19 bahwa penyajian faktorisasi sebuah bilangan asli itu hanya satu cara, dan
hasil faktorisasi tersebut unik. dikenal pula sebagai teorema dasar aritmatika. Maksud unik dalam teorema
tersebut adalah bahwa untuk setiap anggota bilangan komposit (bilangan bulat positif yang lebih dari 1)
hanya dapat dinyatakan dalam satu kombinasi perkalian bilangan prima. Contohnya adalah 11 x 3 = 33.
Tidak ada bilangan prima lain selain 11 dan 3 yang bila dikombinasikan dengan perkalian akan
menghasilkan 33.
Dengan kontradiksi bahwa ada Setiap bilangan asli yang lebih dari satu dapat difaktorkan menjadi
bilangan-bilangan prima lebih dari satu cara. Oleh karena itu, harus ada bilangan asli terkecil yang tidak
dapat difaktorkan menjadi bilangan prima hanya dengan satu cara. Andaikan N= p1p2p3.......pn dan N=
q1q2q3.......qn dan p≠q,Misalkan p1<q1 Karena rencananya membuat bilangan P lebih kecil dari N dengan
dua faktorisasi berbeda, dan ini akan bertentangan fakta bahwa N adalah bilangan terkecil. Sehingga:
P= (q1-p1)q2.........qk.......................................(1)
Berdasarkan sebelumnya, maka (q1-p1)<q1, sehingga:
(q1-p1) q2.........qk< q1q2q3.......qk (dikalikan q2q3.......qk ...................................... (2)
Dari (1) dan (2) disimpulkan P<N

Sekarang kita akan membuktikan P punya dua pemfaktoran yang berbeda


Faktorisasi pertama P diperoleh dari persamaan (1). Semua q adalah bilangan prima dan tidak ada satu
pun yang p1, tetapi q1 - p1 mungkin bukan bilangan prima dan mungkin memiliki p1 sebagai faktor. Yang
mungkin terjadi jika q1 - p1 punya faktor p1
Q1-p1=kp1
Q1=kp1+p1
Disimpulkan bahwa q1 merupakan hasil perkalian dari prima p1, Kenyataanya q1 adalah prima dan tidak
memiliki faktor yang lebih dari satu dan bilangan itu sendiri. Jadi faktorisasi dari P dalam (1) tidak terdapat
p1...................................(3)
Sekarang kita akan mencari cara lain untuk memfaktorkan P yang terdapat p1, kita beri sebuah kontradiksi:
P= (q1-p1)q2.........qk
=q1q2....qk-p1q2.....qk
=N- p1q2.....qk (lihat definisi N sebelumnya)
=p1p2.......pn- p1q2.....qk (berdasarkan definisi N lainya)
=p1(p2.......pn- q2.....qk)........................(4)
Faktorisasi terakhir ini memberi kita faktorisasi lain dari P yang TIDAK mengandung faktor tersebut p1.

Jadi, kita menganggap bilangan N terkecil yang tidak memiliki faktorisasi unik, dan menghasilkan bilangan
P yang lebih kecil yang tidak memiliki faktorisasi unik. Salah satu faktorisasi P seperti pada persamaan (4)
memiliki faktor p1 di dalamnya, yang lainnya dalam persamaan (1) tidak dapat diwujudkan dalam
persamaan (3). Ini bertentangan dengan fakta bahwa N adalah bilangan terkecil yang tidak memiliki
faktorisasi unik. Kontradiksi ini muncul dari asumsi bahwa ada beberapa bilangan yang tidak memiliki
faktorisasi unik, sehingga ada bilangan yang terkecil. Jadi, asumsi ini salah, Kesimpulanya semua bilangan
asli yang lebih besar dari 1 memiliki faktorisasi unik menjadi bilangan-biangan prima.

CONTOH
Buktikan log 2 3 irrasional
𝑎
Dengan kontradiksi, anggaplah log2 3 rasional, lalu log2 3= dimana a dan b merupakan bilangan bulat
𝑏
𝑎
positif, sehingga 2 =3 ,masing-masing ruas dipangkatkan dengan b didapat 2a=3b
𝑏

Kesimpulanya bilangan bulat positif N dapat ditulis dengan dua cara berbeda sebagai hasil bilangan prima.
Yakni hasil pemfaktoran pertama yakni 2 dan hasil pemfaktoran kedua adalah 3, Ini bertentangan dengan
Teorema 2,20, sehingga asumsi bahwa log2 3
rasional tidak mungkin benar. Oleh karena itu, log2 3 tidak rasional.

Ada cara lain untuk membuktikan teorema 2 setelah kita mengetahui teorema yang lain.
Jika (p│ab), maka pk = ab untuk beberapa bilangan bulat k pembagi dari ab. Faktorkan kedua sisi
persamaan ini menjadi bilangan prima. Karena hanya ada satu cara untuk memfaktorkan sebuah bilangan
menjadi bilangan prima, dan p muncul di sisi kiri persamaan sebagai faktor, p juga harus muncul di sisi
kanan persamaan sebagai faktor juga. Artinya, p harus muncul sebagai faktor dari a atau b. Dan terbukti.

PRIMA RELATIF
Dua bua bilangan a dan b dikatakn relatif prima (atau disebut juga koprima) jika fpb (a,b)=1, dengan kata
lain a dan b tidak mempunyai faktor prima bersama.
Contoh: 10 dan 17 adalah relatif prima karena 10=2x5 dan 17=17x1, artinya tidak ada diantara 10 dan 17
yang punya faktor prima yang sama.

TEOREMA 2.22
Jika a dan b relatif prima, dan jika (a│kb) untuk beberapa bilangan bulat k, maka (a│k)

Pembuktian:
Jika (a│kb) maka semua faktor prima dari a akan membagi kb, Tetapi karena a dan b tidak memiliki faktor
prima yang sama, semua faktor prima dari a harus membagi k. Dan, jika semua faktor prima dari a
membagi k, maka k berisi semua faktor prima dari a dan merupakan kelipatan dari a. Kesimpulanya a
membagi k.

TEOREMA BILANGAN PRIMA


Gauss pernah berkata: Andaikan π(N) adalah banyaknya bilangan prima yang kurang atau sama dengan
N. Misalkan N=10, artinya bilangan prima yang kurang dari 10 adalah 2,3,5,7 sehingga π(N)=4, Gauss
𝜋(𝑁) 1
membahas rasio 𝑁
,tenyata untuk N yang nilainya sangat besar dapat dinyatakanln 𝑁 Untuk
𝜋(𝑁)
membuktikan misalkan N=1000000, ternyata 𝑁
= 0,0784 dan
1 𝜋(𝑁) 1
ln 𝑁
=0,0723 , untuk N= =10000000, ternyata 𝑁
= 0,0664 dan ln 𝑁
=0,0620 ,Memang masih memiliki
perbedaan, Mungkin dugaan Gauss benar, Apakah ini benar? Tentu saja ini baru sebuah dugaan.
kenyataanya 100 tahun kemudian barulah terbukti kebenaraan Gauss ini.
2.5 ALGORITMA PEMBAGIAN

TEOREMA 2.22
(Algoritma Pembagian) Jika suatu bilangan bulat 𝑁 dibagi dengan bilangan bulat positif 𝑏, maka akan
selalu ada bilangan bulat q0 dan sisa r dimana 0  𝑟  𝑏, dengan 𝑞0 dan 𝑟 adalah unik.

𝑁 = 𝑏𝑞 + 𝑟

- 𝑟 adalah sisa terkecil, di mana 𝑟  𝑏,


misalkan 𝑟  𝑏,
maka 𝑟 – 𝑏  0, sehingga ada sisa pembagian oleh b yang lebih kecil
hal ini kontradiksi dengan pernyataan awal,
sehingga benar bahwa 𝑟  𝑏
- 𝑏  0, sebab 𝑏  𝑟 dan 𝑟  𝑎
- 𝑞 merupakan hasil bagi 𝑁 oleh 𝑏, di mana 𝑏 adalah bilangan bulat positif, dengan 𝑟 sebagai sisa
positif minimum, sehingga 𝑞 anggota bilangan bulat.
Bukti

Akan dibuktikan bahwa 𝑁 = 𝑏𝑞 + 𝑟 benar untuk 𝑁 positif:

Diketahui 𝑟0

Maka 𝑁– 𝑟  𝑁

𝑏𝑞 + 𝑟– 𝑟  𝑏𝑞 + 𝑟 Berapapun nilai 𝑏𝑞, pernyataan tersebut bernilai


benar sebab 𝑟  0.
𝑏𝑞  𝑏𝑞 + 𝑟

Jadi 𝑁 = 𝑏𝑞 + 𝑟 benar untuk 𝑁  0

Akan dibuktikan bahwa 𝑁 = 𝑏𝑞 + 𝑟 benar untuk 𝑁 negatif:

Diketahui 𝑁 = 𝑏𝑞 + 𝑟 Karena r  0, hal ini tidak mungkin, sehingga

Misalkan 𝑁 = 𝑏𝑞1 + 𝑟1 dengan 𝑁 positif −𝑁 = 𝑏(−𝑞1 − 1) + 𝑏 − 𝑟1

Sehingga −𝑁 = −(𝑏𝑞1 + 𝑟1 ) −𝑁 = 𝑏(−𝑞1 − 1) + (𝑏 − 𝑟1 ), 𝑏𝑟


sehingga 𝑏 – 𝑟  0
Maka −𝑁 = −𝑏𝑞1 − 𝑟1
−𝑁 = 𝑏(−𝑞1 − 1) + 𝑟2 , dengan 𝑞 ∈ 𝑍
−𝑁 = 𝑏(−𝑞1 ) − 𝑟1
−𝑁 = 𝑏(−𝑞1 − 1) + 𝑟2

−𝑁 = 𝑏𝑞2 + 𝑟2

Jadi 𝑁 = 𝑏𝑞 + 𝑟 benar untuk 𝑁  0


2.6 FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR (FPB) DAN ALGORITMA EUCLID

FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR (FPB)

Faktor Persekutuan Terbesar atau yang secara umum disebut The Greatest Common Divisor (GCD)
dinotasikan dengan gcd (𝑎, 𝑏)menyatakan angka terbesar yang dapat membagi masing-masing 𝑎 dan 𝑏.

Jika gcd (𝑎, 𝑏) = 1, maka 𝑎 dan 𝑏 koprima (relatif prima atau saling prima) artinya 𝑎 dan 𝑏 tidak
memiliki satu pun faktor prima yang sama.

𝑔𝑐𝑑(𝑎, 𝑏) dapat diketahui dengan memfaktorkan masing-masing a dan b dan memilih serta mengalikan
setiap bilangan prima dengan pangkat terkecil yang sekaligus menjadi faktor dari kedua 𝑎 dan 𝑏.

Contoh. gcd (𝑎 5 𝑏2 𝑐, 𝑎4 𝑏3 𝑑 2 ) = 𝑎4 𝑏2

Perlu diketahui bahwa

gcd (a,a) = a, sebab masing-masing dari a habis dibagi a

gcd (a,1) = 1, sebab 1 merupakan satu-satunya faktor dari 1 itu sendiri dan habis membagi setiap bilangan

gcd (a,0) = a, sebab a habis membagi 0 dan menjadi faktor terbesar dari a itu sendiri

ALGORITMA EUCLID

Algoritma Euclid adalah sebuah metode yang berfungsi untuk mencari gcd dari dua bilangan. Algoritma
Euclid memudahkan dalam mencari gcd dari angka yang sangat besar dan sukar untuk difaktorkan.

TEOREMA 2.26

(Algoritma Euclid I) Jika a dan b adalah bilangan bulat, maka gcd (𝑎, 𝑏) = gcd (𝑏, 𝑎 − 𝑏)

gcd (𝑎, 𝑏) = gcd (𝑏, 𝑎 − 𝑏)

Dengan a  b

Dari teorema 2.7, diketahui bahwa jika 𝑚|𝑎 dan 𝑚|𝑏, maka 𝑚|𝑎 − 𝑏 dan 𝑚|𝑎 + 𝑏

Sehingga misalkan m adalah gcd (𝑎, 𝑏), maka 𝑚 akan habis membagi masing-masing 𝑎, 𝑏, 𝑎 − 𝑏.

Karena 𝑛 | 𝑎 − 𝑏 dan 𝑛 | 𝑏 secara otomatis 𝑛 | 𝑎

Jadi terbukti bahwa gcd (𝑎, 𝑏) = gcd (𝑏, 𝑎 − 𝑏)


TEOREMA 2.28

(Algoritma Euclid 2) Diasumsikan 𝑎  𝑏 dan ketika 𝑎 dibagi 𝑏 akan bersisa 𝑟, maka

𝑔𝑐𝑑(𝑎, 𝑏) = 𝑔𝑐𝑑 (𝑏, 𝑟)

𝑔𝑐𝑑(𝑎, 𝑏) = 𝑔𝑐𝑑(𝑏, 𝑟)

Dari teorema 2.26, gcd(a+1,a) diketahui sama dengan gcd(a,1) yaitu 1, sehingga dapat dituliskan sebagai:

𝑔𝑐𝑑(𝑎 + 1) = 1

𝑔𝑐𝑑(𝑎 + 1, 𝑎) = 𝑔𝑐𝑑(𝑎, 1) = 1

𝑔𝑐𝑑(2𝑎 + 1, 𝑎) = 𝑔𝑐𝑑(𝑎 + 1, 𝑎) = 𝑔𝑐𝑑(𝑎, 1) = 1

𝑔𝑐𝑑(3𝑎 + 1, 𝑎) = 𝑔𝑐𝑑(2𝑎 + 1, 𝑎) = 𝑔𝑐𝑑(𝑎 + 1, 𝑎) = 𝑔𝑐𝑑(𝑎, 1) = 1

𝑔𝑐𝑑(𝑎𝑘 + 1, 𝑎) = 𝑔𝑐𝑑(𝑎(𝑘 − 1) + 1, 𝑎) = . . . . = 𝑔𝑐𝑑(𝑎, 1) = 1

Berdasarkan algoritma pembagian, setiap bilangan bulat N dapat ditulis sebagai bq+r.

Karena 𝑎  𝑏 dan 𝑎 = 𝑏𝑞 + 𝑟

Maka,

𝑔𝑐𝑑(𝑎, 𝑏) = 𝑔𝑐𝑑(𝑏, (𝑏𝑞 + 𝑟 − 𝑏))

= 𝑔𝑐𝑑((𝑏 − 1)𝑞 + 𝑟, 𝑏)

= 𝑔𝑐𝑑(𝑏, 𝑟)

Sehingga teorema 2.28 terbukti benar.

TEOREMA 2.30

Jika g adalah faktor persekutuan terbesar dari 𝑎 dan 𝑏, maka 𝑔 = 𝑚𝑎 + 𝑛𝑏, dengan 𝑚 dan 𝑛 anggota
bilangan bulat

𝑔 = 𝑚𝑎 + 𝑛𝑏

Misalkan s merupakan bilangan positif terkecil hasil 𝑚𝑎 + 𝑛𝑏, maka akan berlaku: 𝑠 = 𝑚0 𝑎 + 𝑛0 𝑏

Berdasarkan teorema 2.7, jika 𝑠|𝑎 dan 𝑠|𝑏, maka 𝑠 membagi 𝑚0 𝑎 + 𝑛0 𝑏


Jika 𝑔 adalah 𝑔𝑐𝑑(𝑎, 𝑏) maka 𝑠  𝑔

Berdasarkan teorema 2.28, 𝑔𝑐𝑑(𝑎, 𝑏) = 𝑔𝑐𝑑(𝑏, 𝑎 − 𝑏) = 𝑔, dengan 𝑔 juga selisih terkecil dari 𝑚𝑎 + 𝑛𝑏
sehingga 𝑔  𝑠, maka 𝑠 = 𝑔.

COROLLARY 2.31

Jika 𝑎 dan 𝑏 adalah relatif prima, maka akan ada bilangan bulat 𝑚 dan 𝑛 sedemikian sehingga

𝑚𝑎 + 𝑛𝑏 = 1

Bukti:

Jika 𝑎 dan 𝑏 relatif prima, maka 𝑔𝑐𝑑(𝑎, 𝑏) = 1

Berdasarkan teorema 2.30, 𝑔 = 𝑚𝑎 + 𝑛𝑏 dengan 𝑔 adalah gcd dari 𝑎 dan 𝑏, serta 𝑚 dan 𝑛 adalah anggota
bilangan bulat positif. Sehingga dapat dituliskan:

𝑔 = 𝑚𝑎 + 𝑛𝑏, 𝑔𝑐𝑑(𝑎, 𝑏) = 1

1 = 𝑚𝑎 + 𝑛𝑏

LEAST COMMON MULTIPLE (LCM)

Least Common Multiple atau yang secara umum disebut Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)
dinotasikan dengan 𝑙𝑐𝑚(𝑁1 , 𝑁2 ) menyatakan angka terkecil yang menjadi kelipatan dari masing-
masing 𝑁1 dan 𝑁2 .

lcm dapat diketahui dengan memfaktorkan masing-masing 𝑁1 dan 𝑁2 , dan mengalikan setiap faktor prima
dengan pangkat terbesar.

Contoh. 𝑙𝑐𝑚(𝑎5 𝑏2 𝑐, 𝑎4 𝑏3 𝑑2 ) = 𝑎5 𝑏3 𝑐𝑑2

TEOREMA 2.30

Jika N1 dan N2 adalah bilangan asli, maka 𝑙𝑐𝑚(𝑁1 , 𝑁2 ) . 𝑔𝑐𝑑(𝑁1 , 𝑁2 ) = 𝑁1 𝑁2 .

𝑙𝑐𝑚(𝑁1 , 𝑁2 ) . 𝑔𝑐𝑑(𝑁1 , 𝑁2 ) = 𝑁1 𝑁2

Bukti:
𝑙𝑐𝑚(𝑁1 , 𝑁2 ) merupakan hasil perkalian setiap faktor prima yang dimiliki 𝑁1 dan 𝑁2 dengan hanya
mengambil faktor prima berpangkat tertinggi untuk setiap bilangan yang menjadi faktor persekutuan 𝑁1
dan 𝑁2 . Sehingga setiap faktor persekutuan dengan pangkat terkecil dari 𝑁1 dan 𝑁2 diabaikan.

𝑔𝑐𝑑(𝑁1 , 𝑁2 ) merupakan hasil perkalian dari hanya faktor persekutuan 𝑁1 dan 𝑁2 , dan setiap bilangan
yang digunakan adalah bilangan berpangkat terkecil yang menjadi faktor 𝑁1 dan 𝑁2 sekaligus. Sehingga
setiap faktor yang hanya dimiliki oleh salah satu 𝑁1 atau 𝑁2 dan faktor persekutuan dari 𝑁1 dan
𝑁2 diabaikan.
𝑁1 𝑁2
𝑙𝑐𝑚(𝑁1 , 𝑁2 )  𝑔𝑐𝑑(𝑁1 , 𝑁2 ) = (𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑘𝑢𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑁1 𝑑𝑎𝑛  𝑔𝑐𝑑(𝑁1 , 𝑁2 )
𝑁2 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙)

𝑁1𝑁2 (setiap faktor persekutuan N1 dan N2


= (𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑘𝑢𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑁1 𝑑𝑎𝑛 
𝑁2 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙) yang memiliki pangkat terkecil)

Jadi terbukti bahwa 𝑙𝑐𝑚(𝑁1 , 𝑁2 ) . 𝑔𝑐𝑑(𝑁1 , 𝑁2 ) = 𝑁1 𝑁2 .

Anda mungkin juga menyukai