Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

HIRSCHPRUNG DAN ATRESIA ANI

OLEH

NAMA : EDWAR SEVENTRI

NIM : 180101046

PRODI : S1 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES PIALA SAKTI PARIAMAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada asisten yang telah memberikan bimbingan
kepada penulis dan teman-teman yang telah memberikan bantuanya sehingga makalah
“Hirschprung Dan Atresia Ani“bisa disusun dengan baik dan rapi.

Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Pariaman, 6 November 2020

Penulis

Edwar Seventri
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….

BAB I.PENDAHULUAN

a.Latar Belakang……………………………………………………………………..

b.Rumusan masalah…………………………………………………………………..

c.Tujuan………………………………………………………………………………

BAB II.PEMBAHASAN

a.Hirschprung…………………………………………………………………………

b.Atresia Ani………………………………………………………………………….

BAB III.PENUTUP

a.Kesimpulan…………………………………………………………………………

b.Saran………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Atresia rekti dan anus & hisprung merupakan kelainan gangguan pada neonatus. Atresia
rekti dan anus adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk
mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.
Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan
bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum. Hirschsprung atau Mega
Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion dalam rectum atau bagian
rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya
peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily & Sowden : 2000 ). Penyakit
Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus
tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih
banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000 ).
B. Rumusan Masalah
1. Defenisi Hirschsprung
2. Defenisi Atresia Ani

C. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan menambah pengetahuan kepada para
pembaca khususnya kepada mahasiswa ilmu kesehatan mengenai penyakit hisprung atresia rekti
dan anus. Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi syarat dalam proses pembelajaran pada mata
kuliah kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. ATRESIA REKTI DAN ANUS
A.Definisi
Atresia ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk
mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.
Atresia ani atau anus imperforata disebut sebagai malformasi anorektal, adalah suatu kelainan
kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna, termasuk Agenesis ani, Agenesis rekti
dan Atresia rekti. Insiden 1 : 5000 kelahiran yang dapat muncul sebagai penyakit tersering yang
merupakan syndrom VACTRERL ( Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb).
Dalam asuhan neonatus tidak sedikit dijumpai adanya kelainan cacat kongenital pada anus
dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan
pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus akan mudah
terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau
pemeriksaan perineum. Kelainan kongenital pada anus ini biasanya disebabkan karena putusnya
saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam
kandungan berusia 12 minggu /3 bulan, dan adanya gangguan atau berhentinya perkembangan
embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara
minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
B. Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
a)      Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur.
b)      Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
c)      Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,
rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat
sampai keenam usia kehamilan
C. Patofisiologi
            Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena :
a)      Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
b)      Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur
c)      Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan
pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan
d)      Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan
Terdapat tiga macam letak :
Ø Tinggi (supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis)
dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak upralevator
biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital
Ø Intermediate → rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya
Ø Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan
ujung rectum paling jauh 1 cm. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum Pada
laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius
D. Manifestasi Klinis
a.  Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
b. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
c.  Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
d.  Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
e.  Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
f.  Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
g.  Perut kembung.
E. Faktor predisposisi
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir seperti :
a. Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral, anal, jantung,
trachea, esofahus, ginjal dan kelenjar limfe).
b. Kelainan sistem pencernaan.
c. Kelainan sistem pekemihan
d. Kelainan tulang belakang.
F. Komplikasi Komplikasi
Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
·        Asidosis hiperkioremia.
·        Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
·        Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
·        Eversi mukosa anal
·        Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)
·        Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
·        Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
·        Prolaps mukosa anorektal. 10. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan
dan infeksi)
·        Komplikasi jangka panjang.
G. Klasifikasi Klasifikasi
            Klasifikasi Klasifikasi atresia ani antara lain :
a. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat
keluar.
b. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
c. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.
d. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum
H. Penatalaksanaan Medis
Pembedahan Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan
kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan
dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen
(prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini
dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar
dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah
berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan menarik
kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup
kelainan membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut
dilubangi degan hemostratau skapel.
Pengobatan, antara lain :
1. Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
2. Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi
sekaligus (pembuat anus permanen)
Pemeriksaan Penunjang, antara lain :
a. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum
dilakukan pada gangguan ini
b. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel meonium.
c. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan
adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang
mencegah udara sampai keujung kantong rectal.
d.Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
e. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut
sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk
1,5 cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.
f. Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan seperti di bawah ini :
·  Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.
·  Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan gambaran ini
harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus
impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
·  Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah dan
kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara benda
radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.

2. HIRSCHPRUNG
A. Definisi
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini
merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi,
karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai
persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan fungsinya
sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda
untuk setiap individu. Penyakit hirschsprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion
parasimpatis pada usus, dapat dari kolon sampai pada usus halus. (Ngastiyah, 1997 : 138).
Penyakit hirschsprung adalah anomali kongenital yang mengakibatkan obstruksi mekanik karena
ketidak adekuatan motilitas sebagian dari usus. (Donna L. Wong, 2003 : 507)
B. Macam – macam Hirschsprung
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
1. Penyakit Hirschprung segmen pendek Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai
sigmoid ini merupakan 70% dari kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering
ditemukan pada anak laki-laki dibanding anak perempuan.
2. Penyakit Hirschprung segmen panjang Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat
mengenai seluruh kolon atau usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki
maupun prempuan.(Ngastiyah, 1997 : 138)
C. Etiologi
Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional yang berimigrasi ke
dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan submukoisa untuk berkembang ke
arah kranio kaudal di dalam dinding usus. Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para
simpatis dari pleksus Auerbach di kolon. Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai
rectum dan bagian bawah kolon sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan
pada kolon. - Sering terjadi pada anak dengan ”Down Syndrome”. - Kegagalan sel neural pada
masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi kraniokaudal pada nyenterik dan submukosa
dinding pleksus.
D. Epidemiologi Insidensi penyakit
Hirschsprung tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup.
Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka
diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit Hirschsprung. Kartono
mencatat 20-40 pasien penyakit Hirschprung yang dirujuk setiap tahunnya ke RSUPN Cipto
Mangunkusomo Jakarta. Menurut catatan Swenson, 81,1 % dari 880 kasus yang diteliti adalah
laki-laki. Sedangkan Richardson dan Brown menemukan tendensi faktor keturunan pada
penyakit ini (ditemukan 57 kasus dalam 24 keluarga). Beberapa kelainan kongenital dapat
ditemukan bersamaan dengan penyakit Hirschsprung, namun hanya 2 kelainan yang memiliki
angka yang cukup signifikan yakni Down Syndrome (5-10 %) dan kelainan urologi (3%). Hanya
saja dengan adanya fekaloma, maka dijumpai gangguan urologi seperti refluks
vesikoureter,hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria (mencapai 1/3 kasus).
E. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer
dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic
hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak
adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah
keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada
saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily
& Sowden). Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi
dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses
terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap
daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S
& Wilson ).
F. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala setelah bayi lahir :
1.  Tidak ada pengeluaran mekonium (keterlambatan > 24 jam)
2.  Muntah berwarna hijau
3.  Distensi abdomen, konstipasi.
4.   Diare yang berlebihan yang paling menonjol dengan pengeluaran tinja / pengeluaran
gas yang banyak. karena gejala tidak jelas pada waktu lahir.
Gejala pada anak yang lebih besar antara lain :
a. Riwayat adanya obstipasi pada waktu lahir
b. Distensi abdomen bertambah
c. Serangan konstipasi dan diare terjadi selang-seling
d. Terganggu tumbang karena sering diare.
5. Feses bentuk cair, butir-butir dan seperti pita.
6. Perut besar dan membuncit.
G. Manifestasi Klinis
Ø  Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan.
Ø  Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja seperti
pita.
Ø  Obstruksi usus dalam periode neonatal.
Ø  Nyeri abdomen dan distensi
Ø  Gangguan pertumbuhan.
Menurut (Suriadi, 2001 : 242) :
·        Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluai
mekonium.
·        Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik secara spontan
maupun dengan edema.
·        Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan
obstruksi usus akut.
·        Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Diare berbau
busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
·        Gejala hanya konstipasi ringan.
Menurut Mansjoer, 2000 : 380)
• Masa Neonatal :
Ø  Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.
Ø  Muntah berisi empedu.
Ø  Enggan minum.
Ø  Distensi abdomen

• Masa bayi dan anak-anak :


 Konstipasi
 Diare berulang
 Tinja seperti pita, berbau busuk
 Distensi abdomen
 Gagal tumbuh
H. Komplikasi
a.       Gawat pernapasan (akut)
b.      Enterokolitis (akut)
c.       Striktura ani (pasca bedah)
d.      Inkontinensia (jangka panjang)
I.  Pemeriksaan Diagnostik
1.      Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2.      Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah
narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
3.      Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini
klhas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
4.      Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.

J. Penatalaksanaan
Pembedahan hirschsprung dilakukan dalam 2 tahap, yaitu dilakukan kolostomi loop atau
double-barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali normal
(memerlukan waktu 3-4 bulan), lalu dilanjutkan dengan 1 dari 3 prosedur berikut :
1.      Prosedur Duhamel menarikan kolon normal kearah bawah dan menganastomosiskannya
dibelakang usus aganglionik.
2.      Prosedur Swenson : Dilakukan anastomosis end to end pada kolon berganglion dengan
saluran anal yang dibatasi.
3.      Prosedur saave : Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang
bersaraf normal ditarik sampai ke anus.
4.      Intervensi bedah Ini terdiri dari pengangkatan ari segmen usus aganglionik yang
mengalami obstruksi. Pembedahan rekto-sigmoidektomi dilakukan teknik pull-through dapat
dicapai dengan prosedur tahap pertama, tahap kedua atau ketiga, rekto sigmoidoskopi di dahului
oleh suatu kolostomi. Kolostomi ditutup dalam prosedur kedua.
Persiapan prabedah, antara lain :
a.       Lavase kolon
b.      Antibiotika
c.       Infuse intravena
d.      Tuba nasogastrik
e.       Perawatan prabedah rutin
Pelaksanaan pasca bedah, antara lain :
1.      Perawatan luka kolostomi
2.      Perawatan kolostomi
3.      Observasi distensi abdomen, fungsi kolostomi, peritonitis dan peningkatan suhu.
4.      Dukungan orangtua, bahkan kolostomi sementara sukar untuk diterima. Orangtua harus
belajar bagaimana menangani anak dengan suatu kolostomi. Observasi apa yang perlu
dilakukan bagaimana membersihkan stoma dan bagaimana memakaikan kantong
kolostomi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Atresia rekti dan anus dan hisprung merupakan kelainan gangguan pada neonatus. Atresia
rekti dan anus adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk
mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.
Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan
bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum. Hirschsprung atau Mega
Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion dalam rectum atau bagian
rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya
peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily & Sowden : 2000 ). Penyakit
Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus
tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih
banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000 ).
B. SARAN
Terutama untuk para mahasiswa kebidanan agar dapat bermanfaat dan lebih meningkatkan
mutu dalam pelayanan kebidanan untuk pada kelainan neonatus dan pentalaksanaanya.
Daftar Pustaka

Betz Cecily L dan Linda A.Swowden .2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.Edisi ke

tiga .Jakarta.EGC

Carpeneto,Lynda Juall. 1997. Buku saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke 2. Jakarta : EGC

Nagastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit.Jakarta : EGC

Kartono,Darmawan. 2004.Penyakit Hiirschsprung. Jakarta : sagung Seto


Soal Objektif Hirschprung Dan Atresia Ani

1. Salah satu data dasar bayi mengalami hisprung adalah


a. Perut menggembung setelah lahir bayi tidak mengeluarkan mokenium (tinja pertama
pada bayi baru lahir)
b. Bayi tidak mau menyusui
c. Bayi mengalami hidrasi berat
d. Berat badan bertambah karena adanya reterdrasi

Jawaban : a

2. Suatu kelaianan bawaan yang disebabkan tidak adanya ganglion dalam rectum dan kolon
disebut dengan
a. Atresia duodenum
b. Atresia recti
c. Atresia bilier
d. Hirscprung
e. Hernia diafragma

Jawaban : d

3. Perencanaan yang perlu dilakukan untuk penyakit hisprung adalah


a. Melakukan pengoparasian kepala bayi karena adanya pembesaran perut
b. Meajurkan ibu untuk tidak berbuat apa-apa terhadap bayi nya
c. Anjurkan kepada ibu untuk tidak memberi asi
d. Beritahukan ibu keadaan bayi nya tentang penyakit hisprung dan berkaborasi dengan
dokter SPOK

Jawaban : d

4. Dalam penyakit hiscprung antisipasi potensial adalah


a. Bayi tidak mau menyususi
b. Bayi rewel kelaparan
c. Bayi mengalami dihidrasi berat
d. Bayi tidak mengalami susah tidur
5. Salah satu kebutuhan untuk bayi yang mengalami hiscprung adalah
a. Tidak memberikan asi
b. Memberikan makan tambahan
c. Perbaikkan asupan pola makan yang dikonsumsi oleh bayi
d. Memberikan pol istirahat

Jawaban : c

Anda mungkin juga menyukai