Anda di halaman 1dari 3

Nama : Endah Yuliana Lestari

Kelas : 1B
NIM : K7119077

Teks Narasi Sugestif


Perlawanan di Pagi Buta

Pagi itu matahari belum menampakkan sinarnya dan ayam jago belum melaksanakan
tugasnya. Tetapi dipagi buta itu pak Komar keluar dari rumahnya. Hembusan angin pagi yang
dingin seakan akan tidak mempan dengan kulit rapuhnya. Pak tua ini membawa cangkul dan
makanan untuk dibawanya kesawah. Pak Komar berjalan menuju sawah namun langkahnya
terhenti karena ada tangisan bayi. Kesunyian pagi seakan akan terpecah dengan suara
tangisan ini. Dengan rasa gelisah pak Komar mencari sumber suara tadi. Pak Komar kaget
dengan apa yang ia lihat, ternyata suara itu berasal dari bayi yang lucu. Bayi itu berada
dibawah pohon ringin tanpa ada yang menemaninya. Suara tangis tadi ternyata tidak hanya
mengundang pak Komar saja melainkan mengundang ular piton yang sedang kelaparan. 

Ular tersebut segera menghampiri sang bayi untuk dijadikan makanannya. Namun pak
Komar dengan sigapnya segera mengangkat sang bayi. Ular itu seakan akan tidak
menghiraukan pak Komar dan hanya memandangi bayi malang itu. Pak komar ingin berusaha
menjauhkan bayi tadi dengan ular yang kelaparan itu. Namun saat hendak membawa sang
bayi, pak Komar diserang oleh ular piton tersebut. Kaki pak komar dibelitnya sampai ia
merasa kesakitan. Ia pun mengambil cangkul yang dibawanya tadi dan menyerang ular piton
tersebut. Akhirnya ular tadi mati dan pak Komarpun berhasil melarikan diri. Akhirnya pak
Komar kembali kerumahnya untuk merawat bayi malang itu dan bayi tersebut  kemudian
diangkat menjadi anaknya
Penggalan Novel “Gadis Pantai” Karya Ahmad Tohar

“Pukul dua malam Marni bangkit. Mula-mula ia berjalan menuju kamar suaminya.
Dipandangnya Parta yang tetap tertidur meskipun dengan tarikan-tarikan napas yang berat.
Pundak lakilaki itu naik dan agak maju, ciri utama seorang penderita asma. Wajahnya pucat.
Tulang pelipis dan tulang pipinya menyembul. Ketika rasa benci mulai merayap di hati
Marni, ia berbalik ke dipan sebelah.

Di sana kedua anaknya lelap. Kesucian dua bocah itu tergambar pada kedamaian wajah
mereka. Marni hanya membetulkan letak selimut anaknya lalu keluar. Ia masuk ke kamar
Tini. Ditatapnya wajah gadis itu lama-lama. Hidung itu persis hidung Karman, juga bibir
Tini. “Anakku, kukira benar kata orang. Kau cantik. Mudah-mudahan kau lebih beruntung
dalam hidupmu. Berbahagialah, besok kau akan bertemu dengan ayahmu. Oh kau tak tahu
siapa sebenarnya yang lebih berhasrat berjumpa dengan ayahmu.”
Pemuda

Di pagi buta sebelum sang mentari memancarkan sinarnya dari ujung timur. Terdapat
seorang pemuda yang telah melangkahkan kakinya untuk berjalan di muka bumi untuk
menyambut kehidupan yang harus ia jalani. Dengan jaket tebal yang ia kenakan ia menuju
tempat keramaian di pagi hari yang baiasa di sebut dengan pasar rakyat.

Dengan mengguanakan motor dan rombongyang ia buat sendiri menggunakan


keterampilan yang ia miliki. Sebelum tibanya di pasar ia menemui seorang pria tua di sebuah
jalan sepi. Kondisi kakek ini tidak berdaya di karenakan di kekang oleh para preman yang
bringas dan tidak memeiliki hati.

Dengan kebraniannya ia spontan berhenti dan mencoba menolong kakek teersebut


dari jarahan para penjahat. Bermodalkan ilmu bela diri tangan kososon yang ia pelajari ia
berhasil mengalah kan para preman tersebut dengansingkat.

Setelah mengalahkan preman tersebut pemuda ini langsung mengantarkan kakek


tersebut menuju keiamanya yang lumayan jauh. Setelah kejadian tesebuat ia kehilangan satu
pagi untuk berdagang sayur keliling.

Anda mungkin juga menyukai