Anda di halaman 1dari 10

Artikel “ANALISIS VALUASI EKONOMI MENGGUNAKAN TRAVEL... http://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2011/03/17/artikel-analisis-val...

Home
Perihal
FASILITAS PENUNJANG (MANAJEMEN JASA)

Just another WordPress.com site


Stay updated via RSS

Artikel “ANALISIS VALUASI EKONOMI MENGGUNAKAN TRAVEL COST METHOD


DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH KUNJUNGAN KE HUTAN
WISATA SUNGAI DUMAI”
Bell Nanthita, Antara Laki-Laki dan Perempuan
ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AXIOLOGI
ILUSTRASI WORTEL, TELUR DAN BIJI KOPI
Dude! I Love Slang
A Fictional Character I'd Like to Hang Out With
INOVASI JASA
MAKNA NATAL
MALAM NATAL
MERRY CHRISTMAS TIME

AGAMA (5)
BATAK (6)
BISNIS (2)
EKONOMI (1)
ENGLISH (1)
FAMILY (1)
FILSAFAT (5)
HIBURAN (3)
history (1)
HUKUM (9)
KESEHATAN (2)
LEBARAN (2)
LIFE (1)
LINGKUNGAN (1)
MOTIVASI (26)
MOVIE (1)
NATAL (6)
PENGETAHUAN (9)
PENILAIAN (1)
PSIKOTEST & TPA (2)
SOSIAL (16)

1 of 10 3/20/2011 9:46 AM
Artikel “ANALISIS VALUASI EKONOMI MENGGUNAKAN TRAVEL... http://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2011/03/17/artikel-analisis-val...

SPORT (3)
Tak Berkategori (30)
TOUR (1)

Posted: 17 March 2011 by iwanvictorleonardo in PENILAIAN


Tags: HUTAN WISATA SUNGAI DUMAI, KOTA DUMAI, OBJEK WISATA DI DUMAI, PENILAIAN, REKREASI, TRAVEL
COST METHOD, VALUASI EKONOMI
0

ANALISIS VALUASI EKONOMI MENGGUNAKAN TRAVEL COST METHOD DAN FAKTOR-


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH KUNJUNGAN KE HUTAN WISATA SUNGAI
DUMAI

Iwan Victor Leonardo Sitindaon, SH, MH

Pendahuluan

Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan konsekwensi bertambahnya kewenangan pemerintah daerah


sebagai akibat dari pelimpahan beberapa urusan yang semula oleh pemerintah pusat dan kemudian dialihkan
kepada daerah. Salah satu contohnya adalah perubahan kewenangan dalam hal pengelolaan aset negara (Aset
Pemerintah).

Upaya mewujudkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan di suatu daerah sangat terkait erat dengan
kualitas perencanaan pembangunan daerah dalam upaya memanfaatkan serta mengelola sumber daya yang
dimiliki, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebagai daerah otonom Kota Dumai dituntut
untuk dapat memiliki kemandirian terutama dalam hal menggali dan mengelola sumber-sumber keuangan
daerah.

Kota Dumai yang dikenal sebagai Kota Pengantin (Perdagangan, Tourizem dan industri) memiliki letak
geografis yang sangat strategis sebagai pintu gerbang Provinsi Riau bagian Utara yang memiliki aksesibilitas
tinggi dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura. Luas wilayahnya 1.727.385 km2, berdekatan dengan
Selat Malaka .yang menjadi urat nadi perekonomian di era perdagangan bebas.

Oleh karena faktor geografis yang strategis tersebut, tidak sedikit wisatawan lokal maupun mancangera yang
datang mengunjungi kota pengantin ini. Jumlah pengunjung lokal dan mancanegara untuk berekreasi ke kota
Dumai pada tahun 2008, 2009 dan 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan

Tahun 2008, 2009, 2010

JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA

PADA TAHUN

2008 2009 2010

2 of 10 3/20/2011 9:46 AM
Artikel “ANALISIS VALUASI EKONOMI MENGGUNAKAN TRAVEL... http://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2011/03/17/artikel-analisis-val...

15.206 12.641 14.338

Sumber : Dinas Pariwisata Kota Dumai

Para wisatawan tersebut mengunjungi beberapa objek wisata yang ditawarkan oleh Pemda Kota Dumai.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata Kota Dumai bahwa aset daerah berupa objek wisata
yang ditawarkan oleh Pemerintah Daerah Kota Dumai dapat dikategorikan sebagai berikut :

Tabel 2. Jenis dan Nama Objek Wisata di Kota Dumai

Jenis Wisata Nama Objek Wisata


NO

1 Wisata Alam Pantai Teluk Makmur

2 Wisata Sejarah Pantai Purnama

3 Wisata Agama Hutan Wisata Sungai Dumai

4 Wisata Olahraga Penangkaran Harimau Hutan Senepis

5 Wisata Tirta Kuala Sungai Dumai

Danau Buatan Putri Tujuh Pesanggrahan Putri


Tujuh

Makam Siti Laut

Klenteng Hoch Liong Kiong

Masjid Raya Dumai

Lapangan Golf

Sumber : Dinas Pariwisata Kota Dumai

Hutan Wisata Sungai Dumai yang terletak di Jalan Soekarno Hatta Kecamatan Dumai Barat yang merupakan

3 of 10 3/20/2011 9:46 AM
Artikel “ANALISIS VALUASI EKONOMI MENGGUNAKAN TRAVEL... http://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2011/03/17/artikel-analisis-val...

salah satu aset Pemerintah Daerah Kota Dumai yang perlu dioptimalkan pengelolaannya (Hendry Fasial, 2006
: 54).

Hutan Wisata Sungai Dumai yang ditunjuk sebagai taman wisata alam berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
Provinsi Riau Nomor SK.Gubernur KDH Tk.I Riau No.85/I/1985 tanggal 23 Januari 1985 dan ditetapkan
melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.Menhut No.154/Kpts-II/1990 tanggal 10 April 1990.
Luas kawasan Hutan Wisata Sungai Dumai ini seluas 4.712, 50 Ha (Temu Gelang), 1˚31ˈ-1˚38ˈ LU dan
100˚31ˈ-101˚28ˈ BT. Terletak secara administrasi pemerintahan di Kota Dumai (Balai Besar Konservasi
Sumber Daya Alam Provinsi Riau BBKSDA : 2010).

Jumlah pengunjung yang datang ke lokasi objek rekreasi ini berdasarkan data yang diperoleh dari pengelola
hutan wisata sungai dumai adalah :

Tabel 3 Jumlah Pengunjung Hutan Wisata Sungai Dumai

No Hari Jumlah Pengunjung


1 Senin-Jumat Antara 20-30 orang per hari

2 Sabtu dan Minggu Antara 150-250 orang per hari

3 Hari Libur Nasional Antara 500-700 orang per hari

Sumber : Pengelola Hutan Wisata Sungai Dumai

Dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata maka Pemerintah Kota
Dumai berusaha mengoptimalkan potensi daerah khususnya dari obyek wisata yang merupakan aset daerah di
wilayah Kota Dumai seperti Hutan Wisata dan kawasan danau bunga tujuh yang jaraknya berdekatan dengan
kawasan hutan wisata sungai kota dumai. Namun sebaliknya Hutan Wisata Sungai Kota Dumai karena kurang
optimal dalam pengelolaannya mengakibatkan banyaknya fasilitas yang tersedia menjadi kurang terurus
bahkan terbengkalai (Surat Kabar Harian Dumai Pos tanggal 24 Januari 2011, hal 4).

Sebagai salah satu aset daerah Kota Dumai, Hutan Wisata Sungai Dumai merupakan salah satau sumber daya
alam yang memiliki nilai ekonomi apabila dikembangkan dengan baik. Oleh karena itu sangat penting untuk
bisa mengetahui nilai ekonomi dari Hutan wisata Sungai Dumai.

Tempat rekreasi tidak memiliki nilai pasar yang pasti, maka penilaian tempat rekreasi dilakukan dengan
pendekatan biaya perjalanan. Metode biaya perjalanan (travel cost method) ini dilakukan dengan
menggunakan informasi tentang jumlah uang yang dikeluarkan dan waktu yang digunakan untuk mencapai

4 of 10 3/20/2011 9:46 AM
Artikel “ANALISIS VALUASI EKONOMI MENGGUNAKAN TRAVEL... http://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2011/03/17/artikel-analisis-val...

tempat rekreasi untuk mengestimasi besarnya nilai benefit dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari
tempat rekreasi yang dikunjungi (Yakkin,1997 dalam Sahlan, 2008).

Bulov dan Lundgren (2007:1) menyebutkan bahwa jasa lingkungan seringkali tidak dihargai oleh pasar,
sehingga kerap dinilai jauh di bawah nilai sesungguhnya dan dianggap sebagai sumber daya yang tidak layak
dihargai sebagai aset. Pendekatan travel cost adalah suatu metode yang didasarkan pada survei atas biaya
perjalanan responden sebagai dasar perhitungan atas kesediaan membayar (willingness to pay) ketika
berkunjung ke suatu objek wisata.

Kesediaan membayar tersebut menjadi dasar untuk mengetahui permintaan terhadap hutan wisata. Besarnya
permintaan (demand) inilah yang digunakan untuk menghitung nilai ekonomi jasa rekreasi hutan wisata sungai
Dumai.

Masyarakat/konsumen datang dari berbagai daerah untuk menghabiskan waktu di tempat rekreasi tentu akan
mengeluarkan biaya perjalanan ke tempat rekreasi tersebut. Disini pendekatan biaya perjalanan mulai
berfungsi. Karena makin jauh tempat tinggal seseorang yang datang memanfaatkan fasilitas tempat rekreasi
maka makin kurang harapan pemanfaatan atau permintaan tempat rekreasi tersebut.

Metode biaya perjalanan ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-
tempat rekreasi. Misalnya, untuk menyalurkan hobi memancing, seorang konsumen akan mengorbankan
biaya untuk mendatangi tempat tersebut. Dengan mengetahui pola pengeluaran dari konsumen ini, dapat
dikaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan.

Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) ini dilakukan dengan menggunakan informasi tentang jumlah
uang yang dikeluarkan untuk mencapai tempat rekreasi untuk mengestimasi besarnya nilai benefit dari upaya
perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi.

Sampai saat ini pihak pengelola Hutan Wisata maupun pemerintah daerah kota Dumai belum mengetahui
berapa besar nilai ekonomi dari Hutan Wisata Sungai Dumai ini dan dari data serta fakta dilapangan
diketahui bahwa jumlah pengunjung yang datang ke lokasi wisata ini bisa dikatakan relatif minim pengunjung.

Dengan melihat latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan suatu permasalahan yaitu berapakah
estimasi nilai ekonomi Hutan Wisata Sungai Dumai yang diharapkan dapat menjadi acuan pihak Pemerintah
Daerah Kota Dumai untuk menentukan besarnya anggaran pengelolaan aset sesuai nilai ekonominya sebagai
salah satu aset publik yang dikunjungi masyarakat khususnya masyarakat Kota Dumai untuk
pengembangan/optimalisasi lebih lanjut dimasa mendatang sehingga diperoleh pemasukan pendapatan asli
daerah (PAD) dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke Hutan Wisata
Sungai Dumai sehingga berguna dalam optimalisasi pengelolaan aset dan pengembangan fasilitas selanjutnya.

Oleh karena itu diperlukan penelitian tentang valuasi ekonomi jasa rekreasi wisata alam yang bertujuan untuk
mengestimasi nilai ekonomi (value economic) Hutan Wisata Sungai Dumai dengan pendekatan metode travel
cost.

Pembahasan

A. Valuasi Ekonomi

Dalam menentukan kontribusi suatu sektor kegiatan ekonomi terhadap pembangunan nasional pada
umumnya dinyatakan dalam nilai uang yang kemudian dikonversi dalam nilai persentase. Setiap sektor
kegiatan ekonomi pasti menghasilkan produksi barang atau pun jasa yang diukur secara fisik. Untuk
menyatakan seluruh hasil barang dan jasa kemudian menyatakannya dalam satu nilai diperlukan valuasi
ekonomi yang menyatakan semua produksi barang dan jasa itu dalam nilai moneter.

5 of 10 3/20/2011 9:46 AM
Artikel “ANALISIS VALUASI EKONOMI MENGGUNAKAN TRAVEL... http://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2011/03/17/artikel-analisis-val...

Setelah Pemerintah daerah menginventarisasi dan memasukkan ke dalam database kepemilikan seluruh aset
yang ada didaerah otonomnya, Pemerintah Daerah perlu mengetahui nilai ekonomi seluruh aset yang berada
dalam kekuasaannya.

Pemerintah Daerah dalam hal mengelola hutan wisata sebagai salah satu sumber daya alam sangat perlu
mengupayakan pemanfaatan secara optimal dan berkelanjutan (suistanableI) Untuk mencapai tujuan tersebut,
kiranya Pemerintah Daerah perlu mengetahui manfaat sumber daya alam secara menyeluruh, baik manfaat
yang tangible (nyata) maupun manfaat yang intangible (secara langsung tidak dapat dirasakan). Dimana
kedua manfaat tersebut perlu pengelolaan yang baik agar memberikan kontribusi manfaat yang sebesar-
besarnya bagi kemaslahatan masyarakat secara berkelanjutan sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-
Undang Dasar 1945.

Untuk mengejar ketinggalan dalam usaha pemanfaatan manfaat intangible sumber daya alam perlu suatu cara
menilai manfaat intangible sumber daya alam khususnya manfaat rekreasi hutan wisata yang ditujukan untuk
mendapatkan kurva permintaan masyarakat terhadap rekreasi sumber daya alam dalam hal ini Hutan Wisata
Sungai Dumai.

B. Pendekatan Penilaian

Penilaian sumberdaya alam sangat kompleks, karena penilaian ini memang tidak semata-mata menilai
besarnya nilai eksisting maupun nilai aset yang dikandungnya/yang melekat padanya (nilai potensi), tetapi
juga meliputi nilai berapa besarnya kompensasi terhadap dampak kerusakan yang diakibatkan oleh eksplorasi
dan eksploitasi sumberdaya alam sebagai kekayaan publik. Negara Indonesia mempunyai potensi yang cukup
besar dalam hal sumberdaya alam. Mungkin hal ini yang banyak dilupakan oleh orang dalam menilai suatu
aset sumberdaya alam.

Pasar dimana kekayaan publik itu berada yang meliputi lokasi dan pelayanan jasa yang mereka berikan
langsung saling berkaitan. Misalnya dengan pasar real estat setempat. Observasi terhadap jumlah dan nilai
dari suatu transaksi yang terjadi memberikan informasi tentang daya beli masyarakat untuk membeli tanah
(properti) serta kuantitas perpindahan kepemilikan. Data pasar ini dapat memberikan kesimpulan tentang
kurva teknik penilaian yang menggunakan data pasar (market based techniques) relatif mudah untuk
diterapkan. Teknik penilaian ini termasuk di dalamnya :

Metode harga pasar (the market price method);


Metode penilaian (the appraisal method);
Metode penggantian biaya (the replacement cost method).

Sedangkan apabila tidak cukup / tidak tersedia data pasar, penilaian dapat dilakukan dengan metode
penilaian yang tidak berbasis data pasar (nonmarket techniques) dengan cara menilai kesediaan perorangan
untuk membayar (individual williingness to pay). Secara umum metode yang dikenal dalam teknik penilaian
ini meliputi :

The Travel Cost Method;


The Hedonic Price Method;
The Contingent Valuation Method.

C. Penilaian Hutan Wisata

Secara umum, nilai ekonomi didefenisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin
mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Konsep ini disebut sebagai
keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan.

Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis ekosistem misalnya bisa “diterjemahkan” kedalam

6 of 10 3/20/2011 9:46 AM
Artikel “ANALISIS VALUASI EKONOMI MENGGUNAKAN TRAVEL... http://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2011/03/17/artikel-analisis-val...

bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa. Keinginan membayar juga dapat diukur
dalam bentuk kenaikan pendapatan yang menyebabkan seseorang berada dalam posisi indifferent terhadap
perubahan exogenous. Perubahan exogenous ini bisa terjadi karena perubahan harga (misalnya akibat sumber
daya makin langka) atau karena perubahan kualitas sumber daya. Konsep willingness to pay / WTP ini terkait
erat dengan konsep Compensating Variation (CV) dan Equivalent Variation (EV) dalam teori permintaan.
Jadi, WTP dapat juga diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari
terjadinya penurunan terhadap sesuatu.

Menurut Fauzi (2004), secara umum teknik valuasi ekonomi sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan (non
market valuation) dapat digolongkan ke dalam 2 (dua) kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi
yang mengandalkan harga implisit dimana willingness to pay (WTP) terungkap melalui model yang
dikembangkan. Teknik ini disebut teknik yang mengandalkan harga implisit dimana willingness to pay (WTP)
terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP
(keinginan untuk membayar yang terungkap). Beberapa teknik yang masuk kelompok ini adalah travel cost
method, hedonic pricing, dan teknik random utility model.

D. Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

Metode ini populer untuk menggambarkan permintaan untuk sumberdaya alam dan pelayanan jasa yang
berkaitan dengan daerah rekreasi (recreational sites). Contohnya seperti daerah margasatwa, taman ekologi,
pemancingan dan perburuan, panorama alam, dan lain-lain. Orang datang ke lokasi tersebut dari berbagai
jarak yang berbeda. Metode ini meneliti perilaku perjalanan (travel behavior) yang digunakan untuk
mengevaluasi kesediaan orang untuk mengeluarkan uang dalam rangka mengunjungi wilayah tersebut. Secara
intuitif bahwa atribut yang dimiliki oleh sumberdaya alam akan mempengaruhi kegunaan dari tapak tersebut.
Perubahan kadar kunjungan akan merefleksikan perubahan dalam kualitas sumberdaya alam tersebut. Untuk
itu kajian ini perlu dilakukan untuk dapat mengestimasi nilainya.

Dengan mengumpulkan informasi dari besarnya jumlah kunjungan terhadap sumberdaya alam yang ada, para
analisis akan mengestimasi fungsi permintaan dari tapak yang berhubungan dengan kunjungan terhadap biaya
yang timbul untuk setiap kunjungan. Jika informasi utama tidak bisa diperoleh secara lengkap, para analisis
dapat mengelompokkan ke dalam zona sekitar lokasi tersebut. Kadar variasi kunjungan terhadap zona itulah
yang akan digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan terhadap lokasi tersebut. Dengan kemajuan
teknologi yang ada, pengumpulan data untuk metode ini dapat diimplementasikan melalui telpon, website
atau e-mail dan data registrasi. Dalam beberapa kasus, data juga bisa diperoleh dari pemerintah setempat,
untuk mencari estimasi biaya perjalanan ke lokasi tersebut.

Metode biaya perjalanan mengasumsikan bahwa biaya perjalanan merefleksikan harga suatu tempat rekreasi.
Menurut Fauzi (2004), metode biaya perjalanan digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi
di alam terbuka seperti memancing, berburu, hiking dan lain-lain. Secara prinsip metode ini mengkaji
biaya-biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi tersebut. Metode
biaya ini dapat digunakan untuk mengatur manfaat dan biaya akibat (Fauzi; 2004) :

a. Perubahan biaya akses (tiket) masuk bagi suatu tempat rekreasi

b. Penambahan tempat rekreasi baru

c. Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi

d. Pengunjung akan memberi respon yang sama terhadap perubahan harga karcis, dan jumlah biaya
perjalanan

e. Perjalanan tidak merupakan suatu kepuasan, kepuasan di tempat rekreasi sama untuk setiap

7 of 10 3/20/2011 9:46 AM
Artikel “ANALISIS VALUASI EKONOMI MENGGUNAKAN TRAVEL... http://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2011/03/17/artikel-analisis-val...

pengunjung tanpa melihat asal pengunjung

f. Setiap rekreasi alternatif mempunyai kepuasan maksimum

g. Selera, preferensi dan pendapatan pengunjung dianggap sama

Travel Cost Method (TCM) diturunkan dari pemikiran yang dikembangkan oleh Hotteling pada tahun 1931,
yang kemudian secara formal diperkenalkan oleh Wood dan Trice (1958) serta Clawson dan Knetsch (1996).
Metode ini kebanyakan digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor
recreation), seperti memancing, berburu, hiking dan sebagainya.

Secara prinsip metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat
rekreasi. Misalnya, untuk menyalurkan hobi memancing, seorang konsumen akan mengorbankan biaya dalam
bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut. Dengan mengetahui pola pengeluaran dari
konsumen ini, dapat dikaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan
lingkungan.

Penelitian tentang valuasi ekonomi taman publik maupun hutan wisata telah banyak dilakukan baik di luar
negeri maupun di dalam negeri.

Tabel 4 Penelitian Sebelumnya

Penulis/Tahun Lokasi Metode Variabel Hasil Penelitian


Nugroho (2008) hutan kota tipe Travel Cost travel cost,
rekreasi di Method pendapatan nilai ekonomi
Kebon Rojo, keluarga, Kebon Rojo di
Blitar persepsi Blitar berada dalam
kualitas, ada interval
tidaknya tempat Rp6.983.297.635,-
wisata lain –
(substitusi) Rp9.346.906.217,-.

Mayor dkk. hutan wisata di Travel Cost biaya, Nilai ekonomi yang
(2007) Irlandia Method dan preferensi dan
diperoleh dari WTP
Contingent data sosial adalah IR£1 per
Valuation ekonomis individu/
Method responden kunjungan, nilai
ekonomi diperoleh
dari TCM adalah
IR£5.95 per
individu/kunjungan
Bulov dan Taman Travel Cost travel cost, Nilai surplus
Lundgren Nasional Method pendapatan, konsumen indvidu
(2007) Periyar di India umur, jenis adalah US $36.178
kelamin, sedangkan nilai
kebangsaan & ekonomi adalah
substitusi US$15.145.633.766
Rahmawati dkk. Taman Hutan Travel Cost asal jumlah pengunjung
(2006) Raya Dr. Method pengunjung, per 1000 penduduk
Muhammad jumlah serta penerimaan
Hatta, penduduk, hasil penjualan
Sumatera Barat biaya karcis pada

8 of 10 3/20/2011 9:46 AM
Artikel “ANALISIS VALUASI EKONOMI MENGGUNAKAN TRAVEL... http://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2011/03/17/artikel-analisis-val...

perjalanan dan berbagai tingkat


jumlah harga karcis.
kunjungan dari
tiap zonasi
Paudel dkk. Elmer’s Island, Travel Cost Jumlah Responden
(2005) New Orleans Method pengunjung, memberikan nilai
biaya WTP rata-rata 6,80
perjalanan dollar AS sehingga
fee yang diperoleh
96.685 dollar AS.
McKean dkk. Snake River, Travel Cost travel cost, nilai ekonomi
(2005) Idaho Method travel time, sebesar 7.200.000
free time dollar AS per tahun
available dan
income
Djijono (2002) Taman Wisata Travel Cost biaya nilai total surplus
Hutan Wan Method perjalanan, konsumen adalah
Abdul Rahman pendapatan, Rp9.357.513,- per
di Lampung pendidikan tahun.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan Travel Cost Method dengan variabel
independent antara lain biaya perjalanan ke tempat wisata (travel cost), pendapatan (income), travel time,
free time available, preferensi pengunjung, persepsi pengunjung terhadap kualitas obyek penelitian, ada
tidaknya substitusi atas obyek penelitian dan data sosial ekonomis responden (umur, jenis kelamin,
kebangsaan, jumlah penduduk asal kecamatan pengunjung), maka Travel Cost Method dapat diterapkan
untuk melakukan valuasi ekonomi terhadap hutan wisata, taman nasional, taman hutan raya, taman publik,
area rekreasi terbuka maupun taman wisata hutan.

Metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi untuk
mengetahui pola expenditure dari konsumen sehingga peneliti bisa mengkaji berapa nilai (value) yang
diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan. Dengan demikian Travel Cost Method sangat
tepat diterapkan dalam penelitian untuk mengestimasi valuasi ekonomi Hutan Wisata Sungai Dumai dilihat
dari sisi intangible aset.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dalam metode yang digunakan untuk
menentukan nilai ekonomi rekreasi yaitu travel cost method. Namun demikian, ada beberapa perbedaan pada
penelitian ini dibanding dengan penelitian sebelumnya.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam melakukan valuasi ekonomi intangible aset Hutan Wisata dilakukan dengan pendekatan biaya
perjalanan (travel cost method) yang menggambarkan permintaan untuk sumberdaya alam dan pelayanan jasa
yang berkaitan dengan daerah rekreasi (recreational sites).

2. Biaya perjalanan/travel cost, pendapatan, usia, substitusi, persepsi terhadap fasilitas sebagai variabel
independent, merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke lokasi Hutan Wisata Sungai
Dumai. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah jumlah kunjungan. Kedua variabel ini berguna dalam
menentukan estimasi nilai ekonomi hutan wisata sungai dumai dengan pendekatan travel cost method.

9 of 10 3/20/2011 9:46 AM
Artikel “ANALISIS VALUASI EKONOMI MENGGUNAKAN TRAVEL... http://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2011/03/17/artikel-analisis-val...

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, terdapat hal-hal yang disarankan yaitu :

1. Dengan mengetahui estimasi nilai ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke
Hutan Wisata Sungai Dumai, pihak pengelola harus meningkatkan daya saing dengan peningkatan kualitas
dan kuantitas fasilitas objek wisata ini.

2. Model dalam penelitian ini dapat dikembangkan untuk acuan penelitian berikutnya dengan
kemungkinan memperluas variabel.

Share this:

Like One blogger likes this post.

iwanvictorleonardo

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.

Bell Nanthita, Antara Laki-Laki dan Perempuan

Blog at WordPress.com. | Theme: Greyzed by The Forge Web Creations.

10 of 10 3/20/2011 9:46 AM

Anda mungkin juga menyukai